Anda di halaman 1dari 18

Epidemiologi Kespro HIV

Epidemiologi

o Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit dan faktor determinannya.
Distribusi Penyakit = orang, tempat, waktu
Faktor determinan penyakit= agent, host, environment
o Epidemiologi kesehatan reproduksi ==> Memahami permasalahan kesehatan reproduksi dari sudut
pandang epidemiologi

Epidemiologi Kespro

1. Epidemiologi Kespro Bayi


2. Epidemiologi Kespro Balita/Anak
3. Epidemiologi Kespro Remaja
4. Epidemiologi Kespro Pasangan Usia Subur
5. Epidemiologi Kespro Ibu Hamil dan Nifas
6. Epidemiologi Kespro Lansia

Pendahuluan

o Epidemiologi didefinisikan sebagai studi pola penyakit manusia, kesehatan, dan perilaku. Ahli
epidemiologi menjawab pertanyaan penelitian dengan cara mengklasifikasikan individu ke dalam satu
atau lebih kelompok berbeda dan menilai perbedaan antara kelompok-kelompok ini.
o Epidemiologi kesehatan reproduksi menerapkan sistem penelitian ini untuk menjawab pertanyaan
tentang mengoptimalkan kesehatan reproduksi pada pria dan wanita. Kesehatan reproduksi manusia
dimulai dengan pertumbuhan dan perkembangan seksual yang bermanifestasi saat pubertas,
berlanjut sepanjang hidup bagi pria, dan berakhir pada menopause bagi wanita. Kesehatan reproduksi
dipengaruhi oleh kesuburan dan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas seksual, kehamilan, dan
kontrasepsi.

Sejarah

o Epidemiologi reproduksi dimulai pada abad ke-19 di Wina ketika Ignaz Semmelweis menemukan
bahwa kematian karena demam nifas (persalinan) lebih tinggi di antara wanita yang bayinya
dilahirkan di rumah sakit oleh mahasiswa kedokteran daripada di antara wanita yang bayinya
dilahirkan oleh bidan. Dia dengan tepat menghubungkan perbedaan ini dengan praktik bidan mencuci
tangan di antara persalinan
o Epidemiologi reproduksi modern telah berkembang secara substansial selama abad ke-20. Munculnya
daftar kelahiran dan kematian, yang didirikan di Amerika Serikat pada awal abad ini dan di Eropa
selama abad ke-18 dan 19, memberi petugas kesehatan sarana untuk mengidentifikasi faktor-faktor
risiko kematian ibu dan bayi. Langkah-langkah kesehatan masyarakat kemudian dapat dirancang
untuk mengurangi faktor-faktor ini.

Penggunaan Metode Epidemiologi dalam Kesehatan Reproduksi

o Metode epidemiologis digunakan untuk mendefinisikan masalah kesehatan reproduksi, untuk


menjelaskan penyebab masalah, menguji intervensi, dan mengevaluasi program.
o Definisi masalah melibatkan menggambarkan populasi yang terkena dampak, etiologi masalah
kesehatan, mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat diubah, dan melakukan pengawasan
berkelanjutan untuk mendeteksi tren dalam masalah tersebut.
o Pengurangan faktor risiko melalui intervensi tergantung pada penilaian akurat dari keamanan
komparatif dan ketepatan intervensi dan perawatan yang direncanakan. Epidemiologi analitik
digunakan untuk menguji intervensi tersebut. Metode dan hasil epidemiologis digunakan untuk
menilai apakah suatu program didasarkan pada intervensi dan perawatan yang sesuai dan apakah
intervensi dan perawatan sedang digunakan dengan benar. Analisis biaya-manfaat diterapkan untuk
menentukan apakah intervensi memanfaatkan sumber daya yang tersedia sebaik mungkin.
[Epidemiologi Kesehatan Reproduksi pada Bayi]
Gambaran Umum

o Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003)
o Pembagian :
1. Masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari
-Masa neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari
-Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari
2. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun.

Masalah

o Bahwa tingkat kesakitan dan kematian orang dewasa terutama ibu hamil karena hipertensi,
arteriosklerosis, diabetes dan kanker berkolerasi dengan berat bayi lahir. Pada tahun 2013, sekitar 22
juta bayi dilahirkan di dunia dan 16 persen di antaranya lahir dengan berat rendah.

Intervensi

o Mengoptimalkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).


o Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan kelas ibu, sosialisasi Gerakan Hidup Sehat (GERMAS) dan
menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau serta mengevaluasi program tersebut.
o Peningkatan pengetahuan wanita usia subur melalui penyuluhan gizi untuk persiapan kehamilan saat
pelaksanaan kursus calon pengantin (penasehatan pranikah) maupun saat proses kehamilan.
o Meningkatkan pengukuran LILA dan kunjungan ANC ibu hamil di pelayanan kesehatan terdekat.

Optimalisasi kesehatan epidemiologi pada bayi

o ASI Eksklusif dan penyapihan yang layak


o Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dan gizi seimbang
o Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
o Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
o Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan

[Epidemiologi Kesehatan Reproduksi pada Balita dan Anak]


PENDAHULUAN

o Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling penting terhadap
perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual, yaitu usia 1-5 tahun.
o Anak-anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam
tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan
tahun tahun sekolah dasar.

