Anda di halaman 1dari 153

PERENCANAAN EKOWISATA BERBASIS SARANA

DAN PRASARANA
(STUDI KASUS: PANTAI DATO KABUPATEN MAJENE)

SKRIPSI
Tugas Akhir – 457D5236
PERIODE IV
TAHUN 2017-2018

Sebagai Persyaratan untuk Ujian Sarjana


Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh:

Andi Iswahyudi Raden M.P

D521 11 261

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Ucapan Terima Kasih
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis menyadari banyak sekali
pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung serta
dukungannya kepada penulis sehingga tugas akhir dapat diselesaikan tepat waktu
yang telah ditentukan. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan
terima kasih dan rasa syukur tak terhingga kepada Allah SWT., Tuhan seru
sekalian alam, yang telah memberi nikmat kesehatan, keselamatan, serta hidayah-
Nya, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Tidak lupa pula salawat dan
salam penulis haturkan kepada nabi besar kita Muhammad SAW., yang selalu
menjadi panutan bagi setiap umat muslim.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, Bapak H.
Andi Mufti S.Sos., dan Ibu Hj. Nuraini Hamadan atas cinta yang tak pernah
putus, kasih sayang yang tak pernah habis, dukungan yang tiada hentinya, dan doa
yang terus mengalir sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk
kedua kakak Andi Ismail P., dan Andi Ismayanti P., serta yang terspesial
kakak/saudara kembar penulis Andi Iswahyuningsih Ayu Munandar Pasau
yang terus memberikan motivasi dan selalu setia membantu penulis. Serta
keluarga besar penulis terutama buat kakek nenek tercinta atas canda dan tawa
yang selalu diberikan disepanjang hidup.
Tak lupa ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada orang-
orang yang telah ikhlas membantu penulis, seluruh Civitas Akademika
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet Trisutomo, MS., selaku pembimbing pertama,
Bapak Ir. H. M. Fathien Azmy, M.Si., selaku pembimbing kedua, yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, bantuan, motivasi,
dan inspirasi selama penyelesaian tugas akhir.
2. Ibu Dr. Ir. Hj. Mimi Arifin, M.Si., Bapak Dr.Eng. Abdul Rachman, ST.,
M.Si., dan Bapak Ir. H. Baharuddin Koddeng, MSA., selaku penguji yang telah
memberikan pengarahan untuk penyempurnaan tugas akhir ini.

vii
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Mimi Arifin, M.Si., selaku ketua Departemen Perencanaan
Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, juga selaku penasehat
akademik yang juga memberikan motivasi, arahan, serta bimbingannya untuk
membantu penulis menyelesaikan permasalahan selama perkuliahan.
4. Bapak Dr.Eng. Abdul Rachman, ST., M.Si., sebagai kepala studio akhir PWK
yang telah banyak memberikan bantuan, arahan, bimbingan, serta teguran-teguran
demi kebaikan pribadi selama di studio akhir.
5. Bapak/ibu Dosen yang tidak bisa dituliskan satu-persatu terima kasih atas
segala ilmu yang telah diberikan.
6. Seluruh staf kepegawaian dan administrasi Departemen Perencanaan Wilayah
dan Kota Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Pak Haerul, Pak Arman,
Pak John, Pak Sawali dan Bu Tiknok yang telah banyak membantu dalam
bidang perlengkapan dan pengurusan administrasi.
Terima kasih kepada keluarga, sahabat, teman, rekan, serta orang-orang
yang berjasa bagi penulis
1. Teman seperjuangan PWK 2011 : Angga, Asrul, Andit, Lopo, Teten, Ibon,
Ai, Baso, Yayat, Kulu, Eca, Fikri, Dani, Aang, Alam dan Adit. Terima kasih
atas kebersamaanya.
2. Teman-teman Arsitektur 2011 serta Teknik 2011, terima kasih atas
keakrabannya selama ini, we are the champions.
3. Keluarga Sakinah Mapala 09 SMFT-UH, terima kasih atas kekeluargaannya,
ilmunya, serta kebersamaannya.
4. Teman-teman seperjuangan studio akhir PWK Periode IV Tahun 2017/2018:
Angga, Asrul, Andit, Lopo, Teten, Ibon, Ai, Baso, Yayat, Kulu, Fikri, Eca,
Dani, Aang, Gita, Galang, Zam, Madi, Candra, Buyung, Ibnu, Endra,
Erwin, Arman, Galih, Imam. Terima kasih atas bantuan, kerja sama,
kebersamaan, canda dan tawa selama di studio akhir.
5. Rekan-rekan Firman, Cakra, Ria, Iccank, Apil, Pai, Upal, Ucup, Fajrin,
Sidik, Eci, Vely, Ugga, Husni, aksa, genjet, noe, nita, marsel, icca. Terima
kasih atas dorongan motivasi dan kebersamaannya.

viii
6. Special Thanks untuk Ajeng Kurnia Wulandari Wibowo S.H atas kasih
sayang dan motivasinya, tunggu waktu yang tepat “nanti”.
7. Terima Kasih kepada kandaku/partner/sahabat/senior 2010 terkhusus Alm.
Muhammad Ilfan Syahrial Paramma atas kebersamaanya, kekonyolannya dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Kanda
8. Terima kasih buat adinda andalan irul, Muse, iccank la, aksan, Fei, Men dan
Bonda, atas diskusinya, berbagi ilmu, dan bercanda tawanya.
9. Teman-teman KKN Unhas Gel. 90 Posko Desa Parang loe, Kec. Eremerasa,
Kab. Bantaeng : Jimbe, Yopi, Ajeng, Yanti, Dan Ega. Serta Pak Desa. Terima
kasih atas kebersamaan selama kurang lebih 2 (dua) bulan.
10.Kepada keluarga besar OKJA FT-UH dan seluruh senior, junior, serta semua
pihak yang tidak dapat disebut satu-persatu yang turut mengsupport selama proses
perkuliahan hingga terseselaikan tugas akhir ini.
Demikian ucapan terima kasih yang penulis sampaikan, lebih, dan
kurangnya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga tugas akhir ini
bermanfaat dan menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua, terutama bagi
mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota. Mari terus berkarya, semoga apa yang kita
lakukan senantiasa mendapat ridho dari Allah SWT. Amin.
Gowa, Mei 2018

Andi Iswahyudi Raden M.P

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tiada hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam juga tidak lupa dilimpahkan kepada Rasulullah
SAW beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang istiqomah mengikuti
ajarannya hingga akhir nanti.
Begitu banyak kendala dan tantangan yang penulis temui dalam
penyusunan tugas akhir ini, namun atas berkat petunjuk Allah SWT, serta
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka tugas akhir yang berjudul
“Perencanaan Ekowisata Berbasis Sarana dan Prasarana (Studi Kasus:
Pantai Dato Kabupaten Majene)” dapat diselesaikan sebagai syarat dalam
penyelesaian perkuliahan pada jenjang S1 Departemen Perencanaan Wilayah dan
Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan, namun penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu
penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.
Penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak dan dapat menjadi acuan dalam studi selanjutnya, terutama
dalam bidang Perencanaan Wilayah dan Kota. Semoga Allah SWT meridhoi
segala usaha yang kita lakukan selama ini. Aamiin.

Gowa, 29 Mei 2018

Andi Iswahyudi Raden M.P

vi
PERENCANAAN EKOWISATA BERBASIS SARANA DAN PRASARANA
(STUDI KASUS PANTAI DATO KABUPATEN MAJENE)
Andi Iswahyudi Raden M.P1) Slamet Trisutomo2) Muh. Fathien Azmy2)

Universitas Hasanuddin, Indonesia

e-mail: andi.iswahyudi80@gmail.com
1)
Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin
2)
Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin

ABSTRAK

Kabupaten Majene yang terletak di Provinsi Sulawesi Barat merupakan salah satu daerah
yang memiliki potensi wisata seperti flora dan fauna, kondisi geografis, pantai, budaya
masyarakat dan lain sebagainya. Pantai Dato memiliki keindahan pantai tropis, pantai ini
juga terbagi dua bagian yaitu pantai berpasir dan pantai beralaskan terumbu karang
pariwisata di Kabupaten Majene harus terus dikembangkan karena dengan
berkembangnya pariwisata akan banyak sekali dampak positif yang di dapatkan dari
industri pariwisata. Selain dampak positif dari industri pariwisata, dampak negatif
terhadap lingkungan juga akan nampak karena ulah manusia dengan adanya kegiatan atau
aktivitas wisata dilokasi wisata itu sendiri. Tujuan perencanaan ini, mengidentifikasi
potensi dan masalah dan merumuskan arahan perencanaan ekowisata. Perencanaan ini
menggunakann metode analisis potensi dan masalah, skoring, spasial, foto mapping, daya
dukung kawasan dan menyusun arahan perencanaan berdasarkan matriks indeks
kesesuaian wisata dengan basis sarana dan prasarana. Hasil dari perencanaan ini, arahan
sarana dan prasarana wisata darat dan laut, serta sarana prasarana dapat menunjang
kegiatan ekowisata.

Kata kunci: Tepian air, Pantai Dato, wisata bahari, Ekowisata

iv
ECOTOURISM PLANNING BASED OF FACILITIES AND
INFRASTRUCTURE
(STUDY CASE : DATO BEACH, MAJENE REGENCY)
Andi Iswahyudi Raden M.P1) Slamet Trisutomo2) Muh. Fathien Azmy2)

Hasanuddin University, Makassar, Indonesia

E-mail : andi.iswahyudi80@gmail.com
1)
Undergraduate of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Hasanuddin
University
2)
Lecturer of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Hasanuddin
University

ABSTRACT

Majene Regency located in West Sulawesi Province is one of the areas that have tourism
potentials such as flora and fauna, geographical conditions, beaches, community culture
and so forth. Dato Beach has the beauty of tropical beaches, this beach is also divided
into two parts, sandy beach and coral reef beach tourism in Majene District should
continue to be developed because with the development of tourism will give a lot of
positive impacts obtained from the tourism industry. In addition to the positive impact of
the tourism industry, negative impacts on the environment will also appear due to human
activities with the activities or tourism activities in the tourist location itself. The purpose
of this plan is to identify potentials and problems and to formulate the direction of
ecotourism planning. This plan uses potential and problem analysis methods, scoring,
spatial, photo mapping, haulage of the area and preparing the planning direction based on
the matrix of travel suitability index with the base of facilities and infrastructure. The
results of this plan is the direction of facilities and infrastructure of land and sea tourism,
as well as infrastructure facilities that can support ecotourism activities.

Keywords : Waterfront, Dato Beach, marine tourism, ecotourism.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................................. iii

ABSTRAK .............................................................................................................iv

ABSTRACT ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................... vii

DAFTAR ISI........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan Perencanaan ........................................................................................... 3
D. Manfaat Perencanaan ......................................................................................... 3
E. Ruang Lingkup Perencanaan ............................................................................. 3
F. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata ........................................................................................................... 5
1. Pengertian dan Batasan Pariwisata .............................................................. 5
2. Kategori wisatawan ...................................................................................... 6
3. Jenis-jenis wisata ......................................................................................... 7
4. Komponen-komponen wisata ...................................................................... 8
5. Zonasi Kawasan ......................................................................................... 10
B. Sarana dan Prasarana ....................................................................................... 12
1. Sarana Pariwisata ....................................................................................... 12

x.
2. PrasaranaPariwisata ................................................................................... 13
C. Ekowisata ......................................................................................................... 14
1. Pengertian Ekowisata dan Prinsip-prinsipnya ........................................... 14
2. Prinsip dan Pengelolaan ............................................................................. 19
3. Daya dukung Lingkungan Ekowisata ........................................................ 20
4. Sarana dan Prasarana Ekowisata ................................................................ 22
5. Konsep Pengembangan Ekowisata ............................................................ 23
D. Daya Dukung Kawasan Wisata ....................................................................... 26
E. Peraturan dan Perundangan .............................................................................. 27
1. Undang-undang 27/2007 ............................................................................ 27
2. Peraturan Menteri ....................................................................................... 28
F. Studi Banding................................................................................................... 29
G. Kerangka Pikir ................................................................................................. 32
BAB III METODE PERENCANAAN
A. Lokasi Perencanaan.......................................................................................... 33
B. Jenis Data ......................................................................................................... 33
1. Data Primer ................................................................................................ 33
2. Data Sekunder ............................................................................................ 33
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 35
1. Observasi Lapangan ................................................................................... 35
2. Wawancara ................................................................................................. 35
3. Dokumentasi .............................................................................................. 35
4. Telaah Pustaka ........................................................................................... 35
D. Variabel Perencanaan ....................................................................................... 35
E. Teknik Analisis ................................................................................................ 37
1. Analisis Potensi dan Masalah .................................................................... 37
2. Analisis Skoring ......................................................................................... 37
3. Analisis Spasial .......................................................................................... 41
4. Analisis Foto Mapping ............................................................................... 41
5. Analisis Daya Dukung Kawasan................................................................ 41
6. Menyusun Arahan Perencanaan ................................................................. 43
F. Kerangka Perencanaan ..................................................................................... 44

xi.
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum kabupaten majene ............................................................... 45
B. Sistem jaringan utilitas ..................................................................................... 52
C. Gambaran umum lokasi Pantai Dato ............................................................... 55
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Potensi dan permasalahan .................................................................. 65
1. Karakterisitik Fisik..................................................................................... 65
a. Kualitas Pasir dan Laut ........................................................................ 65
b. Kedalaman Air Laut ............................................................................. 66
c. Arus dan Gelombang ........................................................................... 66
d. Pasang Surut ......................................................................................... 67
e. Biota Laut ............................................................................................. 68
f. Vegetasi Pantai ..................................................................................... 68
g. Panorama Alam .................................................................................... 69
h. Kebersihan Air Laut ............................................................................. 70
i. Kebersihan dan Kenyamanan Pantai ................................................... 70
j. Kemiringan Lereng .............................................................................. 71
2. Komponen Pariwisata ................................................................................ 82
a. Objek dan Daya Tarik Wisata ............................................................ 82
b. Sarana Prasarana Pariwisata ............................................................... 84
c. Aksesibilitas ....................................................................................... 89
B. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Wisata .............................. 90
1. Analisis Kesesuaian Wisata ....................................................................... 90
2. Analisis Daya Dukung Wisata ................................................................. 100
C. Proyeksi Pengunjung .................................................................................... 102
BAB VI PERENCANAAN
A. Arahan Atraksi Wisata ................................................................................... 103
1. Atraksi Wisata Laut ................................................................................. 103
a) Wisata berenang ................................................................................. 103
b) Wisata snorkeling............................................................................... 104
c) Wisata menyelam ............................................................................... 104
d) Wisata berperahu................................................................................ 105

xii.
e) Kegiatan konservasi ........................................................................... 105
2. Atraksi Wisata Darat ................................................................................ 111
a) Wisata rekreasi pantai ........................................................................ 111
b) Wisata memancing ............................................................................. 111
c) Wisata panorama ................................................................................ 112
B. Arahan pembagian ruang (zonasi) ................................................................. 116
1. Zona 1 Pemanfaatan laut .......................................................................... 116
2. Zona 2 Pemanfaatan darat ........................................................................ 119
C. Arahan Sarana dan Prasarana ......................................................................... 121
1. Sarana ....................................................................................................... 121
2. Prasarana .................................................................................................. 123
D. Arahan Aksesibilitas ...................................................................................... 129
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 132
B. Saran .............................................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 134

xiii.
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar kelayakan menjadi daerah tujuan wisata .................................. 15


Tabel 2.2 Potensi Kegiatan Wisata Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) ........ 26
Tabel 2.3 Potensi kegiatan wisata pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) ............. 27
Tabel 2.4 Studi Banding ........................................................................................ 29
Tabel 3.1 Tabel Variabel Perencanaan .................................................................. 36
Tabel 3.2 Standar Tingkat Potensi Pengembangan Objek Wisata ......................... 37
Tabel 3.3 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Penilaian Daya Dukung Kawasan
untuk Kawasan Rekreasi ...................................................................... 38
Tabel 3.4 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Daya Dukung Kawasan untuk
Kegiatan Wisata Renang ....................................................................... 38
Tabel 3.5 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Kriteria Daya Dukung Kawasan
Untuk Kegiatan Wisata Selam (Diving) ................................................ 39
Tabel 3.6 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Kriteria Daya Dukung Kawasan
Untuk Kegiatan Wisata Snorkeling ....................................................... 40
Tabel 3.7 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Kriteria Daya Dukung Kawasan
Untuk Kegiatan Wisata Berperahu ........................................................ 40
Tabel 3.8 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Kriteria Daya Dukung Kawasan
Untuk Kegiatan Wisata Memancing ..................................................... 41
Tabel 3.9 Potensi Kegiatan Wisata Pengunjung dan Luas Area Kegiatan ............ 42
Tabel 3.10 Waktu Untuk Setiap Kegiatan dan Waktu Tersedia ............................ 43
Tabel 4.1 Luas wilayah kabupaten majene menurut kecamatan 2016 ................... 45
Tabel 4.2 Klasifikasi Ketinggian dari Permukaan Laut Menurut Kecamatan
di Kabupaten Majene, Tahun 2016 ........................................................................ 46
Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Wilayah Kecamatan di
Kabupaten Majene Tahun 2014 – 2015 ................................................................. 50
Tabel 4.4 Distribusi dan kepadatan Penduduk Dirinci Menurut
Wilayah Kecamatan di Kabupaten Majene Tahun 2015 ....................................... 50
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
di Kabupaten Majene Tahun 2015 ........................................................................ 51
Tabel 4.6 Letak, Jarak, dan Ketinggian Desa di Kecamatan Banggae Timur ..... 55

xiv.
Tabel 5.1 Analisis Potensi dan Permasalahan Kondisi Fisik Pantai Dato ............. 75
Tabel 5.2 analisis objek dan daya tarik wisata ....................................................... 82
Tabel 5.3 Analisis kondisi Sarana Pariwisata ........................................................ 84
Tabel 5.4 Analisis Kondisi Prasarana Pariwisata................................................... 85
Tabel 5.4 Standar Tingkat Potensi Pengembngan Objek Wisata........................... 92
Tabel 5.5 Matriks Kesesuaianpantai Dato Untuk Wisata Rekreasi Pantai ........... 92
Tabel 5.6 Kriteria Penilaian kegiatan Untuk Wisata Rekreasi Pantai ................... 93
Tabel 5.7 Matriks Kesesuaian Pantai Dato Untuk Wisata Berenang .................... 93
Tabel 5.8 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Berenang ........................... 93
Tabel 5.9 Matriks Kesesuaian Pantai Dato Untuk Wisata Snorkeling .................. 94
Tabel 5.10 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Snorkeling ....................... 94
Tabel 5.11 Matriks Kesesuaian Pantai Dato Untuk Wisata Menyelam ................ 95
Tabel 5.12 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Menyelam ........................ 95
Tabel 5.13 Matriks Kesesuaian Pantai Dato Untuk Wisata Berperahu ................ 96
Tabel 5.14 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Berperahu ......................... 96
Tabel 5.15 Matriks Kesesuaian Pantai Dato Untuk Wisata Memancing .............. 97
Tabel 5.16 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Memancing....................... 97
Tabel 5.17 Proyeksi Wisatawan ........................................................................... 102
Tabel 6.1 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Berenang ......................... 105
Tabel 6.2 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Snorkeling ....................... 106
Tabel 6.3 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Menyelam ........................ 106
Tabel 6.4 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Berperahu ........................ 107
Tabel 6.5 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Rekreasi Pantai ................ 112
Tabel 6.6 Kriteria Penilaian Kegiatan Untuk Wisata Memancing ...................... 112
Tabel 6.7 Arahan Sarana dan Prasarana Pantai Dato .......................................... 122

xv.
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema konsep ekowisata.................................................................... 18


Gambar 2.2 Kerangka Pikir ................................................................................... 32
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Banggai Timur ................................... 34
Gambar 3.2 Kerangka Perencanaan ....................................................................... 44
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Majene ................................................ 46
Gambar 4.2 Peta Topografi Majene ....................................................................... 47
Gambar 4.3 Prasarana Jalan ................................................................................... 53
Gambar 4.4 Kondisi Jalan ...................................................................................... 53
Gambar 4.5 Peta lokasi perencanaan Pantai Dato Kabupaten Majene .................. 57
Gambar 4.6 Peta Kemiringan Lereng Pantai Dato Kabupaten Majene ................. 58
Gambar 4.7 Lokasi favorit untuk berenang ........................................................... 59
Gambar 4.8 Lokasi Memancing ............................................................................. 59
Gambar 4.9 Panorama Sunset Pantaia Dato .......................................................... 59
Gambar 4.10 Prasarana Jalan ................................................................................. 60
Gambar 4.11 Prasarana Jalan ................................................................................. 60
Gambar 4.12 kondisi Eksisting air bersih Pantai Dato .......................................... 60
Gambar 4.13 Lampu Penerangan ........................................................................... 61
Gambar 4.14 Kondisi Persampahan ....................................................................... 61
Gambar 4.15 Kondisi Persampahan ....................................................................... 61
Gambar 4.16 Kondisi Ruang Bilas ........................................................................ 62
Gambar 4.17 Kondisi Toilet Umum ...................................................................... 62
Gambar 4.18 Kondisi Gazebo ................................................................................ 62
Gambar 4.19 Kondisi Kios .................................................................................... 63
Gambar 4.20 Kondisi Warung ............................................................................... 63
Gambar 4.21 Peta Aksesibilitas ............................................................................. 64
Gambar 5.1 Kondisi Pasir Putih............................................................................. 68
Gambar 5.2 Kondisi Air Laut ................................................................................ 68
Gambar 5.3 Lokasi Berenang................................................................................. 68
Gambar 5.4 Kondisi Ombak .................................................................................. 69
Gambar 5.5 Kondisi Pantai Saat Sunset ................................................................ 70

xvi.
Gambar 5.6 Jenis Biota Laut Pantai Dato .............................................................. 71
Gambar 5.7 Jenis Tanaman .................................................................................... 72
Gambar 5.8 Panoraman Dari Atas Tebing ............................................................. 72
Gambar 5.9 Kondisi Sampah di Pantai Dato ......................................................... 73
Gambar 5.10 kemiringan lereng 0-5% dan 10-30% .............................................. 74
Gambar 5.11 kemiringan lereng 0-5% dan 5- 9% ................................................. 74
Gambar 5.11 Peta Persebaran Terumbu Karang .................................................... 77
Gambar 5.12 Peta Kedalaman Perairan ................................................................. 78
Gambar 5.13 Peta Kecerahan Perairan .................................................................. 79
Gambar 5.14 Peta Kemiringan Lereng .................................................................. 80
Gambar 5.15 Peta Maping Panorama Alam........................................................... 81
Gambar 5.16 Peta Aksesibilitas ............................................................................. 91
Gambar 5.17 Peta kesesuaian wisata Renang ........................................................ 98
Gambar 5.18 Peta kesesuaian wisata Snorkeling ................................................... 99
Gambar 5.19 Peta kesesuaian wisata Menyelam ................................................. 100
Gambar 5.20 Peta kesesuaian wisata Berperahu .................................................. 101
Gambar 6.1 Peta Arahan Wisata Berenang.......................................................... 108
Gambar 6.2 Peta Arahan Wisata snorkeling ........................................................ 109
Gambar 6.3 Peta Arahan Wisata Menyelam ........................................................ 110
Gambar 6.4Peta Arahan Wisata Berperahu ......................................................... 111
Gambar 6.5 Peta Arahan Area Rekreasi Pantai ................................................... 114
Gambar 6.6 Peta Arahan Wisata Memancing ...................................................... 115
Gambar 6.7 Peta Maping Wisata Panorama Alam .............................................. 115
Gambar 6.8 Peta Area Konservasi ....................................................................... 118
Gambar 6.9 Peta Area Rekreasi ........................................................................... 119
Gambar 6.10 Peta Arahan Pemanfaatan Darat .................................................... 121
Gambar 6.6 Peta Arahan Wisata Memancing ...................................................... 115
Gambar 6.6 Peta Arahan Wisata Memancing ...................................................... 115
Gambar 6.6 Peta Arahan Aksesibilitas ................................................................ 126

xvii.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi pariwisata di kawasan Indonesia Timur sangat besar. Potensi
besar itu muncul berkat kondisi geografis wilayah timur yang terdiri dari
pulau-pulau kecil. Di pulau tersebut masih tersimpan potensi wisata pantai,
hutan, dan keindahan bawah laut yang masih asri. Namun, potensi besar yang
dimiliki tersebut ternyata tidak menjamin pariwisata di Indonesia bagian timur
maju begitu pesat. Fakta yang terjadi, industri pariwisata di Indonesia Timur
sulit berkembang. Faktor utama penyebabnya adalah sarana dan prasarana
yang masih terbatas.
Kabupaten Majene yang terletak di Provinsi Sulawesi Barat merupakan
salah satu daerah yang memiliki potensi wisata, dengan daya tarik wisata
seperti flora dan fauna, kondisi geografis, pantai, budaya masyarakat dan lain
sebagainya. Hal tersebut menjadikan Kabupaten Majene potensial untuk
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. Untuk kawasan pesisir Majene yang
sangat berpotensi untuk dijadikan daerah tujuan wisata adalah Pantai Dato.
Pantai Dato merupakan sebuah wisata yang berada di Kecamatan
Banggae Timur terletak di dusun Pangale Kelurahan Baurung Kabupaten
Majene. Pantai Dato memiliki keindahan pantai tropis, Pantai ini juga terbagi
dua bagian yaitu pantai berpasir dan pantai beralaskan terumbu karang.
Keberadaan pantai yang berkarang dan menjorok ke laut juga menambah daya
pesonanya. Pantai Dato ini adalah bagian dari Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) rencana pola ruang zona peruntukan lainnya yakni jenis kegiatan
pariwisata yang berada di Blok A1 (peta rencana pola ruang) yang dikelola
oleh Dinas Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Majene.
Ekosistem terumbu karang di Pantai Dato memiliki peran yang penting
dalam mendukung kehidupan biota pesisir, aktivitas masyarakat setempat, dan
sebagai daya Tarik wisata khususnya wisata diving dan snorkling. Namun
pengelolaan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana di Pantai Dato belum

