Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Teknik PW K Volume 4 Nomor 1 2015

Online : http: //ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk


__________________________________________________________________________________________________________________

KAJIAN KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN GAYAMSARI KOTA SEMARANG

Ranella Deliana¹ dan Bitta Pigawati²


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email : delianaranella@gmail.com

Abstrak: Permukiman kumuh merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah sebagai
akibat dari urbanisasi. Munculnya permukiman kumuh di bantaran sungai ini disebabkan karena kurangnya
lahan untuk bermukim dan mahalnya harga lahan di p erkotaan. Dampak da ri adanya permukiman kumuh di
kawasan bantaran sungai adalah merusak keindahan kota dan disfungsi sungai. Seperti pada kawasan
bantaran sungai Banjir Kanal Timur Kota Semarang dan sungai-sungai lainnya yang melewa ti Kecamatan
Gayamsari sudah terbentuk menjadi kawasan permukiman yang seharusnya tidak diperuntukkan sebagai
kawasan permukiman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik permukiman kumuh di
Kecamatan Gayamsari Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantita tif. Teknik analisis
yang digunakan adalah deskriptif, spasial dan deskrip tif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
permukiman kumuh di Kecamatan Gayamsari Kota Sema rang memperlihatkan kualitas bangunan yang rendah
dilihat dari banyaknya jenis bangunan semi perman en dan non permanen. Dilihat da ri prasa rananya kondisi air
bersih baik, kondisi drainase, sanitasi dan persampahan buruk, kondisi jalan buruk pada kawasan bantaran
namun pada kawasan non bantaran kondisi jalan baik. Tingkat pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk,
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan rendah, sebagian besar ma ta pencaharian sebagai buruh dan
pedagang. Pada kawasan bantaran sungai rumah belum bersertifika t dan merupakan lahan irigasi. Dari hasil
analisis tersebut, maka reko mendasi yang dapat diberikan yaitu memberikan peringatan dengan kebijakan
yang ada bagi rumah yang terdapat di kawasan bantaran su ngai yang menggunakan lahan irigasi dan belum
bersertifikat, merevitalisasi dan mengoptimalkan prasa rana yang kurang memadai.

Kata kunci: Permukiman, Permukiman Kumuh, Permukiman liar, Keca matan Gayamsari

Abstract: Slum settlement is one of the problems fa ced by the govern ment as a consequ ence of
urbanization.The emergence of slum settlemen t along the river it is because of lack of land to live and high price
of land in urban.The impact of the presence of th e slu m settlement in the a rea along the river ba nk is
destructive beauty of the city and river dysfunction. As in the area along the river bank east canal flood of
semarang city and other rivers that passes Keca matan Gayamsa ri had been formed into resid ential co mpound
that should not designated as residential co mpound. The pu rpose of this resea rch is to assess the cha racteristics
of slum settlement in Kecamatan Gayamsa ri semarang city. Research method used is quantitative. Analysis
technique used is descriptive, spatial and descrip tive quantitative. The result showed that slum settlemen t in
Kecamatan Gayamsari Semarang City shows the quality of constru ction is low seen fro m the number a kind of
semi-permanent buildings and non perman ent. The condition can be seen fro m th e infrastructure, both clean
water the drainage, bad sanitation, and waste the bad condition of the road along the banks of the conditions
in the area better. The rate of population growth, the population density, the low in come level, educa tion, and
pencaharian as the eyes of a majority of wo rkers and traders. On the banks of th e river is land and irrigation has
certified.Fro m the results of the analysis, the reco mmendation that can be given a warning that is given to a
policy that is found in land use the riverbank or not, certified irriga tion revitalize and to optimize inadequate
infrastructure.

Keywords: Settlement, Slu m Settlements, Illegal Settlements, Keca matan Gayamsari

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 118


Identifik asi Karak teristik Permukiman Kumuh Lingk ungan R anella D eliana
Bantaran Sungai di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