Tahapan Perkembangan Seksual Anak

o Fase oral (0-2 tahun) yang sudah peka rangsangan di bagian mulutnya.
o Fase anal (2-3 tahun) yang bagian anusnya sudah peka rangsangan ketika ada sesuatu yang lewat
anusnya, seperti BAB.
o Fase phalik, yakni anak usia 3-6 tahun yang sudah penasaran dan merasakan rangsangan pada alat
kelaminnya. Pada fase inilah seharusnya orang tua mulai menjelaskan seksualitas dan kesehatan
reproduksi pada anaknya
Hal yang perlu diketahui anak tentang kesehatan reproduksi

1. Memperkenalkan organ-organ reproduksi anak


2. Mengenalkan perbedaan lawan jenis
3. Menghindari Anak dari Kemungkinan Pelecehan Seksual
4. Persiapan Menghadapi Masa Pubertas

PENYAKIT KESPRO PADA ANAK

1. SIFILIS
o Pengertian, Sifilis kongenital adalah suatu infeksi serius yang dapat berdampak kecacatan
seumur hidup dan mematikan pada bayi baru lke janin melalui plasenta ke dalam tubuh janin.
o Gejala,

 Kelainan pertumbuhan  Gangguan tulang hidung


gigi  Pembengkakan
 Gangguan pada tulang persendian
 Kebutaan atau gangguan  Gangguan kulit sekitar
kornea mulut,
 Gangguan pendengaran  genital & anus.
hingga tuli

o Menangani, Pemberian obat antibiotik dan disertai pengobatan spesifik pada organ tubuh
lainnya yang mungkin terkena dampak infeksi seperti mata dan telinga.
o Pemeriksaan, Jika balita dicurigai sifilis, lakukan tes VDRL
o Peluang untuk sembuh bagi balita terhindah dari infeksi sangat besar jika sifilis terdeteksi dan
diobati sejak dini.
2. HIV
o Mereka sebagian besar tertular virus melalui ibunya yang positif HIV (risiko penularan 21-
43%)
o Penularan kepada anak bisa terjadi saat masih dalam kandungan, proses persalinan, dan
menyusui.
o Balita yang positif HIV akan selalu dipantau melalui pemeriksaan berkala sejak lahir sampai
usia 18 bulan.
o Obatnya berupa ARV cair dengan dosis yang berbeda dengan orang dewasa
o Gejala: Berat badan anak susah naik, Sering sariawan, Sering terkenai infeksi dan Kejang
3. GONORE
o Gonoroe adalah salah satu Infeksi Menular Seksual yang disebabkan oleh bakteri N.
gonorrhoeae
o GO pada anak ditularkan oleh ibunya pada saat persalinan
o Dapat menyebabkan kebutaan dan kecacataan
o Pengobatan dilakukan secepatnya setelah bayi lahir agar mengurangi resiko kebutaan saat
balita
4. HEPATITIS B
o Hepatitis B tidak ada gejala, hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan darah.
o Saat sudah akut timbul gejala lemas, tidak napsu makan, demam, kuning, mual, muntah
o Resiko anak tertular dari ibunya 95%
o Infeksi hepatitis B bisa menyebabkan kerusakan hati, dan pada kasus terparah, dapat berujung
hingga kematian.
o Pada anak, infeksi ini sulit dihilangkan, dan akan berkembang menjadi infeksi kronis.
Imunisasi Kenapa Penting?

1. Imunisasi aman, cepat, dan sangat efektif untuk mencegah penyakit


2. Sekali diimunisasi maka setidaknya tubuh anak telah terlindungi dengan baik dari ancaman penyakit
tersebut.
3. Anak justru berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit dan mengalami gejala yang lebih parah jika
tidak diimunisasi. Penyakit tersebut juga berisiko berakibat fatal di kemudian hari.

[Epidemiologi Kesehatan Reproduksi pada Remaja]


Tujuan KRR

o Membantu remaja agar memahami dan menyadari KKR


o Memiliki sikap & perilaku sehat yang bertanggungjawab dengan masalah KR

Kebijakan KKR

o Pemerintah, masyarakat termasuk remaja wajib menciptakan lingkungan kondusif agar remaja dapat
berperilaku hidup sehat
o Setiap remaja mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan berkualitas
termasuk pelayanan informasi dengan memperhatikan kesetaraan & keadilan gender

Strategi yang diterapkan

o Pembinaan kesehatan remaja disesuaikan dengan tahapan tumbuh kembangnya


o Pelaksanaan pembinaan kesehatan remaja dilaksanakan terpadu lintas prohram dan lintas sektor secara
efektif dan efisien
o Pelayanan kesehatan remaja dilakukan melalui pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
o Pelayanan kesehatan remaja dilakukan secara pro aktif melalui penerapan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR)

Sasaran

o Remaja usia 10-19 tahun


o Pelajar SLTP/MTs, SMU/MA
o Remaja putus sekolah

Langkah kegiatan

1. Perencanaan: kajian sederhana, pembentukan tim dan persiapan petugas kesehatan


2. Pembentukan tim : di kab/kota dan kecamatan dengan melakukan upaya dukungan politis
3. Pelaksanaan : fokus pelayanan

Jenis pelayanan KRR

o Puskesmas : promotif dan preventif


o Rumah sakit : kuratif dan rehabilitatif

Permasalahan KRR

a. Permisivitas remaja terhadap perilaku berisiko


b. Kurangnya akses pelayanan
c. Kurangnya informasi yang benar dan dapat di pertanggungjawabkan
d. Banyaknya akses pada informasi yang salah tanpa tapisan
e. Masalah IMS termasuk HIV/AIDS
f. Tindak kekerasan seksual seperti pemerkosaan, pelecehean seksual dan transaksi seks komersial
g. Kehamilan dan persalinan di usia muda yang berisiko kematian ibu dan bayi
h. Kehamilan yang tidak dikehendaki menjerumus pada aborsi tidak aman dan komplikasinya
Faktor penyebab remaja melakukan seks pra nikah

o Faktor internal : kematangan organ seks yang terlalu cepat, emosi yang belum stabil, rasa ingin tehu,
pengetahuan tentang seks yang kurang atau salah
o Faktor eksternal : rangsangan pornografi melalui film, buku porno, transportasi dan komunikasi makin
canggih, kehidupan konsumerisme, keadaan keluarga kurang harmonis

Penyebab dasar dari permasalahan

1. Rendahnya pendidikan remaja


2. ‘kurangnya ketrampilan petugas kesehatan
3. Kurangnya kesadaran semua pihak akan pentingnya penanganan kesehatan remaja

