Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468

Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

Struktur Biaya dan Efisiensi Usaha Perikanan Tangkap di Kota Bengkulu:


Kasus pada Alat Tangkap Gillnet
1 2 3
Mardianto,M .Mustopa Romdhon , dan Ketut Sukiyono
1,2)
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas PertanianUniversitas Bengkulu
3) Dosen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Bengkulu
ksukiyono@yahoo.com

Abstract
This study is aimed at analyzing the cost structure,and the efficiency level ofcatching fishery industry
in the city of Bengkulu. Research was conducted in Pulau Baai in the subdistrict at Kampung
Melayu,Bengkulu City where was determined purposively. Samples were selected by stratified
random sampling. The 60 samples were divided into two strata based on their fishing vessel size, i.e.,
1-5 GT and ≥ 6 GT. Full costing approach was used to analyse cost structure of catching fishesy
businesses while R/C ratio was applied to determine the level of business efficiency. The estimation
found that a variable cost amounted to 83.22 % of total cost, While fixed cost consisted of 16.78 %.
Efficiency fishery business level way 1.24 which means that by spending 1 rupiah fisherman will
benefit by Rp. 1.24, this means the fishery business was efficient because R/C ratio was hingher than
1. In term of revenue distribution, there is “bagi hasil” pattern between the owner and fishing vessel
crews, i.e., with ratio of 50: 50.
Keywords: Cost Structure, Efficiency, Catching Fishery

PENDAHULUAN dilakukan oleh nelayan sebagaian besar


Sebagai negara ke pulauan, Indonesia menggunakan kapal dan alat tangkap
memiliki pulau terbanyak di dunia, terdiri sederhana. Salah satu jenis alat tangkap
dari 17.508 pulau dengan garis pantai yang digunakan adalah jaring Insang atau
sepanjang 81.000 Km dan luas sekitar 3,1 Gillnet. Menurut Zulbainarni (2009), jaring
juta Km2 atau 62% dari luas teritorialnya. insang (Gillnet) adalah alat tangkap jaring
Dengan perairan laut yang luas tersebut, dimana dinding jaringnya berbentuk empat
Indonesia kaya akan jenis maupun potensi persegi panjang, mempunyai mata jaring
perikanan, dimana potensi perikanan umum yang sama ukurannya pada seluruh badan
sebesar 305.660 ton/tahun serta potensi jaring, dilengkapi dengan pelampung pada
kelautan kurang lebih 4 miliar USD/tahun. bagian atas jaring dan pemberat pada
Produksi ikan tangkap Indonesia tahun 2011 bagian bawah jaring. Jaring insang
memang sudah mengalami peningkatan dioperasikan dengan tujuan menghadang
yang signifikan, dari 5,039,446 ton tahun gerombolan ikan. Lebih lanjut, Zulbainarni
2010 menjadi 5,345,729 ton di tahun 2011. mengatakan ikan –ikan yang tertangkap
Namun, Bengkulu mengalami penurunan pada jaring insang umumnya karena terjerat
dari 44,241 ton pada tahun 2010 turun (gilled) dibagian belakang penutup insang
menjadi 39,860 ton di tahun 2011 ataupun terpuntal (entagled) pada mata
(Septaria.2013) jaring, baik untuk jarring insang yang hanya
Penangkapan ikan di Bengkulu saat ini terdiri dari satu lapis jaring,dua lapis

1
Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468
Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