PENDAHULUAN
Meningkatnya jumlah penduduk di Februari 2005). Jika dibandingkan dengan
perkotaan mendesak terpenuhinya akan saat ini jumlah permukimah kumuh di Kota
kebutuhan permukiman layak huni. Namun Semarang dapat dipastikan sudah meningkat
ketidakmampuan ekonomi penduduk dari tahun ke tahun.
mengharuskan mereka tinggal di Permukiman kumuh di Kota
permukiman yang jauh dari kata layak huni Semarang dapat ditemukan di berbagai
dan mencari alternatif lahan seperti di lokasi seperti terdapat pada lokasi yang
bantaran sungai, dengan status kepemilikan dekat dengan perdagangan dan jasa,
lahan yang tidak jelas atau liar. Tetapi, industri. Penduduk yang bermigrasi ke Kota
ketersediaan sarana dan prasarana yang Semarang memilih lokasi yang dekat dengan
lengkap di pusat kota yang menimbulkan tempat kerja mereka, termasuk permukiman
daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk kumuh yang terbentuk di kawasan bantaran
bermukim di kawasan tersebut tanpa sungai Banjir Kanal Timur Kota Semarang
diimbangi dengan keterampilan yang cukup dan sungai-sungai lainnya. Sungai Banjir
dan tingkat penghasilan yang tidak begitu Kanal Timur dan sungai-sungai lainnya
tinggi. Kemudian mereka mencari tempat tersebut melewati wilayah Kecamatan
tinggal seadanya, tidak memperhatikan Gayamsari Kota Semarang dan tidak
status lahan yang digunakan. diperuntukkan sebagai kawasan
Perkembangan perkotaan yang permukiman dan merupakan permukiman
begitu pesat di pusat perdagangan, industri, liar. Penduduk yang menghuni permukiman
dan jasa mengakibatkan kebutuhan akan di bantaran sungai tersebut kebanyakan
lahan semakin meningkat. Kebutuhan akan merupakan pendatang yang memilih
tempat tinggal tidak sebanding dengan bantaran sungai sebagai tempat tinggal
jumlah penduduk yang semakin meningkat mereka. Tidak hanya pada bantaran sungai,
serta terbatasnya lahan permukiman yang permukiman kumuh juga terbentuk pada
juga menjadi salah satu faktor terbentuknya kawasan non bantaran di Kecamatan
permukiman kumuh. Hal tersebut terjadi Gayamsari karena bencana banjir rob.
pada kota- kota besar di Indonesia seperti Permukiman kumuh di Kecamatan
halnya di Kota Semarang. Gayamsari tersebut memberikan kontribusi
Seperti pada kota-kota besar terhadap semakin meningkatnya jumlah
lainnya, Kota Semarang juga terdapat permukiman kumuh di Kota Semarang dan
berbagai lokasi permukiman kumuh. Sebagai mengurangi nilai estetika perkotaan.
kota besar yang merupakan ibukota provinsi Permukiman kumuh dapat dilihat
Jawa Tengah menjadikan kota Semarang berdasarkan kondisi fisik, sosial dan
sebagai daerah tujuan kaum urban dari ekonominya dan dapat dipastikan kondisi
daerah-daerah hinterlandnya. Hal ini fisiknya tidak sesuai dengan standar rumah
menyebabkan berbagai permasalahan yang layak huni serta kondisi sosial ekonomi
perkotaan salah satunya yaitu timbulnya yang tidak mendukung sehingga
permukiman kumuh di perkotaan. ketidakmampuan akan memiliki rumah yang
Lingkungan permukiman kumuh yang ada di sesuai dengan standar dan layak huni
Kota Semarang memperlihatkan kondisi termasuk permukiman kumuh yang terdapat
kualitas lingkungan yang semakin menurun. di bantaran sungai. Dari kondisi fisik kita
Kota Semarang masih terdapat cukup dapat melihat dari bagaimana kualitas
banyak permukiman kumuh dan liar. Jumlah bangunannya, kepadatan bangunan, status
permukiman kumuh saat ini merebak di legalitas lahan dan kondisi prasarana.
puluhan titik lokasi. Jika pada tahun 1963 Sedangkan dari kondisi sosial ekonomi dapat
terdapat 21 lokasi permukiman kumuh dilihat dari bagaimana kepadatan
(slums and squatters), data penelitian tahun penduduknya, mata pencaharian penduduk,
2002 menunjukkan jumlah itu meningkat tingkat pendidikan penduduk, tingkat
menjadi 42 lokasi (Suara Merdeka, 7 pendapatan penduduk, status kepemilikan

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 119


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

bangunan, serta tingkat pertumbuhan Kelurahan Sawah Besar, Kelurahan Kaligawe


penduduk. Melalui aspek-aspek tersebut dan Kelurahan Tambakrejo. Namun, yang
akan diidentifikasi karakteristik permukiman menjadi wilayah penelitian adalah wilayah
kumuh di Kecamatan Gayamsari. Identifikasi yang terdapat kawasan permukiman kumuh
dimaksudkan agar diketahui apa saja yaitu 6 Kelurahan dengan luas wilayah 5,28
karakteristik permukiman kumuh baik di km2 yang meliputi Kelurahan Pandean
kawasan bantaran sungai maupun kawasan Lamper, Kelurahan Siwalan, Kelurahan
non bantaran sungai sehingga dapat menjadi Sambirejo, Kelurahan Sawah Besar,
arahan bagi pemerintah dalam membuat Kelurahan Kaligawe dan Kelurahan
rumusan-rumusan usaha penanganan Tambakrejo. Dapat dilihat pada gambar 1
kawasan permukiman kumuh di perkotaan. merupakan peta administrasi wilayah
Dengan memperhatikan penelitian di Kecamatan Gayamsari.
permasalahan permukiman kumuh di
PETA ADMINISTRASI KECAMATAN GAYAMSARI
Kecamatan Gayamsari Kota Semarang
tersebut, maka hal tersebut menjadi
rumusan masalah dan penelitian ini
dilakukan dengan pertanyaan penelitiannya
yaitu untuk mengetahui:“Bagaimana
Karakteristik Permukiman Kumuh di
Kecamatan Gayamsari Kota Semarang?”
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji karakteristik permukiman kumuh
di Kecamatan Gayamsari Kota Semarang.
Adapun sasaran nya yaitu: mengidentifikasi
kondisi Kecamatan Gayamsari, menganalisis
penggunaan lahan permukiman,
menganalisis permukiman kumuh,
menganalisis karakteristik permukiman
kumuh di Kecamatan Gayamsari
berdasarkan kondisi fisik, menganalisis
karakteristik permukiman kumuh di
Kecamatan Gayamsari berdasarkan kondisi
sosial ekonomi.
Ruang lingkup wilayah penelitian ini
Sumber: Bappeda, 2010
adalah Kecamatan Gayamsari yang
merupakan salah satu kecamatan di Kota Gambar 1
Semarang dengan luas wilayah 6,18 km 2 Peta Administrasi Wilayah Penelitian
yang terdapat 7 kelurahan yaitu Kelurahan Kecam atan Gayamsar
Pandean Lamper, Kelurahan Gayamsari,
Kelurahan Siwalan, Kelurahan Sambirejo,

