Anda di halaman 1dari 148

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

Tahun 2014

BUKU PUTIH
SANITASI
KABUPATEN BINTAN
Provinsi Kepulauan Riau

Disiapkan oleh:
POKJA AMPL KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

LEMBAR PENGESAHAN

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)


KABUPATEN BINTAN

Bintan, September 2014

Disusun oleh :
Ketua Pokja AMPL Kabupaten Bintan

dto,

Ir. LAMIDI, MM
NIP.19620626 199003 1 008

Mengetahui / Menyetujui,
Pemerintah Kabupaten Bintan

dto,

ANSAR AHMAD, SE, MM


BUPATI BINTAN

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
i
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan limpahan Rahmat serta

Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten

Bintan.

Tantangan yang dihadapi Kabupaten Bintan terkait dengan masalah sanitasi masih sangat besar.

Permasalahan sanitasi yang dihadapi antara lain masih terdapat masalah buang air besar sembarangan,

belum adanya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah, IPAL skala kawasan (pemukiman) maupun skala

Kota, masih terdapatnya genangan air di beberapa titik kabupaten, masih adanya masayarakat yang

membuang limbah rumah tangga ke laut, masih bercampurnya grey water dan saluran drainase, serta masih

rendahnya kesadaran masyarakat untuk mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Dalam rangka Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, diperlukan upaya penanganan

sanitasi yang lebih terencana. Penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Bintan ini difasilitasi

oleh fasilitator Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, pemerintah pusat, provinsi maupun

kabupaten bersama Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dalam Percepatan

Pembangunan Sanitasi Permukiman Kabupaten Bintan.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Bintan merupakan dokumen kondisi eksisting sanitasi saat ini yang

dibuat khusus sebagai percepatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Bintan berjangka waktu 5 (lima)

tahun ke depan (2015-2019). Dokumen ini oleh Pemerintah Kabupaten Bintan akan dijadikan sebagai

pedoman penetapan kebijakan dalam pembangunan sanitasi.

Kami menyadari bahwa penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Bintan barangkali belum

mencapai titik kesempurnaan mengingat waktu dalam penyusunannya yang sangat terbatas. Semoga Allah

SWT. memberikan bimbingan dan kekuatan agar kita dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang optimal

untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bintan.

Bintan, Agustus 2014

Ketua Pokja AMPL Kabupaten Bintan

Ir. LAMIDI, MM

NIP.19620626 199003 1 008

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
ii
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi Daftar iii
Daftar Tabel v
Daftar Peta viii
Daftar Gambar ix
BAB 1: PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Landasan Gerak 3
1.3 Maksud dan Tujuan 8
1.4 Metodologi 9
1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain 14
BAB 2: GAMBARAN Umum WILAYAH 20
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 20
2.2 Demografi 32
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah 36
2.4 Tata Ruang Wilayah 40
2.5 Sosial dan Budaya 47
2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah 51
2.7 Komunikasi dan Media 55
BAB 3: PROFIL SANITASI WILAYAH 56
3.1 Wilayah Kajian Sanitasi 57
3.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi 58
3.2.1 Tatanan Rumah Tangga 58
3.2.2 Tatanan Sekolah 63
3.3 Pengelolaan Air Limbah Domestik 65
3.3.1 Kelembagaan 67
3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 69
3.3.3 Peran Serta Masyarakat 73
3.3.4 Komunikasi dan Media 74
3.3.5 Peran Swasta 74

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
iii
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan 74


3.3.7 Permasalahan Mendesak 75
3.4 Pengelolaan Persampahan 75
3.4.1 Kelembagaan 76
3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 78
3.4.3 Peran Serta Masyarakat 83
3.4.4 Komunikasi dan Media 84
3.4.5 Peran Swasta 84

3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan 85


3.4.7 Permasalahan Mendesak 86
3.5 Pengelolaan Drainase Perkotaan 86
3.5.1 Kelembagaan 88
3.5.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 89
3.5.3 Peran Serta Masyarakat 90
3.5.4 Komunikasi dan Media 91
3.5.5 Peran Swasta 91

3.5.6 Pendanaan dan Pembiayaan 91


3.5.7 Permasalahan Mendesak 92
3.6 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi 92
3.6.1 Pengelolaan Air Bersih 92
3.6.2 Pengelolaan Air Limbah Industri rumah Tangga 95
3.6.3 Pengeloaan Limbah Medis 95
BAB 4: PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI YANG 96
DIRENCANAKAN
4.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat 96
4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 103
4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan 104
4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan 107
4.5 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan 116
BAB 5: PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI YANG 119
DIRENCANAKAN
5.1 Area Berisiko Sanitasi 119

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
iv
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi 5


Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten/Kota 25
Tabel 2.2 Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan 30
Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3 Tahun Terakhir 33
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Saat ini dan Proyeksinya untuk 5 Tahun 35
Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten/Kota Bintan Tahun 2009 – 37
2013
Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Bintan 38
Tabel 2.7 Tahun 2009 -Pendanaan
Perhitungan 2013 Sanitasi oleh APBD Kab/Kota Tahun 39
Tabel 2.8 2010 – 2014
Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Bintan Tahun 2010- 2013 39
Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita 39
Tabel 2.10 Peta Perekonomian Kabupaten Bintan Tahun 2009-2013 39
Tabel 2.11 Jumlah Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Bintan 49
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Miskin Perkecamatan 50
Tabel 2.13 Jumlah Rumah Perkecamatan 51
Tabel 2.14 Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi 55
Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi 55
Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah sarana air bersih dan sanitasi tingkat 65
Tabel 3.2 Sekolah Dasar/MI
Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat 65
sekolah/setara:SD/MI)Sekolah Dasar/MI
Tabel 3.3 PHBS terkait sanitasi pada Sekolah Dasar/MI 65
Tabel 3.4 sekolah/setara:SD/MI)Sekolah
Daftar Pemangku KepentinganDasar/MI
dalam Pembangunan dan 67
Tabel 3.5 Pengelolaan Air Limbah
Daftar Peraturan Domestik
Air Limbah Domestik Kabupaten Bintan 68

Tabel 3.6 Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di 72


Tabel 3.7 Kabupaten/Kota
Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik 72
Tabel 3.8 Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis 73
Tabel 3.9 Masyarakat*)
Pengelolaan Sarana Air Limbah domestik oleh Masyarakat 73
Tabel 3.10 Masyarakat*)
Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di 74
Tabel 3.11 Kabupaten/Kota
Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi air limbah domestik 74
Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah 75
Tabel 3.13 Permasalahan mendesak 75
74

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
v
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 3.14 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan 76


Pengelolaan Persampahan
Tabel 3.15 Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Bintan 77
Tabel 3.16 Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Bintan 78
Tabel 3.17 Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Bintan 81
Tabel 3.18 Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Bintan 81
Tabel 3.19 Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan yang ada di 82
Tabel 3.20 Kabupaten Bintan
Daftar Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat 83
Tabel 3.21 Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat 83
Tabel 3.22 Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di 84
Kabupaten/Kota
Tabel 3.23 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi persampahan 85
Tabel 3.24 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah 86
Tabel 3.25 Permasalahan Mendesak 86
Tabel 3.26 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan 88
Pengelolaan Drainase Perkotaan

Tabel 3.27 Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Bintan 88


Tabel 3.28 Kondisi sarana dan prasarana drainase yang ada di Kabupaten 89
Tabel 3.29 Bintan
Daftar Program/Kegiatan Drainase berbasis Masyarakat 90

Tabel 3.30 yarakatMKabupaten Bintan Perkotaan oleh Masyarakat


Pengelolaan Sarana Drainase 90
Tabel 3.31 Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di 91
Kabupaten Bintan
Tabel 3.32 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan drainase perkotaan 91
Tabel 3.33 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan 92
Tabel 3.34 Permasalahan Mendesak 92
Tabel 3.35 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten/Kota 93
Tabel 3.36 Pengelolaan limbah industri rumah tangga Kabupaten/Kota 95
Tabel 3.37 Pengelolaan Limbah medis di Fasilitas-fasilitas kesehatan 95
Tabel Tabel 4.1 Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi Tahun 2015 101

Tabel 4.2 Program dan kegiatan terkait sanitasi yang sedang berjalan 102
Tabel 4.3 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah 103
Tabel 4.4 Domestik Tahun 2015 Air Limbah Domestik Yang Sedang
Kegiatan Pengelolaan 104
Tabel 4.5 Berjalan
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan 105
Tahun 2015

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
vi
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 4.6 Kegiatan Pengelolaan Persampahan Yang Sedang Berjalan 106


Tabel 4.7 Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase 2015 108
Tabel 4.8 Kegiatan Pengelolaan Drainase Yang Sedang Berjalan 2014 115
Tabel 4.9 Rencana Program dan Kegiatan Terkait Sanitasi Tahun 2015 117

Tabel 4.10 Kegiatan Terkait Sanitasi Yang Sedang Berjalan 118

Tabel 5.1 Nilai Pembobotan (data sekunder) 122

Tabel 5.2 Penentuan Area Berisiko Kabupaten Bintan 124

Tabel 5.3 Skor Risiko Sanitasi Yang Telah disesuaikan oleh SKPD 134

Tabel 5.4 Kategori Daerah Berisiko Sanitasi 137

Tabel 5.5 Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko Kabupaten 137
Bintan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
vii
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

DAFTAR PETA

Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bintan 28


Peta 2.2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bintan 31
Peta 2.3 Peta Struktur Ruang Kabupaten Bintan Tahun 2011 - 2031 45

Peta 2.4 Peta Pola Ruang Kabupaten Bintan Tahun 2011 - 2031 46
Peta 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi 57
Peta 5.1 Peta Area Beresiko Air Limbah di Kabupaten Bintan 127
Peta 5.2 Peta Area Beresiko Air Limbah di Kecamatan Tambelan, 128
Peta 5.3 Kabupaten Bintan Persampahan di Kabupaten Bintan
Peta Area Beresiko 129
Peta 5.4 Peta Area Beresiko Persampahan di Kecamatan Tambelan, 130
Peta 5.5 Kabupaten Bintan Drainase di Kabupaten Bintan
Peta Area Beresiko 131
Peta 5.6 Peta Area Beresiko Drainase di Kecamatan Tambelan 132

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
viii
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tahapan Proses Penyepakatan Penyusunan Buku Putih Sanitasi 13


Gambar 2.1 Bagan Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan 53
Gambar 2.2 Diagram SKPD terkait dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten 54
Gambar 3.1 Bintan
Grafik CTPS di Lima Waktu Penting Bintan 60
Gambar 3.2 Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS 61
Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah 61
penyimpanan dan penanganan air)

Gambar 3.4 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat 62


Gambar 3.5 Grafik Pencemaran SPAL 63
Gambar 3.6 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja (Studi EHRA) 70
Gambar 3.7 Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman 71
Gambar 3.8 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik 71
Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Sampah 79
Gambar 3.11 Grafik Pengangkutan Sampah 80
Gambar 3.12 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan 80
Gambar 3.14 Grafik Persentase Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin 89
Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase perkotaan 90
Gambar 3.16 Grafik Akses terhadap Air Bersih/Sumber Air Minum dan 94
Gambar 5.1 Memasak
Indeks Resiko Sanitasi Kabupaten Bintan 2014 136

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
ix
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan pembangunan harus dilaksanakan

dengan perencanaan program pembangunan kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhan, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan oleh pemerintah pusat,

provinsi dan kabupaten, maupun oleh sektor swasta dan masyarakat.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan nasional tersebut, salah

satu upaya yang dikembangkan adalah pembangunan sanitasi. Saat ini pembangunan

sanitasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan kesehatan

lingkungan, dimana lebih ditekankan pada aspek pencegahan. Dengan adanya upaya

pencegahan yang baik, diharapkan risiko timbulnya penyakit dapat dicegah.

Kabupaten Bintan merupakan wilayah kepulauan yang memiliki beragam

karakteristik masyarakat yang menjadi salah satu permasalahan terpenting yang harus

menjadi perhatian bersama semua komponen masyarakat maupun pemerintah. Dalam

hal ini permasalahan sanitasi sangat erat kaitannya dengan permasalahan sosial

kemasyarakatan terutama dalam mewujudkan pengentasan kemiskinan demi

terciptanya kesejahteraan masyarakat.

Saat ini kondisi sanitasi Kabupaten Bintan masih belum dapat digambarkan secara

utuh dikarenakan belum tersedianya data yang akurat, sehingga menyebabkan

pembangunan sanitasi di Kabupaten Bintan belum optimal. Hal tersebut ditandai

dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan,

dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup

KELOMPOK KERJA SANITASI 1


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

bersih dan sehat. Dengan demikian, tentunya perlu langkah penanganan yang tepat

untuk mengatasinya.

Melihat pada fakta tersebut, Pemerintah Kabupaten Bintan bersama dengan

Pemeritah Pusat melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman

mengharapkan perbaikan dan perkembangan sanitasi yang lebih cepat, efektif,

berkualitas dan bermanfaat. Salah satunya yaitu dengan menyusun Buku Putih Sanitasi

(BPS) Kabupaten Bintan yang didasari dengan 4 (empat) karakteristik yaitu :

a. Berdasarkan data aktual

Penyusunan Buku Putih Sanitasi bersumber dari data primer melalui studi EHRA

(Environmental Health Risk Assessment), PMJK (Pemberdayaan Masyarakat, Jender

dan Kemiskinan), SSA (Study Sanitation Assessment) dan studi komunikasi lainya,

serta data sekunder yang dimiliki Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Bintan. Oleh karena itu diharapkan dengan

adanya Buku Putih Sanitasi dapat menggambarkan kondisi aktual sanitasi

permukiman di Kabupaten Bintan yang utuh dan menyeluruh.

b. Skala kabupaten

Buku Putih Sanitasi akan dapat menggambarkan kondisi sanitasi yang ada di

seluruh wilayah Kabupaten Bintan.

c. Dikerjakan oleh Kelompok Kerja Sanitasi (Pokja)

Penyusunan Buku Putih Sanitasi disusun langsung oleh Pokja Sanitasi Kabupaten

Bintan, yang terdiri dari berbagai unsur SKPD teknis terkait di Kabupaten Bintan,

sehingga akan didapatkan dokumen perencanaan yang sesuai dengan kondisi

eksisting sanitasi yang ada.

d. Bersifat bottom up dan top down

Penyusunan Buku Putih Sanitasi merupakan penggabungan kebijakan dari

pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tidak terlepas dari keterlibatan dan

peran serta masyarakat didalamnya.

KELOMPOK KERJA SANITASI 2


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Selain itu Buku Putih Sanitasi ini merupakan prasyarat utama dan dasar bagi

penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bintan. Kualitas Buku Putih

Sanitasi ini dapat mempengaruhi kualitas kebijakan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK)

yang mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan,

kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-

aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas.

Berlandaskan karakteristik di atas dan kebutuhan akan pentingnya penyediaan

data sanitasi Kabupaten Bintan yang akurat dan actual, maka Pemerintah Kabupaten

Bintan berkomitmen untuk menyusun Buku Putih Sanitasi ini sesuai dengan petunjuk

teknis yang ada.

1.2 Landasan Gerak


1.2.1 Definisi
Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan

sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat

rumah tangga maupun di lingkungan perumahan (Buku Opsi Sistem dan Teknologi

Sanitasi, 2010). Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu air limbah,
persampahan, dan drainase tersier.

Pengertian dasar penanganan sanitasi adalah sebagai berikut :

a. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan

urinoir.

b. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang

berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.

c. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah

tangga (domestik) dengan sistem :

1). Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan

ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.

2). Pengelolaan Of Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang

dilakukan secara terpusat.

KELOMPOK KERJA SANITASI 3


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

d. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah

yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar,

restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo

ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

e. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai

penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan.

f. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk menyediakan air bersih

bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang

bersumber dari air permukaan maupun air tanah

g. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi merupakan

pendekatan dengan melibatkan masyarakat dalam meyakinkan dan

mendukung anggota keluarga untuk mengadopsi praktek PHBS dalam

kehidupan sehari-hari.

1.2.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pelaksanaan kajian sanitasi ini adalah

a. Air limbah, di antaranya terdiri dari tinja, urine, air pembersih, material

pembersih, air bekas cucian dan dapur, dan lain sebagainya.

b. Sampah, terdiri dari sampah rumah tangga (sampah dapur, plastik, kaca,

kertas, dan lain-lain); sampah medis, sampah industri, dan lain sebagainya.

c. Drainase tersier, selain mengalirkan dan menampung limpasan, juga

melakukan hal yang sama untuk air limbah rumah tangga (umumnya berupa

grey water) dan air limbah lainnya.

d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi yaitu program pola

hidup bersih dan sehat dimana Dinas Kesehatan bidang penyehatan

lingkungan berperan penting dalam mensosialisasikan pola hidup bersih dan

sehat sesuai dengan harapan program PPSP ini.

KELOMPOK KERJA SANITASI 4


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Ruang lingkup wilayah dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah

seluruh wilayah administrasi Kabupaten Bintan, sebagaimana tercantum dalam

Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi


Nama Kecamatan Nama Kecamatan
No No
Nama Kelurahan/Desa Nama Kelurahan/Desa
I Gunung Kijang VI Teluk Sebong
1. Kelurahan Kawal 28. Kelurahan Kota Baru
2. Desa Gunung Kijang 29. Desa Berakit
3. Desa Malang Rapat 30. Desa Ekang Anculai
4. Desa Teluk Bakau 31. Desa Pengudang
32. Desa Sebong Lagoi
II Bintan Timur 33. Desa Sebong Pereh
5. Kelurahan Kijang Kota 34. Desa Sri Bintan
6. Kelurahan Sei. Lekop
7. Kelurahan Gn. Lengkuas VII Toapaya
8. Kelurahan Sei. Enam 35. Kelurahan Toapaya Asri
36. Desa Toapaya
III Bintan Utara 37. Desa Toapaya Utara
9. Kelurahan Tanjung Uban Kota 38. Desa Toapaya Selatan
10. Kelurahan Tanjung Uban Utara
11. Kelurahan Tanjung Uban Selatan VIII Mantang
12. Kelurahan Tanjung Uban Timur 39. Desa Mantang Baru
13. Desa Lancang Kuning 40. Desa Mantang Besar
41. Desa Mantang Lama
IV Teluk Bintan 42. Desa Dendun
14. Kelurahan Tembeling Tanjung
15. Desa Bintan Buyu IX Bintan Pesisir
16. Desa Pangkil 43. Desa Kelong
17. Desa Penaga 44. Desa Mapur
18. Desa Pengujan 45. Desa Numbing
19. Desa Tembeling 46. Desa Air Gelubi
V Tambelan X Seri Kuala Lobam
20. Kelurahan Teluk Sekuni 47. Kelurahan Teluk Lobam
21. Desa Batu Lepuk 48 Kelurahan Tanjung Permai
22. Desa Kampung Hilir 49. Desa Busung
23. Desa Kampung Melayu 50. Desa Teluk Sasah
24. Desa Pulau Mentebung 51. Desa Kuala Sempang

KELOMPOK KERJA SANITASI 5


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Nama Kecamatan Nama Kecamatan


No No
Nama Kelurahan/Desa Nama Kelurahan/Desa
25. Desa Pulau Pinang
26. Desa Air Kukup
27. Desa Pengikik

1.2.3 Visi dan Misi Kabupaten dalam RPJMD Kabupaten Bintan 2011-2015 dan
Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Bintan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2011 – 2015, adapun visi dan misi Kabupaten

Bintan sebagaimana dijelaskan berikut ini.


A. Visi dan Misi dalam RPJMD Kabupaten Bintan
Visi Kabupaten Bintan Tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut :
“Menuju Bintan Yang Maju, Sejahtera dan Berbudaya”
Yang memiliki arti yaitu :
- Bintan Yang Maju : Bahwa pelaksanaan pembangunan daerah

senantiasa dilandasi dengan keinginan

bersama untuk mewujudkan masa depan

yang lebih baik didukung oleh sumberdaya

manusia yang unggul. Maju juga diarahkan

pada terbentuknya daerah yang mandiri

berbasis pengembangan sumber daya

kelautan dan perikanan beserta segenap

potensinya secara berkelanjutan, namun

tetap mengedepankan pentingnya

kerjasama dan sinergitas.


- Sejahtera : Menunjukkan kondisi kemakmuran

masyarakat Bintan yang terpenuhi

kebutuhan ekonomi (materiil) dan

spiritualnya.

KELOMPOK KERJA SANITASI 6


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

- Berbudaya : Perwujudan masyarakat yang menjunjung

tinggi nilai budaya yang harus dijaga

kelestariannya sebagai pedoman

pengembangan masyarakat. Perwujudan

masyarakat yang memiliki sifat dan sikap

yang terpuji dalam kehidupan sosial

ekonomi, memiliki moral yang tinggi serta

menjunjung norma-norma agama dan

norma-norma adat yang berlaku.

Misi pemerintah daerah dalam periode 2011-2015 diarahkan untuk mewujudkan

Bintan yang lebih maju, sejahtera dan berbudaya. Usaha-usaha perwujudan visi

Kabupaten Bintan akan dijabarkan dalam misi pembangunan Bintan tahun 2011-2015

sebagai berikut :

1). Melanjutkan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang

cerdas, sehat, berdaya saing, berbudaya serta beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2). Mewujudkan pembangunan perekonomian daerah yang berbasis pada

pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan.

3). Melanjutkan pengembangan potensi pariwisata dan agribisnis.

4). Melanjutkan upaya penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik

(good governance), demokratis dan bertanggung jawab didukung

dengan kepastian hukum dan penegakan HAM.

5). Melanjutkan pembangunan yang adil dan merata melalui peningkatan

kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana yang menunjang

perkembangan di seluruh wilayah Kabupaten Bintan.

Tujuan :

Peningkatan keandalan sistem/jaringan infrastruktur pekerjaan umum

dan permukiman Kabupaten Bintan.

KELOMPOK KERJA SANITASI 7


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

6). Melanjutkan upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat

dengan mengedepankan kearifan lokal dan pengarusutamaan gender.

Tujuan :

a. Pengembangan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kepada

masyarakat agar dapat memanfaatkan potensi sumberdaya alam

dengan optimal;

b. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Bintan;

c. Peningkatan Peran Serta Perempuan Dalam Pembangunan Daerah;

d. Peningkatan kesehatan, kesejahteraan dan ketahanan keluarga.

7). Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan (Sustainable Development).

B. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bintan


Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bintan yag tercantum dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Bintan Tahun 2011-2031 adalah :


“Tujuan yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Bintan yang merupakan
arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang Kabupaten
Bintan pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional.”

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bintan adalah untuk

menggambarkan profil sanitasi (sanitation mapping) atau gambaran secara lebih

lengkap terhadap kondisi sanitasi kabupaten dengan cara melakukan beberapa studi,

antar lain Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan ( Environmental Health Risk

Assesment/ EHRA), (Sanitation Supply Assessment/SSA), Studi Pemberdayaan


Masyarakat dalam Higiene dan Sanitasi yang Sensitive Jender dan Kemiskinan

KELOMPOK KERJA SANITASI 8


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

(PMHSJK), studi komunikasi dan pemetaan media, serta studi kelembagaan dan

kebijakan.

Tujuan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bintan adalah :

a. Mengidentifikasi kondisi sanitasi yang ada di Kabupaten Bintan, antara lain

yaitu air limbah, persampahan, dan drainase permukiman;

b. Menganalisis kondisi area berisiko sanitasi di Kabupaten Bintan;

c. Menyusun baseline-data terkait kondisi sanitasi Kabupaten Bintan

termutakhir yang akan digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi

Kabupaten (SSK) serta kebijakannya.

1.4 Metodologi
1.4.1 Metode dan Jenis Data
Metode yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten

Bintan meliputi :

a. Penyusunan profil wilayah dan profil sanitasi

Penyusunan profil wilayah dan profil sanitasi dilakukan berdasarkan data

primer dan data sekunder yang ada. Data primer didapat dari beberapa studi,

diantaranya :

1). Survei Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk

Assessment/EHRA) merupakan kajian penetapan Pola Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) dan ketersediaan fasilitas sanitasi di seluruh wilayah kajian

sanitasi di Kabupaten Bintan;

2). Survei Penyediaan Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA)

merupakan kajian partisipasi sektor non pemerintah dan masyarakat

dalam penyediaan produk dan jasa layanan sanitasi di Kabupaten Bintan;

3). Studi Komunikasi dan Pemetaan Media, merupakan kajian sejauh mana

ketersediaan informasi sanitasi yang disajikan oleh medi massa dan

instansi-instansi terkait di Kabupaten Bintan;

KELOMPOK KERJA SANITASI 9


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

4). Studi Kelembagaan dan Kebijakan, dibutuhkan untuk mengetahui

gambaran tingkat komunikasi di antara stakeholder dan peta media

terkait kondisi dan potensi kelembagaan saat ini dalam pengelolaan

sanitasi di Kabupaten Bintan;

5). Studi Pemberdayaan Masyarakat dalam Higiene dan Sanitasi yang

Sensitive Jender dan Kemiskinan (PMHSJK), diperlukan untuk menilai

partisipasi masyarakat dalam pelibatan jender dan kemiskinan dalam

pengelolaan sistem sanitasi serta prospek pengembangannya di masa

depan.

Sedangkan data sekunder dapat bersumber dari Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis

(Renstra), dokumen realisasi APBD, dan dokumen-dokumen perencanaan

daerah maupun hasil studi yang ada.

b. Penentuan Area Beresiko

Penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti

dengan penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan

area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan

memetakan tingkat risiko sebuah area berdasarkan data yang telah tersedia

di SKPD seperti ketersedian layanan fasilitas air bersih dan sanitasi serta data

umum (nama kelurahan, jumlah RT dan RW, luas administratif, jumlah

populasi, dan lain sebagainya).

