Anda di halaman 1dari 20

Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H.

Teapon & Rachman Dano Mustafa)

KEJUTAN TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI DI


INDONESIA: SUATU PENDEKATAN STRUCTURAL VECTOR AUTOREGRESSION

Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun, Indonesia
Email: rrteapon@gmail.com

Abstrak: Kejutan Transmisi Kebijakan Moneter dan Variabel Makro Ekonomi di


Indonesia: Suatu Pendekatan Structural Vector Autoregression. Tujuan dari tulisan
ini adalah untuk mengetahui berapa besar guncangan transmisi kebijakan moneter
mempengaruhi variabel makro ekonomi di Indonesia dan sebaliknya, dengan
menggunakan model Structural Vector Autoregression (SVAR). Hasil penelitian
menunjukan bahwa transmisi kebijakan moneter di Indonesia masih lemah dalam
mempengaruhi inflasi tetapi sangat kuat dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, guncangan variabel makro ekonomi sangat signifikan dalam
mempengaruhi transmisi kebijakan moneter di Indonesia.

Kata kunci: Structural Vector Autoregression (SVAR), kebijakan moneter, kebijakan


makro ekonomi

Abstract: Shock of Monetary Policy Transmission and Macroeconomic Variable in


Indonesia: A Structural VAR Approach. The purpose of this paper is to find out how
much the shock of monetary policy transmission affects macroeconomic variables in
Indonesia and vice versa by using Structural Vector Autoregression (SVAR) model. The
results showed that the transmission of monetary policy in Indonesia only gives a weak
influence toward inflation, but it greatly stimulates economic growth. However, the
shock of macroeconomic variables influences the transmission of monetary policy in
Indonesia significantly.

Keywords: Structural Vector Autoregression (SVAR), monetary policy, macroeconomic


policy.

PENDAHULUAN terhadap ekonomi tersebut terjadi. Kedua


Transmisi kebijakan moneter masih menjadi pertanyaan tersebut menjadi barometer
topik penting dan hangat untuk dalam pembahasan teori ekonomi moneter
diperbincangkan serta diteliti oleh para oleh para ekonom dan sebagai titik tolak
ekonom dan otoritas moneter sebuah perumusan serta pelaksanaan kebijakan
negara. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh moneter oleh bank sentral.
munculnya dua pertanyaan penting dan Teori mekanisme transmisi kebijakan
kontroversial yang dikemukakan oleh moneter pada mulanya mengacu pada
Bernanke et al. (1997) yaitu: Pertama, peranan uang dalam perekonomian, yang
apakah kebijakan moneter dapat pertama kali dijelaskan oleh Quantity Theory
mempengaruhi ekonomi riil di samping of Money. Dalam perkembangan
pengaruhnya terhadap harga, dan Kedua, jika selanjutnya, dengan kemajuan di sektor
memang ya, melalui mekanisme transmisi keuangan selain perbankan dan semakin
seperti apa pengaruh kebijakan moneter terintegrasinya globalisasi keuangan,

177
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

terdapat enam saluran mekanisme transmisi lembaga keuangan lainnya dengan para
kebijakan moneter (monetary policy pelaku ekonomi di sektor riil dalam proses
transmission channels) yang sering intermediasi keuangan dalam berbagai
dikemukakan dalam teori ekonomi moneter. aktivitas ekonomi baik di dalam negeri
Kelima saluran transmisi moneter dimaksud maupun internasional.
adalah saluran moneter langsung (direct Menurut Hai et al. (2015) Mekanisme
monetary channel), saluran suku bunga transmisi kebijakan moneter adalah proses di
(interest rate channel), saluran nilai tukar mana keputusan akan kebijakan moneter
(exchange rate channel), saluran harga aset ditransmisikan ke GDP rill dan inflasi. Pada
(asset price channel), saluran kredit (credit dasarnya ada dua metode yang digunakan
channel), saluran neraca keuangan (balance dalam penelitian tentang transmisi kebijakan
sheet channel), dan saluran ekspektasi moneter. Pertama, mengidentifikasi efek
(expectation channel). Pengamatan pada guncangan kebijakan moneter yang bersifat
ketidaksempurnaan atau friksi keuangan eksogen serta efek guncangan yang
dalam dekade sebelum dan pasca krisis ditimbulkan terhadap variabel
global 2008/2009 mendorong sejumlah makroekonomi lainnya. Kedua,
ekonom berpandangan saluran perilaku mengidentifikasi melalui saluran mana
risiko (risk taking channel) sebagai saluran perubahan dalam kebijakan moneter
transmisi moneter tersendiri (Warjiyo et al., mempengaruhi perekonomian serta
2016). mengidentifikasi saluran transmisi kebijakan
Menurut Warjiyo et al. (2016) bekerjanya moneter yang bisa diterapkan dalam
mekanisme transmisi kebijakan moneter perekonomian. Akan tetapi dalam
dimulai dari keputusan kebijakan moneter mengidentifikasi pengaruh transmisi
bank sentral melalui suku bunga kebijakan kebijakan moneter setidaknya ada tantangan
dan instrumen moneter lainnya, seperti teknis yang harus dihadapi oleh sebuah
operasi moneter, intervensi valuta asing, giro negara. Pertama, instrumen kebijakan
wajib minimum atau yang lain. Selanjutnya, moneter, suku bunga dan variabel ekonomi
tindakan itu kemudian berpengaruh makro lainnya harus ditentukan secara
terhadap aktivitas di sektor keuangan dan bersamaan oleh pembuat kebijakan baik
ekonomi rill melalui berbagai saluran dalam menanggapi fluktuasi ekonomi makro
mekanisme transmisi kebijakan moneter, serta untuk mempengaruhi perekonomian.
yaitu saluran suku bunga, nilai tukar, harga Kedua, kebijakan moneter cenderung
aset, uang beredar, kredit dan ekspektasi. bereaksi terhadap kondisi ekonomi di masa
Pengaruh kebijakan moneter tersebut terjadi depan. Oleh karena itu diperlukan informasi
melalui dua tahap mekanisme transmisi saat ini dan masa lalu. Ketiga, setiap
kebijakan moneter di dalam perekonomian, kebijakan moneter selalu mendasarkan pada
yaitu: (i) interaksi antara bank sentral dengan data real time (yang tersedia pada saat itu)
perbankan dan lembaga keuangan lainnya bukan data ex-post (revisi) yang sering
dalam berbagai transaksi di sektor keuangan, digunakan dalam studi empiris (Cloyne et al.,
dan (ii) interaksi antara perbankan dan 2014). Sedangkan efektivitas transmisi

178
Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa)

kebijakan moneter bergantung pada sejak tindakan moneter dilakukan bank


kemampuan pembuat kebijakan untuk sentral ke perubahan masing-masing saluran
membuat penilaian yang akurat terhadap maupun dari saluran transmisi ke perubahan
dampak dari kebijakan moneter dalam inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
menjaga stabilitas harga dan aktivitas Berkaitan dengan pernyataan Bernanke
ekonomi (Vinayagathasan, 2013). et al, Hai et al. serta Warjiyo di atas maka
Tujuan dianalisisnya transmisi kebijakan studi tentang transmisi kebijakan moneter
moneter di sebuah negara juga dijabarkan penting dilakukan di Indonesia guna
dengan jelas oleh Warjiyo (2004) ke dalam menentukan variabel ekonomi dan keuangan
dua aspek penting. Yang pertama adalah mana yang paling kuat dijadikan leading
untuk mengetahui saluran transmisi mana indicators terhadap pergerakan inflasi dan
yang paling dominan dalam ekonomi untuk pertumbuhan ekonomi ke depan serta
dipergunakan sebagai dasar bagi perumusan variabel mana sebagai indikator untuk
strategi kebijakan moneter. Yang kedua penentuan sasaran operasional kebijakan
adalah untuk mengetahui seberapa kuat dan moneter. Dengan demikian, apabila uang
lamanya tenggat waktu masing-masing beredar, suku bunga dan nilai tukar relatif
saluran transmisi tersebut bekerja, baik dari kuat dalam mempengaruhi pergerakan

Gambar 1. Perkembangan variabel moneter dan makro ekonomi di Indonesia


Sumber: Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional Bank Indonesia, data diolah

