Anda di halaman 1dari 13

MAPPING OF LONG LINE FISHING GROUND IN THE FISHING PORT OF THE

OCEAN (PPS) BUNGUS DISTRICTS TELUK KABUNG PADANG PROVINCE


WEST SUMATERA
By
Muhammad irvan¹), Alit Hindri Yani²), and Usman³)

E-mail: Muhammadirvanbin66@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the area tishi tor long line with a heat map setting in
western Sumatra in 2015. The method used in this study is a survey method. The results of this
study indicate the location of long line fishing ground is in the zone of archipelagic waters,
depths, territorial sea, contiguous zone, ZEE and the high seas. seen from the results of catching
the most is the transitional season II in the amount of 47. 232 kg while the catch at least the first
transitional season that is equal to 17. 783 kg. significant correlation level with the coordinates of
the catch and the more extensive range area of the arrest, the greater the results obtained
fishermen. Poot arrest hos point fewest arrests West season with one point while most is the
transition season 2 is two points hotspots with a radius of 0.2.

Keywords: heatmap setting, Long Line, hotspots, point coordinates, fishing ground
1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau
2) The Lecturer at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau

I. PENDAHULUAN Sumberdayah tuna tersebar hampir di


Salah satu komoditi yang potensial seluruh perairan Indonesia mulai dari
untuk diusahakan adalah perikanan, kerena perairan Indonesia bagian barat (Samudera
ikan merupakan komoditi yang dapat Hindia) sampai dengan kawasan Timur
dipanen sepanjang tahun atau tidak terlalu Indonesia (Laut Banda dan Utara Irian
tergantung pada musim. Ikan merupakan Jaya). Eksploitasi sumberdayah tuna
komoditi yang sangat dibutuhkan oleh dilakukan dengan menggunakan berbagai
manusia baik yang dikonsumsi langsung jenis alat tangkap, antara lain pukat cincin
maupun yang melalui proses (Dahuri, 2012). (purse seine), huhate (pole and line), rawai
tuna (tuna longline) dan pancing ulur (hand informasi yang dibutuhkannya, terutama

line) (Diniah et al., 2001). tentang kawasan tangkap bagi alat

Usaha penangkapan ikan memiliki penangkapan yang mereka operasikan,

peluang yang cukup besar untuk berapakah luas dan bagaimana distribusi

dikembangankan dalam rangka memenuhi wilaya jelajah kapal Long line kemudian

kebutuhan pangan yang bergizi untuk bagaimana potensi wilaya pengelolaan

manusia pada umumnya, hal ini terkait perikanan Republik Indonesia (WPP RI)

dengan sifat sumberdaya perikanan sebagai 572.

sumberdaya yang dapat diperbaharui. Bagi Tujuan dan Manfaat

keberhasilan pengembangan sangat Tujuan dari penelitian ini adalah

dibutuhkan pengetahuan mengenai daerah mengetahui luas daerah penangkapan ikan

pengoperasian alat tangkap dan faktor yang pada alat tangkap long line dengan heat

mempengaruhi daerah penangkapan untuk map setting . Manfaat dari penelitian ini

mendapatkan hasil tangkap yang optimal. adalah untuk memberikan peta kawasan

Hingga saat ini pemerintah masih tangkap long line kepada nelayan serta dapat

menghadapi kendala dalam mengatur usaha juga dimanfaatkan oleh pihak terkait lainnya

penangkapan ikan karena nelayan sebagai referensi untuk pengelolaan

mengoperasikan berbagai jenis alat tangkap perikanan tangkap kususnya dalam bidang

yang berbeda pada kawasan yang sama penangkapa berkelanjutan.

