2020
BAB I
PENDAHULUAN
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum: Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi.
2. Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.
2) Memberikan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan penyakit hipertensi
yang meliputi pengkajian sampai intervensi dan rasionalisasi
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Disebut silent killer karena 1 ½ penderita dengan tekanan darah tinggi tidak
menyadari kondisi kesehatannya.
Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg
atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tekanan Tekanan
Tigkat sistolik diastolik Jadwal kontrol
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 atau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS
B. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
A. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
B. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
I.PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : …………………………………………………………………………
Umur :…………………………………………………………………………
Agama ………………………………………………………………………….
Pendidikan :………………………………………………………………………….
Pekerjaan :…………………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………………..
Diagnosa : ………………………………………………………………………...
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : ……………………………………...………………………………...
Umur : ………………………………………………………………………..
Pekerjaan: .………………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………………..
2. Status Kesehatan
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
..................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
b. Riwayat kesehatan masa lalu
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
c. Riwayat kesehatan keluarga
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Tanda-tanda Vital :
TD :
N :
S :
Rr :
1. Sistem pernafasan
Data subyektif :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Data obyektif :
………………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Pengkajian Fisik
A. Keadaan umum pasien : Cukup
B. Ukuran tubuh : TB : cm
BB : kg
Tanda-tanda vital
TD : 240 / 110 mmHg
N : 88x/menit
R : 20 x/menit
d. Status mental : kesadaran : Compos mentis
e. Sensitivitas kulit : klien masih dapat merasakan suhu panas dan dingin, ada
hiperpigmentasi pada kulit
f. Kepala/leher : rambut beruban, dan tersebar rata dan terurai sampai leher. Leher :
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
g. Penglihatan/mata : simetris kiri kanan, konjungtiva tidak anemis
visus : 5/6
h. telinga : baik, tidak mengalami gangguan, tidak ada serumen
i. Hidung/penciuman, tidak ada sekret, ada silia, nasal septum ditengah
j. Mulut : gigi tinggal 2. kebersihan mulut : kotor
k. Bunyi dada dan pernafasan : tidak mengalami gangguan
Abdomen : datar, lemas, bu + normal, tidak ada nyeri tekan.
m. Anus : tidak ada hemorhoid
n. Pembuluh darah perifer : masih normal
o. Tangan dan kaki
- Tangan : merasa kram, teraba hangat, ada berjolan kecil pada jari jempol tangan kanan
- Kaki : ada nyeri, bengkak, gangguan struktur (bengkak) dan kulit berwarna hitam karena
gatal (digaruk)
p. Muskuloskeletal :
Mengalami gangguan karena ada bengkak di sekitar lutut pada kaki dan gangguan
struktur tulang pada kaki kanan.
Ds : - Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan dan merasa tegang pada leher dan pusing serta
bengkak pada kaki kanan
- Klien mengeluh kesulitan dalam beraktifitas akibat nyeri pada kaki/sulit berjalan
- Klien mengatakan merasa rendah diri pada teman-teman seunitnya
- Klien mengatakan tidak pernah memeriksa kesehatanya ke puskesmas
- Klien mengatakan tidak mau minta tolong pada teman sekamarnya.
DO: - TTV : TD : mmHg
N : x/menit
R : x/menit
SB : C
- Tampak disekitar lutut dan pahakaki kanan bengkak
- Adaya gangguan strukturtulang pada kaki kanan (kaki kanan bengkak)
- Klien tampak meringis pada waktu berjalan
- Klien berjalan tertatih-tatih
- Lantai kamar mandi licin
- Tidak ada pegangan di kamar mandi
- Klien sering menyendiri di dapur
- Kuku tangan dan kaki kotor
- Mulut kotor
- Rambut tidak tertata rapih
- Pakaian tidak rapih
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d peningkatan beban kerja jantung
2. Nyeri b/d edema dan struktur tulang
3. Resiko cedera b/d penurunan fungsi tubuh, nyeri dan lingkunganyang kurang baik.
4. ganggua interaksi social berhubungan dengan ketidakpercayaan klien klien pada
teman seunit/sekamar.
5. Defisit perawatan diri berhubunag dengan penurunan kekuatan dan daya tahan
sekunder akibat kondisi musculoskeletal yang nyeri.
6. Ketidakmampuan klien menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan berhubungan
dengan nyeri pada kaki.
