PENYEBAB
BAKTERI LEPTOSPIRA
PENULARAN
o Sumber Penularan
o Hewan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga,
burung, kelelawar, tupai dan landak
o Penularan langsung dari manusia jarang terjadi selain air banjir, lumpur, sampah,
sayuran mentah, dan buah, sangat mungkin terkontaminasi urine hewan yang
mengandung leptospira
o Cara Penularan
o Melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni
hewan yang menderita leptospirosis
o Terkontaminasi urine hewan dari gudang, sebelum dipajang dan dijual di toko dapat
kemasan makanan dan minuman
o Siapa saja yang rentan tertular?
o Petani yang bekerja di sawah, pekerja perkebunan, pekerja rumah potong hewan dan
dokter hewan, pekerja laboratorium, mantri hewan.
GEJALA
o Gejala Klinis
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1. JUSTIFIKASI
o Leptospirosis potensi KLB
o zoonosis disease
o CFR 30-40%
o Leptospirosis dipengaruhi kondisi lingkungan dan perilaku
2. DEFINISI KASUS
Klasifikasi kasus
a. Kasus tersangka (probable)
b. Kasus pasti
o hasil lab serologis
c. Daerah (desa) Rawan:
o RS o Hasil Lab
o Puskesmas o Hasil penyelidikan
(form 1, form 2)
Form 1: nama, umur, alamat, tgl sakit, hasil lab, pekerjaan, ket
Form 2: rekapitulasi kejadian per bulan meliputi puskesmas, kasus, lab positif
& kematian
4. PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
a. Grafik
o Kasus lepto menurut umur
o Kasus lepto menurut waktu (bln/th)
b. Tabel
o Kasus & kematian menurut umur
o IR menurut per area geografis kasus
c. Map
o IR/100.000 pop menurut area geografis
o Klasifikasi daerah rawan
5. KEGUNAAN UNTUK MANAJEMEN
o Monitoring CFR (manaj. kasus di RS)
o Monitoring IR (dampak program)
o Dapat deteksi KLB
o Tahu daerah rawan
o PE akan tahu epidemiologis & penyebab
SURVEILANS DBD
Penyebab
Penularan
gigitan nyamuk Aedes. sp (A.aegypti & A.albopictus)
Gejala :
demam tinggi 2-7 hr, turun cepat
Tanda :
Patofisiologi
Diagnosis
Pelaksanaan Surveilans
1. Justifikasi
o DBD potensi KLB
o Vector borne disease
o Surveilans utk deteksi & monitoring
o Setiap KLB dilakukan PE
2. Definisi Kasus
Klasifikasi kasus ‘
a. Kasus suspek
o Demam Dengue (2 atau lebih tanda)
demam mendadak & sakit kepala dahi
nyeri belakang mata
nyeri otot & sendi
timbul ruam
o DHF (demam mendadak 2-7hr dg 1/lebih gejala)
tes Tourniquet positif
perdarahan bawah kulit
perdarahan pada mukosa
pembesaran hati
o DSS
DHF disertai shock
b. Kasus tersangka (probable)
o Demam dengue: (suspek yang berkaitan dengan kasus pasti)
o DHF : kasus trombosit < 100.000/m3
o Dengue shock syndrome (DSS) :kasus dengan kenaikan hematocrit 25% / lebih
c. Kasus pasti (konfirmasi laboratorium)
o kenaikan titer antibodi IgH 4 kali
o ditemukan IgM (pada KLB)
o isolasi virus
Komitmen Global
1. Reduksi, Upaya menurunkan angka insiden, prevalen, dan atau kematian sampai pada tingkat
tertentu di suatu daerah/lokasi
2. Eliminasi, Upaya menurunkan angka insiden menjadi “nol” atau sangat kecil untuk penyakit
dan daerah tertentu
3. Eradikasi, Upaya menghilangkan angka insiden dan penularan di dunia
o Eradikasi polio
Tidak ditemukan Virus polio selama 3 tahun berturut-turut yang dibuktikan dengan
Surveillans AFP sesuai standar sertifikasi
o Eliminasi Campak
Tidak ditemukan wilayah endemis campak selama >12 bulan, dengan pelaksanaan
surveillance campak yang adekuat. (Regional consultation on Measles , SEARO, New Delhi,
25 – 27 August 2009 & WHA, May 2010)
o Eliminasi TN
o Insiden/angka kejadian tetanus pada masyarakat kurang dari 1 tetanus neonatorum (TN)
dalam 1000 kelahiran hidup pada setiap Kabupaten/kota.
