7846 40187 1 PB
7846 40187 1 PB
Abstrak: Permukiman kumuh merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah sebagai
akibat dari urbanisasi. Munculnya permukiman kumuh di bantaran sungai ini disebabkan karena kurangnya
lahan untuk bermukim dan mahalnya harga lahan di p erkotaan. Dampak da ri adanya permukiman kumuh di
kawasan bantaran sungai adalah merusak keindahan kota dan disfungsi sungai. Seperti pada kawasan
bantaran sungai Banjir Kanal Timur Kota Semarang dan sungai-sungai lainnya yang melewa ti Kecamatan
Gayamsari sudah terbentuk menjadi kawasan permukiman yang seharusnya tidak diperuntukkan sebagai
kawasan permukiman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik permukiman kumuh di
Kecamatan Gayamsari Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantita tif. Teknik analisis
yang digunakan adalah deskriptif, spasial dan deskrip tif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
permukiman kumuh di Kecamatan Gayamsari Kota Sema rang memperlihatkan kualitas bangunan yang rendah
dilihat dari banyaknya jenis bangunan semi perman en dan non permanen. Dilihat da ri prasa rananya kondisi air
bersih baik, kondisi drainase, sanitasi dan persampahan buruk, kondisi jalan buruk pada kawasan bantaran
namun pada kawasan non bantaran kondisi jalan baik. Tingkat pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk,
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan rendah, sebagian besar ma ta pencaharian sebagai buruh dan
pedagang. Pada kawasan bantaran sungai rumah belum bersertifika t dan merupakan lahan irigasi. Dari hasil
analisis tersebut, maka reko mendasi yang dapat diberikan yaitu memberikan peringatan dengan kebijakan
yang ada bagi rumah yang terdapat di kawasan bantaran su ngai yang menggunakan lahan irigasi dan belum
bersertifikat, merevitalisasi dan mengoptimalkan prasa rana yang kurang memadai.
Kata kunci: Permukiman, Permukiman Kumuh, Permukiman liar, Keca matan Gayamsari
Abstract: Slum settlement is one of the problems fa ced by the govern ment as a consequ ence of
urbanization.The emergence of slum settlemen t along the river it is because of lack of land to live and high price
of land in urban.The impact of the presence of th e slu m settlement in the a rea along the river ba nk is
destructive beauty of the city and river dysfunction. As in the area along the river bank east canal flood of
semarang city and other rivers that passes Keca matan Gayamsa ri had been formed into resid ential co mpound
that should not designated as residential co mpound. The pu rpose of this resea rch is to assess the cha racteristics
of slum settlement in Kecamatan Gayamsa ri semarang city. Research method used is quantitative. Analysis
technique used is descriptive, spatial and descrip tive quantitative. The result showed that slum settlemen t in
Kecamatan Gayamsari Semarang City shows the quality of constru ction is low seen fro m the number a kind of
semi-permanent buildings and non perman ent. The condition can be seen fro m th e infrastructure, both clean
water the drainage, bad sanitation, and waste the bad condition of the road along the banks of the conditions
in the area better. The rate of population growth, the population density, the low in come level, educa tion, and
pencaharian as the eyes of a majority of wo rkers and traders. On the banks of th e river is land and irrigation has
certified.Fro m the results of the analysis, the reco mmendation that can be given a warning that is given to a
policy that is found in land use the riverbank or not, certified irriga tion revitalize and to optimize inadequate
infrastructure.
PENDAHULUAN
Meningkatnya jumlah penduduk di Februari 2005). Jika dibandingkan dengan
perkotaan mendesak terpenuhinya akan saat ini jumlah permukimah kumuh di Kota
kebutuhan permukiman layak huni. Namun Semarang dapat dipastikan sudah meningkat
ketidakmampuan ekonomi penduduk dari tahun ke tahun.