ANALISA DATA
N MASAL
DATA ETIOLOGI
O AH
Penurunan fungsi tubuh
1 traum Nyeri
(menua)
a
DS : - Klien mengeluh nyeri
Penurunan fungsi otot-otot
dan bengkak pada kaki
ekstremitas (muskuleskeletal)
- Lien mengatakan sulit
berjalan karena nyeri
adema gangguan struktur tulang
DO : - Klien tampak meringis
saat berjalan Tertekannya saraf simpatis
- Berjalan tertatih-tatih Merangsang hipotalamus
(lambat)
- Bengkak disekitar lutut dan Nyeri dipersepsikan
paha kanan
- Adanya gangguan struktur
tulang (kaki bengkak)
Resiko cedera
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
NO IMPLEMENTASI EV
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 Resiko tinggi terhadap Klien dapat - Pantau tanda- - Untuk mengetahui - Jam 08.00 Tgl 2
penurunan curah berpartisipa-si tanda vital tiap 4 keadaan umum klien TD : 240/110 mmHg 2014
jantung berhubungan dalam aktivitas yang jam terutama dan perbandingan N : 88 x/m Jam 2
dengan peningkatan menurunkan tekanan darah dari tekanan R : 20 x/m : Klien
beban kerja jantung tekanan darah/ memberikan - Jam 12.00 kan ti
ditandai dengan beban kerja jantung gambaran yang lebih TD : 210/100 mmHg lagi d
DS : Klien mengeluh pusing setelah diberikan lengkap tentang N : 80 x/m meras
dan merasa tegang tindakan keterlibatan/bidang R : 20 x/m pada l
pada punggung dan keperawatan selama masalah vaskular - Jam 16.00 O : TD : 1
leher 3 hari dengan TD : 160/90 mmHg mmH
DO: - TD : 250/110 mmHg kriteria hasil : N : 80 x/m : Ma
DS : Klien mengatakan R : 20 x/m terata
tidak pusing dan - Jam 20.00 sebag
tidak merasakan TD : 150/80 mmHg :
tegang pada leher N : 72 x/m - Pant
dan punggung R : 20 x/m tiap 4
: - TD Normal - Jam 02.00 - Beri
yaitu berada pada TD : 150/90 mmHg ngan
- Sistole : 100-140 N : 76 x/m tenan
mmHg R : 20 x/m - Bata
- Diastole 70 – - Berikan - Jam 11.20 - Beri
85mmHg lingkungan yang - Membantu untuk Menganjurkan para lansia-lansia pungg
tenang, nyaman menurunkan yang berada diwisma pejuang leher
kurangi rangsang simpatis untuk mengurangi aktivitas yang- Anju
aktivitas/keributan meningkatkan dapat membuat untuk
lingkungan relaksasi kebisingan/keributan yang melak
dapat mengganggu orang lain teknik
- Anjurkan dan - Jam 11.30 - Anju
pertahankan - Menurunkan stres Menganjurkan dan untuk
pembatasan dan ketegangan yang mempertahankan pembatasan meng
aktivitas yaitu mempengaruhi aktivitas yaitu istirahat di minum
istirahat di tempat tekanan darah dan tempat tidur
tidur perjalanan penyakit
hipertensi
Hari/
DX Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal
Rabu, 2 06.10– Memantau tanda-tanda vital 1-8-2006 jam 21.00
30-04- TD : 200/100 mmHg Diagnosa 2 :
2014 N : 76 x/menit S : Klien mengatakan nyeri
R : 20 x/menit berkurang/dapat
2 06.30– Mengkaji tingkat nyeri klien melaporkan nyeri, dan
Klien mengatakan nyeri berulang klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri menghebat bila berjalan
4-7 O : - Klien tampak rileks
2 06.40– Memberi kompres hangat pada - Adanya bengkak
daerah nyeri yaitu kaki kanan A : Masalah belum teratasi
sekitar daerah lutut dan paha
selama 10 menit - Pantau TTV terutama
1 06.50– Membantu klien untuk mandi nadi tiap 4 jam
06.20– Memberi tindakan yang - Kaji tingkat nyeri yang
nyaman yaitu meminjat-mijat dirasakan
punggung dan leher klien - Beri kompres hangat
– Melatih pergerakan pada daerah nyeri bila
(mobilisasi) ekstermitas banyak diperlukan
3 07.05 pada klien - Bantu klien dalam
– Membersihkan ruangan wisma, beraktivitas
07.35 WC/kamar mandi - Lakukan/anjurkan
– Menganjurkan klien untuk untuk teknik relaksasi