Penentuan area berisiko berdasarkan penilaian SKPD diberikan berdasarkan

pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu

anggota pokja. Sedangkan penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi

EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko berdasarkan

kondisi sumber air, pencemaran air karena air limbah domestik, pengelolaan

KELOMPOK KERJA SANITASI 10


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

persampahan di tingkat rumah tangga, kondisi drainase lingkungan, dan

aspek perilaku masyarakat.


1.4.2 Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan Metode Survei dan Metode

Observasi. Metode Survei berupa wawancara dan kunjungan ke lapangan,

sedangkan metode observasi dilakukan melalui FGD ( Focus Group

Discussion ).
b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan memberikan surat

permintaan data kepada SKPD/Dinas terkait sesuai dengan kebutuhan data

yang sesuai dengan petunjuk teknis dan telah disepakati bersama oleh Pokja

serta ditandatangani oleh Ketua/Sekretaris Pokja.


1.4.3 Proses Penulisan/Dokumentasi Buku Putih Sanitasi
Pengolahan data dalam pelaksanaan proses kajian data primer dan sekunder ini

antara lain dengan menggunakan program SPSS, Microsoft Excel, Microsoft Word dan

ArcGIS 10.1. Sedangkan untuk visualisasi data ditampilkan dalam bentuk grafik atau

diagram dan peta. Sedangkan data-data yang bersifat penjelasan dipresentasikan

secara deskriptif kualitatif dalam bentuk uraian.

Sistematika penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bintan, meliputi :


Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini memberikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud,

serta tujuan penyusunan Buku Putih Sanitasi, berbagai kesepakatan

dan pemahaman awal Kabupaten/Kota mengenai sanitasi dan Buku

Putih Sanitasi, serta metodologi yang digunakan dalam proses

penyusunan Buku Putih Sanitasi.


Bab 2 : Gambaran Umum Wilayah
Bab ini menjelaskan kondisi umum Kabupaten/Kota yang mencakup:

kondisi fisik, kependudukan, administratif, keuangan dan

KELOMPOK KERJA SANITASI 11


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

perekonomian daerah, kebijakan penataan ruang, dan struktur

organisasi serta tugas dan tanggung jawab setiap perangkat daerah.


Bab 3 : Profil Sanitasi Wilayah
Bab ini menjelaskan kondisi riil pengelolaan sanitasi (dan komponen

lain yang terkait sanitasi) secara singkat saat ini serta permasalahan

mendesak atau menjadi prioritas yang dihadapi oleh kabupaten/kota.


Bab 4 : Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan
Bab 4 ini menjelaskan detail mengenai rencana program dan kegiatan

untuk tahun depan (n+1) dan program serta kegiatan sanitasi yang

sedang berjalan saat ini (tahun n), baik yang dilakukan oleh

Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pemerintah maupun yang dilakukan

oleh masyarakat, kalangan donor, dan sebagainya.


Bab 5 : Area Berisiko Sanitasi
Bab ini menyajikan tentang hasil dari kegiatan Penetapan Area Berisiko

Sanitasi Penyajian dilakukan dalam bentuk peta disertai dengan

penjelasan ringkas dan tabel mengenai area berisiko untuk 3 (tiga)

komponen yaitu komponen air limbah domestic, komponen

persampahan dan komponen drainase.


1.4.4 Proses Penyepakatan
Proses penyepakatan yang dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bintan

mengikuti Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota, yaitu dengan

melalui beberapa tahapan :

I. Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

II. Penyiapan Profil Wilayah

III. Penilaian Profil Sanitasi

IV. Penetapan Area Berisiko Sanitasi

V. Finalisasi Buku Putih Sanitasi

Adapun tahapan proses penyepakatan dalam penyusunan Buku Putih

Sanitasi Kabupaten Bintan dapat dilihat pada alur skema berikut :

KELOMPOK KERJA SANITASI 12


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Internalisasi dan Penyamaan


Persepsi : Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Bintan
- Kesepahaman tentang pentingnya
BPS

Penyiapan Profil Wilayah :


- Memahami ruang lingkup sanitasi
- Mengumpulkan data sekunder
yang dibutuhkan untuk
penyusunan profil wilayah
- Menyusun profil wilayah

Penilaian Profil Sanitasi :  Penetapan wilayah kajian


- Menyepakati cakupan wilayah  Pengumpulan data primer (studi
sasaran/wilayah SSA, media, PMJK, Promosi
- Memetakan sistem sanitasi saat ini hygiene, sanitasi sekolah)
- Menyusun tabel dan peta cakupan  Pemetaan kelembagaan
layanan dan kondisi sarana dan  Pemetaan keuangan
prasarana sanitasi  EHRA
- Mengumpulkan data primer dan
berbagai kajian
- Mengidentifikasi permasalahan
sanitasi
- Mengidentifikasi program dan
kegiatan pembangunan sanitasi
yang sedang berjalan
 Analisis lingkungan internal &
eksternal (Penetapan kondisi awal
Penetapan Area Berisiko Sanitasi : pengelolaan sanitasi)
- Menentukan area beresiko  Penetapan area beresiko
- Menverifikasi hasil area berisiko  Identifikasi rencana peningkatan
layanan dan rencana implementasi
n+1
 Pengelolaan konsultasi publik

Finalisasi BPS

Konsultasi Publik
Buku Putih Sanitasi

Gambar 1.1. Tahapan Proses Penyepakatan Penyusunan Buku Putih Sanitasi

KELOMPOK KERJA SANITASI 13


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lainnya


Dasar hukun sebagai landasan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bintan

adalah :

1). Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi

Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor

111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4237);

2). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4). Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6). Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KELOMPOK KERJA SANITASI 14


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4700);

8). Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9). Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137 Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

10). Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11). Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4593);

12). Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4614);

13). Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4664);

14). Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

KELOMPOK KERJA SANITASI 15


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

15). Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

16). Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

17). Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008

Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

18). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4817);

19). Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

20). Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

21). Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga dan Sejenisnya;

22). Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,

Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

KELOMPOK KERJA SANITASI 16


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

23). Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

24). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang

Kebijakan dan Strategis Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan

Persampahan;

25). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

26). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang

Kebijakan dan Strategis Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air

Limbah Permukiman;

27). Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

dan Menteri Keuangan Nomor: 28 Tahun 2010; Nomor: 0199/M

PPN/04/2010; Nomor: PMK 95/PMK 07/2010 tentang Penyelarasan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 229);

28). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

29). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2013 tentang

Pedoman Pelaksanaan 3R melalui Bank Sampah;

30). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Provinsi Kepulauan Riau

(Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008 Nomor 6);

KELOMPOK KERJA SANITASI 17


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

31). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009

Nomor 2).

32). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 3 Tahun 2011 tentang

RPJMD 2010-2015;

33). Peraturan Daerah Kabupaten Bintan No. 2 tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2011 – 2031 (Lembaran Daerah

Kabupaten Bintan Tahun 2012 Nomor 2).

34). Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015 (Lembaran

Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2013 Nomor 2).


1.5.1 Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan Dokumen Perencanaan lain
Penyusunan Buku Sanitasi Putih Kabupaten Bintan merupakan acuan perencanaan

strategis sanitasi tingkat kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi kota

dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi

yang kemudian disusun dalam bentuk Strategis Sanitasi Kabupaten (SSK). Dalam

penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bintan harus memperhatikan dokumen

perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

Terdapat 4 (empat) jenis dokumen perencanaan dan penganggaran yang menjadi

acuan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bintan yaitu RPJP Daerah, RPJM

Daerah, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan Rencana Strategis (Renstra) Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan dokumen

perencanaan lain, yaitu :


1. Buku Putih Sanitasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Bintan
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Bintan tahun 2005-2025 digunakan sebagai referensi untuk memetakan

permasalahan terkait sanitasi dan arah pelaksanaan program sanitasi ke

KELOMPOK KERJA SANITASI 18


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

depan, sesuai dengan Visi RPJPD Kabupaten Bintan yaitu : “Bintan sebagai

Pusat Pertumbuhan yang Maju, Sejahtera, Mandiri dan Berbudaya”.


2. Buku Putih Sanitasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Bintan
Buku putih Sanitasi menggunakan dokumen Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bintan Tahun 2011-2015 sebagai

referensi untuk memperoleh data isu-isu strategis dan permasalahan

mendesak terkait program sanitasi yang harus ditangani segera dan sebagai

pedoman untuk menentukan visi dan misi serta kebijakan sanitasi ke depan.
3. Buku Putih Sanitasi dengan RTRW Kabupaten Bintan Tahun 2011-2031
Dalam pelaksanaan penyusunan Buku Putih Sanitasi memperhatikan dan

mempedomani tujuan penataan ruang, kebijakan penataan ruang, struktur

dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Bintan, di mana kebijakan penataan

ruang, struktur dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Bintan menjadi acuan

dalam penentuan wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi.


4. Buku Putih Sanitasi dengan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra SKPD) Kabupaten Bintan
Buku Putih Sanitasi menggambarkan rencana program dan kegiatan setiap

SKPD yang menangani sanitasi sebagaimana tertuang dalam Renstra SKPD

tersebut dan setelah Buku Putih Sanitasi Final akan menjadi pedoman bagi

setiap satuan kerja perangkat daerah dalam penyesuaian program terhadap

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang

berlaku sekarang.

KELOMPOK KERJA SANITASI 19


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Bab 2
Gambaran Umum Wilayah

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik


2.1.1 Letak Geografis
Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan terletak antara 0 06’17” - 1 34’52”

Lintang Utara dan 10412’47” Bujur Timur di sebelah Barat - 108 02’27” Bujur Timur di

sebelah Timur, dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Natuna dan Malaysia Timur.

Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga

Sebelah Barat : Kota Batam dan Kota Tanjungpinang

Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Barat.

Jika dilihat dari letak geografisnya, Kabupaten Bintan memiliki nilai strategis dan

berada dekat dengan jalur pelayaran dunia yang merupakan salah satu simpul dari

pusat koleksi dan distribusi barang dunia. Kedekatan ini merupakan salah satu

keunggulan komparatif yang dimiliki Kabupaten Bintan dalam menghadapi Pasar

Bebas. Jarak yang terjauh dari Pusat Pemerintahan Kabupaten adalah Kecamatan

Tambelan yang berjarak 360 mil laut arah Timur Pulau Bintan. Untuk mencapai

kecamatan ini diperlukan waktu pelayaran kurang lebih 28 jam (Pulau Tambelan-Pulau

Bintan) atau 10 jam (Pontianak-Pulau Tambelan) dengan menggunakan kapal ukuran

besar. Walaupun kecamatan ini secara geografis terletak jauh dari Ibu Kota Kabupaten,

daerah ini memiliki kekayaan laut yang berlimpah.

Wilayah Kabupaten Bintan dapat dijangkau dengan pesawat udara dari kota-kota

besar Indonesia maupun seluruh dunia, melalui Bandara Internasional Hang Nadim

Batam dan dilanjutkan dengan kapal Ferry menuju ke Pulau Bintan, atau melalui

Bandara Raja Ali Haji Fisabilillah di Kota Tanjungpinang. Dari Singapura dan Johor,

Pulau Bintan dapat ditempuh dengan waktu 2 jam menggunakan kapal ferry ke

pelabuhan Bintan Telani Lagoi ataupun pelabuhan Sri Bintan Pura di Tanjungpinang.

KELOMPOK KERJA SANITASI 20


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Kabupaten Bintan saat ini terdiri dari 241 buah Pulau besar dan kecil. Hanya 49

buah diantaranya yang dihuni, sedangkan sisanya (192 Buah Pulau) dengan luas

wilayah keseluruhan mencapai 88.038,54 Km2 yang terdiri dari daratan seluas 1.313,86

Km2 (1,49 %) dan Laut seluas 86.724,68 (98,51%).

Kabupaten Bintan memiliki 1 buah Pulau Terluar, yaitu Pulau Sentut. Secara

geografis, Kabupaten Bintan memilik ratusan pulau dan dapat dikelompokkan dalam 2

(dua) gugusan pulau, yaitu :

1. Gugusan Pulau Bintan, meliputi Pulau Bintan dan pulau-pulau kecil

disekitarnya yang memiliki potensi pertambangan, pertanian dan pariwisata.

2. Gugusan Pulau Tambelan, termasuk pulau Menggirang, Panjang, Mendora

dan pulau-pulau sekitarnya yang memiliki potensi sumber daya laut dan pertanian

(kelapa dan cengkeh).

2.1.2 Kondisi Fisik


A. Klimatologi
Pada umumnya daerah Kabupaten Bintan beriklim tropis dengan temperatur rata

rata terendah 23,90 dan tertinggi rata-rata 31,80 dengan kelembaban udara sekitar

85 %. Gugusan kepulauan di Kabupaten Bintan mempunyai curah hujan cukup tinggi

dengan iklim basah, berkisar antara 2000 – 2500 mm/th. Rata-rata curah hujan per

tahun ± 2.214 milimeter, dengan hari hujan sebanyak ± 110 hari. Curah hujan

tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan Desember (347 mm), sedangkan curah

hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (101 mm). Temperatur rata-rata terendah

22,50C dengan kelembaban udara 83%-89%. Kabupaten Bintan mempunyai 4 macam

perubahan arah angin yaitu:

 Bulan Desember-Pebruari : Angin Utara

 Bulan Maret-Mei : Angin Timur

 Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan

 Bulan September-November : Angin Barat

KELOMPOK KERJA SANITASI 21


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Kecepatan angin terbesar adalah 9 knot pada bulan Desember-Januari, sedangkan

kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei. Kondisi angin pada umumnya

dalam satu tahun terjadi empat kali perubahan angin; bulan Desember - Pebruari

bertiup angin utara, bulan Maret – Mei bertiup angin timur, bulan Juni – Agustus

bertiup angin selatan dan bulan September – Nopember bertiup angin barat. Angin

dari arah utara dan selatan yang sangat berpengaruh terhadap gelombang laut

menjadi besar. Sedangkan angin timur dan barat terhadap gelombang laut yang

timbul relatif kecil.

Kecepatan angin terbesar adalah 9 knot pada bulan Desember–Januari sedangkan

kecepatan angin terendah pada bulan Maret–Mei. Kondisi tiupan angin di atas perairan

Pulau Bintan yang menyebabkan gelombang dan arus adalah angin utara dan barat

laut dimana angin tersebut umumnya bertiup pada bulan Juni hingga Agustus.

Gelombang di perairan Bintan Timur sebelah utara pada musim angin bisa mencapai

ketinggian 2 meter.
B. Topografi
Wilayah Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil pada

umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai. Kabupaten

Bintan memiliki topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan

lereng berkisar dari 0-3 % hingga diatas 40 % pada wilayah pegunungan. Sedangkan

ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Bintan berkisar

antara 0 – 50 meter diatas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter

diatas permukaan laut.


1) Pulau Bintan
Wilayah Pulau Bintan memiliki keadaan topografi bervariasi dari datar

hingga bergelombang, dengan kemiringan 0 - 40 % mencapai 98,03 %.

Sedangkan untuk kemiringan > 40 % hanya mencapai 1,97 % dan tersebar di

wilayah Gunung Bintan, Gunung Kijang dan Gunung Lengkuas. Jika diuraikan

secara rinci, maka kemiringan lereng 0 - 3 % memiliki luas sebesar 742,34

Km2 (41,78 %), kemiringan 3 - 15 % dengan luas wilayah 334,57 Km2 (18,83

KELOMPOK KERJA SANITASI 22


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

%), sedangkan kemiringan 15 - 40 % sebesar 664,88 Km2 (37,42 %) dan

kemiringan > 40 % dengan luas wilayah 34,92 Km2 (1,97 %).

Kemiringan lereng di Kecamatan Teluk Bintan didominasi oleh

kemiringan 0 - 3 % dengan beda tinggi 3 meter di atas permukaan laut,

dengan luas sebesar 103,60 Km2 (56 %) luas daratan yang menyebar di

seluruh wilayah Keacamatan Teluk Bintan baik di daerah daratan, sekitar

pesisir pantai dan hutan bakau. Wilayah datar sampai berombak (>3 – 15 %)

dengan beda tinggi mencapai 15 meter, luasnya sebesar 46,15 Km2,

menyebar di bagian selatan Kecamatan Teluk Bintan, terutama di wilayah

kepulauan (Pulau Pengujan, Pulau Pangkil, dan pulau lainnya).

Lereng >15 - 40 % dengan beda tinggi mencapai 40 meter, merupakan

daerah perbukitan yang penyebarannya terutama di bagian tengah dengan

total luas sebesar 31,45 Km2. Sedangkan wilayah bergelombang sampai

berbukit (> 40 %) dengan beda tinggi antara 40-348 meter.

Penyebarannya terutama di Wilayah Desa Tembeling dan Desa Bintan

Buyu (Gunung Bintan) dengan luas 3,8 Km2. Kecamatan Bintan Utara dengan

kemiringan datar 0 - 3 % mendominasi tingkat kemiringan terbesar yaitu

282,42 Km2 (45 %) luas wilayah daratan, dominasi kedua dengan kemiringan

3 – 15 % sebesar 263,98 Km2 (42,06 %), dan terkecil dengan kemiringan >40

% sebesar 5,88 Km2 (0,94 %). Untuk wilayah Kecamatan Bintan Timur

terbesar pada prosentasi luas wilayah kemiringan 0 - 3 % sebesar 271,58 Km2

(65,28 %).

Wilayah Kecamatan Gunung Kijang mempunyai dominasi lahan datar

sampai berombak (>3 – 15 %) dengan beda tinggi mencapai 15 meter,

merupakan luas terbesar yaitu sebesar 208,29 Km2, menyebar di bagian

Utara dan Timur Kecamatan Gunung Kijang, terutama di wilayah Lomei,

Kawal dan daerah pesisir pantai. Wilayah berombak sampai bergelombang

(>15 - 40 %) dengan beda tinggi mencapai 40 meter, merupakan daerah

KELOMPOK KERJA SANITASI 23


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

perbukitan yang penyebarannya terutama di bagian tengah dengan total

luas sebesar 128,08 Km2.

Wilayah bergelombang sampai berbukit (> 40 %) dengan beda tinggi

antara 40-211 meter. Penyebarannya terutama di Wilayah Desa Gunung

Kijang, yaitu di daerah Gunung Kijang seluas 7,5 Km2.


2) Gugusan Pulau Tambelan
Dominasi kemiringan pada Gugusan Pulau Tambelan adalah pada

kemiringan datar 15 – 40 % sebesar 67,77 km2 (40 %) dari luas daratan,

sedangkan kemiringan lainnya bervariasi antara kemiringan 0 - 3 % sampai

dengan kemiringan >40 %, dengan prosentasi 15% sampai 25 %.

Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kabupaten Bintan relatif datar,

umumnya didominasi oleh kemiringan lereng yang berkisar antara 0% - 15%

dengan luas mencapai 55,98 % (untuk wilayah dengan kemiringan 0 – 3%

mencapai 37,83 % dan wilayah dengan kemiringan 3 – 15 % mencapai 18,15

%). Sedangkan luas wilayah dengan kemiringan 15 – 40 % mencapai 36,09 %

dan wilayah dengan kemiringan > 40 % mencapai 7,92%.

C. Hidrologi
Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, hampir

semua tidak berarti untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk

saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Sungai yang agak besar

terdapat di Pulau Bintan terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), dua

diantaranya DAS besar yaitu DAS Jago seluas 135,8 km² dan DAS Kawal seluas 93,0

km² dan hanya digunakan sebagai sumber air minum. Pasang surut di perairan Pulau

Bintan bertipe campuran cenderung semidiurnal atau mixed tide prevailing

semidiurnal (wyrtki,1961). Dimana saat air pasang/surut penuh dan tidak penuh

terjadinya dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan waktu pada antar puncak air

tinggi-nya. Hasil prediksi pasut menggunakan Oritide-Global Tide Model di sekitar

perairan pantai Trikora (Kecamatan Gunung Kijang) pada bulan Juli memperlihatkan

KELOMPOK KERJA SANITASI 24


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm, air surut terendah -121,31 cm,

dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada bulan September, tinggi

rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah -101,06 cm dengan

tunggang maksimum sekitar 176,75 cm.

Secara umum wilayah daerah aliran sungai yang ada di Kabupaten Bintan

dapat disajikan dalam tabel 2.1 dan Gambar 2.1 berikut :


Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten/Kota

NAMA DAS LUAS (Ha)

DAS ANCULAI 1.525,80


DAS ANGUS 1.753,75

DAS AWAT 718,92

DAS BARANGAN 276,69

DAS BELADING 378,25

DAS BERAS 260,34

DAS BERU 1.183,45

DAS BINTAN 2.765,98

DAS BUYU 188,01

DAS CERUK IJUK 2.228,84

DAS DENDUNG 172,77

DAS DOMPAK 1.841,21

DAS EKANG 2.364,78

DAS ELANG 1.879,55

DAS GALANG BATANG 3.136,39

DAS GELISAH 1.117,99

DAS GESEK 5.508,96

DAS GUA 471,91

KELOMPOK KERJA SANITASI 25


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

NAMA DAS LUAS (Ha)

DAS JAGO 4.718,84

DAS JEROPET 700,13

DAS KALANG TUA 1.083,85

DAS KAMPE 431,83

DAS KANGBOI 6.830,19

DAS KAWAL 8.753,74

DAS KELONG BESAR 207,10

DAS LAGOI 2.366,65

DAS LEKOP 1.201,26

DAS LEPAH 141,35

DAS MANTANG 1.834,93

DAS MENGKILO 348,58

DAS MENTIGI 105,66

DAS PANDAN KOLIN 193,15

DAS PENGUDANG 3.043,73

DAS PEREH 5.611,59

DAS SEBONG KECIL 1.170,23

DAS SEI KECIL 3.164,13

DAS SEMARAN 198,04

DAS SUMPAT 1.594,60

DAS TEKA 1.710,06

DAS TELANG 295,49

DAS TELUK DALAM 455,67

DAS TELUK LINGKA 67,27

KELOMPOK KERJA SANITASI 26


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

NAMA DAS LUAS (Ha)

DAS TIGA 155,36

DAS TIKES 93,96

DAS TILI 107,44

DAS ULUNRANG 607,59

DAS WALANG 326,15

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2011 - 2031

KELOMPOK KERJA SANITASI 27


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bintan

Peta 2.1 : Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bintan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
28
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

D. Pasang Surut
Pasang surut adalah salah satu faktor dasar dalam pengkajian arus dilaut.

Kenaikan massa air laut samudera atau laut luas secara vertikal adalah gaya tarik

benda-benda angkasa terutama bulan dan matahari. Massa air yang naik akan

merambat dari samudera atau laut lepas secara horizontal ke perairan dalam seperti

perairan Indonesia. Faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah posisi bulan

dan matahari terhadap bumi serta situasi morfologi setempat seperti berkurangnya

kedalaman, keadaan ini terjadi pada tempat-tempat yang sempit seperti teluk dan

selat, sehingga menimbulkan dominasi arus pasang surut.

Di Kabupaten Bintan hampir sebagian besar di pengaruhi oleh pasang surut air

laut, tingkat muka air sungai bervariasi, atau terjadi banjir lokal oleh air laut. Pasang

di perairan Bintan merupakan rambatan pasang dari Laut Cina Selatan yang identik

dengan pasang di perairan Bintan. Pola pasang surut cenderung semi diurnal

(mixed tide prevailing semidiurnal), terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam

sehari. Namun dua pasang tersebut tidak sama besarnya.

Hal ini diakibatkan oleh posisi geografis wilayahnya yang terletak pada

pertemuan perambatan pasang surut Samudera Hindia melalui Selat Malaka dan

dari Samudera Pasifik melalui Laut Cina Selatan sehingga menyebabkan perairan

Kepulauan Riau memiliki arus pasang surut dengan pola bolak-balik (revering tidak

current).

2.1.2. Batas Administrasi


Kabupaten Bintan merupakan Kabupaten Induk di Provinsi Kepulauan Riau

yang terbentuk berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun

1956, dengan nama daerah otonom Kabupaten Kepulauan Riau. Seiring dengan

perkembangan dan pemekaran wilayah sejak tahun 1983 hingga tahun 2004,

Kabupaten Bintan telah mengalami 4 kali perkembangan wilayah, berdasarkan

Undang-Undang No. 34 Tahun 1983, Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 dan

Undang-Undang No. 5 Tahun 2001 serta Undang-Undang No. 31 Tahun 2003

KELOMPOK KERJA SANITASI 29


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

serata mulai menggunakan nama Kabupaten Bintan sejak diterbitkannya Peraturan

Pemerintah Nomor 5 Tahun 2006.

Pada Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan pemekaran

wilayahnya melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi

di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan Tanjung Uban

Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan

Bintan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan

Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong. Selain itu juga dilakukan

Pemekaran Kecamatan melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir

dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya pemekaran wilayah maka

jumlah Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Bintan bertambah dari 6

(enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, dengan rincian sebagaimana

terlihat pada Tabel 2.2 dan Gambar 2.2.


Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan
Jumlah
Luas Wilayah
Kelurahan
Nama Kecamatan Administrasi Terbangun
(%) thd (%) thd
/Desa (Ha) (Ha)
total total
Kecamatan Gunung Kijang 4 22.112,13 16,83% 74,05 8,27%
Kecamatan Bintan Timur 4 9.649,17 7,34% 346,14 38,67%
Kecamatan Bintan Utara 5 4.300,60 3,27% 174,21 19,46%
Kecamatan Teluk Bintan 6 12.173,12 9,27% 40,80 4,56%
Kecamatan Tambelan 8 8.330,95 6,34% 13,86 1,55%
Kecamatan Teluk Sebong 7 29.089,89 22,14% 66,14 7,39%
Kecamatan Toapaya 4 14.936,53 11,37% 44,96 5,02%
Kecamatan Mantang 4 6.762,51 5,15% 10,54 1,18%
Kecamatan Bintan Pesisir 4 11.893,54 9,05% 22,95 2,56%
Kecamatan Seri Kuala
5 12.137,14 9,24% 101,36 11,33%
Lobam
Total 51 131.385,58 100% 895,01 100,00%
Sumber: Buku Bintan Dalam Angka,2013

KELOMPOK KERJA SANITASI 30


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

PETA WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN BINTAN

Peta 2.2 : Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bintan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
31
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

2.2 Demografi Wilayah


2.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Pada Maret Tahun 2014 penduduk Kabupaten Bintan tercatat sebanyak

162.127 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 83.861 jiwa dan jenis

kelamin perempuan sebanyak 78.266 jiwa dengan jumlah penduduk terbesar

terdapat di Kecamatan Bintan Timur (46,152 jiwa) sedangkan jumlah penduduk

terkecil terdapat di Kecamatan Mantang (4.375 jiwa). Apabila dibandingkan dengan

jumlah penduduk tahun 2011 yang berjumlah 155.463 jiwa, maka rata-rata laju

pertumbuhan penduduk dari tahun 2011-2014 sebesar 1,59 % per tahun.

Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bintan Utara dengan tingkat

kepadatan sebesar 556 Jiwa/Km2, dan wilayah di Kabupaten Bintan yang memiliki

kepadatan penduduk terendah adalah di Kecamatan Gunung Kijang dengan tingkat

kepadatan sebesar 58 jiwa/Km2.

Secara keseluruhan jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bintan

3 Tahun terakhir dapat digambarkan pada tabel 2.3 Berikut.


2.2.2 Struktur Penduduk
Berdasarkan struktur penduduk menurut kelompok umur bahwa kelompok

umur 0 – 14 Tahun mencapai 28,55 % , Kelompok umur 15 – 64 Tahun mencapai

67,65 % dan kelompok umur ≥ 65 Tahun mencapai 3,80 %. Dengan demikian,

penduduk usia produktif berjumlah sebesar 109.673 jiwa, dan penduduk usia non

produktif berjumlah sebesar 52.454 jiwa.

Berdasarkan persentase tamatan pendidikan penduduk di Kabupaten Bintan

yang berumur 10 tahun ke atas maka didapatkan bahwa jumlah penduduk yang

tamat SD/MI sebesar 16,54%, sedangkan yang tamat SLTP/Sederajat sebesar

11,58% dan tamat SLTA/Sederajat sebesar 21,51 %. Sementara itu, untuk jumlah

tingkat pendidikan tamatan Diploma I/II mencapai 0,73 %, Diploma III sebanyak

1,26 % sedangkan untuk tingkat pendidikan Diploma IV/S1/S2/S3 yaitu sebesar

1,71 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten

Bintan masih tergolong rendah.

KELOMPOK KERJA SANITASI 32


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 2.3: Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3 Tahun Terakhir

KELOMPOK KERJA SANITASI 33


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Jumlah penduduk menurut agama di Kabupaten Bintan sebagian besar

memeluk agama Islam 86,37 % atau 140.025 jiwa. Agama lain yang dianut

penduduk Kabupaten Bintan antara lain Kristen Protestan (5,62 %) atau 9.111 jiwa,

Katholik (2,17 %) atau 3.525 jiwa, Hindu (0,15 %) atau 246 Jiwa dan

Budha (5,31 %) atau 8.608 jiwa, Khonghucu (0,37%) atau 603 Jiwa serta

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (0,01 %) atau 9 jiwa.


2.2.3. Laju Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bintan dalam kurun waktu tiga tahun

terakhir relatif rendah, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk

Kabupaten Bintan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 hanya sebesar 1.41 %

dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi terdapat di Kecamatan Gunung Kijang

(2,99 %) dan rata-rata laju pertumbuhan penduduk terendah terdapat di Kecamatan

Bintan Utara (0,00 %). Setelah melalui uji proyeksi dengan menggunakan metode

aritmatika dengan rumus perhitunagn proyeksi adalah sebagai berikut :

“ P1=P0 {1+(r.n)} “
Dimana :
P1 = Proyeksi Penduduk Tahun Berikutnya
P0 = JUmlah Penduduk Tahun Awal (Tahun 2014)
r = Rata-Rata Pertumbuhan Penduduk
n = Jangka Waktu Proyeksi Penduduk
Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas maka akan dihasilkan angka

proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Bintan dalam jangka waktu 5 tahun

mendatang sampai pada tahun 2018. Jumlah penduduk Kabupaten Bintan pada

tahun 2015 akan berjumlah 164.413 jiwa, meningkat pada tahun 2016 menjadi

166.699 jiwa, meningkat pada tahun 2017 dengan jumlah 168.985 jiwa dan pada

akhir tahun perencanaan tahun 2018 jumlah penduduk keseluruhan sejumlah

171.271 jiwa. Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bintan tahun

2018 paling banyak tersebar di Kecamatan Bintan Timur dengan jumlah penduduk

49.663 jiwa, dan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Mantang dengan

jumlah penduduk sebesar 4.708 jiwa pada tahun 2018. Data proyeksi penduduk dari

Tahun 2014 – 2018 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini.

KELOMPOK KERJA SANITASI 34


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 2.4: Jumlah Penduduk Saat ini dan Proyeksinya untuk 5 Tahun

KELOMPOK KERJA SANITASI 35


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah


Keuangan kabupaten/kota dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi bersumber

dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program Bidang

PenyehatanLingkungan Kabupaten Batang Hari meliputi:

1. Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), mencakup (i)

Struktur Penerimaan; (ii) Struktur Belanja;

2. Trend perkembangan penerimaan dari: (i) Dana Perimbangan; (ii)

Pendapatan Asli Daerah (PAD); (iii) Penerimaan Daerah Yang Sah;

3. Trend besaran penerimaan dana pembantuan dari pemerintah atasan

(Pusat atau Propinsi);

4. Profil dan perkembangan APBD

- Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) dalam APBD Kabupaten/Kota

- Perkembangan bantuan Pemerintah Pusat (GOI)

- Perkembangan kontribusi dan masyarakat

- Perkembangan dana pinjaman

- Perkembangan dan public saving

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bintan

terbagi atas anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Untuk masing-masing

anggaran dapat dilihat pada tabel dibawah.

KELOMPOK KERJA SANITASI 36


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten/Kota Bintan Tahun 2009 – 2013

Tahun Rata2
No Realisasi Anggaran
pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013

A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 551.834.046.864 602.184.813.738 640.565.651.858 831.488.727.946 856.925.680.090 0,10
a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 132.839.568.762 131.343.832.295 135.875.842.730 135.140.734.492 136.080.703.306 0,01
a.1.1 Pajak daerah 114.819.906.038 108.796.779.237 107.697.659.312 107.697.659.312 103.498.450.683 -0,03
a.1.2 Retribusi daerah 1.750.137.856 3.880.100.265 4.093.814.034 6.818.075.635 7.529.058.473 0,27
a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 5.582.617.939 5.855.913.291 5.252.730.714 4.666.718.216 7.551.057.329 0,05
a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 10.686.906.929 12.811.039.502 18.831.638.670 15.958.281.329 17.502.136.821 0,10
a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 418.994.478.102 470.840.981.443 504.689.809.128 633.701.823.457 671.229.402.784 0,11
a.2.1 Dana bagi hasil 230.958.741.102 349.923.572.443 293.112.660.008 381.628.653.906 360.912.608.784 0,08
a.2.2 Dana alokasi umum 161.217.104.000 110.234.609.000 195.666.449.120 232.884.448.000 288.685.934.000 0,08
a.2.3 Dana alokasi khusus 26.818.633.000 10.682.800.000 15.910.700.000 19.188.721.551 21.630.860.000 -0,22
a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah - - - 62.646.169.997 49.615.574.000 0,18
a.3.1 Hibah - - 0,00
a.3.2 Dana darurat - - 0,00
a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 27.246.846.900 27.560.000.000 0,25
a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus - 22.055.574.000 0,25
Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah
a.3.5 0,25
lainnya 35.399.323.097 -
0 ,0 0

B Belanja (b1 + b.2) 684.045.338.248 664.996.946.982 781.298.308.482 - - 0,03


b.1 Belanja Tidak Langsung 259.909.005.523 393.920.018.337 366.720.659.502 - - 0,07
b.1.1 Belanja pegawai 199.298.608.983 304.777.950.650 253.823.673.206 0,04
b.1.2 Bunga - 0,00
b.1.3 Subsidi - 0,00
b.1.4 Hibah 15.137.115.000 23.745.253.800 35.851.102.200 0,18
b.1.5 Bantuan sosial 17.785.796.000 29.855.227.865 27.920.294.084 0,08
b.1.6 Belanja bagi hasil - 0,00
b.1.7 Bantuan keuangan 27.404.265.540 25.234.309.599 48.105.748.812 0,10
b.1.8 Belanja tidak terduga 283.220.000 10.307.276.423 1.019.841.200 -2,03
b.2 Belanja Langsung 424.136.332.725 271.076.928.645 414.577.648.980 - - -0,05
b.2.1 Belanja pegawai 43.721.792.210 54.226.241.516 55.753.689.734 0,06
b.2.2 Belanja barang dan jasa 132.201.500.388 131.580.949.898 166.843.473.897 0,05
b.2.3 Belanja modal 248.213.040.127 85.269.737.231 191.980.485.349 -0,34

C Pembiayaan

Surplus/Defisit Anggaran
: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Sumber Realisasi APBD tahun … - …, diolah
Kab. Bintan
Keterangan : n = tahun penyusunan buku putih sanitasi

KELOMPOK KERJA SANITASI 37


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Bintan Tahun 2009 - 2013

Tahun Rata2
No SKPD pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013

1 PU-CK 903.861.390 396.347.500 6.918.746.684 16.316.326.301 0,31


1.a Investasi 903.861.390 396.347.500 6.415.345.684 16.045.355.001 0,31
1.b operasional/pemeliharaan (OM) 503.401.000 270.971.300 0,04
2 KLH 0,00
2.a Investasi 0,00
2.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00
3 Kimtaru 0,00
3.a Investasi 0,00
3.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00
4 Dinkes 260.912.000 531.248.045 438.104.306 1.071.462.355 0,47
4.a Investasi 260.912.000 531.248.045 438.104.306 1.071.462.355 0,47
4.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00
5 Bappeda 0,00
5.a Investasi 0,00
5.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00
6 Bapermas 0,00
6.a Investasi 0,00
6.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00
7 DKPP 154.468.280 201.539.700 3.768.167.140 5.952.507.770 0,64
7.a Investasi 0 3.517.376.840 5.446.660.820 0,34
7.b operasional/pemeliharaan (OM) 154.468.280 201.539.700 250.790.300 505.846.950 0,48
n BLH 132.168.600 0 88.929.600 198.464.800 2.064.600.950 0,61
n.a Investasi 132.168.600 0 88.929.600 198.464.800 2.064.600.950 0,61
n.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00
# D IV /0 !

8 Belanja Sanitasi (1+2+3+…n) 132.168.600 1.319.241.670 1.218.064.845 11.323.482.930 25.404.897.376 0,57


# D IV /0 !

9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+…na) 132.168.600 1.164.773.390 1.016.525.145 10.569.291.630 24.628.079.126 0,55
Y # D IV /0 !

10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb) 0 154.468.280 201.539.700 754.191.300 776.818.250 0,50


# D IV /0 !

11 Belanja Langsung 0 271.076.928.645 414.577.648.980 413.298.911.290 337.212.234.513 0,28


# D IV /0 !

12 Proporsi Belanja Sanitasi – Belanja Langsung(8/11) 0,00% 0,49% 0,29% 2,74% 7,53% 0,47
# D IV /0 !

Proporsi Investasi Sanitasi – Total Belanja Sanitasi


13 0,00% 88,29% 83,45% 93,34% 96,94% 0,27
(9/8)
# D IV /0 !

14 Proporsi OM Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (10/8) 0,00% 11,71% 16,55% 6,66% 3,06% -0,34

Sumber : Realisasi APBD Bintan Kabupaten tahun 2009 - 2013, diolah


Keterangan : investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi,
advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi

KELOMPOK KERJA SANITASI 38


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kab/Kota Tahun 2010 – 2014
Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata
No Uraian
Pertumbuhan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 1.398.257.980 1.883.298.467 11.769.624.000 25.431.471.700 22.915.143.808 0,38
1,1 Air Limbah Domestik 202.980.000 500.000.000 3.500.000.000 0,61
1,2 Sampah rumah tangga 585.080.000 3.898.295.000 6.845.223.500 8.320.180.500 0,61
1,3 Drainase perkotaan 1.013.257.980 414.720.000 7.228.324.000 16.900.248.200 9.071.034.000 -0,20
1,4 PHBS 385.000.000 883.498.467 440.025.000 1.186.000.000 2.023.929.308 0,15
2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 1.653.432.000 0,25
2,1 DAK Sanitasi 0,00
2,2 DAK Lingkungan Hidup 1.653.432.000 0,00
2,3 DAK Perumahan dan Permukiman 0,00
3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi 0,00
4 Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi 0,00
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 1.398.257.980 1.883.298.467 11.769.624.000 27.084.903.700 22.915.143.808 0,37
Total Belanja Langsung 424.136.332.725 271.076.928.645 414.577.648.980 581.030.812.082 499.977.982.581 -0,02
% APBD murni untuk Sanitasi terhadap Belanja
0,33% 0,69% 2,84% 4,66% 4,58% 0,41
Langsung
Sumber : APBD tahun 2010 – 2014, diolah

Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Bintan Tahun 2010- 2013
Tahun
No Deskripsi Rata-rata
2010 2011 2012 2013 2014
1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota 9.426 12.114 73.969 168.931 - 66.110
2 Jumlah Penduduk 148.343 155.463 159.116 160.331 - 155.813
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2)
Sumber : APBD Kabupaten Bintan dan Bintan Dalam Angka 2013 Diolah

Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)


No SKPD Pertumbuhan (%)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Retribusi Air Limbah 405.636.000 439.068.000 529.980.000 528.976.800 528.976.800 0,06
1.a Realisasi retribusi 0,00
1.b Potensi retribusi 405.636.000 439.068.000 529.980.000 528.976.800 528.976.800 # D IV /0 !
0,06
2 Retribusi Sampah 608.454.000 658.602.000 746.790.000 745.376.400 745.376.400 0,05
2.a Realisasi retribusi 0,00
2.b Potensi retribusi 608.454.000 658.602.000 746.790.000 745.376.400 745.376.400 # D IV /0 !
0,05
3 Retribusi Drainase 202.818.000 219.534.000 264.990.000 269.297.280 269.297.280 0,07
3.a Realisasi retribusi 0,00
3.b Potensi retribusi 202.818.000 219.534.000 264.990.000 269.297.280 269.297.280 # D IV /0 !
0,07
4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) 0 0 0 0 0 # D IV /0 !
0,00
5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) 1.216.908.000 1.317.204.000 1.541.760.000 1.543.650.480 1.543.650.480 # D IV /0 !
0,06
Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi
6 0,00
Sanitasi (4/5)
Sumber : Data Perkiraan Tim Pokja PPSP Kabupaten Bintan 2014

Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Bintan Tahun 2009 - 2013

Tahun
No Deskripsi
2009 2010 2011 2012 2013

1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 2.947 3.128 3.321 3.526 3.744

2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 18,99 19,69 19,90 20,85 21,70

3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,11 5,56 6,18 6,16 6,24

Sumber : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban bupati Bintan Tahun 2011 dan 2013

KELOMPOK KERJA SANITASI 39


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

2.4 Tata Ruang Wilayah


Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007, kebijakan dan strategi penataan

ruang, merupakan landasan bagi pembangunan yang memanfaatkan ruang.

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dirumuskan dengan

mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketersediaan data dan

informasi, serta pembiayaan pembangunan. Kebijakan dan strategi penataan ruang,

antara lain, dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing wilayah dalam

menghadapi tantangan global, serta mewujudkan Wawasan Nusantara dan

Ketahanan Nasional.

Sesuai dengan tujuan penataan ruang wilayah yang akan dicapai dalam 20

tahun mendatang, maka kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Bintan

adalah sebagai berikut :


2.4.1 Kebijakan Penataan Ruang Daerah
Berdasakan Peraturan Derah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2012, tujuan

penataan ruang wilayah adalah mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai Kawasan

Perdagangan Bebas Berbasis Industri, Pariwisata, Kelautan dan Perikanan melalui

Optimasi Pemanfaatan Ruang yang Terintegrasi serta Memperhatikan Daya Dukung

Lingkungan. Kebijakan penataan ruang Kabupaten Bintan meliputi :

a. Perwujudan pembangunan wilayah Kabupaten Bintan yang terintegrasi dengan

pulau-pulau kecil di sekitarnya yang dilakukan dengan strategi :

 Mengembangkan pusat-pusat pelayanan dan keterkaitan antara

pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Bintan;

 Mengembangkan prasarana dan sarana pada pusat-pusat pelayanan

agar lebih kompetitif dan mampu menciptakan investasi;

 Meningkatkan pelayanan pusat-pusat kegiatan (perkotaan dan

pedesaan) yang merata dan berhirarki;

 Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan di wilayah

Kabupaten Bintan dengan pusat-pusat kegiatan di kawasan

sekitarnya;

KELOMPOK KERJA SANITASI 40


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 Menjaga berfungsinya pusat-pusat kegiatan yang sudah ada di

wilayah Kabupaten Bintan secara optimal;

 Mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak sesuai dengan

fungsi dan peran yang dikembangkan;

 Mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di wilayah

Kabupaten Bintan;

 Mengembangan jaringan jalan secara hirarkis yang menghubungkan

antar pusat-pusat kegiatan pelayanan dan antara pusat-pusat kegiatan

dengan masing-masing wilayah pelayanan;

 Integrasi sistem intermoda dan perpindahan antar moda di wilayah

Kabupaten Bintan;

 Pengembangan rute-rute pelayanan moda transportasi publik

menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Bintan dengan pulau-pulau di

sekitarnya sesuai dengan intensitas aktivitas;

 Pengembangan dan peningkatan kualitas layanan terminal umum

meliputi bandara, pelabuhan, pelabuhan penyeberangan, dan terminal

angkutan darat sebagai simpul transportasi.

b. pengembangan fungsi-fungsi perekonomian Kabupaten Bintan untuk

mengakomodir kebutuhan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas (KPBPB);Hal ini dilakukan dengan strategi sebagai berikut :

 Mempersiapkan daerah-daerah yang termasuk dalam Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di Kabupaten Bintan;

 Mempersiapkan daerah-daerah yang tidak termasuk ke dalam

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dalam menunjang

kegiatan-kegiatan pada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas di Kabupaten Bintan;

 Mendorong kegiatan industri pengolahan komoditi unggulan di

sentra-sentra produksi;

KELOMPOK KERJA SANITASI 41


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 Mengembangkan kawasan ekonomi yang prospektif dan menarik yang

mampu membuka lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja lokal

didalam dan diluar Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas;

 Mengembangkan kawasan permukiman didalam dan diluar Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang terintegrasi dengan

pusat-pusat kegiatan ekonomi;

 Mengembangan prasarana dan sarana pendukung kegiatan-kegiatan

di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas;

 Membina, mengawasi, dan mengkoordinasikan pengelolaan Kawasan

PerdaganganBebas dan Pelabuhan Bebas.

c. pemanfaatan potensi sumber daya alam guna mendorong pengembangan

ekonomi wilayah, melalui penyediaan prasarana dan sarana pendukungnya; Hal

ini dilakukan dengan strategi sebagai berikut :

 Pengembangan potensi sektor kelautan dan perikanan yang

berkelanjutan;

 Pengembangan potensi sektor pertambangan mineral dengan

memperhatikan daya dukung lingkungan dan kelestarian lingkungan;

 Mengembangkan kegiatan sektor unggulan pertanian di wilayah

sentra produksi dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan

kelestarian lingkungan;;

 Mengembangkan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata

berbasismasyarakatdan keunikan budaya dan alam.

d. optimasi pemanfaatan kawasan budidaya dan kawasan lindung yang efisien,

serasi dan seimbang, sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kemampuan

daya dukung wilayah; Hal ini dilakukan dengan strategi sebagai berikut :

 Mewujudkan pemanfaatan kawasan budidaya secara efisien, serasi dan

seimbang berdasarkan kesesuaian lahannya;

KELOMPOK KERJA SANITASI 42


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 Mewujudkan kawasan lindung dengan luas minimal 30% (tiga puluh

persen) dari luas wilayah Kabupaten Bintan sesuai dengan kondisi

ekosistemnya;

 Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang

telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam

rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem

wilayah;

 Mempertahankan dan melestarikan kawasan hutan mangrove;

 Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup terutama kawasan tangkapan air, kawasan pantai,

sungai, danau/waduk, mata air, kawasan perairan laut;

 Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak

langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang

mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang

pembangunan yang berkelanjutan;

 Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk

menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

 Mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya alam yang

terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediannya dengan

tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta

keanekaragamannya.

e. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

 Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan

disekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan

dan keamanan;

 Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak

terbangun disekitar kawasan strategis nasional sebagai zona

KELOMPOK KERJA SANITASI 43


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan

budidaya terbangun; dan

 Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.

Adapun rencana sistem perkotaan/rencana struktur ruang dan rencana pola

ruang yang ada dalam Peraturan Daeran Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana

Tata ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2011 – 2031 disajikan dalam Gambar

2-3 dan Gambar 2-4 berikut.

KELOMPOK KERJA SANITASI 44


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

PETA STRUKTUR RUANG KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031

Peta 2.3 : Peta Struktur Ruang Kabupaten Bintan Tahun 2011 - 2031

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
45
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

PETA POLA RUANG KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 - 2031

Peta 2.4 : Peta Pola Ruang Kabupaten Bintan Tahun 2011 - 2031

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
46
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

2.4.2 Kawasan Rawan Bencana


Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah Kabupaten Bintan maka wilayah
rawan kebencanaan yang dapat terjadi di Kabupaten Bintan adalah banjir, erosi/abrasi
tanah longsor dan kebakaran. Hal ini bukan disebabkan oleh kondisi geologi atau cuaca
wilayah yang tidak stabil, melainkan lebih dikarenakan oleh perilaku kegiatan manusia
yang berlebihan dan kurang memperhatikan pentingnya kelestarian lingkungan.
Lokasi rawan bencana di Kabupaten Bintan pada umumnya tersebar di beberapa
lokasi Kecamatan seperti daerah banjir sering terjadi di Kecamatan Bintan Utara,
Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Toapaya dan Kecamatan Gunung Kijang. Bencana
banjir ini diakibatkan oleh luapan pasang tinggi air laut dan sungai yang berada di
wilayah ini.
Khusus daerah rawan longsong berada di Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan
Gunung Kijang, Kecamatan Teluk Sebong dan Kecamatan Teluk Bintan. Untuk daerah
rawan abrasi/erosi lebih dominan terjadi diwilayah pesisir yaitu di wilayah pesisir timur
Pulau Bintan dan Kecamatan Seri Kuala Lobam, sedangkan daerah rawan bencana
kebakaran sering terjadi di Kecamatan Bintan Utara dan Kecamatan Toapaya.
2.5. Sosial dan Budaya
Pembangunan wilayah harus memperhatikan aspek sosial budaya. Di wilayah

Kabupaten Bintan, peran sosial sangat dominan apalagi dikaitkan dengan masalah

lahan. Sehingga permasalahan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan ini

mempunyai andil yang besar, dalam arti sosialisasi pembangunan harus terus

digalakkan.

Meskipun budaya Melayu lebih banyak mendominasi penduduk Kepulauan

Riau, akan tetapi populasinya secara budaya dan etnis cukup beragam yang datang

dari seluruh Indonesia bahkan luar negeri. Pola kehidupan sosial masyarakat pesisir

Kabupaten Bintan dipengaruhi oleh bentang alam yang terdiri dari gugusan pulau

besar dan kecil yang tersebar dan dipersatukan oleh perairan laut dangkal

(archipelago), pola kehidupan sosial masyarakat pesisir sebagian besar

memanfaatkan potensi sektor kelautan (nelayan).

KELOMPOK KERJA SANITASI 47


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Adanya kemudahan mengakses ke laut maupun ke darat bagi sebagian besar

masyarakat mempengaruhi pola permukiman yang berbentuk linear sepanjang

pantai, sungai dan jalan dengan tipologi rumah panggung. Dimana rumah

panggung di atas air sekaligus digunakan sebagai tempat menambatkan perahu

yang bagi masyarakat pesisir digunakan sebagai alat transportasi dan alat

penangkap ikan.

Sosial budaya masyarakat Kabupaten Bintan merupakan hasil perjalanan sejarah

yang cukup panjang, dari sejak zaman Kerajaan Melayu hingga masa setengah

abad lebih setelah kemerdekaan. Pada saat ini penduduk yang mendiami wilayah

Kabupaten Bintan berasal dari berbagai suku bangsa, kebudayaan dan golongan

sosial.