1. Penyakit Campak
2. Penyakit TN
3. Penyakit Polio
4. Penyakit Diptheria
Surveilans Campak
EPIDEMIOLOGI CAMPAK
o disebut measles
o penyakit yang sangat menular dan akut
o menyerang hampir semua anak kecil.
o Fase catarrhal yang ditandai panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek dan conjunctivitis berakhir
setelah 3 - 7 hari.
o bercak-bercak merah (rash) pada kulit timbul sesudah 3 hari panas. belakang telinga
menyebar ke seluruh muka, dan anggota badan lainnya. Rash :4 - 6 hari.
o Panas turun setelah timbul rash. Kadang-kadang sehari sebelum rash timbul ada "koplik spot"
yaitu bercak putih seperti butir garam pada mukosa (selaput lendir) pipi.
1. Akut
o Febrile convulsion (kejang-kecjang karena suhu yang tinggi)
o Viral encephalitis.
2. Tidak akut
a. Komplikasi langsung (komplikasi dini)
Bronchopneumonia, sering menyebabkan kematian
Otitis media sering terjadi
Diare
Agen Penyebab:
Virus measles yang termasuk dalam anggota paramyxoviridae
Reservoir: Manusia
Cara penularan:
melalui saluran pernafasan, sekresi hidung, atau tenggorokan, keluar dari penderita pada waktu batuk.
Bersin dan bernafas
Masa penularan:
o Diperkirakan bahwa pada umur 5 tahun paling sedikit 90% dari anak-anak yang belum
mendapat vaksinasi telah menderita campak.
Imunitas
Cara Pencegahan :
Morbiditas:
Mortalitas:
o Kematian pada penderita campak terutama disebabkan karena komplikasi. tergantung pada:
1. Status gizi 4. Fasilitas kesehatan yang tersedia
2. Ada tidaknya infeksi lain dipakai atau tidak
3. Ada tidaknya fasilitas kesehatan. 5. Mutu pelayanan
6. Kepercayaan dan adat istiadat.
o Kasus klinis:
Demam
Bercak merah (rash) berbentuk mokulopapular,
Batuk/pilek atau mata merah (conjunctivitis)
atau
o Dokter mendiagnosa sebagai kasus campak
Surveilans Campak
1. Justifikasi Surveilans
Program reduksi campak global, menargetkan penurunan insidens campak 90% dan
penurunan mortalitas campak 95% dari sebelum program imunisasi dimulai.
WHO mengkategorikan program reduksi campak global sebagai berikut:
o measles control phase, peningkatan cakupan imunisasi di daerah endemis campak.
(Bangladesh, Korea Utara, India, dan Myanmar)
o measles outbreaks prevention phase, pencapaian imunisasi yang tinggi dan menurunkan
insidens secara periodik pada setiap KLB campak. (Indonesia, Srilanka, Maldives, Thailand,
dan Bhutan)
o Fase eliminasi
memutuskan rantai penularan secara komprehensif, membutuhkan deteksi berdasarkan:
Surveilans kasus secara intensif (intensive case-based surveillance).
Investigasi Konfirmasi setiap suspek campak di masyarakat (measles laboratory-based
surveillance).
2. Definisi kasus
Kasus klinis campak:
o Demam, dan Makulopapular rash (non-vesicular), dan
o Batuk pilek dan mata merah (conjunctivitis)
Atau:
Seseorang yang menurut dokter suspek terinfeksi campak.
o Identitasnya secara individual, meliputi data: Nama, umur, jenis kelamin, tanggal laporan
diterima, tanggal pelacakan, pengambilan sampel, status imunisasi dan riwayat sakitnya.
o Semua tersangka KLB campak harus dilakukan penyelidikan PE
o Menggunakan Format C1 (rutin & KLB).
o Melakukan pemeriksaan serologis minimal 50% kasus selama 1 tahun.
o Pelaksanaan surveilans campak diintegrasikan dengan surveilans AFP.