maupun tiga lapis jaring. METODE PENELITIAN


Salah satu strategi yang dilakukan Penelitian ini dilakukan di Pulau Baai
individu atau organisasi untuk di Kecamatan Kampung Melayu Kota
meningkatkan kesejahteraan adalah dengan Bengkulu. Penentuan lokasi penelitian
meminimalisasi biaya. Adapun bentuk dilakukan secara sengaja (purposive) di Kota
strategi minimalisasi biaya ini sering disebut Bengkulu pada bulan Mei 2015. Pada bulan
economizing strategy (Williamson 2009). Mei ini, musim yang sedang berlangsung
Strategi ini berfokus pada minimalisasi biaya adalah musim angin Barat. Angin barat ini
melalui upaya minimalisasi aktivitas yang diiringi oleh musim hujan karena angin
menimbulkan biaya serta upaya barat bersifat basah dan lembab. Ketika
maksimalisasi aktivitas yang berpotensi riset di lakukan meskipun musim angin
meminimalisasi biaya tersebut. barat, namun curah hujan di Kota Bengkulu
Minimalisasi biaya ini sering dikaitkan rendah. Meskipun nelayan dapat melaut
dengan efisiensi usaha yang mencerminkan karena curah hujan rendah, tetapi
berapa keuntungan yang diperoleh dari gelombang laut tinggi dan angin kencang
biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan biasanya berdampak pada hasil tangkapan
produk. Oleh sebab itu, menemukenali yang diperoleh nelayan. Dengan demikian,
struktur biaya dalam suatu usaha menjadi penelitian ini mengsumsikan bahwa hasil
penting jika dikaitkan dengan pencapaian yang diperoleh petani dapat dianggap
efisiensi usaha ini. Suatu usaha akan dapat sebagai hasil minimum yang diperoleh
memaksimumkan keuntungannya manakala nelayan.
dapat ditemukenali biaya–biaya yang secara Populasi dalam penelitian ini
ekonomi dapat diminimalkan. Dalam usaha sebanyak 147 nelayan yang menggunakan
perikanan tangkap, biaya yang dikeluarkan alat tangkap gillnet (Dinas Kelautan dan
oleh nelayan dalam setiap trip Perikanan Kota, 2013). Metode
penangkapannya, terdiri dari biaya pengambilan sampel dilakukan secara
operasional baik untuk anak buah kapal Stratified Random Sampling yang
maupun untuk operasi kapal. Berangkat dikembangkan oleh Roscoe dalam Sukiyono
dari diskusi ini, penelitian ini bertujuan (2010). Roscoe mengusulkan beberapa
untuk menganalisa struktur biaya dan pedoman yang dapat digunakan dalam
tingkat efisiensi usaha perikanan tangkap di menentukan jumlah sampel untuk beberapa
Kota Bengkulu dengan alat tangkap Gillnet. jenis penelitian. Pertama ukuran sampel
Penelitian ini juga akan membahas bagi yang layak dalam penelitian antara 30 – 500
hasil pendapatan yang menjadi kontrak sampel. Kedua, jika sampel dikatagorikan
antara pemilik kapal dengan pemilik kapal. dalam beberapa strata atau golongan, maka

2
Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468
Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

jumlah minimal 30 sampel dalam penelitian Total Pendapatan =


sudah cukup.Penentuan sampel dibagi dua Total Penerimaan – Total Biaya
strata yaitu jumlah nelayan yang = TR – TC
menggunakan kapal berukuran 1-5 GT Efisiensi perikanan tangkap
sebanyak 30 orang dan nelayan yang ditunjukkan oleh besarnya penerimaan dan
menggunakan kapal berukuran ≥ 6 GT yaitu biaya yang dikeluarkan yang disebut
sebanyak 30 orang jadi jumlah sampel Revenue Cost Ratio (R/C), kegiatan usaha
dalam penelitian ini sebesar 60 sampel. perikanan tangkap dapat dikatakan efisien
Kriteria responden yang diambil sampel apabila R/C Ratio lebih dari satu. Menurut
memiliki kriteria sebagai berikut: (a) Pemilik (Soekartawi dalam Segara 2015), analisis
kapal dan nahkoda kapal, dan (b) Nelayan R/C ratio dikenal sebagai perbandingan
menggunakan alat tangkap Gillnet. antara penerimaan dan biaya, secara
Struktur biaya dalam usaha perikanan matematik hal ini dapat dituliskan sebagai
tangkap di Kota Bengkulu dianalisis dengan berikut:
pendekatanmetode Full Costing dengan R ( )
=
C ( )
merinci biaya-biaya keseluruhan pada usaha
perikanan tangkap. Ada 2 (dua) jenis biaya Keterangan:
yang dianalisis pada struktur biaya usaha TR : Total Penerimaan (Rp/Kg/trip)
perikanan tangkap ini yaitu Variable Cost TC : Total Biaya (Rp/trip)
(VC) terdiri dari biaya bahan bakar, tenaga
HASIL PEMBAHASAN
kerja, perbekalan dan es batu, serta Fixed
Karakteristik Responden
Cost (FC) terdiri dari biaya penyusutan
Karakteristik responden merupakan
diantaranya yaitu penyusutan jaring, kapal,
ciri-ciri atau sifat-sifat dari responden yang
mesin, peti es dan biaya perawatan kapal
diamati bertujuan untuk mengetahui kondisi
dan mesin.
serta keadaan dari responden yang diamati.
Hubungan antara besarnya biaya,
Karakteristik responden usaha perikanan
penerimaan dan pendapatan nelayan dalam
tangkap yang diamati dalam penelitian ini
usaha perikanan tangkap di Kota Bengkulu
meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah
digunakan rumus sebagai berikut:
anggota keluarga, dan pengalaman usaha.
Total Biaya (TC) =
Yang perlu dicermati adalah responden
Total Biaya Tetap + Total Biaya Variabel
dalam penelitian ini adalah nahkoda dari
= TFC + TVC
kapal penangkap ikan yang menggunakan
Total Penerimaan (TR) =
alat tangkap Gillnet. Mereka ini selain
Harga jual x Jumlah produksi
bertindak sebagai nahkoda kapal juga
=PxQ
sebagian dari mereka menjadi pemilik dari

