Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Perjalana Aksi Masa Depan

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah

Perencanaan Pembangunan Syariah

OLEH :

KELOMPOK 12

BAHRUL ILMI : 3217161

NOFRI YANDI AKBAR : 3217163

RIKO IRAWAN : 3217181

DOSEN PEMBIMBING

ARIF HIDAYAT

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN EKONOMI ISLAM

SEMESTER GANJIL

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur kita ucapkan kepada Allah yang telah senantiasa memberikan kita
rahmat dan nikmat nya serta taufik dan hidayah nya sehinga penulis dapat
menyelesaikan makalah penulis yang berjudul ”Perjalanan Aksi Masa Depan”.

Salawat dan salam tak lupa kita hadiahkan kepada nabi Muhammad saw yang
telah membawa kita dari alam yang tidak berilmu sampai kepada alam yang berilmu
separti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Dan kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Arif Hidayat pada mata
kuliah Perencanaan Pembangunan Syariah.

Adapun dari itu pemakalah juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang akan di tambah. Penulis juga berharap
kritikan dan saran dari teman-teman semuanya untuk perbaikan pembuatan makalah
selanjutnya terimakasih.

Bukittinggi, 27 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................................................i

Daftar isi.....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Dari Mana Kita Mulai?...................................................................................................2


B. Perlunya Reformasi Politik.............................................................................................2
C. Dapatkah Perjuangan Lewat Perdamaian Berhasil?........................................................4
D. Dapatkah Kebangkitan Islam Membantu?......................................................................5
E. Apakah Ilmu Ekonomi Islam Telah Berada Di Rel Yang Benar?...................................6
F. Dapatkah Nilai-Nilai Moral Dan Solidaritas Sosial Dan Keluarga Dibuang..................6
G. Apakah Institusi-Institusi Itu Penting?............................................................................7
H. Apa Solusi Tehadap Persoalan-Persoalan Krusial?........................................................8
I. Perjalanan Aksi Masa Depan............................................................................................9
J. Suatu Pekerjaan Yang Jauh Lebih Sulit Dari Pada Ilmu Ekonomi Konvensional.........10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampurkanadukkan imamnya dengan


kezaliman bagi mereka keamanan dan mereka adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk. (al-an’am: 82).

(Islam) barangkali merupakan kekuatan moral dan spiritual yang paling kuat di
atas bumi hari ini. (Ramsey Clarak).

Setelah berabad-abad lamanya daur sebab akibat Ibnu Khaldun beroperasi,


ilegitimasi politik tidak lagi menjadi satu-satunya persoalan yang dihadapi masyarakat
muslim. Degenerasi telah memasuki semua aspek kehidupan. Sebagian besar penyakit-
penyakit sosioekonomi yang berdampak buruk pada masyarakat lain juga bersarang
masyarakat muslim sebagian lebih parah dan sebagian lainnya kurang parah. Dengan
demikian, diperlukan reformasi komprehensif. Hanya mengutakatik variabel ekonomi
tidak akan banyak membantu.

B. Rumusan malasah

1. Dari mana kita mulai?


2. Apakah perlunya reformasi politik?
3. Dapatkah perjuangan lewat perdamaian berhasil?
4. Dapatkah kebangkitan islam membantu?
5. Apakah ilmu ekonomi islam telah berada di rel yang benar?
6. Dapatkah nilai-nilai moral dan solidaritas sosial dan keluarga dibuang?
7. Apakah institusi-institusi itu penting?
8. Apa solusi tehadap persoalan-persoalan krusial?
9. Apa itu perjalanan aksi masa depan?
10.Apakah suatu pekerjaan yang jauh lebih sulit dari pada ilmu ekonomi konvensional?
BAB II