Umumnya masyarakat Bintan berasal dari Suku Melayu yang masih kental

budayanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti : bahasa melayu, Agama

Islam dan berbagai adat istiadat berkenaan dengan lingkaran hidupnya. Masyarakat

Melayu terkenal dengan masyarakat yang taat dalam menjalankan syariat Agama

Islam, ramah, mementingkan hidup secara kekeluargaan, dan secara ekonomi tidak

agresif atau rakus. Secara tradisional masyarakat melayu umumnya bermata-

pencaharian sebagai petani, berkebun, menangkap ikan dan berdagang. Sedangkan

dalam struktur pemerintahan, orang melayu umumnya lebih banyak mengabdi

sebagai Guru Pendidikan dibandingkan dengan pekerjaan pemerintahan lainnya.

Sedang suku lainnya yang cukup banyak terdapat di Kabupaten Bintan adalah

masyarakat yang berasal dari Suku Jawa, China, Batak, Bugis, Minangkabau, dan

suku lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Bintan

memiliki heterogenitas suku bangsa yang secara langsung akan merupakan suatu

penggerak dan atau sebaliknya dapat menghambat jalannya proses pembangunan.

Secara berkelanjutan aktivitas sosial dan budaya di Kabupaten Bintan tidak

terlepas dari tingkat pendidikan dan kemiskinan yang ada di wilayah ini. Salah satu

keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah apabila didukung oleh

KELOMPOK KERJA SANITASI 48


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

sumberdaya manusia yang berkualitas. Pemerintah berupaya menghasilkan dan

meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas yang mampu bersaing di era

globalisasi.

Salah satu upaya tersebut antara lain adalah dengan memperbaiki kualitas

sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Bintan

pada Tahun 2010 terdiri dari sarana pendidikan negeri/swasta terdiri dari TK, SD,

SMP, SMA, dan SMK. Selain itu juga terdapat sekolah islam yang terdiri dari TK

Islam, Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan Pondok Pesantren.

Pada tahun ajaran 2012/2013 terjadi peningkatan jumlah sekolah untuk tingkat

pendidikan Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Tingkat

Pertama baik negeri dan swasta dibandingkan tahun ajaran 2010/2011. Peningkatan

yang cukup besar terjadi pada tingkatan Taman Kanak Kanak, dimana selama 5

tahun bertambah 13 unit. Ini menunjukan bahwa pemerintah dan masyarakat

peduli terhadap pentingnya pendidikan anak usia dini. Sementara itu, untuk sekolah

menengah atas tidak mengalami penambahan karena jumlah sekolah yang ada

sudah mencukupi dan tersebar di hampir semua kecamatan. Untuk lebih lengkap

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.11: Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Bintan


Nama Kecamatan Jumlah Fasilitas Pendidikan
Umum Agama
SD SLTP SMA SMK MI MTs MA
Kecamatan Gunung Kijang 8 3 1 1 1 1
Kecamatan Bintan Timur 19 5 2 3 1 1
Kecamatan Bintan Utara 10 3 2 3 1 1
Kecamatan Teluk Bintan 14 3 1 1 1
Kecamatan Tambelan 7 1 1 1
Kecamatan Teluk Sebong 10 4 1 1 1
Kecamatan Toapaya 6 1 1 1 1
Kecamatan Mantang 4 2 1
Kecamatan Bintan Pesisir 6 3 1
Kecamatan Seri Kuala Lobam 6 2 1
Sumber: Bintan Dalam Angka, Tahun 2012

KELOMPOK KERJA SANITASI 49


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Fasilitas dan tingkat pendidikan diatas memegang peranan penting terhadap

pengurangan tingkat kemiskinan di suatu daerah. Kemiskinan merupakan bagian

yang melekat dari pembangunan suatu negara/daerah walaupun pembangunan itu

sendiri pada awalnya bertujuan untuk membawa kemakmuran bagi umat manusia.

Ditinjau dari tingkat kemiskinan, Kabupaten Bintan masih berada di bawah

tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dan tingkat kemiskinan Nasional. Pada

tahun 2005 tingkat kemiskinan Kabubaten Bintan sebesar 14,51 % jika

dibandingkan dengan Tingkat Nasional sebesar 16,69%, Kabupaten Bintan relatif

lebih baik dalam penanganan masah kemiskinan. Sedangkan untuk tingkat Provinsi

Kepri sebesar 14,51%. Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan Kabupaten Bintan

mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu sebesar 6,04 %. Jika

dibandingankan dengan Provinsi Kepulauan Riau 6,79%.

Sementara itu, Untuk sebaran kemiskinan di Kabupaten Bintan masih relatif

merata penyebarannya yakni masih terdapat pada seluruh kecamatan. Jumlah

penduduk miskin yang terbesar masih didominasi oleh Kecamatan Bintan Timur

yaitu sebesar 1.669 RTM atau sebesar 20%. Sedangkan untuk jumlah yang terkecil

terdapat di Kecamatan Mantang sebesar 417 RTM atau sebesar 2%.

Tabel 2.12: Jumlah penduduk miskin per kecamatan


Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK)
Kecamatan Gunung Kijang 506
Kecamatan Bintan Timur 1.050
Kecamatan Bintan Utara 764
Kecamatan Teluk Bintan 458
Kecamatan Tambelan 602
Kecamatan Teluk Sebong 744
Kecamatan Toapaya 349
Kecamatan Mantang 286
Kecamatan Bintan Pesisir 442
Kecamatan Seri Kuala Lobam 530
Total 5.731
Sumber: TKPKD Kabupaten Bintan 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI 50


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 2.13: Jumlah rumah per kecamatan


Nama Kecamatan Jumlah Rumah
Kecamatan Gunung Kijang 3.543
Kecamatan Bintan Timur 12.835
Kecamatan Bintan Utara 6.585
Kecamatan Teluk Bintan 3.066
Kecamatan Tambelan 1.599
Kecamatan Teluk Sebong 4.760
Kecamatan Toapaya 3.313
Kecamatan Mantang 1.230
Kecamatan Bintan Pesisir 2.482
Kecamatan Seri Kuala Lobam 5.304
Total 44.717
Sumber:Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bintan,2014

2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah


Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Bintan dapat dilihat pada bagan

dibawah.

Pemerintah Kabupaten Bintan terdiri 28 SKPD dan 10 Kecamatan. 38 SKPD

tersebut yaitu :

1. Sekretariat Daerah

2. Sekretariat DPRD

3. Dinas Pendidikan,Pemuda dan Olahraga

4. Dinas Kesehatan

5. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah

6. Dinas Pekerjaan Umum

7. Dinas Perhubungan

8. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

9. Dinas Sosial

10. Dinas Tenaga Kerja

11. Dinas Kependudukan dan Catatan sipil

12. Dinas Pertanian dan Kehutanan

13. Dinas Koperasi dan Perindustrian UKM

14. Dinas Kelautan dan Perikanan

KELOMPOK KERJA SANITASI 51


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

15. Dinas Pertambangan dan energy

16. Dinas Kebersihan ,Pertamanan dan Pemakaman

17. Kantor Perpustakaan dan Arsip

18. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

19. Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana

20. Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah

21. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

22. Badan Lingkungan hidup

23. Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan

24. Badan Kepegawaian Daerah

25. Inspektorat Daerah

26. Rumah Sakit Umum Daerah

27. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

28. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

KELOMPOK KERJA SANITASI 52


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah
Dinas Penmdidika, Pemuda dan Olahraga
Dinas Kesehatan
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
SEKRETARIS DPRD(COUNCIL SECRETARY)

Dinas Pekerjaan Umum


Dinas Perhubungan
DPRD (COUNCIL)

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan


Gambar 2.1 Bagan Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan

Dinas Sosial
(Social Office)
Dinas Tenaga Kerja
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Pertanian dan Kehutanan

53
Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan,UKM
WAKIL BUPATI (VICE REGENT)

Kecamatan-Kecamatan
(REGENTAL SECRETARY)
BUPATI (REGENT)

SEKRETARIS DAERAH

Dinas Kelautan dan Perikanan


Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN

Kantor Perpustakaan dan Arsip


Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN


Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB
TAHUN ANGGARAN 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


Badan Penanaman Modan dan Promosi Daerah
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Badan Lingkungan Hidup
Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan
Badan Kepegawaian Daerah
Inspektorat Daerah
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar 2.2 Diagram SKPD terkait dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Bintan

BUPATI

SEKRETARIS DAERAH

BAPPEDA Dinas Pekerjaan Badan Lingkungan Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan,
Umum Hidup Pertamanan dan Pemuda dan
Pemakaman Olahraga

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
54
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

2.7 Komunikasi dan Media


Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi
Dinas
No Kegiatan Tahun Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran
Pelaksana
Meningkatkan peran
serta masyarakat
Sanitasi buruk dan Terbatasnya tenaga
dalam penyediaan
Pemicuan perilaku hidup tidak fasilitator yang
layanan sanitasi dan
STBM(Sanitasi Total Dinas Masyarakat umum di bersih dan tidak handal, membuat
1 2013 membiasakan
Berbasis Kesehatan Kabupaten Bintan sehat itu dapat pemicuan di sejumlah
PHBS serta Stop
Masyarakat) menimbulkan tempat kurang
BABS dalam
penyakit. maksimal.
kehidupan sehari-
hari.

Siswa Sekolah Dampak dari kegiatan


Penyuluhan tata Dinas Siswa-siswi SD di Dengan CTPS, kita
Dasar mampu dan ini, ternyata dapat
cara Cuci Tangan Pendidikan beberapa desa dan terhindar dari
2 2013 mau melakukan menurunkan angka
Pakai Sabun (CTPS) dan Dinas kelurahan yang ada penyakit, dan hidup
CTPS yang baik tidak masuk sekolah
di sekolah Dasar Kesehatan di Kab.Bintan. lebih sehat.
dan benar. karena diare.

Sumber : Dinas Kesehatan dan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman

Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi

Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektivitas
No
a) b) c) d) e) f)

Dari hasil evaluasi,


Keterlibatan
Baleho/Spanduk Jagalah beberapa desa
Masyarakat Umum Masyarakat dalam
Kebersihan , Kelurahan sudah
terutama APBD Kabupaten Pencegahan
1 Jangan Buang air membangun
masyarakat Bintan, Swasta BABS(Buang Air
Besar Jamban Sehat.baik
Kabupaten Bintan. Besar
Sembarangan yang dibiayai
Sembarangan)
APBD dan swasta.

Koran dan Radio


RRI Mengajak Dari hasil evaluasi
masyarakat di Jagalah beberaa desa dan
Masyarakat Umum APBD Kabupaten daerah untuk Kebersihan.Jangan kelurahan sudah
2 Artikel,pemberitaan Kabupaten Bintan Bintan membuang Buang Sampah membuang
dan Talkshow sampah pada Sembarangan sampah pada
Interaktif tempatnya. tempatnya.

Beberapa rumah
tangga di desa
Peningkatan Limbah Keluarga
APBD Kabupaten kelurahan sudah
3 Baleho / Spanduk Masyarakat Umum Pengelolaan Air Bersih Lingkungan
Bintan memiliki IPAL
Limbah Keluarga Sehat.
sederhana Skala
Rumah Tangga.
Sumber : Dinas Kesehatan dan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 55
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

BAB 3
Profil Sanitasi Wilayah

PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas dasar kesadaran yang terbangun pada setiap manusia sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan dapat berperan aktif dalam kegiatan - kegiatan kesehatan yang berlangsung
dalam masyarakat, sedangkan PHBS di rumah tangga adalah suatu upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar mereka memahami, berkeinginan dan
mampu melaksanakan Perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
Dalam rangka peningkatan kesadaran dan perilaku masyarakat tersebut,
Promosi PHBS sebagai salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman
pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat
perlu lebih ditingkatkan dan digalakkan lagi pelaksanaannya. Penerapan PHBS di
lapangan/masyarakat biasanya dilakukan melalui pelaksanaan pendidikan kesehatan
dasar dan juga penyuluhan – penyuluhan kesehatan.
Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tidak hanya menitik-beratkan
pada sebuah proses penyadaran masyarakat atau pemberian serta peningkatan
pengetahuan dasar masyarakat tentang kesehatan lingkungan semata, akan tetapi
di dalamnya terdapat suatu usaha untuk dapat lebih memfasilitasi masyarakat dalam
rangka perubahan perilaku dan tingkat kesadaran kesehatan yang ada di mereka
sendiri.
Kegiatan PHBS yang telah dilaksanakan dan yang akan dikembangkan
pelaksanaannya oleh Dinas Kesehatan di Kabupaten Bintan ada 8 kegiatan seperti
berikut ini :
1. Peningkatan dan Pengembangan Desa Siaga.
2. Peningkatan Upaya Penyehatan Lingkungan.
3. Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat.
4. Peningkatan dan Pemantapan Penyelenggaraan Akselerasi Desa Sehat.
5. Peningkatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
6. Pelayanan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
7. Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat.
8. Kawasan Tanpa Asap Rokok.
Di dalam Program PPSP Kabupaten Bintan tahun 2014 pelaksanaan PHBS
hanya difokuskan pada dua tatanan yaitu : Tatanan Rumah Tangga dan Tatanan
Sekolah.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
56
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.1 Wilayah Kajian Sanitasi


Peta 3.1 : Wilayah Kajian Sanitasi

Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan 2014


KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
57
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi


Perilaku sehat merupakan pilar utama untuk mencapai Indonesia Sehat, karena
dengan terwujudnya perilaku sehat, maka kedua pilar lainnya yaitu lingkungan sehat
dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat akan berkembang menuju peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, promosi kesehatan di Indonesia saat ini dan
kedepan diarahkan untuk mempercepat pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(di tatanan Rumah Tangga dan Sekolah). Pembinaan PHBS di rumah tangga
merupakan salah satu upaya strategis untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar hidup bersih dan sehat. Pembinaan PHBS di rumah tangga juga ditujukan untuk
mempercepat terwujudnya rumah tangga sehat sebagai salah satu indikator
pembentukan desa sehat. Sementara itu, dari indikator pembentukan desa sehat
dilakukan penilaian melalui studi penilaian resiko kesehatan lingkungan.
Kondisi kesehatan lingkungan erat kaitannya dengan kondisi keseharian
masyarakat suatu daerah dalam memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan
sekitarnya dimana dipengaruhi oleh perilaku dan kebiasaan sehari-hari dalam
mengelola kesehatan lingkungannya. Tingkat kualitas kesehatan lingkungan akan
mempengaruhi produktifitas sumber daya manusia dan tentunya berkaitan erat
dengan sendi-sendi kehidupan dalam kegiatan di kehidupan masyarakat. Kondisi
lingkungan yang sehat dikaitkan dengan pencapaian rumah sehat, kepemilikan
sarana prasarana sanitasi dasar, tempat-tempat umum, serta akses masyarakat
terhadap air bersih di wilayah Kota Blitar. Kesemuanya dapat dirangkum dalam dua
topik utama sebagai dasar awal penanaman sikap dan perilaku yang mengarah pada
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu dalam kebiasaan yang ditanamkan
dalam Tatanan Rumah Tangga dan Tatanan Sekolah.

3.2.1 Tatanan Rumah Tangga


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam tatanan rumah tangga merupakan
pendekatan paling dasar dalam kehidupan masyarakat dimana rumah tangga
merupakan satuan terkecil yang didalamnya terdapat keluarga dimana anggota
keluarga didalamnya memiliki kebiasaan dan kepribadian yang berbeda-beda. Maka
untuk menanamkan suatu kebiasaan yang akan menjadi sikap dan perilaku hidup
bersih dan sehat sebenarnya merupakan hal yang sangat mudah dilakukan ada
didalam keluarga, dimana pendidikan kebiasaan yang membentuk Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat ini dapat ditanamkan sejak usia dini. Adapun peran pendidikan
PHBS dalam tatanan rumah tangga ini banyak diperankan oleh ibu. Sifat dasar
seorang ibu dalam memelihara kesehatan lingkungan dalam tatanan rumah
tangganya akan membentuk suatu rumah yang sehat dan mempengaruhi kondisi
kesehatan anggota keluarga didalamnya. Rumah sehat disini adalah bangunan rumah
tangga yang memiliki beberapa kriteria termasuk didalamnya adalah kepemilikan
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
58
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

jamban yang sehat, ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah. Sirkulasi udara yang baik, kepadatan hunian rumah yang
sesuai, dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Penggunaan air bersih ini diklasifikasikan berdasarkan studi Environmental
High Risk Assesment (EHRA) dalam penggunaannya untuk beberapa keperluan,
meliputi : untuk keperluan minum, memeasak, cuci piring dan gelas, cuci pakaian, dan
gosok gigi. Sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan tatanan
rumah tangga juga diukur dari indikator kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
yang juga dalam studi EHRA dilakukan dan dianalisa prosentase dan pengaruhnya
terhadap hygiene lingkungan masyarakat.
Kebiasaan cuci tangan pakai sabun dalam PHBS diklasifikasikan berdasarkan
studi EHRA bahwa dilakukan di lima waktu penting, yaitu : untuk mandi, memandikan
anak, menceboki pantat anak, mencuci tangan sendiri, mencuci tangan anak, mencuci
peralatan dan mencuci pakaian.
Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Environmental Health Risk
Assesment (EHRA) yang dilaksanakan di Kabupaten Bintan yaitu sebanyak 10 desa
(20 %) dari perhitungan penetapan klaster atas 51 desa/kelurahan. Unit sampling
utama adalah RT (Rukun Tetangga) yang dipilih secara proporsional dan random
berdasarkan total RT dalam setiap Desa/Kelurahan minimal 40 responden. Yang
menjadi responden dalam EHRA tahun 2014 adalah ibu atau anak perempuan yang
sudah menikah. Dan dari studi EHRA yg sudah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa indeks resiko tertinggi sebagai berikut :
1. Persampahan
2. Sumber air
3. Air Limbah Domestik
4. Genangan Air
5. Perilaku hidup bersih dan sehat
EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2)
pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA
adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bintan . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor
selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan
enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 1 (satu) hari. Materi
pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang
instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator;
uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.
Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga).Unit
sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT dalam
setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey.Jumlah sampel RT
per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5
responden.Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
59
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan
berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat
terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit.
Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh
sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan
keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Bintan . Sebelum melakukan entri data, tim
data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang
difasilitasi oleh Tim Fasilitatoryang telah terlatih dari PIU Advokasi dan
Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur
kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji
konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check
mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual
melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan
kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar
yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di re-
check kembali oleh tim Pokja PPSP.

 CTPS
Gambar 3.1. Grafik CTPS di Lima Waktu Penting

Sumber : Studi EHRA Kab. Bintan tahun 2014

Dari grafik 3.1 diatas untuk cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting
sebanyak 83% tidak melakukan cuci tangan pakai sabun , dan sebanyak 17%
melakukan CTPS di lima waktu penting. Kebiasaan CPTS belum sepenuhnya dilakukan
masyarakat hanya pada waktu mandi yang lebih diutamakan menggunakan sabun.
Sedangkan untuk empat kegiatan lainnya memandikan anak, menceboki anak,
mencuci tangan sendiri, mencuci tangan anak, mencuci peralatan dan mencuci
pakaian perlu mendapat penyuluhan secara continue.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
60
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 BABS
Gambar 3.2.Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS

Sumber : Studi EHRA Kab. Bintan tahun 2014

Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa di Kabupaten Bintan,


periklaku Buang Air Besar Sembarangan masih dilakukan oleh 60% hanya 40%
masyarakat Kabupaten Bintan yang sudah tidak melakukan praktek BABS.

 Sumber Air Minum


Gambar 3.3.Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan
penanganan air)

Sumber : Studi EHRA Kab. Bintan tahun 2014

Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa di Kabupaten/Kota masih


ada sekitar 28% masyarakat yang pengelolaan air minumnya memiliki potensi
tercemar pada saat penanganan air maupun pada wadah penyimpanan air minum.
Sementara 72% masyarakat sudah aman dalam pengelolaan air minum.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
61
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 Pengelolaan Sampah
Gambar 3.4. Grafik Pengelolaan Sampah Setempat

Sumber : Studi EHRA Kab. Bintan tahun 2014

Berdasarkan hasil EHRA diketahui hanya 10% saja yang sudah melakukan
pengolahan sampah, sebagian besar masyarakat belum pengolahan sampah.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
62
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 Persentase Pencemaran SPAL


Gambar 3.5. Grafik Pencemaran SPAL

Sumber : Studi EHRA Kab. Bintan tahun 2014

Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa masyarakat Pada gambar 3.5
maka diketahui bahwa masyarakat di Kabupaten Bintan atau sebesar 61% sudah
mengelola air limbah, dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci tangan dengan
benar.
3.2.2 Tatanan Sekolah
PHBS di tantanan Institusi Pendidikan adalah upaya membudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat bagi guru/dosen dan karyawan maupun peserta didik
dilingkungan institusi pendidikan untuk mengenali masalah dan tingkat
kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya masing-masing. Selain itu mereka juga diharapkan dapat meneruskan
proses pembelajaran bagi keluarga dan masyarakat disekitar tempat tinggalnya
masing-masing. Penyediaan wastafel, pemasangan keramik, dan pembangunan toilet
siswa yang terpisah antara laku-laki dan perempuan hanya beru dilakukan pada
sekolah perkotaan yang dekat dengan pusat pemerintahan. Sedangkan pada tingkat
perdesaan prasarana kebersihan ini masih dalam kondisi seadanya. Peranan petugas
kebersihan sekolah juga menjadi salah satu faktor suksesnya pemeliharaan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
63
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

kebersihan sekolah. Adanya pelajaran Pendidikan Kesehatan di sekolah di tingkat


pendidikan Sekolah Dasar juga memberikan pengetahuan kepada siswa untuk
melaksanakan PHBS di sekolah. Permasalahan spesifik dan paling prioritas yang ada
di wilayah Kabupaten Bintan saat ini :
• Jumlah jamban/WC
• Air bersih
• Sarana cuci tangan
• Warung sekolah yang bersih
Untuk PHBS tatanan sekolah di Kabupaten Bintan masih sebatas
mengkampayekan Cuci Tangan Pakai Sabun ditingkat sekolah dasar. Permasalahan
spesifik dan paling prioritas yang dihadapi adalah kemauan dan kesadaran
siswa/siswi untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebelum jajan maupun makan
yang masih rendah
Pada umumnya sekolah belum melakukan proses pengolahan sampah,
Pengelolaan hanya di kumpulkan dan dibakar, dan sebagian kecil saja sekolah yang
sudah melakukan proses pengolahan sampah.
Pada fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Bintan, tidak seluruhnya
mendapatkan pelayanan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) langsung. Akan
tetapi secara keseluruhan masing-masing sekolah sudah mempunyai sumur gali
sebagai sarana air bersih. Jumlah toilet guru dan murid yang ada pada masing-
masing sekolah secara keseluruhan sudah ada, akan tetapi belum begitu mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan dari keseluruhan dari jumlah guru dan murid yang ada.
Sarana cuci tangan yang dimanfaatkan untuk mencuci tangan yang dikhususkan
untuk siswa dan siswi disekolah secara keseluruhan belum ada, masih ada beberapa
sekolah yang belum mempunyai sarana cuci tangan. Begitu juga dengan ketersediaan
sabun sebagai alat yang digunakan untuk mencuci tangan, secara keseluruhan tidak
semua sekolah yang menerapkannya. Masing-masing sekolah yang sudah
mempunyai toilet dibersihkan oleh siswa dan siswi di sekolah itu sendiri, bahkan ada
juga sekolah yang menggunakan tenaga pesuruh untuk membersihkannya. Dari
jumlah data yang telah diperoleh bahwa untuk kondisi fasilitas sanitasi di sekolah
yang mencakup SD/MI serta kelengkapan sarana toilet dan tempat cuci tangan dapat
dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini :
Secara keseluruhan, diwilayah Kabupaten Bintan siswa dan siswi di sekolah
mendapatkan pengetahuan tentang higiene dan sanitasi diberikan pada saat
penyuluhan tertentu dan pada saat mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan
diberikan.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
64
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 3.1: Rekapitulasi Jumlah sarana air bersih dan sanitasi tingkat Sekolah Dasar/MI
Fas
Fas. Cuci Saluran
Jumlah Siswa Jumlah Guru Sumber Air Bersih *) Toilet Guru**) Toilet Siswa***) Pengolahan
Status Sekolah Jumlah tangan Drainase
No sampah
Dasar Sekolah
L P L P PDAM SPT/PL SGL T L/P L dan P T L/P L dan P T Y T Y T Y T

Sekolah Dasar 8450


1 87 8444 608 615 - - - - 116 - - 210 - - - - - - - -
Negeri
Sekolah Dasar
2 3 175 145 16 17 - - - - 6- - 3- - - - - - - -
Swasta
3 MI Negeri 2 111 112 12 18 - - - - 4- - 2- - - - - - - -
4 MI Swasta 5 192 223 18 32 - - - - 5- - 5- - - - - - - -
Total 97 8922 8930 654 682 0 0 0 0 131 0 0 220 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Tim Pokja PPSP 2014

Tabel3.2: Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah/setara:SD/MI)


Kondisi Sangat Baik % Baik % Kurang Baik %
Toilet Guru 1 25,0 0 0,0 0 0,0
Toilet siswa 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Fasilitas CTPS 3 75,0 1 25,0 0 0,0
Sarana Air Bersih 4 100,0 0 0,0 0 0,0
Pengelolaan sampah 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Drainase 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Ketersediaan dana 1 25,0 0 0,0 2 50,0
Pendidikan HS 3 75,0 1 25,0 0 0,0
Sumber : Tim Pokja PPSP 2014

Tabel 3.3 PHBS terkait sanitasi pada Sekolah Dasar/MI


Perilaku Higiene dan Sanitasi Baik % Kurang baik %
Cuci tangan pakai sabun 0 0 76 12,67
Penggunaan toilet/jamban 134 22,33 4 0,67
Perilaku buang sampah 137 22,83 0 0,00
Sumber : Tim Pokja PPSP 2014