179
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

ekonomi dan inflasi ke depan, maka variabel- yang signifikan terhadap pertumbuhan GDP
variabel ini perlu dipergunakan dalam rill dan pertumbuhan kredit dalam
membangun leading indicators. Dari data perekonomian jangka pendek ke menengah.
perkembangan variabel moneter dan makro Respon yang signifikan dan positif juga
ekonomi Indonesia selama tahun 2004Q1 ditunjukan oleh variabel inflasi terhadap
sampai 2016Q3 di atas terlihat jelas bahwa kenaikan tingkat bunga nominal hanya dalam
interaksi antara variabel moneter seperti dua kuartal pertama. pergerakan import
nilai tukar (ER), suku bunga (IR) serta Jumlah price deflator memiliki dampak yang kuat
uang beredar (M2) terhadap perkembangan terhadap perekonomian di Vietnam.
variabel makro ekonomi seperti Gross Sementara itu perubahan dan tekanan suku
Domestic Product (GDP) dan Inflasi (INF) bunga di Vietnam tidak memiliki dampak
masih stabil, terkendali dan terjaga. Berikut yang signifikan terhadap inflasi baik dalam
ini adalah data perkembangan variabel jangka pendek maupun jangka menengah.
moneter dan makro ekonomi di Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kondisi yang demikian terjadi juga di mekanisme transmisi kebijakan moneter di
negara-negara Visegrad yaitu, Polandia, Vietnam lemah.
Republik Ceko, Slovakia dan Hungaria di Khumalo (2013) melakukan penelitian di
mana variabel moneter (terutama jumlah Afrika Selatan dan menemukan bahwa
uang beredar) memainkan peran penting terdapat hubungan yang kuat antara variabel
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi harga saham, inflasi, nilai tukar, tingkat
di masing-masing negara tersebut (Goliuk, bunga, pertumbuhan ekonomi dan jumlah
2016). Penelitian yang dilakukan oleh uang beredar. Temuan utama dalam
Simwaka et al. (2012) di Malawi juga penelitian ini mengindikasikan bahwa
menemukan bahwa pergerakan variabel variabel harga saham bereaksi negatif
moneter (terutama nilai tukar) dapat terutama pada variabel inflasi dan suku
mendorong inflasi dengan kelambanan tiga bunga. Demikian juga dengan variabel
sampai enam bulan ke depan. jumlah uang beredar yang memiliki
Beberapa studi tentang mekanisme hubungan negatif dengan harga saham.
transmisi kebijakan moneter telah dilakukan Variabel ekonomi lainnya yang juga
di berbagai negara dengan hasil penelitian berpengaruh kuat adalah nilai tukar dan
yang bervariasi. Bhattacharya (2013) pertumbuhan ekonomi. Kedua variabel ini
melakukan penelitian di Vietnam dan menunjukkan hubungan yang negatif
menemukan bahwa dalam jangka pendek terhadap harga saham.
pendorong utama inflasi adalah pergerakan Errit et al. (2013) menemukan bahwa
nominal effective exchange rate. Selain itu variabel GDP, konsumsi sektor swasta,
pertumbuhan kredit memiliki dampak positif investasi perusahaan dan impor memiliki
dan signifikan terhadap inflasi. Guncangan pengaruh kuat terhadap kebijakan moneter
terhadap pertumbuhan GDP rill cenderung di Estonia. Guncangan kebijakan moneter
menghasilkan tekanan inflasi. Guncangan memiliki pengaruh yang kuat tetapi lamban
suku bunga juga cenderung memiliki dampak terutama pada variabel kredit perumahan

180
Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa)

dan suku bunga kredit bagi konsumen. Reaksi tukar berpengaruh signifikan terhadap
GDP dan tingkat inflasi berbasis GDP deflator tekanan inflasi di Nigeria. Hal ini
empat kali lebih kuat bila dibandingkan reaksi mengindikasikan bahwa ada ketergantungan
euro terhadap perekonomian Estonia. negara tersebut pada impor. Oleh karena itu,
Tingkat bunga Estonia bereaksi dua kali lebih perlu untuk mengembangkan sektor rill
kuat dibandingkan dengan suku bunga pasar melalui investasi yang intensif. Hal ini
uang negara-negara Eropa lainnya. Selain itu diperlukan karena inflasi tidak dapat
suku bunga merupakan variabel utama yang ditargetkan tanpa sektor rill yang kuat.
memainkan peranan penting dalam Analisis varians dekomposisi menunjukkan
menyebarluaskan dampak guncangan bahwa guncangan nilai tukar memiliki
kebijakan transmisi moneter di Estonia. dampak yang signifikan terhadap harga dan
Boonyanam (2014) melakukan penelitian GDP. Kesimpulan utama dari analisis ini
di Thailand dan menemukan bahwa terdapat mengindikasikan bahwa mekanisme
hubungan jangka panjang antara variabel transmisi moneter berjalan melalui nilai
moneter dan harga saham di Thailand. Uji tukar ke harga yang sesuai dengan
kausalitas menunjukkan bahwa terdapat paradigma ekonomi terbuka yang
hubungan dua arah antara harga saham menyatakan bahwa nilai tukar
dengan consumer price index serta terdapat mempengaruhi perkiraan inflasi ke depan.
juga hubungan antara narrow money dengan Kutu et al. (2016) melakukan penelitian di
harga saham. Selain itu suku bunga dan harga Afrika Selatan dengan menggunakan variabel
saham memiliki hubungan jangka pendek. output industri, output agregat, nilai tukar,
Kausalitas searah juga terjadi antara nilai inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar,
tukar dan suku bunga terhadap harga saham. harga komoditas dunia serta harga minyak
Hasil varians dekomposisi menunjukkan dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel moneter yang paling mempengaruhi variabel tingkat bunga dan harga komoditas
harga saham adalah narrow money. dunia ditemukan tidak signifikan dalam
Pengaruhnya terjadi pada periode jangka menjelaskan variasi output industri selama
pendek ke jangka panjang yaitu 2, 8 dan 10 empat kuartal ke depan. Adanya dampak
bulan. Sedangkan tingkat suku bunga sementara yang ditimbulkan dari trend
memberikan kontribusi tertinggi pada peningkatan maupun penurunan variabel
periode jangka menengah yaitu 4, 6 dan 8 moneter dan guncangan harga minyak dunia
bulan. Besarnya varians exchange rate 36-53 terhadap perekonomian menyebabkan
persen, narrow money 3-10 persen dan terjadi perubahan yang tak terduga dalam
consumer price index 3-6 persen. kebijakan moneter di Afrika Selatan
Sunday et al. (2015) melakukan terutama terhadap output industri dan
penelitian di Nigeria dengan menggunakan output agregat. Nilai tukar, inflasi dan uang
variabel Indeks harga konsumen, produk beredar ditemukan berpengaruh signifikan
domestik bruto, nilai tukar, indeks harga terhadap pertumbuhan output serta harga
konsumen, penawaran uang dan suku bunga. minyak dunia dalam jangka panjang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Sedangkan kejutan harga minyak memiliki