PEMBAHASAN

Perjalanan Aksi Masa Depan

A. Darimana Kita Mulai ?

Titik pertama kita mulai adalah titik dimana Nabi SAW memulainya yaitu reformasi
kemanusiaan. Lokomotif utama dibalik jatuh dan bangunnya suatu peradaban yaitu
faktor manusia itu sendiri. Ia dapat menjadi sumber kebaikan atau penderitaan bagi
kemanusiaan bergantung pada bagaimana ia dibesarkan, karakter dan pandangan
mentalnya. Jika kualitas mental dan moral tidak meningkat ia tidak akan memiliki
kemampuan atau motivasi untuk melakukan apa yang sebenarnya menjadi
kepentingannya, apalagi untuk kepentingan masyarakatnya dan seluruh kemanusiaan.
Nabi SAW melakukan segala sesuatu untuk mentransformasikan intividu menjadi
manusia yang lebih baik. beliau menyediakan pandangan dunia revolusioner yang
menyuntikkan suatu tujuan dan arti kehidupan; menciptakan suatu keseimbangan antara
aspek spiritual dan meteril, serta memberikan suatu misi yang leluhur dalam
mengarungi kehidupan. Beliau menjamin keadilan , harga diri, persamaan, martabat,
dan peningkatan sosioekonomi individu dalam masyarakat. Ini menciptakan suatu
kekuatan moral sebelum struktur kekuatan yang berlaku hancur pada masa hidupnya
dan meratakan jalan bagi revolusi islam1

B. Perlunya Reformasi Politik

Reformasi dan peningkatan sosioekonomi manusia relati lebih mudah dilaksanakan


jika system politiknya juga mendukung. Ilegitimasi politik yang kini berlaku di Negara-
negara muslim merupakan tembok penghalang. Ia menekankan kebebasan berpendapat
dan menggagalkan realisasi keadailan. Ia tidak menegakggkan undang-undang secara
adil dan tidak memihak sehingga mendorong korupsi dan mementahkan operasi efektif
rangsangan dan ancaman. Oleh karena itu, reformasi politik merupakan kebutuhan yang

1
Umer Chapra, masa depan ilmu ekonomi sebuah tinjauan islam, (Jakarta : gema insani press , 2001 ),
hal.304

2
sangat mendesak bagi masyarakat muslim pada umumnya. Pemberlakuan secara efektif
peranggungjawaban akan membantu mengurangi korupsi dan mismanajemen an
memasukkan penggunaan sumber daya public yang efisien untuk penyelenggaraan
pendidikan, kesehatan dan pembangunan pedesaan dan perkotaan sehingga
menimbulkan peningkatan sosioekonomi. Hal itu membantu memperkenalkannya land
reform. Sehingga tidak saja memungkinkan petani penyewa mendapatkan saham yang
adil terhadap hasil pertanian, melainkan juga membekalinya dengan sumber-sumber
daya yang dia perlukan untuk mendapatkan pelatihan disamping memiliki bibit unggul,
peralatan pertanian dan pupuk untuk meningkatkan hasil di masa mendatang.

Namun pertanyaan yang krusial adalah bagaimana menciptakan reformasi politik


dalam Negara dimana ilegitimasi bercokol kuat, yang kadang-kadang di dukung oleh
militer, materil dan hubunganb ik dengan kekuatan-kekuatan barat, dan dimana
pemerintahan menggunakan semua bentuk represi untuk menindas setiap perjuangan
reformasi. Namun demikian, strategi reformasi politik terbaik adalah lewat perjuangan
damai dan tidak mengandung kekerasan,, sekalipun hal ini tampak memerlukan waktu
yang lama. Gerakan-gerakan islam akan berhasil jika mereka mencoba untuk
merdakwah tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga kepada dunia denganm membawa
rahmat dan bukan penderitaan sesuai dengan Al-Quran “kami telah mengutusmu
sebagai rahmat bagi alam semesta”(Al-Anbiyaa:107). 2