KAJIAN LITERATUR suatu kesatuan dan kebersamaan dengan


Perumahan dan Permukiman lingkungan alamnya. Undang-Undang RI
Perumahan dan permukiman No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
mempunyai fungsi penting dalam kehidupan Kawasan Permukiman mendefinisikan rumah
manusia. Di dalam masyarakat Indonesia, adalah bangunan gedung yang berfungsi
perumahan merupakan pencerminan dan sebagai tempat tinggal yang layak huni,
pengejawantahan dari diri pribadi manusia, sarana pembinaan keluarga, cerminan
baik secara perseorangan maupun dalam

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 120


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

harkat dan martabat penghuninya, serta aset


bagi pemiliknya. Penggunaan Lahan Permukiman
Perumahan dan kawasan permukiman Lahan permukiman merupakan
adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas tempat atau suatu daerah tempat penduduk
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, berkumpul dan hidup bersama dengan
penyelenggaraan kawasan permukiman, memanfaatkan lingkungan. Lahan
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan permukiman dijabarkan menjadi
dan peningkatan kualitas terhadap permukiman dan lahan non-pertanian,
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, meliputi permukiman perkotaan,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem permukiman pedesaan, permukiman
pembiayaan, serta peran masyarakat pedesaan bercampur kebun dan tanaman
(Undang-Undang RI No.1 Tahun 2011 keras, dan lahan non-pertanian lain
tentang Perumahan dan Kawasan (Darmoyuwono, 1964) dalam Purwadhi dan
Permukiman). Sanjoto (2008 : 125-127). Lahan untuk
perumahan di perkotaan semakin mahal dan
Permukiman Kumuh sulit didapat sehingga sebagian besar
Definisi permukiman kumuh, masyarakat kota kesulitan menjangkaunya.
(Yudhohusodo, 1991) merupakan sebagai Kesulitan tersebut semakin dirasakan bagi
bagian dari lingkungan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah akibat
perkotaan dimana masyarakat yang spekulasi lahan, kepemilikan lahan yang
berpenghasilan sangat rendah bermukim, berlebihan oleh pihak-pihak tertentu, aspek
dikenal dan dianggap oleh masyarakat di luar hukum kepemilikan, dan ketidakjelasan
daerahnya sebagai daerah yang kumuh, kebijaksanaan pemerintah dalam masalah
padat penduduk, syarat pengangguran, lahan (Najib, 2002)
sumber kriminalitas serta dikesankan Seiring dengan peningkatan jumlah
sebagai segala sesuatu yang bersifat jorok. penduduk menyebabkan peningkatan
Pemukiman kumuh adalah lingkungan kebutuhan akan perumahan dan fasilitas-
hunian yang kualitasnya sangat tidak layak fasilitas lainnya yang terkait. Pemenuhan
huni, ciri-cirinya antara lain berada pada kebutuhan perumahan dan fasilitas-fasilitas
lahan yang tidak sesuai dengan yang terkait tersebut tidak terlepas dari
peruntukan/tata ruang, kepadatan peningkatan penggunaan lahan (Adisasmita,
bangunan sangat tinggi dalam luasan yang 2010). Pengembangan kawasan permukiman
sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan telah mendorong terjadinya pergeseran
penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan fungsi atau alih fungsi lahan.
yang sangat rendah, tidak terlayani Menurut Santoso (2006), untuk
prasarana lingkungan yang memadai dan menampung pertumbuhan penduduk urban
membahayakan keberlangsungan kehidupan yang begitu cepat, Indonesia dalam waktu
dan penghidupan penghuninya (Budihardjo, 25 tahun yang akan datang membutuhkan
1997). Sedangkan menurut Undang-Undang sekitar 1 juta hektar tambahan luas lahan
RI No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan permukiman di perkotaan. Ini belum
Kawasan Permukiman, permukiman kumuh termasuk kebutuhan lahan untuk
adalah permukiman yang tidak layak huni pengembangan kawasan-kawasan perkotaan
karena ketidakteraturan bangunan, tingkat non-permukiman seperti kawasan industri
kepadatan bangunan yang tinggi, dan dan pariwisata.Pergeseran fungsi atau alih
kualitas bangunan serta sarana dan fungsi lahan dari ruang terbuka hijau, lahan
prasarana yang tidak memenuhi syarat. konservasi, kawasan budi daya atau kawasan
Sedangkan perumahan kumuh adalah lindung telah beralih fungsi menjadi kawasan
perumahan yang mengalami penurunan permukiman. Tidak terkecuali penggunaan
kualitas fungsi sebagai tempat hunian. lahan permukiman pada kawasan bantaran