(Fariani, 2010). II. METODE PENELITIAN

Perumusan Masalah Waktu dan Tempat

Sebagian besar nelayan di daerah Penelitian ini akan dilaksanankan

studi masih mengalami kekurangan selama 6 minggu pada bulan Agustus dan

September 2016 di Kelurahan Bungus Barat


Kecamat Teluk Kabung Kota Padang

Provinsi Sumatera Barat yang terletak pada


Prosedur Penelitian
kordinat 01°- 02’ – 15” LS dan 100°-23’-

34”BT. Penelitian ini di mulai dengan

pengambilan data sekunder pada akir Bulan


Alat dalam Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam Juli Tangal 27 2016 Pelabuhan (PPS)

penelitian ini: Global Positioning System Bungus Kota Padang. Adapun diagram alir

(GPS) receiver Garmin, Alat tulis, kemera penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat

digital dan Perangkat lunak yang digunakan: pada Gambar Berikut:

Quatum Gis, Microsoft Office Excel 2013. Persiapan Penelitian

Metode Penelitian
Pengumpulan data posisi dari GPS Nelayan
Penelitian ini mengunakan metode
dan data survei
survei, mengidentifikasi armada kapal long

line yang melakukan operasi penangkapan. Pemindahan data posisi ke komputer


Untuk membuat track Global Positioning

system (GPS) oleh petualang track long line Processing data posisi

(Rahmawati et al. 2015).


Peta distribusi kawasan tangkap
Perhitungan nilai Hook Rate rata-rata
Gambar 1. Diagram Alir Pengambilan
yaitu dengan membagi catch (dalam ekor) Dan Pengolahan Data

dengan rata –rata mata pancing yang di

gunakan. Persamaan yang digunakan untuk Pengumpulan Data

Daerah jelajah kapal Long line


menghitung HR, menurut Ayohdyoa, (1981)
dimodelkan melalui analisis spasial. Data
adalah :
perekaman jelajah kapal Long line
dikonversi menjadi data titik (point). Setiap penangkapan yaitu peta dasar RBI dengan

titik merepresentasikan keberadaan kapal sekala 25.000. Bentuk lokasi ini dapat

Long line target di suatu tempat berdasarkan diunduh pada portal.ina-sdi.or.id. Akan

daerah posisi penangkapanya. Data tersebut muncul beberapa data yang harus di

digunakan untuk analisis spasial penentuan lengkapi, seperti nama, email, jenis RBI

daerah jelajah dan daerah inti. Data yang ingin didownload, jenis pengguna.

dianalisis dan diolah menggunakan aplikasi Isi semua data yang tersedia. Lalu

quantum gis, dengan langkah sebagai centang pada kalimat “Saya menyetujui

berikut : sesuai ketentuan undang-undang yang

berlaku”. Kemudian klik “Kirim”.


1. Proses Data Koordinat Terlihat Dipeta
Tampilan yang akan muncul merupakan
A. langka yang pertama yang harus kita
bentuk peta RBI yang akan di download.
lakukan adalah download aplikasi
Untuk memilih bagian yang ingin kita
Quantum Gis Quantum Geographic
download dapat menggunakan menu
Information System adalah suatu
polygon, freehand, rectangle. Format data
perangkat sistem informasi sumber
yang didownload adalah shapefile (.shp).
terbuka berlisensi. QGIS dapat
c. kemudian persiapkan data yang mau kita
didownload secara geratis
olah dari hasil loog buuk tahun 2015 PPS
http://www.qgis.org/en/site/forusers/dow
Bungus data koordinat penangkapan
nload.html.
dimasukkan kedalam Microsoft excel
B. Untuk dapat menampilkan data sehingga
untuk dirubah formatnya menjadi csv
menjadi suatu informasi, maka terlebih
(Comma delimited) agar dapat diperoses
dahulu kita harus memiliki gambaran
oleh aplikasi Quantum gis.
bentuk atau tampilan lokasi sekitar
d. buka aplikasi Quantum gis data tersebut 0,2 kelik ok Akan muncul tampilan

ditambahkan dengan toolbar Add heatmap setting.