3.3 Pengelolaan Air Limbah Domestik


Air limbah (buangan) dapat didefinisikan sebagai air yang mengandung bahan
pencemar fisik, biologi, atau kimia. Air buangan kota berasal dari kegiatan rumah
tangga atau domestik dan dari kegiatan industri. Kedua air buangan ini harus
ditangani secara terpisah karena karakteristiknya berbeda, dimana air buangan
industri memiliki karakteristik yang lebih kompleks.
Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan
pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan
pengolahan. Tingkat pengolahan yang akan diterapkan tergantung pada kualitas air
buangan, yang erat kaitannya dengan jenis-jenis sumber air buangan tersebut.
Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan
tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan,
yaitu standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard) (lihat
Kep-02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan).
Pengelolaan limbah manusia, khususnya limbah air bekas dilakukan secara
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
65
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

individual pada masing-masing rumah tangga atau memanfaatkan fasilitas umum


seperti MCK umum. Sistem yang digunakan adalah on-site (setempat). Untuk
permukiman penduduk yang berada di tepian sungai, pada umumnya memanfaatkan
sungai untuk keperluan mandi, cuci dan buang air.
Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan
cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air
tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan
masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi.
Di Kabupaten Bintan pengelolaan air limbah masih dilakukan secara individual
oleh penduduknya. Pengelolaan secara komunal maupun sistem perpipaan masih
belum dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun oleh swasta. Hal ini juga bisa
dikaitkan dengan kondisi Kabupaten Bintan yang hampir semua kota-kotanya masih
belum terlalu padat dan pola pemukiman penduduk yang menyebar. Kota-kota di
Kabupaten Bintan sebagian besar masih berupa ibukota kecamatan dengan skala
kota kecil yang kepadatan penduduknya masih belum tinggi.
Sarana sanitasi secara on site yang dimiliki tiap keluarga pada umumnya tidak
dilakukan pengurasan secara berkala, pengurasan dilakukan apabila terjadi
penyumbatan dan ada gangguan serta kelebihan muatan, dan yang dilakukan lebih
banyak menggunakan secara manual (tanpa truck tinja).
Setiap rumah tangga di suatu kawasan disyaratkan memiliki MCK dengan tangan
tangki septik dan bidang peresapan. Setiap tangki septik yang telah penuh oleh
kotoran tinja harus dipompa keluar dan dimasukkan ke dalam tangki truk tinja untuk
kemudian diangkut ke IPLT. Layanan truk pengangkut tinja ini lazimnya ditangani
oleh pemerintah.Pengambilan kotoran tinja dari tangki septik ini dimaksudkan agar
"effluents" dari tangkiseptik tersebut tidak dibuang oleh masyarakat langsung ke
saluran drainase kota terdekat,sebab effluent tersebut berkemungkinan masih
mengandung bakteri pathogen yang dapat mengganggu kesehatan lingkungan
disekitarnya. Apabila masyarakat menggali sumur dalam sebagai sumber air bersih,
maka bakteri pathogen yang berasal dari effluent tangki septik tersebut dapat masuk
kedalamnya. Oleh karena itu selalu disyaratkan untuk pembuatan rumah tinggal agar
jarak minimum tangki septik atau saluran drainase kota minimal 15 m.
Berdasarkan pengalaman, kenyataan di lapangan dan penelitian bakteriologi
membuktikan bahwa cubluk sistem lama berbahaya bagi kesehatan dan menganggu.
Para ahli sanitasi sepakat bahwa semua sistem pembuangan air limbah/kotor harus
dilengkapi tangki septik. Pada tangki tersebut limbah ini diubah menjadi gas dan
cairan melalui aksi bakterianaerobic, yang kemudian menjadi tidak berbahaya.
Sistem pengelolaan air limbah yang dipergunakan oleh penduduk di Kota Bintan
hanya sebagian kecil yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu penduduk yang berada
dipusat kota yang telah menggunakan Septik Tank (Tanki Septik) sebagai media
pembuangan air limbah. Sedangkan sebagian besar dari penduduk kota pembuangan
air limbah selain kotoran manusia (tinja) disalurkan ke lahan-lahan yang lebih rendah
tanpa pembuatan saluran air limbah yang memenuhi kriteria kesehatan serta

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
66
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

sebagian lagi langsung disalurkan ke sungai.


Pembuangan air limbah rumah tangga (domestik) yang memenuhi kriteria sehat
adalah dengan sistem pembuangan air limbah melalui septik tank dengan bidang
resapan. Permasalahan prioritas yang dihadapi terkait dengan pengelolaan air limbah
domestik pada umumnya masyarakat di Wilayah Kabupaten Bintan tidak mempunyai
SPAL yang memadai, bahkan tidak punya SPAL sama sekali.

3.3.1 Kelembagaan
Tabel 3.4: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN

 Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota

 Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target

 Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian
target

PENGADAAN SARANA

 Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik

 Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik)

 Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja)

 Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa
kolektor)

 Membangun sarana IPLT dan atau IPAL

PENGELOLAAN

 Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja

 Mengelola IPLT dan atau IPAL

 Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja

 Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air
limbah domestic

 Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan


saluran drainase perkotaan) dalam pengurusan IMB

PENGATURAN DAN PEMBINAAN

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
67
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan,


personil, peralatan, dll)

 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah
domestik

 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik

MONITORING DAN EVALUASI

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah
domestik skala kab/kota

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana


pengelolaan air limbah domestik

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic,
dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik

Sumber:Pokja PPSP Kabupaten Bintan 2014

Dari Hasil Studi Tim Pokja PPSP Kabupaten Bintan terhadap Pengelolaan air
limbah pada Badan Lingkungan Hidup, diketahui belum ada dan pemangku
kepentingan terhadap pengelolaan Air Limbah Domestik.

Tabel 3.5: Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Bintan


Ketersediaan Pelaksanaan
Substansi Ada Efektif Belum Efektif Tidak Efektif Keterangan
Tidak Ada
(Sebutkan) Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan

AIR LIMBAH DOMESTIK

 Target capaian pelayanan


pengelolaan air limbah domestik di
Kab/Kota ini

 Kewajiban dan sanksi bagi


Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan
layanan pengelolaan air limbah
domestik

 Kewajiban dan sanksi bagi


Pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat dan badan
usaha dalam pengelolaan air limbah
domestic

 Kewajiban dan sanksi bagi


masyarakat dan atau pengembang
untuk menyediakan sarana pengelolaan
air limbah domestik di hunian rumah

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
68
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 Kewajiban dan sanksi bagi


industry rumah tangga untuk
menyediakan sarana pengelolaan air
limbah domestik di tempat usaha
 Kewajiban dan sanksi bagi
kantor untuk menyediakan sarana
pengelolaan air limbah domestik di
tempat usaha
 Kewajiban penyedotan air
limbah domestik untuk masyarakat,
industri rumah tangga, dan kantor
pemilik tangki septik

 
 Retribusi penyedotan air
limbah domestic

 Tatacara perizinan untuk


kegiatan pembuangan air limbah
domestik bagi kegiatan permukiman,
usaha rumah tangga, dan perkantoran

Sumber:Pokja PPSP Kabupaten Bintan Tahun 2014

3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan


Peningkatan kondisi dan tingkat pelayanan sektor limbah manusia dari pem
ukiman perlu diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah pendudu
k yang masih membuang tinja ditempat terbuka dan mengurangi penyebaran penyak
it yang ditularkan melalui air (Water Borne Diseases).Untuk meningkatkan kondisi dan
tingkat pelayanan tersebut perlu ditunjang dengan membangun fasilitas MCK,
jamban keluarga,
jamban jamak, dan pengadaan truck tinja untuk menguras lumpur yang sudah tua
pada tangki septik yang ada.Pembangunan fasilitas sanitasi merupakan
stimulan, yang selanjutnya akan dicontoh, serta dibiayai dan dikelola oleh masyarakat
.
Di Kabupaten Bintan, kegiatan limbah domestik yang dihasilkan oleh masyarakat
bersumber dari WC sentor, jamban helikopter, tempat cuci piring, tempat
pembuangan air cucian dan mandi. Seperti halnya black water yang dihasilkan oleh
rumah tangga tertentu yang disalurkan langsung dan mengendap di tanah dimana
saluran penampungan itu berada. Pada wilayah semi perkotaan yang terdapat di
Kecamatan Bintan, limbah domestik dari masyarakat disalurkan ke penampungan
awal/tangki septik kemudian diangkut dan disedot oleh mobil tinja berhubung jenis
dari tangki septik yang dibangun sifatnya permanen, sehingga limbah (black water)
yang ada tidak dapat mengendap/diolah langsung oleh tanah. Selain itu, limbah
domestik (black water) yang kelompok penggunanya tanpa ada sarana sanitasi atau
jamban helikopter membuang langsung kotorannya kesungai dan ada juga yang
membuang kotorannya langsung ke pekarangan belakang rumah/kebun. Pada
wilayah tertentu dibagian desa masih terdapat masyarakat yang membuang limbah
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
69
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

cuciannya langsung ke tanah tanpa ada saluran pembuangan. Sementara itu, ada
juga masyarakat yang membuang limbah air cucian ke laut dan sungai.

 Tempat Penyaluran Akhir Tinja


Gambar 3.6 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja (Studi EHRA)

Tempat Penyaluran Akhir


Series1; Tidak Tinja di Kabupaten Bintan 2014
tahu; 12,8; 13%

Sungai/danau/pantai;
19.5

Series1; Tangki
septik; 64,5; 64%
Series1; Langsung ke
drainase; 0,8; 1%

Series1; Cubluk/lobang
tanah; 0,8; 1%

Series1; Pipa sewer; 1,8;


2%
Sumber : Studi EHRA Kab. Bintan tahun 2014

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa tempat penyaluran akhir tinja di
Kabupaten Bintan terbesar mengunakan tangki septic sebesar 64 %, tidak tahu
sebesar 13 %, lalu cubluk atau lobang tanah sebesar 1 %, ke sungai 19,5 %, pipa
sewer 2 % dan langsung ke drainase 1%.
Untuk pipa sewer yang terdapat pada grafik di atas berupa sarana sanitasi system
komunal seperti SANIMAS yang tersedia di beberapa desa di kabupaten Bintan.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
70
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar 3.7: Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman

Sumber : Studi EHRA Kab. Bintan tahun 2014

Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa tidak semua tanki yang
dimiliki masyarakat aman masih ada 35% merupakan tanki septik suspek tidak aman.
Hal ini dikarenakan tanki septik sudah dibangun lebih dari 5 tahun dan belum pernah
dikuras.
Gambar 3.8 : Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik

Sumber : Pokja PPSP 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
71
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 3.6: Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota

Sarana tidak
Sarana Layak
layak

BABS* Offsite
Onsite System
System
Nama Kawasan /
No Kecamatan/ Individual Berbasis Komunal
terpusat
Kelurahan
Cubluk, Jamban MCK umum MCK++ Tangki IPAL Sambungan
Tangki septik keluarga dgn /Jamban Septik Komunal Rumah
tidak aman** tangki septik Bersama Komunal
(KK) aman

(KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK) (KK)


(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)

 * Yang termasuk BABS: (i) mempunyai jamban keluarga (individual) tanpa tangki septik (black water disalurkan
ke
badan air atau lingkungan; (ii) BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb.
 ** Aman: sesuai kriteria SNI 

Tabel 3.7: Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik


Jumlah/ Kondisi
No Jenis Satuan Tdk Keterangan
Kapasitas Berfungsi
berfungsi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
Sistem Onsite
1 Berbasis komunal
- IPAL
unit
Komunal
- MCK ++ unit
- Tangki
unit
septik komunal
2 Truk Tinja unit
3 IPLT : kapasitas M3/hari
Sistem Offsite
IPAL
4
Kawasan/Terpusat
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
72
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

- kapasitas M3/hari
- sistem
IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah

Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestic

3.3.3 Peran Serta Masyarakat

Tabel 3.8: Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat*)


Kondisi Sarana Saat
Tahun Penerima Ini ****)
Nama manfaat***) Jumlah
No Pelaksana/PJ Lokasi Program/kegiatan
Program/Kegiatan Sarana Tidak
**) Berfungsi
L P Berfungsi

Total

Tabel 3.9: Pengelolaan Sarana Air Limbah domestik oleh Masyarakat


Pengosongan
Tahun Biaya operasi
Jenis Pengelola tangki
No Sarana Lokasi dan
Sarana septik/IPAL
Dibangun pemeliharaan
Lembaga Kondisi Waktu Layanan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
73
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.3.4 Komunikasi dan Media


Gabar 3.9Kegiatenyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kab/Kota

3.3.5 Peran Swasta


Tabel 3.10: Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di Kabupaten/Kota

Jenis
Nama Tahun mulai kegiatan/
No Provider/Mitra operasi/ Kontribusi
Potensial Berkontribusi Terhadap Potensi
Volume
Sanitasi Kerjasama

3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan


Pendanaan kegiatan Sanitasi air limbah bersumber dari APBD dan sudah
dijalankan dari tahun 2011 sampai dengan saat ini. Pada tahun 2011, jumlah investasi
air limbah sebesar Rp. 88.926.600,-, Tahun 2012 meningkat menjadi sebesar
Rp.198.464.800,- dan tahun 2013 menjadi sebesar Rp.2.064.600.950.

Tabel 3.11: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi air limbah domestik


Belanja (Rp)
No Komponen Rata-rata Pertumbuhan (%)
2009 2010 2011 2012 2013

1 Air Limbah (1a+1b) 128.929.600 298.464.800 3.064.600.950 1.163.998.450 0,62


1.a Pendanaan Investasi air limbah 88.929.600 198.464.800 2.064.600.950 783.998.450 0,61
Pendanaan OM yang dialokasikan dalam
1.b
APBD
Perkiraan biaya OM berdasarkan
1.c 40.000.000 100.000.000 1.000.000.000 380.000.000 0,63
infrastruktur terbangun
Sumber : APBD Kabupaten Bintan diolah

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
74
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah


Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)
No SKPD Pertumbuhan (%)
2009 2010 2011 2012 2013

1 Retribusi Air Limbah 405.636.000 439.068.000 529.980.000 528.976.800 528.976.800 6,14%


1.a Realisasi retribusi
1.b Potensi retribusi 405.636.000 439.068.000 529.980.000 528.976.800 528.976.800 6,14%
Sumber : Pokja PPSP Kabupaten Bintan Tahun 2014

3.3.7 Permasalahan mendesak


Beberapa permasalahan mendesak terkait kondisi air limbah Kabupaten Bintan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.13 Permasalahan mendesak

No Permasalahan Mendesak

Belum ada PERDA yang


1 mengatur permasalahan air
limbah
Manajemen air limbah belum
2
optimal
Kurangnya sarana dan prasarana
3
Pengelolaan air limbah

Sumber : Pokja PPSP Kabupaten bintan 2014

3.4 Pengelolaan Persampahan


Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bintan besar berada pada Dinas
Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) serta Badan Lingkungan hidup
(BLH) Kabupaten Bintan. Wilayah pelayanannya belum mencakup seluruh Kecamatan
di Kabupaten Bintan, dikarenakan ada beberapa Kecamatan di Kabupaten Bintan
yang terletak di luar pulau Bintan seperti Kecamatan Bintan Pesisir, Kecamatan
Mantang dan Kecamatan Tambelan dan wilayah-wilayahnya jauh dari pusat
kecamatan. Untuk Melayani Pengelolaan Sampah di Kecamatan-kecamatan tersebut
DKPP mengerahkan Tim Kebersihan yang ditugaskan untuk menjaga kebersihan pada
setiap Kecamatan, Namun dikarenakan jumlah petugas yang yang masih kurang
sehingga ada beberapa Desa yang masih belum tersentuh oleh layanan
persampahan. Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Bintan dapat di bagi
menjadi 4 tahap pengelolaan yakni:
a. Kegiatan Penyapuan Jalan.
b. Pengumpulan Sampah Dari Sumber Sampah.
c. Pengangkutan Sampah.
d. Tempat Pembuangan Akhir.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
75
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.4.1 Kelembagaan
Instansi Pemerintah Kabupaten Bintan yang menangani dan terkait dalam
pengelolaan sampah (limbah padat) adalah Dinas Kebersihan,Pertamanan dan
Pemakaman bersama Badan Lingkungan Hidup yang sesuai dengan tugas dan fungsi
pokok yang telah ditetapkan.
Tabel 3.14: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan

PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN
 Menyusun target pengelolaan sampah skala

kab/kota,
 Menyusun rencana program persampahan dalam √
rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program persampahan √
dalam rangka pencapaian target

PENGADAAN SARANA

 Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber √ √ √


sampah
 Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan √ √
dari sumber sampah ke TPS)
 Membangun sarana Tempat Penampungan √ √ √
Sementara (TPS)
Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS √
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Membangun sarana TPA

√ √ √
Menyediakan sarana komposting

PENGELOLAAN

√ √
Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS

√ √
Mengelola sampah di TPS


Mengangkut sampah dari TPS ke TPA


Mengelola TPA

√ √ √
Melakukan pemilahan sampah*


Melakukan penarikan retribusi sampah

Memberikan izin usaha pengelolaan sampah √

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
76
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

PENGATURAN DAN PEMBINAAN

 Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah √


(jam pengangkutan, personil, peralatan, dll)
 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan √
dalam hal pengelolaan sampah
 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran √
pengelolaan sampah

MONITORING DAN EVALUASI

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap √


capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap √
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
persampahan
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap √
efektivitas layanan persampahan, dan atau
menampung serta mengelola keluhan atas layanan
persampahan
Sumber :Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Bintan, 2013

Tabel 3.15: Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Bintan


Ketersediaan Pelaksanaan
Substansi Keterangan
Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan
PERSAMPAHAN
 Target capaian pelayanan pengelolaan
RPJM
persampahan di Kab/Kota ini
 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam menyediakan layanan UU No 18 Thn 2008
pengelolaan sampah
 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat UU No 18 Thn 2008
dan badan usaha dalam pengelolaan sampah
 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat
untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat √
Perda No 12 Thn 2012
sampah di hunian rumah, dan membuang ke
TPS
 Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit
usaha di kawasan komersial / fasilitas social /
fasilitas umum untuk mengurangi sampah, Perda No 12 Thn 2012 √
menyediakan tempat sampah, dan membuang
ke TPS
 Pembagian kerja pengumpulan sampah
dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, Tugas dan Fungsi DKPP dan

pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu Perda No 12 thn 2012
pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
 Kerjasama pemerintah kab/kota dengan
swasta atau pihak lain dalam pengelolaan √
sampah

 Perda No 12 Thn 2012 dan


Retribusi sampah atau kebersihan √
Perda No 69 thn2010

Sumber : Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman, 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
77
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 3.16: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Bintan


Volume Terlay ani
Nama Kecamatan / Jumlah Timbulan Tidak Terlay ani
No 3R Institusi Pengelola TPA
Kelurahan Penduduk Sampah
(orang) (M3) (%) (M3)) (%) (M3)) (%) (M3)) (%) (M3))
1 Kecamatan Gunung Kijang 9,118 26 24,28 6,2 47,00 12 53,00 14
2 Kecamatan Bintan Timur 36,297 102 12,64 12,85 57,07 58 56,08 57 42,93 44
3 Kecamatan Bintan Utara 20,913 59 18,79 11 81,21 48
4 Kecamatan Teluk Bintan 8,65 24 82,58 20 17,42 4
5 Kecamatan Tambelan 4,834 14 66,49 9 33,51 5
6 Kecamatan Teluk Sebong 11,302 32 82,16 26 17,84 6
KecamatanSeri Kuala
7 16,757 47 70,33 33 29,67 14
Lobam
8 Kecamatan Toapaya 7,643 21 14,02 3 65,42 14 34,58 7
9 Kecamatan Mantang 3,737 10 66,90 7 33,10 3
10 Kecamatan Bintan Pesisir 8,153 23 65,71 15 34,29 8

Sumber : Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman, 2014


3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Bintan juga dikaitkan dengan
kualitas pelayanan dan jumlah sarana pengangkutan sesuai dengan prioritas karena
keterbatasan sumberdaya dari pengelola persampahan, yaitu:
1. Wilayah dengan pelayanan intensif seperti jalan protokol, atau pusat kecamatan.
2. Wilayah dengan pelayanan sedang, misalnya daerah komersil dan permukiman
teratur.
3. Wilayah dengan pelayanan rendah, misalnya daerah permukiman padat dan
tidak teratur.
4. Wilayah tanpa pelayanan, terutama untuk daerah pulau yang jauh dari pusat
kecamatan.

Manajemen persampahan Kabupaten Bintan sudah mempunyai kekuatan dan


dasar hukum yang diperdakan sendiri dalam pengaturannya. Seperti dalam
pembentukan organisasi, ketertiban masyarakat dan sebagainya. Tanpa adanya
partisipasi masyarakat, semua program pengelolaan sampah (kebersihan) yang
direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat
membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan
masyarakat mengikuti pola penanganan sampah yang sesuai dengan tujuan program
yaitu mengurangi sampah mulai dari sumbernya. Perilaku Masyarakat di Kabupaten
Bintan yang berada di pesisir juga sering membuang sampah rumah tangga kelaut,
Hal ini mesti ditangani dengan memberikan arahan kepada masayarakat pesisir agar
mau ikut menjaga lingkungan tempat tinggal agar menjadi bersih dan sehat.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
78
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar 3.10 :Grafik Pengelolaan Sampah

Sumber : Studi EHRA Kab. Bintan tahun 2014


Grafik memperlihatkan pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan hasil
studi EHRA hanya sebesar 26,4% yang dinilai cukup baik antara lain :
1. Dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 25,3%.
2. Dikumpulkan oleh pendaur ulang sebesar 0,8%.
3. Dibuang ke lubang dan ditutup tanah sebesar 0,3%

Sebagian besar belum mengelola sampahnya dengan baik atau sebesar 73,6%
yang antara lain :
1. Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 1,8%.
2. Di bakar sebesar 55 %.
3. Dibuang ke sungai/danau/kali/laut sebesar 15,3%.
4. Dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebesar 1,5%.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
79
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar 3.11:Grafik Pengangkutan Sampah

Pengangkutan Sampah dari Rumah Tangga


Series1; Beberapa
kali dalam
seminggu; 33,3;
33%

Series1; Tiap hari; 66,7;


67%

Sumber: Studi EHRA Kabupaten Bintan Tahun 2014

Dari informasi di atas dapat diketahui bahwa layanan persampahan


dikabupaten Bintan sudah berjalan cukup baik yaitu diangkut beberapa kali dalam
seminggu oleh petugas sebesar 33% dan diangkut tiap hari sebesar 67%.