181
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

dampak negatif terhadap kegiatan ekonomi terlihat bahwa tidak adanya hubungan
dan pertumbuhan output. antara investasi riil sektor swasta dan
Mwabutwa et al. (2016) melakukan konsumsi riil sektor swasta terhadap indeks
penelitian di Malawi dengan menggunakan harga saham gabungan. Di samping itu, pada
variabel Bunga bank, harga, output rill, kredit saluran nilai tukar terdapat hubungan timbal
privat dan nilai tukar. Temuan empiris balik antara paritas suku bunga dengan asset
penelitian ini menunjukkan bahwa Impulse bersih luar negeri, nilai tukar rupiah terhadap
respons function variabel output rill mata uang asing saling memiliki hubungan
memberikan kejutan terhadap suku bunga dengan inflasi. Sedangkan penelitian yang
perbankan sebesar satu standar deviasi dan dilakukan oleh Safuan et al. (2007) dengan
bervariasi dari waktu ke waktu serta bernilai menggunakan model Vector Autoregression
positif. Di sisi penawaran, guncangan nilai (VAR) untuk periode 1997:01 hingga 2005:07
tukar cenderung memberikan pengaruh menemukan bahwa jalur bunga, nilai tukar,
langsung ke harga barang domestik melalui kredit dan harga aset adalah jalur-jalur yang
barang dan jasa yang diimpor. Sementara di relatif dominan. Temuan studi ini juga
sisi permintaan, pergerakan nilai tukar menyimpulkan dan sekaligus menguatkan
mempengaruhi permintaan terhadap barang argumen bahwa semakin banyak jalur
dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan mekanisme transmisi yang dominan
karenanya mempengaruhi ekspor neto. Pada menunjukkan bahwa mekanisme transmisi
kondisi ini permintaan agregat dapat moneter semakin efektif. Penelitian ini
berpengaruh dan pada akhirnya akan sejalan dengan temuan penelitian yang
berdampak pada penyerapan input produksi dilakukan oleh Alfian (2011) dengan
seperti upah. Sementara itu, guncangan nilai menggunakan model Vector Autoregression
tukar berpengaruh positif terhadap inflasi (VAR) untuk periode 2005:07-2010:06 yang
dan output serta bervariasi dari waktu ke menunjukkan bahwa Peranan jalur suku
waktu. bunga dalam mekanisme transmisi kebijakan
Beberapa Studi empiris tentang transmisi moneter di Indonesia efektif mewujudkan
kebijakan moneter di Indonesia pertumbuhan kredit. Melalui jalur ini
menunjukkan kesimpulan yang berbeda- dibutuhkan time lag sekitar 4 bulan hingga
beda di antaranya, penelitian yang dilakukan terwujudnya pertumbuhan kredit di sektor
oleh Herlina (2013) dengan menggunakan uji swasta. Respons variabel-variabel pada jalur
kausalitas Granger periode 2000-2011 ini terhadap shock suku bunga SBI relatif
menemukan bahwa mekanisme transmisi lemah masing-masing membutuhkan satu
kebijakan moneter pada saluran kredit yang time lag untuk merespon shock SBI. Pada
ditunjukkan oleh pasar uang antar bank tidak hasil Impulse Respons diketahui bahwa
memiliki hubungan kausalitas terhadap sasaran operasional merespon lemah
kredit investasi pada bank komersil dan terhadap perubahan variabel kebijakan
investasi riil sektor swasta dapat moneter dan agregat kredit memiliki respon
mempengaruhi kredit investasi riil di bank yang relatif kuat terhadap perubahan suku
komersil. Dari sisi lain, saluran harga asset bunga perbankan. Sedangkan, pada tabel

182
Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa)

dekomposisi variasi dapat disimpulkan adalah: Pertama, untuk mengetahui berapa


bahwa kebijakan moneter dapat besar guncangan transmisi kebijakan
menjelaskan variasi dari sasaran operasional moneter mempengaruhi variabel makro
dan sasaran antara, variabel kebijakan ekonomi di Indonesia; Kedua, untuk
moneter juga mampu menjelaskan mengetahui berapa besar guncangan
perubahan suku bunga perbankan. Studi lain variabel makro ekonomi terhadap transmisi
yang mendukung penelitian Safuan et al. kebijakan moneter tersebut serta Ketiga,
adalah penelitian Natsir (2011) yang untuk mengetahui saluran transmisi mana
membuktikan bahwa mekanisme transmisi yang paling dominan serta seberapa kuat
kebijakan moneter melalui jalur suku bunga masing-masing saluran tersebut
efektif mewujudkan sasaran akhir kebijakan mempengaruhi variabel makro ekonomi.
moneter di Indonesia periode 1990:2-
2007:1. Dengan menggunakan model Vector METODE
Autoregression (VAR), Natsir membuktikan Penelitian ini menggunakan data sekunder
bahwa mekanisme transmisi kebijakan yang di peroleh dari publikasi Ekonomi
moneter melalui Jalur Suku Bunga Keuangan dan Kerjasama Internasional Bank
membutuhkan time lag sekitar 10 triwulan Indonesia periode 2004Q1 sampai 2016Q3.
hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan Periode penelitian ini dipilih sebagai
moneter. Respons variabel-variabel pada kelanjutan dari penelitian-penelitian
jalur ini terhadap shock suku bunga SBI relatif sebelumnya yang berhubungan dengan
kuat dan variabel utama jalur ini yaitu suku mekanisme transmisi kebijakan moneter di
bunga pasar uang antar bank mampu Indonesia hanya saja model yang digunakan
menjelaskan variasi sasaran akhir kebijakan dalam penelitian ini merupakan
moneter secara signifikan yakni sebesar pengembangan dari model yang digunakan
63,11%. Hasil ini sekaligus menunjukkan oleh peneliti sebelumnya yaitu model
bahwa suku bunga pasar uang antar bank Structural Vector Autoregression (SVAR).
berfungsi secara efektif sebagai sasaran Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
operasional kebijakan moneter di Indonesia. meliputi nilai tukar (ER), suku bunga (IR),
Dari uraian di atas ada tiga permasalahan jumlah uang beredar (M2), Gross Domestic
yang muncul dan menjadi perhatian utama Product (GDP) dan Inflasi (INF). Penelitian ini
dalam paper ini. Pertama, bagaimanakah menggunakan model Structural Vector
guncangan transmisi kebijakan moneter Autoregression (SVAR). Model ini tersusun
mempengaruhi variabel makro ekonomi di atas pengembangan model Vector
Indonesia?; Kedua, bagaimanakah Autoregression (VAR) yang berdasarkan pada
guncangan variabel makro ekonomi peta hubungan antar variabel yang ada di
terhadap transmisi kebijakan moneter dalam sistem VAR. Oleh karena itu model
tersebut?; Ketiga, saluran transmisi mana SVAR ini dikenal dengan model VAR yang
yang paling dominan serta seberapa kuat teoretis. Analisis SVAR didasarkan pada
masing-masing saluran transmisi tersebut upaya untuk memberikan suatu solusi yang
bekerja?. Adapun tujuan dari penelitian ini masuk akal terhadap suatu masalah yaitu

183
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

1 𝑏12 𝑏13 𝑏14 𝑏15 𝐼𝑁𝐹𝑡 10 11 12 13 14 15 𝐼𝑁𝐹𝑡−1 1𝑡
𝑏21 1 𝑏23 𝑏24 𝑏25 𝐼𝑅𝑡  20
 21
22 23 24 25 𝐼𝑅𝑡−1 2𝑡
𝑏31 𝑏32 1 𝑏34 𝑏35 𝑀2𝑡 = 30 + 31 32 33 34 35 𝑀2𝑡−1 + 3𝑡
𝑏41 𝑏42 𝑏43 1 𝑏45 𝐸𝑅𝑡 40 41 42 43 44 45 𝐸𝑅𝑡−1 4𝑡
[𝑏51 𝑏52 𝑏53 𝑏54 1 ] [𝐺𝐷𝑃𝑡 ] [ 50 ] [51
 52 53 54 55 ] [𝐺𝐷𝑃𝑡−1 ] [5𝑡 ]