Surveilans Campak & Rubella
Memperkuat sistem pada daerah dengan kasus
surveilans ke arah
surveilans individu sedikit
Memeriksakan Konfirmasi
Menigkatkan sensitifitas dengan serum dari campak atau
identifikasi seluruh kasus klinis campak beberapa kasus rubella
Menganalisis
Pencarian data untuk
Mangemen kasus Investigasi kasus
dan pemberian mengetahui
vitamin A KLB tambahan penyebab
KLB
o Surveilans Rutin :
1. Rate ks Non campak secara nasional : ≥ 2/100.000 pop
2. % Kabupaten melaporkan rate ks non campak ≥ 2/100.000 pop : ≥ 80 %
3. Ks Tersangka campak yang diperiksa IgM : ≥ 80 %
4. Specimen Adequat untuk pemeriksaan IgM : ≥ 80 %
5. Spesimen adekuat untuk pemeriksaan Virology : ≥ 80 %
6. Kelengkapan laporan C-1 puskesmas : ≥ 90 %
7. Ketepatan laporan C-1 puskesmas : ≥ 80 %
8. Kelengkapan laporan surveilans aktif RS : ≥ 90 %
o KLB
1. KLB dg “Fully investigated” : 100 %
2. KLB Pasti yang diperiksa Virology : 100 %
3. Kelengkapan laporan C- KLB : ≥ 90 %
Surveilans Difteri
Pengertian
Penyakit menular akut pada tonsil, faring dan hidung, kadang-kadang pada selaput mukosa dan kulit.
Difteri dapat menyerang pada setiap orang yang tidak mempunyai kekebalan.
Pengolongan Kasus
Pelacakan
Penyelidikan Epidemiologi dilakukan terhadap setiap adanya 1 kasus difteri, baik dari rumah sakit ,
puskesmas maupun masyarakat, yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis, memastikan terjadi
KLB dan menentukan kasus tambahan serta kelompok rentan.
Materi Wawancara
1. Indeks kasus atau paling tidak dari mana kemungkinan kasus berawal
2. Kasus-kasus tambahan yang ada di sekitarnya
3. Cara penyebaran kasus
4. Waktu penyebaran kasus,
5. Arah penyebaran penyakit
6. Siapa, dimana, berapa orang yang kemungkinan telah kontak (hitung pergolongan umur untuk
keperluan perencanaan prophilaksis dan imunisasi/ORI ). Untuk mempermudah
kemungkinan penyebaran kasus, sebaiknya dibuat peta lokasi KLB dan kemungkinan
mobilitas penduduknya
7. Persiapan pemberian prophilaksis dan imunisasi (ORI)
o Untuk kontak yang sudah mempunyai gejala klinis, specimen yang diambil adalah usap
tenggorok dan usap nasofaring (hidung)
o Untuk kontak yang tidak mempunyai gejala klinis, specimen yang diambil hanya usap
nasofaring saja ( untuk efisiensi )
Algoritma untuk dia gnosis, tera pi da n follow up tersa ngka
difteri da n konta k terinfeksi
• is o la s i
Te rs a ng ka /te rb u kti • Kultu r c .d ip h te ria h id ung , te ng g or ok, kulit
d ifte r i • S e ru m u ntuk p e m e r iks a a n a ntib od i
• Te r a p i s e rum a ntitoks in d ip hte r ia
• Te r a p i a ntib io tik
• Im u nis a s i a ktif (Td) p a d a fa s e ko nva le s e n
La p or ke Dina s Ke s e ha ta n • Dua p a s a ng ku ltur h id u ng d a n te ng g o r ok (s e la n g ≥ 24 ja m ) m in im a l 2
m g g p a s ka te r a p i a n tib iotik. Bila ta np a a n tibiotik, ku ltur d ila k uka n 2
m g g s e te la h ke lu ha n (-), a ta u ≥ 2 m g g d a r i a wa l s a kit
SURVEILANS DIFTERI
1. Justifikasi
o Penyakit PD3I
o Potensi KLB, perlu PE
2. Definisi Kasus
3. Klasifikasi:
o Probable (ada gejala laringitis)
o Konfirm lab
4. Sumber Data
o Sumber data kasus : (RS,Puskesmas,Hasil lab,Hasil PE kontak)
o Data Cakupan imunisasi
5. Presentasi Data
6. Kegunaan
o Monitoring CFR
o Monitoring IR
SURVEILANS HEPATITIS A
1. Justifikasi
o Penyakit menular
o Potensi KLB, perlu PE
o Monitor imun Hep B
2. Definisi Kasus
o Klasifikasi: Suspect (ada gejala icterus/tidak) Konfirm lab.