Upaya peningkatan pengetahuan KRR

a. Tumbuh kembang remaja : fisik, kejiwaan, kematangan seksual termasuk permasalahan yang dihadapi
remaja
b. Persiapan pra nikah : pemeriksaan kesehatan, gizi dan imunisasi TT
c. Persiapan psikis dan psikososial pra nikah
d. Proses reproduksi sehat dan bertanggungjawab
e. IMS termasuk HIV/AIDS
f. Penyalahgunaan NAPZA
g. Kehamilan tidak diinginkan
h. Kekerasan seksual
i. Penyimpangan perilaku seksual
j. KIE kesehatan
k. Pengenalan gender
l. Pemeliharaan kesehatan sistem reproduksi

Masalah dan Saran untuk menanggulangi masalah pada KKR

1. Perilaku seksual remaja


o Pendidikan seksual secara holistik dan terpadu perlu diberikan kepada anak sedini mungkin,
dan juga kepada ortu dan konselor
o Perlu perubahan pemahaman masyarakat terhadap seksualitas dari kaku  fleksibel
o Keperdulian masyarakat terhadap seks yang aman dan sehat perlu ditingkatkan
2. Kehamilan remaja
o Komunikasi orang tua-anak berperan penting bagi pemantauan perilaku anak di masyarakat
o Orangtua dapat memasukan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan apa
konsekuensinya kalau dilanggar
o Kepercayaan dari orang tua akan membuat mereka merasa lebih bertanggungjawab
3. Infeksi Menular Seksual (IMS)
4. HIV / AIDS pada remaja
o Informasi tentang infeksi, transmisi dan pencegahannya
o Instruksi & demonstrasi pemakaian kondom
o Informasi tantang perlaku yang berhubungan dengan resiko  untuk menilai diri sendiri
o Informasi & role-play untuk mengembangkan kemampuan komnukasi & sikap remaja 
bertahan terhadap tekanan terhadap perilaku berisiko

[Epidemiologi Kesehatan Reproduksi pada Pasangan Usia Subur]


o Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
o Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan
perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi
dengan baik.

ISTILAH-ISTILAH PADA PUS


o Fertil, fertil dapat diartikan sebagai subur yang sanggup dibuahi atau membuahi
o Infertil, infertil dapat diartikan sebagai tidak subur yang tidak sanggup dibuahI/membuahi.
o Sub fertil, sub fertil adalah keadaan dimana masih terdapat sebagian sperma yang masih baik
kualitasnya.

KEBUTUHAN PADA PUS

1. Kehamilan dan persalinan yang aman


2. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
3. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan menggunakan alat kontasepsi (KB)
4. Pencegahan terhadap IMS dan HIV&AIDS
5. Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
6. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
7. Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim
8. Pencegahan dan menajemen infertilitas

MASALAH PADA PUS

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam memperoleh keturunan dikarenakan
keadaan kedua pasangan tersebut normal, hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu :

 Perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan),


 Perawatan kehamilan, dan
 Persalinan aman.

UPAYA PENYELESAIAN MASALAH

“Dalam penyelesaian masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam
penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur
kesuburan dari pasangan tersebut. “ Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan
mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu:

 fase menunda/mencegah kehamilan,


 fase menjarangkan kehamilan,
 fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan.

Pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan angka kelahiran karena kebanyakan
penduduk Indonesia melakukan pernikahan dalam usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa
dimana keduanya memiliki keturunan yang banyak. Untuk itu, para petugas kesehatan harus memberi
penyuluhan KB dan alat kontrasepsi, dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan
tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan keinginannya.

Kontrasepsi
Berasal dari “Kontra” yang berarti lawan dan “Konsepsi” yang berati pembuahan. Kontrasepsi berarti cara,
metode, alat atau obat yang bertujuan atau mempunyai efek untuk mencegah terjadinya kehamilan. Macam-
macam metode :

1. Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat atau Obat


a. Metode Kalender
Metode ini digunakan berdasarkan periode ovulasi wanita dikalkulasikan selama 12 periode
menstruasi sebelumnya. Caranya dengan mengurangi 18 hari dari masa menstruasi terpendek, dan
11 hari dari periode menstruasi terpanjang dalam 12 siklus terakhir menstruasi yang masing-
masing merupakan hari subur pertama dan terakhir.
b. Metode Lendir Serviks
Memasuki masa ovulasi, vagina akan basah oleh lendir serviks selama berhari-hari dan vagina pun
akan cenderung lembap. Metode lendir serviks dilakukan dengan mengamati lendir yang
dihasilkan oleh serviks. Setidaknya ada 10 hari basah dalam siklus 28 hari menstruasi. Hari basah
mulai dengan 2 sampai 3 hari ditandai dengan lendir putih yang lengket, diikuti oleh 3 sampai 5
hari lendir berlimpah dan licin. Setelah itu, akan mendapatkan lendir yang lengket di 3 hari
sebelum masa subur berakhir. Tingkat keberhasilan menggunakan metode ini adalah sebanyak 78
persen. 
c. Metode Suhu Basal Badan
Metode kontrasepsi ini dengan menghitung peningkatan suhu tubuh sebelum melakukan hubungan
seksual. Suhu basal tubuh wanita saat sedang dalam masa ovulasi berbeda dengan suhu tubuh
sehari-hari. Ketika ovulasi, tubuh mengalami pergeseran suhu tubuh hingga 0,5 derajat. Namun
metode ini dianggap tidak memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi karena tidak mudah
mengukur suhu tubuh dengan tepat.
2. Metode Kontrasepsi dengan alat atau obat
a. Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dipasang pada penis saat berhubungan
seksual. Cara kerja kondom yaitu untuk menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pasa penis sehingga sperma
tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
b. Kap Serviks
Kap serviks merupakan salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet berbentuk bulat dan
cembung, biasanya dari lateks. Dan cara penggunaannya adalah dengan memasukannya kedalam
vagina sekitar 6 jam sebelum melakukan hubungan seksual.
c. Pil KB
Pil KB merupakan metode kontrasepsi bentuk tablet yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron, atau hanya progesteron saja. Metode kontrasepsi dengan pil KB, terdiri dari 21-35
tablet yang diminum dalam 1 siklus dan berkelanjutan. Dalam 1 siklus terdapat pil yang
mengandung hormon (pil aktif) dan pil yang tidak mengandung hormon (pil inaktif).
3. Metode Kontrasepsi Mantap
a. Metode Operasi Pria (MOP)
Sering dikenal dengan Vasektomi merupakan suatu metode Kontrasepsi yang dilakukan dengan
cara memotong vas deferens sehingga sperma tidak dapat mencapai air mani dan air mani yang
dikeluarkan tidak mengandung sperma.
b. Metode Operasi Wanita (MOW)
Sering dikenal dengan Tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran tuba fallopi sehingga ovum dan ovarium tidak akan mencapai uterus dan tidak akan
bertemu dengan spermatozoa.