3
Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468
Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

kapal penangkap ikan. tingkat SMP yaitu sebesar 35 persen dan


Menurut (Mubyarto dalam Wulandari tingkat SD 33.3 persen. Pendidikan sangat
2015), bahwa umur seorang yang berkisar diperlukan untuk menambah pengetahuan
15-64 tahun termasuk dalam golongan nelayan, karena secara tidak langsung akan
produktif. Dinyatakan juga, seseorang pada berpengaruh pada penyerapan informasi
usia produktif akan memberikan hasil yang mengenai inovasi baru dari usaha perikanan
maksimal jika dibandingkan pada usia tidak tangkap.
produktif. Umur nelayan perikanan tangkap Jumlah anggota keluarga yang dibebankan
di Kota Bengkulu berkisar antara 25 tahun kepada kepala keluarga biasanya terdiri dari
sampai 58 tahun, dengan rata-rata berumur istri, anak-anak, orang tua dan anggota
40,9 tahun. Rata-rata umur nelayan keluarga lainya selain kepala keluarga yang
perikanan tangkap ini mengindikasikan masih di tanggung keperluan hidupnya oleh
bahwa nelayan perikanan tangkap di Kota kepala keluarga.
Bengkulu berada pada usia produktif
Struktur Biaya Usaha Perikanan Tangkap di
sehingga dapat berkerja secara maksimal Kota Bengkulu
untuk mendapatkan hasil yang seefisien Struktur biaya mencakup semua
mungkin. biaya-biaya yang digunakan baik secara
Pendidikan merupakan salah satu langsung atau tidak langsung dari usaha
faktor yang ikut menentukan dalam perikanan tangkap di Kota Bengkulu. Biaya
keberhasilan suatu usaha. Pendidikan yang digunakan dalam perikanan tangkap di
seseorang umumnya mempengaruhi cara Kota Bengkulu ialah secara langsung yaitu
dan pola fikir dalam mengelola usahanya biaya oprasional nelayan, biaya perawatan
dan akan berpartisipasi aktif juga dalam dan penyusutan dapat dilihat pada Tabel 1
suatu kegiatan. Dengan adanya pendidikan struktur biaya usaha perikanan tangkap di
formal ini diharapkan dapat membentuk Kota Bengkulu.
sebuah pola fikir yang maju dan realitas Dari Tabel 1, ada dua macam biaya
sehingga dapat membawa kemajuan bagi dalam usaha perikanan tangkap di Kota
dirinya. Dari hasil penelitian, pendidikan Bengkulu diantaranya biaya variabel dan
responden sebagian besar adalah SD dan biaya tetap. Biaya variabel meliputi biaya
SMP dimana menurut Triyanti dan Safitri tenaga kerja,biaya bahan bakar,biaya
(2012) tingkat pendidikan yang rendah ini perbekalan dan biaya es batu. Sedangkan
bisa jadi mendorong responden untuk untuk biaya tetap meliputi biaya penyusutan
mengandalkan keahlian yang konvensional diantaranya penyusutan jaring, penyusutan
(sesuai kebiasan) dalam usaha penangkapan kapal, penyusutan mesin dan penyusutan
ikan. Nelayan yang berpendidikan pada peti es. Untuk biaya variabel, biaya bahan