Gambar 2. Model Persamaan SVAR

dengan berdasarkan pada pembebanan dari meningkatnya suku bunga, karena pada saat
satu set restriksi. SVAR dapat dipandang terjadi inflasi akan diikuti dengan naiknya
sebagai jembatan antara teori ekonomi dan harga barang/jasa sehingga dapat memicu
multiple time series analysis. Sebagai masyarakat membeli barang/jasa dalam
konsekuensinya model SVAR seringkali harus jumlah yang besar, sebab ekspektasi
berhubungan dengan suatu analisis masyarakat akan ada kenaikan harga
guncangan. barang/jasa yang tinggi pada masa yang akan
Spesifikasi model SVAR dalam penelitian datang (expected inflation rate). Dengan
ini digunakan dengan tujuan untuk melakukan transaksi pembelian barang/jasa
mengetahui guncangan transmisi kebijakan maka dana yang dimiliki masyarakat dapat
moneter dalam mempengaruhi variabel berkurang sehingga muncul permintaan akan
makro ekonomi di Indonesia. Bentuk model uang. Terjadinya peningkatan pada
SVAR yang dimaksud dapat dilihat pada permintaan uang akan mendorong
Gambar 2. meningkatnya suku bunga. Selain itu, terjadi
Persamaan SVAR untuk model dapat juga guncangan terhadap suku bunga sebagai
diringkas menurut Ouliaris et al. (2016) akibat dari guncangan pada suku bunga itu
sebagai berikut: sendiri. Secara umum kondisi tersebut dapat
𝐴0 𝑧𝑡 = 0 + 𝐴1 𝑧𝑡−1 + 𝑡 ........................... (1) dirumuskan dalam persamaan SVAR sebagai
Di mana 𝐴0 adalah contemporaneous berikut:
relations antar variabel;𝑧𝑡 adalah vektor 𝑒 𝐼𝑁𝐹 = 𝑎11 𝜀 𝐼𝑁𝐹 .......................................... (2)
dengan lim a variabel yang digunakan yaitu 𝑒 𝐼𝑅 = 𝑎21 𝜀 𝐼𝑁𝐹 + 𝜀 𝐼𝑅 ................................ (3)
Inflasi (INF), Suku Bunga (IR), Jumlah Uang Persamaan 4 di bangun berdasarkan
Beredar (M2), Nilai Tukar (ER) dan beberapa teori dan asumsi antara lain; (a).
Pertumbuhan Ekonomi (GDP); 0 adalah Teori permintaan uang (The Quantity Theory
vektor intersep; 𝐴1 adalah matriks koefisien of Money) yang berpandangan bahwa
(n x n); 𝑧𝑡−1 adalah vector autoregression terdapat hubungan langsung antara jumlah
dengan lag operator 1; 𝑡 adalah vektor uang beredar dengan kenaikan harga-harga
variabel gangguan. umum (inflasi). Guncangan terhadap jumlah
Model ini tersusun berdasarkan uang beredar akan meningkat sebagai akibat
guncangan struktural dari sisi penawaran dari guncangan pada jumlah uang beredar itu
(supply shock) yang ditunjukkan oleh tingkat sendiri dan terjadinya kelebihan uang atau
inflasi yang tampak pada persamaan 2. guncangan dari sisi inflasi. Oleh karena itu
Selanjutnya pada persamaan 3, guncangan jika bank sentral ingin mencapai dan
inflasi yang tinggi dapat menyebabkan memelihara tingkat inflasi yang rendah dan

184
Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa)

stabil, maka yang harus dilakukan adalah melakukan transaksi dalam volume yang
mengendalikan dan mengontrol jumlah uang besar sehingga memicu kenaikan harga
beredar; (b). Suku bunga mempengaruhi barang dalam negeri. Keadaan yang demikian
keputusan individu terhadap pilihan akan menyebabkan guncangan terhadap
membelanjakan uang lebih banyak atau nilai tukar yaitu melemah atau terdepresiasi
menyimpan uang dalam bentuk tabungan. akibat dari jumlah transaksi barang dari luar
Tingkat suku bunga juga digunakan oleh negeri yang mengalami kenaikan karena
pemerintah untuk menekan jumlah uang harga barang dalam negeri meningkat; (c).
beredar yang dapat menyebabkan inflasi. Hubungan inflasi dan nilai tukar didasarkan
Guncangan suku bunga yang tinggi pada Teori Paritas Daya Beli (Purchasing
diharapkan dapat menekan guncangan Power Parity Theory) yang menunjukkan
terhadap jumlah uang beredar sehingga bahwa setiap guncangan inflasi di dalam
permintaan agregat akan menurun dan negeri maupun dari luar negeri akibat
guncangan terhadap inflasi biasa diatasi. Dari peningkatan volume jumlah uang beredar
penjelasan teoretis di atas maka konstruksi akan berdampak pada menurunnya nilai
model SVAR adalah sebagai berikut: tukar mata uang dalam negeri dibandingkan
𝑒 𝑀2 = 𝑎31 𝜀 𝐼𝑁𝐹 + 𝑎32 𝜀 𝐼𝑅 + 𝜀 𝑀2 .............. (4) dengan mata uang luar negeri. Selain itu,
Pembentukan Persamaan 5 didasarkan terjadi guncangan terhadap nilai tukar
pada penjelasan teori dan asumsi berikut ini; sebagai akibat dari guncangan terhadap nilai
(a). International Fisher Effect Theory yang tukar itu sendiri. Berdasarkan penjelasan
menyatakan bahwa nilai tukar suatu mata teoretis tersebut maka model SVAR yang
uang terhadap mata uang yang lainnya akan dapat dibentuk adalah sebagai berikut:
berubah akibat perbedaan tingkat bunga 𝑒 𝐸𝑅 = 𝑎41 𝜀 𝐼𝑁𝐹 + 𝑎42 𝜀 𝐼𝑅 + 𝑎43 𝜀 𝑀2 +
antara dua negara. Guncangan nilai tukar 𝜀 𝐸𝑅 ............................................................. (5)
akibat guncangan tingkat bunga yang tinggi Pengaruh guncangan inflasi, suku bunga,
akan mengakibatkan penurunan terhadap jumlah uang beredar dan nilai tukar terhadap
nilai tukar tersebut (depresiasi). Kemudian pertumbuhan ekonomi pada persamaan 6
guncangan nilai tukar akibat guncangan dapat dijelaskan sebagai berikut; (a).
tingkat bunga yang rendah akan Guncangan inflasi berpengaruh negatif
mengakibatkan kenaikan terhadap nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena
tersebut (apresiasi); (b). Guncangan inflasi yang tinggi akan menyebabkan
terhadap nilai tukar mengalami kenaikan meningkatnya harga-harga barang/jasa
apabila guncangan jumlah uang beredar sehingga berdampak pada menurunnya
meningkat. Perubahan jumlah uang beredar permintaan masyarakat akan barang/jasa
mendorong terjadinya exchange rate tersebut. Hal ini berimplikasi pada
overshooting, yang mendorong perubahan menurunnya pertumbuhan ekonomi; (b).
kurs lebih banyak dalam jangka pendek Tingkat suku bunga juga berpengaruh negatif
daripada jangka panjang. Guncangan jumlah terhadap pertumbuhan ekonomi. Besarnya
uang beredar yang semakin tinggi guncangan terhadap tingkat suku bunga akan
menyebabkan masyarakat cenderung untuk mempengaruhi permintaan uang domestik

185
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

yang disebabkan oleh tingginya motif SVAR. Dengan demikian jumlah restriksi yang
spekulasi dan selanjutnya akan menurunkan akan dimasukkan kedalam model VAR dalam
permintaan terhadap uang dalam negeri. penelitian ini adalah sebanyak 15 persamaan
Kondisi yang demikian akan menyebabkan untuk restriksi model jangka pendek. Model
perekonomian menjadi lesu sehingga restriksi tersebut adalah sebagai berikut:
pertumbuhan ekonomi menurun; (c). Jumlah 𝑒 𝐼𝑁𝐹 𝐼𝑁𝐹 1 0 0 0 0
𝑒 𝐼𝑅
𝐼𝑅 𝑎21 1 0 0 0
uang beredar juga berpengaruh negatif 𝑒 𝑀2 = 𝑀2 𝑎31 𝑎32 1 0 0
terhadap pertumbuhan ekonomi. 𝑒 𝐸𝑅
𝐸𝑅 𝑎41 𝑎42 𝑎43 1 0
[𝑒 𝐺𝐷𝑃 ] [𝐺𝐷𝑃 ] [𝑎51 𝑎52 𝑎53 𝑎54 1]
Guncangan yang besar terhadap jumlah uang
Setelah mengestimasi model SVAR yang
beredar mengakibatkan inflasi sehingga
telah direstriksi tersebut maka selanjutnya
permintaan masyarakat akan barang/jasa
akan dilakukan analisis innovation
menurun dan pada akhirnya menyebabkan
accounting yaitu Impulse Response Function
pertumbuhan ekonomi menjadi rendah; (d).
(IRF) dan Decomposition of Forecasting Error
Meningkatnya guncangan terhadap nilai
Variance (DFEV). Analisis IRF digunakan
tukar berimplikasi negatif terhadap
untuk menentukan respon suatu variabel
pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya nilai
endogen terhadap guncangan variabel
tukar diikuti oleh peningkatan dalam harga
tertentu. IRF juga digunakan untuk melihat
faktor produksi dan pengeluaran
guncangan dari suatu variabel terhadap
pemerintah. Akibatnya produktivitas
variabel yang lain dan berapa lama pengaruh
masyarakat dan permintaan akan faktor
tersebut terjadi. Sedangkan DFEV digunakan
produksi menurun dikarenakan menurunnya
untuk melihat berapa persen peran masing-
permintaan masyarakat. Keadaan tersebut
masing guncangan terhadap variabilitas
berdampak pada memburuknya
variabel tertentu atau menelaah sumber-
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, terjadi
sumber fluktuasi pada variabel tertentu.
guncangan terhadap pertumbuhan ekonomi
Sebelum masuk pada tahapan analisis
sebagai akibat dari guncangan terhadap
SVAR terlebih dahulu akan dilakukan uji
pertumbuhan ekonomi itu sendiri..
stasioneritas data dengan Augmented
Berdasarkan penjelasan tersebut maka
Dickey-Fuller Test, penentuan panjang lag
model SVAR yang dapat dibentuk adalah
optimal dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
Akaike Information Criterion (AIC), uji
𝑒 𝐺𝐷𝑃 = 𝑎51 𝜀 𝐼𝑁𝐹 + 𝑎52 𝜀 𝐼𝑅 + 𝑎53 𝜀 𝑀2 +
stabilitas model VAR terpilih dan uji
𝑎54 𝜀 𝐸𝑅 + 𝜀 𝐺𝐷𝑃 .......................................... (6)
kointegrasi Johansen. Ada dua alasan utama
Penggunaan model SVAR memiliki tujuan digunakannya ujikointegrasi Johansen dalam
utama yaitu untuk memperoleh non- penelitian ini. Pertama, pengujian kointegrasi
recursive ortogonal dari error term untuk perlu dilakukan jika terdapat kombinasi
analisis impulse respon. Untuk linear antara variabel non-stasioner yang
mengidentifikasi komponen struktural atau terkointegrasi pada ordo yang sama. Kedua,
ortogonal dari error term maka harus Penggunaan data perbedaan pertama (1st
memasukkan sejumlah restriksi dalam model difference) tidak direkomendasikan sebab