mengharuskan mereka tinggal di Permukiman kumuh di Kota
permukiman yang jauh dari kata layak huni Semarang dapat ditemukan di berbagai
dan mencari alternatif lahan seperti di lokasi seperti terdapat pada lokasi yang
bantaran sungai, dengan status kepemilikan dekat dengan perdagangan dan jasa,
lahan yang tidak jelas atau liar. Tetapi, industri. Penduduk yang bermigrasi ke Kota
ketersediaan sarana dan prasarana yang Semarang memilih lokasi yang dekat dengan
lengkap di pusat kota yang menimbulkan tempat kerja mereka, termasuk permukiman
daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk kumuh yang terbentuk di kawasan bantaran
bermukim di kawasan tersebut tanpa sungai Banjir Kanal Timur Kota Semarang
diimbangi dengan keterampilan yang cukup dan sungai-sungai lainnya. Sungai Banjir
dan tingkat penghasilan yang tidak begitu Kanal Timur dan sungai-sungai lainnya
tinggi. Kemudian mereka mencari tempat tersebut melewati wilayah Kecamatan
tinggal seadanya, tidak memperhatikan Gayamsari Kota Semarang dan tidak
status lahan yang digunakan. diperuntukkan sebagai kawasan
Perkembangan perkotaan yang permukiman dan merupakan permukiman
begitu pesat di pusat perdagangan, industri, liar. Penduduk yang menghuni permukiman
dan jasa mengakibatkan kebutuhan akan di bantaran sungai tersebut kebanyakan
lahan semakin meningkat. Kebutuhan akan merupakan pendatang yang memilih
tempat tinggal tidak sebanding dengan bantaran sungai sebagai tempat tinggal
jumlah penduduk yang semakin meningkat mereka. Tidak hanya pada bantaran sungai,
serta terbatasnya lahan permukiman yang permukiman kumuh juga terbentuk pada
juga menjadi salah satu faktor terbentuknya kawasan non bantaran di Kecamatan
permukiman kumuh. Hal tersebut terjadi Gayamsari karena bencana banjir rob.
pada kota- kota besar di Indonesia seperti Permukiman kumuh di Kecamatan
halnya di Kota Semarang. Gayamsari tersebut memberikan kontribusi
Seperti pada kota-kota besar terhadap semakin meningkatnya jumlah
lainnya, Kota Semarang juga terdapat permukiman kumuh di Kota Semarang dan
berbagai lokasi permukiman kumuh. Sebagai mengurangi nilai estetika perkotaan.
kota besar yang merupakan ibukota provinsi Permukiman kumuh dapat dilihat
Jawa Tengah menjadikan kota Semarang berdasarkan kondisi fisik, sosial dan
sebagai daerah tujuan kaum urban dari ekonominya dan dapat dipastikan kondisi
daerah-daerah hinterlandnya. Hal ini fisiknya tidak sesuai dengan standar rumah
menyebabkan berbagai permasalahan yang layak huni serta kondisi sosial ekonomi
perkotaan salah satunya yaitu timbulnya yang tidak mendukung sehingga
permukiman kumuh di perkotaan. ketidakmampuan akan memiliki rumah yang
Lingkungan permukiman kumuh yang ada di sesuai dengan standar dan layak huni
Kota Semarang memperlihatkan kondisi termasuk permukiman kumuh yang terdapat
kualitas lingkungan yang semakin menurun. di bantaran sungai. Dari kondisi fisik kita
Kota Semarang masih terdapat cukup dapat melihat dari bagaimana kualitas
banyak permukiman kumuh dan liar. Jumlah bangunannya, kepadatan bangunan, status
permukiman kumuh saat ini merebak di legalitas lahan dan kondisi prasarana.
