Tahun 2014
BUKU PUTIH
SANITASI
KABUPATEN BINTAN
Provinsi Kepulauan Riau
Disiapkan oleh:
POKJA AMPL KABUPATEN BINTAN
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Ketua Pokja AMPL Kabupaten Bintan
dto,
Ir. LAMIDI, MM
NIP.19620626 199003 1 008
Mengetahui / Menyetujui,
Pemerintah Kabupaten Bintan
dto,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan limpahan Rahmat serta
Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten
Bintan.
Tantangan yang dihadapi Kabupaten Bintan terkait dengan masalah sanitasi masih sangat besar.
Permasalahan sanitasi yang dihadapi antara lain masih terdapat masalah buang air besar sembarangan,
belum adanya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah, IPAL skala kawasan (pemukiman) maupun skala
Kota, masih terdapatnya genangan air di beberapa titik kabupaten, masih adanya masayarakat yang
membuang limbah rumah tangga ke laut, masih bercampurnya grey water dan saluran drainase, serta masih
rendahnya kesadaran masyarakat untuk mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
sanitasi yang lebih terencana. Penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Bintan ini difasilitasi
oleh fasilitator Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, pemerintah pusat, provinsi maupun
kabupaten bersama Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dalam Percepatan
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Bintan merupakan dokumen kondisi eksisting sanitasi saat ini yang
dibuat khusus sebagai percepatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Bintan berjangka waktu 5 (lima)
tahun ke depan (2015-2019). Dokumen ini oleh Pemerintah Kabupaten Bintan akan dijadikan sebagai
Kami menyadari bahwa penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Bintan barangkali belum
mencapai titik kesempurnaan mengingat waktu dalam penyusunannya yang sangat terbatas. Semoga Allah
SWT. memberikan bimbingan dan kekuatan agar kita dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang optimal
Ir. LAMIDI, MM
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi Daftar iii
Daftar Tabel v
Daftar Peta viii
Daftar Gambar ix
BAB 1: PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Landasan Gerak 3
1.3 Maksud dan Tujuan 8
1.4 Metodologi 9
1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain 14
BAB 2: GAMBARAN Umum WILAYAH 20
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 20
2.2 Demografi 32
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah 36
2.4 Tata Ruang Wilayah 40
2.5 Sosial dan Budaya 47
2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah 51
2.7 Komunikasi dan Media 55
BAB 3: PROFIL SANITASI WILAYAH 56
3.1 Wilayah Kajian Sanitasi 57
3.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi 58
3.2.1 Tatanan Rumah Tangga 58
3.2.2 Tatanan Sekolah 63
3.3 Pengelolaan Air Limbah Domestik 65
3.3.1 Kelembagaan 67
3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 69
3.3.3 Peran Serta Masyarakat 73
3.3.4 Komunikasi dan Media 74
3.3.5 Peran Swasta 74
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Program dan kegiatan terkait sanitasi yang sedang berjalan 102
Tabel 4.3 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah 103
Tabel 4.4 Domestik Tahun 2015 Air Limbah Domestik Yang Sedang
Kegiatan Pengelolaan 104
Tabel 4.5 Berjalan
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan 105
Tahun 2015
Tabel 5.3 Skor Risiko Sanitasi Yang Telah disesuaikan oleh SKPD 134
Tabel 5.5 Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko Kabupaten 137
Bintan
DAFTAR PETA
Peta 2.4 Peta Pola Ruang Kabupaten Bintan Tahun 2011 - 2031 46
Peta 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi 57
Peta 5.1 Peta Area Beresiko Air Limbah di Kabupaten Bintan 127
Peta 5.2 Peta Area Beresiko Air Limbah di Kecamatan Tambelan, 128
Peta 5.3 Kabupaten Bintan Persampahan di Kabupaten Bintan
Peta Area Beresiko 129
Peta 5.4 Peta Area Beresiko Persampahan di Kecamatan Tambelan, 130
Peta 5.5 Kabupaten Bintan Drainase di Kabupaten Bintan
Peta Area Beresiko 131
Peta 5.6 Peta Area Beresiko Drainase di Kecamatan Tambelan 132
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
satu upaya yang dikembangkan adalah pembangunan sanitasi. Saat ini pembangunan
lingkungan, dimana lebih ditekankan pada aspek pencegahan. Dengan adanya upaya
karakteristik masyarakat yang menjadi salah satu permasalahan terpenting yang harus
hal ini permasalahan sanitasi sangat erat kaitannya dengan permasalahan sosial
Saat ini kondisi sanitasi Kabupaten Bintan masih belum dapat digambarkan secara
dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan,
dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup
bersih dan sehat. Dengan demikian, tentunya perlu langkah penanganan yang tepat
untuk mengatasinya.