AlQuran dengan tegas lebih memilih dakwah yang menggunakan pemahaman


timbal balik yang lebih besar dan koeksistensi damai dalam hubungan antara manusia
dan menekankan “serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah …(An
Nahl:125)”…. Perdamaian yang sebenar-benarnya…” (An Nisaa’:128), dan “tolaklah
yang jahat itu dengan kebaikan”(Al Mukminun :96). Rasulullah SAW juga menekankan
lewat perjuangan, seraya mengatakan “siapa yang dijauhkan dari kejujuran adalah ia
dijauhkan dari kebaikan” dan ”Tuhan itu indah dan suka pada keindahan ; ia
memberikan pahala karena keindahan yang tidak berikan kekerasan atau pada yang
lain”. Keberpihakan terhadap dakwah lewat perdamaian ini juga direfleksikan dalam
tulisan sejumlah ulama. Ibnu Qudamah (W.6201223), umpamanya telah menulis, “
kepentingan kemaslahatan kaum muslimin lebih banyak terletak pada perdamaian

2
Ibid.,hal.305

3
daripada peperangan”. Suatu kebijakan konfrontasi akan menciptakan keasingan dan
menjauhkan mereka dari bantuan semacam ini. Cara ini hanya akan memperparah
persoalan dan jug abertentangan dengan nasihat AlQuran “dan tolong menolonglah
dalam kebaikan dan jaganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelarangan”(Al Maidah :2).

Ajaran-ajaran AlQuran, sunnah Nabi dan pelajaran-pelajaran sejarah semuanya


tegas menentang penggunaan kekuaran tan kekerasan dalam memperjuangkan islam.

C. Dapatkah Perjuangan Lewat Perdamaian Berhasil ?

Penegakan pemerintah demokratis, sekalipun pada awalnya didominasi oleh tuan-


tuan tanah feodal, akan cenderung memperlemah struktur kekuasaan secara -angsur
karena kekuatan suara dalam pemilihan. Tekanan-tekanan pada pemerintah yang terpilih
untuk memenuhi janjinya, juga akan mengurangi korupsi dan militer, sehingga
dimungkinkan penggunaan sumber-sumber daya lebih banyak untuk pendidikan,
kesehatan dan pembangunan serta dimungkinkan diperkenalkannya reformasi tanah.
Akibat membaiknya sosioekonomi penduduk miskin pedesaan, yang sebelumnya sudah
terjadi akibat relevansi yang dikirimkan oleh tenaga kerja yang dikirim keluar negeri,
akan meningkatkan spectrum kelas menengah yang lebih sehat dan lebih luas untuk
memperjuangkan hak-haknya3.

Menciptakan demokrasi supaya berhasil dinegara-negara ini bukanlan suatu tugass


yang mudah. Hal ini disebabkan sikap-sikap otokrasi dari elite penguasa-penguasa
dalam hal ini, yang memperoleh kemenangan dalam pemilihan. Oleh karena itu, tidak
banyak perbedaan antara pelakuan diktator dan penguasa terpilih pada tahapan awal.
Perbedaan riil hanyalah akan terjadi secara gradual seiring dengan keberhasilan
perjuangan demokrasi yang ditandai dengan kebebasan berpendapat dan sejumlah
reformasi hukum politik dan pengadilan yang benar-benar diperlukan. Salah satu dari
reformasi yang paling penting adalah restrukturasi proses untuk menghapuskan atau
paling tidak meminimalkan pengaruh uang, kekuasaan, dan manipulasi dalam kelompok
pemimpin politik. Dalam kerangka kerja operasif seperti ini, demokrasi menjadi sebuah
sandiwara karena para petani yang merupakan kelompok mayoritas penduduk tidak

3
Ibid.,hal.306

4
mampu mengeluarkan suaranya untuk memilih perwakilan politik mereka dan
keluarganya, yang menempati posisi-posisi penting dalam institusi-institusi ini,
menggunakan kekuasaan mereka serta sumber-sumber daya untuk menekan semua
oposisi. Dengan demikian, system pemerintahan telah menjadi alat untuk melindungi
kepentingan mereka.

