Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOTIROID

A. PENGERTIAN

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang
rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-
kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena
hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel,
hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas
untuk tubuh.

Hipotiroidisme adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat


kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh
akan horon-hormon tiroid. (Rumahorbo,Hotma.1999)

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid terutama tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3).
Kedua hormon ini penting karena mereka ada di hampir setiap sel tubuh dan membantu
dalam mengatur metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Hipotiroid yang sangat berat
disebut miksedema. Hipotiroidisme terjadi karena penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid
sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid.(Akmal, Mutaroh., Zely Indahaan.,dkk. 2010,

            Hipotiroidisme terbagi dalam beberapa tipe. Bergantung pada lokasi timbulnya
masalah,penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Primer,bila timbul akibat proses patologis yang merusak kelenjar tiroid.
2.      Sekunder,akibat defesiensi sekresi TSH hipofisis.
Bergantung pada usia awitan hipotiroidisme,penyakit ini dapat di klasifikasikan
sebagai hipotiroidisme dewasa atau miksedema dan hipotiroidisme juvenilis (timbulnya
sesudah usia 1 sampai 2 tahun),atau hipotiroidisme kengenital,atau kreatinin disebabkan oleh
kekurangan hormon tiroid sebelum atau segera sesudah lahir.

B .     Etiologi

Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami


atropi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotop,atau
akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangan
dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme
kengenital. Goiter dapat terlihat pada pasien hipotiroidisme dengan dapat herediter dalam
biosintesis hormon tiroid; pada penderita seperti ini terjadi peningkatan pelepasan TSH yang
menyebabkan pembesaran tiroid. Goiter dapat juga terlihat pada penderita tiroiditis
Hashimoto,suatu penyakit autoimun yang infiltrasi limposit dan destruksi kelenjar tiroidnya
dikaitkan dengan antitiroglobin.
C.Manifestasi Kelinis

Tanda dan gejala hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain
lelah,suara parau,tidak tahan dingin dan keringat berkurang,kulit dingin dan kering,wajah
membengkak,dan gerakan lamban. Aktivitas motorik dan intelektual lambat,dan relaksasi
lambat dari refleks tendon dalam. Perempuan yang menderita hipotiroidisme sering mengeluh
hiperminore.
Hipotiroidisme kongenital atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak lahir,atau
menjadi nyata dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Manifestasi dini kretinisme antara
lain ikterus fisiologik yang menetap,tangisan parau,konstipasi,somnolen dan kesulitan makan.
Selanjutnya anak menunjukkan kesulitan untuk mencapai perkembangan normal. Anak yang
menderita hipotiroidisme kongenital memperlihatkan tubuh yang pendek,profil kasar,lidah
menjulur ke luar,hidung yang lebar dan rata,mata yang jaraknya jauh,rambut jarang,kulit
kering,perut menonjol hernia umbilikalis.
 Gangguan pertumbuhan
 Gangguan perkembangan motorik,mental , gigi, dan pubertas
 Kulit kering
 Tekanan darah rendah , metabolisme rendah
 Intoleransia terhadap dingin
 Aktivitas berkurang , lambat

D.    Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada pengobatan
tirotoksikosisdengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid dan atropi kelenjar
tiroid yang bersifat idiopatik.kat pada
Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60 tahun,empat
kali kali selipat angka kejadiannya pada wanita di bandingkan dengan pria. Hipotiroidisme
kongenital di jumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi
untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan hormon TSH. Penurunan
sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan
mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang di pengaruhi antara lain :
a.       Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)
b.      Penurunan motilitas usus
c.       Penurunan detak jantung
d.      Gangguan fungsi neurologik
e.       Penurunan produksi panas
E. Pathway

PATOFLOW HIPOTIROID

Virus Hasimoto Malfungsi hipotalamus Malfungsi hipofisis

Tiroiditis

Malfungsi kelenjar TRH ↓ dan TSH ↓ TRH ↑ dan TSH ↓


tiroid

TRH ↑ dan TSH ↑

Hormon tiroid ↓ Hormon tiroid ↓ Hormon toroid ↓

Etiologi Hipotiroid

Laju metabolisme ↓

↓ fungsi fungsi ATP otot sekresi ↓ ↓ fungsi ↓ suplai


pernapasan & ADP ↓ kekurangan sistemdarah
O2 Produksi pencernaan ke alat
depresi suplai O2 kalor ↓ reproduksi
ventilasi ke otak ↓ proses peristaltik
oksidasi suhu usus ↓ kerja organ
dispnea sinkope anaerob tubuh ↓ reproduksi ↓

konstipasi
Sesak napas asam jarang libido ↓
laktat ↑ berkeringat
impoten
myalgia

reaksi aitoimun

retinitis

↓ pembiasan cahaya
Rabun senja

F.      Penatalaksanaan
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin,biasanya dimulai
dalam dosis rendah (50 mikrogram/hari),khususnya pada pasien yang lebih tua atau pada
pasien dengan miksedema berat,dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit
ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal 150 mikrogram/hari.
Pada dewasa muda,dosis pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya. Pengukuran
kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan manfaat
terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran normal. Pengobatan yang
adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya ditentukan dengan mengikuti
kadar iktiroksin bebas. 

