Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“Praktek Survey Promosi Kesehatan di Berbagai Tatanan”

Dosen Pengampuh
Dr. Andi Asrina, SKM.,M.Kes
Di Susun Oleh
Kelompok 9
Ima Azzahrah Daud 14120190117
Astrid Putri Ayumi As. 14120190133
Fatimah Azzahra 14120190171

Kelas B4

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini,untuk membantu peningkatan pengetahuan dibidang praktek survey
promosi kesehatan di berbagai tatanan.

Namun kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya.Oleh karena itu kami sangat
membutuhkan masukan dan kritikan kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya dari penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat memberi


manfaat dan dapat memberikan inspirasi bagi para pembacanya.

Makassar, 22 Februari 2021

Kelompok 9

2
Daftar isi
Kata Pengantar...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4-5

A. Latar Belakang..........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5

C. Tujuan.......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5-20

1.Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Rumah Tangga................5

2. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Institusi Pendidikan.......8

3. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Tempat Umum.............11

4. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Tempat Kerja...............13

5. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Rumah Sakit................16

6. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di Puskesmas................................20

BAB III............................................................................................................................23

PENUTUP.......................................................................................................................23

A. Kesimpulan..........................................................................................................23

B. Saran....................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam


meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan
yang sumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan.

Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki


strategi dan akan diintervensikan ketika dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku
masyarakat yang lebih baik dalam prilaku kesehatan. Oleh karena itu perlu
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, promosi
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara
menyeluruh,terpadu, dan berkesinambungan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pelaksanaan Praktek Survei di tatanan Rumah Tangga, Institusi


Pendidikan, Tempat-Tempat Umum, Tempat Kerja, Rumah Sakit, dan Fasilitas
Kesehatan seperti Puskesmas

C. Tujuan

Untuk mengetahui Pelaksanaan Praktek Survei di tatanan Rumah Tangga, Tempat


Kerja, Institusi Pendidikan, Tempat-Tempat Umum, Tempat Kerja, Rumah Sakit,
dan Fasilitas Kesehatan seperti Puskesmas

4
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Rumah
Tangga

Pelaksanaan Promosi kesehatan di rumah tangga dilakukan dengan strategi


pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan bina suasana, dengan berbagai metode
dan media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya
yang optimal . Pelaksanaan Promosi kesehatan di rumah tangga dilakukan sesuai
dengan perencanaan kebutuhan Promosi Kesehatan yang telah ditetapkan melalui
strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan bina suasana, yang meliputi:

1.Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat, yang merupakan upaya membantu atau
memfasilitasi sasaran, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapinya. kegiatan yang menggunakan metode pemberdayaan
masyarakat yaitu sosialisasi tentang lingkungan rumah tangga yang sehat
dengan sasarannya yaitu masyarakat agar mampu mendukung upaya
meningkatkan jumlah rumah tangga sehat diwilayahnya.(Depkes RI, 2006)
2. Bina Suasana
Kegiatan yang menggunakan metode bina suasana salah satunya yaitu
penggalangan kemitraan dengan kelompok potensial seperti organisasi,
profesi, LSM,dunia usaha dan swasta . kegiatan ini bertujuan agar para
pelaku/sasaran di harapkan dapat bersedia bekerja sama dan memberikan
dukungan sumber daya dan teknologi tepat guna . kegiatan ini di lakukan
dengan membuka forum kumunikasi dengan para sasaran terkait.(Depkes
RI, 2006)
3. Advokasi
Advokasi dibutuhkan apabila dalam upaya memberdayakan sasaran rumah
tangga membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain . kegiatan yang
berhubungan dengan advokasi yaitu peningkatan pengetahuan dan

5
dukungan untuk rumah tangga yang sehat dengan sasaran seperti
Bupati,DPRD,Camat,dan Sektor terkait. Yang di harapkan sasaran tersebut
dapat menyetujui kebijakan dan dukungan dana tentang kemudahan akses
air bersih dan jamban demi terwujudnya rumah tangga yang sehat .
kegiatan ini di lakukan dengan mengadakan seminar,audiensi,dan lobi ke
sasaran terkait.(Depkes RI, 2006)

Berikut hasil penelitian mengenai praktek survei promosi kesehatan di tatanan


rumah tangga:

“Perilaku Hidup Bersih Sehat Dalam Tatanan Rumah Tangga Warga Desa
Prambatan Lor Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus”

Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia sehingga


setiap manusia harus senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS)
agar kesehatannya selalu terjaga. Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah
membuat pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat yang tertuang
dalam Permenkes nomor : 2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya
peningkatan PHBS di seluruh Indonesia. Menjaga kesehatan dengan selalu
melaksanakan PHBS merupakan cara pencegahan sakit yang mudah dan murah
tetapi sebagian besar masyarakat masih belum menyadari dan baru berubah
setelah sakit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan PHBS tatanan
rumah tangga warga Desa Prambatan Lor Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Kudus. Jenis penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di
Desa Prambatan Lor RW 2 dan 3 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus pada
bulan Juli 2017. Populasi penelitian adalah seluruh kepala keluarga warga Desa
Prambatan Lor , sampel penelitian adalah 206 kepala keluarga . Teknik sampling
menggunakan metode simple random sampling. Metode analisis data dengan
analisis univariat.Hasil Penelitian ini antara lain:1) 100% pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan ,2) 63% pemberian ASI eksklusif, 3) 100% bayi dan balita
dibawa ke Posyandu, 4) 100% warga menggunakan air bersih, 5) 54% warga
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) 87% warga menggunakan jamban

6
sehat, 7) 68% pemberantasan jentik nyamuk, 8) 47% warga terbiasa makan sayur
dan buah, 9) 39% warga melakukan olahraga rutin dan 10) 65% warga tidak
merokok. 11) 100% ibu hamil periksa rutin ,12) 64% warga membuang sampah
pada tempatnya, 13) 95% warga tidak minum minuman keras dan narkoba, 14)
72% warga memiliki jaminan kesehatan, 15) 85% warga gosok gigi teratur, 16)
91% lantai rumah baik. Terdapat delapan indikator PHBS yang masih berada di
bawah target nasional (80%). Diharapkan pemerintah desa bersama kader
kesehatan dan tokoh masyarakat dapat memotivasi masyarakat untuk
melaksanakan PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Tenaga kesehatan hendaknya
meningkatkan kegiatan promosi kesehatan melalui penyuluhan tentang PHBS
kepada warga masyarakat Desa Prambatan Lor.(Tristanti & Himawan, 2018)

2. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Institusi


Pendidikan

Pelaksanaan Promosi kesehatan di institusi pendidikan seperti sekolah ,


kampus dapat dilakukan dengan strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan
bina suasana, dengan berbagai metode dan media yang tepat, data dan informasi
yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal . Pelaksanaan Promosi
kesehatan di institusi pendidikan dilakukan sesuai dengan perencanaan kebutuhan
Promosi Kesehatan yang telah ditetapkan melalui strategi pemberdayaan
masyarakat, advokasi, dan bina suasana, yang meliputi:

1.Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat, yang merupakan upaya membantu atau
memfasilitasi sasaran, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapinya. kegiatan yang menggunakan metode pemberdayaan
masyarakat di institusi pendidikan yaitu peningkatan kemampuan guru
sekolah agar dapat memotivasi anak sekolah untuk menggunakan air
bersih dan jamban . kegitan ini di lakukan dengan membuka forum
komunikasi antara pihak sekolah atau guru dengan petugas promosi
kesehatan. (Depkes RI, 2006)

7
2. Bina Suasana
Kegiatan yang menggunakan metode bina suasana yaitu mengadakan
seminar tentang air bersih dan jamban yang sasarannya yaitu kepala
sekolah dan guru yang di harapkan menjadi motivator dalam
menyampaikan anak didik agar menggunakan air bersih dan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan . bina suasana ini dilakukan melakukan
komunikasi bersama para guru.(Depkes RI, 2006)
3. Advokasi
Advokasi dibutuhkan apabila dalam upaya memberdayakan sasaran
institusi pendidikan membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain .
kegiatan yang berhubungan dengan advokasi seperti advokasi kepada
Pemda beserta jajaran terkait untuk mendapatkan dukungan dana dan
kebijakan tentang kemudahan akses terhadap air bersih dan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan di sekolah. Kegiatan advokasi ini di lakukan
dengan mengadakan seminar,audiensi, atau melakukan lobi kepada pihak
terkait.(Depkes RI, 2006)

Berikut hasil penelitian mengenai praktek survei promosi kesehatan di tatanan


institusi pendidikan:

“Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Ketersediaan Fasilitas Di


Sekolah Dalam Penerapan Phbs Membuang Sampah Pada Tempatnya (Studi
Di Sekolah Dasar Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati )”

Perilaku hidup bersih dan sehat sangat dipengaruhi oleh proses yang terjadi di
tatanantatanan sosial lain, yaitu tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja,
tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Menurut Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2009, bahwa baru 64,41% sarana yang telah dibina kesehatan
lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat kerja
(59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana lain
(62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan PHBS di tatanan-tatanan selain
rumah tangga, yaitu di tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan

8
tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan, juga belum berjalan sebagaimana
mestinya (Depkes, 2011:4).

PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan


oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat (Atikah P. dan Eni R., 2012:21). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
sekolah terdiri dari beberapa indikator yaitu mencuci tangan dengan air yg
mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan di warung atau kantin
sekolah, menggunakan jamban yang bersih & sehat, olahraga yang teratur dan
terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok, menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan setiap bulan, dan membuang sampah pada tempatnya
(Dinkes DIY, 2010). Dalam rangka menangani seluruh masalah yang ada
diberbagai instansi, seperti sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, sarana
ibadah, perkantoran, dan sarana lainnya, Dinas Kabupaten Pati membuat sebuah
program yang menangani masalah dimasingmasing bidang tersebut. Salah satu
program dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati adalah program PHBS di instansi
pendidikan.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi awal
yang menunjukan bahwa penerapan PHBS di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan
Gabus Kabupaten Pati belum memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan
perilaku sehat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 2269/ MENKES/PER/XI/
2011mengenai “Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)”.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan
ketersediaan fasilitas di sekolah dengan penerapan PHBS membuang sampah pada
tepatnya. Jenis penelitian ini Explanatory Research dengan pendekatan cross-
sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Banjarsari 02
Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun 2012.Sampel berjumlah 46
siswa.Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner.Analisis data dilakukan secara

9
univariat dan bivariat (Fisher).Hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara
pengetahuan (p=0,037), sikap (p=0,007), dan ketersediaan fasilitas di sekolah
(p=0,002) dengan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya.Saran
yang diberikan kepada SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten
Pati, hendaknya diberikan penyuluhan tentang PHBS. Menyediakan fasilitas yang
dapat menunjang para siswa agar mau menerapkan PHBS membuang sampah
pada tempatnya. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, hendaknya memantau
program PHBS khususnya pada tatanan sekolah.(Raharjo & Indarjo, 2014)

3. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Tempat-


Tempat Umum

Pelaksanaan Promosi kesehatan di tempat-tempat umum seperti pasar,


tempat ibadah, tempat rekreasi,bandara,mall,dll dapat dilakukan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan bina suasana, dengan berbagai metode
dan media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya
yang optimal . Pelaksanaan Promosi kesehatan di tempat-tempat umum dilakukan
sesuai dengan perencanaan kebutuhan Promosi Kesehatan yang telah ditetapkan
melalui strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan bina suasana, yang
meliputi:

1.Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat, yang merupakan upaya membantu atau
memfasilitasi sasaran, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapinya. kegiatan yang menggunakan metode pemberdayaan
masyarakat seperti peningkatan pengetahuan dan perilaku terhadap
penggunaan air bersih dan jamban umum yang di tujukan kepada
pedagang, masyarakat, pengelola , dan pemda yang diharapkan tersedianya
air minum dan jamban yang sesuai dengan syarat-syarat kesehatan.
Kegiatan ini di lakukan dengan penyuluhan langsung atau melakukan
diskusi kepada sasaran terkait.(Depkes RI, 2006)
2. Bina Suasana

10
Kegiatan yang menggunakan metode bina suasana salah satunya yaitu
penggalangan kemitraan dengan pengelolan tempat-tempat umum dengan
sasarannya yaitu pengelola tempat yang di harapkan dapat mendukung dan
menyediakan sarana air bersih dan jamban di tempat yang dikelolanya
.kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan pengelola .
(Depkes RI, 2006)
3. Advokasi
Advokasi dibutuhkan apabila dalam upaya memberdayakan sasaran
tempat-tempat umum membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain .
kegiatan yang berhubungan dengan advokasi yaitu penggalangan
dukungan dana dan kebijakan dari Pemerintah setempat yang di harapkan
diperolehnya dukungan dana dan kebijakan tentang
penyediaan,penggunaan,dan pemeliharaan air bersih dan jamban bersih di
tempat-tempat umum. Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan seminar
, audiensi , ataupun melakukan lobi ke pemerintah setempat.(Depkes RI,
2006)

Berikut hasil penelitian mengenai praktek survei promosi kesehatan di tatanan


tempat-tempat umum yaitu :

“Aplikasi Promosi Kesehatan Di Taman Sritanjung Banyuwangi”

Keberadaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) sangat berperan dalam memperbaiki


kualitas hidup masyarakat. Jika dipandang dari fungsinya, maka ruang terbuka
hijau dapat dimanfaatkan sebagai ruagn publik atau ruang tempat berinteraksi
manusia. Ruang publik berkebang sejalan dengan kebutuhan manusia dalam
melakukan kegiatan bersama baik berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya
(Darmawan, 2006). RTH publik meliputi taman kota, taman pemakamaan umum,
dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Promosi kesehatan di taman
adalah usaha untuk mencegah, mengontrol, mengawasi, dan mengendalikan
segala hal yang ada di lingkungan taman terutama yang dapat menularkan
terjadinya suatu penyakit. Promosi kesehatan taman meliputi kawasan tanpa rokok

11
dan ketersediaan lingkungan yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
kondisi yang ada di Taman Sritanjung melalui sudut pandang promosi kesehatan.
Adapun metode pada penelitian ini adalah menggunakan metode pengamatan atau
observasi langsung dan wawancara pada petugas kebersihan Taman Sritanjung
yang didukung dengan menggunakan instrumen yang dibuat berdasarkan
peraturan yang berkaitan. Taman Sritanjung merupakan salah satu Taman Kota
yang ada di Kabupaten Banyuwangi yang berada di tempat strategis tengah kota.
Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan di Taman Sritanjung dari seluruh
aspek yang diteliti sekitar 70% sudah terpenuhi dan termasuk dalam kategori baik.
Sebanyak tujuh aspek yang diteliti sudah terpenuhi hanya perlu beberapa
tambahan media promosi kesehatan seperti penambahan poster dan rambu- rambu
sebagai sarana edukasi keluarga.(Ikrima, N. A., 2018)

4. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Tempat


Kerja

Pelaksanaan Promosi kesehatan di tempat kerja dapat dilakukan dengan


strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan bina suasana, dengan berbagai
metode dan media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber
daya yang optimal . Pelaksanaan Promosi kesehatan di tempat kerja dilakukan
sesuai dengan perencanaan kebutuhan Promosi Kesehatan yang telah ditetapkan
melalui strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan bina suasana, yang
meliputi:

1.Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat, yang merupakan upaya membantu atau
memfasilitasi sasaran, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapinya. kegiatan yang menggunakan metode pemberdayaan
masyarakat yaitu peningkatan kepesertaan masyarakat di tempat kerja
yang ditujukan kepada karyawan/ti atau pekerja . kegiatan ini di harapkan
para pekerja memahami pentingnya keikutsertaan sebagai peserta jaminan

12
pemeliharaan kesehatan dengan menggunakan metode penyuluhan
langsung.(Depkes RI, 2006)
2. Bina Suasana
Kegiatan yang menggunakan metode bina suasana salah satunya yaitu
sosialisasi jaminan pemeliharaan kesehatan dengan sasarannya yaitu ketua
SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia), ketua K3, Manajer Perusahaan,
KADIN(Organisasi Pengusaha Indonesia), dan asosiasi perusahaan.
Dengan adanya kegiatan ini di harapkan adanya penyebarluasan informasi
tentang keikutsertaan dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Kegiatan ini dapat di lakukan dengan melakukan pertemuan formal
maupun informal.(Depkes RI, 2006)
3. Advokasi
Advokasi dibutuhkan apabila dalam upaya memberdayakan sasaran di
tempat kerja membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain . kegiatan yang
berhubungan dengan advokasi yaitu dukungan penerapan kebijakan
jaminan pemeliharaan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran ketua
KADIN kab/kota,Ketua SPSI Kab/Kota,Kepala Dinas Tenaga Kerja,dan
Pimpinan Perusahaan. Kegiatan ini bertujuan agar para sasaran terkait
mendukung kebijakan kepesertaan semesta jaminan pemeliharaan
kesehatan melalui metode rapat dan sarasehan .(Depkes RI, 2006)

Berikut hasil penelitian mengenai praktek survei promosi kesehatan di tatanan


tempat kerja yaitu :

“Efektifitas Promosi Kesehatan 5s Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan


Praktek 5s Pekerja Di Pt.Charoen Pokphand Indonesia Semarang Tahun
2015”

Banyak perusahan di Indonesia mulai menerapkan konsep manajemen dengan


pendekatan baru dalam upaya meningkatkan daya saingnya di pasa yang semakin
global ini. Salah satu konsep dasar manajemen yang digunakan adalah budaya

13
kerja.Budaya kerja di perusahaan perlu diciptakan dan dibutuhkan dalam upaya
menghadapi tantangan di dunia industri.