4
Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468
Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

bakar merupakan biaya yang paling besar biaya variabel.Selain variabel bahan bakar,
digunakan oleh nelayan perikanan tangkap perbekalan merupakan biaya paling besar
di Kota Bengkulu yaitu 38.53 % per trip kedua yang di keluarkan oleh nelayan
sedangkan untuk biaya tetap biaya perikanan tangkap di Kota Bengkulu yaitu
perawatan kapal merupakan biaya yang sebesar 37,66 %. Ini berarti variabel
paling besar yaitu sebesar 4.00 % per trip. perbekalan diduga berpengaruh terhadap
Tabel 1menunjukkan bahwa struktur usaha perikanan tangkap. Arinya, semakin
biaya usaha perikanan tangkap di Kota banyak perbekalan yang dibawa maka
Bengkulu komponen biaya yang paling besar semakin lama nelayan berada di lautan,
adalah biaya variabel (VC) dengan sehingga semakin efektif waktu yang
persentase tertinggi yaitu 83,53 % digunakan nelayan untuk menangkap ikan.
sedangkan untuk biaya tetap (FC) ialah Perbekalan yang dibawa oleh nelayan
16.47 % dari total biaya seluruhnya. Biaya diantaranya yaitu rokok, konsumsi, dan air
bahan bakar merupakan biaya yang paling bersih.
besar dalam usaha perikanan tangkap di Biaya tetap yang dikeluarkan adalah biaya
Kota Bengkulu yaitu sebesar 38,53 %ini perawatan dan biaya penyusutan peralatan.
berarti variabel bahan bakar berpengaruh Biaya penyusutan yang dihitung yaitu
terhadap usaha perikanan tangkap di Kota penyusutan jaring, penyusutan kapal,
Bengkulu karena semakin banyak bahan penyusutan mesin dan penyusutan peti es.
bakar yang dibawa maka akan semakin lama Perhitungan untuk biaya penyusutan adalah
nelayan berada di lautan sehingga semakin dengan cara mengurangi harga awal dengan
tinggi hasil tangkapan. Nelayan rata – rata harga akhir, dimana harga akhirnya adalah
membeli solar dalam satu trip mencapai nol, kemudian dibagi dengan umur
382 liter/Trip. Selain menggunakan solar ekonomis. Sedangkan untuk biaya
nelayan juga menggunakan oli. Penggunaan perawatan dengan cara menanyakan
oli dalam satu trip rata-rata mencapai 13 langsung kepada nelayan untuk biaya
liter. Biaya rata-rata penggunaan bahan perawatan pertahun, kemudian dibagi 12
bakar oli dan solar yang digunakan oleh bulan untuk biaya perawatan perbulan dan
nelayan perikanan tangkap di Kota Bengkulu setelah mendapatkan biaya perbulan lalu
dapat menghabiskan Rp.3.049.500 atau dibagi 2 untuk mendapatkan biaya
sebesar 46.13 persen per trip dari total perawatan pertrip.
Tabel 1. Struktur Biaya Usaha Perikanan Tangkap di Kota Bengkulu
No Jenis Biaya Nilai Rata-rata (Rp/Trip) Persentase (%)
1 Biaya Variabel (VC)
Bahan Bakar 3.049.500 38.53
Perbekalan 2,980,583 37.66
Batu Es 581.083 7.34

5
Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468
Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

Total Biaya Variabel (TVC) 6,611,167 83.53

2 Biaya Tetap (FC)


a. Biaya Penyusutan
i. Jaring 310.488 3.92
ii. Kapal 316.621 4.00
iii. Mesin 56.712 0.72
iv. Peti Es 306.250 3.87
b. Biaya Perawatan 313.472 3.96
Total Biaya Tetap (FC) 1.303.544 16.47
Total Biaya (TC) 7.914.711 100
Sumber : data primer diolah 2015