berkualitas dan bermanfaat. Salah satunya yaitu dengan menyusun Buku Putih Sanitasi
Penyusunan Buku Putih Sanitasi bersumber dari data primer melalui studi EHRA
dan Kemiskinan), SSA (Study Sanitation Assessment) dan studi komunikasi lainya,
serta data sekunder yang dimiliki Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di
b. Skala kabupaten
Buku Putih Sanitasi akan dapat menggambarkan kondisi sanitasi yang ada di
Penyusunan Buku Putih Sanitasi disusun langsung oleh Pokja Sanitasi Kabupaten
Bintan, yang terdiri dari berbagai unsur SKPD teknis terkait di Kabupaten Bintan,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tidak terlepas dari keterlibatan dan
Selain itu Buku Putih Sanitasi ini merupakan prasyarat utama dan dasar bagi
penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bintan. Kualitas Buku Putih
Sanitasi ini dapat mempengaruhi kualitas kebijakan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK)
yang mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan,
kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-
aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas.
data sanitasi Kabupaten Bintan yang akurat dan actual, maka Pemerintah Kabupaten
Bintan berkomitmen untuk menyusun Buku Putih Sanitasi ini sesuai dengan petunjuk
sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat
rumah tangga maupun di lingkungan perumahan (Buku Opsi Sistem dan Teknologi
Sanitasi, 2010). Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu air limbah,
persampahan, dan drainase tersier.
urinoir.
b. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang
berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.
c. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah
yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar,
restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo
f. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk menyediakan air bersih
bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang
kehidupan sehari-hari.
a. Air limbah, di antaranya terdiri dari tinja, urine, air pembersih, material
b. Sampah, terdiri dari sampah rumah tangga (sampah dapur, plastik, kaca,
kertas, dan lain-lain); sampah medis, sampah industri, dan lain sebagainya.
melakukan hal yang sama untuk air limbah rumah tangga (umumnya berupa
d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi yaitu program pola
1.2.3 Visi dan Misi Kabupaten dalam RPJMD Kabupaten Bintan 2011-2015 dan
Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Bintan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2011 – 2015, adapun visi dan misi Kabupaten
spiritualnya.
Bintan yang lebih maju, sejahtera dan berbudaya. Usaha-usaha perwujudan visi
Kabupaten Bintan akan dijabarkan dalam misi pembangunan Bintan tahun 2011-2015
sebagai berikut :
Tujuan :
Tujuan :
dengan optimal;
Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
lengkap terhadap kondisi sanitasi kabupaten dengan cara melakukan beberapa studi,
antar lain Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan ( Environmental Health Risk
(PMHSJK), studi komunikasi dan pemetaan media, serta studi kelembagaan dan
kebijakan.
1.4 Metodologi
1.4.1 Metode dan Jenis Data
Metode yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten
Bintan meliputi :
primer dan data sekunder yang ada. Data primer didapat dari beberapa studi,
diantaranya :
3). Studi Komunikasi dan Pemetaan Media, merupakan kajian sejauh mana
depan.