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 121


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

sungai yang memberikan berbagai macam  Garis sempadan sungai adalah


dampak negatif bagi kawasan perkotaan garis batas luar pengamanan
yang bertentangan dengan tata ruang sungai.
perkotaan. Dalam pembangunan fisik Sempadan sungai atau floodplain
sebagian besar memerlukan lahan. Seperti terdapat di antara ekosistem sungai dan
pada pembangunan perumahan dan ekosistem daratan. Sempadan sungai sering
permukiman. disebut dengan bantaran sungai walau
terdapat perbedaan. Berdasarkan Surat
Permukiman Kumuh di Bantaran Sungai Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
Permukiman merupakan suatu lahan 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk Kawasan Lindung, sempadan sungai
tempat tinggal dengan membangun rumah- didefinisikan sebagai kawasan sepanjang kiri
rumah dan sarana lainnya. Permukiman dan kanan sungai, termasuk sungai
seharusnya memberikan kenyamanan buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang
kepada penghuninya, termasuk orang yang mempunyai manfaat penting untuk
datang ke tempat tersebut (Sastra, 2006:37). mempertahankan fungsi sungai.
Kawasan bantaran sungai yang beralih fungsi Permukiman di tepi sungai
menjadi kawasan permukiman dapat umumnya merupakan permukiman illegal.
dipastikan tidak memberikan kenyamanan Permukiman illegal ini akan berkembang
bagi penghuninya maupun orang lain di menjadi permukiman padat atau kumuh
sekitar kawasan permukiman serta bagi apabila dekat dengan pusat kota. Letak
lingkungan perkotaan. bangunan yang tidak teratur, utilitas
Pengertian dan fungsi sungai (drainase, tempat sampah) yang tidak
menurut Peraturan Pemerintah No.35 tahun berfungsi baik, fasilitas pelayanan (MCK,
1991 tentang Sungai pada pasal 1, tempat bermain, olahraga, pasar) yang
dijabarkan sebagai berikut : minim, disertai kebiasaan penduduk yang
 Sungai adalah tempat atau wadah kurang baik menyebabkan kualitas
serta jaringan pengaliran air lingkungan pemukiman tepi sungai tersebut
mulai dari mata air sampai semakin buruk. Apabila keadaan tersebut
muara dengan dibatasi kanan dibiarkan maka akan menimbulkan berbagai
kirinya serta sepanjang masalah baik dari segi tata ruang maupun
pengalirannya oleh garis kualitas kesehatan dan kualitas lingkungan
sempadan (Adriana, 1992 dalam Ningsih Setiawan).
 Bantaran sungai adalah lahan Permukiman yang memanfaatkan
pada kedua sisi sepanjang palung lahan bantaran sungai di kawasan pusat kota
sungai dihitung dari tepi sungai umumnya merupakan permukiman padat,
sampai dengan kaki tanggul tidak beraturan dan kumuh. Beberapa
sebelah dalam. rumah dan bangunan diantaranya bahkan
ada yang mengintervensi badan sungai
(Sarbidi, 1999 dalam Najib).

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 122


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

METODE PENELITIAN
Jumlah Ukuran Sampel sampel pada masing-masing kawasan dihitung
No Kelurahan dengan rincian sebagai berikut:
KK Tiap Kelurahan
Pandean x 68 = 10 Tabel II
1 2.392 LUAS KAWASAN BANTARAN DAN NON
Lamper
2 1.923 x 68 = 8 BANTARAN SUN GAI
Si walan
3 2.075 x 68 = 9
Sa mbi rejo Luas
Luas
4 Sa wah Besa r 2.682 x 68 = 11 Kawasan
Kawasan
No Kelurahan Non Jumlah
5 Kaligawe 4.388 x 68 = 18 Bantaran
Bantaran
Sungai (Ha)
6 Tamba krejo 2.726 x 68 = 12 Sungai (Ha)
Jumlah 16.186 68 Pandean
1 15,85 89,93 105,78
Lamper
Pendekatan yang digunakan dalam
2 Si walan 8,37 35,29 43,66
peneitian adalah pendekatan kuantitatif untuk
3 Sa mbi rejo 20,26 95 115,26
mengkaji karakteristik permukiman kumuh di
Sa wah
Kecamatan Gayamsari berdasarkan kondisi fisik 4 11,15 60,9 72,05
Besar
dan sosial ekonomi. Jenis pengambilan sampel
5 Kaligawe 12,87 69,14 82,01
yang dipilih adalah sampel acak. Populasi dari
6 Tamba krejo 17,05 86,22 103,27
penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK)
Jumlah 85,55 436,48 522,03
di Kecamatan Gayamsari dengan populasi studi
Kepala Keluarga (KK) Kecamatan Gayamsari yang Sumber : Analisis Penyusun, 2014
terdapat permukiman kumuh atau liar yang
terdapat pada 6 Kelurahan di Kecamatan Tabel II merupakan tabel luas kawasan
Gayamsari yaitu Kelurahan Pandean Lamper, bantaran dan non bantaran sungai sebagai dasar
Kelurahan Siwalan, Kelurahan Sambirejo, untuk menghitung jumlah sampel untuk masing-
Kelurahan Sawah Besar, Kelurahan Kaligawe dan masing permukiman kawasan bantaran dan non
Kelurahan Tambakrejo. Pengambilan sampel bantaran sungai. Rumus perhitungan sampel
pada penelitian ini dilakukan dengan cara permukiman kawasan bantaran dan non
memberikan kesempatan yang sama kepada bantaran sungai di tiap kelurahan yaitu sebagai
semua populasi yang ada di wilayah penelitian berikut:
untuk menjadi sampel atau responden. Populasi
masyarakat yang terdapat pada 6 Kelurahan yang
terdapat permukiman kumuh adalah 16.186 KK,
maka didapatkan jumlah sampel yang dihitung
berdasarkan perhitungan diatas yakni 68 sampel. Contoh perhitungan sampel
Kemudian angket kuesioner akan dibagikan pada permukiman bantaran dan non bantaran
68 berdasarkan proporsi jumlah KK yang di Kelurahan Pandean Lamper:
terdapat di 6 kelurahan tersebut. 1. Sampel Permukiman Bantaran Sungai
Tabel I 15,85
UKURAN SAMPEL 105,78 x 10 = 2
Sumber: Analisis Penyusun, 2014 2. Sampel Permukiman Non Bantaran
Sungai
Setelah diperoleh ukuran sampel tiap 89,93
Kelurahan, dihitung pembagian sampel untuk 105,78 x 10 = 8
permukiman kumuh di bantaran sungai dan non Sehingga diperoleh pembagian sampel
bantaran sungai. Caranya yaitu dengan membuat untuk masing-masing permukiman
buffer sungai yang dipetakan. bantaran dan non bantaran:
Dari peta buffer sungai tersebut
diperoleh luas kawasan yang terdapat di
bantaran sungai dan non bantaran sungai.
Setelah itu untuk mendapatkan pembagian

