Anda di halaman 1dari 27

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA XI IPA


SMA BUDI MULIA PADA MATA PELAJARAN KIMIA
POKOK BAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA

Disusun oleh:

Nama       : Norasni Sigiro

PEMERINTAH KOTAMADYA PEMATANGSIANTAR


DINAS PENDIDIKAN
SMA BUDI MULIA PEMATANGSIANTAR
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI


BELAJAR SISWA XI IPA SMA Sw. BUDI MULIA PEMATANGSIANTAR PADA MATA
PELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA

PENELITI

Peneliti                         : Norasni Sigiro


Jenis Kelamin : Perempuan
Mata Pelajaran : Kimia
Asal Sekolah                        : SMA Swasta Budi Mulia Pematangsiantar

           

LAMA PENELITIAN
Penelitian ini diperkirakan memerlukan waktu 1 bulan.

   
Kepala SMA Sw.Budi Mulia           Peneliti

J. Simamora, S.P. Norasni Sigiro


Kata Pengantar

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat ,

kebijaksanaan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian hingga menyelesaikan laporan

ini.

Pelaksanaan penelitian ini dapat berjalan dengan lancar berkat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Kepala SMA Sw.Budi Mulia yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

mengadakan penelitian ini.

2. Para guru Kimia SMA Sw.Budi Mulia yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan

tindakan penelitian ini

3. Para siswa kelas XI IPA-1 SMA Sw.Budi Mulia yang menjadi subjek penelitian ini dan

berpartisipasi aktif selama pelaksanaan tindakan.

4. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini

Semoga amal baik semua pihak diatas mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Pada laporan penelitian ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan

karena terbatasnya kemampuan peneliti, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak

sangat peneliti harapkan, guna perbaikan kemudian

                                                                                   

Pematangsiantar,   
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B.  Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
E. Manfaat Penelitian
F. Ruang Lingkup Penelitian
G. Definisi Istilah/Operasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keberhasilan Proses Belajar
B.  Pembelajaran Kooperatif
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Sasaran Penelitian
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
D. Prosedur Penelitian
E. Data dan Sumber Data
F. Analisis Data
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Tahap Pendahuluan
B. Uraian Data Tindakan
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh

dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan

perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah dengan

memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan terprogram

mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan

administrasi dan informasi serta kualitas pembelajaran secara utuh. Dalam proses belajar

mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien

mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah

harus menguasai teknik-teknik  atau metode mengajar.

Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang

dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru dengan

menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode dan

pendekatan yang tepat.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja,

tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses

pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama
yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan

yang sangat mempengaruhi pendidikan.

Belajar Kimia  memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah

memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka

siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan

inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa

memuaskan. 

Hasil pengamatan guru (peneliti) menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas XI

IPA SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar  terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam

menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti

pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara klasikal rendah. Dari hasil

refleksi awal diperoleh data bahwa banyak siswa yang merasa tidak senang dengan metode yang

diterapkan guru selama ini. Mereka menginginkan adanya perubahan sehingga mereka merasa

tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dari refleksi awal didapat data  sebagai berikut: sebanyak

58,06% (142 orang) siswa tidak senang dengan metode yang diterapkan selama ini dan

menginginkan adanya perubahan metode yang lebih menyenangkan. Sebanyak 64,51% (158

orang) siswa menyatakan tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa menilai bahwa

metode yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah yang

diperkirakan menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. lebih dari 50% siswa

mengatakan bahwa Kimia  merupakan pelajaran yang sulit. Keadaan ini hendaknya segera

direspon secara positif dengan mencari alternatif model pembelajaran yang efektif, yang

membuat siswa mudah memahami materi Kimia. Guru sebagai fasilitator dituntut dapat

memodifikasi atau bahkan menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan
meningkatkan keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka

dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang

benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning).

 Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin memberikan suatu alternatif dalam

mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah dengan pengelolaan pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi

interaksi positif antarsiswa. Di samping itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam

lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru

adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang

muncul pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat

memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang

bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student  Team

Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama,

kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa XI IPA SMA
Sw.Budi Mulia Pemtangsiantar pada mata Kimia .

C. Tujuan Penelitian

            Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA

SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar pada mata Kimia  dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif  tipe STAD.

D. Hipotesis Tindakan

            Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar pada

mata Kimia .                                                                                                        

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya bagi:

a. Guru
1. Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif  tipe
STAD.

2. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada pokok bahasan yang lain.

b. Siswa
1. Menumbuhkan motivasi belajar siswa.

2. Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3. Melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain.


c. Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas

F. Ruang Lingkup Penelitian

            Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka perlu

dikemukakan ruang lingkup sebagai berikut:

1. Penelitian dilaksanakan pada pokok bahasan garis dan sudut

2. Variabel dalam penelitian ini mencakup variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

bebasnya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan variabel terikatnya

adalah prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar.

G. Definisi Istilah/Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka dibuat definisi beberapa istilah, sebagai berikut:
1. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru (Depdikbud, 1989:787). Prestasi belajar siswa pada penelitian ini
diukur dari hasil tes ulangan harian.
2. Pembelajaran Kooperatif  adalah suatu model pembelajaran yang melatih siswa bekerja
sama dalam kelompok belajar (Ibrahim, 2000:1). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan
mengelompokkan siswa menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok
harus heterogen (Ibrahim, 2000:10).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A.    Keberhasilan Proses Belajar

Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer materi dan

mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses pencerdasan siswa, maka guru

harus berani bertindak dan mengemukakan ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong

tumbuhnya sikap kreatif siswa dan senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran

alternative. Di samping itu, guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis

mengembangkan diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.

Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-tekhnik  atau metode mengajar (Soetardjo,
1998).
Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian manusia antara lain
pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini tidak
sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa di SLTA. Berdasarkan hasil studi intensif yang
dilakukan oleh Direktorat Dikmenum (1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran di SLTA
cendrung texbook oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga
motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cendrung menghafal (Rustana,
2002).
Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah

laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi

mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode yang tepat (Nur, 2000).

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja,

tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses

pengajaran yang bermutu. Namun pada hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama
yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan

yang sangat mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).

Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi pembelajaran.

Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga metode, media dan

peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan membimbing siswa belajar.

Penyusunan informasi, pilihan strategi pengajaran, menentukan lingkungan pengajaran menjadi

tanggung jawab guru. Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap

baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.

Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan cara

penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan

informasi itu (Wartono, 2004).

B.  Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam


kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi
penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara lain: (1) siswa
dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”,
(2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka
sendiri, (3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan
yang sama, (4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, (7) siswa
akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif dapat memiliki

ciri-ciri sebagai berikut (Ibrahim, 2000):

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin

berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

2.Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan

pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur

penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan

perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah

maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa

kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa

kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai

tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam.

Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting dalam penerimaan yang luas terhadap

orang yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi
untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur

penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Tujuan penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama

dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana

banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung

satu sama lain (Ibrahim, 2000).

3. Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6 langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan


guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti
dengan penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap
ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama
mereka.
Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa
yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
individu. Secara singkat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif  nampak pada Tabel
2.1 berikut (Corebima dkk., 2002):

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
Menyampaikan tujuan dan pada pelajaran tersebut yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
memotivasi siswa dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
Menyajikan informasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
Mengorganisasikan siswa kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
Ke dalam kelompok- transisi secara efisien.
kelompok belajar
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
Membimbing kelompok mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
Evaluasi dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun
Memberikan penghargaan hasil belajar individu dan kelompok.

4. Landasan Teori dan Empirik

John Dewey (1916) mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu
sistem sosial yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Di samping upaya
pemecahan masalah di dalam kelompok kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi melalui
interaksi hari ke hari satu sama lain. Hebert Thelan (1954, 1969) mengembangkan prosedur yang
lebih cepat untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok. Kelas haruslah merupakan
laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan
antarpribadi (Nur dkk., 2000).
Hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan

hasil belajar yang rendah, antara lain (Nur dkk., 2000):

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas


2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
3. Memperbaiki kehadiran
4. Angka putus sekolah menjadi rendah
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
6. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
7. Konflik antarpribadi berkurang
8. Sikap apatis berkurang
9. Pemahaman yang lebih mendalam
10. Motivasi lebih besar
11. Hasil belajar lebih tinggi
12. Retensi lebih lama
13. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

B.     Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


STAD (student Teams Achievement Division) merupakan pendekatan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar

kelompok siswa dimana setiap minggu guru menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa
dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap

kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,

memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan atau melakukan diskusi. Secara individual
setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi
skor perkembangan (Ibrahim, 2000).
Pengetesan  pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru meminta siswa menjawab kuis

tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif

tertulis (paper-and-pencil), sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes

itu diberikan. Laporan atau presensi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi

dan siswa hendaknya diberi penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan

di luar sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan konsep struktur penghargaan

kooperatif, adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok berupa hasil akhir

maupun perilaku kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas

penilaian ganda ini dapat menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual

untuk suatu hasil kelompok (Corebima dkk., 2002).