1 08.00 tidak minum kopi - Beri masase ringan
– Mengajak klien untuk pada daerah nyeri
bercakap-cakap diteras - Kolaborasi dengan
dokter/puskesmas dalam
pemberian obat
1 08.30– Memberi minum obat : Diagnosa 1 :
– Captopril 1 tablet S : Klien mengatakan tidak
– HCT 1 tablet pusing lagi
10.00– Menganjurkaan klien untukO : TD : 140/90mmHg
beristirahat
10.05– Menganjurkan klieuntuk A : Masalah belum teratasi
meninggikan kepala saat tidur
(menyusun bantal) - Pantau TTV terutama
2 10.10– Memantau TTV : nadi tiap 4 jam
TD : 180/80mmHg R : 20x/m - Anjurkan klien untuk
N : 76 x/m mengurangi aktivitasnya
11.30– Menganjurkan klien untuk - Anjurkan klien untuk
mengurangi aktivitasnya seperti banyak beristirahat
berjalan - Beri lingkungan yang
3 11.45– Menganjurkan klien untuk nyaman saat klien
menggunakanalat bantu (tongkat beristirahat
saat berjalan) dan menggunakan- Atur posisi klien saat
sandal karet. tidur yaitu kepala lebih
– Membantu klien untuk tinggi dari kaki
beraktivitas (berjalan) - Anjurkan klien untuk
2 12.10– Memberi masase ringan tidak banyak berpikir
(usapan-usapan halus) pada - Anjurkan klie untuk
daerah nyeri yaitu sekitar lutut duduk diteras bersama
2 11.40 dan paha teman-teman seunit
– Membantu klien dalam untuk bercakap-cakap
1 13.30 beraktivitas (makan - Anjurkan klien untuk
– Memberi minum obat captopril banyak minum air putih
2 14.10 1 tablet 25mg dan HCT 1 tablet - Anjurkan klien untuk
– Memantau TTV : kontrol ke puskesmas
TD : 200/ 90 mmHg R : 20x/m
1 14.15 N : 76 x/m
– Menganjurkan klien istirahat
dan menganjurkan untuk tidak
1 banyak berpikir
– Meninggikan posisi kepala
klien pada waktu tidur
– Memberikan lingkungan yang
nyaman / tenang
– Menganjurkan klien untuk
16.30 banyak minum air putih
– Mengajak klien untuk melihat
pemandangan diluar wisma
17.00 (duduk diteras)
– Membantu klien untuk
17.15 beraktivitas (makan)
– Memberi kompres hangat pada
daerah nyeri (kaki kanan)
Kamis , 1 18.00– Memberi minum obat ; Tidak ada pegangan
1-05- captopril 1 tablet 25 mg HCT 1 A :
2014 1&2 19.00 tablet - Anjurkan klien untuk
– Memantau tanda-tanda vital berhati-hati dalam
TD : 140/80 mmHg berjalan/melakukan
N : 76 x/menit aktivitas
1 19.15 R : 20 x/menit - Anjurkan klien untuk
– Menganjurkan klien untuk selalu menggunakan
tidur dengan posisi kepala lebih tongkat dalam berjalan
1&2 tinggi dari kaki - Jelaskan tentang
– Menganjurkan klien untuk faktor-faktor yang
melakukan teknik teknik napas mempengaruhi resiko
dalam bila nyeri seperti yang cedera
2 sudah diajarkan - Bantu alam
– Mengajurkan klien untuk membersih-kan kamar
memberi masase ringan pada mandi/WC
3 daerah nyeri bila nyeri - Pantau dan kontrol
– Menganjurkan klien untuk keadaan lingkungan
berhati-hati dalam berjalan bla tempat tinggal
1&2 21.00 peri ke kamar mandi/WC
– Memantau TTV :
TD : 140/90 mmHg
N : 76 x/menit
3 21.00 R : 20 x/menit
– Memantau dan mengotrol
keadaan lingkungan wisma
– Lantai kamar mandi/WC licin
tidak ada pegangan penerangan
cukup
Jumat, 1&2 07.00– Memantau tanda-tanda vital
2-05- TD : 180/90 mmHg
2014 N : 76 x/menit
R : 20 x/menit
2 07.10– Memberi kompres hangat pada
daerah nyeri / bengkak yaitu
pada sekitar lutut dan paha
selama 10 menit
2 – Menganjurkan klien untuk
melakukan teknik relaksasi :
napas dalam bila nyeri
3 07.45– Membersihkan ruangan wisma
kamar mandi/WC
2 08.30– Membantu klien untuk mandi
1 08.45– Memberi pijatan halus (usapan
pada punggung dan leher klien
1&2 09.30– Mengantar klien ke puskesmas
untuk berobat
1 10.30– Menganjurkan klien untuk
istirahat