OLEH :
KELOMPOK 12
DOSEN PEMBIMBING
ARIF HIDAYAT
SEMESTER GANJIL
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur kita ucapkan kepada Allah yang telah senantiasa memberikan kita
rahmat dan nikmat nya serta taufik dan hidayah nya sehinga penulis dapat
menyelesaikan makalah penulis yang berjudul ”Perjalanan Aksi Masa Depan”.
Salawat dan salam tak lupa kita hadiahkan kepada nabi Muhammad saw yang
telah membawa kita dari alam yang tidak berilmu sampai kepada alam yang berilmu
separti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Dan kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Arif Hidayat pada mata
kuliah Perencanaan Pembangunan Syariah.
Adapun dari itu pemakalah juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang akan di tambah. Penulis juga berharap
kritikan dan saran dari teman-teman semuanya untuk perbaikan pembuatan makalah
selanjutnya terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................................................................................................i
Daftar isi.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
(Islam) barangkali merupakan kekuatan moral dan spiritual yang paling kuat di
atas bumi hari ini. (Ramsey Clarak).
B. Rumusan malasah
PEMBAHASAN
Titik pertama kita mulai adalah titik dimana Nabi SAW memulainya yaitu reformasi
kemanusiaan. Lokomotif utama dibalik jatuh dan bangunnya suatu peradaban yaitu
faktor manusia itu sendiri. Ia dapat menjadi sumber kebaikan atau penderitaan bagi
kemanusiaan bergantung pada bagaimana ia dibesarkan, karakter dan pandangan
mentalnya. Jika kualitas mental dan moral tidak meningkat ia tidak akan memiliki
kemampuan atau motivasi untuk melakukan apa yang sebenarnya menjadi
kepentingannya, apalagi untuk kepentingan masyarakatnya dan seluruh kemanusiaan.
Nabi SAW melakukan segala sesuatu untuk mentransformasikan intividu menjadi
manusia yang lebih baik. beliau menyediakan pandangan dunia revolusioner yang
menyuntikkan suatu tujuan dan arti kehidupan; menciptakan suatu keseimbangan antara
aspek spiritual dan meteril, serta memberikan suatu misi yang leluhur dalam
mengarungi kehidupan. Beliau menjamin keadilan , harga diri, persamaan, martabat,
dan peningkatan sosioekonomi individu dalam masyarakat. Ini menciptakan suatu
kekuatan moral sebelum struktur kekuatan yang berlaku hancur pada masa hidupnya
dan meratakan jalan bagi revolusi islam1
1
Umer Chapra, masa depan ilmu ekonomi sebuah tinjauan islam, (Jakarta : gema insani press , 2001 ),
hal.304
2
sangat mendesak bagi masyarakat muslim pada umumnya. Pemberlakuan secara efektif
peranggungjawaban akan membantu mengurangi korupsi dan mismanajemen an
memasukkan penggunaan sumber daya public yang efisien untuk penyelenggaraan
pendidikan, kesehatan dan pembangunan pedesaan dan perkotaan sehingga
menimbulkan peningkatan sosioekonomi. Hal itu membantu memperkenalkannya land
reform. Sehingga tidak saja memungkinkan petani penyewa mendapatkan saham yang
adil terhadap hasil pertanian, melainkan juga membekalinya dengan sumber-sumber
daya yang dia perlukan untuk mendapatkan pelatihan disamping memiliki bibit unggul,
peralatan pertanian dan pupuk untuk meningkatkan hasil di masa mendatang.
2
Ibid.,hal.305
3
daripada peperangan”. Suatu kebijakan konfrontasi akan menciptakan keasingan dan
menjauhkan mereka dari bantuan semacam ini. Cara ini hanya akan memperparah
persoalan dan jug abertentangan dengan nasihat AlQuran “dan tolong menolonglah
dalam kebaikan dan jaganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelarangan”(Al Maidah :2).