Rata-rata usaha perikanan tangkap lebih lama dan begitu juga sebaliknya. Biaya
di Kota Bengkulu menggunakan kapal yang penyusutan mesin rata-rata Rp. 56.712 atau
berukuran 6 GT (Gross Tonage). Dengan sebesar 4.35 persen per trip. Biaya ini
rata-rata ukuran kapal panjang mencapai 14 merupakan biaya yang paling kecil yang
m, lebar 2 m dan dalam 1 m. Nelayan dikeluarkan oleh usaha perikanan tangkap
perikanan tangkap di Kota Bengkulu di Kota Bengkulu yaitu sebesar 0,72 % dari
memperoleh kapal ada yang membuat total biaya (TC). Lebih lanjut, biaya yang
sendiri dan ada juga nelayan yang membeli cukup besar dikorban oleh nelayan adalah
kapal secara seken, rata-rata harga kapal biaya perawatan kapal. Biaya perawatan
perikanan tangkap di Kota Bengkulu Rp. meliputi yaitu pendokingan kapal,
127.200.000 dengan rata-rata umur perawatan alat tangkap,dan mesin. Biaya
ekonomis mencapai 17 tahun. Dengan biaya perawatan rata-rata pertahunnya
penyusutan pertripnya yaitu Rp.316.621 Rp.7.523.333. untuk mencari biaya
atau sebesar 24.29 persen per trip dari total perawatan perbulan biaya perawatan
biaya tetap atau 4 persen dari total biaya pertahun dibagi dengan 12 bulan jadi untuk
(TC).Jenis kapal yang digunakan oleh usaha biaya perawatan perbulan ialah Rp.
perikanan tangkap di Kota Bengkulu 626.944. Sedangkan untuk biaya perawatan
diantaranya yaitu Mitsubishi, Yangdong, pertrip yaitu biaya perawatan perbulan
Yanmar Dan Hyundai. Dengan rata-rata dibagi 2 karena nelayan perikanan tangkap
menggunakan mesin yang berkekuatan 32 di Kota Bengkulu rata-rata dalam 1 bulan
PK (Paarden Kracht). Mesin kapal diperoleh mereka melaut sebanyak 2 kali. Biaya
nelayan dengan cara membeli secara seken perawatan pertrip yaitu Rp. 313.472 atau
dengan harga rata-rata Rp. 22,946,667. sebesar 24.05 persen per trip.
Dengan rata-rata umur ekonomis mencapai
Penerimaan Usaha Perikanan Tangkap
17 tahun jika perawatan yang dilakukan Gillnet merupakan alat tangkap
rutin maka tidak menutup kemungkinan yang daerah operasinya di area permukaan
bahwa umur ekonomis mesin ini bertahan laut oleh sebab itu gillnet khusus untuk

6
Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468
Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