3. Sumber Data
o RS o Hasil lab
o Puskesmas o Hasil PE lapangan
4. Presentasi Data
o Grafik
kasus menurut umur, periode waktu (bln, th)
o Tabel
kasus menurut tempat & hasil lab , IR menurut geografis
o Map
IR/100.000 pop menurut area geo
5. Kegunaan
o Monitoring IR sbg dampak program Imun Hepatitis
o Deteksi KLB
o Monitoring IR mnrt umur, geo, utk tahu wilayah risiko
o PE utk tahu sebab
o adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menimbulkan AIDS
o HIV menyerang limfosit yang disebut ‘sel T-4’ atau ‘sel T-penolong’ (T-helper), atau disebut
juga ‘sel CD-4’
o Seorang pengidap HIV terlihat biasa saja seperti halnya orang lain karena tak menunjukkan
gejala klinis. Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun.
o Merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus
yang disebut HIV.
o Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan pengidap HIV (ODHA) amat
rentan dan mudah terjangkit macam-macam penyakit.
o Stadium pertama: awal terinfeksi HIV termasuk masa “window pariod” (periode jendela)
o Stadium ke-dua: tanpa gejala (asimptomatik)
o Stadium ke-tiga: Pembesaran kelenjar limfe (AIDS Related Complex)
o Stadium ke-empat: AIDS
Penularan HIV
o Sero Surveilans kegiatan pengumpulan data HIV melalui pengambilan & pemeriksaan
serum darah
o Sentinel gardu jaga
o pemantauan prevalensi HIV pada populasi sentinel melalui pengambilan dan pemeriksaan
serum darah
o Pada tempat dimana sampel darah diambil utk pemeriksaan rutin utk tujuan lain
o unlinked anonymous (UA)
Populasi Sentinel
o Surveilans Biologis
o Surveilans Perilaku
Survei cross-sectional pada populasi umum
Survei cross-sectional pada populasi khusus (populasi berisiko)
o Sumber Data lain
Surveilans HIV dan AIDS
Data kematian
Surveilans penyakit menular seksual, surveilans TB
1. Deteksi kasus
Merupakan langkah pertama dalam sistem surveilans respon, deteksi kasus umumnya
dilaksanakan di tingkat pelayanan kesehatan. Deteksi kasus dalam KIA adalah adanya kasus
kehamilan resiko tinggi, kesakitan pada bayi dan anak, maupun kematian ibu dan anak.
2. Registrasi
Registrasi yang baik akan merekam semua data kasus termasuk kasus yang ternyata tidak
konfirmasi baik secara epidemiologi maupun secara laboratories. Registrasi dalam KIA yaitu
sistem pencatatan yang terkait dengan pelayanan ibu dan anak, antara lain: rekam medis,
SP2TP, SP2RS, Buku KIA, Register Kohort Ibu dan Bayi, PWS-KIA, Form MTBM, MTBS,
Form Rujukan Maternal dan Neonatal, Form Autopsi Verbal Maternal dan Perinatal, Form
Medical Audit.
3. Konfirmasi (epidemiologi dan laboratorium)
Konfirmasi dapat melalui kriteria epidemiologi dan hasil tes laboratorium. Konfirmasi
epidemiologi umumnya diperoleh dari hasil penyelidikan kasus di lapangan. Hasil tes
laboratorium akan membantu dalam penegakan diagnosis. Konfirmasi dalam KIA berupa
pelacakan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi verbal, yaitu wawancara
kepada keluarga atau orang lain yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan
yang diperoleh sebelum penderita meninggal. Hasil otopsi verbal ini yang akan melengkapi
pelaksanaan audit maternal dan audit perinatal (AMP) terhadap kasus kematian sehingga
dapat diketahui penyebab kematian.