186
Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa)

Tabel
Tabel2.
1.Uji
UjiStasioneritas
StasioneritasAugmented
AugmentedDickey-Fuller
Dickey-FullerPada
PadaDerajat
DerajatFirst
LevelDifference
Constant Constant and Linier None
Variabel
t-stat p-values t-stat p-values t-stat p-values
INF -6,526476
-1,778321 0,0000
0,3863 -6,478538
-3,793739 0,0000
0,0255 -6,589228
-0,861322 0,0000
0,3374
IR -3,420746
-2,289494 0,0149
0,1793 -3,472096
-3,499744 0,0538
0,0505 -3,440273
-0,880831 0,0009
0,3295
M2 -5,191837
-1,950105 0,0001
0,3072 -6,042684
-2,421656 0,0000
0,3641 -5,256739
-0,335109 0,0000
0,5590
LER -5,108040
-0,887316 0,0001
0,7841 -5,113584
-2,062492 0,0007
0,5532 -5,331348
0,693360 0,0000
0,8621
GDP -6,955038
-2,773614 0,0000
0,0693 -6,986451
-2,898232 0,0000
0,1719 -7,024978
-0,191935 0,0000
0,6121

akan menghilangkan informasi jangka Dickey-Fuller Test untuk kelima variabel yang
panjang. Oleh karena itu untuk menganalisis digunakan pada derajat level maupun first
informasi jangka panjang akan digunakan difference yang menggunakan constant,
data level sehingga model SVAR dalam constant and linear serta none pada include
penelitian ini akan lebih baik jika in test equation. Uji stasioneritas data perlu
dikombinasikan dengan uji kointegrasi. dilakukan untuk menghindari keluaran
Model uji kointegrasi Johansen yang regresi yang lancung (spurious regression)
digunakan dalam penelitian ini sebagai akibat variabel yang tidak stasioner pada
berikut: derajat yang sama. Secara umum
𝑌𝑡 = 𝐴0 + 𝐴1 𝑌𝑡−1 + 𝐴2 𝑌𝑡−2 + 𝐴3 𝑌𝑡−3 + kestasioneran data pada derajat level uji
𝐴4 𝑌𝑡−4 + 𝐴5 𝑌𝑡−5 + 𝑣𝑡 .............................. (7) statistik ADF di atas menunjukkan nilai yang
lebih besar dari nilai kritis Mc-Kinnonatau
Uji kointegrasi dari Johansen didasarkan
nilai probabilitas yang lebih besar dari 5
atas model VAR(p) dari sekumpulan peubah
persen sehingga dapat disimpulkan data
yang tidak stasioner, yaitu 𝑌𝑡 yang terdiri dari
tersebut tidak stasioner pada derajat level.
lima peubah potentially endogenus seperti
Karena semua variabel tidak stasioner pada
nilai tukar (ER), suku bunga (IR), jumlah uang
derajat level maka perlu dilanjutkan dengan
beredar (M2), Gross Domestic Product (GDP)
melakukan uji akar unit pada tingkat first
dan Inflasi (INF). Tujuan dari penggunaan uji
difference. Hasil uji statistik ADF pada tingkat
kointegrasi Johansen dalam penelitian ini
first difference menunjukkan nilai yang lebih
hanya sebatas memperoleh hubungan
kecil dari nilai kritis Mc-Kinnon atau nilai
jangka panjang antar variabel yang telah
probabilitas yang lebih kecil dari 5 persen
memenuhi persyaratan dalam proses
sehingga dapat disimpulkan data telah
integrasi yaitu di mana semua variabel telah
stasioner pada derajat first difference dan
stasioner pada derajat yang sama. Oleh
pengujian dapat dilakukan pada tahap
karena itu tidak dilakukan over restriction
selanjutnya. Hasil uji stasioneritas data
untuk mendapatkan hasil estimasi VECM
ditunjukan pada tabel 1 dan 2.
lebih lanjut.
Tahap berikutnya adalah menentukan
panjang lag yang optimal untuk model Vector
HASIL DAN PEMBAHASAN
Autoregression (VAR) dengan menggunakan
Analisis penelitian ini dimulai dengan uji
metode Akaike Information Criterion (AIC).
stasioneritas data dengan Augmented

187
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

Tabel berikut ini menunjukkan model VAR VAR yang stabil. Hal ini dikarenakan nilai
dengan panjang lag serta nilai AIC untuk modulus dari seluruh AR-rootnya berada di
masing-masing lag. bawah 1 yaitu pada kisaran 0,52-0,98. Jumlah
Tabel 3. Penentuan Panjang Lag Model VAR root yang di uji sebanyak 30 yaitu jumlah
dengan AIC variabel dikalikan dengan jumlah lag terpilih
Model Vector Akaike (5 x 6). Hasil uji stabilitas dapat dilihat pada
Autoregression Information Tabel 4.
Criterion
Selanjutnya akan dilakukan uji
Lag 1 7,197909
Lag 2 7,751655 kointegrasi Johansen untuk menemukan
Lag 3 7,612254 hubungan jangka panjang atau hubungan
Lag 4 6,842605 kointegrasi antar variabel yang digunakan
Lag 5 6,105099
Lag 6 5,933619 dalam penelitian ini. Hasil uji kointegrasi
Lag 7 3,061183 Johansen disajikan pada Tabel 5.
Hal yang terpenting dalam pemodelan Hasil uji kointegrasi Johansen dengan
VAR adalah menentukan panjang lag asumsi intercept and trend (quadratic
optimal. Jika lag optimal yang dipilih terlalu deterministic trend in data) menunjukkan
pendek maka dikhawatirkan tidak dapat bahwa terdapat empat persamaan yang
menjelaskan kedinamisan model secara terkointegrasi pada taraf nyata lima persen
menyeluruh. Memilih lag yang terlalu dan satu persen berdasarkan perbandingan
panjang pun dikhawatirkan akan antara critical value, trace statistic dan nilai
menghasilkan estimasi yang tidak efisien probabilitas. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya
karena berkurangnya degree of freedom nilai critical value empat persamaan yang
(derajat bebas). Penentuan panjang lag terkointegrasi di atas bila dibandingkan
menunjukkan bahwa batas lag maksimum dengan nilai trace statistic masing-masing
(yang paling tinggi) yaitu berada pada lag 7. persamaan tersebut. Nilai probabilitas dari
Selanjutnya, dari informasi pada tabel 3 di keempat persamaan tersebut pun
atas lag yang terpilih adalah lag 7 karena menunjukkan adanya kointegrasi di mana
memiliki nilai AIC terkecil bila dibandingkan nilai tersebut berada di bawah satu persen
dengan lag lainnya pada model VAR di atas. yaitu 0,00 – 0,10 persen.
Namun setelah mengalami pengujian Berikutnya akan dilakukan uji ketahanan
stabilitas model VAR dengan lag 7 diperoleh model (robustness check) pada setiap
hasil yang tidak stabil karena nilai modulus komponen persamaan Structural VAR di atas.
berada di atas 1 yaitu pada kisaran 1,010588 Uji robustness yang digunakan adalah uji
dengan nilai root berada pada 0,504196- autokorelasi (LM test) dan uji normalitas
0,875827i. Selanjutnya akan dilakukan uji multivariat yang terdiri dari uji Cholesky
stabilitas model VAR dengan lag terpilih yaitu Lutkepohl, uji residual correlation Doornik-
lag 6 (lag dengan nilai AIC terkecil setelah lag Hansen dan uji residual covariance Urzua. Uji
7). autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa melihat ada tidaknya korelasi antara error
sistem VAR dengan lag 6 merupakan sistem term pada periode t dengan error term pada