D. Dapatkah kebangkitan islam membantu?

Suatu pertanyaan penting disini, apakah kebangkitan islam menjadi lebih


kondusif untuk melakukan reformasi terhadap masyarakat-masyarakat muslim?
Akankah hal itu membantu mereka mewujudkan keadilan dan kesejahteraan serta
memungkinkan mereka menghadapi tantangan-tantangan dengan dunia modern?
Jawaban secara umum tampaknya ya. Barangkali islam satusatunya realitas yang hidup
dalam dunia muslim yang memiliki charisma untuk menarik massa menyatukan mereka
meskipun mereka berbeda-beda dan memotivasi mereka untuk bertindak yang benar
sekalipun mengalami degradasi.4

Penekanan islam terhadap keadilan sosial ekonomi, pertanggungjawaban otoritas


politik, dan karakter pembangunan dalam menanamkan pendidikan dan dialog untuk
menciptakan suatu perubahan, diharapkan menjadi bukti sebagai rahmat yang besar bagi
dunia muslim. Islam menyerukan hidup sederhana, yang membantu mereduksi
konsumsi pamer sehingga melemahkan penyebab salah satu korupsi. Islam juga dapat
membantu menancapkan dalam diri orang sejumlah sifat-sifat yang diperlukan seperti
kejujuran dan integritas, menepati waktu, bekerja bersungguh-sungguh, kepercayaan
kepada diri sendiri, dan kepedulian terhadap hak dan kesejahteraan orang lain. Kualitas-
kualitas yang tanpa itu berat sekali merealissasikan efesiensi atau keadilan. Islam
menempatkan solidaritas sosial dan keluarga yang merupakan persoalan pokok bagi
kelangsungan hidup suatu masyarakat. Tegasnya islam cukup fleksibel untuk
memungkinkan penyesuaian terhadap keadaan-keadaan yang tengah berubah.

Kebangkitan yang kini berlangsung dinegara-negara muslim secara pelan-pelan


akan membantu kualitas moral kaum muslimin. Pada gilirannya ini akan membantu

4
Ibid.,hal.309

5
mempromosaikan penggunaan sumber daya alam yang melimpah secara lebih efisien
dan adil sehingga pada gilirannya akan mempercepat pembangunan yang diingankan
oleh islam hanya kebangkitan inilah yang membuat kita optimis terhadap masa depan
sesuai dengan anjuran al-qur’an’

“janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, karena kamulah orang
yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman.”( ali Imran: 139 )

E. Apakah ilmu ekonomi islam telah berada di rel yang benar?

Hal ini membawa kita kepada pertanyaan ketiga, yaitu apakah ekonomi islam
telah menuju kearah yang benar? Jawabannya bergantung sepenuhnya pada apakah ia
telah melakukan sesuatu yang diperlukan untuk membantu Negara-negara muslim
mewujudkan kesejahteraan manusia dalam arti yang seluas-luasnya seperti yang
dikehendaki dunia islam. Ini menuntut analisis multidisiplin dari model ibnu khaldun
dengan memperhatikan semua faktor utama termasuk faktor-faktor moral, psikologis,
sosial, ekonomi, politik, dan sejarah, yang merupakan faktorfaktor dibelakang
kegagalan Negara-negara muslim untuk mewujudkan visinya, dan mempersiapkan suatu
paket reformasi yang komprehensif berdasarkan analisis seperti ini.5

Sejauh ini ilmu ekonomi islam masih menekankan pada bagaimana injeksi suatu
dimensi moral kepada ilmu ekonomi akan mempunyai dampak yang baik pada variable-
variabel ekonomi da bagaimana pemberlakuan zakat dan pembiayaan berbasis ekuitas
akan menyelesaikan sebagian dari persoalan-persoalan ekonomi yang sulit. Memang
sangat penting, tapi tidaklah mencukupi. Akibatnya adalah bahwa sebagian kritik
terhadap ekonomi islam cenderung menggambarkan konklusi yang salah yaitu pertama,
inilah yang dapat ditawarkan oleh ilmu ekonomi islam memiliki “ sedikit sekali “ hal
yang dapat diberikan dalam bentuk “institusi sosial yang sehat dan up to date”.