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 123


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

Tabel III yang akan digambarkan secara deskriptif


UKURAN SAMPEL PERMUKIMAN BANTARAN disajikan dalam bentuk tabel dan pie chart.
DAN NON BANTARAN SUN GAI Analisis spasial digunakan untuk
Permukiman mengetahui sebaran permukiman di Kecamatan
Permukiman
Non Gayamsari, penggunaan lahan permukiman dan
No Kelurahan Bantar an Jumlah
Bantar an non permukiman wilayah penelitian di
Sungai
Sungai Kecamatan Gayamsari, serta persebaran
Pandean penggunaan lahan permukiman kumuh dan liar
1 2 8 10
Lamper wilayah penelitian di Kecamatan Gayamsari.
2 Siwalan 2 6 8 Analisis deskriptif kuantitatif dengan cara
3 Sambirejo 2 7 9 mendeskripsikan karakteristik permukiman
Sawah kumuh berdasarkan kondisi fisik dan kondisi
4 2 9 11 sosial ekonomi yang nantinya akan disajikan
Besar
5 Kaligawe 3 15 18 dalam bentuk tabel dan pie chart. Informasi data-
data yang berhubungan dengan angka yang
6 Tambakrejo 2 10 12
diperoleh nantinya akan diolah mulai dari
Jumlah 13 55 68
mencari, mengumpulkan dan mengolah sehingga
Sumber: Analisis Penyusun, 2014
sampai disajikan dalam bentuk sederhana dan
mudah dibaca serta diinterpretasikan. Adapun
PETA BU FFER K AWASAN B AN TARAN D AN N ON B AN TARAN SUNG AI
KECAM ATAN GAY AMSAR I hasil output yang dihasilkan yaitu karakteristik
permukiman kumuh berdasarkan kondisi fisik
dan kondisi sosial ekonomi.

ANALISIS SEBARAN PERMUKIMAN DI


KECAMATAN GAYAMSARI
Berdasarkan hasil analisis, penggunaan
lahan permukiman dan non permukiman di
Kecamatan Gayamsari yang terdapat
permukiman kumuh yaitu dengan luas wilayah
416,8 ha atau 81% dari total luas wilayah studi
penelitian dan 96,26 ha atau 19% dari total
wilayah studi penelitian. Persebaran penggunaan
lahan permukiman paling banyak yaitu pada
Kelurahan Sambirejo dengan luas 100,39 ha atau
24,09% dari total luas lahan permukiman,
sedangkan luas lahan permukiman paling sedikit
yaitu terdapat pada Kelurahan Siwalan dengan
luas 38,50 ha atau 9,24% dari total luas lahan
permukiman. untuk penggunaan lahan non
permukiman paling banyak yaitu pada Kelurahan
Sambirejo dengan luas 29,4 ha atau 30,54% dari
total luas lahan non permukiman, sedangkan luas
Sumber: Analisis Penyusun, 2014 lahan non permukiman paling sedikit yaitu
terdapat pada Kelurahan Siwalan dengan luas
Gambar 2
8,92 ha atau 9,27% dari total luas lahan non
Peta Buffer Permukiman Bantaran
permukiman. Penggunan lahan permukiman
dan Non Bantar an Sungai
paling banyak terdapat pada Kelurahan
di Kecamatan Gayam sari
Sambirejo karena berdasarkan kondisi eksisting
wilayahnya sebagian besar adalah permukiman
Teknik analisis yang digunakan adalah
dengan lokasi yang strategis berada di tengah-
deskriptif, spasial dan deskriptif kuantitatif.
tengah di antara kelurahan yang lainnya dengan
Dalam penelitian ini, teknik analisis deskriptif
pusat aktivitas yang mendukung.
digunakan untuk mengidentifikasi kondisi
Kecamatan Gayamsari yang akan menghasilkan
output berupa kondisi Kecamatan Gayamsari

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 124


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

PETA PENGGUNAAN L AHAN KEC AM ATAN G AYAMSARI


Tabel IV
PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN DAN
NON PERMUKIMAN DI KECAMATAN
GAYAMSARI TAHUN 2012
Non
Permukiman
Permukiman
No Kelurahan
Luas (%) Luas (%)
(ha) (ha)
1. Pandean 96,25 23,09 8,95 9,30
Lamper
2. Siwalan 38,50 9,24 8,92 9,27
3. 100,3 24,09 29,4 30,54
Sambirejo 9
4. Sawah 45,50 10,92 16,17 16,80
Besar
5. Kaligawe 68,00 16,31 12,4 12,88
6. Tambak 68,16 16,35 20,42 21,21
rejo
Jumlah 416,8 100 96,26 100
Sumber: Analisis Penyusun, 2014

PETA CITR A WIL AYAH P ENEL ITIAN KEC AM ATAN G AY AMSARI Sumber: Analisis Penyusun, 2014
Gambar 4
Peta Penggunaan L ahan di Ke cam atan
Gayamsari Pada Kaw asan Penelitian
PETA PENGGUNAAN L AHAN PERMUKIMAN D AN N ON
PERMUK IMAN KEC AM ATAN G AYAMSARI

Sumber: Analisis Penyusun, 2014


Gambar 3
Peta Citra Wilayah Penelitian Kecamatan
Gayamsari Pada Kawasan Penelitian

Sumber: Analisis Penyusun, 2014


Gambar 5
Peta Penggunaan L ahan Permukiman dan
Non Permukiman di Kecamatan Gayam sari
Pada Kaw asan Penelitian