BAB III

METODE PENELITIAN

 
A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari bagaimana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini termasuk dalam

jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian

yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu

terpecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak

untuk digeneralisasi. Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama

antara peneliti dengan guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti terlibat langsung dalam

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

B. Sasaran Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar kelas XI IPA dengan
jumlah siswa sebanyak 245 orang. Kelas XI IPA -1 menjadi pilihan karena penulis mengajar di
kelas ini dan prestasi belajar siswa tergolong rendah dibandingkan dengan kelas XI yang lain.
Dari hasil ulangan harian pertama diperoleh data bahwa siswa yang tuntas belajar hanya 15 siswa
(32,25%). 

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


 Pelaksanaan penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 di kelas XI IPA1

SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar. Pelaksanaan berlangsung pada bulan  September 2017

selama 8 jam pelajaran. Tiap jam pelajaran berlangsung selama 45 menit.

D. Prosedur Penelitian
            Sesuai dengan pendekatan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian tindakan kelas, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat diutamakan, karena
peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana dan pembuat laporan.
Peneliti sebagai perencana tindakan artinya peneliti membuat perangkat pembelajaran

sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Perlu diketahui bahwa yang mengajar atau melaksanakan

tindakan adalah peneliti sendiri, peneliti sebagai pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus

pembuat laporan hasil penelitian.   

E. Data dan Sumber Data


Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil ulangan harian siswa pada setiap
akhir siklus, dan data pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sumber data adalah
seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu kelas XI IPA-1  yang berjumlah 48 orang
merupakan sumber data secara klasikal.
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan

instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket, LKS dan

ulangan harian.

H. Analisis Data

Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian dianalisis. Perolehan data selama penelitian

akan dianalisis sebagai berikut:

1. Lembar kerja siswa (LKS)

Lembar kerja siswa digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam

menyelesaikan permasalahan dalam kelompok

2. Analisis hasil ulangan harian

Data hasil ulangan harian digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar,

dengan ketentuan sebagai berikut (Depdikbud, 1994): 

a. Siswa secara individu telah mencapai skor minimal 65% dalam menyelesaikan

soal tes;

b. secara klasikal ada 85% siswa yang telah mencapai skor 65%.
Prestasi  belajar siswa dikatakan baik jika telah menunjukkan adanya peningkatan hasil ulangan

harian dari siklus 1 ke siklus berikutnya.

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Tahap Pendahuluan
Sebelum penelitian dimulai, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada
kelas XI IPA-1 selama proses pembelajaran. Untuk mendapatkan informasi yang lebih
mendalam, peneliti mengadakan diskusi secara khusus dengan guru-guru terutama guru Kimia .
Kemudian peneliti memberikan angket siswa sebagai refleksi awal yang akan digunakan sebagai
dasar untuk menentukan fokus masalah pada penelitian ini
Sebelum memaparkan hasil  penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu akan disajikan data
hasil refleksi awal yang diperoleh dari angket siswa. Hasil refleksi awal tedapat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Angket Siswa sebagai Refleksi Awal

Penilaian
No Aspek
Ya Tidak
1. Kimia  merupakan pelajaran yang sulit 51,61% 48,39%

2. Guru pernah menggunakan model pembelajaran30% 70%


kooperatif
3. Anda merasa senang dengan metode yang diterapkan58,06% 41,94%
oleh guru anda selama ini
4. Anda merasa termotivasi untuk belajar saat guru anda51,61% 48,39%
mengajar
5. Anda menginginkan adanya model pembelajaran yang100% 0%
baru
6. Apakah anda puas dengan hasil ulangan harian yang51,61% 48,39%
anda peroleh

Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA-1 SMA Sw.Budi
Mulia Pematangsiantar menyatakan Kimia  merupakan pelajaran yang sulit (51,61%) dan
51,61% siswa merasa tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa merasa jenuh
dengan metode mengajar yang selama ini diterapkan. Semua siswa (100%) menginginkan
adanya variasi model pembelajaran, dan siswa merasa kurang termotivasi untuk belajar dengan
metode yang selama ini diterapkan.
Peneliti menyiapkan data yang berupa nilai ulangan harian dari konsep sebelumnya. Dari
nilai ulangan harian, maka guru dan observer membagi siswa ke dalam kelompok belajar.
Pembentukan kelompok bertujuan untuk menciptakan masyarakat belajar atau siswa belajar
dalam kelompok-kelompok (Nurhadi dkk., 2004).
Setelah itu peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran siklus 1. Langkah yang

ditempuh dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:  menyusun rencana

pelajaran, membuat kartu soal), dan kunci jawaban Sesuai jadwal pembelajaran pada SMA

Sw.Budi Mulia Pemtangsiantar  yang mengacu pada Kurikulum KTSP, pengumpulan data

dimulai bulan September 2017. Alokasi waktu  untuk tiap jam pelajaran adalah 45 menit.