Delimited Text Layer Untuk


B. kemudian disesuaikan titik koordinatnya
menampilkan data penangkapan dalam
berdasarkan bulan, musim dan tahun
format.csv (menggunakan aplikasi
maka terlihat peta daerah penangkapan
Microsoft Excel Workbook) maka klik
ikan tahun 2015.
browse. sehinga kemudian cari data
Analisis Data
penangkapan yang ingin ditampilkan, lalu
Data yang dianalisa berupa data
klik open. pada layer setting pada kolom
spasial yang telah dihasilkan sebelumnya
x field isi dengan Lintang Pada kolom y
maupun data non-spasial yang juga
field isi dengan bujur akan muncul kotak
didapatkan di lokasi penelitian. Keseluruhan
dialog baru dan isi filter dengan WGS 84
data hasil di peroleh di tabulasikan ke dalam
lalu klik ok titik koordinatnya akan
tabel grafik dan diagram kemudian di
terlihat di peta.
analisis secara distriptif.
2. Peroses Merubah Data Fektor Menjadi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Raster Dengan Heatmap Jumlah Setting
Deskripsi Umum Daerah Penelitian
A. Untuk menampilkan heat map maka klik
Secara geografis, Provisnsi Sumatera
menu Raster Kemudian Heatmap pada
Barat terletak pada garis 0⁰ 54’ LU - 3⁰ 30’
kolom Output Raster pilih lokasi tempat
LS dan 98⁰ 36’ BT - 101⁰ 53’ BT dengan
penyimpanan data heatmap lalu akan
total luas wilaya sekitar 42.297 km². Luas
muncul lokasi penyimpanan yang kita
tersebut setara dengan 2,17 % dari luas
pilih Save Pada kolom Radius pilih Map
daratan Republik Indonesia. Sematera Barat
units Pada kolom Radius kita isi angka
mempunyai wilaya laut termasuk Zona Frekuensi kunjungan kapal

Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 186.580 perikanan sebanyak 973 kapal atau rata-rata

Km² dengan garis pantai sepanjang 375 km 81 kali perbulan. Sedangkan frekuensi kapal

mulai dari Kabupaten Pasaman Barat sampai keluar sebanyak 461 kali atau rata-rata 38

pesisir Selatan. kali perbulan . Sedangkan jumlah ABK

Penetapan lokasi penelitian didasari Indonesia dari kapal perikanan menurut

informasi daerah penangkapan ikan dari data jenis alat penangkap ikan selama tahun 2015

logbook penangkapan ikan tuna oleh berjumlah 5.958 orang.

nelayan yang kapalnya berlabuh di PPS Pendaratan Ikan di PPS Bungus

Bungus. Berdasarkan data logbook tersebut, Pendaratan ikan di PPS Bungus


secara geografis daerah penangkapan ikan berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal

tahun 2015 terletak pada 0⁰ 0’ 0’’ LU - 5⁰ nelayan lokal (Nelayan Kapal Tonda) dan

05’ 0’’ LS dan 90⁰ 00’’ BT - 102⁰ 37’ 00’’ nelayan kapal Purse Seine, Hand Line, Long

BT. Line serta kapal-kapal pengumpul dan

Kadaan Kapal Perikanan Tangkap PPS pengangkut. Kapal-kapal Long Line dan
Bungus
Hand Line tersebut merupakan kapal
Kapal Perikanan berdasarkan data
Pindahan dari Pelabuhan Muara Baru
yang dihimpun oleh Kesyahbandaran
Jakarta dan Benoa Bali bekerjasama
Perikanan TMT 01 Januari 2015 s.d 31
Perusahaan PT. Dempo Andalas Samudera
Desember 2015, tercatat bahwa kapal yang
yang bergerak dibidang usaha pengolahan
memanfaatkan PPS Bungus sebanyak 973
ikan. Sedangkan usaha penangkapan
kapal, yang terdiri dari berbagai jenis kapal
difokuskan kepada perikanan tuna dengan
penangkap dan kapal pengangkut.
tujuan ekspor ke negara Jepang.
Hasil ikan yang di dapatkan oleh alat Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus

tangkap long line dapat di lihat pada mayoritas didominasi oleh jenis ikan tuna.