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 125


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

ANALISIS PERMUKIMAN KUMUH


Berdasarkan hasil analisis, permukiman
kumuh di kawasan bantaran sungai memiliki luas PETA PERMUK IMAN KUMUH K AWASAN BAN TAR AN DAN NON
BAN TARAN SUNG AI K EC AMATAN G AYAM SARI
85,55 ha atau 20% dari total luas lahan
permukiman. Per mukiman kumuh yang terdapat
di kawasan non bantaran sungai memiliki luas
wilayah 69,1 ha atau 17% dari total luas lahan
permukiman. Sementara sisanya merupakan
lahan permukiman non kumuh sebesar 262,15
ha atau 63% dari total luas lahan permukiman.
Permukiman kumuh di kawasan bantaran sungai
yang memiliki luas terbesar yaitu Kelurahan
Sambirejo dengan luas 20,26 ha atau 23,68%
total luas lahan permukiman kumuh di kawasan
bantaran sungai dan paling kecil Kelurahan
Siwalan 8,37 ha atau 9,78% total luas lahan
permukiman kumuh di kawasan bantaran sungai.
Sementara itu, permukiman kumuh yang
terdapat di kawasan non bantaran s ungai yang
memiliki luas wilayah paling besar yaitu
Kelurahan Kaligawe dengan luas 20,9 ha atau
30,25% total luas lahan permukiman kumuh di
kawasan non bantaran sungai dan paling kecil
Kelurahan Sawah Besar 3,7 ha atau 5,35% total
luas lahan permukiman kumuh di kawasan non
bantaran sungai.
Sumber: Analisis Penyusun, 2014
Tabel V
Gambar 6
PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN Peta Kawasan Permukiman Kumuh Kawasan
KUMUH KAWASAN NON BANTARAN
Bantar an dan Non Bantar an Sungai di
SUNGAI DI KECAMATAN GAYAMSARI
Kecam atan Gayamsari
Permukiman Permukiman
Kumuh Kawasan Kumuh Kawasan
No Kelurahan Bantaran Non Bantaran
Luas Prosentase Luas Prosentase
(ha) (%) (ha) (%)
Pandean
1 15,85 18,53 8,6 12,45
Lamper
2 Si walan 8,37 9,78 4,1 5,93
3 Sa mbi rejo 20,26 23,68 20 28,94
Sa wah
4 11,15 13,03 3,7 5,35
Besar
5 Kaligawe 12,87 15,04 20,9 30,25
6 Tamba krejo 17,05 19,93 11,8 17,08
Jumlah 85,55 100 69,1 100
Sumber: Analisis Penyusun, 2014

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 126


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

ANALISIS KARAKTERISTIK PERMUKIMAN


KUMUH BERDASARKAN KONDISI FISIK

TABEL VI
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN KONDISI FISIK

Karakteristik Permukiman Kumuh

Kondisi Fisik
No Lokasi
Kualitas Bangunan Status
Kepadatan
Jenis Legalitas Kondisi Prasarana
Atap Lantai Dinding Bangunan
Bangunan Lahan
- Jalan: buruk
- Air bersih: baik
Kawasan Lahan - Drainase:
semen/ kayu/ Non
1. Bantaran genteng negara/ buruk
plaster papan permanen
Sungai irigasi - Sanitasi: buruk
Kepadatan - Persampahan:
bangunan buruk
rendah
- Jalan: baik
yaitu <250
- Air bersih: baik
Kawasan unit/ha
- Drainase:
Non semen/pl Semi Lahan
2. genteng batu bata buruk
Bantaran aster permanen pribadi
- Sanitasi: buruk
Sungai
- Persampahan:
buruk.
Sumber: Analisis Penyusun, 2014

ANALISIS KARAKTERISTIK PERMUKIMAN


KUMUH BERDASARKAN KONDISI SOSIAL
EKONOMI

TABEL VII
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN KONDISI SOSIAL EKONOMI

Karakteristik Permukiman Kumuh


Kondisi Sosial Ekonomi
No. Lokasi
Status Tingkat
Kepadatan Mata Tingkat Tingkat
Kepemilikan Pertumbuhan
Penduduk Pencaharian Pendidikan Pendapatan
Bangunan Penduduk
Rendah Milik sendiri
Kawasan Rendah
1. Rendah Buruh (tamatan tidak
Bantaran Sungai (<500.000)
(<150 SD) bersertifikat Rendah
jiwa/ha) Rendah (<1,33%)
Kawasan Non Rendah Milik sendiri
2. Pedagang (500.000-
Bantaran Sungai (SMA 38%) bersertifikat
1.000.000)
Sumber: Analisis Penyusun, 2014

