Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pajak Dan Retribusi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Ekonomi Publik

Disusun Oleh:

Kelompok VIII

Bahrul Ilmi : 3217.161

Arifa Hukama : 3217.195

Nelmi Yendra : 3217.177

Dosen pembimbing:

Putri Ayu

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI
TA. 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta inayah-Nya
kepada kita. Atas petunjuk-Nya, pemakalah telah dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat beserta salam tidak henti-hentinya kita sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita ke jalan yang benar, yaitu ajaran agama
Islam.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekonomi
Publik” yang berjudul “Pajak dan Retribusi”. Terimakasih pemakalah ucapkan
kepada semua pihak yang telah memberi arahan dan bimbingan sehingga makalah ini
dapat tersusun dengan baik.

Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan


mahasiswa pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Pemakalah menyadari
bahwa di dalam menyusun makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, segala saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 19 November 2019

pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian Pajak...........................................................................................3
B. Pengertian Retribusi.....................................................................................7
C. Perbedaan Pajak Dan Retribusi....................................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................15

A. Kesimpulan..................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR KEPUSTAKAAN

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia dan menjadi salah satu
kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Pembangunan nasional Indonesia pada
dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Oleh karena itu peran
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak.

Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan
produktifitas sumber daya alam. Sumber daya alam yang potensial yang dimiliki oleh
suatu negara berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber daya
finansial. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya dapat dikatakan usaha dasar
untuk mengubah masa lampau yang buruk menjadi zaman baru yang lebih baik untuk
mewariskan masa depan kepada generasi yang akan datang.

Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan maka daerah atau kota


lebih dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya seperti;
pajak, rertribusi, atau pungutan yang merupakan sumber-sumber pendapatan Asli
Daerah, seperti yang tertuang dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2004.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pajak ?
2. Apa yang dimaksud dengan retribusi ?
3. Apa saja perbedaan antara pajak dan retribusi?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari pajak
2. Menjelaskan pengertian dari retribusi
3. Menjelaskan perbedaan yang terdapat diantara pajak dan retribusi

i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pajak
1. Pengertian pajak
Yang dimaksud dengan pajak ialah iuran dari rakyat atau penduduk
kepada kas negara. Atau dengan perkataan lain: peralihan sebagian kecil hasil
kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintah berdasarkan undang-undang.
Di Negara kita yang berdasarkan Pancasila dan segala sesuatunya diatur
oleh Undang-undang Dasar 1945, maka pajak dimaksudkan sebagai iuran dari
rakyat/penduduk sebagai partisipasi mereka dalam mengisi Kas Negara guna
menjamin jalannya roda pemerintahan yang baik dan lancar yang mengatur
kepentingan-kepentingan umum atau masyarakat.
Karena pajak itu dibuat oleh Pemerintah dengan kesepakatan dan
disetujui oleh wakil rakyat yang duduk di DPR dan diberlakukan sebagai
Undang-undang, maka iuran tersebut dengan sendirinya merupakan suatu
kewajiban. Apabila tidak dipatuhi atau dilaksanakan, demi keadilan dan
kepentingan rakyat yang terbanyak ( masyarakat ) tentu akan dipaksakan dengan
kebijaksanaan yang sebaik-baiknya.1
Dengan demikian terkandung arti dalam sistem perpakajan di Negara
kita, bahwa pajak tidak akan menambah bertanya kehidupan rakyat dan apabila
ada yang nyata-nyata kurang mampu untuk memenuhi kewajibannya maka
pemerintah dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan atau kebijaksanaan
sesuai kemampuannya itu yaitu nilai perikemanusiaan dan keadilan. Namun
karena pajak itu merupakan kewajiban. Besar kecilnya jumlah pajak tergantung
dari nilai objek pajak yang dimiliki atau dikuasai.
Dalam pengertian pajak negara atau pusat dan pajak daerah hanyalah
wewenang pemungutannya yang berbeda diantara keduanya, jelasnya : pajak itu
ada yang dipungut oleh pusat dan ada pula yang dipungut oleh daerah atas
persetujuaan atau yang dilimpahkan oleh pemerintah pusat.
2. Jenis-jenis pajak