Penerapaan budaya kerja 5S dapat diterapkan di dalam industri peternakan yang


semenjak orde baru ini berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun. Budaya
kerja sering disebut “Kaizen” atau “Just in time”.Kaizen adalah penerapan 5S
(Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke). Di Indonesia sendiri dalam
Permenperind (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indnesia) No 23 th 2009
pasal 1, budaya kerja 5S dikenal dengan 5K yaitu Keteraturan, Kerapihan,
Kebersihan, Kelestarian dan Kedisiplinan.Salah satunya perusahaan peternakan
adalah PT. Charoen Pokphand Indonesia Semarang yang bergerak dalam bidang
pakan ternak. PT.Charoen Pokphand menyadari penerapan 5S mempunyai
peranan penting dalam melancarkan operasional pekerja dan perusahaan.Agar
kegiatan program 5S itu dilaksanakan oleh pekerja, perlu dilakukan promosi
kesehatan 5S melalui berbagai media salah satunya melalui media
cetak.Perusahaan ini telah mengupayakan budaya kerja 5S ini dengan adanya
program cleaning day atau jumat bersih sebulan sekali pada minggu ke 4 dan
setiap hari minggu program bersih-bersih selokan.

Penerapan budaya kerja 5S ini juga dilakukan penilaian setiap 1 bulan sekali,
meliputi penilaian area kerja dan individu pekerja.Berdasarkan hasil survei awal
yang dilakukan saat magang pada tanggal 4 Agustus – 4 September 2014, pekerja
di industri ini masih belum menerapkan 5S dalam setiap tahapan pekerjaan yang
mereka lakukan.Hal ini dikarenakan belum adanya pendalaman materi khusus 5S
pada pekerja dan masih kurangnya media promosi kesehatan pendukung program
5S. Sehingga pekerja hanya mengerti 5S adalah resik-resik dan masih kurang
memiliki rasa kepemilikan lingkungan. Tetapi ini berbanding terbalik dengan
penelitian yang di lakukan pada tahun 2015 Hasil penelitian menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan antara promosi kesehatan 5S dengan peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktek responden. Efektifitas media buku saku dan poster
yang digunakan untuk promosi kesehatan 5S turut memberikan keefektifitasan
terhadap peningkatan pengetahuan responden sebesar 33,3%, peningkatan sikap

14
responden sebesar 14,75%, dan peningkatan praktek responden sebesar 16,46%
Promosi kesehatan 5S melalui media buku saku dan poster berpengaruh efektif
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek pekerja dalam penerapan 5S
di area processing PT. Charoen Pokphand Indonesia Semarang tahun 2015,
diharapkan juga untuk perusahan dan petugas untuk mengupayakan kembali
promosi kesehatan penerapan 5S melalui mediasafety talkyang diputarkan setiap
pagi sebelum beraktivitas. (A & Hartini, n.d.)

5. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di tatanan Rumah


Sakit

Pelaksanaan PKRS dilakukan dengan strategi pemberdayaan masyarakat,


advokasi, dan bina suasana, dengan berbagai metode dan media yang tepat, data
dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal termasuk
sumber daya manusia yang profesional. Pelaksanaan PKRS menjadi tanggung
jawab instalasi/unit/tim PKRS serta melibatkan multi disiplin/multi profesi terkait
sesuai dengan peran, tugas, dan tanggung jawab masing-masing. Pelaksanaan
PKRS dilakukan sesuai dengan perencanaan kebutuhan Promosi Kesehatan yang
telah ditetapkan melalui strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan bina
suasana, yang meliputi:

1. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat, yang merupakan upaya membantu atau
memfasilitasi sasaran, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapinya. Berbagai metode pemberdayaan masyarakat yang dapat
dilalukan di Rumah Sakit pada sasaran, antara lain berbentuk pelayanan
konseling bagi pasien dan Keluarga Pasien di rawat inap maupun rawat
jalan dapat dilakukan beberapa kegiatan pemberdayaan Pasien. Konseling
penggunaan obat, alat bantu, dan sebagainya. Pemberdayaan Keluarga
Pasien misalnya konseling terhadap diagnosa penyakit yang diderita
Pasien, diskusi kelompok dengan mengumpulkan Keluarga Pasien dalam
upaya meningkatan hudup sehat.(Depkes RI, 2018)