Gambar 3.12: Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan

Sumber : Pokja PPSP Kabupaten Bintan 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
80
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 3.17: Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Bintan


Ketersediaan Pelaksanaan
Substansi Keterangan
Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan
PERSAMPAHAN
 Target capaian pelayanan pengelolaan
RPJM
persampahan di Kab/Kota ini
 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam menyediakan layanan UU No 18 Thn 2008
pengelolaan sampah
 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat UU No 18 Thn 2008
dan badan usaha dalam pengelolaan sampah
 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat
untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat
sampah di hunian rumah, dan membuang ke
Perda No 12 Thn 2012 √
TPS
 Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit
usaha di kawasan komersial / fasilitas social /
fasilitas umum untuk mengurangi sampah, Perda No 12 Thn 2012 √
menyediakan tempat sampah, dan membuang
ke TPS
 Pembagian kerja pengumpulan sampah
dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, Tugas dan Fungsi DKPP dan

pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu Perda No 12 thn 2012
pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
 Kerjasama pemerintah kab/kota dengan
swasta atau pihak lain dalam pengelolaan √
sampah
Perda No 12 Thn 2012 dan
 Retribusi sampah atau kebersihan √
Perda No 69 thn2010

Sumber:Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman Tahun 2014

Tabel 3.18: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Bintan


Volume Terlay ani
Nama Kecamatan / Jumlah Timbulan Tidak Terlay ani
No 3R Institusi Pengelola TPA
Kelurahan Penduduk Sampah
(orang) (M3) (%) (M3)) (%) (M3)) (%) (M3)) (%) (M3))
1 Kecamatan Gunung Kijang 9,118 26 24,28 6,2 47,00 12 53,00 14
2 Kecamatan Bintan Timur 36,297 102 12,64 12,85 57,07 58 56,08 57 42,93 44
3 Kecamatan Bintan Utara 20,913 59 18,79 11 81,21 48
4 Kecamatan Teluk Bintan 8,65 24 82,58 20 17,42 4
5 Kecamatan Tambelan 4,834 14 66,49 9 33,51 5
6 Kecamatan Teluk Sebong 11,302 32 82,16 26 17,84 6
KecamatanSeri Kuala
7 16,757 47 70,33 33 29,67 14
Lobam
8 Kecamatan Toapaya 7,643 21 14,02 3 65,42 14 34,58 7
9 Kecamatan Mantang 3,737 10 66,90 7 33,10 3
10 Kecamatan Bintan Pesisir 8,153 23 65,71 15 34,29 8

Sumber :Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Bintan Tahun 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
81
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 3.17
Tabel 3.19Kondisi
KondisiPrasarana
Saranadan
danSarana persampahan
Prasarana yang ada di
Persampahan Kabupaten/Kota
yang ada di Kabupaten Bintan

Jumlah/ Ritasi Kondisi


No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Keterangan
Kapasitas /hari Berfungsi Tdk berfungsi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

1 Pengumpulan Setempat
- Gerobak unit
- Becak/Becak Motor unit 12 2v
2 Penampungan Sementara
- Bak Biasa unit 109 v
- Container unit 6 v
- T ransfer Depo unit
3 Pengangkutan
- Dump T ruck unit 9 3v
- Arm Roll T ruck unit 6 3v
- Compaction T ruck unit
4 (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat
- T PS 3R unit 5 v
- SPA (stasiun peralihan antara) unit
5 T PA/T PA Regional
- Sanitary landfill Ha
- Controlled landfill Ha 5 v
- Open dumping Ha
6 Alat Berat
- Bulldozerl unit 1 v
- Whell/truck loader unit
- Excavator / backhoe unit 1 v
7 IPL
- sistem

Sumber:Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman Tahun 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
82
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.4.3 Peran Serta Masyarakat


Tabel 3.18: Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat*
Tabel 3.20 Daftar Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat
Penerima Kondisi Sarana Saat
Tahun
Nama Pelaksana/P manfaat ***) Jumlah Ini **)
No Lokasi Program/Ke
Program/kegiatan J Sarana Tidak
giatan**) L P Berfungsi
Berfungsi
1.
T PST 3R : T PST BLH Kab.
1 Kecamatan 2 2 √
Sampah Organik Bintan
Bintan T imur
2.
BLH Kab. Kecamatan
2 1 √
Bintan Gunung
Kijang
3.
BLH Kab.
Kecamatan 2 1 √
Bintan
T oapaya
Peningkatan Peran serta
masyarakat dalam 1.
BLH Kab.
2 pengelolaan Kecamatan 2 15 14 1
Bintan
persampahan : Bank Bintan T imur
Sampah
2.
BLH Kab. Kecamatan
2 1 √
Bintan Gunung
Kijang
3.
BLH Kab.
Kecamatan 2 1 √
Bintan
T oapaya
Total 21
Sumber: Badan Lingkungan Hidup, 2014

Tabel 3.21: Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat

Pengelola Kerjasama
No Jenis Kegiatan Lokasi dengan Keterangan
Lembaga Kondisi pihak lain
1. Perumnas.
Tekojo Kec. Bintim
2. Perumahan Sei.
Lekop Bt. 20 Kec.
Bintim
Pemilahan 3. Sei. Enam Kec.
Bank Sampah
1 Sampah di Bintim Aktif
Rumah tangga 4. Pasar Barek
Motor Kec. Bintim
5. Gunung
Lengkuas Kec.
Bintim
6. Karang Taruna

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
83
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Kec. Bintim
Pengangkutan Setiap DKPP Kab.
2 RW/Lingkungan Aktif -
sampah ke TPS RW/Lingkungan Bintan
Pengolahan
3
sampah:
1. Perumnas
Aktif
a) Pengolahan Tekojo Kec. Bintim
Bank Sampah -
sampah organik 2. Pasar Barek
Aktif
Motor
3. Kec. Gunung Tidak
Kijang Aktif'
4. Kec. Bintan Tidak
Timur Aktif'
Tidak
5. Kec. Toapaya
Aktif'
1. Kel. Gunung
Kelompok
Lengkuas Kec.
b) Pengolahan Dasawisma Dharma
Bintim
sampah non Aktif Wanita dan
2. Kel. Tembeling
organik GOW
Tanjung Kec. Teluk PKK
Bintan

c) Pengelolaan
- - -
sampah terpadu

Sumber:Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Bintan Tahun 2014

3.4.4 Komunikasi dan Media


Di Kabupaten Bintan telah melakukan kegiatan kampanye kebersihan
khususnya masalah persampahan, kegiatan tersebut adalah : media reklame tentang
Pertamanan dan Kebersihan dengan slogan mari kita jaga kebersihan Kota Bintan
dengan membersihkan lingkungan selokan, dan sampah pada tempatnya. Untuk
lebih jelasnya mengenai daftar kegiatan reklame layanan yang berbasis masyarakat

3.4.5 Peran Swasta

Tabel 3.22: Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di Kabupaten/Kota

Jenis kegiatan/
Nama Tahun mulai
Kontribusi
No Provider/Mitra operasi/
Terhadap
Potensial Berkontribusi
Sanitasi Volume Potensi Kerjasama

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
84
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan


Pembiayaan untuk sanitasi persampahan masih bersumber dari APBD
Kabupaten Bintan pada kurun waktu beberapa tahun terakhir. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa kegiatan pengelolaan sanitasi persampahan di Kabupaten Bintan
berupa pengadaan sarana dan prasarana, Pembangunan 3R,(Reuse,Reduce,
Recycle),Peningkatan Peran serta masyarakat dalam pengelolaan
persampahan,Operasional Bank Sampah, Penilaian Lomba Kecamatan, Kelurahan dan
Desa Terbersih, Sosialisasi dan Promosi Gerakan Bintan Bersih, Peningkatan Edukasi
Masyarakat bidang lingkungan, Pengelolaan persampahan 3R,Operasional dan
Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Pendataan Timbulan Sampah,
Peningkatan kebersihan jalan-jalan umum dan lingkungan, Peningkatan operasional
dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan yang dilaksanakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum serta Badan Lingkungan Hidup.
Jika dilihat belanja untuk kegiatan pengelolaan sanitasi persampahan pada
masing-masing SKPD terkait, maka diketahui bahwa investasi pemerintah Kabupaten
Bintan dalam APBD untuk pengadaan sarana sanitasi persampahan terdapat di SKPD
Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman melalui kegiatan Penyediaan
Prasarana dan Sarana Pengelolaaan Persampahan dengan total investasi rata-rata
sebesar Rp. 3,5 M sampai 5 M ,- dalam kurun waktu 2 (tahun terakhir). Sedangkan
operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan dianggarkan
bersama dengan sarana kebersihan lainnya dalam kegiatan Peningkatann operasi dan
pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan dan Operasional dan Pengelolaan
TPA pada Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman. Oleh karenanya pada tabel
berikut yang ditampilkan hanya investasi APBD Kabupaten Bintan dalam pengadaan
dan pemeliharaan sarana mdan Prasarana Persampahan melalui Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Bintan.
Tabel 3.23: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi persampahan
Belanja (Rp) Pertumbu
No Subsektor Rata-rata
2009 2010 2011 2012 2013 han (%)

1 Air Limbah (1a+1b) 154.468.280 201.539.700 3.768.167.140 5.952.507.770 2.519.170.723 63,68%


2.a Pendanaan Investasi Sanitasi Persampahan 0 3.517.376.840 5.446.660.820 2.988.012.553 33,86%

2.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 154.468.280 201.539.700 250.790.300 505.846.950 278.161.308 48,35%
Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur
2.c 77.234.140 100.769.850 125.395.150 252.923.475 139.080.654 48,35%
terbangun

Sumber : APBD Kabupaten Bintan diolah


Di Kabupaten Bintan Belum ada retribusi yang dipungut terkait sanitasi
persampahan.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
85
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 3.24 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah


Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuha
No SKPD
2010 2011 2012 2013 2014 n (%)

2 Retribusi Sampah 608.454.000 658.602.000 746.790.000 745.376.400 745.376.400 4,81%

2.a Realisasi retribusi

2.b Potensi retribusi 608.454.000 658.602.000 746.790.000 745.376.400 745.376.400 4,81%

Sumber: Pokja PPSP Kabupaten Bintan 2014.

3.4.7 Permasalahan mendesak

Tabel 3.25 Permasalahan Mendesak

No Permasalahan Mendesak

Pengadaan Sarana dan Prasarana pengelolaan


sampah di Kec. Toapaya, Gunung Kijang dan
1.
Bintan Timur telah dilaksanakan namun belum
difungsikan.
Kurangnya tenaga kerja (pasukan kuning) dan
sarana prasarana pengangkutan sampah yang
2. dapat menjangkau seluruh Kecamatan di
Kabupaten Bintan

Sumber: Dinas Kebersihan,Pertamanan


dan Pemakaman Kabupaten Bintan, 2014

3.5 Pengelolaan Drainase Perkotaan


Perencanaan drainase perkotaan bertujuan untuk mencari alternatif
pengendalian akumulasi limpahan air hujan yang berlebihan dan penyaluran limbah
agar dalam pembangunannya dapat terpadu dengan pembangunan sektor lain yang
terkait, sehingga sesuai dengan penataan lingkungan perkotaan.
Kondisi alam Kabupaten Bintan secara umum dapat dibedakan menjadi daerah
datar, bergelombang, dan berbukit. Limpasan air permukaan yang berpotensi banjir
biasanya terjadi di wilayah dengan topografi datar-bergelombang dengan kelerengan
daerah kurang dari 15%. Peningkatan debit air permukaan dipengaruhi pula oleh
jenis tanah hasil sedimentasi, dimana resapan air relatif kecil. Pada musim penghujan
dimana curah hujan cenderung tinggi, genangan air permukaan semakin meningkat
pada daerah-daerah tersebut. Di beberapa wilayah kecamatan dengan karakteristik
alam seperti itu, jaringan drainase seringkali belum ada, sehingga sering terjadi banjir.
Fenomena itu diperburuk dengan luapan air sungai yang mengalir di wilayah-wilayah
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
86
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

itu. Dalam konteks ini, pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang
mendesak dan harus mendapat prioritas.
Drainase berfungsi untuk mengalirkan limpahan air hujan agar tidak terjadi
genangan air atau banjir. Banjir pada kawasan kota umumnya sangat mempengaruhi
tingkat kegiatan sosial ekonomi masyarakat, yang dapat menimbulkan kerugian harta
benda. Sehingga dalam perencanaan drainase nanti harus perlu diperhatikan secara
khusus agar bencana banjir dikawasan perkotaan dapat dihindari. Kabupaten Bintan
masih kurang didukung oleh prasarana utilitas yang memadai, termasuk sistem
pengaliran air hujan/drainase. Saluran drainase yang ada berupa saluran drainase
jalan, namun tidak semua ruas jalan dibuat saluran drainasenya, seperti pada ruas
Jalan Lintas Propinsi dan itu tidak seluruhnya ada dengan saluran yang permanen.
Secara spesifik fungsi dan kegunaan drainase dapat disebutkan satu persatu, antara
lain :
 Mengeringkan bagian wilayah kota/lingkungan dari genangan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif.
 Mengalirkan air permukaan kebadan air penerima terdekat secepatnya.
 Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
 Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).

Berdasarkan fisiknya, sistim drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, dan
tersier.
a. Sistem saluran primer
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder.
Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan
pemerima air.
b. Sistem saluran sekunder
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air
dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan
meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit
yang dialirkan.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
87
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.5.1 Kelembagaan
Tabel 3.26 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase
Perkotaan
Tabel 3.24: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Perkotaan
PEMANGKU KEPENTINGAN

FUNGSI Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota

PERENCANAAN
 Menyusun target pengelolaan drainase perkotaan skala kab/kota
 Menyusun rencana program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian target
 Menyusun rencana anggaran program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian
target
PENGADAAN SARANA
 Menyediakan / membangun sarana drainase perkotaan
PENGELOLAAN
 Membersihkan saluran drainase perkotaan
 Memperbaiki saluran drainase perkotaan yang rusak
 Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase
perkotaan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
 Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk
penataan drainase perkotaan di wilayah yang akan dibangun
 Memastikan integrasi sistem drainase perkotaan (sekunder) dengan sistem drainase
sekunder dan primer
 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase
perkotaan
 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase perkotaan
MONITORING DAN EVALUASI
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase
perkotaan skala kab/kota
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
drainase perkotaan

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase perkotaan, dan
atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase perkotaan

Tabel 3.27 Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Bintan


Tabel 3.25: Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Bintan
Ketersediaan Pelaksanaan
substansi Efektif Belum Efektif Tidak Efektif Keterangan
Ada (Sebutkan) Tidak Ada
Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan
DRAINASE PERKOTAAN
 T arget capaian pelayanan pengelolaan
drainase perkotaan di Kab/Kota ini

 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah


Kab/Kota dalam menyediakan drainase perkotaan

 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah


Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat
dalam pengelolaan drainase perkotaan
 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan
atau pengembang untuk menyediakan sarana
drainase perkotaan, dan menghubungkannya
dengan sistem drainase sekunder
 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk
memelihara sarana drainase perkotaan sebagai
saluran pematusan air hujan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
88
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.5.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan


Gambar 3.14 : Grafik Persentase Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin

Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir


Sumber:Studi EHRA Kabupaten
rutin Bintan Tahun 2014

Series1; Ya;
Series1; 42,9; 43%
Tidak; 57,1; Ya
57%
Tidak

Sumber : Pokja PPSP Kabupaten Bintan 2014

Dari hasil studi EHRA persentase Rumah tangga yang mengalami banjir rutin
sebesar 43% dan sebesar 57% tidak mengalami banjir rutin.

Tabel 3.28: Kondisi sarana dan prasarana drainase yang ada di Kabupaten Bintan
Frekuensi
Jenis Prasarana / Jumlah/ Kondisi
Pemeliharaan
No Satuan
Tdk
Sarana Kapasitas Berfungsi (kali/tahun)
berfungsi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
1 Saluran Primer 7.351 √
- S. Primer A m 3.000 √
- S. Primer B m
2 Saluran Sekunder 5.638 √
- Saluran
m
Sekunder A1
- Saluran
m
Sekunder A2
- Saluran
m
Sekunder B1
Bangunan
3
Pelengkap
- Rumah
unit -
Pompa
- Pintu Air unit -
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan, 2014
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
89
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase perkotaan

Sumber : Pokja PPSP Kabupaten Bintan

3.5.3 Peran Serta Masyarakat


Tabel 3.29 Daftar Program/Kegiatan Drainase Perkotaan Berbasis Masyarakat*)

Kondisi Sarana Saat Ini


Nama Tahun
Pelaksana/P Penerima manfaat***) Jumlah ****)
No Program/Ke Lokasi Program/ke
J Sarana Tidak
giatan giatan **) Berfungsi
L P Berfungsi
1
2
Total

Tabel 3.30: Pengelolaan Sarana Drainase Perkotaan oleh Masyarakat

Pengelolaan
No Jenis Sarana Lokasi Iuran Keterangan
Lembaga Kondisi

Keterangan : Data tidak tersedia di SKPD

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
90
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

3.5.4 Komunikasi dan Media


Gambar 3.16 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kab/Kota

3.5.5 Peran Swasta


Tabel 3.31: Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten Bintan
Jenis
Nama Tahun mulai kegiatan/
No Provider/Mitra operasi/ Kontribusi Volume Potensi
Potensial Berkontribusi Terhadap Kerjasama
Sanitasi

Keterangan : Data tidak tersedia di SKPD


3.5.6 Pendanaan dan Pembiayaan
Pembiayaan untuk pengelolaan drainase masih bersumber dari APBD
Kabupaten Bintan pada kurun waktu beberapa tahun terakhir. Kegiatan pengelolaan
drainase di Kabupaten Bintan berupa Pembangunan dan perbaikan saluran drainase
jalan, Pembangunan saluran drainase lingkungan, Peningkatan Pengadaan Sarana
dan Prasarana Pelayanan Kesehatanyang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum,
Kabupaten Bintan.
Jika dilihat belanja untuk kegiatan drainase perkotaan, maka diketahui bahwa
investasi pemerintah Kabupaten Bintan dalam APBD untuk pembangunan drainase
terjadi peningkatan dan penurunan investasi, dengan total sebesar Rp. 903 juta pada
Tahun 2010 , menurun sebesar hanya 396 juta pada 2011 dan meningkat menjadi 6
M pada Tahun 2012 hingga 16 M pada Tahun 2013.
Tabel 3.32: Rekapitulasi Realisasi Pendanaan drainase perkotaan
Belanja (Rp) Pertumbu
No Subsektor Rata-rata
2009 2010 2011 2012 2013 han (%)

1 Drainase (3a+3b) 903.861.390 396.347.500 6.918.746.684 16.316.326.301 6.133.820.469 30,95%

1.a Pendanaan Investasi Drainase 903.861.390 396.347.500 6.415.345.684 16.045.355.001 5.940.227.394 31,45%

Pendanaan OM yang
1.b 503.401.000 270.971.300 387.186.150 3,56%
dialokasikan dalam APBD

Perkiraan biaya OM
1.c berdasarkan infrastruktur
terbangun
Sumber : APBD Kabupaten Bintan diolah

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
91
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 3.33 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan


Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuh
No SKPD
2009 2010 2011 2012 2013 an (%)

1 Retribusi Drainase 202.818.000 219.534.000 264.990.000 269.297.280 269.297.280 6,59%


1.a Realisasi retribusi 0,00%
1.b Potensi retribusi 202.818.000 219.534.000 264.990.000 269.297.280 269.297.280 6,59%
Sumber : Pokja PPSP Kabupaten Bintan 2014

3.5.7 Permasalahan mendesak

Permasalahan mendesak terkait drainase perkotaan dapat dilihat pada tabel


berikut.
Tabel 3.34 Permasalahan Mendesak

No Permasalahan Mendesak

1 Timbulnya daerah genangan air


Belum ada perda yang
2 mengatur permasalahan
drainase
Rendahnya kesadaran
3 masyarakat tentang fungsi dan
manfaat drainase lingkungan
Terbatas nya anggaran
4 pemerintah untuk
pembangunan drainase
Belum ada Perda yang
5 mengatur Pengelolaan drainase
perkotaan
Sumber: Pokja PPSP Kabupaten Bintan, 2014

3.6 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi

3.6.1 Pengelolaan Air Bersih


Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi

manusia.Kebutuhan air bersih ini selalu meningkat seiring dengan pertumbuhan

penduduk.Oleh karena itu PDAM harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat

tersebut sesuai dengan kemampuan sumberdaya yang ada.Tingkat pelayanan PDAM

Bintan terhadap penduduk Kabupaten Bintan masih rendah.Salah satu upaya yang

dilakukan oleh PDAM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut adalah

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
92
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

dengan memperluas jangkauan pelayanan melalui peningkatan jumlah kapasitas

produksi air bersih sehingga tercapai pemerataan pelayanan. Rencana

pengembangan jaringan air bersih ini tidak dapat dilakukan sekaligus oleh PDAM

berhubung bertahapnya proses pembangunan dan besarnya nilai investasi yang

diperlukan.Di bawah ini merupakan tabel sistem pelayanan dan pengelolaan air

bersih di Kabupaten Bintan.

Tabel 3.35: Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten/Kota

Sistem
No Uraian Satuan Keterangan
Perpipaan
1 Pengelola PDAM
2 Tingkat Pelayanan % 78,33
3 Kapasitas Produksi Lt/detik ±60
4 Kapasitas Terpasang Lt/detik ±20
Jumlah Sambungan
5 Unit 2.057
Rumah (Total)
6 Jumlah Kran Air Unit 2.057
7 Kehilangan Air (UFW) % -
Retribusi/Tarif (rumah
8 M3 5000/M³
tangga)
Jumlah pelanggan per
9
kecamatan
- Kecamatan Bintan
Pelanggan 2057
Utara
- Kecamatan Bintan
Pelanggan -
Timur
1 Pengelola SPAM/IKK
2 Tingkat Pelayanan % 28,2
3 Kapasitas Produksi Lt/detik ±93
4 Kapasitas Terpasang Lt/detik ±30
Jumlah Sambungan
5 Unit 2.047
Rumah (Total)
6 Jumlah Kran Air Unit 2.047
7 Kehilangan Air (UFW) % -
Retribusi/Tarif (rumah Rp.1.500/M³ s/d
8 M3
tangga) Rp.5.000/M³
Jumlah pelanggan per
9
kecamatan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
93
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

- Kecamatan Seri Kuala


Pelanggan 998
Lobam
- Kecamatan Teluk
Pelanggan 30
Sebong
- Kecamatan Gunung
Pelanggan 430
Kijang
- Kecamatan Mantang Pelanggan 110
- Kecamatan Bintan
Pelanggan 381
Pesisir
- Kecamatan Bintan
Pelanggan 100
Utara
- Kecamatan Teluk
Pelanggan 100
Bintan
- Kecamatan Bintan
Pelanggan 98
Timur

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan,2014

Gambar 3.16 : Grafik Akses terhadap Air Bersih/Sumber Air Minum dan Memasak

Sumber:Studi EHRA Kabupaten Bintan Tahun 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
94
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa sumber air minum dan

memasak yang digunakan adalah mata air tidak terlindungi sebesar 0,3%, Air Sumur

Gali Tidak terlindungi sebesar 24,3%, Air isi Ulang sebesar 53,1% dan Air Botol

Kemasan sebesar 4,5%. Sedangkan sumber air yang dinilai terlindungi yang

digunakan seperti mata air terlindungi sebesar 17,3%, Air Sumur terlindungi sebesar

71,4%,Air sumur pompa tangan sebesar 13,1%, Air Ledeng dari PDAM sebesar 40,8%.

3.6.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga


Tabel 3.36: Pengelolaan limbah industri rumah tangga
kabupaten/kota Jenis Industri RumahJumlah industri
Lokasi Jenis Pengolahan Kapasitas (m3/hari)
Tangga RT

Dst

Keterangan: Data tidak tersedia di SKPD

3.6.3 Pengelolaan Limbah Medis


Tabel 3.37: Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas
kesehatan Nama Fasilitas Jenis Pengolahan Limbah
Lokasi Kapasitas (m3/hari)
Kesehatan Medis

Dst
Keterangan : Data tidak tersedia di SKPD

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
95
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

BAB 4
PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Program Higiene dan Sanitasi (Prohisan) ini adalah program Nasional yang terus di

kembangkan untuk mencapai kesehatan masyarakat yang sesungguhnya. Lingkungan

sehat merupakan salah satu faktor yang ikut menentukkan derajat kesehatan

masyarakat. Lingkungan sehat akan mendukung masyarakat untuk hidup sehat

demikian sebaliknya lingkungan yang tidak sehat dapat menimbulkan penyakit

terutama penyakit yang berbasis lingkungan. Di Kabupaten Bintan dengan tingginya

perkembangan penduduk yang disebabkan angka kelahiran juga disebabkan tingginya

arus migrasi. Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan kawasan menjadi tidak

terkendali dan cenderung tidak sehat ini dicerminkan banyaknya rumah-rumah yang

tidak sehat akibat semakin padatnya tingkat hunian rumah di masyarakat. Komponen

perilaku sehat merupakan tugas utama dari Promosi kesehatan. Promosi kesehatan

adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat agar dapat memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatannya.

Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan bukan merupakan pekerjaan yang mudah,

hal ini disebabkan menyangkut aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap,

kebiasaan, kemampuan, potensi dan faktor budaya pada umumya. Disamping itu

perilaku kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan oleh manusia yang didasari oleh

pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dapat berdampak positif atau negatif

terhadap kesehatan.

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang

dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-

kegiatan kesehatan di masyarakat.


KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
96
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga

yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu

dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga

mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu

untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Pembinaan PHBS di rumah tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk

menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk

hidup bersih dan sehat. Melalui upaya ini, setiap rumah tangga diberdayakan agar

tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan

mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulanggi masalah-

masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang

ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber

masyarakat.

Indikator PHBS di rumah tangga terdiri dari :


1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan

disini seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan

masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis

untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan

penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi inipun

dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.

2. Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI

Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain

pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan.

3. Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan

dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan.

Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
97
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di

buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan

dari Balita tersebut.

4. Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-

hari seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang

tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan

berbagai macam penyakit.

5. Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai

sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang

menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan

setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan,

seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum

memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.

6. Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang

mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat

jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa

(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air

untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni

tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh

serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan

aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan

ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat

pembersih.

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik

Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat

perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC,

vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang

dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).


KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
98
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

8. Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat

dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan

mineral yang bermanfaat bagi tubuh.

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga

maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup

agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci

pakaian, dan lain-lainnya.

10. Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan

dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin,

tar, dan karbon monoksida (CO).

2. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam

kesejahteraan penduduk. Lingkungan sehat dibutuhkan bukan hanya untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup

dan meningkatkan produktivitas kerja dan belajar.

Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran

kehidupan dibumi, karena lingkungan merupakan tempat dimana pribadi itu

tinggal. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat-

syarat lingkungan yang sehat. Beberapa indikator pada kegiatan penyelenggaraan

penyehatan lingkungan antara lain cakupan rumah sehat, akses jamban sehat,

institusi dibina, Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)

sehat, akses air bersih dan desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup

kesehatan lingkungan, yaitu :


KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
99
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

1. Penyediaan Air Minum


2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Peran Promosi Kesehatan memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis

dalam upaya pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan. Peningkatan dan

pengembangan promosi kesehatan dilaksanakan dengan cara pengembangan

kebijakan, peningkatan intensitas, perluasan jangkauan pelayanan, serta penciptaan

kreasi baru media promosi dan penyebar luasan info kesehatan melalui berbagai

media yang efektif dan terpilih sesuai dengan karakteristik, tradisi dan budaya

masyarakat Kabupaten Bintan melalui pendekatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi

(KIE). Dengan promosi kesehatan yang baik, maka penerapan PHBS akan dapat

tumbuh dan berkembang di masyarakat, bahkan menjadi suatu budaya dan kebutuhan

bagi masyarakat, yang pada akhirnya mendorong kemandirian masyarakat dalam

bidang kesehatan.

Di Kabupaten Bintan telah melaksanakan beberapa program/kegiatan yang

berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yang mana program/kegiatan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
100
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

tersebut telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan. Dalam penerapan

PHBS pada lima tatanan yaitu : Tatanan Rumah tangga, Tempat-tempat umum,

Sarana Kesehatan, Institusi Pendidikan serta Tempat Kerja secara terus menerus

dan berkesinambungan mestilah tetap dilaksanakan agar membudaya dalam segala

aspek kehidupan masyarakat.

Pada tabel berikut ini merupakan rencana program dan kegiatan yang m endukung

dan berkaitan dengan program PHBS Tahun 2015 di Kabupaten Bintan.