188
Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa)

Tabel 4. Uji Stabilitas Model VAR Lag 6


Root Modulus
0.470218 + 0.861544i 0.981511
0.470218 - 0.861544i 0.981511
-0.713067 - 0.663468i 0.973989
-0.713067 + 0.663468i 0.973989
-0.946732 0.946732
0.782210 + 0.506494i 0.931874
0.782210 - 0.506494i 0.931874
0.878913 - 0.275343i 0.921033
0.878913 + 0.275343i 0.921033
0.140231 + 0.890700i 0.901671
0.140231 - 0.890700i 0.901671
0.649955 - 0.614489i 0.894449
0.649955 + 0.614489i 0.894449
-0.808297 - 0.353006i 0.882019
-0.808297 + 0.353006i 0.882019
-0.198694 - 0.855641i 0.878408
-0.198694 + 0.855641i 0.878408
-0.677148 - 0.529410i 0.859537
-0.677148 + 0.529410i 0.859537
-0.443213 + 0.698534i 0.827277
-0.443213 - 0.698534i 0.827277
-0.688033 + 0.408771i 0.800302
-0.688033 - 0.408771i 0.800302
0.328826 - 0.677823i 0.753373
0.328826 + 0.677823i 0.753373
0.627707 - 0.385853i 0.736816
0.627707 + 0.385853i 0.736816
-0.461196 + 0.463474i 0.653843
-0.461196 - 0.463474i 0.653843
0.528608 0.528608

periode t-1 untuk persamaan 2 sampai 6 menguji apakah masing-masing komponen


Structural VAR di atas. Hasil uji autokorelasi persamaan 2 sampai 6 Structural VAR
menunjukkan bahwa nilai probabilitas LM- tersebut error term nya terdistribusi normal
Stat pada lag 1 sampai 6 lebih besar dari atau tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa
alpha 0,05 dan 0,01 persen sehingga dapat sebagian besar nilai probabilitas Jarque-Bera
disimpulkan bahwa komponen persamaan 2 lebih besar dari 0,05 persen baik untuk uji
sampai 6 Structural VAR tersebut terbebas Cholesky Lutkepohl, Residual Correlation
dari masalah otokorelasi atau tidak terdapat Doornik-Hansen maupun Residual Covariance
korelasi antara error term pada periode t Urzua. Kecuali komponen persamaan 6 yang
dengan error term pada periode t-1. Hasil uji nilai probabilitas Jarque-Bera lebih kecil dari
autokorelasi LM test disajikan pada Tabel 6. alpha 0,05 persen tetapi lebih besar dari
Selanjutnya dilakukan uji normalitas alpha 0,01 persen. Dengan demikian dapat
komponen pada persamaan 2 sampai 6 disimpulkan bahwa dengan tingkat
Structural VAR di atas dengan tujuan untuk keyakinan 95 persen error term pada setiap

189
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

Tabel 5. Uji Kointegrasi Johansen dengan Asumsi Intercept and Trend


Hypothesized Trace 0.05
Eigenvalue Prob.**
No. of CE(s) Statistic Critical Value
None * 0.951703 278.3128 79.34145 0.0000
At most 1 * 0.795227 144.9761 55.24578 0.0000
At most 2 * 0.647836 75.19863 35.01090 0.0000
At most 3 * 0.484309 29.27764 18.39771 0.0010
At most 4 0.003149 0.138791 3.841466 0.7095

komponen persamaan 2 sampai 5 Structural terhadap transmisi kebijakan moneter


VAR di atas terdistribusi normal. Sedangkan tersebut?
dengan tingkat keyakinan 99 persen error Guncangan satu standar deviasi variabel
term pada komponen persamaan 6 Structural moneter yaitu suku bunga, jumlah uang
VAR di atas terdistribusi normal. Lebih beredar dan nilai tukar dalam mempengaruhi
jelasnya akan disajikan pada tabel 7. variabel makro ekonomi seperti inflasi dan
Tabel 6. Uji Autokorelasi (LM Test) pertumbuhan ekonomi cukup bervariasi
Lags LM-Stat Prob dalam beberapa kuartal. Guncangan suku
1 18.61661 0.8151 bunga pada periode kedua meningkatkan
2 23.62794 0.5409 inflasi sebesar 14,49 persen dan menurun di
3 24.93021 0.4663
4 32.95231 0.1323 kuartal keempat sebesar 13,78 persen. Di
5 29.26880 0.2528 kuartal keenam inflasi meningkat sebesar
6 34.24684 0.1027 0,54 persen akibat guncangan suku bunga
kemudian mengalami penurunan sebesar
Analisis selanjutnya adalah Impulse Response
12,70 persen dan kembali meningkat di
Function (IRF) yang digunakan untuk
kuartal kesepuluh sebesar 0,83 persen.
menjawab permasalahan pertama dan kedua
Guncangan suku bunga juga menurunkan
dalam paper ini, yaitu: 1). Bagaimanakah
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,71 persen
guncangan transmisi kebijakan moneter
pada kuartal kedua dan 4,04 persen di
mempengaruhi variabel makro ekonomi di
kuartal keempat. Di kuartal keenam dan
Indonesia? dan sebaliknya 2). Bagaimanakah
kedelapan guncangan suku bunga
guncangan variabel makro ekonomi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Tabel 7. Uji Normalitas Multivariat (Multivariate Normality Test)


Cholesky Residual Correlation Residual Covariance
(Lutkepohl) (Doornik-Hansen) (Urzua)
Komp. JB Prob. Komp. JB Prob. Komp. JB Prob.
Pers. 2 0.179952 0.9140 Pers. 2 0.038047 0.9812 Pers. 2 0.479084 0.7870
Pers. 3 0.562325 0.7549 Pers. 3 0.128957 0.9376 Pers. 3 0.003450 0.9983
Pers. 4 1.299094 0.5223 Pers. 4 1.480535 0.4770 Pers. 4 1.549020 0.4609
Pers. 5 2.071098 0.3550 Pers. 5 4.224048 0.1210 Pers. 5 2.900721 0.2345
Pers. 6 8.398381 0.0150 Pers. 6 7.667671 0.0216 Pers. 6 7.151003 0.0280
Join 12.51085 0.2523 Join 13.53926 0.1951 Join 95.32045 0.7400