F. Dapatkah nilai-nilai moral da solidaritas sosial dan keluarga dibuang?

Kritik pertama tampak berasal dari kurangnya apresiasi terhadap perlunya


restrukturasi pasar sesuai dengan paradigma moral untuk meminimalkan sebagian

5
Ibid.,hal.311

6
kekurangan-kekurangan yang mencolok dalam system pasar dan merealisasikan tujuan
humanitarian masyarakat. Akibatnya adalah terjadinya regulasi yang berlebihan, ketidak
seimbangan makro ekonomi dan anggaran yang tidak dapat dipertahankanyang
menyebabkan seruan untuk menarik kembali Negara kesejahteraan. Tanpa adanya
transformasi moral akan terjadi pengandalan yang berlebihan pada regulasi dan belanja
kesejahteraan pemerintah untuk mewujudkan sasaran-sasaran humanitarian. Oleh
karena itu, benar apa yang dikatakan oleh reopke, “disiplin diri, kejujuran, keadilan,
moderasi, spirit publik, penghormatan kepada martabat manusia, berpegang teguh pada
norma-norma etika semua ini harus dimiliki oleh setiap orang sebelum mereka masuk
pasar dan sebelum mereka bersaing satu sama lain. Ini merupakan dukungan yang kuat
untuk melindungi pasar dan persaingan dari degradasi’.6

Sesungguhnya tidak ada institusi kemanusiaan yang dapat beroperasi secara


efektif, sekalipun ia sehat dan kuat, jika elemen manusia, yang merupakan tujuan dan
alat dari industry ini, tidak direformasi secara memadai. Karena itu tidak heran bahwa
sejumlah ekonomi barat merasa bahwa penekanan terhadap netralitas nilai barangkali
telah berlebihan dan kini mereka telah menyerukan dimasukkannya nilai-nilai didalam
ilmu ekonomi.

G. Apakah institusi-institusi itu penting?

Kaum muslimin telah mendengarkan khotbah selama berabad-abad pada periode


kemerosotanmereka, tetapi kondisi moral masyarakat mereka juga tidak meningkat.
Barangkali ada banyak korupsi dan ketidakadilan dalam dunia muslim daripada yang
terjadi di Barat yang sekularisnya. Para pekerja yang muslim barangkali juga kurang
bersungguh-sungguh, kurang bekerja keras, dan kurang tepat waktu, sementara para
pelaku bisnis barangkali kurang jujur dan curang dari pada yang dituntut oleh
normanorma islam. Sebagian dari praktik-praktik yang secara moral salah, seperti
menipu,menyuap dan cara-cara yang tidak fair lainnya untuk mendapatkan penghasilan,
kini telah terpatri lewat operasi saling ketergantungan jangka panjang dan mekanisme
yang memperkuat dirinya sendiri. Setiap orang mengutuk praktik-praktik ini, tetapi
tidak mampu memisahkannya, karena semua lingkungan sosial telah menjadi korup.
Oleh karena itu, Muhammad Asad, salah seorang sarjana muslim besar abad ini dengan
6
Ibid.,hal.312

7
tegas mengatakan, “ingin kembali kepada realitas islam merupakan suatu persoalan,
tetapi menvisualisasikan bahwa realitas dalam segala aspek konkretnya adalah perkara
yang lain.”

Jika ekonomi islam serius untuk memperkenalkan nilai-nilai moral dalam


kinerja ekonomi, maka ia tidak dapat menghindari tugas mengindentifikasikan berbagai
faktor yang menciptakan divergensi antara aspek ideal dan perilaku actual dalam
manusia. Contohnya, salah satu faktor penting yang bertanggung jawab bagi adanya
kesenjagan antara aspek ideal dan perilaku actual adalah kurangnya accountability
(kurang pertanggungjawaban politik) karena ini jelas melanggar nilai-nilai islam.
Hampir tidak ada Negara muslim di mana demokrasi yang sebenarnya terwujurd,
dinama kebebasan berpendapat dijamin, dan di mana pengadilan berjalan secara adil
dan tidak memihak, dengan mengabaikan faktor kekayaan dan kekuasaan.