UKURAN – UKURAN KB

1. Angka Kelangsungan (Continuation Rate-CR) Angka kelangsungan adalah angka yang menunjukkan
proporsi akseptor yang masih menggunakan alat kontrasepsi setelah suatu periode pemakaian tertentu.
2. Peserta KB aktif ( Current User-CU)
3. Bulan Pasangan Perlindungan (Couple Months of Protection-CMP)
4. Perkiraan penurunan fertilitas akibat pelaksanaan KB

Upaya Dalam Meningkatkan Jumlah Peserta KB

1. Memberikan Pelayanan KB yang berkualitas dan merata


2. Menyediakan buku-buku pedoman
3. Meningkatkan status fasilitas pelayanan KB
4. Meningkatkan kemitraan LP/LS
5. Meningkatkan akses & kualitas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
6. Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah dilaksanakan melalui UKS ditingkatkan.

[Epidemiologi Kesehatan Reproduksi pada Ibu Hamil dan Nifas]


Definisi Ibu Hamil

 Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, sebutan untuk wanita yang sudah bersuami,
panggilan takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami maupun yang belum (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2005).
 Hamil adalah mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2005).
 Kehamilan adalah hasil “kencan” sperma dan sel telur (Maulana, 2008).
 Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
(Prawirohardjo, 2005).

Definisi Nifas

 Masa nifas adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah melahirkan bayi sampai pemulihan
kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, Lowdermilk& Jensen, 2005).
 Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu  (Abdul
Bari. 2002 : N-27).

Identifikasi Masalah

1. Perempuan di perkotaan cenderung melakukan empat kali atau lebih kunjungan ANC dibandingkan di
pedesaan (masing-masing 93% dan 83%) (BKKBN, BPS, Kemenkes RI, & ICF-International, 2013).
2. Perawatan nifas setelah melahirkan lebih tinggi 2 hari perrtama setelah melahirkan dan sekitar 78% ibu
mendapat perawatan nifas dari tenaga kesehatan terlatih. Hanya 2% ibu yang mendapat perawatan nifas
dari dukun bayi, dan biasanya termasuk ibu yang tidak sekolah dan ibu yang melahirkan di tempat
selain fasilitas kesehatan (masing-masing 7%) (BKKBN, BPS, Kemenkes RI, & ICF-International,
2013).

Cara Meningkatkan Imunitas Pada Saat Hamil dan Nifas

a. Makan makanan meningkatkan imun


Hal yang dibutuhkan adalah konsumsi makanan yang sehat. Oleh karena itu pilihlah sayuran hijau,
buah- buahan, daging, ayam, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Makanan-makanan tersebut kaya
akan asam lemak, vitamin A, B6, B12, C dan D, serta mineral lainnya yang dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh pada saat hamil dan masa nifas.
b. Hindari junk food
Penelitian menunjukkan bahwa makan junk food dapat menyebabkan peradangan. Karena sistem
kekebalan sudah lemah, mengonsumsi junk food ini akan membuat tubuh bekerja lebih keras.
c. Minum lebih banyak air
Pastikan minum cukup air untuk detoksifikasi tubuh. Biarkan tubuh terus terhidrasi dengan baik.
d. Suplemen
Tubuh juga membutuhkan zat gizi tambahan selama kehamilan dan masa nifas. Makanan yang di
makan mungkin tidak dapat menyediakan semua vitamin dan mineral yang dibutuhkan, sehingga
mengonsumsi suplemen juga cukup penting dilakukan
e. Berolahraga
Berolahraga termasuk cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Selain itu,
berolahraga juga membantu mempersiapkan kelahiran pada saat masa kehamilan
f. Tidak stress
Stres dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh yang sudah lemah selama kehamilan.
[Epidemiologi Kesehatan Reproduksi pada Lansia]

Pengertian Lansia
Menurut WHO, Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation
(WHO) lansia meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun


2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Kesehatan reproduksi pada usia lanjut :