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 127


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang

KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH DI


KECAMATAN GAYAMSARI

TABEL VIII
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN GAYAMSARI
Karakteristik Permukiman Kumuh
Kondisi Fisik
No. Lokasi Kualitas Bangunan Status
Kepadatan
Jenis Legalitas Prasarana
Atap Lantai Dinding Bangunan
Bangunan Lahan
Kondisi jalan
buruk,
kondisi air
Lebih dari Kepadatan Lebih dari
Lebih dari Lebih dari bersih baik.
46% 50% bangunan 50%
50% 50% Namun,
menggunakan bangunan rendah yaitu merupakan
menggunakan menggunakan kondisi
genteng non <250 lahan
semen/plaster kayu/papan drainase,
permanen unit/ha negara/irigasi
sanitasi dan
persampahan
buruk.
Kawasan
Kondisi Sosial Ekonomi
1. Bantaran Status
Sungai Kepadatan Mata Tingkat Tingkat Tingkat Pertumbuhan
Kepemilikan
Penduduk Pencaharian Pendidikan Pendapatan Penduduk
Bangunan
Tingkat
Tingkat
pendidikan
pendapatan Lebih dari
Kepadatan rendah,lebih
rendah, 50% milik Tingkat Pertumbuhan
penduduk 39% bekerja dari 50%
lebih dari sendiri Penduduk rendah <1,33%
rendah <150 sebagai buruh penduduk
50% tetapi tidak
jiwa/ha tingkat
pendapatan bersertifikat
pendidikan
<500.000
terakhir SD
Kondisi Fisik
Kualitas Bangunan Status
Kepadatan
Jenis Legalitas Prasarana
Atap Lantai Dinding Bangunan
Bangunan Lahan
Lebih dari Lebih dari Lebih dari 44% Kepadatan Lebih dari Kondisi jalan
50% 50% 50% bangunan bangunan 50% dan air bersih
menggunakan menggunakan menggunakan semi rendah yaitu merupakan baik. namun
genteng semen/plaster batu bata permanen <250 lahan pribadi kondis
unit/ha drainase,
sanitasi dan
persampahan
Kawasan buruk.
Non
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Bantaran
Sungai Status Tingkat
Kepadatan Mata Tingkat
Tingkat Pendidikan Kepemilikan Pertumbuhan
Penduduk Pencaharian Pendapatan
Bangunan Penduduk

Tingkat
Tingkat pendidikan
pendapatan
Kepadatan rendah, hanya 38% Lebih dari
33% bekerja rendah, Tingkat Pertumbuhan
penduduk penduduk tingkat 50% milik
sebagai 45% Penduduk rendah
rendah <150 pendidikan terakhir sendiri tetapi
pedagang penduduk <1,33%
jiwa/ha SMA. Bahkan 7% tidak bersertifikat
500.000-
bersekolah
1.000.000

Sumber: Analisis Penyusun, 2014

T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015; hal. 118-132 | 128


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella D eliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang
di Kecamatan Gay amsari Kota S emarang

PETA PERMUK IMAN KUMUH K AWASAN BAN TAR AN SUNG AI KEC AM ATAN
GAYAM SARI

Kelurahan Kaligawe
Kelurahan Tambakrejo

Kelurahan Si wal an
Kelurahan Sawah Besar

Kelurahan Pandean Lamper

Kelurahan Sambirejo

Sumber: Analisis Penyusun, 2014


Gambar 7
Peta Permukiman Kumuh Kaw asan Bantar an Sungai di Kecam atan Gayamsari Pada Kaw asan Penelitian

T eknik PW K; V ol. 4 ; No. 1; 2015 hal. 118-132

T eknik PW K; V ol. 4 ; No. 1 ; 2015; hal.118-132 | 129


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella D eliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang
di Kecamatan Gay amsari Kota S emarang

PETA PERMUK IMAN KUMUH K AWASAN N ON B AN TARAN SUNG AI D I


KECAM ATAN GAY AMSAR I K AWASAN P ENEL ITIAN
Kelurahan Kaligawe
Kelurahan Tambakrejo

Kelurahan Sambirejo Kelurahan Sawah Besar

Kelurahan Si wal an
Kelurahan Pandean Lamper

Sumber: Analisis Penyusun, 2014


Gambar 8
Peta Permukiman Kumuh Kaw asan Non Bant aran Sungai di Kecamatan Gayam sari Pada Kaw asan Penelitian

T eknik PW K; V ol. 4 ; No. 1; 2015 hal. 118-132


T eknik PW K; V ol. 4; No. 1 ; 2015 hal. 118-132 | 130
Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella D eliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang
di Kecamatan Gay amsari Kota S emarang