puluhan titik lokasi. Jika pada tahun 1963 Sedangkan dari kondisi sosial ekonomi dapat
terdapat 21 lokasi permukiman kumuh dilihat dari bagaimana kepadatan
(slums and squatters), data penelitian tahun penduduknya, mata pencaharian penduduk,
2002 menunjukkan jumlah itu meningkat tingkat pendidikan penduduk, tingkat
menjadi 42 lokasi (Suara Merdeka, 7 pendapatan penduduk, status kepemilikan
METODE PENELITIAN
Jumlah Ukuran Sampel sampel pada masing-masing kawasan dihitung
No Kelurahan dengan rincian sebagai berikut:
KK Tiap Kelurahan
Pandean x 68 = 10 Tabel II
1 2.392 LUAS KAWASAN BANTARAN DAN NON
Lamper
2 1.923 x 68 = 8 BANTARAN SUN GAI
Si walan
3 2.075 x 68 = 9
Sa mbi rejo Luas
Luas
4 Sa wah Besa r 2.682 x 68 = 11 Kawasan
Kawasan
No Kelurahan Non Jumlah
5 Kaligawe 4.388 x 68 = 18 Bantaran
Bantaran
Sungai (Ha)
6 Tamba krejo 2.726 x 68 = 12 Sungai (Ha)
Jumlah 16.186 68 Pandean
1 15,85 89,93 105,78
Lamper
Pendekatan yang digunakan dalam
2 Si walan 8,37 35,29 43,66
peneitian adalah pendekatan kuantitatif untuk
3 Sa mbi rejo 20,26 95 115,26
mengkaji karakteristik permukiman kumuh di
Sa wah
Kecamatan Gayamsari berdasarkan kondisi fisik 4 11,15 60,9 72,05
Besar
dan sosial ekonomi. Jenis pengambilan sampel
5 Kaligawe 12,87 69,14 82,01
yang dipilih adalah sampel acak. Populasi dari
6 Tamba krejo 17,05 86,22 103,27
penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK)
Jumlah 85,55 436,48 522,03
di Kecamatan Gayamsari dengan populasi studi
Kepala Keluarga (KK) Kecamatan Gayamsari yang Sumber : Analisis Penyusun, 2014
terdapat permukiman kumuh atau liar yang
terdapat pada 6 Kelurahan di Kecamatan Tabel II merupakan tabel luas kawasan
Gayamsari yaitu Kelurahan Pandean Lamper, bantaran dan non bantaran sungai sebagai dasar
Kelurahan Siwalan, Kelurahan Sambirejo, untuk menghitung jumlah sampel untuk masing-
Kelurahan Sawah Besar, Kelurahan Kaligawe dan masing permukiman kawasan bantaran dan non
Kelurahan Tambakrejo. Pengambilan sampel bantaran sungai. Rumus perhitungan sampel
pada penelitian ini dilakukan dengan cara permukiman kawasan bantaran dan non
memberikan kesempatan yang sama kepada bantaran sungai di tiap kelurahan yaitu sebagai
semua populasi yang ada di wilayah penelitian berikut:
untuk menjadi sampel atau responden. Populasi
masyarakat yang terdapat pada 6 Kelurahan yang
terdapat permukiman kumuh adalah 16.186 KK,
maka didapatkan jumlah sampel yang dihitung
berdasarkan perhitungan diatas yakni 68 sampel. Contoh perhitungan sampel
Kemudian angket kuesioner akan dibagikan pada permukiman bantaran dan non bantaran
68 berdasarkan proporsi jumlah KK yang di Kelurahan Pandean Lamper:
terdapat di 6 kelurahan tersebut. 1. Sampel Permukiman Bantaran Sungai
Tabel I 15,85
UKURAN SAMPEL 105,78 x 10 = 2
Sumber: Analisis Penyusun, 2014 2. Sampel Permukiman Non Bantaran
Sungai
Setelah diperoleh ukuran sampel tiap 89,93
Kelurahan, dihitung pembagian sampel untuk 105,78 x 10 = 8
permukiman kumuh di bantaran sungai dan non Sehingga diperoleh pembagian sampel
bantaran sungai. Caranya yaitu dengan membuat untuk masing-masing permukiman
buffer sungai yang dipetakan. bantaran dan non bantaran:
Dari peta buffer sungai tersebut
diperoleh luas kawasan yang terdapat di
bantaran sungai dan non bantaran sungai.
Setelah itu untuk mendapatkan pembagian
PETA CITR A WIL AYAH P ENEL ITIAN KEC AM ATAN G AY AMSARI Sumber: Analisis Penyusun, 2014
Gambar 4
Peta Penggunaan L ahan di Ke cam atan
Gayamsari Pada Kaw asan Penelitian
PETA PENGGUNAAN L AHAN PERMUKIMAN D AN N ON
PERMUK IMAN KEC AM ATAN G AYAMSARI
TABEL VI
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN KONDISI FISIK
Kondisi Fisik
No Lokasi
Kualitas Bangunan Status
Kepadatan
Jenis Legalitas Kondisi Prasarana
Atap Lantai Dinding Bangunan
Bangunan Lahan
- Jalan: buruk
- Air bersih: baik
Kawasan Lahan - Drainase:
semen/ kayu/ Non
1. Bantaran genteng negara/ buruk
plaster papan permanen
Sungai irigasi - Sanitasi: buruk
Kepadatan - Persampahan:
bangunan buruk
rendah
- Jalan: baik
yaitu <250
- Air bersih: baik
Kawasan unit/ha
- Drainase:
Non semen/pl Semi Lahan
2. genteng batu bata buruk
Bantaran aster permanen pribadi
- Sanitasi: buruk
Sungai
- Persampahan:
buruk.