Tabel 4.1
Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi Tahun 2015
Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi Tahun 2015

SKPD Sumber
Nama Progam/kegiatan Indikasi Sumber
No Satuan Volume Penanggung dokumen
biaya (Rp) Pembiayaan jawab perencanaan
Dinas RKPD
Peningkatan Upaya Penyehatan Kesehatan
1 Lingkungan
Kegiatan 1 100,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Peningkatan dan Pemantapan
Kesehatan
2 Penyelenggaraan Akselerasi Desa Kegiatan 1 300,000,000 APBD
Kabupaten
Sehat
Bintan
Dinas RKPD
Sosialisasi Kebijakan Kesehatan
3 Lingkungan Sehat
Kegiatan 1 100,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Peningkatan Sanitasi Total Kesehatan
4 Berbasis Masyarakat
Kegiatan 1 200,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Peningkatan dan Pengembangan Kesehatan
5 Media Promosi Kesehatan
Desa/Kel 41 400,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Pelayanan dan Pengembangan
Kesehatan
6 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Sekolah 158 450,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Peningkatan dan Pengembangan Kesehatan
7 Desa Siaga
Jiwa 120.000 400,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan

sumber : RKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan 2015

Total anggaran program/kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2015 untuk kegiatan yang

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
101
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

terkait dengan PHBS yaitu sebesar Rp. 1.950.000.000,- (satu milyar sembilan ratus lima puluh
juta rupiah), yang mana dibagi menjadi 7 program/kegiatan. Sasaran dari
program/kegiatan yang direncanakan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat (baik di lingkungan rumah tangga, sekolah dan lingkungan
sekelilingnya) bagaimana berperilaku hidup bersih dan sehat.

Tabel 4.2 Program dan kegiatan terkait sanitasi yang sedang berjalan

Kegiatan PHBS terkait Sanitasi yang sdang berjalan


No Nama Progam/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi SKPD
Kegiatan Penanggung
jawab
Kabupaten Dinas
Peningkatan Upaya Penyehatan Bintan Kesehatan
1 Kegiatan 1 100,000,000 APBD
Lingkungan Kabupaten
Bintan
Kabupaten Dinas
Peningkatan dan Pemantapan
2 Kegiatan 1 250,000,000 APBD Bintan Kesehatan
Penyelenggaraan Akselerasi Desa
Sehat Kabupaten
Bintan
Kabupaten Dinas
Sosialisasi Kebijakan Bintan Kesehatan
3 Kegiatan 1 100,000,000 APBD
Lingkungan Sehat Kabupaten
Bintan
Kabupaten Dinas
Peningkatan Sanitasi Total Bintan Kesehatan
4 Kegiatan 1 200,000,000 APBD
Berbasis Masyarakat Kabupaten
Bintan
Kabupaten Dinas
Peningkatan dan Pengembangan Bintan Kesehatan
5 Desa/Kel 41 390,000,000 APBD
Media Promosi Kesehatan Kabupaten
Bintan
Kabupaten Dinas
Pelayanan dan Pengembangan
Bintan Kesehatan
6 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Sekolah 90 387,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Kabupaten Dinas
Pelayanan dan Pengembangan Usaha Bintan Kesehatan
7 Jiwa 36 350,000,000 APBD
Kesehatan Sekolah (UKS) Kabupaten
Bintan
Kabupaten Dinas
Kawasan Tanpa Asap Rokok Bintan Kesehatan
8 Desa/Kel 31 246,929,308 APBD
Kabupaten
Bintan

Sumber : DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan 2014

Pada tahun 2014, Kabupaten Bintan telah mengganggarkan dana untuk kegiatan yang terkait

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
102
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

dengan program/kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu sebesar Rp.
2.023.929.308,- (dua milyar dua puluh tiga juta Sembilan ratus dua puluh sembilah ribu tiga
ratus delapan rupiah). Anggaran tersebut digunakan untuk 8 kegiatan, yang mana
semua kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan.
4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kabupaten Bintan merupakan wilayah yang cukup luas dan penduduknya menyebar tidak
merata serta terakumulasi di beberapa wilayah tertentu. Dengan pola penyebaran penduduk
demikian, Kabupaten Bintan sulit bagi pemerintah daerah membangun Instalasi Pengelolahan
Lumpur Tinja (IPLT) komunal.
Selain itu permasalahan air limbah yang kian memburuk di kawasan permukiman pesisir
Kabupaten Bintan khususnya permukiman nelayan tidak dapat tertangani secara baik.
Beberapa penyebabnya yaitu kebiasaan sosial-budaya yang sulit berubah (seperti buang air
besar sembarangan atau menggunakan WC cemplung), topografi yang sangat rendah bahkan
sebagian berada dibawah ketinggian pasang air laut (karena abrasi), perkembangan
permukiman yang kian memadat dan tidak tertata serta kegagalan penerapan standar
teknis pembuangan air limbah.
Dalam hal ini, perlunya kebijakan dan perhatian khusus pemerintah daerah Kabupaten Bintan
dalam membangun sarana prasarana pengelolaan air limbah yang baik serta
meningkatkan peran serta masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Pada tahun 2015 pemerintah Kabupaten Bintan belum mengganggarkan dana untuk
program/kegiatan yang terkait dengan pengelolaan air limbah domestik.
Tabel 4.3
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2015

Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2015
SKPD
Sumber Lokasi
No Nama Progam/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Penanggung
Dana Kegiatan
jawab

Sumber : RKPD Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan 2015

Sedangkan untuk program yang sedang berjalan pada sektor air limbah domestik

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
103
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

hanya berupa pembangunan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) di lokasi


TPA Sei. Enam Kelurahan Kijang Kota. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
yang bersumber dari APBN Kementerian Pekerjaan Umum, yang mana instansi
pelaksana yaitu SNVT Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Provinsi Kepulauan Riau dengan pagu anggaran Rp. 3.500.000.000,- (tiga
milyar lima ratus juta rupiah).

Tabel 4.4
Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Yang Sedang Berjalan

Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2014


No Nama Program/ Kegiatan Satuan Volum
e Biaya(Rp.) Sumber Lokasi Kegiatan
Dana
Institusi
Pelaksana
SNVT
1 Pembangunan Instalasi Kegiatan1 3.5 Milyar APBN Kec. Bintan Pengembang
Pengolahan IPLT Timur an
Penyehatan
Lingkungan
Sumber : SNVT Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Prov. Kepri 2014 Permukiman

4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan


Salah satu cara terbaik dalam mengelola sampah adalah dengan membuat

sampah tersebut lebih berharga dan dapat didayagunakan ulang atau didaur ulang

untuk digunakan kembali.

Kabupaten Bintan akan membangun pengolahan sampah atau daur ulang dan

sudah membangun bank sampah, tujuannya agar sampah-sampah yang ada

dikumpulkan dan diolah kembali menjadi bahan yang berguna atau pupuk.

Dalam tempat pengolahan sampah yang ada di pasar Barek Motor Kijang akan

mengolah sampah menjadi pupuk kompos untuk sampah organik dan untuk sampah

plastik akan dikumpulkan dan didaur ulang oleh pengumpul barang bekas.

Diharapkan masyarakat sekitar untuk bersikap sadar lingkungan, dengan

mengumpulkan sampah lalu menjualnya ke bank sampah, maka masyarakat akan

membersihkan lingkungan dan memperoleh penghasilan tambahan. Sampah organik

akan dihargai Rp 300,- perkilonya, dan untuk sampah plastik akan disesuaikan dengan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
104
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

harga pasar sekitar Rp 1500,- per kilo. Kedepannya Pemerintah kabupaten Bintan

mengharapkan masyarakat untuk menjaga lingkungan dan dapat menabung

melalui bank sampah.

Untuk pengolahan sampah organik yang akan dijadikan kompos, Pengelola

hanya mampu mengolah 1 hingga 2 ton ampah perbulan, nantinya kompos ini juga

dapat dimanfaatkan atau dijual kepada petani dengan harga yang murah. Untuk

sarana TPA di Kabupaten Bintan memiliki satu (1) TPA dengan system control landfill.

Tabel 4.5
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2015
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2015

NO Nama Volume Satuan Indikasi Sumber SKPD Sumber


Program/Kegiatan Pendana Penanggung dokumen
(Rp)
an/Pemb jawab perencanaan
iayaan

1 Penyusunan 1 Kegiatan 500.000.000 APBN SNVT RKAKL


Pedoman Teknis Pengemban
Manajemen gan
Pengelolaan TPA Penyehatan
Lingkungan
Pemukiman

2 Pembangunan TPS 1 Kegiatan 600.000.000 APBN SNVT RKAKL


Terpadu 3R Pengemban
gan
Penyehatan
Lingkungan
Pemukiman

3 Pembangunan 1 Kegiatan 400.000.000 APBN SNVT RKAKL


Sanitasi Pengemban
gan
Penyehatan
Lingkungan
Pemukiman

4 Peningkatan Peran 1 Kegiatan 150,000,000 APBD Badan RKPD


serta Masyarakat Lingkungan
dalam Pengelolaan Hidup
Persampahan Kabupaten
Bintan

5 Sosialisasi dan 1 Kegiatan 250,000,000 APBD Badan RKPD


Promosi Gerakan Lingkungan
Bintan Bersih Hidup
Kabupaten

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
105
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Bintan

6 Penilaian 1 Kegiatan 200,000,000 APBD Badan RKPD


Kecamatan/Kelurah Lingkungan
an/Desa Terbersih Hidup
Kabupaten
Bintan

7 Penyediaan 1 Kegiatan 1,123,170,000 APBD Dinas RKPD


Prasarana dan Kebersihan
Sarana Pertamanan
Persampahan dan
Pemakaman

8 Peningkatan 1 Kegiatan 6,341,265,000 APBD Dinas RKPD


Kebersihan Jalan- Kebersihan
jalan dan Pertamanan
Lingkungan Umum dan
Pemakaman

9 Operasional dan 1 Kegiatan 568,540,000 APBD Dinas RKPD


Pengelolaan Kebersihan
Pertamanan
dan
Pemakaman

Sumber : - RKAKL SNVT Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Prov. Kepri 2015
- RKPD Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan 2015
- RKPD Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Permakaman Kabupaten Bintan 2015

Tabel 4.6
Kegiatan Pengelolaan Persampahan Yang Sedang Berjalan
Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2014
No Nama Program dan Satuan Volume Biaya Rp Sumber Dana Lokasi Institusi
Kegiatan Kegiatan
Pelaksana

SNTV
Pembangunan 3R Pengembanga
Kec. Bintan
1 1 Kegiatan 450.000.000 APBN n Penyehatan
(Reuse, Reduce, Utara
Recycle) Lingkungan
Permukiman
Kec. Bintim Badan
Peningkatan peran
dan di Kec. Lingkungan
2 serta masyarakat 2 Kecamata 150,000,000 APBD
Gunung Hidup
dalam pengelolaan n
Kijang
persampahan Badan
Operasional Bank Kabupaten
3 16 41,568,000 APBD Lingkungan
Pengelolaan Sampa Bintan
Hidup
Bank Sampah h
Penilaian Kecamatan, Badan
Kabupaten
4 Kelurahan dan Desa 1 Kegiatan 200,000,000 APBD Lingkungan
Bintan
Terbesih se- Hidup
Kabupaten Bintan Badan
Sosialisasi dan Promosi Kabupaten
5 10 Kecamata 200,000,000 APBD Lingkungan
Gerakan Bintan Bersih Bintan
n Hidup
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
106
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Penyediaan Sarana Badan


Kabupaten
6 Prasarana 1 Kegiatan 150,000,000 APBD Lingkungan
Bintan
Persampahan Hidup
(Gerakan Bintan
Penyediaan Prasarana Kabupaten
7 Bersih) 1 Kegiatan 1,653,432,000 APBD Badan
dan Bintan
Lingkungan
Sarana Persampahan Hidup
(DAK)
Penyediaan Prasarana
8
dan
Sarana Pengelolaaan
Persampahan Dinas
Belanja pengadaan Kebersih
- Kantong 170 7,650,000 APBD Kab. Bintan
kantong plastik an,
sampah Pertama
Dinas
nan &
Belanja pengadaan Kebersih
Permaka
- Keg 1 20,160,000 APBD Kab. Bintan
senar dan pisau mesin an,
man
rumput Pertama
Dinas
nan &
Belanja Kebersih
Permaka
- Stell 216 154,700,000 APBD Kab. Bintan
pakaian kerja an,
man
lapangan Pertama
Dinas
nan &
Belanja Kebersih
Permaka
- Unit 35 173,600,000 APBD Kab. Bintan
pengadaan mesin an,
man
rumput Pertama
- Belanja Blower Buah 10 192,000,000 APBD Kab.Bintan Dinas
nan &
Penyemprot Sampah Kebersih
Permaka
an,
man
Pertama
- Pembangunan bak Unit 5 10,000,000 APBD Kab. Bintan Dinas
nan &
sampah di Kelurahan Kebersih
Permaka
Sei Lekop (3 unit), an,
man
Kelurahan Kijang Kota Pertama
9 (2 unit) Kec bintan
Peningkatan Keg 1 5,552,882,500 APBD Kab.Bintan Dinas
nan &
timur
Kebersihan Jala-Jalan Kebersih
Permaka
Umum dan Lingkungan an,
man
umum Pertama
10 Operasional dan Keg 1 640,185,000 APBD Kab.Bintan Dinas
nan &
Pengelolaan TPA(10 Kebersih
Permaka
orang satgas, alat berat an,
man
untuk TPA Pertama
(buldozer,excavator) nan &
rumah kompos)
Sumber : - SNVT Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Prov. Kepri 2014 Permaka
- DPA Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan 2014 man
- DPA Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Permakaman Kabupaten Bintan 2014

4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan


Untuk drainase lingkungan masih terbatas pada kawasan dengan permukiman padat
dan masih belum menyentuh ke desa lain. Dan prioritas drainase lingkungan masih
sebagai penampung kelebihan air permukaan dan bukan sebagai saluran
limbah rumah tangga. Sedangkan untuk pengelolaan drainase lingkungan belum
dilakukan dan belum menjadi prioritas kabupaten.Pemerintah Kabupaten Bintan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
107
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

setiap tahunnya selalu membangun drainase lingkungan yang sumber dananya


berasal dari APBD maupun DAK. Pada tahun 2014 ini total panjang drainase yang
dibangun sepanjang 3.015 m. Selain drainase lingkungan normalisasi saluran/sungai
juga menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Bintan.

Tabel 4.7
Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase 2015
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Tahun 2015
No Nama Program Volume Satuan Indikasi biaya Sumber SKPD Dokumen
dan Kegiatan pendanan Penanggung Perencanaan
jawab
1 Penyusunan 1 Keg Rp.450.000.000,- APBN SNVT RKAKL
DED Penyehatan
Pengembangan Lingkungan
Drainase Primer Pemukiman
2 Pembangunan 1 Keg Rp.400.000.000,- APBN SNVT RKAKL
Drainase Penyehatan
Pengembangan Lingkungan
Primer Pemukiman
3 Pembangunan
dan perbaikan
saluran drainase
jalan
- Pembangunan 1 Paket 575,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase dan Pekerjaan
Gorong-gorong Umum
Jalan
Tamansari
Kel. Tanjung
Uban Selatan
Kec. Bintan
Utara (depan
SMPN 13
s/d Jago RT.07
RW.02) (1.034
Km)
- Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Jl. Pekerjaan
Mekarsari dan Umum
Bumi
Moro Kel.
Tanjung Uban
Timur Kec.
Bintan Utara RT.
04, 02 RW.01
Taman Sari RT. 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
002, RT.03 Pekerjaan
RW.001 Kel. Umum
Tanjung Uban
Timur Kec.
Bintan Utara
(500 M)
Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Jalan Pekerjaan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
108
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

BerdIkari RT. 01, Umum


RT 04 RW.01
Kel.
Tanjung Uban
Timur Kec.
Bintan Utara (
500 M)
Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Km. 15 Pekerjaan
Kec. Toapaya Umum
Selatan Kec.
Toapaya (500
M)
Pembangunan 1 Paket 275,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Km. 23 Pekerjaan
Jalan Gesek Umum
Kawal Kec.
Gunung Kijang
(550 M)
embangunan 1 Paket 450,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Pekerjaan
Kanan dan Kiri Umum
RT. 04
RW. II Kel. Kawal
Kec. Gunung
Kijang (900 M x
1 M)
Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Pekerjaan
RT. 03 RW. 02 Umum
Kel.
Kawal Kec.
Gunung
Kijang (500 M x
1 M)
4 Pembangunan
duiker, box
culvert dan
gorong- gorong
jalan
Pembangunan 1 Paket 400,000,000 APBD Dinas RKPD
Box Culvert Pekerjaan
Jalan Jend. Umum
Sudirman RT. 02
RW. 04 (Depan
Gereja
Pantekosta)
Tanjung
Uban Kec.
Bintan Utara
Pembangunan 1 Paket 300,000,000 APBD Dinas RKPD
Box Culvert Pekerjaan
Jalan Permaisuri Umum
RT. 01 RW. 03
Tanjung Uban.
Kec. Bintan
Utara

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
109
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Pembangunan 2 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD


Box Cultver Kp. Pekerjaan
Melati luar Umum
RT.01 RW.03
Tanjung Uban
Kec. Bintan
Utara (8 M x 2
M)
Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
Box Cultver RW Pekerjaan
III Tanjung Uban Umum
Utara Kec.
Bintan Utara (10
M x 2 M)
Pembangunan 1 Paket 200,000,000 APBD Dinas RKPD
Box Cultver Pekerjaan
Jalan Merak - Umum
Jalan Garuda (2
Buah 8
M x 1 M x 1 M)
dan drainase
(200M)
Perumahan
Lobam Mas
Kelurahan
Tanjung Permai
Kec. Seri Kuala
Lobam
5 Pemeliharaan
dan normalisasi
saluran/sungai
Normalisasi 2 Km 750,000,000 APBD Dinas RKPD
Daerah Pekerjaan
Aliran Sungai Umum
Kp. Pasiran RT
01 Desa Sri
Bintan Kec.Teluk
Sebong
Normalisasi 1 Paket 500,000,000 APBD Dinas RKPD
Saluran Kp. Pekerjaan
Sidoarjo Kel. Umum
Kawal Kec.
Gunung Kijang
6 Pembangunan
Saluran
Drainase
Lingkungan
Perbaikan 1 Paket 300,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Gg. Pekerjaan
Merpati Umum
Kel.Teluk lobam
Kec.Seri kuala
Lobam (
600 M )
pembangunan 1 Paket 172,500,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Pekerjaan
Perumahan Umum

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
110
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Taman surya
Desa Teluk
Sasah Kec.
Seri Kuala
Lobam (135 m x
140 m x 70 m)
Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase dari Pekerjaan
Perum. Telaga Umum
Suriya
Ke RT. 01, 02
RW. 03
Tanjung Uban
Utara ( 500
M x 1 M)
Normalisasi 1 Paket 600,000,000 APBD Dinas RKPD
Saluran Pekerjaan
Drainase Induk Umum
Perum
Alamanda, ke
Pasar Baru dan
Saluran
Drainase Jl.
Simpang Gas
Elpiji Pertamina
Ke Pasar Baru
Kel. Tanjung
Uban Selatan
Kec. Bintan
Utara
Pembangunan 1 Paket 200,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase (200 Pekerjaan
M) dan Box Umum
Cuvert (2 Buah)
JL. Merak - Jl.
Garuda
Perumnas Bumi
Tanjung Permai
Kelurahan
Tanjung Permai
Kec. Seri Kuala
Lobam
Pembangunan 1 Paket 650,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase dan Pekerjaan
Box Culvert Umum
Perumahan
Lobam Mas
Asri Desa Teluk
Sasah
Kec. Seri Kuala
Lobam (
500 m x 2 m x
1,5 m )
Pembangunan 1 Paket 200,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Pekerjaan
Perum Garden Umum
View Kel.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
111
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tanjung Uban
Utara

Pembangunan 1 Paket 700,000,000 APBD Dinas RKPD


Drainase Pekerjaan
Lingkungan dan Umum
Saluran Primer
Desa Lancang
Kuning Kec.
Bintan Utara
Pembangunan 1 Paket 500,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase dan Pekerjaan
Gorong- gorong Umum
RT
04 /01 Dusun I
Sebong
Pereh Kec. Teluk
Sebong
(1 Km)

Pembangunan 1 Paket 350,000,000 APBD Dinas RKPD


Drainase Pekerjaan
RT. 02 RW. 03 Umum
Kel. Sungai
Enam ( 700 M )

Pembangunan 1 Paket 275,000,000 APBD Dinas RKPD


Drainase Pekerjaan
RT. 002, RT. 03 Umum
RW. 01 Kel.
Sungai Enam
Kec.
Bintan Timur (
550 M )

Normalisasi 1 Paket 500,000,000 APBD Dinas RKPD


Aliran Pekerjaan
Drainase RT. 02 Umum
RW. 1
Kel.Sungai
Lekop Kec.
Bintan Timur (1
Km)

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
112
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Normalisasi 1 Paket 400,000,000 APBD Dinas RKPD


Aliran Pekerjaan
Drainase RT. 01 Umum
RW. 2
Kel.Sungai
Lekop Kec.
Bintan Timur (
800 M )

Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD


Drainase Pekerjaan
Lingkungan RT. Umum
003,
RW. 03 Kel.
Tanjung
Uban Kota Kec.
Bintan
Utara (500 M)

Sumber : - RKAPL SNVT Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Prov. Kepri 2015
- Renja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan 2015

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
113
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 4.8
Kegiatan Pengelolaan Drainase Yang Sedang Berjalan 2014
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase yang sedang berjalan Tahun 2015
No Nama Program dan Volume Satuan Biaya (Rp) Sumber Lokasi Pelaksana
Kegiatan Dana Kegiatan Kegiatan
1 Pembangunan saluran
drainase lingkungan
- Pembangunan Drainase 443 M 329,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Lingkungan Bintan Pekerjaan
(443 M') Masjid Raya Utara umum
Kel. Tanjung
Uban Selatan
(Baiturrahman) Kec.
Bintan Utara
Pembangunan drainase 400 320,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Jl. Yos Bintan Pekerjaan
Sudarso RT. 03/RW.03 Utara umum
Kel. Tanjung Uban Kota
Kec. Bintan Utara (400
M'
Pembangunan Drainase 250 250,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Perumahan Bintan Pekerjaan
Octaviary RT. 03 / RW. Timur umum
03 Kel. Sei
Lekop Kec. Bintan Timur
( 250 M')

Pembangunan Drainase 400 420,000,000 APBD Kecamatan Dinas


Kp. Sembat Bintan Pekerjaan
RT. 01/RW. 03 Kel. Timur umum
Kijang Kota
Kec. Bintan Timur (400
M')
Pembangunan Drainase 200 195,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Perumahan Bintan Pekerjaan
Griya Indo Kencana Rt. Timur umum
3, RW. 3
Kel. Sei Lekop Kec.
Bintan Timur
(200 M')
2 Pemeliharaan dan
normalisasi
saluran/sungai
Normalisasi Saluran 1 570,300,000 APBD Kecamatan Dinas
Drainase RT.02/ RW. 01, Gunung Pekerjaan
RT. 02/RW.02, RT 03/ Kijang umum
RW
Kec.
Pekerjaan Umum Dinas
Pekerjaan
03, RT.01/ RW. 03 dan
Pembuatan
Box Culvert (1 M X 2 M)

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
115
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014
RT.02/RW.01 Desa
Malang Rapat
Kec. Gunung Kijang (1
Keg)
3 Pembangunan dan
perbaikan saluran
drainase jalan
Pembangunan Drainase 550 M 410,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Jl. Nusantara Bintan Pekerjaan
RT. 05/RW. 01 Kel. timur umum
Gunung
- Lengkuas Kec. Bintan
Timur (550
M')
Pembangunan Drainase 200 M 140,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Jl. Mangga Toapaya Pekerjaan
RT. 10/RW. 3 Desa umum
Toapaya Selatan
Kec. Toapaya (200 M')
Pembangunan Drainase 212 M 190,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Perumahan Octaviary Bintan Pekerjaan
RT.03/RW.o3 Kel. Sei Timur umum
Lekop Kec. Bintan Timur
(212 M')
4 Peningkatan Pengadaan
Sarana dan
Prasarana Pelayanan
Kesehatan
Pembangunan/Penataan 120 M 148,493,182 APBD Kecamatan Dinas
Halaman Bintan Pekerjaan
Pustu Plus (Paving Blok Pesisir umum
Halaman
500 M2 dan Drainase
Lingkungan
120 M') Desa Mapur
Kec. Bintan
Pesisir
Pembangunan Drainase 240 M² 180,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Puskesmas Sri Bintan Teluk Pekerjaan
Desa Sri Bintan Kec. Sebong umum
Teluk Sebong (240 M2
Sumber : DPA Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan 2014