3
Ibid.,hal.306
4
mampu mengeluarkan suaranya untuk memilih perwakilan politik mereka dan
keluarganya, yang menempati posisi-posisi penting dalam institusi-institusi ini,
menggunakan kekuasaan mereka serta sumber-sumber daya untuk menekan semua
oposisi. Dengan demikian, system pemerintahan telah menjadi alat untuk melindungi
kepentingan mereka.
4
Ibid.,hal.309
5
mempromosaikan penggunaan sumber daya alam yang melimpah secara lebih efisien
dan adil sehingga pada gilirannya akan mempercepat pembangunan yang diingankan
oleh islam hanya kebangkitan inilah yang membuat kita optimis terhadap masa depan
sesuai dengan anjuran al-qur’an’
“janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, karena kamulah orang
yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman.”( ali Imran: 139 )
Hal ini membawa kita kepada pertanyaan ketiga, yaitu apakah ekonomi islam
telah menuju kearah yang benar? Jawabannya bergantung sepenuhnya pada apakah ia
telah melakukan sesuatu yang diperlukan untuk membantu Negara-negara muslim
mewujudkan kesejahteraan manusia dalam arti yang seluas-luasnya seperti yang
dikehendaki dunia islam. Ini menuntut analisis multidisiplin dari model ibnu khaldun
dengan memperhatikan semua faktor utama termasuk faktor-faktor moral, psikologis,
sosial, ekonomi, politik, dan sejarah, yang merupakan faktorfaktor dibelakang
kegagalan Negara-negara muslim untuk mewujudkan visinya, dan mempersiapkan suatu
paket reformasi yang komprehensif berdasarkan analisis seperti ini.5
Sejauh ini ilmu ekonomi islam masih menekankan pada bagaimana injeksi suatu
dimensi moral kepada ilmu ekonomi akan mempunyai dampak yang baik pada variable-
variabel ekonomi da bagaimana pemberlakuan zakat dan pembiayaan berbasis ekuitas
akan menyelesaikan sebagian dari persoalan-persoalan ekonomi yang sulit. Memang
sangat penting, tapi tidaklah mencukupi. Akibatnya adalah bahwa sebagian kritik
terhadap ekonomi islam cenderung menggambarkan konklusi yang salah yaitu pertama,
inilah yang dapat ditawarkan oleh ilmu ekonomi islam memiliki “ sedikit sekali “ hal
yang dapat diberikan dalam bentuk “institusi sosial yang sehat dan up to date”.
5
Ibid.,hal.311
6
kekurangan-kekurangan yang mencolok dalam system pasar dan merealisasikan tujuan
humanitarian masyarakat. Akibatnya adalah terjadinya regulasi yang berlebihan, ketidak
seimbangan makro ekonomi dan anggaran yang tidak dapat dipertahankanyang
menyebabkan seruan untuk menarik kembali Negara kesejahteraan. Tanpa adanya
transformasi moral akan terjadi pengandalan yang berlebihan pada regulasi dan belanja
kesejahteraan pemerintah untuk mewujudkan sasaran-sasaran humanitarian. Oleh
karena itu, benar apa yang dikatakan oleh reopke, “disiplin diri, kejujuran, keadilan,
moderasi, spirit publik, penghormatan kepada martabat manusia, berpegang teguh pada
norma-norma etika semua ini harus dimiliki oleh setiap orang sebelum mereka masuk
pasar dan sebelum mereka bersaing satu sama lain. Ini merupakan dukungan yang kuat
untuk melindungi pasar dan persaingan dari degradasi’.6
7
tegas mengatakan, “ingin kembali kepada realitas islam merupakan suatu persoalan,
tetapi menvisualisasikan bahwa realitas dalam segala aspek konkretnya adalah perkara
yang lain.”
Oleh karena itu, barat kalau ada instansi pemerintah ketahuan melanggar moral
atau melakukan korupsi akan menimbulkan suatu ekspose sensasional dalam media
massa dan mengakibatkan pengunduran diri menteri yang bersangkutan.
7
Ibid.,hal.315
8
bahwa “hikmah ini suatu kekayaan yang hilang dari seorang muslim, dimana pun dia
menemukan, dia yang paling berhak memakianya”.