190
Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa)

sebesar 8,75 persen untuk kuartal keenam kedelapan dan meningkat 0,35 persen di
dan 0,64 persen untuk kuartal kedelapan kuartal kesepuluh.
kemudian menurun di kuartal kesepuluh Selain itu, gambar 3 juga menunjukkan
sebesar 6,79 persen. Guncangan variabel respon yang diterima inflasi akibat
moneter lainnya yaitu jumlah uang beredar guncangan suku bunga selama sepuluh
terhadap inflasi pada kuartal kedua dan kuartal ke depan lebih bersifat convergence
keempat mengakibatkan inflasi meningkat karena adanya pergerakan yang semakin
sebesar 64,80 persen dan 13,51 persen. mendekati titik keseimbangan atau kembali
Sedangkan di kuartal keenam sampai ke keseimbangan sebelumnya. Ini berarti
kesepuluh guncangan jumlah uang beredar bahwa respon inflasi akibat guncangan suku
berdampak pada turunnya inflasi yaitu bunga makin lama akan menghilang sehingga
sebesar 55,42 persen untuk kuartal keenam, guncangan tersebut tidak meninggalkan
80,05 persen untuk kuartal kedelapan dan pengaruh permanen. Hal yang sama juga
79,51 persen untuk kuartal kesepuluh. Di terjadi pada guncangan variabel moneter
kuartal kedua dan keempat pertumbuhan lainnya yaitu jumlah uang beredar dan nilai
ekonomi mengalami penurunan akibat tukar dalam merespon inflasi. Sebaliknya
guncangan jumlah uang beredar yaitu respon yang diterima pertumbuhan ekonomi
sebesar 37,46 persen dan 13,39 persen dan akibat guncangan suku bunga dan jumlah
kembali meningkat di kuartal keenam dan uang beredar selama sepuluh kuartal tidak
kedelapan yaitu sebesar 19,93 persen dan 37 bersifat convergence atau tidak kembali ke
persen. Guncangan jumlah uang beredar keseimbangan sebelumnya. Ini artinya
kembali menurunkan pertumbuhan ekonomi bahwa respon pertumbuhan ekonomi akibat
di kuartal kesepuluh yaitu sebesar 19,15 guncangan suku bunga dan jumlah uang
persen. Di sisi lain, guncangan nilai tukar beredar akan meninggalkan pengaruh yang
meningkatkan inflasi sebesar 0,74 persen di permanen. Sedangkan respon pertumbuhan
kuartal kedua dan 0,54 persen di kuartal ekonomi akibat guncangan nilai tukar
keempat. Sedangkan di kuartal keenam, berbanding terbalik yaitu bersifat
kedelapan dan kesepuluh guncangan nilai convergence di mana respon pertumbuhan
tukar menyebabkan inflasi menurun sebesar ekonomi tersebut akibat guncangan nilai
0,08 persen untuk kuartal keenam, 0,03 tukar tidak meninggalkan pengaruh
persen untuk kuartal kedelapan dan 0,34 permanen.
persen untuk kuartal kesepuluh. Sementara Guncangan satu standar deviasi variabel
itu, guncangan nilai tukar meningkatkan makro ekonomi yaitu inflasi dan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,27 persen pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua
di kuartal kedua dan menurun di kuartal hingga kesepuluh cukup fluktuatif.
keempat sebesar 0,09 persen. Di kuartal Guncangan inflasi meningkatkan suku bunga
keenam guncangan nilai tukar meningkatkan di kuartal kedua dan keempat yaitu 151,18
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,09 persen persen dan 29,74 persen kemudian menurun
kemudian menurun 0,14 persen di kuartal di kuartal keenam sebesar 4,08 persen. Di
kuartal kedelapan guncangan inflasi

191
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

Gambar 3. Guncangan Variabel Makro Ekonomi dan Moneter di Indonesia

menaikkan suku bunga sebesar 11,83 persen Guncangan inflasi terhadap jumlah uang
dan kemudian menurun di kuartal kesepuluh beredar naik sebesar 57,09 persen di kuartal
yaitu sebesar 2,44 persen. Guncangan kedua kemudian di kuartal keempat hingga
variabel makro ekonomi terhadap variabel kesepuluh mengalami penurunan yaitu
moneter disajikan pada Gambar 3. sebesar 26,27 persen untuk kuartal keempat,

192
Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa)

13,18 persen untuk kuartal keenam, 15,93 persen dan 2,5 persen akibat guncangan
persen untuk kuartal kedelapan dan 7,43 pertumbuhan ekonomi.
persen untuk kuartal kesepuluh. Guncangan Grafik impulse respon juga menunjukkan
inflasi terhadap variabel moneter lainnya pergerakan convergence suku bunga akibat
yaitu nilai tukar mengalami penurunan di guncangan inflasi. Sehingga respon suku
kuartal kedua hingga keenam yaitu sebesar bunga akibat guncangan tersebut makin
21,63 persen di kuartal kedua, 13,71 persen lama akan menghilang dan tidak
di kuartal keempat dan 10,11 persen di meninggalkan pengaruh permanen.
kuartal keenam. Sedangkan di kuartal Sedangkan respon jumlah uang beredar dan
kedelapan mengalami peningkatan sebesar nilai tukar akibat guncangan inflasi,
23,94 persen kemudian menurun lagi di pergerakannya tidak bersifat convergence
kuartal kesepuluh sebesar 7,74 persen. sehingga meninggalkan pengaruh permanen.
Guncangan variabel makro ekonomi Hal yang sama terjadi pada respon suku
lainnya yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar bunga, jumlah uang beredar dan nilai tukar
satu standar deviasi mengakibatkan naiknya akibat guncangan pertumbuhan ekonomi
suku bunga pada periode kedua sebesar yang pergerakannya tidak bersifat
17,51 persen dan kemudian menurun dari convergence sehingga meninggalkan
kuartal keempat sampai kesepuluh yaitu pengaruh permanen.
sebesar 2,14 persen untuk kuartal keempat, Analisis selanjutnya adalah
5,74 persen untuk kuartal keenam, 10,59 Decomposition of Forecasting Error Variance
persen untuk kuartal kedelapan dan 7,72 (DFEV) yang digunakan untuk menjawab
persen untuk kuartal kesepuluh. Jumlah uang permasalahan ketiga dalam paper ini, yaitu
beredar pun mengalami penurunan di saluran transmisi mana yang paling dominan
kuartal kedua dan keempat akibat serta seberapa kuat masing-masing saluran
guncangan pertumbuhan ekonomi yaitu transmisi tersebut bekerja?
sebesar 6,14 persen di kuartal kedua dan Sumber penting variasi inflasi adalah
2,16 persen di kuartal keempat tapi kejutan terhadap inflasi itu sendiri dengan
meningkat di kuartal keenam sebesar 2,76 nilai yang paling besar di antara variabel
persen. Di kuartal kedelapan jumlah uang lainnya yaitu 55,57-63,04 persen pada
beredar mengalami penurunan sebesar 2,81 kuartal kedua sampai kesepuluh. Kejutan
persen dan kemudian meningkat sebesar variabel moneter yang cukup besar dan
10,13 persen di kuartal kesepuluh. mampu menjelaskan inflasi dengan proporsi
Guncangan pertumbuhan ekonomi juga sebesar 25,92-27,60 persen selama kuartal
menurunkan nilai tukar di kuartal kedua kedua sampai kesepuluh adalah suku bunga.
sebesar 1,74 persen dan kemudian Selanjutnya, variabel moneter lainnya yang
meningkat di kuartal keempat sebesar 3,25 menjadi sumber penting variasi inflasi
persen. Nilai tukar di kuartal keenam setelah variabel suku bunga adalah variabel
mengalami penurunan sebesar 2,10 persen jumlah uang beredar dan nilai tukar. Kejutan
dan kemudian meningkat di kuartal variabel jumlah uang beredar mampu
kedelapan dan kesepuluh yaitu sebesar 0,27 menjelaskan inflasi dengan proporsi sebesar

193
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

Tabel 8. Dekomposisi Varian Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi


D(INF)
Periode D(INF) D(IR) D(M2) D(LER) D(GDP)
2 63,04 25,92 6,37 0,91 3,73
4 59,19 25,26 10,48 1,64 3,41
6 60,61 25,26 6,91 3,62 3,57
8 56,68 27,31 7,22 5,14 3,63
10 55,57 27,60 7,16 5,02 4,61
D(GDP)
Periode D(INF) D(IR) D(M2) D(LER) D(GDP)
2 3,98 14,02 1,37 4,52 76,09
4 21,91 8,28 2,61 23,28 43,89
6 22,85 9,49 3,56 22,38 41,70
8 23,33 12,94 4,32 21,27 38,11
10 23,45 13,90 6,87 20,21 35,55