KESIMPULAN Karakteristik permukiman kumuh di


Karakteristik permukiman kumuh di Kecamatan Gayamsari tidak hanya memiliki
Kecamatan Gayamsari yang terdiri dari kawasan permukiman kumuh yang terdapat
kawasan bantaran dan non bantaran sungai di bantaran sungai tetapi juga permukiman
dapat dilihat dari kondisi fisik yang meliputi kumuh di kawasan non bantaran sungai yang
kondisi atap, lantai, dinding, jenis bangunan, masuk dalam wilayah. Karakteristik
kepadatan bangunan dan status legalitas permukiman kumuh diantaranya:
lahan serta kondisi prasarana seperti jalan, 1. Kualitas bangunan pada masing-
drainase, air bersih, sanitasi dan masing kawasan permukiman
persampahan. Kemudian dilihat juga dari kumuh bantaran dan non bantaran
kondisi sosial ekonomi yang meliputi sungai dilihat dari kondisi bangunan
kepadatan penduduk, jenis mata rumah yang masih banyak jenis
pencaharian penduduk, tingkat pendidikan bangunan non permanen dan semi
penduduk, tingkat pendapatan penduduk, permanen. Lokasi kecamatan yang
status kepemilikan bangunan dan tingkat dilewati sungai baik sungai besar
pertumbuhan penduduk. maupun sungai kecil memberikan
Penggunaan lahan permukiman dan potensi tumbuhnya permukiman liar
non permukiman di Kecamatan Gayamsari di bantaran sungai serta
yang terdapat permukiman kumuh yaitu permukiman kumuh di non bantaran
dengan luas wilayah 416,8 ha atau 81% dari sungai. Hal ini dikarenakan letak
total luas wilayah penelitian dan 96,26 ha wilayah yang strategis dengan
atau 19% dari total wilayah studi penelitian aksesibilitas yang tinggi menjadi
yang terdapat permukiman kumuh. Luas faktor penarik kaum imigran yang
kawasan permukiman kumuh di kawasan mencari pekerjaan untuk tinggal
bantaran sungai memiliki luas wilayah 85,55 dekat dengan tempat kerja dan
ha atau 20% dari total luas lahan membangun rumah-rumah liar di
permukiman. Sementara itu, permukiman bantaran sungai karena
kumuh yang terdapat di kawasan non keterbatasan keterampilan serta
bantaran sungai memiliki luas wilayah 69,1 kemampuan ekonomi. Kemudian
ha atau 17% dari total luas lahan banyaknya PKL (Pedagang Kaki Lima)
permukiman. Sisanya merupakan lahan pada kelurahan tertentu yang
permukiman non kumuh sebesar 262,15 ha memanfaatkan kawasan bantaran
atau 63% dari total luas lahan permukiman. sungai menjadi lokasi mereka
Permukiman kumuh di kawasan berjualan. Ditambah lagi dengan
bantaran sungai merupakan lahan irigasi sering adanya bencana banjir pada
yang tidak diperuntukkan sebagai musim hujan serta pada kelurahan
permukiman, sehingga status lahan pada tertentu yang terkena banjir rob
permukiman di kawasan bantaran sungai sehingga berkontribusi menambah
merupakan illegal atau liar (squatter). kumuhnya lingkungan permukiman.
Kemudian permukiman kumuh di kawasan 2. Kepadatan bangunannya, termasuk
non bantaran sungai berdiri di atas tanah dalam kepadatan yang rendah <250
yang absah atau legal tetapi hanya saja unit/ha.
kondisi fisik lingkungannya yang buruk 3. Status legalitas lahan pada
sehingga menjadikan kawasan tersebut permukiman kumuh di kawasan
sebagai permukiman kumuh. Kemudian bantaran merupakan lahan irigasi
dapat disimpulkan bahwa permukiman liar sedangkan di kawasan non bantaran
(squatter) dapat dipastikan sebagai sungai merupakan lahan pribadi.
permukiman kumuh, tetapi permukiman 4. Kondisi prasarana jalan buruk pada 14
kumuh (slum) tidak termasuk permukiman permukiman kumuh kawasan
liar. bantaran sungai, namun pada

T eknik PW K; V ol. 4 ; No. 1; 2015 hal. 118-132 131


Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella Deliana
Kajian Karak teristik Permuk iman Kumuh Ranella D eliana
di Kecamatan Gay amsari Kota Semarang
di Kecamatan Gay amsari Kota S emarang

permukiman kumuh kawasan non Najib, Muhammad. 2005. “Perilaku Pemukim


bantaran sungai baik. Kondisi terhadap Lahan Permukiman Sekitar
drainase, sanitasi dan persampahan Sungai di Kawasan Pusat Kota,” dalam
pada kedua kawasan permukiman Jurnal Mektek Tahun VI. No.19. Palu:
kumuh buruk. Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas
5. Tingkat pendapatan dan pendidikan Teknik Universitas Tadulako.
rendah, tingkat pertumbuhan PP No.35 Tahun 1991 tentang Sungai
penduduk dan kepadatan penduduk Purwadhi, S.H., dan Sanjoto, T.B. 2008.
rendah, mata pencaharian sebagian Pengantar Interpretasi Citra
besar sebagai buruh dan pedagang, Penginderaan Jauh. Jakarta:
serta status kepemilikan bangunan LAPAN dan UNNES.
banyak yang belum bersertifikat Santoso, Jo. 2006. Menyiasati Kota Tanpa
khusunya pada permukiman kumuh Warga. Jakarta: Penerbit KPG dan
di kawasan bantaran sungai. Centropolis
Dengan demikian research Sastra, M. Suparno dan Endy Marlina. 2006.
question:“Bagaimana Karakteristik Permukiman Perencanaan dan Pengembangan
Kumuh di Kecamatan Gayamsari Kota Semarang” Perumahan: Sebuah Konsep,
dalam penelitian ini terjawab. Karakteristik Pedomandan Strategi Perencanaan
permukiman kumuh di Kecamatan Gayamsari
dan Pengembangan Perumahan.
yaitu untuk kondisi fisik, kualitas bangunannya
Yogyakarta: Andi Offset.
rendah atau buruk, kepadatan bangunan rendah,
status lahannya ilegal karena lebih banyak
Setiawan Ningsih, Arin. 2008. Perencanaan
permukiman berada di kawasan bantaran sungai, Lanskap Kawasan Permukiman
kondisi prasarana seperti jalan, drainase, sanitasi Bantaran Sungai Berbasis Bioregion.
dan persampahan buruk. Untuk kondisi sosial Program Studi Arsitektur Lanskap
ekonomi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, Institut Pertanian Bogor: Tidak
tingkat pertumbuhan penduduk, dan kepadatan Diterbitkan.
penduduk rendah, mata pencahariannya UU RI No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan
informal, dan status kepemilikan bangunan dan Kawasan Permukiman.
belum bersertifikat. Hal tersebut yang
Yudhohusodo, Siswono. 1991. Rumah untuk
menjadikan ciri khas permukiman kumuh di
Seluruh Rakyat. Jakarta: Yayasan
Kecamatan Gayamsari.
Padamu negeri.

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, H.R. 2010. Pembangunan dan Tata
Ruang. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Andriana, Hendra. 2010. “Persepsi
Masyarakat Terhadap Rencana
Penataan Kawasan Permukiman
Kumuh Bidara Cina di Bantaran
Sungai Ciliwung Jakarta’’. Tesis S2
Program Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro
Budiharjo, Eko. 1997. Sejumlah Masalah
Permukiman Perkotaan.Bandung:
Alumni.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.

T eknik PW K; V ol. 4 ; No. 1; 2015 hal. 118-132 132

Anda mungkin juga menyukai