1
memadai, selain sarana dan prasarana wisata pantai, sarana prasarana untuk
mendukung kegiatan wisata juga belum ada.
Untuk itu pariwisata di kabupaten majene harus terus dikembangkan
karena dengan berkembangnya pariwisata akan banyak sekali dampak positif
yang di dapatkan dari industri pariwisata. Selain dampak positif dari industri
pariwisata, dampak negatif terhadap lingkungan juga akan nampak karena
ulah manusia dengan adanya kegiatan atau aktivitas wisata dilokasi wisata itu
sendiri. Spillane (1996) berpendapat bahwa pariwisata menimbulkan problem-
problem besar seperti polusi air dan udara, kekurangan air, keramaian lalu
lintas dan kerusakan dari pemandangan alam tradisional.
Untuk mengantisipasi hal di atas, maka dalam perencanaan kawasan
pariwisata Pantai Dato diperlukan konsep ekowisata, dimana ekowisata
merupakan kegiatan wisata yang berdampak ringan terhadap lingkungan.
Menurut Hadi (2007), prinsip-prinsip ekowisata (ecotourism) adalah
meminimalisir dampak, menumbuhkan kesadaran lingkungan dan budaya,
memberikan pengalaman positif, memberikan manfaat dan pemberdayaan
masyarakat lokal. Ekowisata dalam era pembangunan berwawasan lingkungan
merupakan suatu misi pengembangan wisata alternatif yang tidak
menimbulkan banyak dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kondisi sosial budaya.
Dari uraian tersebut di atas, maka pada kawasan wisata Pantai Dato
perlu adanya perencanaan kawasan wisata pantai berupa pengadaan sarana dan
prasarana umum maupun sarana prasarana pendukung wisata sehingga akan
dapat meningkatkan kualitas obyek wisata tersebut. Untuk itu diperlukan
Perencanaan ekowisata berbasis sarana dan prasarana.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang diatas, maka dapat dilihat
bahwa kondisi eksisting terkait sarana prasarana di wilayah perencanaan
belum memadai. Dimana, sarana dan prasarana yang dimaksud merupakan
sebuah kebutuhan dari setiap wisatawan dan sebagai peningkatan kualitas
pariwisata di Pantai Dato. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat dua pokok
permasalahan yang akan diambil dalam perencanaan yaitu :
1. Bagaimana potensi dan permasalahan Ekowisata di Pantai Dato Berbasis
sarana prasarana?
2. Bagaimana arahan Perencanaan Ekowisata Pantai Dato Berbasis sarana
prasarana?
C. Tujuan Perencanaan
Adapun tujuan dalam perencanaan mengenai pengembangan wisata alam
Pantai Dato adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan ekowisata di Pantai Dato
berbasis sarana prasarana.
2. Merumuskan arahan perencanaan ekowisata Pantai Dato berbasis sarana
prasarana.
D. Manfaat Perencanaan
Adapun manfaat dari perencanaan ini yaitu mengetahui secara umum
potensi wisata di Pantai Dato. Selain itu juga perencanaan ini juga bermanfaat:
1.Bagi Pemerintah Kab. Majene, hasil perencanaan ini dapat dimanfaatkan
sebagai masukan dan referensi dalam perencanaan wisata Pantai Dato
kedepannya.
2.Bagi wisatawan, sebagai bahan informasi tentang alternatif daerah tujuan
wisata.
E. Ruang Lingkup Perencanaan
Ruang lingkup perencanaan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu ruang
lingkup materi dan ruang lingkup wilayah.

3
1. Ruang Lingkup Materi.
Ruang lingkup materi yang terdapat dalam perencanaan ini adalah
ekowisata, komponen-komponen pariwisata yang dapat menunjang
kegiatan ekowisata Pantai Dato dan studi banding terkait dengan
perencanaan.
2. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi kawasan perencanaan yaitu Pantai
Dato di Dusun Pangale Kelurahan Baurung Kecamatan Banggae Timur
Kabupaten Majene.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan ini terbagi atas:
1. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup
perencanaan serta sistematika penulisan.
2. Bagian kedua memuat tinjauan teori yakni teori-teori dan kajian literatur
yang berkaitan dengan perencanaan. Studi banding tentang kajian kawasan
yang sudah ada dan memiliki konsep yang serupa dan berisi tentang
perundang-undangan yang mengatur mengenai perencanaan pesisir.
3. Bagian ketiga merupakan metode analisis perencanaan yang berisi tentang
metode yang digunakan dari awal perencanaan hingga selesainya
perencanaan.
4. Bagian keempat merupakan gambaran umum dan hasil survei wilayah
perencanaan yaitu gambaran umum Kabupaten Majene dan gambaran
umum Pantai Dato.
5. Bagian kelima merupakan analisis data yang terdiri atas beberapa tahapan
dengan mengaplikasikan metode analisis data untuk menjawab setiap
rumusan masalah.
6. Bagian keenam merupakan arahan perencanaan Ekowisata Pantai Dato.
7. Bagian terakhir merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan
saran.
8. Daftar pustaka berisi daftar sumber kajian literatur/referensi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata
1. Pengertian dan Batasan Pariwisata
Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk
melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu
aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat
maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Definisi pariwisata
menurut Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2009 “pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah”.
Definisi pariwisata telah banyak dikemukakan oleh para ahli di bidang
pariwisata, namun dalam definisi tersebut masih terdapat beberapa perbedaan
dalam pendefinisian. Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari definisi
sebagai berikut:
a. Menurut A.J. Burkart dan S. Medlik, pariwisata berarti perpindahan orang
untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar
tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan
mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut.
b. Menurut World Tourism Organization (WTO), pariwisata adalah kegiatan
seseorang yang bepergian atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya
yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus,
untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.
c. Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990, kepariwisataan merupakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan dan pengusahaan
objek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa pariwisata, serta
usaha-usaha lain yang terkait.
Dari beberapa pengertian pariwisata di atas terdapat satu kesamaan dalam
pengertian tentang pariwisata yaitu bahwa kegiatan ini merupakan fenomena yang
ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia yaitu kegiatan perjalanan.

5
Pada dasarnya pariwisata timbul sebagai akibat dari aktivitas manusia yang
berkaitan dengan kebutuhan manusia yaitu perjalanan. Perjalanan yang dilakukan
adalah bersifat sementara waktu, tidak untuk melakukan pekerjaan tetap dan tidak
dalam usaha untuk mencari upah/nafkah.
Dalam kegiatan pariwisata adapun orang yang melakukan kegiatan
tersebut disebut wisatawan. Pembagian jenis wisatawan dapat dibagi dalam dua
kategori, yaitu wisatawan dan ekskursionis. Wisatawan ialah setiap orang yang
datang dari suatu negara asing, yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja
di tempat tersebut secara teratur, membelanjakan uang yang didapatkannya di
tempat lain (Saddam, 2013). Sedangkan Ekskursionis adalah pengunjung yang
hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya, tanpa menginap/bermalam. Di
dalamnya tidak termasuk orang-orang yang secara legal tidak memasuki suatu
negara asing seperti misalnya orang yang dalam perjalanan menunggu di daerah
transit di bandara. Akan tetapi istilah wisatawan tidak meliputi orang-orang
berikut:
1) Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha di
suatu negara.
2) Orang yang datang untuk menetap.
3) Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu,
akan tetapi bekerja di negara tetangganya.
4) Orang yang dalam perjalanan melalui sebuah negara tanpa berhenti di
tempat itu, meskipun di negara itu lebih dari 24 jam.
2. Kategori Wisatawan
Untuk keperluan perencanaan fisik pariwisata, perlu mempertimbangkan
wisatawan yang datang berkunjung, baik wisatawan domestik maupun wisatawan
asing. Hal ini perlu dilakukan untuk menarik perbedaan antara berbagai kategori
wisata, diantaranya:
a. Wisatawan bisnis: yaitu mereka yang bepergian untuk alasan bisnis, termasuk
pameran dan menghadiri konferensi. Jenis wisatawan ini termasuk dalam
kategori wisata MICE, akronim bahasa Inggris dari "Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition" (Indonesia: Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan

6
Pameran), dalam industri pariwisata, adalah suatu jenis kegiatan perjalanan
dimana suatu kelompok besar, biasanya direncanakan dengan matang,
berangkat bersama untuk suatu tujuan bisnis atau pameran.
b. Wisatawan khusus: seperti peziarah, mahasiswa, dan orang lain yang motif
perjalannya adalah untuk memenuhi kebutuhan atau keperluan tertentu seperti
berziarah atau belajar di suatu tempat.
c. Wisatawan rekreasi: yaitu orang yang mengunjungi tempat-tempat untuk
bersenang-senang atau keluar dari lingkungan dan rutinitas sehari-hari
mereka untuk melakukan liburan.

3. Jenis-jenis Wisata
Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke dalam dua kategori
(Saddam. 2013. Pengembangan Wisata Bahari), yaitu:
a. Wisata Alam, yang terdiri dari:
1) Wisata Air, termasuk didalamnya wisata bahari, yaitu wisata yang banyak
dikaitkan dengan danau, pantai atau laut. Ditunjang oleh sarana dan
prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air
lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
2) Wisata Etnik, merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan
kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik.
3) Wisata Cagar Alam, merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan
keindahan alam, kesegaran udara serta flora dan fauna langka yang jarang
terdapat di tempat-tempat lain.
4) Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di tempat yang memiliki
daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan
digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
5) Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan
ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan dimana
wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan
studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya.

7
b. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari:
1) Peninggalan sejarah purbakala dan monumen, wisata ini termasuk
golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa,
bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya.
2) Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang
berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau
daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada temanya,
antara lain museum arkeologi, sejarah, seni dan kerajinan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun dengan tema khusus lainnya.
4. Komponen-komponen Wisata
Dalam pengembangan kepariwisataan, hal-hal yang harus ada dalam suatu
kawasan objek wisata menurut Spillane (1998) dalam Saddam (2013), adalah:
atraksi, fasilitas, transportasi, dan kenyamanan. Selain itu, untuk mewujudkan
sistem pariwisata yang diinginkan, maka diperlukan juga beberapa komponen
pariwisata yaitu:
a. Wisatawan
Wisatawan merupakan sistem yang sangat penting dalam suatu proses
perencanaan pariwisata karena pada dasarnya wisatawan merupakan
konsumen dari pariwisata yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.
b. Objek Wisata
Objek wisata merupakan tempat yang dituju oleh wisatawan untuk
mendapatkan kepuasan dari kebutuhan wisatanya. Objek wisata dibedakan
menurut daya tarik yang dimilikinya yang sifatnya tunggal atau banyak.
Semakin banyak daya tariknya, maka semakin tinggi daya tampung terhadap
aspirasi wisatawan. Untuk dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata yang
dapat menarik minat wisatawan, sebuah objek wisata yang baik harus
memenuhi empat kriteria utama yaitu:
1) Something to see, yaitu sesuatu yang menarik untuk dilihat atau dijadikan
tontonan oleh wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut.

8
2) Something to do, yaitu kegiatan atau atraksi wisata yang dapat dilakukan
oleh wisatawan ketika berkunjung ke suatu objek wisata.
3) Something to buy, yaitu di tempat tersebut terdapat fasilitas untuk
berbelanja yang pada umumnya barang yang dibeli merupakan icon atau
ciri khas dari daerah objek wisata yang dikunjungi, sehingga dapat
dijadikan sebagai oleh-oleh atau cinderamata. (Yoeti, Oka. 1997).
4) Something to feel, yaitu objek wisata harus mampu memberikan sebuah
perasaan khusus bagi wisatawan yang berkunjung. Perasaan yang berupa
perasaan senang, relax, dan bahagia ketika berada di sebuah objek wisata
yang mana memberikan sebuah perasaan yang berbeda dengan lingkungan
sehari-hari wisatawan.
c. Sarana dan Prasarana Pariwisata
Prasarana pariwisata adalah segala fasilitas yang memungkinkan proses
perkonomian berjalan lancar, sehingga memudahkan wisatawan memenuhi
kebutuhannya. Fasilitas pariwisata terdiri dari beberapa jenis yaitu sarana dan
prasarana pokok, pelengkap dan penunjang/pendukung. Sarana dan prasarana
pariwisata ini adalah untuk mendukung kelancaran aktivitas pariwisata.
Dari ketiga komponen tersebut di atas, dapat menjadi nilai jual terhadap
pengembangan pariwisata yang dapat menahan wisatawan untuk tinggal
berhari-hari dan diharapkan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung
berkali-kali ke suatu objek wisata.
Untuk pengembangan pariwisata di Pantai Dato dapat dilihat dari jenis
wisatanya yang termasuk wisata alam, dimana merupakan wisata air.
Adapun dari segi komponen-komponen wisata seperti sarana dan prasarana
pariwisata sudah seharusnya untuk diperbaiki kembali agar wisatawan dapat
menikmati objek wisata tanpa ada keluhan.

9
d. Aksesibilitas
Bidang kepariwisataan sangat erat hubungannya dengan aksesibilitas.
Aksesibilitas yang dimaksud adalah frekuensi penggunaan kendaraan yang
dimiliki dapat mempersingkat waktu dan tenaga serta lebih meringankan
biaya perjalanan. Menurut Oka.A.Yoeti (1997) bahwa aksesibilitas adalah
kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis
atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana transportasi ke tempat tujuan
tersebut. Kondisi transportasi itu seperti jalan, keberadaan moda angkutan,
terminal, stasiun pengisian bahan bakar dan lainnya.
Tamin (2000) mengatakan bahwa indikator aksesibilitas ada tiga yaitu
jarak, waktu, dan biaya. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya
dapat dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya
jika berjauhan aksesibilitas antara keduanya rendah. Apabila antar kedua
tempat memiliki waktu tempuh yang pendek maka dapat dikatakan kedua
tempat itu memiliki aksesibilitas yang tinggi dan sebaliknya. Selain itu biaya
juga dapat menunjukkan tingkat aksesibilitas, biaya disini dapat merupakan
biaya gabungan yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran untuk
hubungan transportasi.
5. Zonasi Kawasan
Penataan ruang akan mempengaruh penyusunan rencana kawasan pariwisata
yang merupakan inti dari seluruh perencanaan pengembangan parawisata Salah
satu aspek penting dalam perencanaan kawasan adalah penyusunan dan
penetapan zonasi kawasan. Pengertian dari zonasi adalah membagi area
dalam suatu tapak kedalam beberapa area (zona) yang sesuai tata guna lahan.
Penentuan zonasi dalam suatu kawasan pariwisata perlu mempertimbangkan:
a. Kerentanan ekosistem serta nilai keanekaragaman hayati darat dan laut;
b. Keterkaitan geografis, sosial-ekonomi, sosial budaya di lokasi ;
c. Status kawasan ;
d. Penetapan pemerintah daerah tentang penataan ruang ;
e. Nilai sejarah dan karakteristik kawasan ;
f. Aksesibititas ;

10
g. Keamanan, kebutuhan dan kenyamanan pengunjung ;
h. Optimalisasi potensi atraksi wisata yang tersedia ;
i. Akses ruang bagi masyarakat terhadap wilayah- wilayah yang menjadi
kepentingan umum seperti sumber air tawar, pantai dan daerah tangkapan
ikan ;
j. Bencana alam (natural disaster).
Pembagian zona dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri No.17 tahun
2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pasal 31 ayat 2 yang membagi sistem zonasi ke dalam tiga zona yaitu zona inti,
zona pemanfaatan terbatas, dan zona lainnya yang sesuai dengan
peruntukan kawasan sebagai berikut:
a. Zona inti : daerah ini diperuntukkan mutlak bagi perlindungan ekosistem
terumbu karang sebagai wilayah konservasi, kawasan hutan kota dan kawasan
mangrove
b. Zona pemanfaatan terbatas : daerah ini diperuntukkan untuk jenis- jenis
kegiatan seperti :
1) Wisata pantai, dimana kegiatan yang bisa dilakukan meliputi :
berjemur, menikmati sunset dan sunrise serta berenang, wisata
snorkeling dan selam ataupun aktifitas wisata lain yang dapat dilakukan
dipinggir pantai.
2) Budidaya, dimana kegiatan yang bisa dilakukan meliputi : budidaya
rumput laut dan budidaya keramba jaring apung (KJA) serta budidaya
mutiara
3) Wisata budaya dan sejarah, pada kawasan ini terdapat objek wisata
seperti Makam Sultan Buton VIII, gowa keramat “Liana bente”, rumah
adat Buton, pembuatan sarung tenun khas Buton hingga pengunaan
bahasa Buton (Pogau Malau) yang masih digunakan masyarkat dalam
kesehariannya
c. Zona bebas : daerah ini diperuntukkan untuk masyarakat dalam melakukan
aktivitas sosial ekonominya seperti kawasan permukiman,pendudukan,

11
hingga pemanfaatan diwilayah laut untuk menangkap ikan, parkir pelahu
dan kawasan pelabuhan.
B. Sarana dan Prasarana
1. Sarana Pariwisata
Sarana pariwisata adalah hal-hal yang keberadaannya adalah berhubungan
dengan usaha untuk membuat wisatawan lebih banyak datang, lebih banyak
mengeluarkan uang di tempat yang dikunjunginya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
dalam mencapai maksud atau tujuan. Dalam kepariwisataan dikenal ada tiga
macam sarana, yakni:
a. Sarana Pokok Kepariwisataan
Yakni perusahaan-perusahaan yang fungsinya adalah menyediakan fasilitas
pokok kepariwisataan. Sarana ini juga dibagi ke dalam tiga bagian, antara lain :
1) Receptive Tourist Plan
Adalah perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan
tour, sightseeing bagi wisatawan.
Contoh : travel agent, tour operator, tourist transportation, dan lain-lain.
2) Akomodasi
Adalah perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, Contoh :
hotel, motel, dan jenis akomodasi lainnya.
3) Perusahaan angkutan (transportasi wisata baik darat, laut mupun udara)
4) Restoran/Tempat makan
b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan atau tempat yg
menyediakan fasilitas yang fungsinya melengkapi sarana pokok dan membuat
wisatawan dapat lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata.
1) Sarana Ketangkasan
2) Perlengkapan wisata atau fasilitas rekreasi dan olah raga air.
c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (supporting tourism superstructure)
Sarana Penunjang Kepariwisataan adalah perusahaan yang menunjang sarana
pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi tidak hanya membuat wisatawan

12
tertahan lebih lama tetapi berfungsi agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan
uang di daerah yang dikunjunginya seperti :
1) Karaoke/ Entertaint
2) Ruang Atraksi Wisata
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata
tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.
2. Prasarana Pariwisata
Prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian,
dalam hal ini adalah sektor pariwisata dapat berjalan dengan lancar sedemikian
rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenihi kebutuhannya.
Menurut KBBI Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Jadi fungsinya
adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan
sebagaimana mestinya.
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang
mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata,
seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya.
Suwantoro (2004:21)
Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada. Pembagunan
prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan
daya tarik obyek wisata itu sendiri. Disamping berbagai kebutuhan yang telah
disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah
tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk lebih jelasnya Prasarana dibagi atas tiga
komponen :
a. Prasarana Umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran
perekonomian. Adapun yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya ialah:
- Jaringan Air bersih,
- Jaringan Listrik,
- Jaringan Jalan,

13
- Drainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah
- Sistem Persampahan dan
- Jaringan Telekomunikasi dan Internet
b. Prasarana Penunjang (RS,Apotek, Pusat Perdagangan, Kantor Pemerintah,
Perbankan).
c. Prasarana Wisata (Kantor Informasi, Tempat Promosi dan Tempat
Rekreasi , pengawas pantai).
Menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia nomor 17 tahun 2014 tentang Standar Usaha Kawasan Pariwisata.
Sarana dan Prasarana yang harus ada pada suatu tempat atau objek wisata adalah:
1. Ruang kantor yang dilengkapi peralatan dan perlengkapan dengan sistem
pencahayaan dan sirkulasi udara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Toilet pria dan wanita yang terpisah dengan sirkulasi udara dan
pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Peralatan komunikasi yang terdiri dari telepon, faksimili, dan/atau
fasilitas internet.
4. Ruang atau tempat ibadah dengan kelengkapannya.
5. Fasilitas parkir yang bersih, aman, dan terawat.
6. Pengelolaan limbah cair dan padat sesuai dengan ketentuan.
Dari penjelasan diatas bahwa sarana dan prasarana yang harus tersedia
disetiap objek wisata meliputi kantor pengelola, toilet, air bersih, jaringan telepon
dan internet, listrik, peribadatan, parkir, pos pengamanan, drainase dan
persampahan.
Menurut Lothar A. Kreck dalam Yoeti, 1996 ada beberapa standar kelayakan
untuk menjadi daerah tujuan wisata yang terdiri dari enam belas kriteria dengan
standar minimal masing-masing. Enam belas kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:

14
Tabel 2.1 Standar kelayakan menjadi daerah tujuan wisata
No. Kriteria Standar Minimal
1 Objek Terdapat salah satu dari unsur alam, sosial ataupun budaya.
2 Akses Adanya jalan, adanya kemudahan, rute, tempat parkir, dan harga parkir
yang terjangkau.
3 Akomodasi Adanya pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen, dan lalin-lain).
4 Fasilitas Agen perjalanan, pusat informasi, salon, fasilitas kesehatan, pemadam
kebakaran, hydrant, TIC (tourism information centre), guide (pemandu
wisata), plang informasi, petugas memeriksa masuk dan keluarnya
wisatawan (petugas entry dan exit).
5 Transportasi Adanya transportasi lokal yang nyaman, variatif yang menghubungkan
akses masuk.
6 Catering Adanya pelayanan makanan dan minuman (restaurant, rumah makan,
Service warung nasi dan lain-lain).
7 Aktifitas Terdapat sesuatu yang dilakukan di lokasi wisata, seperti berenang, terjun
Rekreasi payung, berjemur, berselancar, jalan-jalan dan lain-lain.
8 Perbelanjaan Adanya tempat pembelian barang-barang umum.
9 Komunikasi Adanya televisi, telepon umum, radio, sinyal telepon, seluler, penjual
voucher (isi ulang pulsa seluler) dan internet akses.
10 Sistem Adanya bank (beberapa jumlah dan jenis bank dan ATM beserta
Perbankan sebarannya).
11 Kesehatan Poliklinik poli umum/ ketersediaan pelayanan apotik.
12 Keamanan Adanya jaminan keamanan (petugas khusus, pengawas pantai, rambu-
rambu perhatian).
13 Kebersihan Tempat sampah dan rambu-rambu peringatan tentang kebersihan.
14 Sarana Ibadah Terdapat salah satu sarana ibadah bagi wisatawan.
15 Sarana Terdapat salah satu sarana pendidikan formal.
Pendidikan
16 Sarana Terdapat alat dan perlengkapan untuk berolahraga.
Olahraga
Sumber : Lothar A. Kreck dalam Yoeti, 1996

15
C. Ekowisata
1. Pengertian Ekowisata dan Prinsip-Prinsipnya
Ekowisata selama ini mempunyai beragam definisi, satu definisi melengkapi
definisi lainnya. Kekhawatiran baru timbul ketika istilah ekowisata digunakan
hanya sebagai label dalam memasarkan produk wisata yang berbasis alam untuk
memanfaatkan peluang emas dan kecenderungan pasar yang ada. Dalam hal ini
tidak saja terjadi kesalahpahaman tentang istilah ekowisata, tetapi lebih dalam lagi
telah terjadi “pemanfaatan” istilah tersebut. Kata “eko” hanya merupakan
pengganti istilah “alam”. dalam ekoturisme : petunjuk untuk perencanaan dan
pengelolaan (western 1995), ekowisata diartikan sebagai suatu “responsible
travel” ke lingkungan alami yang mendukung konservasi dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk setempat.
Menurut fandeli dan mukhlison (2000), ekowisata mempunyai dua
pengertian yaitu sebagai perilaku dan industri. Sebagai perilaku, pengertian
ekowisata dapa diartikan sebagai kunjungan ke daerah-daerah yang masih bersifat
alami. Pengertian ini menumbuhkan istilah ekowisata yang sering kita dengar
yaitu wisata alam. namun pengertian ini belum menampung substansi penting
yang seharusnya tercermin dalam kegiatan tersebut, yaitu ikut melindungi dan
memelihara kawasan yang dikunjungi. Sedangkan pengertian ekowisata sebagai
suatu industri telah mengembangkan pemahaman bahwa kegiatan-kegiatan wisata
diwilayah yang masih alami harus dilakukan dengan membangun kerja sama
antara seluruh pelakunya, pemerintah, swasta dan masyarakat dan manfaat yang
diperoleh selayaknya kembali tidak hanya kepada para pelakunya namun terutama
kepada usaha-usaha untuk melestarikan wilayah tersebut dan mensejahterakan
masyarakatnya.
Selanjutnya fandeli dan mukhlison (2000), menyatakan bahwa ekowisata
mempunya 4 prinsip, yaitu :
a. Konservasi : kegiatan wisata tersebut membantu usaha pelestarian alam
setempat dengan dampak negative semaksimal mungkin.