Sedangkan data sekunder dapat bersumber dari Rencana Tata Ruang Wilayah
dengan penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan
memetakan tingkat risiko sebuah area berdasarkan data yang telah tersedia
di SKPD seperti ketersedian layanan fasilitas air bersih dan sanitasi serta data
kondisi sumber air, pencemaran air karena air limbah domestik, pengelolaan
Discussion ).
b. Data Sekunder
yang sesuai dengan petunjuk teknis dan telah disepakati bersama oleh Pokja
antara lain dengan menggunakan program SPSS, Microsoft Excel, Microsoft Word dan
ArcGIS 10.1. Sedangkan untuk visualisasi data ditampilkan dalam bentuk grafik atau
lain yang terkait sanitasi) secara singkat saat ini serta permasalahan
untuk tahun depan (n+1) dan program serta kegiatan sanitasi yang
sedang berjalan saat ini (tahun n), baik yang dilakukan oleh
Finalisasi BPS
Konsultasi Publik
Buku Putih Sanitasi
adalah :
4700);
12). Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan
4614);
13). Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Nomor 4664);
Nomor 4817);
20). Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah
Persampahan;
25). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Limbah Permukiman;
Pembangunan Daerah;
30). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 6 Tahun 2008 tentang
31). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Nomor 2).
32). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 3 Tahun 2011 tentang
RPJMD 2010-2015;
33). Peraturan Daerah Kabupaten Bintan No. 2 tahun 2012 tentang Rencana Tata
34). Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana
dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi
yang kemudian disusun dalam bentuk Strategis Sanitasi Kabupaten (SSK). Dalam
acuan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bintan yaitu RPJP Daerah, RPJM
Daerah, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan Rencana Strategis (Renstra) Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan dokumen
depan, sesuai dengan Visi RPJPD Kabupaten Bintan yaitu : “Bintan sebagai
mendesak terkait program sanitasi yang harus ditangani segera dan sebagai
pedoman untuk menentukan visi dan misi serta kebijakan sanitasi ke depan.
3. Buku Putih Sanitasi dengan RTRW Kabupaten Bintan Tahun 2011-2031
Dalam pelaksanaan penyusunan Buku Putih Sanitasi memperhatikan dan
dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Bintan, di mana kebijakan penataan
ruang, struktur dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Bintan menjadi acuan
tersebut dan setelah Buku Putih Sanitasi Final akan menjadi pedoman bagi
berlaku sekarang.
Bab 2
Gambaran Umum Wilayah
Lintang Utara dan 10412’47” Bujur Timur di sebelah Barat - 108 02’27” Bujur Timur di
Jika dilihat dari letak geografisnya, Kabupaten Bintan memiliki nilai strategis dan
berada dekat dengan jalur pelayaran dunia yang merupakan salah satu simpul dari
pusat koleksi dan distribusi barang dunia. Kedekatan ini merupakan salah satu
Bebas. Jarak yang terjauh dari Pusat Pemerintahan Kabupaten adalah Kecamatan
Tambelan yang berjarak 360 mil laut arah Timur Pulau Bintan. Untuk mencapai
kecamatan ini diperlukan waktu pelayaran kurang lebih 28 jam (Pulau Tambelan-Pulau
besar. Walaupun kecamatan ini secara geografis terletak jauh dari Ibu Kota Kabupaten,
Wilayah Kabupaten Bintan dapat dijangkau dengan pesawat udara dari kota-kota
besar Indonesia maupun seluruh dunia, melalui Bandara Internasional Hang Nadim
Batam dan dilanjutkan dengan kapal Ferry menuju ke Pulau Bintan, atau melalui
Bandara Raja Ali Haji Fisabilillah di Kota Tanjungpinang. Dari Singapura dan Johor,
Pulau Bintan dapat ditempuh dengan waktu 2 jam menggunakan kapal ferry ke
pelabuhan Bintan Telani Lagoi ataupun pelabuhan Sri Bintan Pura di Tanjungpinang.