B. Uraian Data Tindakan

1. Siklus 1

Pada siklus 1 terdiri dari 2 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 1 terdiri

dari:

a. Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelajaran  (RP), dan instrumen

penelitian seperti lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif  tipe STAD,

kartu soal, dan kunci jawaban.

2. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti: media, alat

tulis, dan kertas. 

b. Pelaksanaan Tindakan

            Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terbagi menjadi 1 kali pertemuan.. yang
berlangsung selama 2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan
yang berupa guru membuka pelajaran dan mengecek pengetahuan awal siswa tentang Laju
Reaksi. Kegiatan pendahuluan ini berlangsung selama 10 menit.
            Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar
kemudian membagikan LKS pada masing-masing kelompok dan meminta siswa membaca LKS
atau buku yang relevan. Pada saat pembentukan kelompok siswa agak ribut dan ramai. Guru
melakukan presentasi kelas dilanjutkan dengan tanya jawab dan meminta masing-masing
kelompok menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk mengerjakan dalam buku LKS. Ada
beberapa siswa yang kurang aktif dalam kelompok. Guru membimbing masing-masing
kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan Kegiatan 1 dan 2. Ada satu atau dua siswa pada
masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman
yang lain. Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan
meminta kelompok lain menanggapinya. Guru meminta masing-masing kelompok
mengumpulkan hasil kerjanya. Kemudian silanjutkan ssdengan post test. Kegiatan inti
berlangsung selama 70 menit.
            Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan
mengadakan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan. Guru memberi
tugas untuk dikerjakan dirumah. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10 menit.

c. Observasi
Pengamatan dan penilaian terhadap siswa dilakukan oleh peneliti. Pada siklus 1 ini tidak
semua siswa antusias mengikuti pelajaran. Hasil ulangan harian siswa juga belum menunjukkan
hasil yang cukup memuaskan. Ketuntasan klasikal mencapai 54,83% dengan rata-rata 64,61.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus 1, ada beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya.
Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil dengan baik
dan memenuhi seluruh aspek pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil observasi ada
beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan pembelajaran antara lain: guru kurang
memotivasi siswa dalam belajar dan kurang membimbing seluruh kelompok dalam kegiatan
kelompok sehingga tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok. Untuk mengatasi hal
tersebut peneliti dan observer saling memberi masukan agar pada siklus berikutnya guru tampil
dengan lebih baik. Guru harus berusaha memberi bimbingan yang merata pada semua kelompok
sehingga tidak ada kelompok yang merasa tidak diperhatikan dan semua siswa terlibat secara
aktif dalam pembelajaran.
Dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran ada hal yang perlu diperbaiki untuk
rencana tindakan pada siklus berikutnya yaitu dalam kelompok kooperatif, tidak semua siswa
aktif mengerjakan kegiatan dalam LKS, terutama pada pertemuan pertama. Ada satu atau dua
siswa pada masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh
teman yang lain. Untuk mengantisipasi agar hal ini tidak terulang pada siklus berikutnya maka
bimbingan guru harus menyeluruh pada semua kelompok dan diharapkan terjadi pembagian
tugas yang merata antaranggota kelompok. 

2. Siklus 2

Pada siklus 2 terdiri dari 3 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 2 terdiri dari:

a. Rencana Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, maka rencana tindakan pada siklus 2 adalah sebagai

berikut:

1. Menyusun  rencana pelajaran  .

2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa: kartu soal ulangan harian, kunci jawaban

3. Menyiapkan media pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 terbagi menjadi 1 kali pertemuan. yang berlangsung
selama 2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berupa
guru mengecek pengetahuan awal siswa tentang cara menentukan konsentrasi larutan. Guru
menulis  tujuan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 10 menit.
Pada kegiatan inti guru meminta siswa berada dalam kelompoknya masing-masing.
Siswa tertib dan tidak begitu ramai. Guru meminta siswa melakukan percobaan dalam kelompok.
Guru mengingatkan kembali pada siswa bahwa saat kerja kelompok, semua siswa dalam
kelompok harus saling bekerja sama. Begitu juga saat kegiatan diskusi kelompok dan diskusi
kelas agar semua siswa terlibat secara aktif, baik dalam mengajukan pertanyaan maupun
jawaban. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan kegiatan percobaan tersebut dan berusaha
membimbing semua kelompok. Semua siswa dalam kelompok saling bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas.
Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan
kelompok lain menanggapinya. Dilanjutkan dengan test akhir secara individu.  Kegiatan inti
berlangsung selama 70 menit.
Pada kegiatan penutup guru. bersama dengan siswa membuat kesimpulan, kemudian 
memberikan tugas berupa laporan praktikum. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10
menit.