16
b. Pendidikan : wisatawan yang mengikuti kegiatan tersebut akan
mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai keunikan biologis, ekosistem dan
kehidupan social masyarakat dikawasan dikunjungi.
c. Sosial : masyarakat mendapat kesempatan untuk menjalankan kegiatan
tersebut.
d. Ekonomi : kegiatan wisata ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat
disekitar kawasan wisata tersebut.
Melalui kegiatan pengelolaan untuk keperluan ekowisata ada beberapa
alasan untuk mengembangkan manfaat ekowisata yaitu (Selvi Tebay 2004):
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi membawa kepada peningkatan
pendapatan masyarakat, sehingga menimbulkan perubahan pola konsumsi
terutama dibidang jasa.
2. Jumlah penduduk yang besar membutuhkan adanya lapangan kerja dan
lapangan berusaha khususnya untuk masyarakat pedesaan atau yang berada
disekitar kawasan konservasi.
3. Semakin terbentuknya kesadaran masyarakat internasional maupun nasional
terhadap kelestarian sumberdaya hayati.
4. Pengembangan manfaat ekowisata ini dapat memberikan pendapatan atau
pemasukan bagi kepentingan pemerintah dan pengelola.
5. Mempunyai dampak ekonomi ganda (multiplier effect) yang cukup besar
sehingga dapat berperan terhadap pembangunan ekonomi wilayah maupu
nasional.
Kegagalan yang diakibatkan oleh keetidakseimbangan pengembangan
kawasan wisata alam sehingga menimbulkan dampak-dampak negatif dari
keberadaan kawasan wisata tersebut seperti (Selvi tebay 2004) :
1. Distorsi atau hilangnya potensi-potensi ekonomi, baik bagi pengelola atau
pemilik kawasan wisata maupun masyarakat setempat (local), distorsi ini
karena terjadi hubungan yang tidak harmonis antara kawasan wisata dengan
masyarakat local. Ketidakharmonisan ini disebabkan oleh sebagian besar
fasilitas wisata dan lapangan kerja yang ada dikuasai oleh orang-orang luar.

17
2. Tersisihnya masyarakat local, hal ini terjadi ketika sebagian fasilitas yang
ada hanya diperuntukan bagi wisatawan dan tertutup bagi masyarakat local.
Ketersisihan ini dalam jangka panjang akan menimbulkan konflik dan
kebencian baik terhadap wisatawan maupun pengelola kawasan wisata.
3. Degradasi lingkungan, hal ini terjadi karena jika pengembangan wilayah dan
eksploitasi daya Tarik dan wisata menghasilkan aspek kelestarian
lingkungan. Degradasi lingkungan ini akan menyebabkan kawasan wisata
kehilangan daya tariknya.
4. Degradasi identitas dan integritas budaya. Hal ini terjadi akibat adanya over
komersialisasi budaya-budaya tradisional yang ada, sehingga menimbulkan
perubahan-perubahan negative dalam masyarakat. Daya Tarik budaya
terlalu dieksploitasi dan disesuaikan dengan wisatawan, sehingga
masyarakat kehilangan kesakralan dan integritas nilai-nilai budaya yang
sebelumnya ada.
Konsep ekowisata yang menjelaskan bahwa manusia (wisatawan) dan alam
(termasuk didalamnya kehidupan penduduk local) menjadi input dari kegiatan
tersebut, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1. Skema konsep ekowisata


sumber: Selvi Tebay 2004
Berdasarkan gambar 1 di atas, maka output dari proses dalam kegiatan
ekowisata ada dua macam:
1. Output langsung adalah unsur hiburan dan penambahan pengetahuan
yang langsung dirasakan oleh manusia. Sedangkan output langsung bagi

18
alam adalah perolehan dan yang sebagian akan difungsikan untuk
mengelola kegiatan konservasi alam secara swadaya.
2. Output tak langsung yaitu berupa tumbuhnya kesadaran dalam diri
wisatawan untuk lebih memperhatikan sikap hidupnya agar kegiatan
yang dilakukannya tidak berdampak buruk pada alam. kesadaran ini
diharapkan timbul akibat adanya kesan mendalam yang diperoleh
wisatawan selama berinteraksi aktif secara langsung dengan lingkungan
alam, disertai pemahaman-pemahaman ekologis yang dituturkan oleh
guide pendampingnya.
2. Prinsip dan Pengelolaan
Menurut siregar (1999), pada saat ini telah dikembangkan paradigm baru
dalam pengelolaan konservasi. Paradigm baru yang dilaksanakan dengan
memberdayakan peran serta masyarakat dalam perencanaan pengelolaan kawasan
yang didasarkan pada co-ownership, cooperation, dan responsibility. Penjabaran
dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan ekowisata dapat
dilaksanakan dengan prinsip :
a. Prinsip co-ownership
Kawasan yang akan dikembangkan untuk ekowisata adalah milik
bersama. Pemanfaatan dan perlindungan dilaksanakan bersama
berlandaskan pada nilai kearifan teknologi dan budaya local. Didalam
perencanaan aspek ini harus dipertimbangkan menjadi sangat
memerlukan keberhasilan dalam pengelolaan.
b. Prinsip co-operation
Dalam pengelolaan kawasan untuk ekowisata dilakukan dengan prinsip
mengatur peranan masing-masing yang dapat dilakukan oleh masyarakat
dan seluruh stakeholder.
c. Prinsip co-responsibility
Dalam pengelolaan kawasan untuk ekowisata, kegiatan perlindungan dan
pembinaan kawasan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat dan stakeholders.

19
Suatu upaya pengembangan wisata akan mengalami kegagalan bila tidak
direncanakan. Adanya perencanaan akan dapat dicari alternative cara atau usaha
yang efisien, rasional untuk mencapai tujuan. Perencanaan ekowisata
dimaksudkan untuk dapat melestarikan sumberdaya alam yang ada, dengan cara
pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati dan ekosistem ekowisata
yang berdasarkan konservasi.
3. Daya Dukung Lingkungan Ekowisata
Daya dukung ekowisata tergolong spesifik dan lebih berhubungan dengan
daya dukung lingkungan (biofisik dan social) terhadap kegiatan pariwisata dan
pengembangannya (wolters 1991 dalam Ceballos-lascurian 1996). Daya dukung
ekowisata juga diartikan sebagai tingkat atau jumlah maksimum pengunjung yang
dapat ditampung obyek wisata alam tersebut dilampaui, maka akan
terjadikemerosotan sumberdaya, kepuasan pengunjung tidak terpenuhi, dan akan
memberikan dampak merugikan terhadap masyarakat, ekonomi dan budaya
(melntyre dan Hetherington 1991 dalam Ceballos-lascurain 1996). Selanjutnya
ditambahkan bahwa kapasitas social psikologi dari lingkungan ekowisata dapat
mendukung aktivitas dan pengembangan ekowisata (pearce dan kirk 1986 dalam
Ceballos-lascurain 1996).selanjutnya ditambahkan bahwa kapasitas social dan
psikologi dari lingkungan dapat mendukung aktivitas pengembangan ekowisata
(pearce dan kirk 1986 dalam Ceballos-lascurain1996).
Komponen dasar yang mempengaruhi daya dukung ekowisata antara lain :
a. Komponen Biofisik
Komponen yang mempengaruhi daya dukung terutama berkaitan erat
dengan sumber daya alam. pada kenyatataannya tidak ada system biofisik
yang tidak terbatas pemanfaatannya. Daya dukung ekowisata suatu obyek-
obyek wisata alam ditentukan oleh kemampuan sumberdaya alam dalam
mendukung kegiatan alam tersebut. Beberapa indikasi kearah terjadinya
penurunan populasi satwa liar, perubahan atau hilangnya habitat satwa liar
dapat dipergunakan sebagai tanda-tanda bahwa daya dukung komponen
biofisik akan terlampaui.

20
b. Komponen Sosial Budaya
Perubahan social budaya pada masyarakat dapat terjadi akibat dampak
kegiatan ekowisata pada suatu tingkat tertentu. Namun demikian cukup sulit
untuk membedakan apakah dampak negative tersebut berasal darikegiatan
ekowisata atau kegiatan lainnya. Daya dukung social budaya lebih ditekankan
pada suatu populaasi rumah tangga penduduk yang akan terkena dampak.
Persepsi bahwa dampak negative lebih lanjut dari kegiatan ekowisata diantara
penduduksetempat (indigenous people) dan wisatawan atau kedua kelompok
tersebut, serta beberapa perhatian dapat diberikan prioritas agar tidak terjadi
dampak negative lanjutan yang dapat melampaui daya dukung obyek wisata.
c. Komponen Psycologi
Komponen psycologi dari daya dukung ekowisata lebih ditekankan pada
jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung suatu area pada masing-
masing lokasi (obyek wisata alam), tipe atau maacam atraksi yang ditawarkan
serta karakteristik khusus dari wisatawan. Diperkirakan daya dukung
psikologis obyek wisata alam berkisar antara 20 m2 untuk tiap pengunjung
pada suatu titik (atau 1 m2/orang, tergantung pada kondisi tampak obyek)
sampai 10 m2/orang yang menggunakan area perkemahan dengan kepadatan
tinggi atau sampai meluas 1 ha (pada kondisi obyek wisata terisolasi pada
zona rimba) (boullen 1985 dalam Ceballos-lascurain 1996).
d. Komponen Manajerial
Daya dukung obyek wisata alam ditinjau dari komponen manajerial
merupakan jumlah pengunjung maksimum yang masih dapat dikelola pada
suatu area ekowisata (obyek wisata alam). komponen manajerial dipengaruhi
oleh tipe dan jumlah fasilitas fisik yangtersedia bagi pengunjung. Diantara
factor-faktor penting yang perlu diperhatikan pada komponen manajerial
adalah : jumlah staf, waktu dimulainya acara, keterbatasan fasilitas pada
pelayanan, ruang parker atau dermaga.
Secara umum alam secara reflex dapat merehabilitasi kembali lingkungan
melalui satusiklus yang continue dan berkesinambungan dengan daya
kelentingannya. Tetapi seringkali kerusakan lingkungan yang berlebihan

21
akibat dampak negative yang berlebihan membutuhkan waktu yang cukup
lama bagi alam untuk memperbaharuinya. Untuk itu perlu upaya menjaga agar
kerusakan yang ditimbulkan akibat melebihi kemampuan alam untuk
merehabilitasinya secara alami.
4. Sarana dan Prasarana Ekowisata
Dalam pengembangan Ekowisata, aspek sarana dan prasarana memiliki dua
sisi kepentingan, yaitu: (1) Sebagai alat memenuhi kebutuhan ekowisata; dan (2)
sebagai pengendalian dalam rangka pemelihara keseimbangan lingkungan.
Pembangunan sarana dan prasarana dapat meningkatkan daya dukung
pengembangan ekowisata, sehingga upaya pemanfaatan dapat dilakukan secara
optimal (Dephut, 2010 dalam pengelolaan ekowisata pesisir dan laut).
a. Sarana Ekowisata
Sarana dan prasarana wilayah sangat penting dalam mendukung kegiatan
Ekowisata. Ada tiga macam sarana ekowisata yaitu: sarana pokok, sarana
pelengkap, dan sarana penunjang.
1) Sarana Pokok
Sarana pokok Ekowisata adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya
sangat tergantung kepada lalu lintas wisatawan dan penunjang lainnya.
Fungsinya adalah memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan
pelayanan bagi wisatawan. Adapun perusahan yang termasuk dalam
kelompok ini adalah: 1) perusahaan yang usaha kegiatannya
mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan, seperti
menyelenggarakan tour, biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata,
dan lain-lain; dan 2) perusahaan yang memberikan pelayanan diobjek
daerah tujuan wisata yaitu perusahaan yang memberikan jasa pelayanan
untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah wisata,
seperti hotel, rumah tinggal, restoran, dan lain-lain.
2) Sarana Pelengkap
Sarana pelengkap ekowisata adalah fasilitas yang melengkapi sarana
pokok sedemikian rupa sehingga dapat membuat wisatawan lebih lama

22
tinggal di lokasi Ekowisata yang dikunjunginya. Sarana yang termasuk
dalam kelompok ini adalah fasilitas untuk olah raga dan sebagainya.
3) Sarana Penunjang
Sarana penunjang Ekowisata adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan
dan berfungsi tidak hanya melayani kebutuhan pokok dan sarana
pelengkap tetapi juga memiliki fungsi yang lebih penting, yaitu agar
wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang
dikunjungi tersebut. Sebagai contoh toko souvenir dan lain-lain.
b. Prasarana Ekowisata
Prasarana Ekowisata adalah sumber daya alam buatan yang mutlak
dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti
jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya.
Prasarana wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi dan kondisi
objek wisata yang bersangkutan. Pembangunan prasarana wisata yang
mempertimbangkan kondisi dan lokaksi akan meningkatkan aksesibilitas suatu
objek Ekowisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek
Ekowisata itu sendiri.
5. Konsep Pengembangan Ekowisata
Kegiatan ekowisata di Indonesia diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
33 Tahun 2009. Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari
kegiatan wisata alam biasa, namun memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab
yang tinggi terhadap objek wisatanya.
1. Wisata pemandangan:
 Objek-objek alam (pantai, air terjun, terumbu karang)
 Flora (hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan)
 Fauna (hewan langka dan endemik)
 Perkebunan (teh, kopi)
2. Wisata petualangan:
 Kegiatan alam bebas (lintas alam, berselancar)
 Ekstrem (mendaki gunung, paralayang)
 Berburu (babi hutan)

23
3. Wisata kebudayaan dan sejarah:
 Suku terasing (orang Rimba, orang Kanekes)
 Kerajinan tangan (batik, ukiran)
 Peninggalan bersejarah (candi, batu bertulis, benteng kolonial)
4. Wisata penelitian:
 Pendataan spesies (serangga, mamalia dan seterusnya)
 Pendataan kerusakan alam (lahan gundul, pencemaran tanah)
 Konservasi (reboisasi, lokalisasi pencemaran)
5. Wisata sosial, konservasi dan pendidikan:
 Pembangunan fasilitas umum di dekat objek ekowisata (pembuatan sarana
komunikasi, kesehatan)
 Reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembang biakan hewan langka
 Pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat di dekat objek
ekowisata (pendidikan bahasa asing, sikap)
Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan
budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan.
Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya
dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab
ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam
dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis
wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek ekowisata merupakan bentuk wisata
yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi
menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan
pasar.
Selain dari sisi konservasi menguntungkan, penerapan konsep ekowisata juga
dapat dilihat dari sisi ekonomi, khususnya bagi peningkatan perekonomian
masyarakat setempat. Dari sisi ekonomi, ekowisata menciptakan lapangan
pekerjaan di wilayah terpencil dan belum berkembang. Pada umumnya ekowisata
diasumsikan membutuhkan sedikit investasi untuk pembangunan prasarananya.
Penekanan ekowisata pada sumber daya lokal dan peluang kerja menjadikan

24
ekowista sebagai peluang bagi negara yang sedang berkembang dan mempunyai
potensi alam yang tinggi.
Faktor pengembangan masyarakat setempat merupakan tujuan akhir dari
pengembangan pariwisata berdasarkan konsep ekowisata. The Ecotourism Society
mengemukakan ada beberapa tahapan untuk mengembangakn konsep ekowisata
pada suatu kawasan pariwisata yaitu:
1. Pertama, menilai situasi dan potensi wisata yang akan dikembangkan. Pada
tahapan ini meliputi juga aspirasi masyarakat yang akan dijadikan obyek
wisata dengan konsep ekowisata.
2. Kedua, menentukan situasi pariwisata yang diinginkan dan mengidentifikasi
langkah untuk mencapai tujuan. Hal ini disesuaikan dengan potensi wilayah
yang ada.
3. Ketiga, merancang strategi pengembangan terhadap obyek wisata yang akan
dikembangkan. Pada tahapan ini direncanakan tahapan pengembangan obyek
wisata yang akan dikembangkan.
Pengembangan konsep ekowisata pada lokasi wisata ditentukan oleh pihak
yang terlibat terhadap pengembangan terdiri dari masyarakat, perusahaan swasta
sebagai operator, organisasi lingkungan non profit yang peduli terhadap
pelestarian lingkungan dan pemandu wisata.
Berdasarkan aspek tersebut, faktor masyarakat sebagai tujuan akhir dari
pengembangan kawasan wisata menentukan terhadap penerapan konsep
ekowisata. Masyarakat harus dilibatkan secara aktif agar sadar terhadap potensi
yang sumber daya yang dimiliki sehingga dapat berpartisipasi terhadap
pengelolaan kawasan wisata yang akan meningkatkan pendapatan. Pada tahap
awal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memberi gambaran kepada
masyarakat terhadap potensi wilayahnya dan memberdayakan masyarakat dalam
hal pengelolaan kawasan wisata. Untuk mewujudkan hal ini, peran pemerintah
dan lembaga pendamping sangat penting karena umumnya masyarakat tidak
mampu mengelola potensi wilayahnya. Dengan pengenalan terhadap potensi
wilayahnya diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif terhadap
pengelolaan obyek wisata.

25
Sesuai dengan prinsip pengembangannya, konsep ekowisata tidak saja
memperhatikan aspek ekologi tetapi juga ekonomi. Beberapa pengalaman
pengembangan kawasan pariwisata yang menerapkan konsep ekowisata
menunjukkan peningkatan perekonomian sebagai dampak yang ditimbulkan oleh
kegiatan pariwisata. Keuntungan yang diperoleh dalam pengembangan pariwisata
pada suatu wilayah sesungguhnya akan dijadikan subsidi untuk mengelola
pelestarian lingkungan pada kawasan tersebut. Pada tahap ini terjadi siklus yang
saling menguntungkan antara alam dan manusia
D. Daya Dukung Kawasan Wisata
Daya dukung kawasan wisata disesuaikan karakteristik sumberdaya dan
peruntukannya. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan
ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh
keberadaan manusia(pengunjung) lainnya, (yulianda, 2007).
DDK = x x

Keterangan:
DDK : daya dukung kawasan (orang)
K : potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang)
Lp : luas area (m2) atau panjang area (m) yang dapat dimanfaatkan
Lt : unti area untuk kategori tertentu (m2 atau m)
Wt : waktu yang disediakan untuk kegiatan dalam satu hari (jam)
Wp : waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk setiap kegiatan (jam)
Tabel 2.2 Potensi Kegiatan Wisata Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)
K Unit Area
No Jenis Kegiatan (𝛴 Pengunjung) (Lt) Keterangan
1 Selam 2 1000 m2 Setiap 2 orang dalam 100m x 100m
2
2 Snorkling 1 250 m Setiap 1 orang dalam 50 m x 50 m
3 Wisata lamun 1 250 m2 Setiap 1 orang dalam 50 m x 50 m
2
4 Wisata mangrove 1 50 m Dihitung panjang track, setiap 1
orang sepanjang 50 m
2
5 Rekreasi pantai 1 50 m 1 org sepanjang 50 m pantai
2
6 Wisata olahraga 1 50 m 1 org sepanjang 50 m pantai
Sumber: Yulianda (2007).

26
Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu
yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Kegiatan
wisata dapat dirinci lagi berdasarkan kegiatan yang dilakukan misalnya,
menyelam, snorkeling, berenang, berjemur, dan sebagainya. Waktu pengunjung
diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu
kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu
kerja sekitar delapan jam. Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya
disesuaikan dengan potensi dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata
mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai objek wisata
yang akan dikembangkan.
Tabel 2.3 Potensi kegiatan wisata pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt)
No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan (Wp- (jam) Total waktu 1 hari (Wt-(jam)
1 Selam 2 8
2 Snorkling 3 6
3 Berenang 2 4
4 Berperahu 1 8
5 berjemur 2 4
6 Rekreasi pantai 3 6
7 Olahraga air 2 4
Sumber: Yulianda (2007).
Daya dukung kawasan wisata disesuaikan dengan karakteristik
sumberdaya dan peruntukannya, sehingga sumberdaya yang tersedia dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan dapat lebih meningkatkan kegiatan
wisata yang ada. Yulianda (2007) yang sesuai dengan sumberdaya di Pantai Dato
adalah selam, snorkling, rekreasi pantai dan wisata olahraga.
E. Peraturan dan Perundangan
1. Undang-Undang 27/2007
UU No.27/2007 adalah undang-undang yang mengenai Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil khususnya yang menyangkut perencanaan,
pemanfaatan, hak dan akses masyarakat, penanganan konflik, konservasi, mitigasi
bencana, reklamasi pantai, rehabilitasi kerusakan pesisir, dan penjabaran
konvensi-konvensi internasional terkait.

27
Dalam UU No.27/2007 Pasal 1 ayat (1) menyatakan Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil antar
sektor, antar pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut,
serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2. Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.17/Men/2008 Tentang Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil
Pasal 1:
(1) Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya
perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan
kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
(2) Kawasan konservasi adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
yang mempunyai ciri khas tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang
dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk
mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara
berkelanjutan.
Pasal 2:
(1) Tujuan ditetapkannya konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu
untuk memberi acuan atau pedoman dalam melindungi, melestarikan, dan
memanfaatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya.
(2) Sasaran pengaturan kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil ditujukan untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumber daya pesisir dan
pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai
dan keanekaragamannya.

28
F. Studi Banding
Tabel 2.4 Studi Banding
Karakter
Lokasi
Panorama Alam Olahraga Air Fasilitas Wisatawan Aksesibilitas Pengelolaan

1. Taman Nasional Bunaken, a) Laut biru yang a) Snorkeling a) Resort Wisatawan yang Terletak sekitar Pengelolaan
Manado jernih dan bersih. b) Diving b) Restoran/ datang 1,8 Km dari pusat wisata
b) Terumbu karang c) Berenang rumah makan berkunjung yaitu Kota Manado dilakukan oleh
yang bergam dan c) Toko souvenir wisatawan lokal dengan jarak pemerintah
luas d) Shelter dan nasional dan tempuh 30-40 daerah sulawesi
c) Suasana pesisir e) Pondok – wisatawan menit dari Kota utara.
yang nyaman pondok mancanegara. manado. Memiliki
f) Penyewaan bandar udara
perahu / internasional .
katamaran.
g) Penyewaan alat
selam
h) Dive center

Kesimpulan

Potensi
Kendala
Pemandangan air laut biru dengan air jernih dan bersih serta pulau
Pada bulan tertentu ada kondisi air laut pasang yang
dengan pasir putih, taman bawah laut yang memanjakan mata
berdampak pada air keruh kotor yang di akibatkan sampah
menjadi salah satu daya tarik utama dari pulau bunaken ini.
dari laut yang terbawa arus sampai ke pulau bunaken
Wisatawan dapat melakukan olahraga air seperti berenang,
berperahu (katamaran), snorkeling dan diving. didukung dengan
fasilitas lengkap seperti sarana akomodasi, toko souvenir, pondok-
pondok, resort, taman, dll.