15
2. Advokasi
Advokasi dibutuhkan apabila dalam upaya memberdayakan sasaran
PKRS membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, seperti dalam
rangka pelaksanaan Promosi Kesehatan yang terintegrasi perlu dibuat
kebijakan oleh direktur atau kepala Rumah Sakit tentang pelaksanaan
Promosi Kesehatan terhadap hasil asesmen Pasien, Keluarga Pasien, SDM
Rumah Sakit, Pengunjung Rumah Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah
Sakit. Selain itu diperlukan juga dukungan kebijakan antara lain
kelembagaan, organisasi, tenaga, sarana dan prasarana. Contoh lainnya
yaitu untuk mengupayakan adanya kebijakan lingkungan Rumah Sakit
yang tanpa asap rokok, pengaturan tentang sampah baik sampah medis dan
sampah non medis, serta kebijakan terhadap hasil asesemen yang
ditemukan pada sasaran dan lain sebagainya, perlu melakukan advokasi
kepada wakil-wakil rakyat dan pimpinan daerah atau pemangku
kepentingan lainnya untuk diterbitkannya peraturan/kebijakan yang
berkomitmen dalam pelaksanaan PKRS seperti tentang Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) yang mencakup di Rumah Sakit, kebijakan mengharuskan
seluruh SDM Rumah Sakit menerapkan PHBS, kebijakan pelaksanaan
PKRS harus dilaksanakan pada setiap unit/intalasi yang terintegrasi dan
didukung oleh tenaga profesional, dana sarana dan prasarana, dan lain
sebagainya. Beberapa metode dalam advokasi antara lain lobby, seminar,
sosialisasi, dan workshop. Dalam melakukan advokasi juga harus
didukung dengan data dan informasi terhadap keadaan situasi Rumah
Sakit.(Depkes RI, 2018)
3.Bina Suasana
Baik dalam pemberdayaan masyarakat maupun advokasi, prinsip-prinsip
kemitraan harus ditegakkan. Bina suasana dilaksanakan atas dasar bahwa
pelaksanaan Promosi Kesehatan yang baik tidak dapat dilaksanakan oleh
Rumah Sakit itu sendiri, melainkan melibatkan banyak unsur dan sektor
terkait, sehingga tujuan Promosi Kesehatan dapat merubah perilaku dapat
tercapai. Bina suasana dikembangkan berdasarkan kebutuhan Promosi

16
Kesehatan. Pengelola PKRS harus bekerjasama dengan berbagai pihak
terkait, (multi profesi, multi displin, dan seluruh instalasi/unit ,pelayan
fungsional, serta dinas kesehatan pemerintah daerah/lintas sektor terakit,
Puskesmas/fasilitas kesehatan tingkat pertama/jejaring pelayanan
kesehatan, dan sumber-sumber yang ada di masyarakat seperti misalnya
kelompok profesi, kelompok peduli kesehatan, pemuka agama, lembaga
swadaya masyarakat, media massa, dan lain-lain.(Depkes RI, 2018)

Pelaksanaan evaluasi PKRS dilaksanakan dengan mengukur proses kegiatan dapat


dilaksanakan dengan baik, mencakup pencatatan kegiatan PKRS, target, sasaran
dan hasil pencapaian. Pengukuran-pengukuran terhadap effectiveness yaitu berapa
besar PKRS mencapai tujuan dan target yang sudah ditetapkan, efficiency yaitu
pengukuran biaya dari sumber daya yang dipakai untuk mencapai tujuan dan
target PKRS. Berapa biaya untuk mencapai tujuan yaitu dengan membandingkan
antara input dan output, pengaruh yang terlihat setelah pelaksanaan PKRS seperti
LOS, klaim BPJS, angka sentinel, readmisi, infeksi nasokomial, kepuasan Pasien,
hari absen karyawan akibat sakit, banyaknya kelompok/komunitas masyarakat
yang berpartisipasi, dan sebagainya.(Depkes RI, 2018). Berikut hasil penelitian
mengenai praktek survei promosi kesehatan di tatanan rumah sakit yaitu :

“Gambaran Perilaku Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi


Kesehatan Rumah Sakit (Pkrs) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung
Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012”

Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat melalui


pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan rumah sakit, dan
masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah sakit menjadi rumah sakit
promotor kesehatan (health promoting hospital). Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang diderita pasien, mencakup hal-hal yang perlu diketahui dan
dikerjakan oleh pasien dan keluarganya untuk membantu penyembuhan dan
mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sama. Jadi PKRS berusaha

17
menggugah kesadaran dan minat pasien dan keluarganya untuk berperan serta
secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Karena itu
penyuluhan kesehatan haruslah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
program pelayanan kesehatan di rumah sakit dan bukan merupakan bagian
tambahan yang terlepas (Fizran, 1998).