4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi


Pemakaian air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus dikonsumsikan penduduk
secara rutin guna meningkatkan derajat kesehatan manusia. Baik buruknya pelayanan air
bersih akan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku air untuk pengolahan lebih
lanjut. Sistem pelayanan air bersih di Kabupaten Bintan dalam pengelolaannya
dilaksanakan oleh PDAM Tirta Kepri. Adapun rencana program/kegiatan yang akan
dilaksanakan pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
116
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014
Tabel 4.9
Rencana Program dan Kegiatan Terkait Sanitasi Tahun 2015
Rencana Program dan Kegiatan Terkait Sanitasi Tahun 2015
No Nama Program dan Volume Satuan Indikasi biaya Sumber SKPD Dokumen
Kegiatan pendanan Penanggung Perencanaan
jawab
1 Pembangunan SPAM
Perdesaan
Peningkatan SPAM 1 Paket 260,000,000 APBD Dinas RKPD
Pedesaan Desa Busung Pekerjaan
Kec. Seri Kuala Lobam Umum
(Jaringan Pipa 1.000 M ,
Mekanikal Elektrikal dan
Pengadaan SR 100 Unit)
Peningkatan SPAM 1 Paket 160,000,000 APBD Dinas RKPD
Pedesaan Desa Kuala Pekerjaan
Sempang Kec. Seri Kuala Umum
Lobam ( Jaringan Pipa
500 M, Mekanikal
Elaktrikal dan Pengadaan
SR 50 unit)
Peningkatan SPAM 1 Paket 110,000,000 APBD Dinas RKPD
Pedesaan Kp. Tanah Pekerjaan
Merah Desa Penaga Kec. Umum
Teluk Bintan (Jaringan
Pipa 700 M , dan
Pengadaan SR 80 Unit)
Peningkatan SPAM 1 Paket 200,000,000 APBD Dinas RKPD
Pedesaan Desa Pengujan Pekerjaan
Kec. Teluk Bintan Umum
(Jaringan Pipa 1.000 M
dan Pengadaan SR 100
Unit)
Peningkatan SPAM 1 Paket 200,000,000 APBD Dinas RKPD
Pedesaan Perumahan Pekerjaan
Indun Suri Tanjunguban Umum
Selatan Kec. Bintan
Utara (Jaringan Pipa
1.000 M dan Pengadaan
SR 100 Unit)
Peningkatan SPAM 1 Paket 150,000,000 APBD Dinas RKPD
Pesedaan (RO) Desa Pekerjaan
Dendun Kec. Mantang Umum
(Bangunan Intake dan
Mekanikal Elaktrikal)
Peningkatan/Optimalisasi 1 Paket
Sarana Air Bersih Pusat
Pemerintahan Kabupaten
Bintan
2 Pembangunan WC
Pembangunan WC dan 1 Paket 85,000,000 APBD Dinas RKPD
- SAB SDN 001 Desa Pekerjaan
Malang Rapat Kec. Umum
Gunung Kijang
3 Pembangunan Sarana Air
Bersih SMA/MA/SMK

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
117
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014
Pembangunan Sarana Air 1 Paket 100,000,000 APBD Dinas RKPD
Dinas Bersih SMK 3 Desa Pekerjaan
Malang Rapat Kec. Umum
Umum
Gunung Kijang

Sumber : RKPD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan 2015

Tabel 4.10
Kegiatan Terkait Sanitasi Yang Sedang Berjalan
Program dan Kegiatan Terkait Sanitasi yang sedang berjalan Tahun 2014
No Nama Program dan Volume Satuan Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Pelaksana
Kegiatan Kegiatan Kegiatan
1 Pembangunan SPAM
Perdesaan
Optimalisasi SPAM 1 Paket 275,000,000 APBD Kecamatan Dinas
perdesaan Desa Teluk Pekerjaan
Penaga Kec. Teluk Bintan umum
Bintan
Optimalisasi SPAM 1 Paket 275,000,000 APBD Kecamatan Dinas
perdesaan Desa Air Teluk Pekerjaan
Gelubi Kec. Bintan Bintan umum
Pesisir
Pembangunan SPAM 1 Paket 385,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Tanjung Sengkuang Teluk Pekerjaan
Desa Air Glubi Bintan umum
Kecamatan Bintan
Pesisir

Pembangunan SPAM 1 Paket 250,000,000 APBD Kecamatan Dinas


Pulau Gin Besar Desa Teluk Pekerjaan
Numbing Kecamatan Bintan umum
Bintan Pesisir
2 Pembangunan dan
peningkatan SPAM
IKK dan perkotaan
Pendampingan SPAM 1 Paket 525,000,000 APBD Kecamatan Dinas
IKK Desa Toapaya Teluk Pekerjaan
Kec. Toapaya Bintan umum

Sumber : DPA Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
118
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

BAB 5
INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI
PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN BINTAN

5.1 Area Berisiko Sanitasi


Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi untuk sanitasi (air limbah

domestik, persampahan, dan drainase perkotaan) dilakukan dengan menggunakan data

sekunder dan data primer berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA.

Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan

tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD

mengenai ketersediaan layanan sanitasi dan data umum wilayah, meliputi jumlah populasi,

luas area terbangun, jumlah KK miskin, fungsi urban/rural, cakupan akses ke jamban layak

(onsite, offsite, komunal), perkiraan cakupan sampah yang terangkut; serta luas area

genangan. Penentuan area berisiko berdasarkan penilaian SKPD diberikan berdasarkan

pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja

kota/kabupaten. Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah

kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air;

pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumahtangga;

kondisi drainase perkotaan; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban,

penanganan air minum, buang air besar sembarangan).

Proses penentuan area berisiko dimulai dengan melakukan analisis data sekunder diikuti

dengan penilaian SKPD dan melakukan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan

area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil dari ketiga

data tersebut. Hasil penentuan area berisiko akan disajikan dalam bentuk tabel dan peta

untuk air limbah, persampahan dan drainase.

Pemetaan Kelurahan/Desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi

kelurahan/desa berdasarkan resiko sanitasi. Area beresiko dibagi atas 4 klasifikasi yaitu :

• Resiko Sangat Tinggi

• Resiko Tinggi

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
119
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

• Resiko Sedang

• Resiko Rendah

Area ‘beresiko sangat tinggi’ adalah Kelurahan/Desa yang dianggap memiliki resiko

kesehatan lingkungan yang tinggi karena buruknya kondisi sanitasi. Berdasarkan informasi

yang tersedia, kelurahan memiliki potensi resiko terhadap kesehatan. Apabila tidak segera

dilakukan intervensi tertentu, akan memperbesar potensi terjadinya kasus kejadian

penyakit. Hal ini perlu dibedakan dengan ‘dampak’ yang dinyatakan dengan kasus

kejadian penyakit. Oleh karenanya, angka kejadian penyakit seharusnya tidak dijadikan

sebagai salah satu indikator untuk penentuan area berisiko tinggi, sebab hal ini akan

mencampurkan antara ‘risiko’ dengan ‘dampak’. Membandingkan informasi tentang

‘resiko’ dengan ‘dampak’ yang ada di suatu kelurahan, hasilnya bisa memberikan

tambahan informasi berguna tentang penyebab timbulnya kasus penyakit di kelurahan

tersebut.

Tujuan dari Pemetaan Area Berisiko adalah memetakan area area yang

memiliki tingkat resiko sanitasi dan klasifikasi area berdasarkan tingkat resiko kesehatan

lingkungan akan menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan prioritas program

pembangunan dan pengembangan sanitasi.

5.1.1 Proses Penentuan Area Berisiko

Proses penentuan area berisiko melalui beberapa tahapan, yaitu : pengumpulan

data, analisis data dan penentuan Area Berisiko. Adapun bagan dari proses penentuan area

berisiko sebagai berikut :

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 120
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 Data Sekunder
Pengumpulan Data
 Data Primer

 Indikator sebagai variabel


 Skoring dan pembobotan
 Analisa Analisa data
frekuensi, mean weighted,
diskusi kelompok
 Alternatif skenario
Penentuan Area Berisiko

Sedangkan Data Sekunder meliputi : Sedangkan Data Primer meliputi :

a. Luas Wilayah a. Persepsi SKPD

b. Luas Area Terbangun b. Studi EHRA

c. Pertumbuhan Penduduk

d. Jumlah Kepala Keluarga

e. Kepadatan Penduduk

f. Jumlah Penduduk Miskin

g. Data Air Limbah

h. Data Persampahan

i. Data Drainase

1. Lakukan Penentuan Area Berisiko

a) Diskusikan dan Sepakati Sumber Data Sekunder serta SKPD yang terlibat untuk

Penentuan Area Berisiko (dan Penentuan Zona dan Sistem)

- Sepakati sumber data yang akan digunakan dalam proses penentuan area

berisiko dan penentuan zona dan sistem. Sebaiknya menggunakan data tahun terakhir

dan harus memiliki tahun yang sama serta sahih.

b) Entri dan analisis data sekunder ke dalam Instrumen Profil Sanitasi serta

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 121
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

sepakati pembobotan parameter

c) Entri dan analisis data berdasarkan Persepsi SKPD

d) Bila studi EHRA selesai, entri Indeks Risiko Sanitasi ke dalam Lembar Kerja Form 2

e) Tetapkan Hasil Analisis Akhir

Adapun nilai pembobotan Exposure yang digunakan dalam analisis untuk penentuan

area berisiko (air limbah, sampah dan drainase), yaitu :

- Data sekunder sebesar 20 %, dikarenakan data sekunder yang didapatkan belum

dapat mencerminkan kondisi air limbah, sampah dan drainase dalam lingkup

kelurahan/desa.

- Indeks Risiko Sanitasi-EHRA sebesar 60 %, dikarenakan Indeks Risiko Sanitasi yang

didapatkan dari analisis EHRA merupakan sampel data yang diambil dan dapat

menggambarkan kondisi eksisiting di lapangan, data tersebut dilakukan dari 400

responden yang tersebar di 10 kelurahan/desa di Kabupaten Bintan.

- Persepsi SKPD sebesar 20 %, dikarenakan kriteria penilaian yang dilakukan tiap SKPD

terhadap air limbah, sampah maupun drainase berbeda-beda. Apapun SKPD yang

memberikan penilaian, yaitu Badan Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Permakaman, Badan

Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB, Dinas Pekerjaan Umum serta Dinas

Kesehatan.

Tabel 5.1
Nilai Pembobotan (data sekunder)
Pembobotan EXPOSURE
(%)
Air
Sampah Drainase
Limbah
Data Sekunder 20% 20% 20%
Indeks Risiko Sanitasi – EHRA 60% 60% 60%
Persepsi SKPD 20% 20% 20%

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 122
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

2. Lakukan Observasi/Kunjungan Lapangan untuk verifikasi

Bila hasil analisis akhir menunjukkan bias pada beberapa kelurahan/desa, lakukan

observasi/kunjungan lapangan di kelurahan tersebut untuk memverifikasi atau

mendapatkan kebenaran atas hasil penentuan yang meragukan serta untuk lebih

memahami kondisi sanitasi di wilayah tersebut.

3. Konsultasikan dengan seluruh anggota Pokja dan tetapkan Area Berisiko

Paparkan dan diskusikan hasil penentuan area berisiko dan hasil kunjungan lapangan

untuk mendapatkan feedback dan perbaikan untuk mendapatkan kesepakatan akhir atas

penetapan area berisiko.

4. Susun Hasil Penetapan ke dalam Bab 5 Buku Putih Sanitasi

Bab ini dibuat cukup ringkas, sekurang-kurangnya mencakup tabel dan peta mengenai

area berisiko(kelurahan/desa) untuk air limbah domestik, persampahan, dan drainase

perkotaan.

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 123
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 5.2
Penentuan Area Berisiko Kabupaten Bintan
Skor Risiko
EXPOSURE IMPACT
Kecamatan Sanitasi

SKOR IMPACT
Persampahan

Persampahan
Fungsi Urban
(urban atau
Kemiskinan
Air Limbah

Air Limbah
Kepadatan
Penduduk
Drainase

Drainase
Populasi

Angka

rural)
Kelurahan/Desa

Kecamatan Gunung Kijang


Kelurahan Kawal 4.0 3.0 4.0 1.0 1 1.0 2 1.00 1.0 1.0 2.0
Desa Gunung Kijang 3.0 2.0 3.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Malang Rapat 4.0 4.0 3.0 1.0 2 2.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Teluk Bakau 4.0 4.0 3.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0

Kecamatan Bintan Timur


Kelurahan Kijang Kota 4.0 2.0 4.0 4.0 1 1.0 2 3.00 3.0 2.0 4.0
Kelurahan Sei. Lekop 4.0 4.0 2.0 1.0 1 1.0 2 1.00 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Gn. Lengkuas 3.0 2.0 3.0 1.0 1 1.0 2 1.00 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Sei. Enam 4.0 4.0 2.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0

Kecamatan Bintan Utara


Kelurahan Tanjung Uban Kota 4.0 1.0 4.0 2.0 1 1.0 2 2.00 2.0 1.0 3.0
Kelurahan Tanjung Uban Utara 4.0 4.0 2.0 1.0 1 1.0 2 1.00 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Tanjung Uban Selatan 3.0 2.0 3.0 1.0 1 1.0 2 1.00 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Tanjung Uban Timur 1.0 4.0 1.0 1.0 1 1.0 2 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Lancang Kuning 4.0 4.0 2.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 124
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Kecamatan Teluk Bintan


Kelurahan Tembeling Tanjung 4.0 4.0 2.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Bintan Buyu 4.0 4.0 3.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Pangkil 4.0 4.0 2.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Penaga 4.0 4.0 2.0 1.0 2 2.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Pengujan 4.0 4.0 2.0 1.0 3 1.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Tembeling 4.0 4.0 2.0 1.0 3 1.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0

Kecamatan Tambelan
Kelurahan Teluk Sekuni 4.0 2.0 3.0 1.0 4 3.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0
Desa Batu Lepuk 4.0 2.0 3.0 1.0 4 3.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0
Desa Kampung Hilir 4.0 2.0 3.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 2.0 3.0
Desa Kampung Melayu 4.0 4.0 2.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 4.0 2.0
Desa Pulau Mentebung 4.0 2.0 3.0 1.0 4 4.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0
Desa Pulau Pinang 4.0 2.0 3.0 1.0 4 3.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0
Desa Air Kukup 3.0 2.0 3.0 1.0 4 3.0 1 4.00 3.0 3.0 4.0
Desa Pengikik 4.0 2.0 3.0 1.0 4 4.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0

Kecamatan Teluk Sebong


Kelurahan Kota Baru 4.0 4.0 2.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Berakit 4.0 4.0 2.0 1.0 2 2.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Ekang Anculai 4.0 4.0 2.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Pengudang 4.0 4.0 2.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Sebong Lagoi 4.0 4.0 2.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Sebong Pereh 4.0 4.0 2.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Sri Bintan 4.0 4.0 2.0 1.0 2 2.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 125
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Kecamatan Toapaya
Kelurahan Toapaya Asri 4.0 4.0 3.0 1.0 2 1.0 2 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Toapaya 3.0 3.0 4.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 2.0
Desa Toapaya Utara 4.0 4.0 4.0 1.0 3 1.0 1 2.00 2.0 3.0 3.0
Desa Toapaya Selatan 3.0 2.0 4.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 2.0

Kecamatan Mantang
Desa Mantang Baru 4.0 4.0 2.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 4.0 2.0
Desa Mantang Besar 4.0 4.0 2.0 1.0 4 1.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Mantang Lama 4.0 4.0 2.0 1.0 4 1.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Dendun 4.0 4.0 2.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 4.0 2.0

Kecamatan Bintan Pesisir


Desa Kelong 4.0 4.0 2.0 1.0 4 1.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Mapur 4.0 4.0 2.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 4.0 2.0
Desa Numbing 4.0 4.0 2.0 1.0 4 1.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Air Gelubi 4.0 4.0 2.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 4.0 2.0

Kecamatan Seri Kuala Lobam


Kelurahan Teluk Lobam 4.0 4.0 2.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Tanjung Permai 4.0 4.0 2.0 1.0 1 1.0 2 1.00 1.0 1.0 1.0
Desa Busung 4.0 4.0 2.0 1.0 2 2.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Teluk Sasah 4.0 4.0 2.0 2.0 2 1.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Kuala Sempang 4.0 4.0 2.0 1.0 2 2.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 126
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Peta 5.1. Peta Area Beresiko Air Limbah di Kabupaten Bintan

Sumber : Studi EHRA Kabupaten Bintan,2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 127
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Peta 5.2. Peta Area Beresiko Air Limbah di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan

Sumber : Studi EHRA Kabupaten Bintan,2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 128
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Peta 5.3. Peta Area Beresiko Persampahan di Kabupaten Bintan

Sumber : Studi EHRA Kabupaten Bintan,2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 129
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Peta 5.4. Peta Area Beresiko Persampahan di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan

Sumber : Studi EHRA Kabupaten Bintan,2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 130
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Peta 5.5. Peta Area Beresiko Drainase di Kabupaten Bintan

Sumber : Studi EHRA Kabupaten Bintan,2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 131
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Gambar 5.6. Peta Area Beresiko Drainase di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan

Sumber : Studi EHRA Kabupaten Bintan,2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN 132
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

5.1.2. Area Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD


Penentuan area beresiko ini tidak hanya dilihat dari fasilitas yang ada,

cakupan dan penyediaan layanan serta informasi mengenai kelembagaan

dan keuangan tetapi juga analisis awal mengenai pemetaan area berisiko.

Penilaian area berisiko ini diperlukan untuk pemilihan dan pelaksanaan

intervensi-intervensi yang diperlukan oleh pemerintah kota dalam

menetapkan usulan prioritas program/kegiatan. Kesalahan untuk

menciptakan sebuah proses penentuan area yang menjadi target kegiatan

telah banyak menyebabkan pendanaan bagi pembangunan sektor sanitasi

tidak dapat digunakan secara efektif bagi area-area yang memiliki tingkat

risiko sanitasi tinggi. Ada beberapa alasan, yaitu:

 Pembangunan sanitasi hanya didasarkan pada supply-driven yang

membawa dampak rendahnya efektivitas sarana dan prasarana yang

terbangun.

 Pengambil keputusan tidak waspada terhadap masalah-masalah

di luar batas administratif mereka, khususnya dampak secara langsung

maupun tak langsung dari masalah sanitasi di wilayah mereka terhadap

daerah disekitarnya.

 Proses pengambilan keputusan sering dipengaruhi oleh faktor-

faktor kepentingan pribadi, atau organisasi, pemberi dana, budaya dan

kondisi setempat.

Adapun SKPD yang terlibat dalam penentuan area beresiko adalah sebagai

berikut:

 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bintan

 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan

 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bintan

 Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
133
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan

Skor penyesuaian risiko sanitasi yang dilakukan oleh SKPD terkait, hanya

dilakukan di beberapa kelurahan/desa saja. Adapun alasan penyesuaian skor

tersebut yaitu dikarenakan terdapat daerah kumuh di Kabupaten Bintan,

antara lain yaitu di Kelurahan Kijang Kota, Kelurahan Tanjunguban Kota dan

Kelurahan Tembeling Tanjung. Adapun penyesuaian skor area risiko sanitasi

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3
Skor Risiko Sanitasi Yang Telah disesuaikan oleh SKPD

Kecamatan Skor Risiko Sanitasi (Penyesuaian)


Kelurahan/Desa Air Limbah Persampahan Drainase
Kecamatan Gunung Kijang
Kelurahan Kawal 1.0 1.0 2.0
Desa Gunung Kijang 1.0 1.0 1.0
Desa Malang Rapat 2.0 3.0 2.0
Desa Teluk Bakau 1.0 1.0 1.0

Kecamatan Bintan Timur


Kelurahan Kijang Kota 3.0 3.0 4.0
Kelurahan Sei. Lekop 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Gn. Lengkuas 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Sei. Enam 1.0 1.0 1.0

Kecamatan Bintan Utara


Kelurahan Tanjung Uban Kota 3.0 3.0 4.0
Kelurahan Tanjung Uban Utara 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Tanjung Uban Selatan 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Tanjung Uban Timur 1.0 1.0 1.0
Desa Lancang Kuning 1.0 1.0 1.0

Kecamatan Teluk Bintan


Kelurahan Tembeling Tanjung 3.0 3.0 3.0
Desa Bintan Buyu 1.0 1.0 1.0
Desa Pangkil 1.0 1.0 1.0
Desa Penaga 3.0 4.0 3.0
Desa Pengujan 2.0 3.0 2.0
Desa Tembeling 2.0 3.0 2.0

Kecamatan Tambelan
Kelurahan Teluk Sekuni 4.0 3.0 4.0

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
134
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Desa Batu Lepuk 4.0 3.0 4.0


Desa Kampung Hilir 3.0 2.0 3.0
Desa Kampung Melayu 3.0 4.0 2.0
Desa Pulau Mentebung 4.0 3.0 4.0
Desa Pulau Pinang 4.0 3.0 4.0
Desa Air Kukup 3.0 3.0 4.0
Desa Pengikik 4.0 3.0 4.0

Kecamatan Teluk Sebong


Kelurahan Kota Baru 1.0 1.0 1.0
Desa Berakit 2.0 3.0 2.0
Desa Ekang Anculai 1.0 1.0 1.0
Desa Pengudang 1.0 1.0 1.0
Desa Sebong Lagoi 1.0 1.0 1.0
Desa Sebong Pereh 1.0 1.0 1.0
Desa Sri Bintan 2.0 3.0 2.0

Kecamatan Toapaya
Kelurahan Toapaya Asri 2.0 3.0 2.0
Desa Toapaya 1.0 1.0 2.0
Desa Toapaya Utara 2.0 3.0 3.0
Desa Toapaya Selatan 1.0 1.0 2.0

Kecamatan Mantang
Desa Mantang Baru 3.0 4.0 2.0
Desa Mantang Besar 2.0 3.0 2.0
Desa Mantang Lama 2.0 3.0 2.0
Desa Dendun 3.0 4.0 2.0

Kecamatan Bintan Pesisir


Desa Kelong 2.0 3.0 2.0
Desa Mapur 3.0 4.0 2.0
Desa Numbing 2.0 3.0 2.0
Desa Air Gelubi 3.0 4.0 2.0

Kecamatan Seri Kuala Lobam


Kelurahan Teluk Lobam 1.0 1.0 1.0
Kelurahan Tanjung Permai 1.0 1.0 1.0
Desa Busung 2.0 3.0 2.0
Desa Teluk Sasah 2.0 3.0 2.0
Desa Kuala Sempang 2.0 3.0 2.0

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2014

5.1.3 Area Beresiko Berdasarkan Data EHRA


Tahap berikutnya adalah penilaian, penetapan dan pemetaan area berisiko

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
135
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

dengan 4menggunakan data EHRA 2013. Data dari studi EHRA ini

memperlihatkan kondisi fasilitas sanitasi dan air bersih, dan perilaku-perilaku

terkait higienitas dan sanitasi yang memiliki resiko pada kesehatan Masyarakat.

Studi sanitasi yang diteliti mencakup kondisi kesehatan meliputi; sistem

penyedian air bersih, layanan pembuangan sampah, ketersedian jamban dan

saluran pembuangan limbah dan perilaku dengan higenitas dan sanitasi

meliputi; cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak

dan pembuangan sampah.

Pelaksanaan studi EHRA ini dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bintan

melalui sanitarian atau kader posyandu yang ada di kelurahan/desa terpilih.

Adapun hasil dari analisis EHRA yaitu Indeks Risiko Sanitasi (EHRA) di Kabupaten

Bintan, sebagai berikut :

Gambar 5.1
Indeks Resiko Sanitasi Kabupaten Bintan 2014

Sumber : Hasil Analisis EHRA, Tahun 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
136
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

Tabel 5.4
Kategori Daerah Berisiko Sanitasi

Batas Nilai Risiko Keterangan


Total Indeks Risiko Max 211
Total Indeks Risiko Min 139
Interval 18
Katagori Area
Berisiko Batas Bawah Batas Atas
Kurang Berisiko 139 157
Berisiko Sedang 158 176
Risiko Tinggi 177 195
Risiko Sangat Tinggi 196 214
Sumber : Hasil Analisis EHRA, Tahun 2014

Tabel 5.5
Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko Kabupaten Bintan

STRATA NILAI IRS SKOR EHRA


STRATA 3 209
Kelurahan Tanjung Uban Kota 4

STRATA 2 188
Kelurahan Kawal 3
Desa Gunung Kijang 3
Kelurahan Kijang Kota 3
Kelurahan Gn. Lengkuas 3
Kelurahan Tanjung Uban Selatan 3
Kelurahan Teluk Sekuni 3
Desa Batu Lepuk 3
Desa Kampung Hilir 3
Desa Pulau Mentebung 3
Desa Pulau Pinang 3
Desa Air Kukup 3
Desa Pengikik 3
Desa Toapaya 3
Desa Toapaya Selatan 3

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
137
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014

STRATA 1 211
Desa Malang Rapat 4
Desa Teluk Bakau 4
Kelurahan Sei. Lekop 4
Kelurahan Sei. Enam 4
Kelurahan Tanjung Uban Utara 4
Desa Lancang Kuning 4
Kelurahan Tembeling Tanjung 4
Desa Bintan Buyu 4
Desa Pangkil 4
Desa Penaga 4
Desa Pengujan 4
Desa Tembeling 4
Desa Kampung Melayu 4
Kelurahan Kota Baru 4
Desa Berakit 4
Desa Ekang Anculai 4
Desa Pengudang 4
Desa Sebong Lagoi 4
Desa Sebong Pereh 4
Desa Sri Bintan 4
Kelurahan Toapaya Asri 4
Desa Toapaya Utara 4
Desa Mantang Baru 4
Desa Mantang Besar 4
Desa Mantang Lama 4
Desa Dendun 4
Desa Kelong 4
Desa Mapur 4
Desa Numbing 4
Desa Air Gelubi 4
Kelurahan Teluk Lobam 4
Kelurahan Tanjung Permai 4
Desa Busung 4
Desa Teluk Sasah 4
Desa Kuala Sempang 4

STRATA 0 139
Kelurahan Tanjung Uban Timur 1
Sumber : Hasil Analisis EHRA, Tahun 2014

KELOMPOK KERJA SANITASI


PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
138

Anda mungkin juga menyukai