29
Karakter
Panorama Alam Olahraga Air Fasilitas Wisatawan Aksesibilitas Pengelolaan
Lokasi

2. Pantai Tanjung Pesona, Bangka a) Lokasi pantai a) Banana boat a) Taman wisata Wisatawan Letaknya yang Pengelolaan wisata
Belitung yang berupa b) Memancing keluarga yang datang dekat dengan masih dilakukan
tanjung. c) Speed boat b) Hotel dan berkunjung pusat kota sepenuhnya oleh
b) Pantai yang luas d) berenang cottage masih terbatas memudahkan pemerintah daerah.
dengan pasir c) Tempat pada wisatawan
putih dan bermain anak- wisatawan untuk menuju
bebatuan besar. anak. lokal. lokasi pantai
c) Pemandangan serta telah
laut lepas dan didukung oleh
pantai yang indah prasana jalan
dan bersih. yang telah
memadai.

Kesimpulan

Potensi Kendala
Pemandangan laut lepas yang indah dapat dinikmati dari atas bebatuan Pengelolaan yang masih dilakukan sepenuhnya oleh
besar. Daratan pantai pasir putih yang luas dengan kondisi pantai yang pemerintah daerah menyebabkan kegiatan informasi
indah dan bersih. Terdapat sebuah taman wisata keluarga yang dapat dan promosi wisata pantai Tanjung Pesona masih
menjadi alternatif pilihan bagi wisatawan yang tidak hanya ingin kurang optimal. Hal ini kemudian berdampak pada
menikmati lingkungan alam pantai saja. Selain itu terdapat fasilitas jenis wisatawan yang berkunjung masih skala lokal.
hotel dan cottage serta tempat bermain anak. Aksesibilitas dan Selain jumlah wisatawan yang masih terbatas,
prasarana jalan menuju lokasi yang telah memadai dapat memudahkan kurangnya jenis olahraga air yang ditawarkan juga
wisatawan dalam menjangkau lokasi pantai. menjadi kendala di Pantai Tanjung Pesona.

30
Karakter Panorama Alam Olahraga Air Fasilitas Aksesibilitas Wisatawan Pengelolaan
lokasi

3. Balekambang, malang a) Pemandangan a) Berenang a) Hotel dan resort Terletak Wisatawan yang Pengelolaan
alam pantai yang b) Snorkeling b) Restoran sekitar 60 Km datang wisata masih
indah c) Diving c) Wahana outbond dari pusat berkunjung yaitu dilakukan
b) Ombak yang d) Ekowisata d) Pura (bangunan Kota malang mayoritas sepenuhnya
tenang (transplantasi bersejarah) dengan wisatawan lokal oleh pemerintah
c) Pemandangan karang) kualitas jalan dan nasional. daerah.
bawah laut yang sudah Tetapi ada juga
indah teraspal. wisatawan
mancanegara.
Kesimpulan

Potensi Kendala
Pemandangan alam pantai dan terumbu karang yang indah menjadi lokasi yang jauh dari pusat kota dengan jarak 60 km
daya tarik utama dari kawasan pantai kondang merak ini. Dikemas berdampak pada minat sebagian dari wisatawan untuk
dengan fasilitas wisata dan hiburan tempat wisata ini juga memiliki berkunjung ke pantai ini. Beberapa sarana prasarana juga
pura/bangunan bersejarah dimana sering diadakan acara belum sepenuhnya terpenuhi seperti penyewaan alat
keagamaan khususnya pada hari nyepi. Serta aksesibilitas yang snorkling dan diving.
dapat ditempuh melalui udara, darat dan air memudahkan
wisatawan baik dalam maupun luar negeri dalam pencapain lokasi
pantai balekambang.

31
G. Kerangka Pikir

Gambar 2.2. Kerangka Pikir


32
BAB III
METODE PERENCANAAN
A. Lokasi Perencanaan
Lokasi perencanaan tugas akhir ini berada di Pantai Dato, Kelurahan
Baurung, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Penentuan lokasi perencanaan yang diangkat, dilakukan dengan pertimbangan
bahwa Pantai Dato merupakan salah satu objek wisata pantai yang masih alami
dan memiliki potensi wisata alam bahari yang akan membawa dampak terhadap
perkembangan pariwisata di Kabupaten Majene.
B. Jenis Data
Adapun jenis data yang diperoleh dalam perencanaan ini berdasarkan
tujuan yang akan dicapai yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan
dengan melakukan observasi atau mengamati obyek yang menjadi sasaran dalam
perencanaan, dokumentasi dilapangan, serta wawancara langsung yang
berhubungan dengan data-data yang dibutuhkan dalam proses penulisan. Data
primer yang dibutuhkan antara lain:
a. Pemanfaatan lahan dan ruang;
b. Komponen-komponen pariwisata yang ada di Pantai Dato;
c. Dokumentasi lokasi perencanaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah pengambilan data yang diperoleh dari sumber lain (buku-
buku yang berkaitan dengan studi atau instansi-instansi tertentu) yang sudah
diolah sebelumnya. Data sekunder yang dibutuhkan yaitu antara lain:
a. Data Demografi penduduk
b. Data pengunjung wisatawan di Pantai Dato
c. Data karakteristik fisik Pntai Dato
d. Peta dasar dan RTRW/RDTR wilayah perencanaan

33
sulawesi
Majene

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Banggai Timur


Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2017
34
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara atau langkah-langkah yang
dilakukan guna memperoleh data terkait dengan perencanaan yang dilakukan.
Adapun teknik pengumpulan data dalam perencanaan ini didasarkan pada jenis
data yang dibutuhkan, antara lain:
1. Observasi lapangan (survey)
Kegiatan mengumpulkan data dengan melihat kondisi langsung di lapangan
untuk mengenali karakteristik dan menganalisa kondisi yang ada dilokasi
perencanaan dalam hal ini terkait dengan potensi dan masalah di Pantai Dato
serta ketersediaan sarana dan prasarana wisata.
2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dengan bertanya secara
langsung kepada informan atau narasumber terkait Pantai Dato untuk
membantu dan melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkapkan
melalui observasi lapangan..
3. Dokumentasi
Mengambil gambar dokumentasi berupa foto-foto mengenai kondisii fisik
Pantai Dato. Pengambilan dokumentasi ini juga berguna untuk mempertegas
pernyataan data primer maupun data sekunder yang telah diperoleh.
4. Telaah Pustaka
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data melalui sumber dokumenter
berupa literatur, laporan, bahan seminar dan artikel

D. Variabel Perencanaan
Variabel dimaksudkan sebagai faktor-faktor utama hasil dari identifikasi
kesimpulan teoritis (Nasution S, 1996). Variabel yang dipakai dalam proses
identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin
sederhana suatu rancangan penelitian semakin sedikit variabel perencanaan yang
digunakan. Adapun tabel kebutuhan yang digunakan dalam perencanaan dapat
dilihat pada tabel 3.1.

35
Tabel 3.1 tabel variabel perencanaan
No Rumusan Kebutuhan Jenis data variabel Teknik Analisis Output
masalah data
1 Data Fisik a. Analisis
a. Karakteristik fisik pantai dato
Sekunder dan Kawasan potensi dan
- Kualitas pasir dan air laut.
Data Primer Pantai Dato masalah
- Arus dan gelombang laut
(deskriptif
- Kedalaman laut
kualitatif)
- Pasang surut
b. Analisis
- Biota Laut
spasial
- Vegetasi pantai
Bagaimana c. Analisis foto
- Panorama alam
Potensi dan maping
- Kebersihan air laut
permasalahan d. Analisis Peta
- Kebersihan dan kenyamanan
ekowisata kesesuaian Karakteristik
pantai
bebrbasis sarana dengan fisik Pantai Dato
prasarana yang menggunakan
ada di Pantai matriks wisata
Dato b. Komponen Pariwisata
- Objek daya tarik wisata
- Sarana(akomodasi, tempat makan
Komponen Peta maping
dan minum, tempat belanja,
pariwisata komponen
peribadatan, toilet umum)
pariwisata
- Prasarana (jalan, air bersih, listrik
dan persampahan)
- Aksesibilitas
2 Bagaimana Arahan perencanaan ekowisata pantai dato berbasis sarana prasarana meliputi: a. Analisis Arahan
arahan a. Arahan Atraksi wisata zonasi perencanaan
perencanaan b. Arahan pembagian ruang (zonasi) b. Analisis kawasan
ekowisata pantai c. Arahan sarana dan prasarana spasial ekowisata
dato berbasis d. Arahan aksesibilitas Pantai Dato
sarana prasarana berbasis sarana
prasarana

Sumber Penulis, 2017

36
E. Teknik Analisis
Dalam perencanaan kawasan Ekowisata Pantai Dato berbasis sarana
prasarana terdapat beberapa teknik analisis yang digunakan yaitu :
1. Analisis Potensi dan Masalah
Analisis potensi dan masalah digunakan untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan potensi dan permasalahan yang ada sehingga memudahkan dalam
melakukan perencanaan Ekowisata Pantai Dato.
2. Analisis Skoring
Analisis skoring dilakukan pengklasifikasi penilaian terhadap atraksi wisata.
Klasifikasi penilaian tersebut akan membantu dalam membuat analisis potensi
obyek wisata, dan penentuan tingkat dari setiap indikator. Adapun aspek yang
akan dianalisis dengan metode analisis skoring yaitu objek dan atraksi wisata,
sarana dan prasarana, serta aksesibilitas. Adapun penilaian untuk proses
skoring tersebut, perlu diperhatikan beberapa hal mendasar yaitu penilaian
pembobotan beberapa angka, yang meliputi:
Nilai 3 menunjukkan kualitas baik
Nilai 2 menunjukkan kualitas sedang
Nilai 1 menunjukkan kualitas buruk
Untuk menentukan potensi obyek wisata dari hasil skoring di atas maka
dibuatkan standar yang mendasar dengan beberapa batas angka seperti pada
tabel berikut:
Tabel 3.2 Standar Tingkat Potensi Pengembangan Objek Wisata
No. Tingkat Potensi Rata-rata
1. Sangat Berpotensi 2.1 – 3.0
2. Cukup Berpotensi 1.1 – 2.0
3. Tidak Berpotensi 0.0 – 1.0
Sumber: Sumarmadja, 1988
Keterangan:
a. Sangat berpotensi, objek wisata sangat besar potensi pengembangannya,
dimana sangat didukung oleh atraksi wisata, jenis objek wisata, aksesibilitas,
sarana dan prasarana kepariwisataan, pengelolaan, promosi dan kebijakan

37
daerah sangat kuat sehingga daya dukung sebagai kawasan wisata sangat besar
prospek pengembangannya.
b. Cukup berpotensi, daya dukung dari komponen-komponen pariwisata
tidak terlalu kuat atau ada sebagian komponen tersebut yang menjadi kendala
dalam pengembangan objek wisata.
c. Tidak berpotensi, objek wisata tidak memiliki komponen pariwisata yang
mampu mendorong pengembangan terhadap objek wisata tersebut.
Berdasarkan standar pembobotan tersebut maka matriks penyusunan
analisis pembobotan berdasarkan kriteria penilaian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Penilaian Daya Dukung Kawasan untuk
Kawasan Rekreasi
Parameter Indikator Kiteria Skor
- Dataran – hampir datar 3
Topografi - Miring 2
- Terjal - curam 1
- Daratan pantai, gunduk pasir 3
Bentuk lahan - Bergelombang 2
- Daratan tergenang 1
- Pohon kelapa, lahan kosong 3
Penutupan lahan - Campur,/cengkeh 2
Daya dukung - Mangrove/hutan lebat, rumah 1
kawasan rekreasi - Pasir - lumpur 3
Material permukaan - Pasir - coral 2
- Tanah berbatu 1
- Baik 3
Panorama - Sedang 2
- Kurang 1
- Terlihat, tidak terhalangi 3
Matahari
- Terlihat, terhalangi 2
terbit/terbenam
- Tidak terlihat 1
Jumlah bobot
Rata-rata
Sumber : Dimodifikasi dari Departemen Kelautan dan Perikanan, 2012

Tabel 3.4 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Daya Dukung Kawasan untuk
Kegiatan Wisata Renang
Parameter Indikator Kiteria Skor
- 0.13 0.25 3
Kecepatan arus
- 0.25 – 0.4 2
(m/det)
- >0,4 1
Kegiatan wisata renang - <0,2 3
Tinggi gelombang
(m) - 0,2 – 0,5 2
- > 0,5 1
Kedalaman (m) - 0–3 3

38
Parameter Indikator Kiteria Skor
- 3–5 2
- >5 1
- <1 3
Kisaran pasang surut
- 1–3 2
(m)
- >3 1
- <3 3
Kemiringan lereng
- 3–7 2
(%)
- >7 1
- Berpasir 3
Tipe pantai - Berpasir agak berbatu 2
- Berlumpur dan berbatu 1
Jumlah bobot
Rata-rata
Sumber : Dimodifikasi dari Departemen Kelautan dan Perikanan, 2012

Tabel 3.5 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Kriteria Daya Dukung Kawasan
Untuk Kegiatan Wisata Selam (Diving)
Parameter Indikator Kiteria Skor
- Miring – agak curam 3
Topografi - Terjal 2
- Datar - landai 1
- Reef slope 3
Bentuk lahan - Reef flat 2
- Daratan 1
- 15 – 30 3
Kedalaman (m) - 30 – 50 2
- >50 1
- 8 – 18 3
Kegiatan wisata selam Arus (cm/det) - 18 – 25 2
(Diving) - >25 1
- <0,5 3
Gelombang (m) - 0,5 – 1 2
- >1 1
- 10 – 15 3
Kecerahan (m) - 5 – 10 2
- 2–5 1
- Hidup 3
- Mati 2
Kondisi karang
- Tidak ada atau hanya ada
1
pecahan karang
Jumlah bobot
Rata-rata
Sumber : Dimodifikasi dari Departemen Kelautan dan Perikanan, 2012

39
Tabel 3.6 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Kriteria Daya Dukung Kawasan
untuk Kegiatan Wisata Snorkeling
Parameter Indikator Kiteria Skor
- Datar – landai 3
Topografi - Agak curam 2
- Sangat curam – curam 1
- Reef flat cenderung slope 3
Bentuk lahan - Daratan 2
- Lereng pantai 1
- <5 3
Kedalaman (m)
- 5 – 15 2
- >15 1
- 8 – 18 3
Arus (cm/det) - 18 – 25 2
Kegiatan wisata - >25 1
snorkeling - <0.5 3
Gelombang (m) - 0.5 – 1 2
- >1 1
- >15 3
Kecerahan (m) - 2 – 15 2
- <2 1
- Hidup 3
Kondisi karang - Karang mati 2
- Tidak ada, pecahan karang 1
- Terlindung 3
Keterlindungan dari
- Cukup terlindung 2
gelombang
- Tidak terlindung 1
Jumlah bobot
Rata-rata
Sumber : Dimodifikasi dari Departemen Kelautan dan Perikanan, 2012

Tabel 3.7 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Kriteria Daya Dukung Kawasan
untuk Kegiatan Wisata berperahu
Parameter Indikator Kiteria Skor

- <5 3
Kedalaman (m)
- 5 – 15 2
Kegiatan wisata - >15 1
berperahu - 8 – 18 3
Kecepatan Arus
- 18 – 25 2
(m/det)
- >25 1

Jumlah bobot
Rata-rata
Sumber : Dimodifikasi dari Departemen Kelautan dan Perikanan, 2012

40
Tabel 3.8 Matriks Penyusunan Analisis Skoring Kriteria Daya Dukung Kawasan
untuk Kegiatan Wisata memancing
Parameter Indikator Kiteria Skor
- Datar – landai 3
Topografi - Agak curam 2
- Sangat curam – curam 1
- Reef flat cenderung slope 3
Bentuk lahan - Daratan 2
- Lereng pantai 1
- <5 3
Kedalaman (m)
- 5 – 15 2
- >15 1
- 8 – 18 3
Arus (cm/det) - 18 – 25 2
Kegiatan wisata - >25 1
memancing - <0.5 3
Gelombang (m) - 0.5 – 1 2
- >1 1
- >15 3
Kecerahan (m) - 2 – 15 2
- <2 1
- Terlindung 3
Keterlindungan dari
- Cukup terlindung 2
gelombang
- Tidak terlindung 1
- Bervariasi 3
Spesies ikan - Sedang 2
- Tidak ada- variasi kecil 1
Jumlah bobot
Rata-rata
Sumber : Dimodifikasi dari Departemen Kelautan dan Perikanan, 2012

3. Analisis Spasial
Analisis spasial digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar zona dalam
kawasan pengembangan serta melihat hubungan keterkaitannya sehingga
dapat ditentukan arahan spasial yang dapat diterapkan dalam perencanaan
ekowisata Pantai Dato.
4. Analisis Foto Mapping
Analisis Foto Mapping merupakan metode analisis untuk memetakan
potensi dan masalah pada saat ini dengan menggunakan media foto. Metode
ini bertujuan untuk memperlihatkan secara nyata kondisi eksisting di wilayah
perencanaan.
5. Analisis daya dukung kawasan
Analisis daya dukung kawasan digunakan untuk mengetahui jumlah
maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang

41
tersedia pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan
manusia, adapunrumus yang digunakan dalam analisis ini mengacu pada
Yulianda (2007) sebagai berikut:

DDK = x x

Keterangan:
DDK : daya dukung kawasan (orang)
K : potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang)
Lp : luas area (m2) atau panjang area (m) yang dapat dimanfaatkan
Lt : unit area untuk kategori tertentu (m2 atau m)
Wt : waktu yang disediakan untuk kegiatan dalam satu hari (jam)
Wp : waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk setiap kegiatan (jam)
Tabel 3.9 Potensi Kegiatan Wisata Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)
K Unit Area
No Jenis Kegiatan (𝛴 Pengunjung) (Lt) Keterangan
1 Selam 2 1000 m2 Setiap 2 orang dalam 100 m x
100 m
2 Snorkling 1 250 m2 Setiap 1 orang dalam 50 m x
50 m
2
3 Wisata lamun 1 250 m Setiap 1 orang dalam 50 m x
50 m
4 Wisata mangrove 1 50 m2 Dihitung panjang track, setiap
1 orang sepanjang 50 m
2
5 Rekreasi pantai 1 50 m 1 org sepanjang 50 m
pantai
2
6 Wisata olahraga 1 50 m 1 org sepanjang 50 m
pantai
Sumber: Yulianda (2007).

42
Tabel 3.10 waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan (Wp) dan waktu tersedia (Wt)
No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan (Wp- Total waktu 1 hari (Wt-
(jam) (jam)
1 Selam 2 8
2 Snorkling 3 6
3 Berenang 2 4
4 Berperahu 1 8
5 Berjemur 2 4
6 Rekreasi pantai 3 6
7 Olahraga air 2 4
Sumber: Yulianda (2007).
6. Menyusun Arahan Perencanaan
Arahan perencanaan yang dilakukan menggunakan pendekatan zonasi
dengan membuat arahan zona perencanaan yaitu zona pemanfaatan laut dan
zona pemanfaatan darat. Adapun arahan perencanaan ini yaitu:
a. Arahan atraksi wisata
b. Arahan zonasi
c. Arahan sarana dan prasarana
d. Arahan aksesibilitas

43
F. kerangka Perencanaan

Gambar 3.2 kerangka perencanaan


44
BAB IV
GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kabupaten Majene


1. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Majene yang beribukota di Kecamatan Banggae terletak
antara 2° 38’ 45” – 3°38’ 15” Lintang Selatan dan antara 118°45’ 00” - 119°4’
45” . Kabupaten Majene adalah salah satu dari lima kabupaten dalam Wilayah
Provinsi Sulawesi Barat yang terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Barat
memanjang dari Selatan ke Utara, dengan jarak ±146 Km dari Kabupaten
Mamuju (Ibukota Provinsi Sulawesi Barat). Luas wilayah Kabupaten Majene
tercatat 947,84 Km2 atau 5.58% dari luas Provinsi Sulawesi Barat 16.990,77
Km2. Dengan batas-batas wilayah administratif Kabupaten Majene adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Mamuju
Sebelah Timur : Kabupaten Polewali Mandar dan Mamasa
Sebelah Selatan : Teluk Mandar
Sebelah Barat : Selat Makassar
Luas wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 km2 yang meliputi 8
kecamatan. Adapun luas wilayah berdasarkan kecamatan di Kabupaten Majene
adalah:
Tabel 4.1 Luas wilayah kabupaten majene menurut kecamatan 2016
Kecamatan Luas (km2) %
Banggae 25.15 2,65
Banggae Timur 30.04 3,17
Pamboang 70.19 7,41
Sendana 82.24 8,68
Tammerodo 55.40 5,84
Tubo Sendana 41.17 4,34
Malunda 187.65 48,11
Ulumanda 456.00 19,80
Total 947.84 100.00
Sumber : BPS Kab. Majene Tahun 2017

45
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Majene
sumber: arcgis, diolah kembali, 2017
2. Topografi
Klasifikasi ketingggian wilayah Kabupaten Majene dari permukaan air
laut yaitu mulai dari 0-25 m sampai diatas 1.000 meter. Berdasarkan kelas
ketinggian muka laut yang tersebar di wilayah Kabupaten Majene pada
umumnya tergolong dalam kelas ketinggian 100-500 m yakni 38,68% dan
ketinggian 500-1000 m yakni 35,98% dari total keseluruhan wilayah
kabupaten. Untuk data lebih lengkap tentang ketinggian wilayah Kabupaten
Majene dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Klasifikasi Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Majene, Tahun 2016

Luas Klasifikasi Ketinggian (Ha)


Kecamatan Wilayah 0 -25 25-100 100-500 500-1000 >1000
(Ha) M M M M M
Malunda 64.365 3.160 3.391 19.310 30.219 8.277
Sendana 17.881 2.466 1.091 10.466 3.007 50
Pamboang 7.019 584 4.833 4.833 550 -
Banggae Timur 5.511 2.122 1.750 1.647 - -
Jumlah 94.776 8.332 7.184 36.256 33.776 8.327
Persentase (%) 100 8,88 7,65 38,62 35,98 8,87
Sumber: BPS Kab. Majene, 2016

46
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Banggae Timur
sebagaian besar wilayahnya berada di ketinggian 0-25 meter diatas permukaan
air laut dan termasuk dalam jenis dataran pantai. Kondisi topografi tersebut
memiliki potensi untuk fungsi pengembangan beberapa kegiatan perekonomian
masyarakat seperti perkebunan, pertanian, pariwisata, perikanan, perkebunan,
peruntukan lahan permukiman dan sarana prasarana sosial ekonomi lainnya.