menangkap jenis ikan yang berada di daerah mereka keluarkan lebih besar dibandingkan
permukaan air laut seperti jenis ikan kerong, dengan hasil tangkapan yang mereka
kape-kape, tengiri dan lain-lain. Hasil dapatkan. Hasil tangkapan menurun
penelitian menunjukkan bahwa tangkapan dikarenakan masih banyak nelayan yang
nelayan didominasi oleh ikan kerong dengan bebas menggunakan trawl sehingga
volume tangkapan mencapai 127 kg per trip menyebabkan nelayan tradisional hasil
dengan penerimaan sebesar Rp. 1,016,400 tangkapannya menurun. Selain itu, faktor
atau sebesar 10,96 persen. Jenis ikan lain cuaca juga mempengaruhi hasil tangkapan
yang dominan yaitu ikan kape-kape nelayan yaitu berhembusnya angin barat
mencapai 87 Kg per trip dengan penerimaan yang di anggap selalu merugikan nelayan
sebesar Rp. 2.794.666 per trip atau sebesar sehingga nelayan tidak bisa melaut.
30,13 persen. Jenis ikan ini merupakan jenis Data BMKG Pulau Bali (2015)
yang sering didapatkan dan memiliki nilai menunjukkan mulai November 2015 sampai
ekonomis yang cukup tinggi sehingga dengan Mei 2015 di Kota Bengkulu
membuat ikan kape-kape mempunyai berhembus angin barat, akibatnya
persentase penerimaan yang paling tinggi gelombang di tengah laut menjadi tinggi.
dibandingkan hasil tangkapan yang lain. Angin barat ini diringi musim hujan karena
Sedangkan untuk jenis tangkapan yang angin barat bersifat basah dan lembab.
paling sedikit yaitu ikan talang volume Ketika riset dilakukan meskipun musim
tangkapan hanya mencapai 4 kg pertrip angin barat, namun curah hujan di Kota
dengan penerimaan sebesar Rp.60.000 atau Bengkulu rendah sehingga nelayan masih
sebesar 0,65 persen.Ketika survai dilakukan dapat melaut karena curah hujan rendah,
pada bulan Mei, banyak nelayan yang tetapi gelombang laut tinggi dan angin
mengeluhkan atas hasil tangkapan mereka kencang membuat hasil tangkapan sedikit.
yang sedikit dan ada juga nelayan yang
mengalami kerugian karena modal yang
Tabel 2. Rata – rata Penerimaan Hasil Tangkapan Usaha Perikanan Tangkap Per trip
No Jenis Ikan Jumlah Harga Jual Penerimaan (Rp/Trip) Persentase
tangkapan (Rp/Kg) (%)
(Kg/Trip)
1. Ikan Kape-Kape 87 32.000 2.794.666 30.13
2. Ikan Tenggiri 38 40.000 1.506.667 16.25
3. Ikan Kakap 25 45.000 1.143.750 12.33
4. Ikan Kerong 127 8.000 1,016,400 10.96
5 Ikan Bledang 31 15.000 470.500 5.07
6. Ikan Gebur 32 35.000 1.076.250 11.61
7. Ikan Bawal 13 80.000 990.667 10.68
8 Ikan Terusan 7 30.000 215.000 2.32
9. Ikan Talang 4 15.000 60.000 0.65

7
Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468
Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

Total Penerimaan 9.273.900 100.00


Sumber: Data Primer Diolah, 2015)

Pendapatan dan Efisiensi Usaha bagi hasil. Pemilik kapal mendapatkan


Pendapatan usaha adalah penerimaan 50persen dan Tenaga kerja mendapatkan 50
yang diperoleh nelayan setelah dikurangi persen meliputi ABK dan Nahkoda.
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Pembagian tersebut di lakukan setelah total
usaha yang dijalankan. Pendapatan penerimaan dikurangi dengan biaya
merupakan selisih antara total penerimaan oprasional per trip. Untuk lebih jelasnya
dengan total biaya. Rata-rata pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.
usaha perikanan tangkap di Kota Bengkulu Pendapatan pemilik kapal usaha
dapat dilihat pada Tabel 3. perikanan tangkap di Kota Bengkulu yaitu
Tabel 3. Rata-Rata Pendapatan dan Efisiensi Usaha sebesar Rp.1.331.366,5 per trip.
Perikanan
No Uraian Nilai (Rp/Trip) Pendapatan ini didapat dari total
1 Penerimaan (TR) 9,273,900
2 Total biaya (TC) 7,914,711 penerimaan dikurangi dengan biaya
Total Pendapatan 1,359,189
oprasional per trip lalu dikalikan 50 %. Hasil
R/C Rasio 1,24
Sumber: Data Primer Diolah, 2015. ini kemudian dialokasikan 10 % untuk
nahkoda atau sebesar Rp.133.136,6.
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata –
Dengan demikian, pendapatan bersih untuk
ratapendapatan usaha perikanan tangkap di
pemilik kapal pertrip yaitu Rp. 1.198.229,9.
Kota Bengkuluadalah sebesar Rp. 1,359,189
Sedangkan pendapatan tenaga kerja usaha
pertrip. Pendapatan usaha ini terbilang
perikanan tangkap,dari 50 persen dari bagi
kecil. Ini dikarenakan pada saat penelitian
hasil sebesar Rp. 1.331.366,5 per trip dibagi
cuaca sedang tidak bersahabat. Terjadinya
dengan jumlah ABK sebanyak 5 orang. Ini
angin barat sehingga hasil tangkapan
berarti, rata–rata ABK mendapatkan upah
nelayan sedikit dan tidak sedikit nelayan
sebesar Rp.266.273,3 per trip termasuk
mengalami kerugian akibat biaya lebih besar
nahkoda kapal. Khusus untuk nahkoda kapal
dibandingkan pendapatan. Pada usaha
mendapatkan 2 gaji yaitu dari pembagian
perikanan tangkap di Kota Bengkulu terdiri
upah tenaga kerja dan mendapatkan 10 %
dari pemilik kapal, dan tenaga kerja meliputi
dari pemilik kapal,pendapatan nahkoda
nahkoda kapal dan ABK. Upah tenaga kerja
usaha perikanan tangkap sebesar Rp.
diberikan setelah pemilik kapal menjual
399.409,9per trip. Dengan demikian,
hasil tangkapan. Sistem pemberian upah
nahkoda kapal menerima upah lebih besar
untuk tenaga kerja pada usaha perikanan
dibandingkan dengan ABK lainnya. Hal ini
tangkap di Kota Bengkulu dilakukan dengan
wajar karena nahkoda bertanggung jawab