Oleh karena itu, barat kalau ada instansi pemerintah ketahuan melanggar moral
atau melakukan korupsi akan menimbulkan suatu ekspose sensasional dalam media
massa dan mengakibatkan pengunduran diri menteri yang bersangkutan.

Yang diperlukan oleh Negara-negara muslim adalah memiliki nilainilai islam


yang direfleksikan dalam institusi hukum, sosial, politik dan ekonomi, serta
memperkuatnya dengan pemberlakuan hukuman dan ransangan tidak memihak dan
efektif.7

Syariah telah meletakkan prinsip-prinsip petunjuk dan memperlihatkan sejumlah


reformasi yang diperlukan. Penggunaan prinsipprinsip ini sangat perlu. Namun hal ini
juga belum mencukupi. Suatu paket sempurna tidak hanya terdiri dari faktor ini, tetapi
juga fakrto yang lain yang diadopsi oleh masyarakat-masyarakat yang lain untuk
mewujudkan tujuan-tujuan mereka. Islam bukanlah dan tidak akan menjadi suatu
hambatan untuk menggunakan cara-cara ini sepanjang mereka tidak bertentangan
dengan syariah. Salah satu prinsip kaidah ushul adalh bahwa segala sesuatu yang tidak
dilarang secara khusus oleh syariah adalah diperbolehkan dan dapat dipakai dengan
mengabaikan apakah hal itu dikemukakan atau tidak. Rasulullah SAW menjelaskan

7
Ibid.,hal.315

8
bahwa “hikmah ini suatu kekayaan yang hilang dari seorang muslim, dimana pun dia
menemukan, dia yang paling berhak memakianya”.

H. Apa solisinya terhadap persoalan-persoalan krusial?

Di samping itu, kekurangan yang sangat mencolok dalam ilmu ekonomi Islam,
yaitu terjadinya suatu analisi ilmiah terhadap persoalan-persoalan penting yang dihadapi
Negara-negara muslim. Antara lain yang berkaitan dengankorupsi, ekstravagansa, dan
kemubaziran, defisit angdeficitan deficit neraca berjalan, beban utang yang tinggi,
rendahnya tingkat tabungan dan investasi, tingginya tingkat pengangguran,
ketidakadilan ekstrim dalam kekayaan investasi, dan kondisi-kondisi ekonomi uyang
memilukan dari kelompok miskin.8

Hal ini membuat ilmu ekonomi islam tidak realistis terhadap kritik dan
penganmbilan kebijakan. Bahkan, mereka cenderung memihak kepada islam dan
jumlahnya tidak cukup banyak, merasa bahwa sebagian besar insrumen kebijakan yang
dibicarakan di dalam ilmu ekonomi islam memang penting untuk memastikan keadilan
dan kesehatan jangka panjang masyarakat muslim dan perekonomian mereka, namun
hal itu memerlukan waktu lama untuk mengimplementasikan dan melihat hasilnya.
Padahal, persoalan-persoalan yang berlaku memerlukan perhatian dan solusi yang
segera. Jika ini dilakukan, otomatis akan menjadi jelas bahwa penekana yang lebih
besar kepada keadilan, persaudaraan, reformasi moral, solidaritas keluarga dan social,
serta sebagian institusi islam akan terus menjadi factor pembeda dari ilmu ekonomi
islam, dan akan tetap terjadi kesenjangan besar antara ilmu ekonomi islam dan ilmi
ekonomi konvensional.