1
Pajak bumi dan bangunan hlm 2

i
Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis
peberlanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi
pemerintah, membangun dan memperbaiki infrasruktur, menyediakan fasilitas
pendidikan dan kesehatan, dan membiayai anggota polisi dan tentara untuk
menjaga keamanan merupakan pengeluaran yang tidak boleh dielakkan
pemerintah. Untuk dapat membiayai pengeluaran tersebut pemerintah perlu
mencari dana. Dana tersebut terutama di peroleh dari pungutan pajak ke atas
rumah tangga dan perusahaan . jenis-jenis pajak antara lain:2

a. Pajak langsung

Pajak langsung berarti jenis pungutan pemerintah yang secara langsung


dikumpulkan dari pihak yang wajib membayar pajak. Setiap individu yang
bekerja dan perusahaan yang menjalankan kegiatan dan memperoleh keuntungan
wajib membayar pajak. Pajak yang dipungut dan dikenakan ke atas pendapatan
mereka dinamakan pajak langsung, yaitu pajak yang secara langsung dipungut
dari orang yang berkewajiban untuk membayar pajak.

b. Pajak tak langsung

Pajak tak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah-pindahkan


kepada pihak lain. Salah satu jenis pajak tak langsung yang penting adalah pajak
impor. Biasanya, pada akhirnya yang akan menanggung beban pajak tersebut
adalah para konsumen. Yang mula-mula membayar pajak adalah perusahaan-
perusahaan yang mengimpor barang. Akan tetapi, pada waktu menjual barang
impor tersebut, pengimpor akan menambhakan pajak impor yang dibayarnya
dalam menentukan harga penjualannya. Dengan demikian keuntungannya tidak
berkurang. Pada akhirnya, para pembeli yang membayar pajak, yaitu dalam
bentuk harga yang lebih tinggi. Contoh lain dari pajak tak langsung adalah pajak
penjualan. Pajak ini biasanya ditambahkan ke harga penjualan yang ditentukan
oleh pedagang-pedagang, oleh sebab itu pajak penjualan berkecenderungan akan
mengakibatkan kenaikan harga.

2
Makroekonimi teori pengantar hlm 154

i
3. Fungsi pajak

Fungsi pajak ada dua, antara lain ;

a. Fungsi budgeter
Fungsi budgeter adalah fungsi yang letaknya disektor publik dan pajak-pajak
disini merupakan suatu alat atau suatu sumber untuk memasukkan uang
sebanyak-banyaknya didalam kas negara yang pada waktunya akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
b. Fungsi regulerend
Fungsi regulerend adalah bahwa pajak-pajak didalam ini digunakan sebagai
sutu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang
keuangan dan fungsi yang mengatur ini lazimnya kita lihat didalam sektor
swasta

Penataan perundang-undangan di bidang keuangan negara dilakukan


perubahan dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 No. 130 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5049) selanjutnya disebut UU Pajak dan Retibusi
Daerah, pada tanggal 15 September Tahun 2009. Jenis pajak dan retribusi daerah
yang diatur dalam Undang-Undang Pajak dan Retribusi Daerah yang lama sudah
tidak memadai lagi dengan kebutuhan daerah. Pemungutan atas pajak dan
retribusi daerah berdasar undang-undang yang lama tidak memadai dalam
mendukung peningkatan pendapatan asli daerah (selanjutnya disebut PAD)
sehingga daerah selalu menunggu besaran Dana Alokasi Umum (selanjunya
disebut DAU) untuk membiayai penyelenggaraan urusan otonomi. Selain itu,
daerah banyak merumuskan pajak dan retribusi daerah yang bertentangan
dengan prinsip efisiensi, kemudahan investasi, mobilisasi penduduk dan barang
antar daerah.