4. Pelaporan
Pelaporan merupakan upaya untuk menggerakkan data yang sudah dikumpulkan dari tingkat
yang paling rendah dalam sistem kesehatan ke tingkat yang lebih tinggi. Pelaporan dalam
KIA berupa laporan hasil deteksi kehamilan resiko tinggi, komplikasi yang terjadi, hasil
deteksi dini tumbuh kembang anak, dan juga pelaporan hasil AMP dan penyebab kematian.
5. Analisis
Analisis harus dilaksanakan secepat mungkin untuk menghindari penundaan pelaksanaan
intervensi yang tepat akurat. Hasil analisis harus berupa informasi epidemiologis yang dapat
digunakan sebagai dasar tindakan kesehatan masyarakat.
Analisis dalam KIA berupa analisis terhadap pelaporan kasus kehamilan resiko tinggi,
komplikasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Mencari faktor-faktor penyebab atau faktor
yang mempengaruhi terjadinya kasus, untuk menentukan tindak lanjut yang cepat dan tepat
untuk menyelamatkan ibu-ibu maternal maupun bayi dan balita. Juga analisis terhadap hasil
AMP untuk menentukan rekomendasi dan intervensi yang tepat.
6. Umpan balik
Umpan balik merupakan arus informasi dan pesan kepada tingkat yang rendah dari tingkat
yang lebih tinggi. Selain itu dalam era teknologi informasi umpan balik dapat dalam bentuk
buletin elektronik yang dapat disampaikan kepada lintas sektor dan para pemangku
kepentingan (stakeholders) sehingga dapat berkontribusi dalam respons kesehatan
masyarakat. Umpan balik dalam KIA berupa umpan balik hasil analisis kasus dan hasil AMP
dari dinas kesehatan kepada para unit pelayanan kesehatan (UPK). Juga hasil penanganan
kasus dari RS kepada puskesmas, dll sesuai jenjang rujukannya, dengan harapan kasus yang
yang sama tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Umpan balik dapat juga disampaikan
dalam kegiatan pertemuan review program KIA secara berkala di kabupaten/kota dengan
melibatkan ketiga unsur pelayanan kesehatan tersebut. Umpan balik dikirimkan dengan tujuan
untuk melakukan tindak lanjut terhadap berbagai masalah yang ditemukan.
7. Respons segera
Keluaran dari proses pengumpulan data sampai dengan interpretasi data dalam bentuk
informasi epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan respons kesehatan masyarakat.
Respons segera bersifat langsung, reaktif dan umumnya termasuk dalam tindakan kesehatan
masyarakat yaitu penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak penderita dan tindakan
penanggulangan untuk mencegah penularan penyakit. Respons segera dalam KIA berdasar
rekomendasi AMP misalnya berupa perbaikan sistem dan atau mutu pelayanan pasien di RS,
puskesmas, RB, BPS, dll. Ini menyangkut hal-hal yang bisa dilakukan secara internal di unit
pelayanan tersebut, dan tidak memerlukan biaya besar. Termasuk juga disini melakukan
bedside teaching dan supervisi fasilitatif untuk memberikan bimbingan dalam pengelolaan
kasus rujukan. Siapapun yang terkait dengan kematian ibu dan bayi harus memberikan respon
segera sesuai dengan tanggungjawab, wewenang, dan kemampuannya.
8. Respons terencana
Respons terencana merupakan respons yang direncanakan dalam periode waktu tahunan, lima
tahunan termasuk perencanaan tindakan dan penganggaran yang diperlukan. Keterlibatan
lintas sektor dan stakeholder sangat menentukan dalam respons terencana ini. Rekomendasi
AMP seharusnya disampaikan kepada bupati/walikota terutama yang terkait dengan
perbaikan yang membutuhkan biaya besar, dan juga yang terkait dengan perbaikan di hulu
berupa pemberdayaan masyarakat, perbaikan sistem transportasi, pendidikan, ekonomi,
lingkungan, dan sebagainya. Respons terencana masuk agenda Musrenbang untuk
penyusunan APBD tahun depan.
o Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta
jangkauan yang setinggi-tingginya.
o Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan
oleh tenaga professional secara berangsur.
o Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di
masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus
menerus.
o Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang
baik dan jangkauan yang setinggi tingginya
SURVEILANS INFLUENZA A
Apa itu Influenza?
o Influenza: Flu
Influenza adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza.
o Virus influenza tipe A ini memiliki subtipe di antaranya H1N1, H1N2, H3N1, H3N2,
termasuk H5N1 (avian flu).
o “Virus tipe A ini, dapat menginfeksi manusia, babi, burung, kuda, anjing laut, ikan paus, dan
binatang lainnya.”