Gambar 4.2 peta Topografi Majene


Sumber: dokumen RDTR Majene 2013
3. Iklim dan Curah Hujan
Di Indonesia hanya dikenal dua iklim musim, yaitu musim kemarau dan
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin bertiup dari
Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan
musim kemarau, sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus
angin yang banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan samudera
Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Curah hujan di Kabupaten Majene
tertinggi pada bulan Januari sebesar 185,9 mm kubik dengan hari hujan 20.
Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September sebesar 20,6
mm kubik dengan jumlah hari hujan 3. Kabupaten Majene Pada tahun 2014

47
mempunyai kelembaban udara berkisar antara 71 persen sampai 83 persen atau
rata-rata kelembaban udara berkisar 78,16 persen (sumber: BMKG Majene,
2016).
4. Geologi
Kondisi geologi regional wilayah Kabupaten Majene sangat spesifik
karena merupakan pertemuan dua gugusan benua,yaitu Benua Asia dan
Australia. Karakteristik geologis wilayah perencanaan merupakan satu
kesatuan dengan kondisi geologis wilayah Majene.
Daerah Kabupaten Majene berada pada ketinggian 5 - 1.327 meter dari
permukaan laut. Berdasarkan keadaan bentang alamnya terdiri atas satuan
empat morfologi yaitu :
1) Satuan Morfologi Pegunungan, satuan ini menempati Pegunungan
Manatattuang.
2) Satuan Morfologi Perbukitan terletak di Daerah Banggae dan Pamboang.
3) Satuan Morfologi Karst menempati daerah pantai selatan dan utara
(Daerah Banggae Timur dan Tubo).
4) Satuan Morfologi Pedataran menempati pesisir pantai barat.
5. Jenis Tanah
Bentang alam wilayah Kabupaten Majene yang merupakan wilayah
datar, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Secara umum jenis tanah
yang tersebar di wilayah Kabupaten Majene adalah Alluvial, Mediteran,
Latosol, Gromosol, Poksolik Merah, dan Laterik.
6. Potensi Bencana Alam
Dalam laporan antara RTRW Kabupaten Majene Tahun 2010
disebutkan bahwa potensi bencana yang dapat terjadi di Kabupaten Majene
adalah bencana banjir, gempa bumi, tanah longsor, tsunami dan abrasi pantai.
a. Tanah Longsor
Bencana tanah longsor potensial terjadi di Kabupaten Majene karena
kondisi topografi wilayah yang didominasi oleh wilayah perbukitan dan
pegunungan. Wilayah yang berpotensi besar mengalami bencana longsor

48
adalah Kecamatan Sendana dan Ulumanda karena sebagian besar wilayahnya
merupakan daerah perbukitan dan pegunungan.
b. Banjir
Bencana banjir di Kabupaten Majene terjadi di daerah yang relatif
datar seperti di Kecamatan Banggae. Bencana banjir ini terjadi setiap
tahunnya akibat dari genangan air hujan dan sistem drainase yang tidak
berfungsi dengan baik. Selain itu, volume air sungai yang terdapat di
beberapa titik lokasi mengalami peningkatan ketika hujan turun ikut menjadi
penyebab terjadinya bencana alam banjir.

c. Gempa Bumi
Wilayah Kabupaten Majene merupakan salah satu wilayah yang
rentan terhadap terjadinya gempa bumi, mengingat wilayah Kabupaten
Majene dilintasi oleh jalur sesart gempa yakni; sesart paternoster serta
patahan Walanae. Sesar dan patahan tersebut berpotensi menimbulkan gempa
bumi pada wilayah pegunungan serta wilayah pesisir Selat Makassar dimana
Kabupaten Majene berada. Adapun Titik gempa yang terdapat di wilayah
Kabupaten Majene terdapat di Kecamatan Sendana dan Kecamatan
Ulumanda.

d. Tsunami dan Abrasi Pantai


Kabupaten Majene yang terletak di kawasan Teluk Mandar dan di
perairan Selat Makassar menyebabkan Kabupaten Majene memiliki wilayah
dan garis pantai yang panjang dan luas. Berdasarkan peta Nasional potensi
Tsunami, Selat Makassar merupakan salah satu wilayah yang rawan
terjadinya tsunami, sehingga Kabupaten Majene memiliki tingkat kerawanan
yang cukup tinggi untuk terjadinya tsunami. Selain itu, bencana alam berupa
abrasi pantai juga mengancam kawasan pesisir, dimana hal tersebut
disebabkan oleh intrusi air laut akibat gelombang pasang yang cukup tinggi.
7. Demografi
Penduduk merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh
terhadap perkembangan suatu wilayah termasuk dalam kegiatan pariwisata.
Sehingga dalam hal ini perlu diketahui bagaimana perkembangan jumlah

49
penduduk, persebaran dan kepadatan penduduk, mata pencaharian, serta
kondisi sosial budaya di Kabupaten Majene.
a. Perkembangan Jumlah Penduduk
Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Majene setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk ini terjadi karena
disebabkan oleh kelahiran dan perpindahan penduduk. Untuk lebih jelasnya
jumlah penduduk kabupaten Majene pada tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Wilayah Kecamatan di
Kabupaten Majene Tahun 2014 – 2015
Penduduk (jiwa) Laju
Pertumbuhan
No. Kecamatan
2014 2015 (%)
Jumlah Jumlah
1. Banggae 39.865 40.646 1.96
2. Banggae Timur 30.341 30.886 1.80
3. Pamboang 21.862 22.134 1.24
4. Sendana 22.151 22.577 1.92
5. Tammerodo 11.218 11.383 1.47
6. Tubo 8.738 8.878 1.60
7. Malunda 18.149 18.464 1.74
8. Ulumanda 8.808 8.928 1.36
Total 161.132 163.896 1.72

Sumber: Kabupaten Majene Dalam Angka Tahun 2016


b. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Persebaran penduduk di Kabupaten Majene dapat dikatakan tidak
merata. Kepadatan penduduk Kabupaten Majene pada tahun 2015 adalah rata-
rata 173 jiwa/km2 dengan luas wilayah kabupaten adalah 947,84 km2. Dimana
pada setiap 1 km2 wilayah kabupaten terdapat sebanyak 157 jiwa penduduk.
Untuk lebih jelasnya distribusi dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada
tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.4 Distribusi dan kepadatan Penduduk Dirinci Menurut
Wilayah Kecamatan di Kabupaten Majene Tahun 2015
Kepadatan Penduduk
Persentase Penduduk
No. Kecamatan (jiwa/Km2)

1. Banggae 24.80 1.616


2. Banggae Timur 18.84 1.028
3. Pamboang 13.50 315
4. Sendana 13.78 275
5. Tammerodo 6.95 205

50
6. Tubo Sendana 5.42 216
7. Malunda 11.27 98
8. Ulumanda 5.45 21
Total 100% 173
Sumber: Kabupaten Majene Dalam Angka Tahun 2016.
c. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Majene, dibedakan
atas empat jenis kegiatan, yakni; tenaga kesehatan, Guru/Dosen, Nelayan serta
Industri. Berdasarkan data tahun 2015, dimana penduduk bermata pencaharian
sebagai kegiatan industri cukup dominan, yakni; 8.766 atau 5,90% jiwa dan
berprofesi sebagai nelayan 7.375 jiwa atau 4,96%. Kegiatan industri yang
banyak dilakukan di Kabupaten Majene berupa industri rumah tangga seperti
pembuatan minyak kelapa, pembuatan makanan tradisional, dan industri
pengolahan bambu yang tersebar di beberapa titik lokasi Kabupaten Majene.
Sedangkan untuk mata pencaharian nelayan mayoritas merupakan penduduk
yang bermukim di kawasan pesisir Kabupaten Majene. Adapun jenis nelayan
yang banyak bermukim di kawasan ini adalah nelayan harian yang menjual
langsung hasil tangkapan ikannya ke pasar atau keliling kampung. Untuk lebih
jelasnya banyaknya penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada
Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
di Kabupaten Majene Tahun 2015
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1. Tenaga Kesehatan 327 0.22
2. Guru/Dosen 3602 2.42
3. Nelayan 7375 4.96
4. Industri 8766 5.90
Jumlah 20070 13.5
Sumber: Kabupaten Majene dalam Angka Tahun 2016
d. Sosial Budaya
Budaya dan adat istiadat di Kabupaten Majene sangat di pengaruhi oleh
Budaya Mandar, mengingat jumlah penduduknya mayoritas adalah Suku
Mandar. Dengan jumlah masyarakat yang sebagian besar bermukim di daerah
pantai dan dataran rendah daripada di wilayah perbukitan ataupun pegunungan.

51
Hal ini menyebabkan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Kabupaten Majene
identik dengan tata cara kehidupan masyarakat pesisir pada umumnya.
Sampai saat ini terdapat dua kegiatan atau acara besar yang yang
masih dilestarikan dan selalu dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Majene.
Pertama, adalah acara “Mammunu’ Salabose” yaitu acara memperingati
Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang dilakukan di Mesjid Salabose
dengan membawa berbagai macam makanan seperti songkolo’, kue cucur,
ketupat, buah pisang dan telur yang dihias warna-warni. Kegiatan Mammunu’
Salabose ini merupakan kegiatan maulid pertama pada Bulan Rabiul Awal
yang mana setelah kegiatan ini barulah masyarakat atau mesjid-mesjid yang
akan melaksanakan kegiatan Maulid Nabi boleh melakukan kegiatan tersebut
di tempat masing-masing. Pada kegiatan ini, masyarakat Kabupaten Majene
berbondong-bondong datang ke Mesjid Salabose untuk mendapatkan
Barakka’ atau bungkusan berupa makanan, buah, dan telur warna-warni yang
diyakini dapat membawa berkah bagi yang memakannya.
Kedua, yaitu kegiatan Lomba Sandeq Race yang sering dilakukan
sekitar Bulan Agustus-September dalam rangka menyambut Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia. Perahu Sandeq yang merupakan perahu
khas dari Tanah Mandar ini diperlombakan dan diadu kecepatannya dengan
rute perjalanan dari Mamuju menuju Makassar. Kegiatan Sandeq Race ini
menjadi salah satu event yang mampu mengundang minat wisatawan
mancanegara untuk datang ke Kabupaten Majene.
B. Sistem Jaringan Utilitas
1. Sistem Transportasi
a. Sistem Transportasi Darat
Dalam dokumen DISBUDPAR Majene tentang kawasan destinasi
wisata tahun 2016 disebutkan bahwa secara umum sarana dan prasarana
transportasi darat Kabupaten Majene adalah dalam kondisi baik dan
memadai. Jalan darat Trans Sulawesi yang menghubungkan Kabupaten
Majene dengan wilayah sekitarnya telah mengalami peningkatan dan
perbaikan kualitas.pada setiap tahunnya. Peningkatan kualitas ini dapat

52
dilihat dari kondisi jalan yang telah beraspal dan pengerasan cukup
memadai namun ada beberapa jalan yang masih perlu di benahi.

Gambar 4.3. Prasarana jalan masuk menuju Gambar 4.4. kondisi jalan pengerasan
objek wisata Pantai Dato jarak 1 km menuju Pantai Dato jarak 100 m.

b. Sistem Transportasi Air


Untuk sistem transportasi laut Kabupaten Majene telah didukung
oleh sarana pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat transit untuk
mengangkut barang dan penumpang. Di kabupaten Majene sistem
transportasi air bukan menjadi sarana transportasi utama. Hal ini
disebabkan karena untuk proses interaksi Kabupaten Majene dengan daerah
sekitarnya cukup dilakukan melalui jalur darat.
2. Sistem Air Bersih
Masalah air bersih di Kabupaten Majene hingga saat ini merupakan
persoalan utama bila dikaitkan dengan banyaknya kebutuhan konsumsi.
Jumlah penduduk yang mengalami peningkatan di setiap tahunnya
berbanding terbalik dengan ketersediaan sumber air bersih/baku yang relatif
terbatas, terutama pada kawasan pesisir pantai Kabupaten Majene. Sumber air
bersih yang dimanfaatkan penduduk, di wilayah ini bersumber dari PDAM
Kabupaten Majene yang sumber airnya berada di Abaga, Kelurahan Baruga.
3. Sistem Listrik dan Telekomunikasi
Sarana dan prasarana listrik telah menjangkau sebagian besar wilayah
Kabupaten Majene. Namun, masih ada sebagian kecil daerah yang belum
terjangkau oleh listrik. Daerah tersebut berupa daerah perbukitan dan
pegunungan yang mana aksesibilitas menuju lokasi tersebut sulit untuk
dilalui. Wilayah yang tidak dilayani listrik tersebut menggunakan sumber

53
daya listrik lain atau sumber penerangan lainnya seperti lilin atau generator
sebagai sumber energi atau pencahayaan.
Selain sarana dan prasarana listrik, prasarana komunikasi juga telah
menjangkau sebagian besar wilayah Kabupaten Majene. Terdapat dua alat
komunikasi utama yang digunakan di wilayah ini yaitu telepon rumah dan
telepon seluler. Untuk jangkauan pelayanan jaringan telepon rumah hanya
terbatas pada pusat perkotaan Kabupaten Majene dan sekitarnya saja
sedangkan jaringan telepon seluler telah menjangkau hampir sebagian besar
wilayah hingga ke pelosok pedesaan Kabupaten Majene. Selain itu, saat ini
wilayah Kabupaten Majene telah dilayani oleh akses internet. Walaupun
hanya beberapa bagian wilayah saja yang dapat terlayani oleh fasilitas ini.
4. Sistem Drainase
Sistem drainase di kabupaten Majene pada umumnya dalam kondisi
baik. Saluran drainase yang ada sudah terbuat dari semen dan aliran
airnyapun lancar. Tetapi di beberapa titik lokasi di sekitar pusat kota misalnya
di daerah pasar sentral terdapat saluran drainase yang aliran airnya tidak
lancar dan sering tergenang. Hal ini terjadi karena adanya proses sedimentasi
pada dasar saluran yang diakibatkan oleh timbunan sampah yang biasa
dibuang oleh masyarakat ke saluran drainase. Hal ini kemudian menyebabkan
daerah yang relatif datar akan cepat mengalami banjir dan air tergenang
ketika terjadi hujan.
5. Sistem Persampahan
Untuk sistem persampahan, masyarakat Kabupaten Majene mengolah
sampah dan limbah secara sendiri atau dengan menggunakan jasa dari Dinas
Kebersihan. Sampah atau limbah yang diolah sendiri biasanya dikumpulkan
kemudian dibakar di lahan kosong atau dibuang langsung ke sungai atau laut
di sekitar tempat tinggal mereka. Sedangkan bila menggunakan jasa dari
Dinas kebersihan, sampah hasil konsumsi rumah tangga dikumpulkan di bak
sampah karet yang terdapat di depan rumah yang kemudian akan diangkut
oleh mobil sampah untuk dibawa ke TPA.

54
C. Gambaran Umum Lokasi Pantai Dato
1. Letak Geografi dan Batas Wilayah
Pantai Dato sebagai lokasi perencanaan terletak 4 km dari pusat kota
Kabupaten Majene, tepatnya di Kelurahan Baurung, Kecamatan Banggae Timur,
dengan luas wilayah adalah 30,04 Km2. Pantai Dato sebagai lokasi perencanaan
dengan memiliki panjang garis pantai 728 m dan luas wilayah perencanaan yaitu
66,664 m2. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Baurung adalah sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Tande
Sebelah Timur : Kab. Polewali Mandar
Sebelah Selatan : Teluk Mandar
Sebelah Barat : Kelurahan Banggae dan Labuang
Berdasarkan jenis tanah, Pantai Dato termasuk dalam jenis tanah alluvial
yang terdiri atas coral, kerikil, pasir, dan lempung dengan jenis batuan morfologi
karst. Dan bila dilihat dari letaknya yang termasuk dalam Kelurahan Baurung
maka Kawasan Pantai Dato merupakan kawasan pantai yang di kelilingi
perbukitan karang dan tebing dengan ketinggian ± 0–25 mdpl. Kondisi topografi
pada kawasan ini memiliki kemiringan yang berbeda, di antaranya:
a. Kemiringan 0 – 5 % berupa dataran rendah pantai.
b. Kemiringan 5% - 9% berupa dataran rendah tanah yang merupakan batas
antara daerah pantai dan tebing.
c. Kemiringan 10% - 30 % berupa daerah tebing karang.
Tabel 4.6 Letak, Jarak, dan Ketinggian Desa di Kecamatan Banggae Timur
Letak desa Jarak (km) Ketinggian
Desa/ dari
Kelurahan Dari ibukota Dari ibukota permukaan
Pantai Bukan pantai kecamatan kabupaten laut (m)
1. Labuang Pantai - 0 1,50 1,200
2. Baurung Pantai - 2 4 1,200
3. Tande - Bukan Pantai 7 8 6,000
4. Baruga - Bukan Pantai 4 5 7,000
5. Baruga Dua - Bukan Pantai 7 8 7,000
Jumlah 2 3
Sumber: Kantor Kelurahan Baurung, 2017

55
Untuk iklim dan curah hujan, lokasi Pantai Dato tidak berbeda jauh
dengan iklim Kabupaten Majene secara umum yaitu iklim tropis dengan suhu
udara rata-rata berkisar antara 220C-260C dan curah hujan terbanyak pada
bulan Desember yang mana musim penghujan berkisar pada bulan September –
Februari setiap tahunnya. Iklim dan curah hujan yang ada secara langsung akan
berpengaruh terhadap karakterisik fisik perairan Pantai Dato, yaitu
berpengaruh terhadap tinggi gelombang, arus pantai, pasang surut, dan
kecepatan angin. Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG Majene,
umumnya tinggi gelombang rata-rata Perairan Pantai Dato pada hari biasa
adalah sekitar 0,5 m – 1 m dan 1 m – 1,5 m ketika cuaca buruk sedangkan
kecepatan angin rata-rata 3,8 knot/bulan. Adapun arus pantai di perairan Pantai
Dato termasuk arus susur pantai dengan kecepatan 0,4 – 0,97 m/det.
Potensi bencana yang mungkin terjadi di Kawasan Pantai Dato adalah
Tsunami dan abrasi laut. Berdasarkan data tsunami yang didapat, di Kabupaten
Majene pernah terjadi dua kali bencana tsunami dengan tinggi gelombang >5
meter sedangkan bencana abrasi belum pernah terjadi di kawasan Pantai Dato.
Untuk itu dalam perencanaannya nanti, sarana dan prasarana pendukung wisata
akan lebih banyak diletakkan di kawasan tebing yang tingginya sekitar 10-20
meter dari tepi pantai sehingga dapat mengantisipasi dan meminimalisir
dampak yang timbul ketika terjadi bencana tsunami.

56
Gambar 4.5. Peta lokasi perencanaan Pantai Dato Kabupaten Majene
Sumber : arcgis dan diolah kembali, 2017

57
Gambar 4.6. Peta Kemiringan Lereng Pantai Dato Kabupaten Majene
Sumber : arcgis dan diolah kembali, 2017

58
2. Komponen Pariwisata
a. Objek dan Daya Tarik (Atraksi) Wisata
Pantai Dato hanya memiliki beberapa atraksi wisata yang tersedia seperti
berenang, menikmati pemandangan dan memancing. Sehingga wisatawan
yang datang berkunjung hanya melakukan beberapa kegiatan wisata. Hal ini
berakibat pada kurangnya minat wisatawan untuk berkunjung di Pantai Dato
karena keterbatasan objek dan daya tarik wisata yang dimiliki. Untuk atraksi
kegiatan berenang dan memancing masih belum optimal dikarenakan belum
ada fasilitas yang mendukung kegiatan tersebut seperti penyewaan alat
berenang maupun memancing.

Gambar 4.7 lokasi favorit untuk berenang Gambar 4.8 lokasi memancing

Gambar 4.9 panorama sunset Pantai Dato

59
b. Kondisi Sarana dan Prasarana
1) Jalan
Jenis jalan yang dilalui menuju Pantai Dato adalah jenis jalan
arteri primer, arteri sekunder dan jalan lingkungan. Dengan kondisi
jalan kolektor seluruhnya telah berupa perkerasan aspal dan dalam
kondisi baik dan memadai, sisanya yaitu jalan lingkungan masih
terdapat beberapa titik lokasi yang masih berupa perkerasan beton dan
semen. Namun di beberapa titik lokasi masih ditemukan jalan yang
berupa perkerasan tanah dan belum mengalami perbaikan.

Gambar 4.10. Jalan menuju Pantai Dato Gambar 4.11. Jalan menuju Pantai Dato yang masih
yang masih berupa perkerasan tanah. berupa perkerasan tanah.
2) Air bersih
Untuk kawasan Pantai Dato air bersih dari pemerintah belum
tersedia, air bersih yang ada di Pantai Dato masih disediakan oleh
warga sekitar.

Gambar 4.12 Kondisi Eksisting Air Bersih Pantai Dato..

60
3) Listrik
Untuk kondisi prasarana listrik di Pantai Dato sudah ada, hanya
saja lampu penerangan untuk aktifitas malam di pantai dato masih
kurang, pantai dato hanya memiliki satu lampu penerangan
menggunakan panel surya.

Gambar 4.13. lampu penerangan Pantai Dato

4) Sampah
Untuk persampahan, di kawasan Pantai Dato tidak memiliki
sarana persampahan. Sampah yang ada dibiarkan berserakan di tepi
pantai dan menyebabkan kondisi pantai menjadi kotor.

Gambar 4.14 dan 4.15.sampah di tepi Pantai Dato

61
5) Toilet umum
Fasilitas toilet umum di kawasan wisata Pantai Dato telah
terdapat dua unit fasilitas toilet umum dan satu ruang bilas. Namun
toilet umum ini hanya satu yang bisa digunakan karena kondisi toilet
rusak.

Gambar 4.16 dan 4.17. ruang bilas dan toilet umum

6) Akomodasi
Untuk fasilitas akomodasi/penginapan belum ada di pantai dato,
yang tersedia untuk tempat peristrahatan di Pantai Dato berupa gazebo
dengan jumlah lima unit.

Gambar 4.18.gazebo dengan view menghadap ke laut

62
7) Tempat Makan dan Minum
Untuk tempat makan dan minum hanya ada tiga warung/kios
yang menjual di kawasan wisata Pantai Dato. Untuk tempat makan
seperti restoran dan cafe belum ada di Pantai Dato

Gambar 4.19 dan 4.20.warung/kios

c. Aksesibilitas
Akses menuju Pantai Dato tidak sulit untuk di jangkau karena hanya di
butuhkan waktu ±15 menit berkendara dari Kota Majene. Untuk dari luar
pulau sulawesi dapat mengakses Kabupaten Majene melalui jalur udara dan
laut. Untuk jalur udara wisatawan dapat menuju bandara tampa padang di
kota mamuju ibu kota provinsi sulawesi barat lalu melanjutkan perjalanan ± 3
jam menuju Kabupaten Majene atau dapat juga menuju Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar lalu melanjutkan perjalanan ± 7 jam menuju
Kabupaten Majene. Untuk jalur laut dapat di akses dari Kalimantan Timur
Dan Kalimantan Selatan menuju Pelabuhan Palipi Kecamatan Sendana atau
Pelabuhan Majene Kecamataan Banggai Kabupaten Majene.
Dengan bentuk kemiringan yang ada di Pantai Dato akses menuju bibir
pantai menggunakan tangga, untuk menuju bibir pantai yang beralaskan
karang sudah ada namun akses penghubung pantai beralaskan karang dan
pasir ini masih belum ada.

63
Gambar 4.21 Peta Aksesibilitas
Sumber: arcgis dan diolah kembali oleh penulis, 2018

64
BAB V
Analisis dan Pembahasan

A. Analisis Potensi dan Permasalahan


1. Karakteristik Fisik
Analisis mengenai karakteristik fisik kawasan pantai untuk mengetahui
potensi dan permasalahan fisik yang dimiliki oleh Pantai Dato sebagai aspek
dasar pendukung dalam Perencanaan Ekowisata Pantai Dato di Kabupaten
Majene. Adapun potensi fisik yang dimaksud adalah berupa kualitas pasir dan air
laut, kedalaman air laut, arus dan gelombang, pasang surut, biota laut, vegetasi
pantai, panorama alam, kebersihan air laut serta kenyamanan dan kebersihan
pantai.
a. Kualitas Pasir dan Air Laut
Kualitas pasir adalah kriteria potensi kondisi dan warna pasir baik
sebagai fungsi lahan dalam pelaksanaan atraksi wisata maupun sebagai fungsi
estetika. Untuk kawasan Pantai Dato jenis pasir yang menutupi daerah
pantainya adalah pasir putih dengan sedikit coral. Jenis pasir putih tersebut
kemudian dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung
dan melakukan aktivitas pantai seperti berjemur, bersantai, dan bermain pasir.
Sedangkan untuk Kualitas air laut adalah kriteria potensi kecerahan,
kejernihan dan kebersihan air yang sesuai untuk pengembangan atraksi wisata
pantai. Kecerahan sangatlah diperlukan untuk melihat pemandangan bawah
laut sebanding dengan nilai kecerahan di lokasi.
Adapun bila dilihat dari kualitas air laut, Pantai Dato termasuk pantai
yang memiliki air laut jernih yang membuat pemandangan bawah laut dapat
terlihat dengan jelas. Hal ini kemudian memungkinkan untuk dilakukan
kegiatan olahraga air seperti snorkeling dan diving.

Gambar 5.1. dan 5.2. Kondisi pasir putih dan air laut yang jernih di Pantai Dato

65
b. Kedalaman Air Laut
Kedalaman air laut adalah kriteria potensi kedalaman air yang sesuai
dengan pengembangan atraksi wisata pantai. Kedalaman untuk mandi dan
berenang yaitu 0-3 m. Sedangkan untuk penyelaman 5-30 m dan dalam
melakukan kegiatan penyelaman sangat penting untuk mengetahui kedalaman
suatu perairan, karena dapat berpengaruh pada faktor kesehatan dan
keselamatan.
Untuk kondisi kedalaman air laut Pantai Dato memiliki kedalaman laut
yang bervariasi di beberapa titik yaitu berkisar dari 1,5 – 2 m dari bibir tebing.
Pada kedalaman tersebut para pengunjung yang datang biasanya melakukan
kegiatan berenang sambil menikmati keindahan bawah laut. Selain itu, melihat
kondisi Pantai Dato yang berair jernih maka di samping berenang adapun jenis
kegiatan lain yang bisa dikembangkan di Pantai Dato adalah snorkeling dan
diving.

Gambar 5.3. Lokasi yang sering dijadikan tempat berenang di Pantai Dato

c. Arus dan Gelombang


Arus dan gelombang adalah kriteria potensi kecepatan arus serta potensi
ombak atau ketinggian gelombang yang sesuai dengan pengembangan atraksi
wisata pantai. Misalnya untuk kegiatan berenang membutuhkan perairan yang
tidak terdapat arus yang sifatnya menarik atau menyedot dan gelombang atau
ombak yang tidak terlalu tinggi. Kriteria pemilihan lokasi untuk pariwisata
pesisir adalah arus kecepatan berkisar antara 0.13-0.4 m/detik. Sedangkan
untuk gelombang laut kriteria penilaiannya yaitu gelombang laut tenang (0.2
m) dan berombak (0.2-0.5 m)

66
Adapun kondisi arus di Pantai Dato relatif tenang dengan gelombang
yang tidak terlalu besar yaitu 0,5 meter (minimal) dan 1,5 meter (maksimal).
Selanjutnya kondisi tersebut dapat menjadi faktor pendukung pengembangan
atraksi olahraga air seperti berenang, snorkeling, dan diving. Namun, kemudian
kondisi arus dan gelombang yang tergantung pada keadaan musim yang
mempengaruhi cuaca, arah dan kecepatan angin serta pasang surut laut juga
akan berpengaruh pada waktu pelaksanaan kegiatan olahraga air tersebut.