Kabupaten Bintan saat ini terdiri dari 241 buah Pulau besar dan kecil. Hanya 49
buah diantaranya yang dihuni, sedangkan sisanya (192 Buah Pulau) dengan luas
wilayah keseluruhan mencapai 88.038,54 Km2 yang terdiri dari daratan seluas 1.313,86
Kabupaten Bintan memiliki 1 buah Pulau Terluar, yaitu Pulau Sentut. Secara
geografis, Kabupaten Bintan memilik ratusan pulau dan dapat dikelompokkan dalam 2
dan pulau-pulau sekitarnya yang memiliki potensi sumber daya laut dan pertanian
rata terendah 23,90 dan tertinggi rata-rata 31,80 dengan kelembaban udara sekitar
dengan iklim basah, berkisar antara 2000 – 2500 mm/th. Rata-rata curah hujan per
tahun ± 2.214 milimeter, dengan hari hujan sebanyak ± 110 hari. Curah hujan
tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan Desember (347 mm), sedangkan curah
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (101 mm). Temperatur rata-rata terendah
kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei. Kondisi angin pada umumnya
dalam satu tahun terjadi empat kali perubahan angin; bulan Desember - Pebruari
bertiup angin utara, bulan Maret – Mei bertiup angin timur, bulan Juni – Agustus
bertiup angin selatan dan bulan September – Nopember bertiup angin barat. Angin
dari arah utara dan selatan yang sangat berpengaruh terhadap gelombang laut
menjadi besar. Sedangkan angin timur dan barat terhadap gelombang laut yang
kecepatan angin terendah pada bulan Maret–Mei. Kondisi tiupan angin di atas perairan
Pulau Bintan yang menyebabkan gelombang dan arus adalah angin utara dan barat
laut dimana angin tersebut umumnya bertiup pada bulan Juni hingga Agustus.
Gelombang di perairan Bintan Timur sebelah utara pada musim angin bisa mencapai
ketinggian 2 meter.
B. Topografi
Wilayah Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil pada
lereng berkisar dari 0-3 % hingga diatas 40 % pada wilayah pegunungan. Sedangkan
antara 0 – 50 meter diatas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter
wilayah Gunung Bintan, Gunung Kijang dan Gunung Lengkuas. Jika diuraikan
Km2 (41,78 %), kemiringan 3 - 15 % dengan luas wilayah 334,57 Km2 (18,83
dengan luas sebesar 103,60 Km2 (56 %) luas daratan yang menyebar di
pesisir pantai dan hutan bakau. Wilayah datar sampai berombak (>3 – 15 %)
Buyu (Gunung Bintan) dengan luas 3,8 Km2. Kecamatan Bintan Utara dengan
282,42 Km2 (45 %) luas wilayah daratan, dominasi kedua dengan kemiringan
3 – 15 % sebesar 263,98 Km2 (42,06 %), dan terkecil dengan kemiringan >40
% sebesar 5,88 Km2 (0,94 %). Untuk wilayah Kecamatan Bintan Timur
(65,28 %).
C. Hidrologi
Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, hampir
semua tidak berarti untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk
saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Sungai yang agak besar
terdapat di Pulau Bintan terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), dua
diantaranya DAS besar yaitu DAS Jago seluas 135,8 km² dan DAS Kawal seluas 93,0
km² dan hanya digunakan sebagai sumber air minum. Pasang surut di perairan Pulau
semidiurnal (wyrtki,1961). Dimana saat air pasang/surut penuh dan tidak penuh
terjadinya dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan waktu pada antar puncak air
perairan pantai Trikora (Kecamatan Gunung Kijang) pada bulan Juli memperlihatkan
bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm, air surut terendah -121,31 cm,
dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada bulan September, tinggi
rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah -101,06 cm dengan
Secara umum wilayah daerah aliran sungai yang ada di Kabupaten Bintan
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2011 - 2031
D. Pasang Surut
Pasang surut adalah salah satu faktor dasar dalam pengkajian arus dilaut.
Kenaikan massa air laut samudera atau laut luas secara vertikal adalah gaya tarik
benda-benda angkasa terutama bulan dan matahari. Massa air yang naik akan
merambat dari samudera atau laut lepas secara horizontal ke perairan dalam seperti
perairan Indonesia. Faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah posisi bulan
dan matahari terhadap bumi serta situasi morfologi setempat seperti berkurangnya
kedalaman, keadaan ini terjadi pada tempat-tempat yang sempit seperti teluk dan
Di Kabupaten Bintan hampir sebagian besar di pengaruhi oleh pasang surut air
laut, tingkat muka air sungai bervariasi, atau terjadi banjir lokal oleh air laut. Pasang
di perairan Bintan merupakan rambatan pasang dari Laut Cina Selatan yang identik
dengan pasang di perairan Bintan. Pola pasang surut cenderung semi diurnal
(mixed tide prevailing semidiurnal), terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
Hal ini diakibatkan oleh posisi geografis wilayahnya yang terletak pada
pertemuan perambatan pasang surut Samudera Hindia melalui Selat Malaka dan
dari Samudera Pasifik melalui Laut Cina Selatan sehingga menyebabkan perairan
Kepulauan Riau memiliki arus pasang surut dengan pola bolak-balik (revering tidak
current).