CARA PENULARAN
1. Cara penularan melalui kontak langsung dengan penderita influenza baru H1N1 (flu meksiko)
baik karena berbicara, terkena percikan batuk atau bersin.
2. Penularan virus melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus dapat terjadi,
walaupun belum ada bukti ilmiah tentang hal tersebut.
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti ditegakkan menggunakan RT PCR atau kultur virus atau netralisasi test (terjadi
peningkatan titer antibodi 4x dalam spare serum).
PENGOBATAN
Obat Tamiflu (Osaltamivir) dapat digunakan dalam pengobatan akibat Influenza A (H1N1).
PENCEGAHAN
1. Pemberian vaksin flu tahunan untuk semua orang yang berusia lebih dari 6 bulan.
2. Menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk dengan tissue/sapu tangan untuk
mencegah kontaminasi ke tangan .
3. Cuci tangan secara menyeluruh dan secara rutin.
MASA INKUBASI
Sampai saat ini masa inkubasi belum diketahui secara pasti namun untuk sementara para ahli (WHO)
menetapkan masa inkubasi virus influenza ini pada manusia rata-rata adalah 3 hari (1-7 hari).
o Kontak langsung dengan sekret/lendir atau tinja binatang yang terinfeksi melalui saluran
pernafasan atau mukosa konjungtiva (selaput lendir mata).
o Melalui udara yang tercemar virus Avian Influenza (H5N1) yang berasal dari tinja/lendir
unggas atau binatang lain yang terinfeksi dalam jarak terbatas.
o Kontak dengan benda yang terkontaminasi virus Avian Influenza (H5N1).
PENCEGAHAN
o Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran pencernaan unggas
harus menggunakan pelindung/masker.
o Alat-alat yang dipergunakan dalam perternakan harus dicuci secara rutin.
o Melaksanakan kebersihan lingkungan.
o Melakukan kebersihan diri.
6. Masalah GAKY
kegunaan untuk memberikan gambaran besar dan sebaran GAKY:
o Indikator
Prevalensi GAKY /TGR anak sekolah
Ekskresi Yodium (EYU)
Konsumsi garam Yodium rumah tangga
o Trigger level
TGR >15%
EYU 100mcg/dl >50%
konsumsi GB(30ppm)>80%RT
o Sumber data : Survei nasional pemetaan GAKY,Susenas dan monitoring GB Kab.
o Frekuensi : 3 tahun sekali dan sekali setahun
o Pengguna : Kabupaten,propinsi,pusat
7. Masalah KVA
o Screning kasus Xeropthalmia untuk perawatan
o Memberikan gambaran perkembangan masalah KVA
9. Masalah anemia
o Definisi :
Defisiensi zat besi yang diindikasikan dengan kadar Hb darah < 11mg% (wanita
hamil) atau <12 mg% pada wanita tidak hamil
o Kegunaan :
Memberikan gambaran perkembangan masalah anemia dan besarannya
Melakukan Analisis
1. Orientasi tidak cukup hanya penyakit
2. Pertimbangkan faktor resiko di luar sektor kesehatan
3. Ketajaman analisis
4. Pertimbangkan lintas batas wilayah, tidak cukup hanya pertimbangan wilayah administrasi
pemerintahan
o Deteksi dini
o Mencermati kecenderungan penyakit (secular trend)
o Identifikasi perubahan faktor agent dan host
o Deteksi perubahan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Peran Surveilans
Penyakit Menular
Potensial Wabah/KLB Ada Korban Langsung
(sakit / meninggal dlm waktu singkat)
1. Unsur kecepatan
Proses surveilans (pasif & aktif)
Respon (sedini mungkin)
2. Sederhana
Yang dapat dijangkau (sadar bahwa hanya sebagian)
Substansi terbatas (sangat prioritas) contoh di NAD
penyakit (Diare,Malaria, DBD, ISPA, Campak)
faktor risiko (air & vektor)
dukungan lab. sederhana (bila dimungkinkan)
3. Integrasi (Pemerintah, Masyarakat/LSM,NGO) Jejaring SE