lampiran 3. Volume produksi ikan yang Jenis ikan tuna segar dan olahan dipasarkan

didaratkan periode bulan Januari sampai keluar negeri (ekspor). Volume produksi

dengan bulan Desember 2014 sebanyak ikan tuna periode bulan Januari sampai

2.396,50 Ton, dengan nilai sebesar dengan bulan Desember 2014 sebanyak

Rp79.951.368.000. Sedangkan volume 871,86 Ton, dengan nilai sebesar

produksi ikan periode bulan Januari sampai Rp52.643.342.000. Sedangkan volume

dengan bulan Desember 2015 sebanyak produksi ikan tuna periode bulan Januari

991,18 Ton dengan nilai sebesar Rp sampai dengan bulan Desember 2015

37.382.876.800. Apabila dibandingkan sebanyak 502,01 Ton dengan nilai sebesar

antara tahun 2014 dengan tahun 2015, Rp 30.427.346.000. Apabila dibandingkan

terjadi penurunan volume produksi ikan antara tahun 2014 dan tahun 2015 terjadi

yang didaratkan sebesar 1405,32 Ton atau penurunan produksi sebesar 369,85 Ton

58,64% dan penurunan nilai produksi atau 42,42% dan dibarengi dengan

sebesar Rp 42.568.491.327 atau sebesar penurunan nilai produksi sebesar Rp

53,24%. 22.215.996 atau sebesar 42,20%.

Adapun penurunan volume produksi Perkembangan volume produksi dan

terjadi karena pada tahun 2015 terdapat nilai produksi ikan yang didaratkan di

adanya kebijakan tentang pangkalan Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus

pendaratan ikan kapal perikanan dari dapat dilihat pada tabel berikut ini :

keseluruhan produk ikan yang didaratkan di


400
350

Volum e Produksi (Ton)


300
250
200
150
100
50
0
JanFebMarAprMeiJunJulAgust
SeptOktNovDes
Bulan
Tahun 2014 Tahun 2015

Gambar 2. Grafik volume hasil tangkapan pada tahun 2014 dan 2015

Dari gambar di atas dapat kita lihat 2015 pada bulan oktober 172.95 Kg

perbedaan persentasi hasil tangkapan tahun sedangkan hasil tangkapan yang terkecil

2014 yang paling banyak terjadi pada bulan pada bulan Januari 75.37 Ton dan pada

november 382.46 Ton sementar untuk tahun bulan Juli 34.81 Ton.

9.000.000.000
Nilai (Rp)Nilai (Milyard)

8.000.000.000
7.000.000.000
6.000.000.000
5.000.000.000
4.000.000.000
3.000.000.000
2.000.000.000
1.000.000.000
0
Bulan
JanFebMarAprMeiJun JulAgust
SeptOktNovDes
Tahun 2014 Tahun 2015

Gambar 3. Grafik Nilai Produksi Ikan Yang Didaratkan Tahun 2014 dan 2015
Dari gambar di atas dapat kita lihat Hasil Tangkapan Yang Didaratkan Long
Line Di PPS Bungus
nilai produksi tertingi pada tahun 2014
Ikan yang didaratkan oleh nelayan
adalah pada bulan Februari Rp
long line dipelabuhan PPS Bungus memiliki
8.987.217.905 dan tahun 2015 adalah pada
keragaman komposisi hasil tangkapan
bulan Mare Rp 5.617.373.100 sedangkan
misalnya tuna albakor, mata besar,
yang terkecil pada bulan Desember Rp
madidihang, sirip biru, setuhuk loreng,
2.880.367.500 dan tahun 2015 yang terkecil
setuhuk hitam, ikan pedang, jumlah hasil
pada bulan Rp 1.433.963.600.
tangkapan long line pada tahun 2015

sebagian berikut.