Promosi kesehatan dikembangkan untuk membantu pasien dan keluarganya untuk


bisa menangani kesehatannya, hal ini merupakan tanggung jawab bersama yang
berkesinambungan antara dokter dan pasien atau petugas kesehatan dengan pasien
dan keluarganya. Selain itu efektivitas suatu pengobatan dipengaruhi juga oleh
pola pelayanan masyarakat yang ada, sikap dan keterampilan para pelaksananya
serta lingkungan, sikap dan pola hidup pasien serta keluarganya. PKRS dimulai
sejak pasien masuk Rumah Sakit atau sejak ia berinteraksi dengan tenaga
kesehatan, pengalaman pertama pasien tersebut sangat mempengaruhi kesuksesan
Program PKRS. Promosi kesehatan di rumah sakit berusaha menggugah
kesadaran dan minat pasien serta keluarganya untuk berperan serta secara positif
dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Karena itu promosi
kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pelayanan rumah
sakit. PKRS di beberapa rumah sakit memang sudah dilaksanakan sejak lama,
namun dalam pelaksanaannya tidak sistematik dan tidak terorganisir secara
terarah melainkan hanya berdasarkan minat dan kesempatan yarg dimiliki oleh
beberapa petugas tertentu saja (Hartono, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden


tentang PKRS berada pada kategori cukup yaitu 39 orang (54,9%). Dimana disini
dibahas mengenai pengertian, tujuan, siapa, waktu, sasaran, metode, serta alat
bantu. Berdasarkan hasil penelitian peneliti melihat hasil jawaban dari responden
yang sebagian besar responden mengatakan bahwa PKRS adalah informasi yang
di sampaikan kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Sebagian responden mengatakan tidak setuju apabila PKRS adalah
tanggung jawab tenaga promosi kesehatan saja. Menurut Kemenkes (2011)
promosi kesehatan dikembangkan untuk membantu pasien dan keluarganya untuk

18
bisa menangani kesehatannya, hal ini merupakan tanggung jawab bersama yang
berkesinambungan antara dokter dan pasien atau petugas kesehatan dengan pasien
dan keluarganya. Selain itu efektivitas suatu pengobatan dipengaruhi juga oleh
pola pelayanan masyarakat yang ada, sikap dan keterampilan para pelaksananya
serta lingkungan, sikap dan pola hidup pasien serta keluarganya.(Lubis, 2012)

6. Pelaksanaan Praktek Survei Promosi Kesehatan di Puskesmas

Pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas dilakukan dengan strategi


pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan bina suasana, dengan berbagai metode
dan media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya
yang optimal termasuk sumber daya manusia yang profesional. Pelaksanaan
promosi kesehatan di puskesmas dilakukan sesuai dengan perencanaan kebutuhan
Promosi Kesehatan yang telah ditetapkan melalui strategi pemberdayaan
masyarakat, advokasi, dan bina suasana, yang meliputi:

1. Pemberdayaan Masyarakat

Masyarakat sebagai sasaran primer (primary target) promosi kesehatan


diberdayakan agar mereka mau dan mampu memelihara kesehatannya.
Pemberdayaan individu umumnya dilakukan oleh petugas kesehatan
puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan
pelayanan puskesmas. Dapat juga individu-individu yang menjadi sasaran
kunjungan, misalnya upaya keperawatan kesehatan masyarakat.(Rodiah et
al., 2016)

2. Advokasi

Petugas promosi kesehatan yang berada di puskesmas sebagai ujung


tombak dalam pelaksanaan promosi kesehatan di level kecamatan.
Fungsional promosi kesehatan inilah yang diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Promosi kesehatan yang diaplikasikan ke dalam kegiatan Posyandu
diharapkan muncul DKSA (Desa Kelurahan Siaga Aktif). Advokasi juga

19
dilakukan dengan menggunakan pendekatan terhadap orang-orang yang
dianggap mempunyai pengaruh di lingkungan atau wilayahnya. Metode
dan teknik advokasi yang dilakukan petugas promosi kesehatan mulai dari
lobi-lobi politik dengan cara berbincang secara nonformal dengan para
pejabat pemerintahan untuk menginformasikan dan membahas program
PHBS, agar diperoleh dukungan atau komitmen dari pembuat keputusan
dengan mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan kegiatan PHBS.
Dukungan ini juga dapat diperoleh dari pihak yang ada di luar
pemerintahan, seperti produsen obat-obatan.(Rodiah et al., 2016)