6,37-10,48 persen kemudian diikuti oleh merupakan variabel moneter yang


kejutan variabel nilai tukar yang mampu memberikan variasi terhadap pertumbuhan
menjelaskan inflasi dengan proporsi terkecil ekonomi dengan proporsi terkecil yaitu 1,37-
yaitu sebesar 0,91-5,14 persen selama 6,87 persen. Variabel inflasi memberikan
kuartal kedua hingga kesepuluh. Kejutan variasi kejutan terbesar terhadap
variabel makro lainnya yaitu pertumbuhan pertumbuhan ekonomi bila dibandingkan
ekonomi hanya mampu menjelaskan inflasi variabel moneter selama kuartal kedua
dengan proporsi sebesar 3,41-4,61 persen hingga kuartal kesepuluh yaitu sebesar 3,98-
pada kuartal kedua sampai kesepuluh. 23,45 persen.
Sumber penting variasi variabel makro Bila diamati secara umum keterangan
ekonomi lainnya yaitu pertumbuhan tabel 8, variabel moneter yang paling tinggi
ekonomi adalah kejutan terhadap memberikan variasi terhadap inflasi selama
pertumbuhan ekonomi itu sendiri dengan sepuluh kuartal adalah suku bunga dengan
nilai yang paling besar selama kuartal kedua rata-rata 26,27 persen, diikuti oleh jumlah
hingga kesepuluh yaitu sebesar 35,55-76,09 uang beredar dan nilai tukar yang rata-rata
persen. Variabel moneter lainnya yang nya sebesar 7,61 persen dan 3,26 persen.
menjadi sumber penting variasi Sedangkan paling tinggi memberikan variasi
pertumbuhan ekonomi selama kuartal kedua terhadap pertumbuhan ekonomi selama
hingga kesepuluh adalah nilai tukar, suku sepuluh kuartal adalah nilai tukar dengan
bunga dan jumlah uang beredar. Nilai tukar proporsi rata-rata sebesar 18,33 persen
memberikan variasi kejutan terhadap kemudian diikuti oleh suku bunga dan jumlah
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,52-23,28 uang beredar dengan rata-rata 11,72 persen
persen kemudian kejutan variabel suku dan 3,74 persen.
bunga yang memberikan variasi terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 8,28-14,02
persen. Sedangkan jumlah uang beredar

194
Kejutan Transmisi Kebijakan… (Rizal Rahman H. Teapon & Rachman Dano Mustafa)

SIMPULAN Pada Jalur Suku Bunga Periode 2005:07-


Berdasarkan pembahasan dan analisis, dapat 2010:06. Media Ekonomi 19(2).
disimpulkan bahwa: Pertama, transmisi Bernanke, B. S. & Blinder, A. S. (1992). The
kebijakan moneter di Indonesia masih lemah Federal Funds Rate and The Channels of
dalam mempengaruhi inflasi sebab respon Monetary Transmission. The American
Economic Review, 82 (4), 901-921.
inflasi akibat guncangan kebijakan moneter
melalui jalur suku bunga, jalur uang serta Bhattacharya, R. (2013). Inflation Dynamics
and Monetary Policy Transmission in
jalur nilai tukar tidak meninggalkan pengaruh
Vietnam and Emerging Asia. Working
permanen selama sepuluh kuartal. Berbeda Paper: International Monetary Fund,
dengan pertumbuhan ekonomi yang WP/13/155.
meninggalkan pengaruh permanen akibat Boonyanam, N. (2014). Relationship of Stock
guncangan ketiga variabel kebijakan Price and Monetary Variables of Asian
moneter tersebut. Ini juga menandakan Small Open Emerging Economy: Evidence
transmisi kebijakan moneter lebih banyak From Thailand. International Journal of
Financial Research, 5 (1).
mempengaruhi/merangsang pertumbuhan
ekonomi ketimbang inflasi; Kedua, Respon Cloyne, J. & Hurtgen, P. (2014). The
Macroeconomic Effects of Monetary
jumlah uang beredar dan nilai tukar akibat
Policy: A New Measure For The United
guncangan inflasi meninggalkan pengaruh Kingdom. Working Paper: Bank of
yang permanen selama sepuluh kuartal England, 493.
sedangkan hanya suku bunga yang Errit, G. & Uusküla, L. (2013). Euro Area
responnya tidak meninggalkan pengaruh Monetary Policy Transmission in Estonia.
yang permanen akibat guncangan inflasi. Working Paper: Eesti pank, 7.
Sebaliknya, respon ketiga variabel moneter Goliuk, V. (2016). The Impact of Monetary
yaitu suku bunga, jumlah uang beredar dan and Non-Monetary Factors on GDP
nilai tukar akibat guncangan pertumbuhan Dynamics of The Visegrád Group
Countries. World Scientific News (57), pp.
ekonomi meninggalkan pengaruh yang
267-281.
permanen selama sepuluh kuartal. Ini berarti
Herlina, Deswita. (2013) Identifikasi
guncangan variabel makro ekonomi sangat
Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
signifikan dalam mempengaruhi transmisi di Indonesia Tahun 2000 – 2011. KINERJA
kebijakan moneter di Indonesia; Ketiga, 17(2).
variabel moneter seperti suku bunga dan Hai, B. V. & Trang, T. T. M. (2015). The
nilai tukar dapat dianggap sebagai variabel Transmission Mechanism of Monetary
eksogen dalam model karena memiliki variasi Policy in Vietnam: A Vector
yang paling tinggi terhadap inflasi dan Autoregression Approach. Working
Paper: Graduate Institute of International
pertumbuhan ekonomi.
and Development Studies, N IHEIDWP15.
Khumalo, J. (2013). Inflation and Stock Prices
DAFTAR PUSTAKA
Interactions in South Africa: Vector
Alfian, Muhammad. (2011). Efektifitas Autoregression Analysis. International
Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Journal of Economics and Finance
Studies, 5 (2), 23-34.

195
Jurnal Economia, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2018

Kutu, A. A., Akinola, G. W., & Nzimande, N. P. Money View?. Jurnal Ekonomi dan
(2016). Monetary Policy and Output Pembangunan Indonesia VII (02).
Growth Forecasting in A Structural Vector Simwaka, S., Ligoya, P., Kabango, G., &
Autoregression Perspective. Chikonda, M. (2012). Money Supply and
International Journal of Economics and Inflation in Malawi: An Econometric
Finance, 8 (7), 71-93. Investigation. Journal of Economics and
Mwabutwa, C. N., Viegi, N., & Bittencourt, M. International Finance, 4 (2), 36-48.
(2016). Evolution of Monetary Policy Sunday, R. J., & Miriam, K. (2015). Inflation
Transmission Mechanism in Malawi: A Targeting and Economic Growth in
Time-Varying Parameter Vector Nigeria: A Vector Autoregressive (VAR)
Autoregression Approach. Journal of Approach. European Journal of
Economic Development, 41 (1), 33-55. Contemporary Economics and
Natsir, M. (2011) Analisis Empiris Efektivitas Management, 2 (1), 42-63.
Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Vinayagathasan, T. (2013). Monetary Policy
di Indonesia Melalui Jalur Suku Bunga and The Real Economy: A Structural
(Interest Rate Channel) Periode 1990:2- Vector Autoregression Approach For Sri
2007:1. Majalah Ekonomi XXI(2). Lanka. Discussion Paper: National
Ouliaris, S., Pagan, A. R., & Restrepo, J. Graduate Institute For Policy Studies
(2016). Quantitative Macroeconomic (Tokyo, Japan), 13-13.
Modeling With Structural Vector Warjiyo, Perry dan Juhro, Solikin M. (2016).
Autoregressions – An Eviews Kebijakan Bank Sentral Teori dan Praktik.
Implementation. All Rights Reserved: S. Depok: Rajawali Pers.
Ouliaris, A.R. Pagan and J. Restrepo.
Warjiyo, Perry, (2004), Mekanisme Transmisi
Safuan, Sugiharso dan Laksono, Beta Kebijakan Moneter di Indonesia. Pusat
Yulianita G. (2007) Transmisi Kebijakan Pendidikan dan Studi Kebanksentralan
Moneter di Indonesia: Credit View atau (PPSK) Bank Indonesia.

196

Anda mungkin juga menyukai