1. MENOPOUSE
Menopause adalah berhentinya kemampuan reproduksi perempuan. Biasanya terjadi pada akhir usia
40-an atau awal 50-an yang menandakan akhir dari fase subur kehidupan seorang perempuan.
Peralihan dari masa reproduksi ke masa non reproduksi biasanya terjadi selama beberapa tahun.
Selama masa peralihan ini, sebagian perempuan akan mengalami gangguan, seperti rasa lemah, hot
flashes, perubahan suasana hal yang secara signifikan dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2007 menunjukkan
bahwa rata-rata umur menopause perempuan Indonesia adalah 48 ± 5,3 tahun.
2. ANDROPOUSE
Andropause pada laki-laki masih merupakan sesuatu hal yang baru dan belum terbiasa didengar,
bahkan sebagian orang meragukan adanya keluhan yang timbul berkaitan dengan penurunan fungsi
hormon androgen pada laki-laki berusia di atas 55 tahun. Namun beberapa penelitian menyatakan
bahwa penurunan fungsi testosteron pada laki-laki di usia lebih dari 50 tahun, terkait dengan beberapa
gejala seperti penurunan keinginan seksual/libido, kekurangan tenaga, penurunan kekuatan otot, sedih
dan sering marah tanpa sebab yang jelas, berkurangnya kemampuan ereksi, mudah mengantuk dan lain
sebagainya.
3. Disfungsi ereksi
disfungsi ereksi berhubungan dengan beberapa faktor resiko diantaranya: hipertensi, diabetes mellitus,
usia di atas 40 tahun, penyakit kardiovaskuler, kerusakan saraf tulang belakang (spinal cord), merokok,
rendahnya kadar testosteron, penyakit pada penis (contoh: cedera penis) (Probo, 2007).
“Kejadian disfungsi ereksi yang dialami lansia disebabkan kurangnya aktifitas fisik.”
Kegiatan fisik berguna untuk meningkatkan kesehatan, oleh sebab itu olahraga berefek positif terhadap
gangguan disfungsi ereksi yang merupakan suatu kondisi di mana darah tidak cukup mengalir, atau
aliran darah ke penis terhambat. Selain mengurangi resiko disfungsi ereksi, olah raga juga dapat
meningkatkan kesehatan jantung dan organ-organ tubuh yang lainnya (Chan, 2006).
4. GANGGUAN SEKSUAL
Seks sering dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibahas pada masa lanjut usia. Namun hal ini perlu
didiskusikan agar mendapatkan pemahaman yang benar.
Seksualitas dalam usia lanjut merupakan hal yang penting dalam perawatan lansia Semua lansia baik
sehat ataupun lemah perlu mengekspresikan perasaan seksualnya. Seksualitas meliputi cinta,
kehangatan, saling membagi, dan sentuhan, bukan hanya melakukan hubungan seksual. Seksualitas
dalam usia lanjut
Optimalisasi kesehatan pada lansia

1. Gizi
Kebutuhan gizi yang diperlukan pada lansia usia > 65 tahun :
 Bahan makanan sumber karbohidrat, seperti oatmeal (bubur gandum), roti gandum, beras
merah, dan beras tumbuk.
 Bahan makanan sumber protein, seperti susu rendah lemak, ikan, tempe, dan tahu.
 Bahan makanan sumber lemak sehat, seperti kacang-kacangan (kacang tanah/selai kacang),
minyak kedelai, dan minyak jagung.
 Sayuran berwarna hijau atau jingga seperti bayam, kangkung, wortel, brokoli, labu kuning,
labu siam, dan tomat.
 Buah-buahan segar seperti pepaya, pisang, jeruk, apel, semangka, dan lain sebagainya.
 Sebisa mungkin pilihlah makanan segar dan hindari segala jenis makanan olahan yang
menggunakan bahan pengawet.
2. Aktivitas Fisik
Ada beberapa olahraga yang aman dilakukan untuk orang –orang berusia lebih dari 65 tahun, tetapi
sebelum memulai olahraga sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter
 Olahraga untuk keseimbangan dapat mengurangi risiko terjatuh. contohnya olahraga tai chi
 Fleksibilitas, stretching dapat membantu pemulihan dari cedera dan menjaga dari cedera di
kemudian hari
 Penguatan / resistensi dapat dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan, tapi jangan
dilakukan pada orang dengan retinopati diabetic
 Daya tahan seperti berjalan, jogging, atau berenang dapat meningkatkan jantung, paru paru
dan system sirkulasi olahraga ini dapat memperlambat atau mencegah kanker kolon, penyakit
jantung, osteoporosis, struk, dll.
3. Upaya pembinaan psikis lansia
 Keluarga harus menyediakan waktu untuk mengajak lansia berbicara agar tidak merasa
kesepian
 Memberikan perhartian,kasih sayang yang tulus serta motivasi
 Memahami apa yang mereka rasakan dan mencari penyebab permasalahannya
 Berusaha meningkatkan rasa percaya diri mereka dengan membuat dirinya bermanfaat bagi
orang lain
 Apabila lansia menghadapi masalah gangguan mental yang cukup mengganggu di harapkan
segera di konsultasikan kepada ahli

Epidemiologi Infeksi Saluran Reproduksi


Infeksi Saluran Reproduksi
Infeksi saluran reproduksi meliputi tiga jenis infeksi:

 penyakit menular seksual (PMS), seperti klamidia, gonore, chancroid, dan HIV;
 infeksi endogen, yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari organisme biasanya hadir di saluran
genital wanita sehat, seperti vaginosis bakteri atau vulvovaginal kandidiasis;
 infeksi iatrogenik, yang terkait dengan prosedur medis yang dilakukan dengan tidak benar seperti
aborsi tidak aman atau praktik persalinan yang buruk

Trasmisi ISR

 Secara umum, patogen penyebab ISR masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir selama hubungan
vagina, anal, atau oral tanpa kondom dengan pasangan yang telah terinfeksi
 Untuk banyak PMS, kemungkinan penularannya lebih tinggi dari laki - laki ke wanita daripada dari
wanita ke laki - laki. Misalnya, risiko mendapatkan gonore dari tindakan seks tunggal (di mana satu
pasangan menular) sekitar 25% untuk pria dan 50% untuk wanita. Infeksi cenderung terjadi pada usia
lebih dini lebih banyak menyerang wanita dan lebih parah daripada pria.
 ISR juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau bayi baru lahir saat persalinan. Hasil
yang paling merugikan terjadi sebelum kelahiran atau selama 30 hari pertama setelah kelahiran.
 Sipilis selama kehamilan telah terbukti menyebabkan kematian bayi, pada bayi yang terkena sifilis,
lebih dari 5% kasus di mana kehamilan bertahan lebih dari 12 minggu. Oftalmia gonokokal
neonatorum terjadi pada 2% -6% bayi baru lahir.