8
Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468
Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

atas keberangkatan kapal. Nahkoda yang di tengah laut selain itu nahkoda juga yang
mengemudi dan memahami kondisi lautan mengurus dan bertanggung jawab jika
serta berpengalaman dalam mengatasi terjadi kerusakan kapal atau terdapat alat
masalah yang di hadapi ketika kapal berada tangkap yang rusak.
Tabel 4. Distribusi Pendapatan Usaha Perikanan Tangkap
No Uraian Nilai (Rp/trip)
1 Total Penerimaan 9.273.900,0
2 Biaya Operasional (biaya variabel) 6.611.167,0
3 (1-2) Sisa Penerimaan Setelah di Kurangi Biaya Oprasional 2.662.733,0
(3: 2) - Pendapatan Pemilik Kapal 50 % 1.331.366,5
(3: 2) - Pendapatan Tenaga Kerja 50 % 1.331.366,5
4 Distribusi Pendapatan Pemilik Kapal 1.331.366,5
a Pemilik Kapal 1.198.229,9
b Nahkoda (+ 10 % dari pemilik kapal) 133.136,6
5 Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja (5 Orang) 1.331.366,5
a ABK (4 Orang) 1.065.093,2
b Nahkoda 266.273,3
6 Jumlah Distribusi Pendapatan
a Pemilik Kapal 1.198.229,9
b Nahkoda 399.409,9
- Dari Upah Tenaga Kerja 266.273,3
- Dari Pemilik Kapal 10 % 133.136,6
c ABK per orang 266.273,3
Sumber: Data Primer Diolah, 2015 (Catatan : Pemberian upah untuk tenaga kerja di lakukan secara bagi hasil
antara pemilik kapal dengan tenaga kerja proses pembagian hasil ini dilakukan setelah total
penerimaan dikurangi dengan biaya operasional

R/C rasio digunakan untuk semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka
menganalisa apakah usaha perikanan R/C ratio akan semakin besar.Meskipun R/C
tangkap di Kota Bengkulu sudah efisien atau ratio menunjukkan bahwa usaha perikanan
tidak. R/C rasio merupakan perbandingan tangkap di Kota Bengkulu sudah efisien,
antara penerimaan dan biaya. Apabila R/C tetapi angka tersebut termasuk masih kecil.
ratio lebih besar dari satu berarti usaha Hal ini karena efek dari cuaca buruk yaitu
tersebut sudah menguntungkan berhembusnya angin barat dalam kurun
(Soekartawi, dalam Wulandari 2015). Hasil waktu satu tahun ini yang menimbulkan
analisa diperoleh nilai R/C ratio sebesar keresahan bagi nelayan perikanan tangkap
1,24. Angka ini mempunyai arti bahwa khusus nya di Kota Bengkulu. Nila R/C rasio
setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan akan ini masih lebih baik jika dibandingkan hasil
memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,24. yang diperoleh Segara (2015) yang
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa memperoleh nilai R/C rasio 1,11 untuk
usaha perikanan tangkap di Kota Bengkulu usaha perikanan tangkap dengan kapal
yang diteliti sudah efisien karena R/C ratio pukat payang dimana penelitian dilakukan
yang didapat dari usaha perikanan tangkap pada bulan Desember 2014 hingga Januari
> 1. Semakin besar jumlah penerimaan dan 2015 yang juga pada musim angin Barat.

