Disusun oleh:
JUDUL
PENELITI
LAMA PENELITIAN
Penelitian ini diperkirakan memerlukan waktu 1 bulan.
Kepala SMA Sw.Budi Mulia Peneliti
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat ,
ini.
Pelaksanaan penelitian ini dapat berjalan dengan lancar berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kepala SMA Sw.Budi Mulia yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
2. Para guru Kimia SMA Sw.Budi Mulia yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan
3. Para siswa kelas XI IPA-1 SMA Sw.Budi Mulia yang menjadi subjek penelitian ini dan
Semoga amal baik semua pihak diatas mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Pada laporan penelitian ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya kemampuan peneliti, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak
Pematangsiantar,
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
E. Manfaat Penelitian
F. Ruang Lingkup Penelitian
G. Definisi Istilah/Operasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keberhasilan Proses Belajar
B. Pembelajaran Kooperatif
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Sasaran Penelitian
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
D. Prosedur Penelitian
E. Data dan Sumber Data
F. Analisis Data
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Tahap Pendahuluan
B. Uraian Data Tindakan
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh
dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan
perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah dengan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan terprogram
mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan
administrasi dan informasi serta kualitas pembelajaran secara utuh. Dalam proses belajar
mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien
mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang
dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru dengan
menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode dan
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja,
tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses
pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama
yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan
Belajar Kimia memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah
memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka
siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan
inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa
memuaskan.
Hasil pengamatan guru (peneliti) menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas XI
IPA SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam
menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti
pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara klasikal rendah. Dari hasil
refleksi awal diperoleh data bahwa banyak siswa yang merasa tidak senang dengan metode yang
diterapkan guru selama ini. Mereka menginginkan adanya perubahan sehingga mereka merasa
tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dari refleksi awal didapat data sebagai berikut: sebanyak
58,06% (142 orang) siswa tidak senang dengan metode yang diterapkan selama ini dan
menginginkan adanya perubahan metode yang lebih menyenangkan. Sebanyak 64,51% (158
orang) siswa menyatakan tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa menilai bahwa
metode yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah yang
diperkirakan menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. lebih dari 50% siswa
mengatakan bahwa Kimia merupakan pelajaran yang sulit. Keadaan ini hendaknya segera
direspon secara positif dengan mencari alternatif model pembelajaran yang efektif, yang
membuat siswa mudah memahami materi Kimia. Guru sebagai fasilitator dituntut dapat
memodifikasi atau bahkan menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan
meningkatkan keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka
dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin memberikan suatu alternatif dalam
kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi
interaksi positif antarsiswa. Di samping itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam
lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru
adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang
muncul pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk
menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama,
kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa XI IPA SMA
Sw.Budi Mulia Pemtangsiantar pada mata Kimia .
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA
SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar pada mata Kimia dengan menggunakan pembelajaran
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar pada
E. Manfaat Penelitian
a. Guru
1. Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
b. Siswa
1. Menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka perlu
2. Variabel dalam penelitian ini mencakup variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
adalah prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar.
G. Definisi Istilah/Operasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka dibuat definisi beberapa istilah, sebagai berikut:
1. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru (Depdikbud, 1989:787). Prestasi belajar siswa pada penelitian ini
diukur dari hasil tes ulangan harian.
2. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang melatih siswa bekerja
sama dalam kelompok belajar (Ibrahim, 2000:1). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan
mengelompokkan siswa menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok
harus heterogen (Ibrahim, 2000:10).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keberhasilan Proses Belajar
Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer materi dan
mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses pencerdasan siswa, maka guru
harus berani bertindak dan mengemukakan ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong
tumbuhnya sikap kreatif siswa dan senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran
alternative. Di samping itu, guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-tekhnik atau metode mengajar (Soetardjo,
1998).
Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian manusia antara lain
pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini tidak
sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa di SLTA. Berdasarkan hasil studi intensif yang
dilakukan oleh Direktorat Dikmenum (1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran di SLTA
cendrung texbook oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga
motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cendrung menghafal (Rustana,
2002).
Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah
laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi
mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode yang tepat (Nur, 2000).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja,
tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses
pengajaran yang bermutu. Namun pada hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama
yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan
Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga metode, media dan
peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan membimbing siswa belajar.
tanggung jawab guru. Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap
penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
berbeda-beda.
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan
Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah
maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa
kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa
kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai
Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting dalam penerimaan yang luas terhadap
orang yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi
untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur
Tujuan penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama
dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana
banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung
John Dewey (1916) mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu
sistem sosial yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Di samping upaya
pemecahan masalah di dalam kelompok kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi melalui
interaksi hari ke hari satu sama lain. Hebert Thelan (1954, 1969) mengembangkan prosedur yang
lebih cepat untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok. Kelas haruslah merupakan
laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan
antarpribadi (Nur dkk., 2000).
Hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar
kelompok siswa dimana setiap minggu guru menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa
dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan atau melakukan diskusi. Secara individual
setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi
skor perkembangan (Ibrahim, 2000).
Pengetesan pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru meminta siswa menjawab kuis
tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif
tertulis (paper-and-pencil), sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes
itu diberikan. Laporan atau presensi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi
dan siswa hendaknya diberi penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan
di luar sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan konsep struktur penghargaan
kooperatif, adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok berupa hasil akhir
maupun perilaku kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas
penilaian ganda ini dapat menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari bagaimana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini termasuk dalam
jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian
yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu
terpecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak
untuk digeneralisasi. Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama
antara peneliti dengan guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti terlibat langsung dalam
B. Sasaran Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar kelas XI IPA dengan
jumlah siswa sebanyak 245 orang. Kelas XI IPA -1 menjadi pilihan karena penulis mengajar di
kelas ini dan prestasi belajar siswa tergolong rendah dibandingkan dengan kelas XI yang lain.
Dari hasil ulangan harian pertama diperoleh data bahwa siswa yang tuntas belajar hanya 15 siswa
(32,25%).
SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar. Pelaksanaan berlangsung pada bulan September 2017
D. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan pendekatan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian tindakan kelas, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat diutamakan, karena
peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana dan pembuat laporan.
Peneliti sebagai perencana tindakan artinya peneliti membuat perangkat pembelajaran
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Perlu diketahui bahwa yang mengajar atau melaksanakan
tindakan adalah peneliti sendiri, peneliti sebagai pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus
instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket, LKS dan
ulangan harian.
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian dianalisis. Perolehan data selama penelitian
Lembar kerja siswa digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam
Data hasil ulangan harian digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar,
a. Siswa secara individu telah mencapai skor minimal 65% dalam menyelesaikan
soal tes;
b. secara klasikal ada 85% siswa yang telah mencapai skor 65%.
Prestasi belajar siswa dikatakan baik jika telah menunjukkan adanya peningkatan hasil ulangan
BAB IV
A. Tahap Pendahuluan
Sebelum penelitian dimulai, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada
kelas XI IPA-1 selama proses pembelajaran. Untuk mendapatkan informasi yang lebih
mendalam, peneliti mengadakan diskusi secara khusus dengan guru-guru terutama guru Kimia .
Kemudian peneliti memberikan angket siswa sebagai refleksi awal yang akan digunakan sebagai
dasar untuk menentukan fokus masalah pada penelitian ini
Sebelum memaparkan hasil penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu akan disajikan data
hasil refleksi awal yang diperoleh dari angket siswa. Hasil refleksi awal tedapat pada Tabel 4.1.
Penilaian
No Aspek
Ya Tidak
1. Kimia merupakan pelajaran yang sulit 51,61% 48,39%
Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA-1 SMA Sw.Budi
Mulia Pematangsiantar menyatakan Kimia merupakan pelajaran yang sulit (51,61%) dan
51,61% siswa merasa tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa merasa jenuh
dengan metode mengajar yang selama ini diterapkan. Semua siswa (100%) menginginkan
adanya variasi model pembelajaran, dan siswa merasa kurang termotivasi untuk belajar dengan
metode yang selama ini diterapkan.
Peneliti menyiapkan data yang berupa nilai ulangan harian dari konsep sebelumnya. Dari
nilai ulangan harian, maka guru dan observer membagi siswa ke dalam kelompok belajar.
Pembentukan kelompok bertujuan untuk menciptakan masyarakat belajar atau siswa belajar
dalam kelompok-kelompok (Nurhadi dkk., 2004).
Setelah itu peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran siklus 1. Langkah yang
ditempuh dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut: menyusun rencana
pelajaran, membuat kartu soal), dan kunci jawaban Sesuai jadwal pembelajaran pada SMA
Sw.Budi Mulia Pemtangsiantar yang mengacu pada Kurikulum KTSP, pengumpulan data
dimulai bulan September 2017. Alokasi waktu untuk tiap jam pelajaran adalah 45 menit.
1. Siklus 1
Pada siklus 1 terdiri dari 2 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 1 terdiri
dari:
a. Rencana Tindakan
2. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti: media, alat
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terbagi menjadi 1 kali pertemuan.. yang
berlangsung selama 2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan
yang berupa guru membuka pelajaran dan mengecek pengetahuan awal siswa tentang Laju
Reaksi. Kegiatan pendahuluan ini berlangsung selama 10 menit.
Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar
kemudian membagikan LKS pada masing-masing kelompok dan meminta siswa membaca LKS
atau buku yang relevan. Pada saat pembentukan kelompok siswa agak ribut dan ramai. Guru
melakukan presentasi kelas dilanjutkan dengan tanya jawab dan meminta masing-masing
kelompok menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk mengerjakan dalam buku LKS. Ada
beberapa siswa yang kurang aktif dalam kelompok. Guru membimbing masing-masing
kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan Kegiatan 1 dan 2. Ada satu atau dua siswa pada
masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman
yang lain. Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan
meminta kelompok lain menanggapinya. Guru meminta masing-masing kelompok
mengumpulkan hasil kerjanya. Kemudian silanjutkan ssdengan post test. Kegiatan inti
berlangsung selama 70 menit.
Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan
mengadakan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan. Guru memberi
tugas untuk dikerjakan dirumah. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10 menit.
c. Observasi
Pengamatan dan penilaian terhadap siswa dilakukan oleh peneliti. Pada siklus 1 ini tidak
semua siswa antusias mengikuti pelajaran. Hasil ulangan harian siswa juga belum menunjukkan
hasil yang cukup memuaskan. Ketuntasan klasikal mencapai 54,83% dengan rata-rata 64,61.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus 1, ada beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya.
Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil dengan baik
dan memenuhi seluruh aspek pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil observasi ada
beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan pembelajaran antara lain: guru kurang
memotivasi siswa dalam belajar dan kurang membimbing seluruh kelompok dalam kegiatan
kelompok sehingga tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok. Untuk mengatasi hal
tersebut peneliti dan observer saling memberi masukan agar pada siklus berikutnya guru tampil
dengan lebih baik. Guru harus berusaha memberi bimbingan yang merata pada semua kelompok
sehingga tidak ada kelompok yang merasa tidak diperhatikan dan semua siswa terlibat secara
aktif dalam pembelajaran.
Dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran ada hal yang perlu diperbaiki untuk
rencana tindakan pada siklus berikutnya yaitu dalam kelompok kooperatif, tidak semua siswa
aktif mengerjakan kegiatan dalam LKS, terutama pada pertemuan pertama. Ada satu atau dua
siswa pada masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh
teman yang lain. Untuk mengantisipasi agar hal ini tidak terulang pada siklus berikutnya maka
bimbingan guru harus menyeluruh pada semua kelompok dan diharapkan terjadi pembagian
tugas yang merata antaranggota kelompok.
2. Siklus 2
Pada siklus 2 terdiri dari 3 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 2 terdiri dari:
a. Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, maka rencana tindakan pada siklus 2 adalah sebagai
berikut:
2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa: kartu soal ulangan harian, kunci jawaban
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 terbagi menjadi 1 kali pertemuan. yang berlangsung
selama 2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berupa
guru mengecek pengetahuan awal siswa tentang cara menentukan konsentrasi larutan. Guru
menulis tujuan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 10 menit.
Pada kegiatan inti guru meminta siswa berada dalam kelompoknya masing-masing.
Siswa tertib dan tidak begitu ramai. Guru meminta siswa melakukan percobaan dalam kelompok.
Guru mengingatkan kembali pada siswa bahwa saat kerja kelompok, semua siswa dalam
kelompok harus saling bekerja sama. Begitu juga saat kegiatan diskusi kelompok dan diskusi
kelas agar semua siswa terlibat secara aktif, baik dalam mengajukan pertanyaan maupun
jawaban. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan kegiatan percobaan tersebut dan berusaha
membimbing semua kelompok. Semua siswa dalam kelompok saling bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas.
Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan
kelompok lain menanggapinya. Dilanjutkan dengan test akhir secara individu. Kegiatan inti
berlangsung selama 70 menit.
Pada kegiatan penutup guru. bersama dengan siswa membuat kesimpulan, kemudian
memberikan tugas berupa laporan praktikum. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10
menit.
c. Observasi
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes kognitif selama siklus 2 berlangsung, diperoleh data
bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil ulangan harian meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Ulangan Harian pada Siklus 1 dan 2
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan, sebagai berikut:
1. Pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas XI IPA -1 SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar.
2. Peningkatan prestasi belajar yang diperoleh adalah sebanyak 19,32% untuk ketuntasan
klasikal dan 6,81 untuk rata-rata kelas.
B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini, antara lain:
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai alternatif untuk melakukan
inovasi pembelajaran di kelas.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe paling sederhana. Untuk itu
pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan dengan menggunakan tipe-tipe lain yang
sesuai.
3. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bisa dikembangkan alat penghargaan
yang lain yang lebih menarik.