Gambar 4. Grafik Hasil Tangkapan Setiap Bulan Pada Tahun 2015

Gambar 5. Grafik Perubahan Hook Rate Setiyap Bulan Tahun 2015


Dari hasil data hook rate diatas dapat Maka distribusi operasi penangkapan

dilihat perubah setiap bulanya mengalami ikan yang di lakukan oleh nelayan

peningkatan dan penurunan, yang paling denganmengunakan alat tangkap long line

besar 26% dengan nilai hook rate 3, 55% dapat kita lihat perubaha pada setiyap

terjadi pada bulan Juni sedangkan yang bulanya

paling kecil terjadi pada bulan April sebesar


Musim Penangkapan
2% dengan nilai hook rate 0,22 %
Gambar heatmap setting musim
Daerah Penangkapan Ikan Perbulan
barat musim peralihan 1, musim timur, dan
Dari setiap penangkapan yang
musim peralihan2. menunjukan kegiatan
dilakukan oleh nelayan long line mengalami
paling sering melakukan penangkapan oleh
perubahan lokasi daerah penangkapan ikan,
nelayan yaitu adalah berwarna mera,
ini di dikarena berdasarkan di mana ikan
sedangkan berwarna kuning daerah
engalami perpindahan dari peraiaran yang
penangkapan yang jarang melakukan
satu keperaiaran yang lainya di sebabkan
kegiatan penangkapan yang di operasikan
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal
oleh nelayan Long Line, dengan melihat
dan faktor eksternal. Maka dalam hal ini
daera jelaja kapal yaitu daerah di zona laut
dapat kita lihat dari penyajian hasil peta
perairan kepulauan, perdalaman, laut wilaya,
penangkapan dan daerah penangkapn yang
zona tambahan, ZEE dan laut lepas.
paling banyak melakukan penangkapan ikan

oleh kapal long line.


Gambar 6. Peta heatmap setting daerah penangkapan ikan long line

4.2. Pembahasan Perairan Indonesia yang dipengaruhi

Nontji (1987) menyatakan bahwa oleh sistem pola angin muson memiliki pola

arah utama angin yang bertiup pada suatu sirkulasi masa air yang berbeda dan

daerah, maka dikenal dengan istilah musim bervariasi antara musim. Di samping itu

barat dan musim timur. Berhubung dengan perairan Indonesia juga dipengaruhi masa

musim penangkapan di Indonesia dikenal air semudera fasifik yang bergerak menuju

ada empat musim yang sangat samudera Hindia melalui sistem arus lintas

mempengaruhi kegiatan penangkapan, Indonesia. Sirkulasi massa air pada perairan

yaitu musim barat, musim timur, musim Indonesia berada antara musim barat dan

peralihan awal tahun, dan musim peralihan musim timur. Pada musim barat massa air

akir tahun, kedua musim peralihan disebut umumnya mengalir kearah timur perairan

musim percobaan, ke empat musim tersebut Indonesia, sebaliknya pada musim timur

berputar saling berganti secara periodic massa air dari daerah upwelling di laut

diatas wilaya Indonesia. Arafuru dan laut Banda akan mengalir ke


perairan Indonesia bagian barat. Perbedaan KESIMPULAN DAN SARAN

suplai massa air tersebut mengakibatkan Kesimpulan


terjadinya perubahan kondisi perairan yang Jelajah daerah penangkapan ikan

akirnya mempengaruhi tinggi rendahnya kapal long line adalah di zona perairan

produktivitas primer perairan (kushardono, kepulauan, perdalaman, laut wilaya, zona