I. Perjalan aksi masa depan

Sudah waktunya ekonomi islam mulai memusatkan perhatian pada persoalan-


persoalan yang dihadapi oleh Negara muslim dan mengajukan pengobatan-
pengobatanyang secara islam diperbolehkan dan secara politik dan ekonomi
dimungkinkan. Pendekatan demikian tidak hanya akan membantu memupuk
popularitasnya dan akan memperoleh penerimaan secara umum, tetapi juga
8
Ibid.,hal.316

9
menciptakan suatu lingkungan yang lebih baik bagi diperkenalkannya tindakan-tindakan
yang islami. Suatu perubahan dalam pendekatannya membuat adanya analisis Negara
individual. Intensitas persoalan akan berbeda dari suatu Negara ke Negara yang lain.

Ilmu ekonomi islam juga akan mengumpulkan data-data yang dapat diandalkan
tentang sejumlah variabel ekonomi yang penting. Tanpa mengetahui kedudukan actual
dan alasan untuk itu tidaklah mungkin menyiapkan suatu program yang baik bagi
perubahan public, ekonomi, social. Oleh karena itu, salah satu persyaratan utama dari
proses islamisasi adalah transparansi melalui pengumpulan dan publikasi terhadap
semua data yang diperlukan dan analisis ilmiah terhadapnya. Pendapat yang benar-
benar hilang adalah data yang berkaitan tentang distribusi pendapatan dan kekayaan,
sejauh mana pemenuhan kebutuhan dapat dipenuhi, serta hakikat dan kualitas hidup
terutama mereka yang tidak beruntung. Di samping itu juga terdapat data-data yang
tidak memadai tentang individual tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah,
konsumsi, dan perilaku individual dalam menabung dan investasi serta berbagai sector
kependudukan, kesempatan kerja dan penganguran, pekerja anak-anak dan wanita, upah
dan gaji, kondisi kerja, kebiasaan kerja, dan produktifitas, disamping penjelasan rasional
mengenai penyimpanagannya dari norma-norma islam. Jika ini telah dilaksanakan,
maka dapatlah ilmu ekonomi islam yang melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat
dalam menganalisis dampak yang terjadi karena pemberlakukan nilai-nilai dan institusi-
institusi islam pada konsumsi agregat, tabungan dan investasi, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas, sera distribusi pendapatan.

J. Suatu pekerjaan yang jauh lebih sulit dari pada ilmu ekonomi konvensional

Tugas ilmu ekonomi islam lebih luas dan jauh lebih sulit dari pada ilmu
konvensional. Hakikatnya paradigmanya memungkinkan ilmu ekonomi islam
membatasi dirinya hanya pada pembicaraan tentang “apa”. Semua nabi termasuk nabi
Muhammad SAW datang untuk mentranformasikan masyarakatnya menagajak menuju
”apa yang seharusnya”. Ini juga menjadi tugas utama ilmu ekonomi islam.9

Asumsi fundamental tentang kelangkaan dapat dipertahankan. Asumsi


rasionalitas harus diravisi kembali dengan paradigm islam. Kepentingan sndiri dapat

9
Ibid.,hal.317

10
diberikan suatu perspektif jangka panjang sehingga meliputi dunia ini dan juga akhirat.
Realitas tujuan-tujuan humanitarian, terutama keadilan dapat dijadikan tujuan analisis
ekonomi yang penting. Akidah islam, norma-norma dan isntitusi harus dianggap
sebagau “hakikat” paradigma. Dengan menggunakan pendekatan yang berorientasi pada
tujuan, pendekatan yang bersifat lintas displin dan dinamis, maka ilmu ekonomi islam
akan menjelaskan bukan saja pertumbuhan dan stagnasi perekonomian kaum muslim
dimasa lalu; malainkan juga sumber-sumber dari persoalan mereka pada masa ini. Ia
akan mampu melalukan prediksi yang meyakinkan tentang perilaku agen ekonomi dan
akan mempenagruhi secara efektif perjalanan masa depan.

Hikmah praktis dari ekonomi islam, tidak mampu terwujud di mana-mana


sejauh ini. Ia tidak mampu memahami tugas untuk menjelaskan jatuh bangunnya
perekonomian muslim masa lalu, kesenjangan antara norma-norma islam dan perilaku
actual agen ekonomi, dan penyebab masalah yang dihadapi oleh Negara-negara muslim.