Wanita Lebih Berisiko Daripada Laki -laki?

 Kurang mampu mencegah paparan PMS


 Terbatas dalam kemampuan bernegosiasi terjadinya hubungan seksual
 Anatomi alat kelamin perempuan
a. memiliki luas permukaan terbuka selama hubungan intim
b. kontak lebih lama dengan patogen
 gejalanya lebih susah terdeteksi daripada laki - laki
 Potensi untuk penyebaran infeksi ke saluran genital bagian ata (rahim/saluran tuba)
 Efek jangka pankang yang lebih serius termasuk penyakit radang panggul, infertilitas, kehamilan
ektopik, rasa sakit panggul kronis, dan kanker serviks

Epidemiologi ISR

 Pencegahan dan pengendalian ISR dimungkinkan melalui surveilance dan studi epidemiologi tentang
etiologi dan dinamika penularan penyakit ,pilihan perawatan, dan efektivitas intervensi. penelitian
mampu membantu menjelaskan perbedaan risiko ISR di antara individu-individu dalam populasi yang
sama dan membandingkan variasi dalam pencegahan penular penyakit di antara populasi.
 Penelitian biomedis dapat menjelaskan mengapa paparan atau perilaku menyebabkan atau mencegah
ISR di tingkat individu, epidemiologi menambah pemahaman kita besarnya hubungan keterpaparan /
penyakit pada kelompok individu.
 Dalam beberapa kasus, seperti HIV, epidemiologis penelitian telah memberikan informasi yang telah
membentuk dasar untuk tindakan kesehatan masyarakat jauh sebelum mekanisme biologis penyakit
tertentu dipahami.

Penghitungan Penyebaran ISR

 Pada tingkat populasi, tingkat penyebaran ISR tergantung pada jumlah rata-rata kasus baru yang
dihasilkan oleh masing-masing individu yang terinfeksi. Karakteristik biologis patogen ISR
mempengaruhi laju penyebaran dan penggunaan berbagai strategi kontrol (15).
 Tingkat rata-rata infeksi juga tergantung pada kualitas, aksesibilitas, dan penggunaan layanan
kesehatan.
 Jumlah rata-rata kasus baru yang dihasilkan oleh masing-masing individu yang terinfeksi disebut
tingkat reproduksi dasar = R0
 Tingkat infeksi reproduksi dasar (R0) ditentukan oleh probabilitas rata-rata infeksi ditularkan dari
individu yang terinfeksi ke individu yang rentan (β), tingkat rata-rata efektif perubahan pasangan
seksual (c), dan durasi rata-rata infektivitas (D).

R0 = βcD

β = rata-rata probabilitas bahwa infeksi ditularkan per pasangan seksual kontak per unit waktu (efisiensi
transmisi)
c = rata-rata jumlah seksual mitra per unit waktu,
D = rata-rata durasi penularan dari individu yang terinfeksi.
Semakin tinggi nilai R0, semakin besar potensi penyebaran dari STD. Untuk sebuah epidemi terjadi, R0  > 1.

Efisiensi Transmisi (β)

 Efisiensi penularan (β) tergantung pada infeksi dari patogen, infektivitas individu yang terinfeksi,
kerentanan host, dan jenis tindakan seksual (mis., vagina, anal,
 atau oral).
 Misalnya, penggunaan metode kontrasepsi penghalang mengurangi kerentanan host terhadap infeksi,
sehingga menurun efisiensi transmisi ISR.
 Efisiensi penularan juga terkait dengan ukuran patogen dan umumnya paling tinggi selama infeksi awal
dan ketika lesi atau eksudat hadir.
 Faktor biologis lain juga dapat meningkatkan risiko orang yang rentan akan mendapatkan RTI setelah
paparan

Tingkat rata-rata efektif dari perubahan pasangan seksual (c)

 Dasar dari ISR pada populasi adalah tergantung dari besarnya pergantian pasangan
 semakin tinggi pergantian pasangan maka semakin besar kemungkinan untuk penularas
 tingkat pergantian pasangan tergantung dari demografi dan sosial faktor

Durasi (D)

 Deteksi dan perawatan dini mengurangi lama waktu rata-rata


 individu terinfeksi dan mengurangi tingkat penyebaran infeksi serta probabilitas yang terinfeksi
individu akan mengalami komplikasi dan gejala sisa.
 Infeksi dari individu tertentu dapat mengalami variasi yang besar sehubungan dengan durasi dan
intensitas