Gambar 5.4. Kondisi ombak di Pantai Dato


d. Pasang Surut
Pasang surut adalah kriteria potensi kenaikan muka air laut yang
berpengaruh dalam penentuan lebar pantai. Semakin luas area pantai maka
semakin baik. Pasang surut merupakan kriteria pembatasan pengembangan
pariwisata pantai dan laut.
Adapun kondisi pasang Pantai Dato dimulai saat hari menjelang sore
yaitu sekitar pukul 15.30 dan akan surut sekitar pukul 05.00 esok paginya. Hal
ini kemudian berpengaruh pada waktu pelaksaan jenis kegiatan di wilayah laut
dan pantai karena ketika proses pasang surut terjadi maka secara langsung akan
berpengaruh terhadap kondisi luas pantai dan kedalaman air laut.

Gambar 5.5. Kondisi Pantai Dato saat pasang terjadi

67
Pada saat terjadi pasang maka luas daerah pantai kawasan Pantai Dato
akan menyempit sekitar 2-4 meter oleh air laut. Naiknya air laut ini kemudian
akan menutupi sebagian kawasan pantai dan keadaan arus cenderung
meningkat. Namun, keadaan arus akan berkurang dan kembali normal ketika
surut telah tiba. Proses pasang surut yang terjadi akan berpengaruh terhadap
waktu pelaksanaan atraksi wisata di Pantai Dato seperti kegiatan berenang pada
pukul 06.00 pagi sampai pukul 16.00 dengan rentan waktu 10 jam beraktivitas.
e. Biota Laut
Kondisi kawasan perairan yang relatif tenang dengan kualitas air laut
yang bersih dan jernih menyebabkan Pantai Dato memiliki kekayaan biota laut
yang indah dan beraneka ragam. Kekayaan seperti terumbu karang, rumput
laut, kerang, bintang laut, ikan, anemone laut, dan lain sebagainya menjadi
penghias dunia bawah laut kawasan Pantai Dato . Hal ini kemudian dapat
menjadi menjadi daya dukung kawasan dalam mengembangkan jenis atraksi
air seperti snorkeling dan diving.

Gambar 5.6. Salah satu jenis biota laut di Pantai Dato

f. Vegetasi Pantai
Banyaknya jenis tanaman atau vegetasi yang terdapat di kawasan
Pantai Dato dan sekitarnya menandakan bahwa jenis tanah di wilayah ini
termasuk subur. Jenis tanaman seperti pandan, kelapa, ketapang, mangga,
pisang, tanaman paku, semak belukar, dan lain-lain banyak terdapat di wilayah
ini. Adapun persebaran jenis vegetasi tersebut yaitu, wilayah pesisir pantai
didominasi oleh tanaman pandan dan pohon kelapa sedangkan untuk kawasan
tebing didominasi oleh tanaman paku dan semak belukar.

68
Fungsi kawasan yang belum dikembangkan secara optimal
menyebabkan terdapat banyak lahan kosong di sekitar Pantai Dato . Hal ini
menyebabkan di beberapa titik lokasi lahan kosong yang ada dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai ladang atau kebun yang ditanami dengan berbagai
jenis tanaman seperti jagung, ubi, dan kacang hijau. Dengan adanya berbagai
jenis vegetasi di kawasan Pantai Dato menyebabkan terciptanya suasana
lingkungan pantai yang teduh dan hijau. Hal ini kemudian dapat menjadi faktor
pendukung dalam pengembangan wisata bahari pantai yang alami. Selain itu,
banyaknya vegetasi dapat menjadi penetral dan penyeimbang lingkungan
pantai yang cenderung bersuhu panas.

Gambar 5.7. Jenis tanaman yang tersebar di kawasan Pantai Dato


g. Panorama Alam
Secara keseluruhan kawasan Pantai Dato yang termasuk dalam
perairan Teluk Mandar memiliki keindahan panorama alam pantai yang
menarik. Pantai dengan air laut jernih, pasir putih, dan tebing karang
yang menjadi pembentuk utama Pantai Dato dan didukung dengan jenis
vegetasi yang sangat berpotensi dikembangkan menjadi objek wisata bahari di
Kabupaten Majene. Keindahan alam yang dapat dinikmati dari atas tebing
dengan sudut pandang pantai yang luas menjadi salah satu daya tarik dari
Pantai Dato . Dari atas tebing yang ada wisatawan dapat memandang bebas ke
arah perairan teluk Mandar dan melihat perahu-perahu nelayan yang sedang
menangkap ikan di tengah laut. Selain itu, view pantai yang tepat menghadap
ke Barat menjadi point plus bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana
matahari terbenam (sunset).

69
Gambar 5.8. Pemandangan alam Pantai Dato dari atas tebing

h. Kebersihan Air Laut


Untuk kebersihan air laut yang ada di Pantai Dato jernih namun belum
tentu bersih, hal tersebut di karenakan ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kebersihan air laut seperti adanya limbah dan sampah
rumah tangga yang dibuang ke laut, saluran drainase yang langsung menuju
laut, atau minyak buangan yang berasal dari perahu bermotor yang digunakan
oleh nelayan.
i. Kebersihan dan Kenyamanan Pantai
Aspek kebersihan dan kenyamanan pantai merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi jumlah wisatawan untuk datang berkunjung ke
suatu objek wisata. Tidak adanya pengelolaan yang baik menyebabkan kondisi
Pantai Dato menjadi kotor dan tidak terawat dengan baik. Serta tidak
tersedianya sarana persampahan di Pantai Dato menyebabkan wisatawan
membuang sampahnya secara sembarangan di sekitar pantai.

Gambar 5.9. Sampah-sampah yang berserakan di sekitaran Pantai Dato

Untuk aspek kenyamanan di Pantai Dato dapat dilihat dari point-point


sebagai berikut:

70
1) Lokasi Pantai Dato yang cukup jauh dari akses lalu lintas yang padat dan
ramai serta permukiman penduduk menyebabkan aktivitas darat
masyarakat tidak memberikan efek kebisingan terhadap Pantai Dato .
2) Penggunaan perahu tidak bermotor oleh sebagian besar nelayan yang
melaut di perairan Pantai Dato juga membantu mengurangi tingkat
kebisingan yang mungkin terjadi di Kawasan Pantai Dato .
3) Letak Pantai Dato yang tersembunyi dan tidak adanya binatang buas
menyebabkan lokasi Pantai Dato terbebas dari gangguan binatang yang
dapat mengancam keselamatan wisatawan.
4) Banyaknya vegetasi yang tumbuh di tepi pantai memberikan suasana
teduh dan rindang sehingga dapat menimbulkan suasana nyaman bagi
wisatawan.
Berdasarkan point-point tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat kenyamanan di Pantai Dato cukup baik namun, satu hal yang masih
mengganggu adalah banyaknya sampah yang berserakan di tepi pantai. Hal ini
menyebabkan suasana pantai menjadi tidak indah dan mengganggu
pemandangan yang secara tidak langsung dapat mengurangi tingkat
kenyamanan wisatawan.
j. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng Pantai Dato terbaagi atas tiga presentase yaitu
kemiringan 0-5%, 5-9%, dan 10%-30%. Untuk kemiringan lereng 0-5%
berada pada ketinggian 0-3 meter diatas permukaan laut (mdpl) yaitu berada
pada daerah pesisir pantai, sedangkan kemiringan 5-9% berada pada
ketinggian 5-7 mdpl yaitu berupa dataran rendah tanah yang merupakan batas
antara daerah pantai dan tebing, dan untuk kemiringan 10-30% berada pada
ketinggian 15-25 mdpl yang merupakan tebing karang yang menjulang tinggi.

Gambar 5.10 dan 5.11. (kiri) 0-5% dan 10-30%, (kanan) 0-5% dan 5-9%
71
Tabel 5.1. Analisis Potensi dan Permasalahan Kondisi Fisik Pantai Dato Kabupaten Majene

No. Karakteristik Fisik Potensi Permasalahan

1. Kualitas pasir dan a) Daerah pantai luas dan panjang.


a) Sampah yang berserakan di tepi pantai mengganggu
b) Jenis pasir putih bersih, tekstur kasar sampai agak
air laut keindahan alami pasir yang ada.
halus.
b) Tingkat kebersihan air laut belum memadai.
c) Air laut biru dan jernih.

2. Kedalaman, arus, dan a) Kedalaman 1,5-2 meter cocok untuk kegiatan


a) Kedalaman air laut yang bervariasi.
gelombang air laut berenang.
b) Tebing karang yang terjal dan tidak teratur pada
b) Arus perairan relatif tenang
lokasi kegiatan berenang.
c) Tinggi gelombang tidak terlalu besar yaitu 0,5 – 1,5
meter.
d) Perubahan cuaca jarang terjadi.

3. Pasang surut a) Kegiatan berperahu dapat lebih mudah dilakukan a) Pada saat pasang daerah pantai berkurang karena
saat pasang datang. naiknya air laut menutupi 2-4 meter wilayah pantai.
b) Ketika pasang datang kegiatan berenang dapat b) Pada saat pasang banyak sampah yang ikut terbawa
dilakukan tepat di tepi pantai. oleh ombak.
c) Pada saat surut wisatawan dapat mencari kerang- c) Pada saat surut kegiatan berenang tidak dapat
kerang di bagian tepi pantai. dilakukan tepi di tepi pantai.
d) Pada saat surut kegiatan berperahu dan memancing
hanya dapat dilakukan di kawasan tebing karang.

72
No. Karakteristik Fisik Potensi Permasalahan
a) Terdapat beraneka ragam jenis biota laut seperti
terumbu karang. Kerang, ikan, dll. a) Tidak adanya pengelolaan yang baik menyebabkan
4. Biota laut dan vegetasi b) Keanekaragaman jenis biota laut dapat menjadi sampah yang dihasilkan dari tanaman seperti daun
pantai daya dukung untuk kegiatan snorkeling dan diving. dan ranting mengotori daerah pantai.
c) Terdapat banyak jenis vegetasi yang tumbuh di b) Pertumubuhan vegetasi yang tidak berkelompok dan
daerah pantai dan tebing. tidak tertata dengan baik.
d) Persebaran vegetasi yang merata memberikan kesan
teduh dan rindang pada setiap sisi kawasan Pantai
Dato .

a) Air laut berwarna biru dan jernih.


5. Panorama alam b) Pasir putih yang bersih. a) Kualitas kebersihan air laut yang belum memadai.
c) Kawasan berbentuk tanjung dengan tebing karang b) Suasana pantai yang kotor.
yang memisahkan daerah pantai dan darat. c) Tebing karang yang terjal dan tidak beraturan.
d) Posisi pantai yang tepat mengahadap ke arah barat
(sunset).
- a) Sampah dan limbah rumah tangga masyarakat yang
6. Kebersihan air laut dibuang di kawasan laut sekitar Pantai Dato .
b) Banyaknya sampah yang terbawa ombak saat pasang
terjadi.

a) Lokasi Pantai Dato yang cukup jauh dari a) Banyaknya sampah yang berserakan di tepi pantai.
7. Kebersihan dan kenyamanan permukiman penduduk dan akses lalu lintas yang
pantai padat dan ramai. b) Letak pantai yang tersembunyi dan jauh dari akses
b) Penggunaan perahu tidak bermotor oleh sebagian angkutan umum.
besar nelayan yang melaut di perairan Pantai Dato .

Sumber : Hasil Analisis 2017

73
Gambar 5.12 Peta Persebaran Terumbu Karang
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

74
Gambar 5.13 Peta Kedalaman Perairan
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

75
Gambar 5.14 Peta Kecerahan Perairan
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

76
Gambar 5.15 Peta kemiringan lereng
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

77
Keterangan :

3 10 – 30 %

2 5 – 10 %

1 0–5%
Laut

Gambar 5.16 Perspektif Perbedaan Elevasi Kawasan Pantai Dato

78
Gambar 5.17. Peta Maping Panorama Alam
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

79
2. Komponen Pariwisata
Analisis mengenai komponen pariwisata yaitu untuk mengetahui
potensi dan permasalahan fisik yang dimiliki oleh Pantai Dato, karena
komponen pariwisata merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan wisata, adapun komponen pariwisata yaitu objek
dan daya tarik (atraksi) wisata, sarana dan prasarana serta aksesibilitas.
Komponen tersebut harus tersedia secara maksimal agar kegiatan wisata
dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Sama halnya dengan
Pantai Dato yang diperuntukkan sebagai pariwisata alam sehingga perlu
tersedianya komponen pariwisata. Namun pada kondisi eksistingnya
komponen pariwisata tersebut belum optimal pengadaannya di Pantai
Dato, adapun lebih jelasnya sebagai berikut:
a. Objek dan Daya Tarik (Atraksi) Wisata
Ada beberapa objek dan atraksi wisata yang menjadi daya tarik
wisatawan untuk mengunjungi Pantai Dato diantaranya yaitu,
berenang, memancing, dan menikmati panorama sunset. Untuk
kegiatan berenang di Pantai Dato belum tersedia fasilitas seperti
penyewaan alat, begitu pula dengan kegiatan memancing belum
tersedianya fasilitas penunjang untuk memudahkan wisatawan
dalam melakukan kegiatan memancing seperti dermaga. Panorama
di Pantai Dato menyajikan keindahan alam yang dapat dinikmati
wisatawan ketika berkunjung diantaranya yaitu, tebing yang
menjulang tinggi, hamparan pasir putih, terumbu karang dan birunya
laut di Pantai Dato. Selain itu menjelang sore hari panorama di
Pantai Dato menjadi semakin indah dengan suguhan matahari
terbenam.
Tabel 5.2 analisis objek dan daya tarik (atraksi) wisata
No Objek Atraksi Analisis/Penilaian Solusi
Wisata Wisata
1 Laut, flora memancing a.Tidak ada tempat khusus a. Menyediakan tempat
dan fauna (something untuk wisatawan yang ingin khusus untuk
to do) memancing.. memancing seperti
b. Tidak adanya fasilitas dermaga atau bale-bale
penyewaan alat memancing. sebagai spot
pemancingan.
b. Menyediakan fasilitas

80
No Objek Atraksi Analisis/Penilaian Solusi
Wisata Wisata
penyewaan alat
c. Menambah atraksi
wisata snorkeling dan
menyelam, karena
didukung dengan
kondisi biota laut yang
ada di Pantai Dato
2 Pantai Berenang a. Keamanan wisatawan saat a. Pengadaan penjaga
(something berenang belum terjamin pantai, serta rambu-
to do) dimana tidak adanya petugas rambu
pantai untuk menjaga peringatan/batas
wisatawan dan tidak adanya wisatawan ketika
rambu-rambu peringatan berenang.
batas wisatawan untuk
berenang.
b. Tidak adanya fasilitas
penyewaan alat untuk
berenang, seperti
pelampung.
3 Tebing Panorama a. Daerah tebing belum ada a. Pengadaan gazebo di
alam gazebo-gazebo untuk daerah tebing.
(something wisatawan berteduh dari
to see) panas matahari atau hujan
saat sedang menikmati
panorama alam yang ada di
Pantai Dato.
Sumber : Hasil Analisis 2017

Berdasarkan Tabel 5.2, dengan melihat potensi yang ada


berdasarkan hasil analisis maka objek dan atraksi wisata yang
dapat diterapkan di Pantai Dato adalah sebagai berikut:
1) Wisata Berenang
2) Wisata Snorkeling
3) Wisata Menyelam
4) Wisata Memancing
5) Wisata Berperahu (bottom glasses)
6) Rekreasi pantai ( Olahraga pantai, berjemur dan bersantai)
7) Panorama
8) Kegiatan Konservasi

81
b. Sarana Prasarana Pariwisata
Kondisi sarana prasarana wisata di Pantai Dato belum memadai
untuk menunjang kegiatan wisata. Pada kawasan ini belum terdapat
sarana prasarana pendukung wisata seperti akomodasi, tempat
makan dan minum, tempat belanja. untuk lebih jelasnya analisis
mengenai sarana prasarana penunjang wisata dapat dilihat pada tabel
5.3 berikut ini:
Tabel 5.3 Analisis Kondisi Sarana Pariwisata
No Sarana Analisis Solusi
1 Toilet Umum Toilet umum yang ada Perlunya perbaikan dan
rusak, dan masih kurang penambahan jumlah
karena hanya terdapat di toilet terutama disisi kiri
sisi kanan pantai serta pantai serta penataan
kamar bilas yang tidak kembali ruang bilas.
memadai.
2 Akomodasi Akomodasi/penginapan Pembangunan
belum ada hanya gazebo akomodasi/penginapan
sebagai tempat istrahat dengan ciri khas rumah
sementara. adat majene agar
menjadi daya tarik
wisata tersendiri.
3 Tempat Makan Dan Tempat makan dan Menyediakan tempat
Minum minum belum ada hanya makan dan minum
berupa kios-kios kecil. dengan ciri khas adat
majene.
4 Tempat belanja Tidak ada tempat belanja Menyediakan tempat
seperti cinderamata yang belanja cinderamata has
khas di Pantai Dato, di Pantai Dato majene
sehingga wisatawan berupa kerjinan tangan
yang telah berkunjung seperti miniatur perahu
tidak membawa sandeq khas majene atau
bingkisan apapun saat kerajinan tangan yang
pulang. terbuat dari benda-benda
yang ada di kawasan
Pantai Dato seperti
kerang.

Sumber : Hasil Analisis 2017

82
Tabel 5.4 Analisis Kondisi Prasarana Pariwisata
No Prasarana Analisis Solusi
1 Jalan Masih ada beberapa titik Memperbaiki jalan
jalan yang masih berupa yang masih berupa
perkerasan tanah. perkerasan tanah agar
wisatawan dapat
menjangkau pantai
dengan nyaman dan
juga meningkatkan nilai
aksesibilitas.
2 Air Bersih Air PDAM masih belum Penyediaan air bersih
masuk di kawasan (PDAM) di kawasan
wisata Pantai Dato. wisata Pantai Dato
untuk membilas dll.
3 Listrik Kurangnya lampu Penambahan lampu
penerangan saat penerangan di beberapa
kegiatan malam hari. titik agar wisatawan
bisa tetap berkegiatan
dengan penerangan
yang memadai.
4 Sampah Sampah masih dibuang Menyediakan tempat
sembarangan oleh sanpah di kawasan
masyrakat maupun Pantai Dato secara
wisatawan karena tidak tersebar agar wisatawan
adanya tempat sampah dapat menjangkau
di kawasan Pantai Dato. tempat sampah tidak
terlalu jauh.

Sumber : Hasil Analisis 2017


1. Perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana wisata
Kebutuhan akan sarana dan prasarana di Pantai Dato dapat
dilakukan dengan melakukan perhitungan jumlah rata-rata maksimal
yang datang berkunjung pada tahun 2017. Berdasarkan hasil survey
yang telah dilakukan maka diperoleh data yaitu:
 Jumlah wisatawan pada hari senin – jumat (weekdays): 30-40
orang/hari
Jumlah wisatawan pada hari sabtu dan minggu (weekend):
90-100 orang/hari

83
 Jumlah wisatawan 2017
Wisatawan weekdays: 40 x 5 = 200 orang/minggu
200 x 4 = 800 orang/bulan
800 x 12 = 9600 orang/tahun
Wisatawan weekend: 100 x 2 = 200 orang/minggu
200 x 4 = 800 orang/bulan
800 x 12 = 9600 orang/bulan
Total wisatawan pada tahun 2017 diperkirakan adalah 9600
+ 9600 = 19200 orang.
Untuk perhitungan kebutuhan yang diambil adalah jumlah
wisatawan terbanyak pada saat weekend 100 orang/hari.
1) Sarana prasarana pada lahan terbangun
Adapun untuk kebutuhan sarana prasarana di Pantai Dato yaitu
sebagai berikut :
Luas kawasan perencanaan (daratan): 6.866 m2 (7 Ha)
Rencana untuk luas lahan terbangun dan lahan yang tidak
terbangun adalah 40:60. Luas lahan terbangun bangunan
penyewaan alat olahraga, tempat makan dan minum (food
court), tempat belanja (toko souvenir), kantor pengelola, toilet
umum, penginapan/cottage, laboratorium , mushollah dan
bangunan serbaguna adalah 6.866 x 40% = 2.746 m2. Luas
lahan tidak terbangun = 6.866 x 60% = 4.119 m2
a) penginapan/Cottage
Untuk sarana akomodasi yang akan direncanakan di Pantai
Dato adalah cottage, Menurut Downing A. Jockson cottage
adalah tempat tinggal dalam ukuran kecil untuk ditempati
oleh keluarga yang berlokasi di pantai, danau atau
pegunungan dengan ciri tinggi bangunan satu hingga satu
setengah lantai, ukuran kecil, dan bergaya arsitektur khas
tradisional.

84
Diasumsikan 1 unit cottage memiliki luas 56 m2 (P:7 dan
L:8) dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi dalam dan
sebuah ruang tamu.
Perencanaan cottage : 30 unit
Luas untuk lahan cottage : 56 x 30 = 1.680 m2
Jumlah wisatawan/cottage adalah 2-4 0rang
Jumlah wisatawan yang dapat ditampung adalah 30x4= 120
orang
b) Penyewaan Alat Olahraga dan wisata (snorkeling,
menyelam dan berenang)
Luas bangunan 35 m2 (P:5, L:7)
c) Tempat makan dan minum (food court)
Luas bangunan 120 m2 (P:8, L:15)
d) Tempat belanja (toko souvenir)
Luas bangunan 30 m2 (P:10, L:3)
Direncanakan akan dibangun 4 tempat belanja dengan
pembagian ruang untuk tiap tempat adalah 2,5x3 meter.
e) Kantor pengelola
Luas bangunan 20 m2 (P:4, L:5)
f) Toilet umum
Luas bangunan 8 m2 (P:4, L:2)
Direncanakan akan dibangun 5 bangunan toilet umum
dengan pembagian tiap bangunan adalah 2x2 meter. Jadi,
terdapat 10 toilet umum dengan posisi di sebar di
beberapa titik.
g) Laboratorium (pengelola terumbu karang)
Luas bangunan 75 m2 (P:15, L:5)
h) Mushollah
Luas bangunan 16 m2 (P:4, L:4)
i) Gedung serbaguna
Luas bangunan 48 m2 (P:6, L:8)

85
Jadi, total luas keseluruhan bangunan yang direncanakan
adalah 2.048 m2
2) Sarana prasarana pada lahan terbangun
Luas lahan tak terbangun adalah 4.119 m2
a) RTH
Luas RTH untuk kawasan perencanaan adalah 4119 x
30% = 1.235,7 m2
b) Parkir area
 Asumsi pengunjung per hari = 100 orang
Untuk motor = 1 motor memuat 2 orang
Luas lahan parkir untuk 1 motor = 1,5 m2 (SRP
berdasarkan pedoman teknis penyelenggaraan fasilitas
parkir tahun 1996)
Banyaknya motor = 100 : 2 = 50 motor
Luas lahan parkir untuk motor = 50 x 1,5 = 75 m2
Untuk mobil = 1 mobil 4 orang
Luas lahan parkir untuk 1 mobil = 12,5 m2 (SRP
berdasarkan pedoman teknis penyelenggaraan fasilitas
parkir tahun 1996)
Banyaknya mobil = 100 : 4 = 25 mobil
Luas lahan parkir untuk mobil=25 x 12,5 = 312 m2
 Asumsi pengelola = 25 orang
Untuk motor = 1 motor 1 orang
Banyaknya motor = 25 : 1 = 25 motor
Luas lahan parkir untuk motor = 25 x 1,5 = 37,5 m2
Untuk mobil = 1 mobil 2 orang
Banyaknya mobil 25 : 2 = 10 mobil (dibulatkan)
Luas lahan parkir untuk mobil=10 x 12,5 = 125 m2
 Jadi, luas lahan parkir yang dibutuhkan untuk motor
adalah:
75 m2 + 37,5 m2 = 112,5 m2

86
 Sedangkan luas lahan parkir yang dibutuhkan untuk
mobil adalah: 312 m2 + 125 m2 = 437 m2
jadi total keseluruhan area parkir yang dibutuhkan
adalah: 105 m2 + 437 m2 = 542 m2
2. Perhitungan kebutuhan air bersih dan sampah
a) Air bersih
Menurut Permen PU No 14 Tahun 2010, standar
kebutuhan pokok air bersih untuk setiap orang adalah
sebesar 60 liter/hari. Adapun total kebutuhan air bersih
untuk kawasan Pantai Dato saat ini adalah:
Untuk wisatawan = 100 x 60 liter = 6000 liter/hari
Untuk pengelola = 25 x 60 liter = 1500 liter/hari
Jadi, total kebutuhan air bersih untuk kawasan Pantai Dato
adalah 6000 + 1500 = 7500 liter/hari
b) Sampah
Menurut Permen PU No 14 tahun 2010, standar timbulan
sampah untuk setiap orang adalah sebesar 2,75 – 3,25
liter/orang/hari. Adapun timbulan sampah yang dihasilkan
di kawasan Pantai Dato adalah:
Untuk wisatawan = 100 x 2,75 liter = 275 liter/hari
Untuk pengelola = 25 x 2,75 liter = 68,7 liter/hari
Jadi, total keseluruhan timbulan sampah yang mungkin
dihasilkan kawasan Pantai Dato adalah : 343,7 liter/hari.
c. Aksesibilitas
Wisatawan yang datang berkunjung dari luar Kabupaten
Majene dapat melalui jalur darat, udara maupun laut. Untuk jalur
darat kondisi jalan yang baik tidak menjadi hambatan bagi
wisatawan untuk mencapai Pantai Dato dengan mudah. Untuk
jalur udara wisatawan hanya bisa melalui Bandar Udara Sultan
Hasanuddin (Makassar) atau Bandar Udara Tampa Padang
(Mamuju). Dilanjutkan dengan perjalananan darat yang ditempuh
dengan waktu mamuju-majene ±3 jam dengan jarak ±142 km,

87
sedangkan dari makassar-majene ±7 jam dengan jarak ±310 km.
Untuk jalur laut dapat di akses melalui pelabuhan palipi
Kecamatan Sendana Atau Pelabuhan Majene Di Kecamatan
Banggai, rute untuk pelabuhan palipi ada dari Kalimantan Timur
Dan Kalimantan Selatan.