2013). tambahan, ZEE dan laut lepas. Sebagaimana

Pemanfaatan sumberdaya ikan di laut dengan WPP 572. Menurut titik koordinat

semakin intensif dan daya jangkauan operasi stasiun penangkapan yang paling banyak

penangkapan ikan oleh para nelayan adalah musim Peralihan II yaitu 269 titik

semakin luas dan jauh dari daerah asal koordinant sedangkan yang paling sedikit

nelayan tersebut. Konflik sering terjadi pada musim barat yaitu 96 titik koordinat

karena tidak jelasnya wilayah pemanfaatan penangkapan. Maka jikah dilihat dari hasil

yaitu dapat melibatkan nelayan dalam satu penangkapan yang paling banyak adalah

daerah yang sama ataupun antara daerah pada musim peralihan II yaitu sebesar

yang satu dengan dengan daerah lainnya. 47.232 Kg sedangkan untuk hasil tangkapan

Salah satu upaya yang telah dilakukan yang paling sedikit pada musim peralihan I

pemerintah dalam menghindari terjadinya yaitu sebesar 17.783 Kg. Jadi untuk

konflik pemanfaatan adalah dengan korelasinya senigfikan sejajar dengan titik

mengendalikan perkembangan kegiatan koordinat dengan hasil tangkapan semakin

penangkapan ikan melalui penerapan zonasi banyak dan luas daerah jelajah

jalur penangkapan ikan di laut. (Harahap penangkapan maka semakin besar hasil yang

dan Yanuarsyah, 2012). didapatkan oleh nelayan. Kemudian untuk

titik hos poot penangkapan yang paling

sedikit melakukan penangkapan adalah


musim Barat dengan satu titik sementara Fariani, R. S. 2010. Pemetaan Kawasan
Tangkap Gill Net dan Purse Saine
yang paling banyak adalah musim Peralihan Yang di Operasikan Nelayan Kota
Tanjung Balai Kabupaten Asahan
2 yaitu dua titik hos poot yang sering
Provinsi Sumatera Utara. Skripsi,
melakukan penangkapan dengan radius 0.2 Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Lelautan, Universitas Riau,
Saran Pekanbaru. 36 hlm.

Perlu diadakan lagi penelitian Harahap, S. A. dan Yanuarsyah. I. 2012.


Aplikasi Sistem Informasi Geografis
mengenai sebaran klorofl-a dari berbagi (SIG) Untuk Zonasi Jalur
Penangkapan Ikan di Perairan
citra setelit sehinga mendapatkan gambaran Kalimantan Barat. Jurnal Akuatika
Vol. III No. 1; (40-48). Jln. Raya
tentang zona potensial penangkapan ikan Bandung-Sumedang KM 21
Jatinangor 40600.
tuna selama setahun.
Kushardono, D. 2013. Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Penginderaan Jauh Dalam
Ayodyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Ikan .Yayasan Dewi Sri. Bogor. Laut. Jakarta: Lembaga Penerbangan
Dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Dahuri R. 2002. Menggali Potensi Kelautan 113 hal.
dan Perikanan dalam rangka
Pemulihan Ekonomi Menuju Bangsa Rahmawati. E. S. Ahmad. S. Abdul. R.
yang Maju, Makmur dan Berkeadilan. 2015. Integrated Geographic
Pidato dalam rangka Temu Akbar Imformation System and Global
CIVA-FPIK-IPB tanggal 25 Agustus Positioning Syttem For Mapping Of
2002. Bogor. Hlm.30-31. Forest Plants In Supporting Natural
Resoursces Protection Jurnal
Diniah, M., Ali Yahya, S. Pujiyati, Sciencedirect (14) 334-342
Parwinia, S. Effendy , M. Hatta, M.
Sabri, Rusyadi, & A. Farhan 2001. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit
Pemanfatan sumberdaya tuna Djambatan. Jakarta.
cakalang secara terpadu. Makalah
Falsafah Sains. Program Pasca arjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 9 p.

Anda mungkin juga menyukai