Sumber: Analisis Penyusun, 2014
TABEL VII
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN KONDISI SOSIAL EKONOMI
TABEL VIII
KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN GAYAMSARI
Karakteristik Permukiman Kumuh
Kondisi Fisik
No. Lokasi Kualitas Bangunan Status
Kepadatan
Jenis Legalitas Prasarana
Atap Lantai Dinding Bangunan
Bangunan Lahan
Kondisi jalan
buruk,
kondisi air
Lebih dari Kepadatan Lebih dari
Lebih dari Lebih dari bersih baik.
46% 50% bangunan 50%
50% 50% Namun,
menggunakan bangunan rendah yaitu merupakan
menggunakan menggunakan kondisi
genteng non <250 lahan
semen/plaster kayu/papan drainase,
permanen unit/ha negara/irigasi
sanitasi dan
persampahan
buruk.
Kawasan
Kondisi Sosial Ekonomi
1. Bantaran Status
Sungai Kepadatan Mata Tingkat Tingkat Tingkat Pertumbuhan
Kepemilikan
Penduduk Pencaharian Pendidikan Pendapatan Penduduk
Bangunan
Tingkat
Tingkat
pendidikan
pendapatan Lebih dari
Kepadatan rendah,lebih
rendah, 50% milik Tingkat Pertumbuhan
penduduk 39% bekerja dari 50%
lebih dari sendiri Penduduk rendah <1,33%
rendah <150 sebagai buruh penduduk
50% tetapi tidak
jiwa/ha tingkat
pendapatan bersertifikat
pendidikan
<500.000
terakhir SD
Kondisi Fisik
Kualitas Bangunan Status
Kepadatan
Jenis Legalitas Prasarana
Atap Lantai Dinding Bangunan
Bangunan Lahan
Lebih dari Lebih dari Lebih dari 44% Kepadatan Lebih dari Kondisi jalan
50% 50% 50% bangunan bangunan 50% dan air bersih
menggunakan menggunakan menggunakan semi rendah yaitu merupakan baik. namun
genteng semen/plaster batu bata permanen <250 lahan pribadi kondis
unit/ha drainase,
sanitasi dan
persampahan
Kawasan buruk.
Non
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Bantaran
Sungai Status Tingkat
Kepadatan Mata Tingkat
Tingkat Pendidikan Kepemilikan Pertumbuhan
Penduduk Pencaharian Pendapatan
Bangunan Penduduk
Tingkat
Tingkat pendidikan
pendapatan
Kepadatan rendah, hanya 38% Lebih dari
33% bekerja rendah, Tingkat Pertumbuhan
penduduk penduduk tingkat 50% milik
sebagai 45% Penduduk rendah
rendah <150 pendidikan terakhir sendiri tetapi
pedagang penduduk <1,33%
jiwa/ha SMA. Bahkan 7% tidak bersertifikat
500.000-
bersekolah
1.000.000
PETA PERMUK IMAN KUMUH K AWASAN BAN TAR AN SUNG AI KEC AM ATAN
GAYAM SARI
Kelurahan Kaligawe
Kelurahan Tambakrejo
Kelurahan Si wal an
Kelurahan Sawah Besar
Kelurahan Sambirejo
Kelurahan Si wal an
Kelurahan Pandean Lamper
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, H.R. 2010. Pembangunan dan Tata
Ruang. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Andriana, Hendra. 2010. “Persepsi
Masyarakat Terhadap Rencana
Penataan Kawasan Permukiman
Kumuh Bidara Cina di Bantaran
Sungai Ciliwung Jakarta’’. Tesis S2
Program Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro
Budiharjo, Eko. 1997. Sejumlah Masalah
Permukiman Perkotaan.Bandung:
Alumni.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.