2. Etiologi
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi
Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi
Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah : bunuh diri
adalah :
1) Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan gangguan jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalah gunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati,impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan pengalaman kehilangan,
kehilangan dukungan sosial, sosial, kejadian-kejadian kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
perceraian. Kekuatan Kekuatan dukungan dukungan social sangat penting
penting dalam menciptakan intervensiyang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalammenghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat peningkatan zat-zat kimiayang terdapat di kimia yang
terdapat di dalam otak sepeti dalam otak sepeti serotonin, serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebutdapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
2) Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapatmenjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukanbunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebutmenjadi
sangat rentan.
3) Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.
Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih
mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
4) Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri
yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
7. Rentang respon
c. Destruktif diri tak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
mempertahankan dirinya.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
8. Pengobatan
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian yang serius.
terhadap luka ataupun keracunan. Bila luka atau keracunan sudah dapat
diatasi maka dilakukan evaluasi psikiatri. Untuk pasian depresi bisa diberikan
9. Progmosa
a. Pasien : bila pasien dapar menyesuaikan diri dengan baik dan stress yang
menjadi faktor pencetus untuk percobaan bunuh diri cukup besar maka
memperhatikan penderita serta banyak hal yang dapat memberi arti dalam
a. Identitas klien
informasi.
resiko bunuh diri masuk RSJ dengan alasan mengungkapkan perasaan sedih,
marah, putus asa, tidak berdaya dan memberikan isyarat verbal maupun non
c. Faktor predisposisi
Pasien dengan resiko bunuh diri mungkin memiliki riwayat keluarga yang
sebagainya.
d. Fisik
Kaji TTV pasien, TB, keluhan fisik yang mungkin terjadi seperti tidak
e. Psikososial
terdiri dari citra diri, identitas, peran, idela diri dan harga diri, ubungan sosial
dengan resiko bunuh diri dengan penyebabnya harga diri rendah, pasien akan
memperlihatkan konsep diri yang buruk misal perasaan malu terhadap diri
sendiri, rasa bersalah terhdap diri sendiri, merendahkan martabat dengan
menyatakan saya tidak bisa/ saya tidak mampu/ saya orang bodoh/ tidak tahu
apa –apa, menarik diri, percaya diri kuranf, dan mencederai diri akibat harga
diri yang rendah disertai harapan suram dan akhirnya klien ingin mengakhiri
kehidupannya.
f. Status mental
perasaa, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran diri. Pada paie dengan resiko bunuh diri mungkin akan
tampak penampilam tidak rapi, gaya bicara lambat, aktivitas motorik lesu,
alam perasaan sedih dan putus asa, interkasi selama wawancara kurangdan
luar rumah.
h. Mekanisme koping
Mungkin pada pasuen resiko bunuh diri akan tampalk masalah dengan
dukugan kelompok serta lingkungan dimana pasien tidak percaya diri dalam
berinteraksi dengan orang lain karena selalu mnganggap dirinya tidak bisa,
k. Aspek medik
Berisi diagnosa medik serta terapi medik yang didapatkan oleh pasien.
Masalah keperwatan yang muncul pada pasien dengan resiko bunuh diri
adalah :
DO : Menyatakan ingin bunuh diri/ mati saja, tak ada gunanya hidup.
DS : Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba
bunuh diri.
memperlihatkan permusuhan
3) Harga diri
DS : Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
ipmuls.
Pohon Masalah
dan lingkungan.
2. Diagnosa Keperawatan
TUK 4: Setelah diberikan askep selama a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
Klien dapat meningkatkan 1x15 menit selama 2x pertemuan keputusasaannya
harga diri diharapkan: b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
Klien menyadari bahwa dapat c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal:
mengatasi keputusasaannya, hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk
mengadari kemampuan internal diselesaikan)
yang dimiliki, dan mampu
mengidentifikasi sumber sumber
harapan
TUK 5: Setelah diberikan askep selama a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman
Klien dapat menggunakan 1x15 menit selama 2x pertemuan yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan,
koping yang adaptif diharapkan: membaca buku favorit, menulis surat dll.)
Klien mampu menyampaikan b. Bantu untuk mengenali hal hal yang klien cintai dan
pengalaman pengalaman yang yang klien sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan
menyenangkan setiap hari dan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kemudian melaksanakan saat punya kesehatan.
masalah, klien mengenal hal-hal c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang
yang dicintai, disayangi dan lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit
pentingnya kehidupan sosial yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang
efektif
4. Implementasi
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
Identifikasi penyebab, tanda dan Identifaksi masalah yang
gejala serta akibat perilaku dirasakan keluarga dalam
kekerasan merawat pasien
Cara latihan fisik 1 : tarik nafas, Jelaskan tentang perilaku
dalam kekerasan :
Masukkan dalam jadwal harian o Penyebab
pasien o Akibat
o Cara merawat
Latih cara merawat
RTL keluarga / jadwal merawat
pasien
SP 2 SP 2
Evaluasi kegiatan ang lalu (SP 1) Evaluasi kegiatan yang lalu
Latih cara latihan fisik 2 : pukul ( SP 1 )
bantal, Latihan 2 cara untuk merawat
Masukkan dalam jadwal harian pasien
pasien Latih langsung ke pasien
RTL keluarga/jadwal keluarga
untuk merawat pasien
SP 3 SP 3
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 Evaluasi SP 1, dan 2
dan 2) Latih langsung ke pasien
Latih secara sosial / verbal RTL keluarga /jadwal keluarga
Menolak dengan baik untuk merawat pasien
Meminta dengan baik
Mengungkapkan dengan baik
Masukkan dalam jadwal harian
pasien
SP 4 SP 4
Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP Evaluasi SP 1,2, dan 3
1, 2, 3) Latuh langsung ke pasien
Latih cara spiritual RTL Keluarga : Followup,
Masukkan dalam jadwal kegiatan Rujukan
harian
SP 5
Evaluasi SP 1,2,3,4)
Latih patuh obat
o Minum obat secara teratur
dengan menggunakan prinsif
5B
o Susun jadwal minum obat
Masukkan ke dalam jadwal
harian
5. Evaluasi
kemampuan pasien risiko bunuh diri serta kemampuan perawat dalam merawat pasien risiko
bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria Nita, (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
SalembaMedika.
Keliat, Budi Anna. 2007. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.
Book
2014. Dialih bahasakan oleh Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti.
Barrarah Bariid, Monica Ester, dan Wuri Praptiani (ed). Jakarta: EGC
Surabaya.