1956, dengan nama daerah otonom Kabupaten Kepulauan Riau. Seiring dengan
perkembangan dan pemekaran wilayah sejak tahun 1983 hingga tahun 2004,
Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi
Bintan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan
Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong. Selain itu juga dilakukan
dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya pemekaran wilayah maka
162.127 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 83.861 jiwa dan jenis
jumlah penduduk tahun 2011 yang berjumlah 155.463 jiwa, maka rata-rata laju
kepadatan sebesar 556 Jiwa/Km2, dan wilayah di Kabupaten Bintan yang memiliki
penduduk usia produktif berjumlah sebesar 109.673 jiwa, dan penduduk usia non
yang berumur 10 tahun ke atas maka didapatkan bahwa jumlah penduduk yang
11,58% dan tamat SLTA/Sederajat sebesar 21,51 %. Sementara itu, untuk jumlah
tingkat pendidikan tamatan Diploma I/II mencapai 0,73 %, Diploma III sebanyak
memeluk agama Islam 86,37 % atau 140.025 jiwa. Agama lain yang dianut
penduduk Kabupaten Bintan antara lain Kristen Protestan (5,62 %) atau 9.111 jiwa,
Katholik (2,17 %) atau 3.525 jiwa, Hindu (0,15 %) atau 246 Jiwa dan
Budha (5,31 %) atau 8.608 jiwa, Khonghucu (0,37%) atau 603 Jiwa serta
terakhir relatif rendah, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk
Kabupaten Bintan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 hanya sebesar 1.41 %
Bintan Utara (0,00 %). Setelah melalui uji proyeksi dengan menggunakan metode
“ P1=P0 {1+(r.n)} “
Dimana :
P1 = Proyeksi Penduduk Tahun Berikutnya
P0 = JUmlah Penduduk Tahun Awal (Tahun 2014)
r = Rata-Rata Pertumbuhan Penduduk
n = Jangka Waktu Proyeksi Penduduk
Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas maka akan dihasilkan angka
mendatang sampai pada tahun 2018. Jumlah penduduk Kabupaten Bintan pada
tahun 2015 akan berjumlah 164.413 jiwa, meningkat pada tahun 2016 menjadi
166.699 jiwa, meningkat pada tahun 2017 dengan jumlah 168.985 jiwa dan pada
171.271 jiwa. Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bintan tahun
2018 paling banyak tersebar di Kecamatan Bintan Timur dengan jumlah penduduk
49.663 jiwa, dan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Mantang dengan
jumlah penduduk sebesar 4.708 jiwa pada tahun 2018. Data proyeksi penduduk dari
Tahun 2014 – 2018 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4: Jumlah Penduduk Saat ini dan Proyeksinya untuk 5 Tahun
Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten/Kota Bintan Tahun 2009 – 2013
Tahun Rata2
No Realisasi Anggaran
pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 551.834.046.864 602.184.813.738 640.565.651.858 831.488.727.946 856.925.680.090 0,10
a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 132.839.568.762 131.343.832.295 135.875.842.730 135.140.734.492 136.080.703.306 0,01
a.1.1 Pajak daerah 114.819.906.038 108.796.779.237 107.697.659.312 107.697.659.312 103.498.450.683 -0,03
a.1.2 Retribusi daerah 1.750.137.856 3.880.100.265 4.093.814.034 6.818.075.635 7.529.058.473 0,27
a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 5.582.617.939 5.855.913.291 5.252.730.714 4.666.718.216 7.551.057.329 0,05
a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 10.686.906.929 12.811.039.502 18.831.638.670 15.958.281.329 17.502.136.821 0,10
a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 418.994.478.102 470.840.981.443 504.689.809.128 633.701.823.457 671.229.402.784 0,11
a.2.1 Dana bagi hasil 230.958.741.102 349.923.572.443 293.112.660.008 381.628.653.906 360.912.608.784 0,08
a.2.2 Dana alokasi umum 161.217.104.000 110.234.609.000 195.666.449.120 232.884.448.000 288.685.934.000 0,08
a.2.3 Dana alokasi khusus 26.818.633.000 10.682.800.000 15.910.700.000 19.188.721.551 21.630.860.000 -0,22
a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah - - - 62.646.169.997 49.615.574.000 0,18
a.3.1 Hibah - - 0,00
a.3.2 Dana darurat - - 0,00
a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 27.246.846.900 27.560.000.000 0,25
a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus - 22.055.574.000 0,25
Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah
a.3.5 0,25
lainnya 35.399.323.097 -
0 ,0 0
C Pembiayaan
Surplus/Defisit Anggaran
: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Sumber Realisasi APBD tahun … - …, diolah
Kab. Bintan
Keterangan : n = tahun penyusunan buku putih sanitasi
Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Bintan Tahun 2009 - 2013
Tahun Rata2
No SKPD pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013
9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+…na) 132.168.600 1.164.773.390 1.016.525.145 10.569.291.630 24.628.079.126 0,55
Y # D IV /0 !