Di samping itu, kekurangan yang sangat mencolok dalam ilmu ekonomi Islam,
yaitu terjadinya suatu analisi ilmiah terhadap persoalan-persoalan penting yang dihadapi
Negara-negara muslim. Antara lain yang berkaitan dengankorupsi, ekstravagansa, dan
kemubaziran, defisit angdeficitan deficit neraca berjalan, beban utang yang tinggi,
rendahnya tingkat tabungan dan investasi, tingginya tingkat pengangguran,
ketidakadilan ekstrim dalam kekayaan investasi, dan kondisi-kondisi ekonomi uyang
memilukan dari kelompok miskin.8
Hal ini membuat ilmu ekonomi islam tidak realistis terhadap kritik dan
penganmbilan kebijakan. Bahkan, mereka cenderung memihak kepada islam dan
jumlahnya tidak cukup banyak, merasa bahwa sebagian besar insrumen kebijakan yang
dibicarakan di dalam ilmu ekonomi islam memang penting untuk memastikan keadilan
dan kesehatan jangka panjang masyarakat muslim dan perekonomian mereka, namun
hal itu memerlukan waktu lama untuk mengimplementasikan dan melihat hasilnya.
Padahal, persoalan-persoalan yang berlaku memerlukan perhatian dan solusi yang
segera. Jika ini dilakukan, otomatis akan menjadi jelas bahwa penekana yang lebih
besar kepada keadilan, persaudaraan, reformasi moral, solidaritas keluarga dan social,
serta sebagian institusi islam akan terus menjadi factor pembeda dari ilmu ekonomi
islam, dan akan tetap terjadi kesenjangan besar antara ilmu ekonomi islam dan ilmi
ekonomi konvensional.
9
menciptakan suatu lingkungan yang lebih baik bagi diperkenalkannya tindakan-tindakan
yang islami. Suatu perubahan dalam pendekatannya membuat adanya analisis Negara
individual. Intensitas persoalan akan berbeda dari suatu Negara ke Negara yang lain.
Ilmu ekonomi islam juga akan mengumpulkan data-data yang dapat diandalkan
tentang sejumlah variabel ekonomi yang penting. Tanpa mengetahui kedudukan actual
dan alasan untuk itu tidaklah mungkin menyiapkan suatu program yang baik bagi
perubahan public, ekonomi, social. Oleh karena itu, salah satu persyaratan utama dari
proses islamisasi adalah transparansi melalui pengumpulan dan publikasi terhadap
semua data yang diperlukan dan analisis ilmiah terhadapnya. Pendapat yang benar-
benar hilang adalah data yang berkaitan tentang distribusi pendapatan dan kekayaan,
sejauh mana pemenuhan kebutuhan dapat dipenuhi, serta hakikat dan kualitas hidup
terutama mereka yang tidak beruntung. Di samping itu juga terdapat data-data yang
tidak memadai tentang individual tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah,
konsumsi, dan perilaku individual dalam menabung dan investasi serta berbagai sector
kependudukan, kesempatan kerja dan penganguran, pekerja anak-anak dan wanita, upah
dan gaji, kondisi kerja, kebiasaan kerja, dan produktifitas, disamping penjelasan rasional
mengenai penyimpanagannya dari norma-norma islam. Jika ini telah dilaksanakan,
maka dapatlah ilmu ekonomi islam yang melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat
dalam menganalisis dampak yang terjadi karena pemberlakukan nilai-nilai dan institusi-
institusi islam pada konsumsi agregat, tabungan dan investasi, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas, sera distribusi pendapatan.
J. Suatu pekerjaan yang jauh lebih sulit dari pada ilmu ekonomi konvensional
Tugas ilmu ekonomi islam lebih luas dan jauh lebih sulit dari pada ilmu
konvensional. Hakikatnya paradigmanya memungkinkan ilmu ekonomi islam
membatasi dirinya hanya pada pembicaraan tentang “apa”. Semua nabi termasuk nabi
Muhammad SAW datang untuk mentranformasikan masyarakatnya menagajak menuju
”apa yang seharusnya”. Ini juga menjadi tugas utama ilmu ekonomi islam.9
9
Ibid.,hal.317
10
diberikan suatu perspektif jangka panjang sehingga meliputi dunia ini dan juga akhirat.