G.    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami keterlambatan
dalam pertumbuhan,disgenesis epifisis,dan keterlambatan dalam perkembangan gigi.
Komplikasi utama dari hipotiroidisme kongenital dan hipotiroidisme juvenilis yang tidak
diketahui dan tidak diobati adalah retardasi mental. Keadaan ini dapat dicegah dalam
memperbaiki hipotiroidisme secara dini. Para ahli medis yang merawat bayi baru lahir dan
bayi kecil harus menyadari kemungkinan dini.
Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme antara lain:
kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah ,BMR yang rendah,dn peningkatan
kadar kolesterol serum. Kadar  TSH serum mungkin tinggi mungkin pula redah,bergantung
pada jenis hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme primer,kadar TSH serum akan
tinggi,sedangkan kadar tiroksin rendah. Sebaliknya,kedua pengukuran tersebut akan rendah
pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder.

1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4 20µg/dl.
2)  Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan
TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) : Kadar
TSHpada pasien tersebut yaitu <0 i="" ml="">
g. Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang ukuran dan bentuk
kelenjar tiroid dan nodul h.

H. Pengkajian

Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin
informasi antara lain:
a.Identitas pasien :
·       Nama : Ny. Mona
·         Umur : 28 tahun
·         Jenis kelamin : Perempuan
·         Pekerjaan : Pegawai swasta
·         Berat badan : 40 kg
·         Tinggi badan : 160 cm
b.Keluhan utama :
·         Sesak nafas
·         Sulit menelan
·         Pembengkakan  dan rasa nyeri pada leher
·         Pasien nampak gelisah
·         Pasien tidak nafsu makan
·         Rasa capek/lelah
·         Pasien intoleran terhadap dingin
·         Sembelit
c. Riwayat kesehatan  :
·         Pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan keluhan terdapat benjolan di leher
depan dan nyeri saat ditekan.
d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
1. Pola makan
·         Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan menurun
2. Pola tidur
·         Pasien sering tidur larut malam
3. Pola aktivitas
·         Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan

e. Pemeriksaan fisik mencakup :


1) Sistem intergument, seperti : kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan
menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan
pertumbuhannya rontok.
2) Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3) Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi
terhadap aktifitas menurun, hipotensi.
4) Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi
terhadap dingin.
5) Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
6) Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-
bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks
tendom.
7) Gastrointestinal, seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.
8) Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya
diri, dan bahkan maniak.
I. Diagnosa Keperawatan
1) a.Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls
sensorik sebagai akibat oftalmopati.
2) b. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup
3) c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
4) d.Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
5) e. Hipotermi b/d penyakit.
6) f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
7) g. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
8) h. Sindrom gangguan Interpretsasi lingkungan berhubungan dengan depresi

J. Prencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi
hasil
Dx 1: .Gangguan Tujuan : agar pasien tidak 1)Anjurkan pada pasian bila tidur dengan
persepsi sensorik mengalami penurunan posisi elevasi kepala.
(penglihatan) b/d visus yang lebih buruk dan R/ untuk mengurangi trauma pada mata
gangguan transmisi tidak terjadi trauma/cedera Ø  2)Basahi mata dengan borwater steril.
impuls sensorik pada mata. untuk memberi rasa nyaman pada mata
sebagai akibat Ø  3)Jika pasien tidak dapat menutup mata
oftalmopati. rapat pada saat tidur, gunakan plester
non alergi.
R/ memudahkan pasien untuk tidur
Ø  4)Berikan obat-obatan steroid sesuai
program. Pada kasus-kasus yang berat,
biasanya dokter memberikan obat-obat
untuk mengurangi edema seperti
steroid dan diuretik.
R/ mengurangi edema dan cairan

Dx 2: Penurunan Tujuan : agar fungsi P -pantau tekanan darah, denyut dan


curah jantung b/d kardiovaskuler tetap irama jantung setiap 2 jam untuk
perubahan volume optimal yang ditandai mengindikasi kemungkinan terjadinya
sekuncup dengan tekanan darah, dan gangguan hemodinamik jantung seperti
irama jantung dalam batas hipotensi, penurunan pengeluaran urine
normal. dan perubahan status mental.
2.     -Anjurkan pasien untuk memberitahu
perawat segera bila pasien mengalami
nyeri dada,
karena pada pasien dengan hipotiroid
kronik dapat berkembang
arteiosklerosis arteri koronaria.
3.     - Kolaborasi pemberian obat-obatan
untuk mengurangi gejalah-gejalah.
Obat yang sering digunakan adalah
levotyroxine sodium.
-Observasi dengan ketat adanya nyeri
dada dan dispenia. Pada dosis awal
pemberian obat biasanya dokter
memberikan dosis minimal, yang
kemudian ditingkatkan secara bertahap
setiap 2 – 3 minggu sampai ditemukan
dosis yang tepat untuk pemeliharaan.
4.     - Ajarkan kepada pasien dan keluarga
cara penggunaan obat serta tanda-tanda
yang harus diwaspadai bila terjadi
hipertiroid akibat penggunaan obat
yang berlebihan.
untuk mengidentifikasikan reaksi obat
yang di berikan pada pasien