Intepretasi

 Penting untuk menekankan bahwa ukuran prevalensi daripada kejadian dan memberikan perkiraan dari
situasi saat ini mengenai ISR dalam populasi sampel untuk periode pengujian. Namun dalam beberapa
pengaturan, indikator ini bisamenyerupai ukuran kejadian.
 Misalnya, di Swedia levelnya mgonore telah dikontrol selama hampir 30 tahun. Dalam pengaturan ini
sangat mungkin bahwa setiap kasus yang dilaporkan dalam satu tahun kalender terakhir akan menjadi
kasus baru; dengan demikian, perhitungan prevalensi dapat diperkirakan tingkat kejadian gonore.
 Penggunaan survei cross-sectional untuk menentukan prevalensi RTI umumnya dianggap yang terbaik
metode karena dimungkinkan untuk mendefinisikan populasi berisiko dengan mengendalikan kerangka
pengambilan sampel, dan untuk menghindari banyak bias yang melekat pada metode lain (misalnya,
pengawasan sentinel dan pelaporan kasus metode); Namun, metode ini membutuhkan infrastruktur
yang cukup besar (laboratorium dan statistik) dan sumber daya.
 Ukuran ini menggarisbawahi tujuan jangka panjang dari program intervensi STD / HIV, yaitu untuk
menurunkan mortalitas dengan mengurangi risiko pajanan terhadap infeksi.
 Namun, program biasanya tidak dievaluasi oleh ukuran ini karena itu hampir tidak mungkin untuk
memisahkan efek dari intervensi program dari faktor eksternal lainnya (seperti kondisi sosial ekonomi)
pada hasil ini.
 Selanjutnya, perubahan perilaku mengarah pada pengurangan dalam STD / kejadian HIV akan
membutuhkan beberapa tahun untuk dapat terlihat berdampak pada tingkat kematian ini.
 Tingkat prevalensi keempat penyakit ini dapat bervariasi di berbagai negara, dan seharusnya diagnosis
yang paling mengancam jiwa di suatu wilayah diberikan pertimbangan khusus. Juga, kemampuan
untuk mendiagnosis tertentu infeksi dapat bervariasi tergantung pada teknologi medis yang tersedia di
suatu wilayah, atau apakah pengujian etiologi atau pendekatan sindrom yang digunakan untuk
mendeteksi infeksi.
 Angka kematian mungkin tampak meningkat di daerah di mana layanan penyaringan ditingkatkan
karena deteksi kasus yang lebih baik. Indikator ini dapat disesuaikan dengan kelompok umur tertentu
(mis., 15-24, 25–34, 35 tahun ke atas) untuk meningkatkan relevansi budaya atau geografis.
 Secara teoritis ukuran ini bisa digunakan sebagai penanda STD di tingkat populasi. Namun ada
masalah diagnostik signifikan yang terkait dengan definisi kasus CS dan ON, terutama di fasilitas
laboratorium yang kurang memadai. Yang sepantasnya diagnostik mungkin tidak diterapkan secara
universal untuk semua kelahiran, menghasilkan kekurangan deteksi kasus.
 Untuk sifilis bawaan, yang paling tepat diagnosa berhubungan dengan ibu. Data prevalensi sifilis
untuk wanita hamil memberikan informasi tentang laten dan gejala sifilis dalam kelompok ini dan
meminimalkan masalah yang terkait dengan pelaporan umum ISR. Karena lesi primer seringkali tidak
menimbulkan rasa sakit dan sifilis sekunder biasanya tidak terdiagnosis, wanita terutama diidentifikasi
melalui penyaringan serologis. Seperti halnya semua pelaporan kasus sistem, kualitas data dipengaruhi
oleh penyedia yang membuat diagnosis dan sistem statistik kesehatan dan infrastruktur.

Prinsip Pencegahan ISR

1. Mengurangi pajanan terhadap infeksi dengan mendidik orang yang berisiko dengan mengurangi
jumlah pasangan seks (B) dan untuk menghindari hubungan seksual dengan orang yang memiliki
kemungkinan tinggi terinfeksi.
2. Mencegah infeksi dengan mempromosikan penggunaan kondom atau profilaksis lainnya (c)
3. Mendeteksi dan menyembuhkan penyakit dengan deteksi penyakit, menyediakan fasilitas diagnostik
dan perawatan yang memadai, dan mempromosikan perilaku mencari kesehatan.
4. Membatasi komplikasi dan penularan infeksi lebih lanjut dengan memberikan perawatan sejak dini
yang sesuai untuk pasien bergejala dan tanpa gejala serta pasangan seks mereka, dan memberikan
konseling.

Surveilans Epidemiologi Kesehatan Reproduksi


Definisi Surveilans Kesehatan Masyarakat

 Surveilans kesehatan masyarakat adalah “pengumpulan data sistematis yang berkelanjutan, melakukan
analisis, interpretasi data (misalnya, mengenai agen / bahaya, faktor risiko, paparan, peristiwa
kesehatan) yang penting untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi praktik kesehatan masyarakat,
terintegrasi erat dengan penyebaran data secara tepat waktu kepada mereka yang bertanggung jawab
untuk pencegahan dan pengendalian ”
 Definisi ini menyoroti hal - hal penting dari sistem surveilans, yaitu pengumpulan yang sistematis dan
berkelanjutan, analisis, interpretasi, dan penyebaran data yang mengarah pada tindakan dan hubungan
dengan praktik kesehatan masyarakat.

Aplikasi Surveilans Kesehatan Masyarakat untuk Kesehatan Reproduksi

 Surveilans kesehatan reproduksi dapat didefinisikan sebagai “komponen sistem informasi kesehatan
yang memungkinkan untuk melakukan identifikasi, pemberitahuan, kuantifikasi, dan penentuan
kejadian-kejadian yang memiliki hubungan signifikan dengan kesehatan reproduksi untuk periode
waktu tertentu dan lokasi geografis tertentu, dengan tujuan mengarahkan langkah-langkah kesehatan
masyarakat yang tepat untuk pencegahan penyakit dan promosi kesehatan ”

Tujuan
Surveilans kesehatan reproduksi adalah untuk mengidentifikasi atau memeriksa pola kejadian kesehatan yang
sedang berlangsung sehingga dapat secara efektif menyelidiki dan mengendalikan peristiwa kesehatan
masyarakat yang dimaksud, dan untuk mencegah morbiditas, kematian dalam suatu populasi. Data pengawasan
digunakan juga untuk menentukan kebutuhan akan tindakan kesehatan masyarakat dan untuk menilai efektivitas
program.

Ruang Lingkup
Peristiwa kesehatan reproduksi yang dapat dilacak melalui sistem surveilans meliputi:

1. Statistik vital (kelahiran dan kematian 4. Penyakit menular seksual.


janin). 5. Perilaku "berisiko" sebelum atau selama
2. Kematian dan kesehatan yang buruk kehamilan.
karena kehamilan (kematian dan kesakitan 6. Praktek kontrasepsi
ibu) dan kejadian terkait kehamilan 7. Kehamilan yang tidak diinginkan
lainnya. 8. Indikator layanan kesehatan seperti
3. Kematian bayi dan kesehatan yang buruk. perawatan prenatal.