Realitas tujuan-tujuan humanitarian, terutama keadilan dapat dijadikan tujuan analisis
ekonomi yang penting. Akidah islam, norma-norma dan isntitusi harus dianggap
sebagau “hakikat” paradigma. Dengan menggunakan pendekatan yang berorientasi pada
tujuan, pendekatan yang bersifat lintas displin dan dinamis, maka ilmu ekonomi islam
akan menjelaskan bukan saja pertumbuhan dan stagnasi perekonomian kaum muslim
dimasa lalu; malainkan juga sumber-sumber dari persoalan mereka pada masa ini. Ia
akan mampu melalukan prediksi yang meyakinkan tentang perilaku agen ekonomi dan
akan mempenagruhi secara efektif perjalanan masa depan.
Oleh karena itu, perkiraan tantang masa depan yang lebih dekat tidak dapat
diharapkan terlalu tinggi. Tidak mungkin meningkatkan masyarakat muslim, paling
tidak untuk masa depan yang dekat, meningkatkan pada level spiritual yang lebih tinggi
yang dituntut islam dan para ekonomi muslim dalam analisis mereka.lebih-lebih kinerja
semua fungsi yang diharapkan dari ilmu-ilmu ekonomi tidadk segera dapat dilihat
karena tiadanya sumber-sumber daya dan dukungan politik, dan tiadanya data-data, dan
sulitnya mengukur sejumlah variabel politik dan sosioekonomi yang perlu dimasukkan
ke dalam model. Dengan demikian, tidak harus kehilangan tujuan utamanya, ia harus
realistis mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Setelah adanya usaha
yang besar, prestasinya tidak mungkin lumayan pada masa mendatang. Bagaimanapun
juga usaha-usaha terus dilanjutkan karena seperti yang dikatakan oleh Nasr, “Ilmu
ekonomi islam dan isntitusi-istnitusi yang diprediksi memiliki potensi yang tidak dapat
ditemui tetapi harus diwujudkan”.10
BAB III
PENUTUP
10
Ibid.,hal.318
11
Kesimpulan
Ilmu ekonomi islam juga akan mengumpulkan data-data yang dapat diandalkan
tentang sejumlah variabel ekonomi yang penting. Tanpa mengetahui kedudukan actual
dan alasan untuk itu tidaklah mungkin menyiapkan suatu program yang baik bagi
perubahan public, ekonomi, social. Oleh karena itu, salah satu persyaratan utama dari
proses islamisasi adalah transparansi melalui pengumpulan dan publikasi terhadap
semua data yang diperlukan dan analisis ilmiah terhadapnya. Pendapat yang benar-
benar hilang adalah data yang berkaitan tentang distribusi pendapatan dan kekayaan,
sejauh mana pemenuhan kebutuhan dapat dipenuhi, serta hakikat dan kualitas hidup
terutama mereka yang tidak beruntung. Di samping itu juga terdapat data-data yang
tidak memadai tentang individual tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah,
konsumsi, dan perilaku individual dalam menabung dan investasi serta berbagai sector
kependudukan, kesempatan kerja dan penganguran, pekerja anak-anak dan wanita, upah
dan gaji, kondisi kerja, kebiasaan kerja, dan produktifitas, disamping penjelasan rasional
mengenai penyimpanagannya dari norma-norma islam. Jika ini telah dilaksanakan,
maka dapatlah ilmu ekonomi islam yang melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat
dalam menganalisis dampak yang terjadi karena pemberlakukan nilai-nilai dan institusi-
institusi islam pada konsumsi agregat, tabungan dan investasi, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas, sera distribusi pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
12
Chapra Umer di terjemahkan oleh Ikhwan abidin basri,2001, Masa depan ilmu ekonomi
sebuah tinjauan islam, Jakarta:Gema Insani Press
13