88
Gambar 5.18. Peta Aksesibilitas
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

89
B. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Wisata
1. Analisis Kesesuaian Wisata
Analisis kesesuaian wisata dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian
wisata di Pantai Dato. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks
kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter yang akan
mendukung kegiatan wisata di daerah tersebut. Adapun indeks kesesuaian wisata
ini terbagi dalam tiga tingkatan yaitu sangat berpotensi, cukup berpotensi dan
tidak berpotensi.
Tabel 5.4 Standar Tingkat Potensi Pengembangan Objek Wisata
No. Tingkat Potensi Rata-rata
1. Sangat Berpotensi 2.1 – 3.0
2. Cukup Berpotensi 1.1 – 2.0
3. Tidak Berpotensi 0.0 – 1.0
Sumber: Sumaatmadja, 1988
a. Wisata Darat
Kegiatan wisata rekreasi pantai merupakan kegiatan wisata yang terdiri dari
kegiatan berjemur, bersantai, dan kegiatan olahraga pantai Di Pantai Dato.
Berdasarkan pada matriks kesesuaian wisata, rekreasi pantai dominan berada pada
kolom sangat sesuai maka dapat dilakukan kegiatan wisata rekreasi.
Tabel 5.5 matriks kesesuaian Pantai Dato untuk wisata rekreasi pantai
Kriteria Kondisi Sangat Tidak
No. Sesuai
teknis Pantai Dato Sesuai sesuai
Daratan -
Daratan – Terjal -
1. Topografi Hampir Miring
hampir datar Curam
datar
Daratan
Daratan pasir, pantai, Bergelomb Daratan
2. Bentuk lahan
bukit karang Gunduk ang tergenang
Pasir
Pohon Mangrove/
Penutupan Pohon kelapa, kelapa, Campur/ hutan
3.
lahan lahan kosong Lahan cengkeh lebat,
kosong rumah
Material Pasir - Pasir - Tanah
4. Pasir Coral
permukaan lumpur coral berbatu
5. Panorama Sedang Baik Sedang Kurang
Matahari
Tidak
6. terbit/ Terlihat Terlihat Terlihat
terlihat
terbenam
Sumber : hasil analisis, 2017

90
Tabel 5.6 kriteria penilaian kegiatan untuk wisata rekreasi pantai
No. Parameter Indikator Skor
a. Topografi Datar – landai 3
b. Bentuk lahan Daratan 3
c. Penutupan lahan Pohon kelapa, lahan kosong 3
d. Material permukaan Pasir coral 2
e. Panorama Sedang 2
f. Matahari terbit/terbenam Terlihat 3
Jumlah Indikator 6
Jumlah Skor 16
Rata-rata 2,67
Tingkat Potensi Sangat Berpotensi
Sumber: hasil analisis, 2017
b. Wisata Laut
1) Wisata berenang
Aktivitas berenang merupakan atraksi wisata yang tidak lepas dari pantai,
dimana aktivitas ini menjadi pilihan utama dari wisatawan yang berkunjung ke
pantai.
Tabel 5.7 matrik kesesuaian Pantai Dato untuk wisata berenang
Kondisi
Sangat Tidak
No. Kriteria Teknis Pantai Sesuai
Sesuai Sesuai
Dato
1. Kecepatan arus (m/det) 0,4 0.13 - 0.25 0.25 - 0.4 > 0.4
2. Tinggi gelombang (m) 0,5 < 0,2 0,21 – 0,5 > 0,5
3. Kedalaman (m) 2-5 0-3 3–5 >5
4. Kisaran pasang surut (m) 1,2 <1 1–3 >3
5. Kemiringan lereng (%) 0-5 <3 3–7 >7

6. Tipe pantai Berpasir / Berpasir Berpasir agak Berlumpur


coral berbatu berbatu
Sumber: Hasil analisis, 2017
Tabel 5.8 kriteria penilaian kegiatan untuk wisata berenang
No. Parameter Indikator Skor
a. Kecepatan arus 0,4 2
b. Tinggi gelombang 0,5 2
c. Kedalaman 2-5 3
d. Kisaran pasang surut 1,2 m 2
e. Kemiringan lereng 0–5 3
f. Tipe pantai Berpasir agak berbatu 2
Jumlah Indikator 6
Jumlah Skor 14
Rata-rata 2,3
Tingkat Potensi Sangat Berpotensi
Sumber: Hasil analisis, 2017

91
Berdasarkan tabel 5.7 dan tabel 5.8 kesesuaian untuk kegiatan berenang di
Pantai Dato sangat berpotensi, dimana nilai indikator eksistingnya memiliki nilai
rata-rata yang cukup tinggi yaitu 2,3 yang termasuk dalam tingkat potensi
pengembangan yaitu sangat berpotensi.
2) Wisata snorkeling
Aktivitas snorkeling merupakan pilihan wisata tersendiri karena tidak semua
wisatawan yang datang berkunjung dapat melakukan wisata snorkelig untuk
menikmati keindahan terumbu karang. Kegiatan snorkeling juga merupakan
salah satu kegiatan ekowisata.
Tabel 5.9 Matriks kesesuaian Pantai Dato untuk wisata snorkeling
Kondisi Pantai Sangat Cukup Tidak
No. Kriteria Teknis
Dato berpotensi berpotensi berpotensi
Sangat curam
1. Topografi Datar – landau Datar-landai Agak curam
– curam
Reef flat
2. Bentuk lahan Flat – slope cenderung Daratan Lereng pantai
slope
3. Kedalaman (m) 2–5 <5 5 - 15 >15
4. Arus (cm/dt) 13 – 40 8-18 18 - 25 > 25
5. Gelombang (m) 0,5 – 1,5 < 0.5 0.5 - 1 >1
6. Kecerahan (m) 5–8 >15 2 -15 <2
Tidak ada,
7. Kondisi karang Hidup Hidup Karang mati Pecahan
karang
Keterlindungan Cukup Tidak
8. Terlindung Terlindung
dari gelombang Terlindung terlindung
Sumber: hasil analisis, 2017
Tabel 5.10 kriteria penilaian kegiatan wisata snorkeling Pantai Dato
No Parameter Indikator Skor
1. Topografi Datar – landai 3
2. Bentuk lahan Flat – slope 3
3. Kedalaman 2–5 2
4. Arus 13-40 3
5. Gelombang 0,5 – 1,5 2
6. Kecerahan 5–8m 2
7. Kondisi karang Hidup 3
8. Keterlindungan dari gelombang Terlindung 3
Jumlah Indikator 8
Jumlah Skor 21
Rata-rata 2,6
Tingkat Potensi Sangat Berpotensi
Sumber: hasil analisis, 2017

92
Berdasarkan tabel 5.9 dan tabel 5.10, kegiatan wisata snorkeling di Pantai
Dato tingkat potensi pengembangannya sangat berpotensi. Untuk parameter
utama dalam kegiatan wisata snorkeling adalah kedalaman perairan dan terdapat
sesuatu yang menarik untuk dilihat seperti hamparan terumbu karang (British
Sub Aqua Club dan holdbrook, 2001) dan kecerahan agar penampakan bawah
laut dapat dinikmati tanpa terganggu dengan air yang keruh atau kecerahan yang
kurang baik. Sehingga berdasarkan hal tersebut, wisata snorkeling layak untuk
diterapkan sebagai salah satu atraksi wisata bahari karena selain didukung oleh
beberapa parameter yang kuat juga diharapkan dapat menarik jumlah wisatawan.
3) Wisata menyelam
Wisata menyelam merupakan wisata yang mengajak wisatawan untuk dapat
menikmati keindahan bawah laut Pantai Dato, dimana wisata selam ini terbagi
atas dua kegiatan. Pertama wisata selam untuk menikmati keindahan bawah laut
Pantai Dato dengan menggunakan alat menyelam yang aman seperti SCUBA,
dan yang kedua merupakan wisata selam yang berkegiatan untuk pelestarian
terumbu karang dengan teknik transplantasi karang.
Tabel 5.11 matriks kesesuaian Pantai Dato untuk wisata menyelam
Kondisi Pantai
No. Kriteria Teknis Baik Sedang Jelek
Dato
Miring – agak
1. Topografi Datar - landai Terjal Datar - landai
curam
2. Bentuk lahan Flat - slope Reef slope Reef flat Daratan
3. Kedalaman (m) 15 - 20 15 - 30 30 – 50 > 50
4. Arus (cm/det) 13 - 40 8 - 18 18 – 25 > 25
5. Gelombang (m) 0,5-1,5 < 0.5 0.5 – 1 >1
6. Kecerahan (m) 5-8 10 – 15 5 – 10 2–5
Tidak ada atau
hanya ada
7. Kondisi karang Hidup Hidup Mati
pecahan
karang
Sumber: Hasil analisis, 2017
Tabel 5.12 kriteria penilaian kegiatan wisata untuk menyelam Pantai Dato
No Parameter Indikator skor
a. Topografi Datar – landai 1
b. Bentuk lahan Flat – slope 3
c. Kedalaman 15 – 20 3
d. Arus 13-40 3
e. Gelombang 0,5 – 1,5 m 3
f. Kecerahan 5–8m 2
g. Kondisi karang Hidup 3

93
No Parameter Indikator skor
Jumlah Indikator 7
Jumlah Skor 18
Rata-rata 2,5
Tingkat Potensi Sangat berpotensi
Sumber: Hasil analisis, 2017
Berdasarkan tabel 5.11, penilaian kesesuaian untuk kegiatan meneyelam di
Pantai Dato ada beberapa kolom yang mempunyai nilai baik, sedang dan jelek.
Hal tersebut dikarenakan kriteria kolom arus dan gelombang yang mempunya
nilai untuk arus terbaik 13 dan terjelek 40, sedangkan nilai untuk kolom
gelombang terbaik 0,5 dan 1,5 terjelek. Namun parameter utama dalam kegiatan
menyelam adalah keindahan terumbu karang. Untuk kondisi terumbu karang
yang ada di Pantai Dato berada pada kondisi hidup yang artinya menurut matriks
kesesuaian untuk kegiatan menyelam baik, dengan jumlah rata-rata 2,5 atau
sangat berpotensi untuk diterapkan di Pantai Dato.
4) Wisata Berperahu
Wisata berperahu merupakan sebuah atraksi wisata yang menjadi salah satu
pilihan wisatawan untuk melakukan aktivitas di pantai selain berenang,
berperahu menggunakan perahu beralaskan kaca (bottom glass).
Tabel 5.13 matriks kesesuaian Pantai Dato untuk wisata berperahu
Kondisi
Sangat Tidak
No Parameter Pantai sesuai
sesuai sesuai
Dato
1 Kedalaman (m) 5-10 >8 4-8 <4
2 Arus(m/dtk) 0,1-0,3 0-0,1 0,1-0,4 >0,4
Sumber: Hasil analisis, 2017
Tabel 5.14 kriteria penilaian kegiatan untuk wisata berperahu
No Parameter Indikator skor
1 Kedalaman (m) 5-10 3
2 Arus(m/dtk) 0,1-0,3 3
Jumlah indikator 2
Jumlah skor 6
Rata-rata 3,0
Tingkat potensi Sangat berpotensi
Sumber: Hasil analisis, 2017

94
Berdasarkan tabel 5.13, penilaian kesesuaian untuk kegiatan berperahu di
Pantai Dato sangat berpotensi, hal ini dikarenakan indikator eksistingnya
memiliki nilai skor yang cukup tinggi sehingga total dari skor yang diperoleh
dan dibagi dengan jumlah indikator mendapatakan hasil rata-rata yaitu 3,0.
Dengan begitu wisata berperahu memiliki nilai tertinggi dan sangat berpotensi
untuk diterapkan di Pantai Dato.
5) Wisata memancing
Tabel 5.15 matriks kesesuaian Pantai Dato untuk wisata memancing
Kondisi Pantai
No. Kriteria Teknis Baik Sedang Jelek
Dato
Curam
Landai -
1. Topografi Landai – datar menengah – Curam
Datar
curam
Daratan, bukit Berbukit,
2. Bentuk lahan Rataan pasir Daratan tergenang
tebing karang Daratan
3. Kedalaman (m) 2- 5 <5 5 -15 > 15
4. Arus (cm/dt) 13 – 40 8 - 18 18 – 25 > 25
5. Gelombang (m) 0,5 – 1,5 <0.5 0.5 – 1 >1
6. Kecerahan (m) 2 – 10 10-15 5 -2 <2
Keterlindungan Cukup
7. Terlindung Terlindung Tidak terlindung
dari gelombang Terlindung
Tidak ada –
8. Spesies ikan Ada, sedang Bervariasi Sedang
Variasi kecil
Sumber: Hasil analisis, 2017
Tabel 5.16 kriteria penilaian kegiatan untuk wisata memancing
No Parameter Indikator skor
1. Topografi Datar – landai 3
2. Bentuk lahan Daratan, bukit tebing karang 3
3. Kedalaman 2-5 3
4. Arus 0,4 m 3
5. Gelombang 0,5 – 1,5 m 2
6. Kecerahan 5–8m 2
7. Keterlindungan dari gelombang terlindungi 3
8. Spesies ikan Ada, sedang 2
Jumlah Indikator 8
Jumlah Skor 21
Rata-rata 2,6
Tingkat Potensi Sangat berpotensi
Sumber: hasil analisis, 2017
Berdasarkan tabel 5.15, dapat dilihat bahwa sebagian besar point penilaian
daya dukung kawasan Pantai Dato untuk kegiatan memancing berada pada
kolom penilaian baik.

95
Gambar 5.19. Peta kesesuaian wisata renang
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

96
Gambar 5.20. Peta kesesuaian wisata snorkeling
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018
97
Gambar 5.21. Peta kesesuaian wisata menyelam
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018
98
Gambar 5.22. Peta kesesuaian wisata berperahu
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018 99
2. Analisis Daya dukung wisata
Daya dukung kawasan digunakan untuk mengetahui jumlah maksimum
pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di Pantai Dato yang tersedia pada
waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia.
a. Analisis daya dukung kawasan wisata rekreasi pantai
Daya dukung kawasan sangat menentukan keberlanjutan suatu kegiatan
wisata itu sendiri, karena itu daya dukung ekosistem terumbu karang perlu
diperhatikan dalam pengembangan suatu kawasan termasuk dalam daya dukung
untuk kegiatan rekreasi pantai.
Luasan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata rekreasi pantai yaitu
6.375m2.
DDK = x x

= x x

=
=
Berdasarkan pada hasil perhitungan daya dukung kawasan wisata untuk
rekreasi pantai diperoleh 256 orang/hari yang mampu ditampung Pantai Dato
untuk kegiatan rekreasi pantai.
b. Analisis daya dukung kawasan wisata berenang
Luasan yang dapat dimanfaatkan untuk wisata berenang yaitu 72.630m2
DDK = x x

= x x

=
=
Berdasarkan pada hasil perhitungan daya dukung kawasan wisata untuk
wisata berenang diperoleh 2906 orang/hari yang mampu ditampung Pantai Dato
untuk kegiatan wisata berenang.

100
c. Analisis daya dukung kawasan wisata snorkeling
Pantai Dato memiliki luasan terumbu karang sebesar 14.825m2 yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan snorkeling.
DDK = x x

= x x

=
=
Hasil dari analisis daya dukung kawasan (DDK) di Pantai Dato diperoleh
bahwa kegiatan wisata bahari dengan kategori wisata snorkeling yaitu
menampung sebanyak 177 orang/hari.
d. Analisis daya dukung kawasan wisata menyelam
Pantai Dato memiliki luasan terumbu karang sebesar 65.081m2 yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan diving.
DDK = x x

= x x

=
=
Hasil dari analisis daya dukung kawasan (DDK) di Pantai Dato diperoleh
bahwa kegiatan wisata bahari dengan kategori wisata menyelam yaitu
menampung sebanyak 520 orang/hari.
e. Analisis daya dukung kawasan wisata berperahu
Luasan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata berperahu yaitu
48.050m2.
DDK = x x

= x x

=
=
Berdasarakan pada hasil perhitungan daya dukung kawasan (DDK) wisata
berperahu diperoleh bahwa wisata berperahu dapat menampung 7688 orang/hari

101
f. Analisis daya dukung kawasan wisata memancing
Pantai Dato memiliki luasan terumbu karang sebesar 1613m2 yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan memancing.
DDK = x x

= x x

=
=
Hasil dari daya dukung kawasan (DDK) untuk wisata memancing adalah 64
orang/hari yang dapat ditampung.
C. Proyeksi Pengunjung
Proyeksi pengunjung ini diperlukan untuk mengetahui jumlah pengunjung
pada 20 tahun kedepan di Pantai Dato. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.17 Proyeksi Wisatawan

Jumlah Pertumbuhan
n Tahun
Penduduk (%)

1 2017 15.839 13,79


2 2018 18.024 13,79
3 2019 20.509 13,79
4 2020 23.338 13,79
5 2021 26.556 13,79
6 2022 30.218 13,79
7 2023 34.385 13,79
8 2024 39.127 13,79
9 2025 44.523 13,79
10 2026 50.663 13,79
11 2027 57.650 13,79
12 2028 65.600 13,79
13 2029 74.647 13,79
14 2030 84.941 13,79
15 2031 96.655 13,79
16 2032 109.985 13,79
17 2033 125152 13,79
18 2034 142.411 13,79
19 2035 162.050 13,79
20 2036 184.398 13,79
21 2037 209.828 13,79
22 2038 238.764 13,79
23 2039 271.691 13,79

Dari hasil perhitungan proyeksi didapatkan jumlah wisatawan pada tahun 2039
sebesar 271.691.

102
BAB VI
PERENCANAAN

Perencanaan ekowisata di Pantai Dato berdasarkan kepada potensi dan


permasalahan yang dimiliki. Perencanaan ekowisata ini dilakukan dengan tujuan
sebagai peningkatan kualitas pariwisata di Pantai Dato yang dilengkapi dengan
komponen-komponen pariwisata sebagai penunjang wisata dengan tetap
memperhatikan aspek lingkungan. Dengan adanya perencanaan ekowisata di
Pantai Dato diharapkan mampu untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang
datang berkunjung ke Pantai Dato.
Arahan perencanaan ekowisata Pantai Dato meliputi arahan atraksi wisata,
arahan pembagian ruang (zonasi), arahan sarana dan Prasarana, arahan
aksesibilitas.
A. Arahan Atraksi Wisata
Arahan atraksi wisata untuk Pantai Dato ini bertujuan sebagai salah satu daya
tarik wisata dengan memperhatikan potensi dan kesesuaian lahan, dimana untuk di
Pantai Dato hanya memiliki tiga atraksi wisata yaitu berenang, menikmati
panorama, dan memancing. Untuk itu arahan perencanaan di Pantai Dato ada
penambahan atraksi wisata yang berdasarkan pada hasil analisis kesesuaian atraksi
wisata.
Adapun atraksi wisata yang dapat diterapkan di Pantai Dato tebagi atas dua
atrkasi wisata yaitu:
1. Atraksi Wisata laut
Wisata laut merupakan wisata yang sebagian besar aktivitasnya dilakukan di
daerah laut baik itu permukaan laut maupun bawah laut. Untuk atraksi wisata
yang ada di laut adalah sebagai berikut:
a) Wisata berenang
Tabel 6.1 kriteria panilaian kegiatan untuk wisata berenang
No. Parameter Indikator Skor
a. Kecepatan arus 0,4 2
b. Tinggi gelombang 0,5 2
c. Kedalaman 2–5 3
d. Kisaran pasang surut 1,2 m 2
e. Kemiringan lereng 0–5 3

103
No. Parameter Indikator Skor
f. Tipe pantai Berpasir agak berbatu 2
Jumlah Indikator 6
Jumlah Skor 14
Rata-rata 2,3
Tingkat Potensi Sangat Berpotensi
Sumber: Hasil analisis, 2017
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian, wisata berenang dinyatakan sangat
sesuai untuk diterapkan di Pantai Dato. Untuk area wisata berenang berada pada
kedalaman 1-3 m dengan jarak dari bibir pantai 10-15 m. Adapun sarana
pendukung wisata berenang adalah pelampun dan alat bantu renang lainnya.
Sedangkan untuk prasarana pendukung wisata berenang yaitu tempat sewa alat,
ruang bilas, pos penjaga pantai serta rambu batas aman berenang.
b) Wisata snorkeling
Tabel 6.2 kriteria panilaian kegiatan untuk wisata snorkeling
No Parameter Indikator Skor
1. Topografi Datar – landai 3
2. Bentuk lahan Flat – slope 3
3. Kedalaman 2–5 2
4. Arus 13-40 3
5. Gelombang 0,5 – 1,5 2
6. Kecerahan 5–8m 2
7. Kondisi karang Hidup 3
8. Keterlindungan dari gelombang Terlindung 3
Jumlah Indikator 6
Jumlah Skor 14
Rata-rata 2,3
Tingkat Potensi Sangat Berpotensi
Sumber: Hasil analisis, 2017
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian, wisata snorkeling dinyatakan sangat
sesuai untuk diterapkan di Pantai Dato. Untuk area wisata snorkeling berada
pada kedalaman <5 m. Adapun sarana pendukung kegiatan snorkeling yaitu
berupa alat/pakaian snorkeling, untuk prasarana pendukung wisata snorkeling
berupa tempat sewa alat, ruang ganti, rambu batas snorkeling.
c) Wisata menyelam
Tabel 6.3 kriteria panilaian kegiatan untuk wisata menyelam
No Parameter Indikator skor
a. Topografi Datar – landai 1
b. Bentuk lahan Flat – slope 3
c. Kedalaman 15 – 20 3
d. Arus 13-40 3
e. Gelombang 0,5 – 1,5 m 3

104
No Parameter Indikator skor
f. Kecerahan 5–8m 2
g. Kondisi karang Hidup 3
Jumlah Indikator 7
Jumlah Skor 18
Rata-rata 2,5
Tingkat Potensi Sangat berpotensi
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian, wisata menyelam dinyatakan sangat
sesuai untuk diterapkan di Pantai Dato. Untuk area wisata menyelam berada
pada kedalaman 15-30 m. Adapun sarana pendukung wisata menyelam yaitu
berupa alat SCUBA dan kapal/boat, sedangkan prasarana pendukungnya yaitu
dermaga, spot diving, tempat sewa alat, ruang bilas dan diving center.
d) Wisata berperahu
Tabel 6.4 kriteria panilaian kegiatan untuk wisata berperahu
No Parameter Indikator skor
1 Kedalaman (m) 5-10 3
2 Arus(m/dtk) 0,1-0,3 3
Jumlah indikator 2
Jumlah skor 6
Rata-rata 3,0
Tingkat potensi Sangat berpotensi
Sumber: Hasil analisis, 2017
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian, wisata menyelam dinyatakan sangat
sesuai untuk diterapkan di Pantai Dato. Untuk area wisata berperahu itu sendiri
berada pada kedalaman >8 m dengan jarak 30 m dari bibir pantai. Adapun
sarana pendukung wisata berperahu yaitu berupa perahu sandeq (khas majene)
bottom glasses. Sedangkan prasarana pendukung wisata berperahu yaitu
dermaga, rambu batas berperahu dan pos penjaga pantai.
e) Kegiatan Konservasi
Kegiatan konservasi merupakan aktivitas yang mengajak wisatawan untuk
ikut ambil andil dalam pelestarian alam, dalam hal ini meng-konservasi
ekosistem terumbu karang dengan teknik transplantasi karang. Kegiatan ini
termasuk dalam wisata edukasi, dimana wisatawan dapat mengetahui pentingnya
menjaga ekosistem terumbu karang untuk keseimbangan biota laut dan masih

105
banyak lagi keistimewaan terumbu karang yang dapat diketahui wisatawan
melalui wisata konservasi ini. Untuk lokasi kegiatan konservasi berada pada sisi
kiri pantai, dengan jarak 75 m dari bibir pantai. Sarana pendukung kegiatan
konservasi yaitu laboratorium, kapal/boat. Sedangkan untuk prasarana
pendukung kegiatan konservasi yaitu lokasi konservasi dan dermaga.