9
Jurnal Bisnis Tani Vol 1, No 1, Desember 2015 ISSN 2477-3468
Prodi Agribisnis Universitas Teuku Umar Halaman 1- 10

kapal dan alat yang digunakan


nelayan di Provinsi Bengkulu Pada
KESIMPULAN
Tahun 2012 – 2013.
Hasil penelitian menunjukkan Muhammad Firdaus, 2009. Manajemen
Agribisnis.PT Bumi Aksara. Jakarta
dominannya biaya variabel dalam struktur
Segara.Bayu 2015.Kajian Efisiensi Usaha
biaya usaha perikanan tangkap di Kota Perikanan Tangkap Kapal Pukat
Payang Di Kota Bengkulu. Jurusan
Bengkulu. Jumlah biaya variabel yang
Sosial Ekonomi Pertanian,Fakultas
dikeluarkan lebih besar dibandingkan biaya Pertanian Univesitas Bengkulu.
Skripsi (tidak dipublikasikan).
tetap dimana biaya variabelsebesar 83.53
Septaria.E. 2013. Pemanfaatan Pelabuhan
persen dari total biaya sedangkan biaya Pendaratan Ikan Bagi Kapal
Penangkap/ Pengangkut Ikan Di
tetap sebesar 16.47 %.Hasil penelitian juga
Kota Bengkulu Berdasarkan Undang-
menunjukkan bahwa nilai rata–ratahasil Undang Perikanan.
Sukiyono, K. 2012. Penentuan Survey dan
analisis R/C Ratio pada usaha perikanan
Teknik Sampling. Lab Sosial Ekonomi
tangkap di Kota Bengkulu sebesar 1.24. Pertanian UNIB. Bengkulu.
Trianti dan Safitri. 2012 Kajian Pemasaran
Angka ini menginformasikan bahwausaha
Ikan Lele (Clarias Sp)Dalam
perikanan tangkap di Kota Bengkulu sudah Mendukung Industri Perikanan
Budidaya.Studi Kasus Di Kabupaten
efisien dan menguntungkan. Rasio 1,24
Boyolali, Jawa Tengah. Jurnal Sosek
memiliki arti setiap Rp. 1 biaya yang KP 7(2): 177 – 191.
Williamson, Oliver E.. 2000, The New
dikorbankan 1 rupiah maka mereka akan
Institutional Economics: Taking
menerima penerimaan sebesar Rp. 1.24. Stock, Looking Ahead, Journal of
Economics Literature 38(3):595-613.
Dilihat dari distribusi pendapatan yang
Wulandari,Erin.2014.Studi Pendapatan Dan
diperoleh, maka pemilik kapal menerima Efisiensi Usaha Perikanan Tangkap
Di Kota Bengkulu. Skripsi Jurusan
bagian yang paling banyak diikuti dengan
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
nahkoda dan ABK. Bagi hasil antara pemilik Pertanian,Universitas Bengkulu
(Tidak dipublikasikan)
dan operator kapal yang berlaku di daerah
Zulbainarni.N. 2009. Jaring insang (Gillnet).
penelitian adalah 50 : 50 setelah dikurangi Bogor : Program Studi Pemanfaatan
Sumber Daya Perikanan,Fakultas
biaya operasional melaut.
Perikanan Dan Kelautan, Institute
Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015.
http://go.bengkuluprov.go.id/ver3/i
ndex.php/potensi-
daerah/perikanan. Diakses 22 Maret
2015
BMKG Stasiun Klimatologi Kelas 1 Pulau
Baai,2015. Arah Angin Rata-Rata
Stasiun Klimatologi Pulau Baii.
DKP Kota Bengkulu. 2013. Data pemilik

10

Anda mungkin juga menyukai