Kerangka teori hukum, menempatkan fungsi Perda tentang Pajak dan


Retribusi dalam penyeleng-garaan pemerintahan daerah pada fungsi anggaran,
fungsi pengaturan, dan fungsi distribusi (Philipus M. Hadjon, 1995: 28).

i
Fungsi pertama perda pajak dan retribusi adalah fungsi anggaran yang erat
kaitannya dengan fungsi perencanaan. Dengan fungsinya yang demikian, maka
pajak dan retribusi mempunyai posisi yang strategis bagi kegiatan pembangunan
yang diinginkan di daerah. Kegagalan memenuhi target penerimaan sesuai
dengan anggaran, akan berpengaruh terhadap pelaksanaan perencanaan
pembangunan yang telah ditetapkan. Muara akhir semuanya ini adalah
kegagalan bagi daerah dalam melaksanakan misinya mengembangkan dan
meningkatkan pembangunan dalam rangka kesejahteraan rakyat di daerah.

Fungsi kedua perda pajak dan retribusi sehu- bungan dengan anggaran
adalah fungsi pengaturan. Dalam hal ini pemerintah daerah harus menetapkan
pengaturan yang jelas tentang jenis maupun besarnya tarif pajak dan retribusi
yang dibebankan kepada rakyat. Pengaturan yang dituangkan dalam perda harus
dapat menjamin kepastian hukum bagi rakyat di daerah. Makna kepastian
hukum dalamfungsi pengaturan adalah tidak boleh ada tumpang tindih antara
sebuah jenis pajak atau retribusi lainnya yang diikuti dengan kejelasan
wewenang pemerintah provinsi dan wewenang kabupaten atau kota.

Fungsi ketiga perda pajak dan retribusi sebagai instrumen anggaran adalah
fungsi distribusi. Pemda memainkan peran sebagai fasilitator yang baik dalam
distribusi kenyamanan kepada rakyat dengan prinsip “saling dukung” (subsidi
silang). Peranan ini tidak dapat lepas dari rasionalitas “prinsip keadilan” dalam
proses distribusi penikmatan fasilitas yang dibiayai dari pajak dan retribusi.

Dalam Undang-Undang Pajak dan Retribusi Daerah 2009 telah ditetapkan


beberapa jenis pajak daerah yang dapat dipungut oleh daerah. Jenis pajak
tersebut antara lain: Pertama, Pajak Hotel dan Restoran; Kedua, Pajak Hiburan;
Ketiga, Pajak Reklame; Keempat, Pajak Penerangan Jalan; Kelima, Pajak
Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C; Keenam, Pajak
Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

Selain jenis pajak di atas, pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan


vide Pasal 2 ayat (3) dan jika potensinya kurang memadai juga tidak perlu
dilakukan pemungutan vide Pasal 2 ayat (4). Posisi dilematis terdapat pada

i
konteks ketentuan ini sangat membatasi kreasi daerah yang dalam realitas sering
dilakukan, dan di sisi lain hal ini cukup memberikan perlindungan hukum bagi
rakyat untuk tidak dipungut berbagai jenis pajak daerah yang tidak mempunyai
validitas normatif dan legitimasi dari masyarakat.

Berlakunya undang-undang ini tentu menjadi angin segar bagi daerah untuk
bersemangat melakukan berbagai penataan kembali produk hukum daerah yang
mengatur tentang pajak dan retribusi. Untuk melakukan penataan tersebut tentu
harus memperhatikan berbagai hal yang telah diatur dalam berbagai pasal dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Untuk hal ini, maka harus diperhatikan
ketentan Pasal 179 dan Pasal 180 yang mengatur sebagai berikut: Pada saat
Undang- undang ini berlaku, Pajak dan Retribusi yang masih terutang
berdasarkan Peraturan Daerah mengenai Pajak Provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dan jenis pajak kabupaten atau kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), dan Peraturan Daerah tentang Retribusi
mengenai jenis Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110
ayat (1), jenis retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127, dan
jenis retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141,
sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan masih dapat
ditagih selama jangka waktu 5 (tahun) terhitung sejak saat terutang.

