Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain

PENGAPLIKASIAN EKSPLORASI PEWARNA GLOW IN THE DARK


UNTUK BUSANA PRIA
Bhaskoro Wira Dr. Kahfiati Kahdar M.A.

Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB
Email: wira.bhaskoro@gmail.com

Kata Kunci : fosfor, glow in the dark, menswear,rajut ,sablon

Abstrak
Perkembangan teknologi, media, dan dunia hiburan merupakan faktor yang memberikan dampak besar pada perkembangan fashion, terutama industri
musik dan perfilman. Dunia hiburan sering dikaitkan pada kehidupan malam, sehingga image tersebut akan digunakan dalam pembuatan karya ini,
sehingga digunakan warna-warna glow in the dark sebagai pengaplikasiannya. Teknik yang digunakan adalah screen print, celup, dan spraying.
Diharapkan dengan digunakannya teknik tersebut dapat memberikan hasil eksplorasi yang berbeda. Produk yang akan dihasilkan berupa busana pria
siap pakai dengan pembagian tema sesuai dengan imageboard yang didapat. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat memunculkan ide-
ide baru dalam perkembangan busana pria.

Abstract
Developments in technology, media and entertainment world are the factors that give a huge impact on fashion, especially the music and film
industry. The entertainment world is often attributed to the night life, so that the image which will be used in making this work, so it will use glow in
the dark colors as its application. The techniques used is screen printing, dyeing, and spraying. Hoping that the exploration will give us the different
result than usual. The products will be ready-to-wear for men, which will be separated in a few different theme based on the imageboard which will
be created based by the exploration. This study is expected to be able to bring new ideas in the development of menswear.

1. Pendahuluan
Selain pangan dan papan, sandang merupakan kebutuhan pokok dari manusia. Sandang atau busana, yang berguna
untuk menutupi tubuh, dan melindungi tubuh dari cuaca dan gangguan hewan seperti serangga dan semacamnya. Selain
itu juga dibutuhkan sebagai keperluan sosial. Busana dapat juga disebut dengan pakaian. Pakaian merupakan satu
bagian atau jenis yang dipakai di tubuh, sedangkan busana merupakan satu kesatuan pakaian yang digunakan di tubuh
kita.

Selain dari sesuatu yang dipakai di tubuh, Umberto Eco dan Desmond Morris member pengertian lain dari pakaian.
³3DNDLDQ DGDODK VDODK VDWX PHVLQ NRPXQLNDVL DWDX VDUDQD NRPXQLNDVL GDODP PDV\DUDNDW, maka masyarakat sadar atau
WLGDN VDGDU ELVD PHQLODL NHSULEDGLDQ VHVHRUDQJ GDUL DSD \DQJ GLSDNDLQ\D ´ 8PEHUWR (FR : ).

³3DNDLDQ MXJD PHQDPSLONDQ SHUDQ VHEDJDL SDMDQJDQ EXGD\D cultural display), yang di dalamnya membawa suatu pesan
dan gaya hidup suatu masyarakat atau komunitas tertentu atau lebih spesifiknya, pakaian merupakan ekspresi identitas
SULEDGL ´ 'HVPRQG 0RUULV

Seperti halnya dengan busana wanita, busana pria terus mengalami perubahan-perubahan dari tahun ke tahun, dari masa
ke masa. Telah terjadi banyak perubahan pada bentuk dan gaya busana pria. Tren busana yang berkembang akibat
perkembangan zaman, yang mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi, politik, hingga kultural. Hal-hal tersebut memiliki
dampak tidak langsung terhadap dunia fashion,

Perkembangan dunia fashion secara global pun sedang mengalami perubahan yang banyak, termasuk juga dalam busana
pria. Fashion PHQJHQDO LVWLODK ³7KH KLVWRU\ RI IDVKLRQ UHSHDWV LW VHOI´ sehingga tren yang pernah terjadi di masa lalu
dapat datang kembali. Seperti yang telah terjadi sekarang, muncul kembalinya tren-tren yang telah ada pada tahun-tahun
sebelumnya, terjadinya penyamaran dalam batasan gender dari busana siap pakai. Busana-busana rajut, sulaman, yang
biasanya digunakan oleh wanita, sekarang mulai dipakai oleh pria. Walaupun dalam sejarahnya, pria juga memiliki
andil dalam perkembangan tekstil rajut.
Hal yang terjadi pada busana pria sekarang merupakan perkembangan yang sangat pesat. Busana-busana pria telah
berkembang menjadi lebih variatif dan inovatif. Namun permasalahan yang terjadi adalah, busana pria masih sering
dikeduakan dari busana wanita. Pernah dikemukakan juga oleh James Laver, seorang sejarawan fashion dalam bukunya
yang berjudul 1937, Taste & Fashion. Dia mengatakan bahwa pria tidak dapat bersaing dengan wanita dalam bidang
fashion hingga terjadinya yang disebut sebagai peacock revolution di tahun 1960-an.