106
Gambar 6.1 Peta arahan wisata berenang
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

107
Gambar 6.2 Peta arahan wisata snorkeling
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018
108
Gambar 6.3 Peta arahan wisata diving
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018
109
Gambar 6.4 Peta arahan wisata berperahu
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018
110
2. Atraksi Wisata darat
a) Wisata rekreasi pantai
Tabel 6.5 kriteria panilaian kegiatan untuk wisata rekreasi pantai
No. Parameter Indikator Skor
a. Topografi Datar – landai 3
b. Bentuk lahan Daratan 3
c. Penutupan lahan Pohon kelapa, lahan kosong 3
d. Material permukaan Pasir coral 2
e. Panorama Sedang 2
f. Matahari terbit/terbenam Terlihat 3
Jumlah Indikator 6
Jumlah Skor 16
Rata-rata 2,67
Tingkat Potensi Sangat Berpotensi
Sumber: hasil analisis, 2017
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian, wisata rekreasi pantai dinyatakan sangat
sesuai untuk di terapkan di Pantai Dato. Dengan luasan untuk rekreasi pantai
sepanjang pesisir Pantai Dato. Kegiatan rekreasi yang ditawarkan yaitu berupa
bersantai, berjemur dan olahraga pantai adapun sarana pendukung kegiatan rekreasi
pantai yaitu berupa tikar dan gazebo. Sedangkan untuk prasarana pendukung wisata
rekreasi pantai yaitu pasir putih dan penjaga pantai.
b) Wisata memancing
Tabel 6.6 kriteria panilaian kegiatan untuk wisata memancing
No Parameter Indikator skor
1. Topografi Datar – landai 3
2. Bentuk lahan Daratan, bukit tebing karang 3
3. Kedalaman 2-5 3
4. Arus 0,4 m 3
5. Gelombang 0,5 – 1,5 m 2
6. Kecerahan 5–8m 2
7. Keterlindungan dari gelombang terlindungi 3
8. Spesies ikan Ada, sedang 2
Jumlah Indikator 8
Jumlah Skor 21
Rata-rata 2,6
Sangat
Tingkat Potensi
berpotensi
Sumber: Hasil analisis, 2017
Berdasarkan hasil analisis kesesuain, wisata memancing dinyatakan sangat sesuai
untuk diterapkan di Pantai Dato. Untuk area wisata memancing berada pada sisi kiri
pantai dengan bentuk lahan bukit tebing karang. Adapun sarana pendukung kegiatan
wisata memancing yaitu alat pancing. Sedangkan prasarana pendukung wisata

111
memancing berupa spot memancing, tempat berteduh dan tempat sewa alat
memancing.
c) Wisata Panorama
Wisata panorama yang ditawarkan merupakan menikmati keindahan alam Pantai
Dato yang masih alami dengan sunset sebagai nilai plus dari wisata panorama.
Wisata panorama memiliki beberapa titik sebagai spot untuk menikmati keindahan
alam yang disajikan Pantai Dato.

112
Gambar 6.5 Peta arahan Area Rekreasi Pantai
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018
113
Gambar 6.6 Peta arahan Wisata Memancing
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018
114
Gambar 6.7 Peta arahan Wisata Panorama
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

115
B. Arahan Pembagian Ruang (zonasi)
Pembagian ruang (zonasi) didasarkan pada hasil analisis potensi dan
permasalahan di Pantai Dato, sehingga perlu dilakukan pembagian ruang atau
zonasi kawasan berdasarkan fungsi dan peruntukannya di lokasi perencanaan.
Tujuan dari penyusunan rencana zonasi yang dilakukan adalah untuk membagi
wilayah dalam zona-zona yang sesuai dengan peruntukkan dan kegiatan yang
saling mendukung serta memisahkannya dari kegiatan yang saling bertentangan.
Pembagian zona akan dibagi menjadi dua yaitu zona pemanfaatan laut dan zona
pemanfaatan darat.
a) Zona 1 (Zona Pemanfaatan Laut)
Zona satu merupakan kawasan yang kegiatannya diarahkan untuk atraksi
wisata. Zona satu berada pada sisi bagian pantai dan laut. Untuk zona
pemanfaatan laut terbagi atas dua segment yaitu:
1) Area konservasi
Pemilihan area konservasi berdasarkan pada persebaran terumbu karang,
dimana area konservasi ini dipilih karena kondisi terumbu karang diarea
tersebut lebih di dominasi terumbu karang yang telah mati. Untuk itu area
konservasi perlu ada untuk melestarikan terumbu karang yang ada pada
area tersebut disertakan kegiatan konservasi.
2) Area Rekreasi
Area rekreasi merupakan area atraksi wisata untuk pemanfaatan laut yang
disesuaikan dengan matriks kesesuaian seperti: berenang, snorkeling,
menyelam, dan berperahu.

116
Gambar 6.8 Peta area Konservasi
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis 2018
117
Gambar 6.9 Peta area Rekreasi
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis 2018

118
b) Zona 2 (Zona Pemanfaatan Darat)
Zona dua merupakan kawasan yang berada pada daerah daratan Pantai Dato
dengan kondisi geografisnya merupakan tebing dengan peruntukan perencanaan
sarana dan prasarana pendukung wisata. Untuk perencanaan sarana dan prasarana
yang direncanakan yaitu akomodasi, toilet umum, parkir area, tempat makan dan
minum, toko souvenir, laboratorium (pengelola terumbu karang), tempat
penyewaan alat wisata, gazebo, menara pengawas, tempat sampah, ruang terbuka
hijau, panggung, kantor pengelola, bangunan serbaguna dan dermaga.

119
Gambar 6.10 Peta Arahan Zona Pemanfaatan Darat
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis 2018

120
C. Arahan Sarana dan Prasarana
Arahan perencanaan sarana dan prasarana merupakan hal penting dalam kawasan
objek wisata, dimana dengan tersedianya sarana dan prasarana dapat menjadikan
kawasan wisata dikunjungi oleh wisatawan. Sarana prasarana yang direncanakan
merupakan sarana prasarana untuk mendukung kegiatan wisata di Pantai Dato.
Adapun arahan sarana dan prasarana yang direncanakan adalah sebagai berikut.
1. Sarana
a. Sarana pokok
1) Biro perjalanan
Dalam dunia pariwisata sangat dibutuhkan usaha – usaha yang dapat
menciptakan suatu produk wisata yang nantinya dapat meningkatkan
pertumbuhan pariwisata. Salah satu usaha yang sangat dibutuhkan
adalah biro perjalanan wisata, dimana biro perjalanan wisata ini sebagai
perantara untuk memperoleh pelayanan jasa perjalanan wisata. Produk
wisata yang dihasilkan dari biro perjalanan wisata salah satunya adalah
paket wisata. Tujuan utama dibuatnya paket wisata adalah untuk
memberikan kemudahan kepada wisatawan rombongan maupun pribadi
dalam melakukan suatu kegiatan wisata. Dengan upaya inilah, biro
perjalanan dapat menyampaikan informasi kepada wisatawan tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan dengan daerah tujuan wisata.
2) Cottage
Untuk cottage direncanakan dengan jumlah 30 unit yang memiliki luas
56 m2 dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi dalam dan sebuah
ruang tamu. Untuk jumlah wisatawan yang dapat ditampung adalah
120, dengan asumsi satu cottage dapat menampung 2-4 orang. Dengan
letak cottage berada pada sisi kiri pantai dato baik itu di atas tebing
maupun di daratan antara pantai dan tebing.
3) Foodcourt
Foodcourt yang direncanakan memiliki luas bangunan 120 m2 (8x15),
foodcourt ini direncanakan memiliki dua bangunan ditempat yang
berbeda, bangunan foodcourt pertama berada di daratan tertinggi Pantai
Dato dan bangunan yang kedua berada pada daratan antara pantai dan

121
tebing, hal ini diperhitungkan agar wisatawan dapat dengan mudah
mengakses foodcourt tersebut.
4) Toilet umum
Direncanakan toilet umum memiliki luas bangunan 8m2 (4x2) dengan
pembagian tiap bangunan adalah 2x2 meter peruntukan pria dan wanita,
dengan jumlah toilet umum yang akan dibangun adalah lima, yang
artinya 5 bangunan toilet= 10 toilet. Dengan letak tersebar di beberapa
tempat.
5) Gazebo
Gazebo ini luasnya 2x2 dengan jumlah gazebo sebanyak 20 unit dapat
menampung 80 orang, dengan asumsi 1 gazebo dapat menampung 3-4
orang. Terletak berjejer di sisi kanan Pantai Dato.
6) Musollah
Untuk musollah direncanakan berada dekat dengan gerbang masuk
yang dapat memudahkan wisatawan untuk mengaksesnya serta
memiliki jarak yang agak jauh dari kebisingan aktifitas pantai.
Musollah ini memiliki luas bangunan 16m2 yang dapat menampung
jamaah sebanyak 13 orang.
b. Sarana Pelengkap
1) Tempat sewa alat
Tempat sewa alat direncanakan memiliki luas bangunan 35m2 yang
didalamnya itu berupa alat-alat wisata seperti snorkel, pelampung dll.
2) Gedung serbaguna
Direncanakan gedung serbaguna seluas 48m2 (6x8) yang terletak di
dekat area foodcourt. Gedung serbaguna ini dapat menampung 40
orang.
3) Laboratorium
Laboratorium memiliki luas bangunan 75m2 diperuntukan untuk
pengelola terumbu karang dengan beberapa ruangan didalamnya
sebagai penunjang kegiatan penelitian yang ada di Pantai Dato.

122
c. Sarana penunjang
1) Toko souvenir
Toko souvenir memiliki luas bangunan 30m2 dengan pembagian ruang
untuk 4 tempat belanja 2,5x3 meter per kios.
2) Panggung/ amphiteater
Perencanaan panggung/ amphiteater ini merupakan salah satu
perencanaan RTH namun fungsinya diperuntukan untuk tempat
berkumpul dengan letak berada ditengah Pantai Dato agar dapat diakses
dengan mudah dari semua sisi pantai.
2. Prasarana
a. Prasarana umum
1) Jalan
Perencanaan jalan yang direncanakan berupa perbaikan di beberapa
titik yang masih rusak, lalu pembuatan jalur pedestrian/ walking track
di atas tebing juga direncanakan.
2) Persampahan
Persampahan disini selain menyediakan tempat pembuangan sampah
dan tersebar dibeberapa titik, pihak pengelola juga mengatur jadwal
untuk pembuangan sampah yang terkumpul secara rutin.
3) Parkir
Parkir direncanakan seluas 542m2 dengan peruntukan parkiran motor
seluas 112,5 m2 dan untuk parkiran mobil seluas 437m2 dengan total
yang dapat ditampung motor 75 motor dan 35 mobil.
4) RTH
Ruang terbuka hijau direncanakan 30% dari luas kawasan Pantai Dato,
dengan luas 1.235,7 m2 tersebar di sisi kanan dan sisi kiri Pantai Dato.
5) Air bersih
Kebutuhan air bersih untuk kawasan Pantai Dato adalah 7500
liter/hari. Hal tersebut berdasarkan pada Permen PU No.14 Tahun
2010. Untuk perencanaan air bersih ini ada penambahan penampungan
air bersih di beberapa titik.

123
6) Listrik
Untuk perencanaan listrik ini sudah masuk namun untuk cahaya
penerangan kegiatan malam belum ada maka direncanakan lampu
taman untuk penerangan.
b. Prasarana wisata
1) Kantor pengelola
Kantor pengelola memiliki luas bangunan 20m2 dengan letak tidak
jauh dari pintu gerbang dan parkiran. Kantor pengelola ini merupakan
pusat informasi tentang Pantai Dato.
2) Penjaga pantai
Perencanaan penjaga pantai ini dengan luas tower seluas 1,5x1,5 meter
dan terletak di bibir pantai agar dapat memantau aktifitas yang ada
dipantai dato.
3) Dermaga
Perencanaan dermaga disini memiliki panjang 50m dengan lebar 4
meter dan dermaga ini terbagi atas dua sisi dimana sisi pertama itu
peruntukan untuk dermaga wisata dan sisi kedua itu peruntukan
dermaga khusus kegiatan ekowisata.
4) Pintu gerbang
Perencanaan pintu gerbang merupakan akses dari luar kawasan Pantai
Dato, dengan perencanaan dua gerbang utama sebgai jalur masuk dan
jalur keluar. Lokasi pintu gerbang berada pada sisi kanan Pantai Dato.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 6.1 arahan letak dan ilustrasi
sarana dan prasarana yang direncanakan.
Tabel 6.7 arahan perencanaan sarana dan prasarana Pantai Dato
No Sarana dan Prasarana Letak Ilustrasi
1 Pintu Gerbang masuk Pintu gerbang masuk dan
dan keluar keluar diletakkan di sisi
kanan pantai, dimana
kondisi letak pintu
gerbang berada pada
dataran tinggi/tebing.

124
No Sarana dan Prasarana Letak Ilustrasi
2 Parkir area Diletakkan berdekatan
dengan pintu gerbang
agar mudah di jangkau
setelah masuk gerbang
dan untuk tidak terlalu
banyak pergerakan
menggunakan kendaraan
setelah memasuki
kawasan Pantai Dato.
3 Kantor pengelola Di letakkan tidak jauh
dari parkiran, agar
wisatawan yang ingin
mencari informasi
tentang wisata dapat
dengan mudah di
jangkau.

4 Tempat makan dan Perencanaan foodcourt di


minum (foodcourt) kemiringan 5-9% dan di
kemiringan 10-30% .

5 Akomodasi cottage Perencanaan cottage


diletakkan di kemiringan
5-9% dan 10-30% dan
bersifat privat dengan
view menghadap ke laut.

6 Toko Souvenir Perencanaan toko


souvenir diletakkan
dekat area parkir agar
mudah di akses saat
pulang dengan isi jualan
hasil kerajinan tangan
masyarakat setempat.

125
No Sarana dan Prasarana Letak Ilustrasi
7 Tempat penyewaan Tempat penyewaan alat
alat diletakkan di dekat akses
turun kedaerah pantai

8 Toilet umum Perencanaan toilet akan


diletakkan di area pantai
dan tebing adapun
bentuk toilet sesuai
standar. Toilet ini juga
berfungsi sebagai tempat
bilas.
9 Dermaga Dermaga yang
direncanakan terletak di
sempadan pantai dengan
bentuk sebagai
penghubung antara sisi
kanan dan sisi kiri pantai.

10 Gazebo Diletakkan di area pantai


berfungsi sebagai tempat
istrahat wisatawan.

11 Menara pengawas Diletakkan dekat dengan


area pantai di beberapa
titik.

12 Tempat sampah Peletakkan tempat


sampah diletakkan secara
tersebar di berbagai
lokasi kegiatan wisata
dan diletakkan juga di
depan cottage.

126
No Sarana dan Prasarana Letak Ilustrasi
13 Lampu penerangan Lampu penerangan
tersebar sepanjang jalur
pedestrian dan daerah
yang dianggap perlu
penerangan untuk
mendukung kegiatan saat
malam hari.
14 Ruang terbuka hijau Ruang terbuka hijau
tersebar dengan sebaran
di sisi kiri kanan tebing

15 Laboratorium Terletak di dekat kantor


pengelola dan dekat
dengan akses turun
menuju pantai.
16 Panggung Terletak ditengah
pemanfaatan darat
dengan akses yang dapat
dijangkau dari segala
arah.
17 Air Bersih Untuk air bersih
direncanakan pakai air
PDAM dan disiakpan
penampung air letaknya
berada pada beberapa
titik.
Sumber: Hasil analisis, 2018

127
Gambar 6.11 Peta Arahan Sarana dan Prasarana
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis 2018

128
D. Arahan Aksesibilitas
Untuk aspek aksesibilitas, pencapaian ke lokasi Kawasan Pantai Dato cukup
mudah karena letaknya yang cukup dekat yaitu ±4 km dari pusat kota sehingga
waktu tempuh yang dibutuhkan sedikit. Selain itu, kemudahan aksesibilitas
menuju lokasi ditunjang dengan adanya layanan angkutan umum berupa ojek
motor yang dapat digunakan dalam pencapaian lokasi dengan biaya Rp. 10.000,-
dari pusat kota. Namun, untuk aksesibilitas dari kawasan Pantai Dato menuju
pusat kota masih sulit karena arus lalu lintas di kawasan Pantai Dato cukup sepi.
Untuk itu penyediaan transportasi dari Pantai Dato diperlukan sebagai
peningkatan akses dari dalam dan luar kawasan Pantai Dato.

129
Gambar 6.12 Peta Aksesibilitas
Sumber: Arcgis, diolah kembali oleh penulis, 2018

130
Perencanaan ekowisata Pantai Dato dibagi kedalam tiga tahapan antara lain:
1. Perencanaan Sarana dan Prasarana Umum
Perencanaan tahap pertama adalah perencanaan sarana dan prasarana utama,
berupa perbaikan jalan menuju kawasan Pantai Dato dan pembuatan jalur
pedestrian/ walking track untuk sirkulasi wisatawan dalam kawasan Pantai
Dato, Pengadaan penampungan air bersih disetiap toilet umum, cottage,
musollah dan kantor pengelola, lalu pengadaan tempat sampah yang tersebar
di beberapa titik, lampu penerangan, dan toilet umum.
2. Perencanaan sarana dan Prasarana Pariwisata
Merupakan tahapan kedua yang dilakukan berupa pembangunan kantor
pengelola, gerbang keluar-masuk, foodcourt, toko souvenir, tempat
penyewaan alat, cottage, gazebo, menara pengawas dan panggung/
amphiteater.
3. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendukung Ekowisata
Merupakan tahap perencanaan terakhir yang di laksanakan, berupa
pembangunan dermaga sebagai pusat mobilisasi perahu. Selain dermaga di
tahapan ini juga membangun sebuah laboratorium sebagai salah satu sarana
yang mendukung kegiatan ekowisata di Pantai Dato.

131
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari keseluruhan studi yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Potensi dan Permasalahan yang terdapat di kawasan Pantai Dato yaitu:
a) Terdapat beberapa atraksi wisata yang dapat dilakukan oleh
wisatawan yang berkunjung di Pantai Dato, yaitu menikmati
panorama, rekreasi pantai, berenang, dan memancing.
b) Potensi karakteristik kawasan Pantai Dato sangat sesuai untuk
menambah atraksi wisata seperti snorkeling, menyelam, dan
berperahu serta kegiatan konservasi khususnya terumbu karang Pantai
Dato.
c) minimnya sarana dan prasarana pantai dato menjadi salah satu
masalah terbesar dimana sampah masih menumpuk, akses jalan
penghubung dalam kawasan pantai belum ada, air bersih, toilet umum,
dll.
d) Moda transportasi yang dapat digunakan menuju pantai dato
kendaraan roda dua dan empat, untuk kondisi jalan masih ada di
beberapa titik yang butuh perbaikan.
2. Arahan perencanaan yang akan diterapkan pada kawasan ekowisata Pantai
Dato adalah:
a). Arahan Atraksi di Pantai Dato terbagi atas dua yaitu atraksi wisata laut
dan atraksi wisata darat, yang termasuk atraksi laut adalah wisata
berenang, wisata snorkeling, wisata menyelam, wisata berperahu dan
wisata konservasi, dan yang termasuk atraksi darat yaitu wisata rekreasi
pantai, wisata memancing dan wisata panorama.
b). Arahan Zonasi di Pantai Dato terbagi atas dua yaitu zona pemanfaatan
laut dan zona pemanfaatan darat, yang termasuk zona pemanfaatan laut

132
yaitu area konservasi dan area rekreasi, dan zona pemanfaatan darat adalah
zona peruntukan sarana dan prasarana pendukung wisata.
c). Arahan sarana dan prasarana Pantai Dato adalah pintu gerbang, parkir,
kantor pengelola, foodcourt, cottage, toko souvenir, tempat penyewa alat,
toilet umum, dermaga, gazebo, menara pengawas, tempat sampah, lampu
penerangan, ruang terbuka hijau, laboratorium, panggung.
d). Arahan Aksesibilitas untuk Pantai Dato lebih mengarah ke penyediaan
transportasi umum dari Pantai Dato sebagai peningkatan akses dari dalam
dan luar kawasan Pantai Dato
B. Saran
Dari arahan perencanaan ekowisata Pantai Dato yang telah dikemukakan
maka beberapa saran yang dapat direkomendasikan untuk implementasi
ekowisata Pantai Dato adalah :
1. Untuk Studi Lanjutan
a) Untuk mendukung perencanaan ekowisata di Pantai Dato masih
diperlukan studi mengenai manajemen kelembagaan dan peningkatan
peran serta masyarakat dalam kegiatan wisata.
b) Dapat juga dilakukan penelitian yang lebih mendalam pada aspek
budaya dan adat istiadat masyarakat setempat sebagai upaya
transformasi budaya mandar kedalam atraksi wisata sehingga
diharapkan masyarakat dapat berperan serta dalam upaya
pengebambangan kawasan ekowisata Pantai Dato.
2. Untuk Pemerintah
Diharapkan adanya keseriusan dari pemerintah dalam implementasi
regulasi atau peraturan-peraturan yang terkait dengan pengembangan
Pantai Dato sebagai kawasan wisata, yang kemudian arahan perencanaan
tersebut dapat diterapkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah
pada sektor wisata dan berdampak terhadap peningkatkan taraf
kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan pengembangan.

133
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene 2016


Badan Pusat Statistik Kecamatan Banggae Timur 2016
Badan Pusat Statistik Kelurahan Baurung 2016
Chafid, F. dan Mukhlison, 2000 Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata
Fakultas Kehutanan Universitas. Gadjah Mada Yogyakarta
Ceballos-Lascurain, Hector. 1996 Tourism, Ecotourism, and Protected Areas: The
State of Nature-Based Tourism Around the World and Guidelines for Its
Development
Husain, Mirsyad. 2013. Perencanaan Pengembangan Ekowisata Pulau
Karampuang Kabupaten Mamuju.
Hadi, S. P. 2007. Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism). Makalah
Seminar.
Rahmadi. 2015. Analisis Potensi Biofisik Dan Kesesuaian Lokasi Wisata Studi
Kasus Pantai Dato Kabupaten Majene.
Saddam. 2013. Pengembangan Wisata Bahari Di Pantai Teluk Jailolo
Spillane J. James. 1994. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta : Kasinus
Sumaatmadja. 1988. Studi geografi : suatu pendekatan dan analisa keruangan
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Penerbit Andi Yogyakarta.
Tebay, S. 2004. Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove Berbasis
Masyarakat Di Taman Wisata Teluk Youtefa Jayapura Papua.
Tuwo, Ambo. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Jakarta. Brilian
Internasional.
Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan
Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sains.
Yoeti, Oka. 1997. Perencanaan dan pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.

134
Peraturan Terkait
Undang-Undang No. 9 tahun 1990
Permen No.17 tahun 2008
Permen No.17 tahun 2014
Permen No. 33 tahun 2009
RDTR Kabupaten Majene tahun 2013-2033
Undang-Undang No. 27 tahun 2007

Website
http://www.konsep-ecotourism-atau-ekowisata.html. Diakses tanggal 9 Juni 2017
erepo.unud.ac.id/17627/3/11120155024-3-BABII.pdf. diakses tanggal 9 Juni 2017
https://www.jejakpiknik.com/pantai-kondang-merak.jpg diakses tanggal 12
desember 2017
https://apkgk.com/id/com.ips.CruiseShip.FerryBoat diakses tanggal 4 februari 2018

https://travel.kompas.com › Kompas.com › Travel diakses tanggal 6 februari 2018

135

Anda mungkin juga menyukai