Penggunaan Data Surveilans

 Data surveilans digunakan untuk memantau kejadian kesehatan untuk menentukan perlunya tindakan
kesehatan masyarakat dan untuk mengevaluasi efektivitas program.
 Sangat penting untuk memahami penggunaan data pengawasan, aplikasi mereka dalam pengambilan
keputusan, dan peran mereka dalam mengidentifikasi peluang penelitian.
 Pejabat yang bertanggung jawab atas kesehatan penduduk bergantung pada data pengawasan karena
fokus pada penyediaan informasi untuk tindakan kesehatan masyarakat dan mekanisme untuk
mengevaluasi program pengendalian dan pencegahan.
 Identifikasi Status Kesehatan suatu Penduduk
- Identifikasi sindrom baru dan agen infeksi.
- Perkirakan besarnya masalah kesehatan
- Tentukan distribusi geografis.

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT PADA KESEHATAN


REPRODUKSI
Pendahuluan

 Untuk memahami kejadian dan pola kesehatan reproduksi dalam populasi, ahli epidemiologi harus
menggunakan metode statistik dan epidemiologi untuk membandingkan frekuensi penyakit di antara
individu dan populasi.
 Standar definisi hasil kesehatan diperlukan untuk membuat perbandingan periode waktu tertentu.
 Untuk mengukur jumlah dan distribusi penyakit, kesehatan, atau kematian dalam suatu populasi,
peneliti perlu menghubungkan individu dengan penyakit tertentu atau hasil pada suatu populasi.
 Investigator juga harus mengetahui ukuran dan sumbernya (mis., pasien rumah sakit, sampel populasi,
hasil sensus) populasi dari mana kasus diambil dan periode waktu dimana informasi itu dikumpulkan.
 Ketika komponen-komponen ini dikombinasikan sebagai tingkat atau rasio, kita dapat membandingkan
frekuensi penyakit dalam dua atau lebih kelompok individu.

Rasio

 Suatu fraksi tanpa hubungan tertentu  Jumlah laki-laki dengan HIV/AIDS, 2010
antara pembilang dan penyebut = 2,412
 Rentang: 0 hingga   Jumlah perempuan dengan HIV/AIDS,
 A/B 2010 = 2,314
 Contoh  Rasio laki-laki terhadap perempuan
sex ratio (L:P) 2,412/2,314 = 1.04
(Pembilang tidak merupakan bagian dari  Laki-laki terhadap Perempuan
penyebut)  Urban terhadap Rural
 Muda terhadap Tua
Contoh Ukuran Rasio

Proporsi Rate

 Pembilang merupakan bagian dari  Suatu jenis khusus proporsi


penyebut  Unit waktu di dalam penyebut
 Dapat dinyatakan dalam persen  A/(A+B) per interval waktu
 Rentang: 0 hingga 1  Populasi sering digunakan sebagai
 A/(A+B) penyebut
 Contoh  Selalu dua komponen:
Prevalensi Kasus baru
Cumulative Incidence Waktu

[Ukuran Fertilitas]

1. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)

2. Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate/GFR)


3. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR)

[AKI (Angka Kematian Ibu)]

 Menunjukan kemungkinan wanita hamil akan meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan,
atau masa nifas.
 Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian seorang wanita dari sebab apa pun yang terkait dengan,
atau diperburuk oleh, kehamilan atau penyebabnya manajemen (terlepas dari durasi atau lokasi
kehamilan). tidak termasuk penyebab tidak sengaja, seperti kecelakaan mobil atau luka tembak, atau
penyebab insidental,seperti wabah.
1. Kematian obstetrik langsung.
Kematian seorang wanita dari komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas; dari intervensi,
kelalaian, atau perawatan; atau dari rangkaian acara dihasilkan dari salah satu faktor ini.
2. Kematian obstetrik tidak langsung.
Kematian seorang wanita dari sebelumnya penyakit yang ada atau penyakit yang berkembang
selama kehamilan, persalinan, atau masa nifas. Penyakit tidak berasal dari penyebab kebidanan
langsung, meskipun efek fisiologis kehamilan sebagian bertanggung jawab untuk kematian.

1. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) MMR


[Ukuran kematian Bayi]

 menunjukkan kemungkinan kehamilan dalam kelompok populasi akan menyebabkan kematian janin
 Populasi berisiko untuk kematian janin adalah jumlah kelahiran hidup ditambah jumlah kematian janin
dalam setahun.
 Untuk mendapatkan rasio kematian janin, bisa menggunakan jumlah kelahiran hidup sebagai populasi
yang berisiko.

[Ukuran Kematian Perinatal]

 Langkah-langkah ini menggabungkan kematian janin dan kelahiran hidup yang bertahan hidup hanya
sebentar (hingga beberapa hari atau minggu) dengan asumsi bahwa faktor-faktor serupa dikaitkan
dengan kematian bayi.
 Populasi yang berisiko adalah jumlah total kelahiran hidup ditambah kematian janin, atau jumlah
Kelahiran hidup sendiri. Ukuran kematian perinatal dapat bervariasi berdasarkan usia janin dan bayi.
 Biasanya pada kematian perinatal digunakan ukuran berat lahir daripada umur gestasional
[Angka Kematian bayi]

 Ukuran kematian bayi dimaksudkan untuk menunjukkan kemungkinan bahwa kelahiran hidup dengan
karakteristik tertentu akan mati selama tahun pertama kehidupan.
 Secara umum, populasi yang berisiko adalah kelahiran hidup yang terjadi selamaperiode waktu yang
ditentukan untuk penelitian.
 Kematian bayi termasuk semua kematian setiap saat sejak lahir hingga, tetapi tidak termasuk, usia satu
tahun (364 hari, 23 jam, 59 menit dari saat kelahiran)

1. IMR (Angka Kematian Bayi / Infant MortalityRate )

2. NMR (Neonatal Mortality Rate/ Angka Kematian Bayi Baru Lahir)

Anda mungkin juga menyukai