Jika dilihat kembali, sebenarnya pengaruh dari busana pria terhadap busana wanita lebih banyak daripada busana
wanita terhadap busana pria. Busana wanita banyak yang diambil dari busana pria, seperti setelan jas, celana panjang,
kemeja, dan celana jeans. Namun pria sedikit terpengaruh dari busana wanita seperti penggunaan gaun atau dress, serta
rok. Walaupun sekarang mulai bermunculan busana-busana pria yang menyerupai busana wanita yang juga menandai
memudarnya batasan gender dalam berbusana. Juga banyak subculture yang muncul dari pria, seperti punk, gangster,
rockabilly, hippies, dan lain-lain.

Busana merupakan salah satu bagian dari fashion, dan fashion merupakan suatu hal yang pasti melekat pada tiap
individu. Fashion adalah isu, dan manusia sangat suka membicarakan banyak hal. Sebagai sesuatu yang terus-menerus
berkembang dan berubah, fashion selalu dapat dijadikan bahan pembicaraan setiap orang. Karena itulah mengapa tren
fashion sangat mudah menyebar dan memberikan dampak yang sangat cepat.

Sifat dari fashion yang selalu berubah dan berkembang namun cepat pula dapat diterima perubahannya oleh tiap
individu, maka fashion juga menjadi bisnis dan komoditas besar. Itulah alasan mengapa banyaknya perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang fashion. Fashion telah menjadi salah satu bidang usaha dengan pertukaran uang
yang sangat cepat

Selain itu, perkembangan media elektronik dan hiburan juga telah menjadi salah satu pemicu perkembangan yang
terjadi pada fashion. Media elektronik dan hiburan memberikan pemgaruh yang sangat besar terhadap dunia fashion,
ataupun sebaliknya. Sehingga penelitian yang akan dilakukan akan memiliki hubungan nantinya dengan dunia hiburan.

Tema yang diambil juga akan terinspirasi dari dunia hiburan, dengan mengambil warna-warna dari dunia gemerlap dan
produk yang dibuat merupakan busana siap pakai yang dapat digunakan sebagai clubwear. Adapun sasaran dari produk
yang dihasilkan adalah pria berumur 20-30 tahun yang berkecimpung di dunia hiburan atau pun sebagai pecinta fashion
dan bergelut dalam dunia fashion.

2. Proses Studi Kreatif

Eksplorasi yang dilakukan menggunakan tekstil rajut. Sesuai dengan isu yang terjadi pada tren busana pria, yaitu
feminin. Tekstil rajut terutama rajut manual menjadi salah satu produk yang diangkat dalam isu tersebut.
berdasarkanNamun isu tersebut diangkat untuk mengubah

Eksplorasi rajut yang akan discan untuk dijadikan motif screenprint.

Gambar 1 Contoh eksplorasi rajut 1 (sumber: Wira, 2013)

Gambar 2 Contoh eksplorasi rajut 2 (sumber: Wira, 2013)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 2


Bhaskoro Wira
Setelah rajutan dibuat, lalu discan dan diedit untuk dijadikan motif dari screen sablon.

Gambar 3 Eksplorasi motif rajut 1 (sumber: Wira, 2013)

Gambar 4 Eksplorasi motif rajut 2 (sumber: Wira, 2013)

Setelah motif dipilih, lalu motif diafdruk sehingga screen dapat mulai digunakan. Untuk membuat larutan fosfor dalam
proses sablon sedikit berbeda dengan teknik spraying. Larutan dibuat menggunakan sepuluh sendok bubuk fosfor dan
sepuluh sendok bronze binder ke dalam gelas plastik. Setelah itu barulah proses penyablonan dilakukan.
Teknik celup yang dilakukan menggunakan bubuk fosfor sebanyak tiga hingga lima sendok, manutek sebanyak 3
sendok, serta air setengah liter. Setelah mengental dengan rata, bahan dimasukkan ke dalam larutan dan diaduk terus
agar fosfor tidak mengendap hingga 30 menit ± satu jam. Setelah itu bahan dibilas hingga tidak ada lagi cairan kental
yang menempel. Lalu bahan dijemur hingga kering.