Pasal 180 (1) Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah mengenai jenis Pajak
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan jenis Pajak
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) masih tetap
berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum diberlakukannya Peraturan
Daerah yang baru berdasarkan Undang-undang ini; (2) Peraturan Daerah
tentang retribusi Daerah jenis Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 110 ayat (1), jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 127, dan jenis Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 141, masih tetap berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum
diberlakukannya Peraturan Daerah yang baru berdasarkan Undang- undang ini.

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang penting untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Untuk

i
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah pun memberikan
perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah, serta memberikan diskresi
dalam penetapan tarifnya.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun


2009 tentang Pajak Daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu pajak provinsi dan
pajak kabupaten/kota. Pajak provinsi terdiri atas pajak kendaraan bermotor, bea
balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak
air permukaan, dan pajak rokok.

Adapun pajak kabupaten/kota terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan
batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan
bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB P2), serta bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan (BPHTB).

B. Retribusi

Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan (berdasarkan UU No. 34 tahun 2000).
Bisa disimpulkan bahwa retribusi adalah suatu pembayaran yang diberatkan atau
di tanggung oleh seseorang atau keompok atas jasa atau pemberian izin yang
dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan agar kas pemerintah menjadi besar dan
nantinya uang tersebut akan digunakan untuk kepentingan pembangunannya.
Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh
pemerintah daerah. Namun, tidak semua jenis jasa yang diberikan oleh pemerintah
daerah dapat dipungut retribusi. Hal tersebut tentunya berkaitan dengan
pertimbangan sosisal ekonomi, layak atau tidak dijadikan objek retribusi. Jasa
tersebut menurut ketentuan Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Pajak dan Retribusi
Daerah dibedakan kedalam: Pertama, Jasa Umum; Kedua, Jasa Usaha; Ketiga,
Perizinan Tertentu.

i
Retribusi jasa umum yaitu pungutan atas pelayanan yang disediakan atau
diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum,
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Termasuk dalam retribusi jasa umum yaitu retribusi pelayanan kesehatan,
retribusi persampahan/kebersihan, retribusi Kartu Tanda Penduduk dan akte catatan
sipil, retribusi pemakaman/pengabuan mayat, retribusi parkir di tepi jalan umum,
pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat
pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi pelayanan
tera/tera ulang, retribusi penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah cair,
retribusi pelayanan pendidikan, dan retribusi pengendalian menara komunikasi.
Retribusi jasa usaha yaitu pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, yang meliputi pelayanan
daerah dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan, dan/atau pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum
disediakan secara memadai oleh swasta.
Termasuk dalam golongan retribusi ini yaitu retribusi jasa usaha pemakaian
kekayaan daerah, retribusi pasar grosir/pertokoan, retribusi tempat pelelangan,
retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat
penginapan/pesanggrahan/vila, retribusi rumah potong hewan, retribusi pelayanan
kepelabuhanan, retribusi tempat rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di
air, serta retribusi penjualan produksi usaha daerah.
Retribusi perizinan tertentu adalah pungutan atas pelayanan perizinan tertentu
oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Termasuk dalam golongan
retribusi ini yaitu retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin tempat penjualan
minuman beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi izin trayek, dan retribusi izin
usaha perikanan.
Sementara itu, penetapan jenis Retribusi yang berlaku untuk suatu daerah dalam
hal-hal tertentu harus sama. Prinsip keadilan harus diberlakukan dalam menetapkan
jenis retribusi. Penetapan berlakunya jenis retribusi dipengaruhi oleh dua faktor

i
utama, yaitu faktor sumber daya alam (geografis) dan faktor sumber daya manusia
yang akan menjadi objek dan wajib retribusi. Meskipun Undang-Undang Pajak dan
Retribusi Daerah telah menetapkan jenis Retribusi, sebagaimana diatur dalam Pasal
108 ayat (1), penerapan di masing- masing daerah akan berbeda-beda sesuai dengan
kemampuan yang ada di daerah tersebut. Pendapatan daerah dari sumber retribusi
ini bergantung pada seberapa cepat dan tepat aparat pemerintah di daerah menyusun
strategi penarikannya.