Dx 3     : Tujuan : agar nutrisiD - dorong peningkatan asupan


Ketidakseimbangan pasien dapat terpenuhi cairan Untuk menambah asupan cairan
nutrisi kurang dari dengan kriteria : berat pada tubuh px
kebutuhan tubuh b/d badan bertambah,tekstur
2.     - Berikan makanan yang kaya akan
anoreksia kulit baik. serat-Agar asupan nutrisi pada tubuh
tercukupi
3.      Ajarkan kepada klien, tentang jenis
-jenis makanan yang banyak
mengandung air.Agar px tau tentang
makanan apa saja yang baik untuk di
makan
4.     - Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat dan terapi yang tepat
untuk pemberian obat pecahar dan
enema bila diperlukan
5.      -Kolaborasi dengan ahli gizi
}n untuk pemberian nutrisi yang diberikan
tepat

Dx 4.  Intoleran aktivitas Tujuan : agar pasien dapatAt-atur interval waktu antar aktivitas
berhubungan dengan beristirahat untuk meningkatkan istirahat dan
kelemahan umum latihan yang dapat ditolerir.untuk
. meningkatkan istirahat dan latihan
yang dapat ditolerir.
2.  -  Bantu aktivitas perawatan mandiri
ketika pasien berada dalam keadaan
lelah.Agar tidak terjadi luka dekusbitus
3.   - Berikan stimulasi melalui percakapan
dan aktifitas yang tidak menimbulkan
stress.Bertujuan agar tidak
menimbulkan stress
4.   -  Pantau respon pasien terhadap
peningkatan aktivitas.Untuk
mengetahui perkembangan dalam
beraktivitas pada pasien

Dx 5. Hipotermi Tujuan : Pemeliharaan


berhubungan dengan suhu tubuh normal.  ---   Berikan tambahan lapisan pakaian
penyakit. atau tambahan selimut.Agar pasien
merasa hangat dan nyaman
      - Hindari dan cegah penggunaan
sumber panas dari luar (misalnya,
bantal pemanas, selimut listrik atau
penghangat).Agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan atau efek
samping dari benda tsb
      - Pantau suhu tubuh pasien dan
melaporkan penurunannya dari nilai
dasar suhu normal pasien./Untuk
mengetahui suhu normal pada px
       -Lindungi terhadap hawa dingin dan
hembusan angin Agar  hipotermi tidak
kambuh lagi

Dx 6. Konstipasi Tujuan : Pemulihan fungsi D- dorong peningkatan asupan


berhubungan dengan usus yang normal cairan.Agar asupan cairan pada tubuh
penurunan motilitas terpenuhi
traktus 2.   -  Berikan makanan yang kaya akan
gastrointestinal serat.Agar asupan nutrisi terpenuhi
. dengan baik
3.    - Ajarkan kepada pasien, tentang jenis
-jenis makanan yang banyak
mengandung air. Memberi wawasan
pada pasien makanan apa saja yang
baik untuk di konsumsi
4.   -  Pantau fungsi usus Untuk
mengetahui kerja usus apakah sudah
normal atau belum
5.     -Dorong pasien untuk meningkatkan
mobilisasi dalam batas-batas toleransi
latihan. Untuk merileksasikan otot-
otot  agar tidak kaku
6.    -  Kolaborasi : untuk pemberian obat
pencahar dan enema bila diperlukan. :
untuk pemberian obat pencahar dan
enema bila diperlukan

Dx 7. Tujuan : Perbaikan status


Pa-- pantatau frekuensi; kedalaman, pola
Ketidakefektifan Pola respirasi dan pemeliharaan pernapasan; oksimetri denyut nadi dan
napas berhubungan pola napas yang normal gas darah arterial. untuk mengetahui
dengan sindrom tindakan selanjutnya dari pemeriksaan
hipoventilasi. tsb
. 2.    -  Dorong pasien untuk napas dalam
dan batuk.
R/ untuk mengetahui tindakan
selanjutnya dari pemeriksaan tsb

-Berikan obat (hipnotik dan sedatip)


dengan hati-hati.karena dosis yamg
berlebiha akan menimbulkan efek
samping dari obat tsb
4.    - Pelihara saluran napas pasien dengan
melakukan pengisapan dan dukungan
ventilasi jika diperlukan. untuk
mengatur pola nafas pasein agar bisa
bernafas dengan baik

Anda mungkin juga menyukai