Oleh karena itu, perkiraan tantang masa depan yang lebih dekat tidak dapat
diharapkan terlalu tinggi. Tidak mungkin meningkatkan masyarakat muslim, paling
tidak untuk masa depan yang dekat, meningkatkan pada level spiritual yang lebih tinggi
yang dituntut islam dan para ekonomi muslim dalam analisis mereka.lebih-lebih kinerja
semua fungsi yang diharapkan dari ilmu-ilmu ekonomi tidadk segera dapat dilihat
karena tiadanya sumber-sumber daya dan dukungan politik, dan tiadanya data-data, dan
sulitnya mengukur sejumlah variabel politik dan sosioekonomi yang perlu dimasukkan
ke dalam model. Dengan demikian, tidak harus kehilangan tujuan utamanya, ia harus
realistis mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Setelah adanya usaha
yang besar, prestasinya tidak mungkin lumayan pada masa mendatang. Bagaimanapun
juga usaha-usaha terus dilanjutkan karena seperti yang dikatakan oleh Nasr, “Ilmu
ekonomi islam dan isntitusi-istnitusi yang diprediksi memiliki potensi yang tidak dapat
ditemui tetapi harus diwujudkan”.10

BAB III

PENUTUP

10
Ibid.,hal.318

11
Kesimpulan

Sudah waktunya ekonomi islam mulai memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan


yang dihadapi oleh Negara muslim dan mengajukan pengobatan-pengobatanyang secara
islam diperbolehkan dan secara politik dan ekonomi dimungkinkan. Pendekatan
demikian tidak hanya akan membantu memupuk popularitasnya dan akan memperoleh
penerimaan secara umum, tetapi juga menciptakan suatu lingkungan yang lebih baik
bagi diperkenalkannya tindakan-tindakan yang islami. Suatu perubahan dalam
pendekatannya membuat adanya analisis Negara individual. Intensitas persoalan akan
berbeda dari suatu Negara ke Negara yang lain.

Ilmu ekonomi islam juga akan mengumpulkan data-data yang dapat diandalkan
tentang sejumlah variabel ekonomi yang penting. Tanpa mengetahui kedudukan actual
dan alasan untuk itu tidaklah mungkin menyiapkan suatu program yang baik bagi
perubahan public, ekonomi, social. Oleh karena itu, salah satu persyaratan utama dari
proses islamisasi adalah transparansi melalui pengumpulan dan publikasi terhadap
semua data yang diperlukan dan analisis ilmiah terhadapnya. Pendapat yang benar-
benar hilang adalah data yang berkaitan tentang distribusi pendapatan dan kekayaan,
sejauh mana pemenuhan kebutuhan dapat dipenuhi, serta hakikat dan kualitas hidup
terutama mereka yang tidak beruntung. Di samping itu juga terdapat data-data yang
tidak memadai tentang individual tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah,
konsumsi, dan perilaku individual dalam menabung dan investasi serta berbagai sector
kependudukan, kesempatan kerja dan penganguran, pekerja anak-anak dan wanita, upah
dan gaji, kondisi kerja, kebiasaan kerja, dan produktifitas, disamping penjelasan rasional
mengenai penyimpanagannya dari norma-norma islam. Jika ini telah dilaksanakan,
maka dapatlah ilmu ekonomi islam yang melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat
dalam menganalisis dampak yang terjadi karena pemberlakukan nilai-nilai dan institusi-
institusi islam pada konsumsi agregat, tabungan dan investasi, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas, sera distribusi pendapatan.

DAFTAR PUSTAKA

12
Chapra Umer di terjemahkan oleh Ikhwan abidin basri,2001, Masa depan ilmu ekonomi
sebuah tinjauan islam, Jakarta:Gema Insani Press

13

Anda mungkin juga menyukai