C. Perbedaan Pajak dan Retribusi

1. Dasar Hukum
Pajak:  Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23A, pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.
Retribusi: Retribusi diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah, Peraturan
Menteri, atau Peraturan Daerah terkait.

2. Balas Jasa
Pajak: Karena merupakan sarana pemerataan pendapatan warna negara,
pembayar pajak belum tentu bisa menerima manfaat langsung dari pajak yang
dibayarkan. Hasil pemungutan pajak biasanya akan dialokasikan untuk fasilitas
atau sarana dan prasarana masyarakat yang lebih luas seperti perbaikan jalan,
beasiswa pendidikan, subsisi, dan sebagainya.
Retribusi: Balas jasa kepada wajib retribusi harus dapat dirasakan langsung,
contohnya retribusi kebersihan (sampah) manfaatnya dapat dirasakan langsung
dengan diangkutnya sampah pembayar retribusi oleh petugas kebersihan.

3. Objek
Pajak: Bersifat umum, seperti pajak penghasilan, pajak barang mewah, hingga
pajak kendaraan bermotor
Retribusi: Ditujukan untuk masyarakat atau badan yang menggunakan atau
mendapatkan jasa atau izin dari pemerintah.

i
4. Sifat
Pajak: Bersifat wajib sehingga akan ada sanksi bagi pelanggar.
Retribusi: Dapat dipaksakan dengan sifat yang ekonomis kepada orang atau
badan yang menggunakan atau mendapatkan jasa atau izin yang dari pemerintah.

5. Lembaga Pemungut
Pajak: Pajak Negara yang pemungutannya dilakukan oleh Direktorat Pajak dan
Pajak Daerah yang pemungutannya dilakukan oleh organisasi perangkat daerah
yang ditunjuk seperti Badan Pendapatan Daerah atau Dinas Pelayanan Pajak.
Retribusi: Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah.

6. Tujuan
Pajak: Meningkatkan perekonomian negara dan mensejahterakan masyarakat
secara menyeluruh.
Retribusi: Memberikan jasa atau ijin kepada masyarakat agar dapat
melaksanakan kegiatan mereka serta mendapatkan pelayanan dari pemerintah.

i
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Yang dimaksud dengan pajak ialah iuran dari rakyat atau penduduk kepada kas
negara. Atau dengan perkataan lain: peralihan sebagian kecil hasil kekayaan dari
sektor swasta ke sektor pemerintah berdasarkan undang-undang.

Retribusi adalah suatu pembayaran yang diberatkan atau di tanggung oleh


seseorang atau keompok atas jasa atau pemberian izin yang dilakukan oleh
pemerintah dengan tujuan agar kas pemerintah menjadi besar dan nantinya uang
tersebut akan digunakan untuk kepentingan pembangunannya.

Pajak bertujuan Meningkatkan perekonomian negara dan mensejahterakan


masyarakat secara menyeluruh. Retribusi Memberikan jasa atau ijin kepada
masyarakat agar dapat melaksanakan kegiatan mereka serta mendapatkan pelayanan
dari pemerintah.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini pemakalah menyadari bahwa banyak kesalahan.


Pemakalah akan memperbaiki cara penulisan makalah dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu pemakalah harapkan
adanya kritik/ saran pembaca. Untuk selanjutnya alangkah baiknya pembaca
menambah sumber bacaannya agar lebih memahami tentang pajak dan retribusi.

Anda mungkin juga menyukai