3. Bina Suasana

Strategi promosi melalui pemberdayaan akan lebih cepat berhasil apabila


didukung dengan upaya menciptakan suasana atau lingkungan yang
kondusif. Menciptakan lingkungan yang sehat di dalam dan di luar gedung
puskesmas menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai. Lingkungan yang
sehat akan mendorong masyarakat berperilaku hidup sehat. Puskesmas
juga melakukan bina suasana dalam gedung dengan media audiovisual,
pemutaran film tentang kesehatan di ruang tunggu Balai Pengobatan
Umum yang ditayangkan pada waktu ramai pengunjung, yaitu antara
pukul 09.00 sampai 12.00. Terdapat juga upaya bina suasana berkaitan
dengan jajanan sehat di lingkungan Puskesmas yang menjadikan
masyarakat tidak khawatir saat mengkonsumsi jajanan di lingkungan
kantin Puskesmas dengan pembinaan dari petugas promosi kesehatan
bidang gizi.(Rodiah et al., 2016)

Berikut hasil penelitian mengenai praktek survei promosi kesehatan di


tatanan puskesmas yaitu :

“Analisis Promosi Kesehatan Di Puskesmas Kalijudan Terhadap Phbs


Rumah Tangga Ibu Hamil”

20
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Berbagai hasil survei menunjukkan
bahwa derajat kesehatan masyarakat Indonesia masih perlu untuk
ditingkatkan. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB),
penyakit menular dan tidak menular merupakan indikator derajat
kesehatan yang capaiannya belum memuaskan (Pusat Promkes, 2011)

Berbagai permasalahan tersebut erat kaitannya dengan faktor perilaku.


Perilaku yang berperan dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Namun,
keberhasilan pencapaian indikator PHBS masih jauh dari target yang
diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran
promosi kesehatan puskesmas dalam capaian PHBS rumah tangga ibu
hamil. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dengan sampel ibu hamil, sedangkan secara
kualitatif dengan informan petugas promosi kesehatan. Pengambilan
sampel menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini
menggunakan uji korelasi pearson pada data kuantitatif menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara promosi kesehatan puskesmas dengan
capaian PHBS dengan nilai signifi cant sebesar 0,000 (α = 0,05).
Penelitian kualitatif menunjukkan bahwa peran promosi kesehatan
puskesmas dalam capaian PHBS dapat diwujudkan melalui serangkaian
program promosi kesehatan yaitu kunjungan rumah, pemberdayaan
melalui kemitraan, serta pengorganisasian melalui Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM).(Indah et al., 2014)

21
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Praktek survey promosi kesehatan di berbagai tatanan dilakukan dengan


strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan bina suasana, dengan berbagai
metode dan media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber
daya yang optimal termasuk sumber daya manusia yang profesional.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membantu atau memfasilitasi
sasaran, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk
mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya, Advokasi
dibutuhkan apabila dalam upaya memberdayakan sasaran membutuhkan
dukungan dari pihak-pihak lain, dan bina suasana di perlukan untuk menciptakan
situasi yang kondusif untuk memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

22
DAFTAR PUSTAKA
A, D. Y., & Hartini, E. (n.d.). PENGETAHUAN , SIKAP DAN PRAKTEK 5S PEKERJA
DI PT . CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG TAHUN.

Depkes RI. (2006). Panduan Integrasi Promosi Kesehatan (Dalam Program-Program


Kesehatan Di Kabupaten/Kota) Jilid 1 (pp. 1–54).
https://promkes.kemkes.go.id/pub/files/files34039panduan-integrasi-promosi-
kesehatan-di-kab_kota.pdf

Depkes RI. (2018). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 44 TAHUN 2018 (p. 121).

Ikrima, N. A., dkk. (2018). Aplikasi Promosi Kesehatan di Taman Sritanjung


Banyuwangi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 3(4), 1–8.

Indah, I., Sari, K., Sulistyowati, M., Masyarakat, F. K., & Surabaya, U. A. (2014).
Terhadap Phbs Rumah Tangga Ibu Hamil. Jurnal Keperawatan Komunitas, Vol 3,
No. https://e-journal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/4428%0A

Lubis, Y. (2012). Gambaran Perilaku Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan PKRS Di
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. USU
Journal of Legal Studies, 7598(06), 3729–3735.

Raharjo, A. S., & Indarjo, S. (2014). Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan
Ketersediaan Fasilitas di Sekolah dalam Penerapan PHBS Membuang Sampah pada
Tempatnya. Unnes Journal of Public Health, 3(1), 1–10.

Rodiah, S., Rosfiantika, E., & Yanto, A. (2016). Strategi Promosi Kesehatan Puskesmas
Dtp Tarogong Kabupaten Garut. Sosiohumaniora, 18(1), 55–60.
https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v18i1.9357

Tristanti, I., & Himawan, R. (2018). University Research Colloqium 2018 STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta Perilaku Hidup Bersih Sehat Dalam Tatanan Rumah
Tangga Warga Desa Prambatan Lor Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus.
500–507.

23
24

Anda mungkin juga menyukai