Teknik spraying yang digunakan merupakan teknik spraying manual dengan menggunakan botol spray. Proses dimulai
dengan membuat larutan fosfor menggunakan bubuk fosfor, bronze binder, dan air. Pertama-tama bubuk fosfor
dimasukkan ke dalam botol dengan bantuan corong sebanyak sepuluh sendok, lalu larutan bronze binder sebanyak
sepuluh sendok, lalu air panas agar lebih mudah melarutkan sebanyak setengah botol. Setelah bubuk dan bronze binder
tercampur rata, lalu kain disemprot sesuai dengan eksplorasi yang akan dilakukan. Selain kain disemprot langsung,
bentuk eksplorasi lain adalah dengan merentangkan kain rajut di atas kain yang diolah terlebih dahulu sehingga
membentuk motif rajut atau lainnya sesuai perlakuan. Selain kedua teknik diatas, juga digunakan teknik celup, namun
hasilnya tidak semaksimal dari kedua teknik sebelumnya.

Gambar 5 Proses pencelupan (sumber: Wira, 2013)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3


Teknik Gambar proses Hasil

Spraying

Spraying dengan dilapisi kain rajut


mesin

Spraying dengan dilapisi kain rajut


tangan

Sablon

Tabel 1 Hasil Eksplorasi

3. Hasil Studi dan Pembahasan


Berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan, serta konsep yang dibuat, maka dihasilkan tiga buah imageboard
untuk tiga koleksi yang berbeda. Busana yang akan dibuat akan terbagi menjadi busana kasual, rajut, dan jaket.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 4


Bhaskoro Wira

Gambar 6 Imageboard

Karya 1 Casualwear

Busana kasual menggunakan bahan sintetis dengan model kaos berlengan dan tanpa lengan. Menggunakan eksplorasi
sablon dan spraying. Selain dapat digunakan sebagai clubwear, dapat juga digunakan sebagai pakaian sehari-hari.
Eksplorasi sablon diaplikasikan pada bahan dasar berwarna biru, sedangkan eksplorasi spraying diaplikasikan pada
bahan krem. Serta diberi efek gradasi warna pada beberapa bagian dengan menggunakan pewarna glow in the dark
oranye dan biru.

Gambar 7 Casualwear (sumber: Wira, 2013)

Karya 2 Knitwear

Menggunakan eksplorasi sablon dan eksplorasi pada tekstil rajut dengan teknik celup dan spraying. Eksplorasi sablon
diaplikasikan pada bahan katun dan chiffon. Sedangkan pada tekstil rajut diaplikasikan eksplorasi celup dan spraying.
Pada kain chiffon, menggunakan layering warna menggunakan warna hijau, biru, oranye, dan pink agar menghasilkan
efek yang berbeda.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5


Gambar 8 Knitwear (sumber: Wira, 2013)

Karya 3 Jacket & Vest

Menggunakan eksplorasi sablon dan spraying. Eksplorasi sablon diaplikasikan pada kain yang lebih bersifat keras, dan
spraying pada kain yang lebih lembut.

Gambar 9 Jacket & Vest (sumber: Wira, 2013)

4. Penutup / Kesimpulan
Berdasarkan hasil eksplorasi dan eksperimen yang dilakukan menggunakan pewarna glow in the dark pada beberapa
jenis tekstil, hingga pengaplikasiannya menjadi busana pria, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bubuk fosfor merupakan material yang tidak larut dalam air, setelah dicampur dengan bronze binder pun jika
dibiarkan, bubuk fosfor akan mengendap sehingga pemakaiannya harus disesuaikan agar tidak terbuang sia-
sia.
2. Hasil eksplorasi ditemukan dapat bereaksi dengan suhu. Didapati saat produk disetrika, hasil eksplorasi dapat
menyala setelah diberi panas.
3. Tekstil yang dieksplorasi menggunakan larutan fosfor akan menjadi lebih keras dan kaku.
4. Eksplorasi menggunakan teknik celup kurang efektif, karena ditemukan masih banyaknya bubuk fosfor yang
tidak menempel pada bahan sehingga dapat dikatakan kurangnya tingkat keamanan dan kenyamanan untuk
digunakan.
5. Bubuk fosfor yang berbeda warna tidak dapat dicampur, penyampuran warna hanya akan mengakibatkan
berkurangnya nyala dari hasil eksplorasi.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 6


Bhaskoro Wira

Ucapan Terima Kasih


Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana
Kriya FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dr. Kahfiati Kahdar dan segenap
keluarga besar staf dan dosen Program Studi Kriya FSRD ITB.

Daftar Pustaka
Aspelund K. 2006. The Design Process. United States of America: Fairchild Publication, inc

Blackman C. 2012. 100 Years Of Menswear. London: Laurence King Publishing Ltd.

Brockman H.L. 1965. The Theory of Fashion Design. New York: John Wiley & Sons, inc.

Rouse E. 1989. Understanding Fashion. London: Blackwell Scientific Publications Ltd.

Stone E. 2008. Dynamics Of Fashion. Ed ke-3. New York: Fairchild Pubns.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7

Anda mungkin juga menyukai