c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan pengamatan dan penilaian terhadap


siswa.. Dalam kegiatan pembelajaran, guru telah memenuhi seluruh aspek  pembelajaran
kooperatif. Hal ini terjadi karena guru telah mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
Guru telah melakukan bimbingan yang menyeluruh pada semua kelompok. Hasil ulangan harian
mencapai rata-rata 71,42 dengan ketuntasan klasikal 74,19%.

d. Refleksi
            Berdasarkan hasil observasi dan tes kognitif  selama siklus 2 berlangsung, diperoleh data
bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Hasil ulangan harian  meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 4.2 berikut.

  Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Ulangan Harian  pada Siklus 1 dan 2
  

BAB V

PEMBAHASAN

Pengelolaan Pembelajaran kooperatif pada siklus 1 belum sepenuhnya berjalan dengan


baik. Terlihat siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif. Siswa belum memahami
tugas mereka dalam pembelajaran kooperatif ini. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan
bimbingan guru sehingga sebagian besar siswa bersifat pasif. Hanya sebagian kecil saja siswa
yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat
diskusi kelas. Alokasi waktu yang tersedia pada rencana pembelajaran tidak tercapai dengan
tepat, dimana guru kurang melakukan transisi efisiensi pada saat membentuk kelompok sehingga
waktu yang tersedia tidak cukup.
Pada siklus 2 guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan cukup baik dan siswa
nampak sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran kooperatif. Guru telah mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa dan bimbingan guru merata pada semua siswa. Hanya
sebagian kecil saja siswa yang terlihat pasif dalam kegiatan pembelajaran baik pada saat kerja
kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Pengaturan  waktu sudah sangat baik sehingga KBM
berjalan sesuai skenario. Pada siklus 2 ini guru telah mampu mengatasi segala hal yang
menghambat kegiatan belajar mengajar  dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada beberapa
aspek yang dirasa masih kurang. Secara  keseluruhan kegiatan pembelajaran kooperatif
berlangsung baik sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan kegiatan pembelajaran
berlangsung secara efektif.
Pada data hasil ulangan harian meningkat dari siklus 1 ke siklus 2, baik dari persentase
ketuntasan klasikal maupun rata-rata kelas. Kenaikan tersebut sebanyak 19,32% untuk
ketuntasan klasikal dan 6,81 untuk rata-rata kelas. Adanya peningkatan tersebut disebabkan
pengelolaan pembelajaran kooperatif telah berlangsung secara efektif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ibrahim (2000), bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-
konsep sulit dan struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Didukung oleh
pendapat Nur dkk. (2000) bahwa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil
belajar yang rendah, antara lain meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri
menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan
terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil,
konflik antarpribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih mendalam,
motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama dan meningkatkan kebaikan
budi, kepekaan, dan toleransi.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan
dan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa kelas XI IPA-1 SMA
Sw.Budi Mulia Pematangsiantar meningkat. Terutama adanya penghargaan yang diberikan guru
pada kelompok terbaik. Pemberian penghargaan ini telah memunculkan efek positif pada siswa.
siswa semakin antusias untuk belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Nur (2001) bahwa salah
satu cara memunculkan motivasi pada siswa adalah menonjolkan hal yang positif, dengan
mengetahui kekuatan-kekuatan siswa dan menggunakan kekuatan itu sebagai bahan dasar untuk
membangun.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan, sebagai berikut:
1. Pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas XI IPA -1 SMA Sw.Budi Mulia Pematangsiantar.
2. Peningkatan prestasi belajar yang diperoleh adalah sebanyak 19,32% untuk ketuntasan
klasikal dan 6,81 untuk rata-rata kelas.
B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini, antara lain:
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai alternatif untuk melakukan
inovasi pembelajaran di kelas.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe paling sederhana. Untuk itu
pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan dengan menggunakan tipe-tipe  lain yang
sesuai.
3. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bisa dikembangkan alat penghargaan
yang lain yang lebih menarik.

Anda mungkin juga menyukai