12 Proporsi Belanja Sanitasi – Belanja Langsung(8/11) 0,00% 0,49% 0,29% 2,74% 7,53% 0,47
# D IV /0 !
14 Proporsi OM Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (10/8) 0,00% 11,71% 16,55% 6,66% 3,06% -0,34
Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kab/Kota Tahun 2010 – 2014
Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata
No Uraian
Pertumbuhan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 1.398.257.980 1.883.298.467 11.769.624.000 25.431.471.700 22.915.143.808 0,38
1,1 Air Limbah Domestik 202.980.000 500.000.000 3.500.000.000 0,61
1,2 Sampah rumah tangga 585.080.000 3.898.295.000 6.845.223.500 8.320.180.500 0,61
1,3 Drainase perkotaan 1.013.257.980 414.720.000 7.228.324.000 16.900.248.200 9.071.034.000 -0,20
1,4 PHBS 385.000.000 883.498.467 440.025.000 1.186.000.000 2.023.929.308 0,15
2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 1.653.432.000 0,25
2,1 DAK Sanitasi 0,00
2,2 DAK Lingkungan Hidup 1.653.432.000 0,00
2,3 DAK Perumahan dan Permukiman 0,00
3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi 0,00
4 Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi 0,00
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 1.398.257.980 1.883.298.467 11.769.624.000 27.084.903.700 22.915.143.808 0,37
Total Belanja Langsung 424.136.332.725 271.076.928.645 414.577.648.980 581.030.812.082 499.977.982.581 -0,02
% APBD murni untuk Sanitasi terhadap Belanja
0,33% 0,69% 2,84% 4,66% 4,58% 0,41
Langsung
Sumber : APBD tahun 2010 – 2014, diolah
Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Bintan Tahun 2010- 2013
Tahun
No Deskripsi Rata-rata
2010 2011 2012 2013 2014
1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota 9.426 12.114 73.969 168.931 - 66.110
2 Jumlah Penduduk 148.343 155.463 159.116 160.331 - 155.813
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2)
Sumber : APBD Kabupaten Bintan dan Bintan Dalam Angka 2013 Diolah
Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Bintan Tahun 2009 - 2013
Tahun
No Deskripsi
2009 2010 2011 2012 2013
1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 2.947 3.128 3.321 3.526 3.744
Sumber : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban bupati Bintan Tahun 2011 dan 2013
Ketahanan Nasional.
Sesuai dengan tujuan penataan ruang wilayah yang akan dicapai dalam 20
sekitarnya;
Kabupaten Bintan;
Kabupaten Bintan;
sentra-sentra produksi;
Bebas;
berkelanjutan;
kelestarian lingkungan;;
daya dukung wilayah; Hal ini dilakukan dengan strategi sebagai berikut :
ekosistemnya;
wilayah;
keanekaragamannya.
dan keamanan;
ruang yang ada dalam Peraturan Daeran Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2011 – 2031 disajikan dalam Gambar
Peta 2.3 : Peta Struktur Ruang Kabupaten Bintan Tahun 2011 - 2031
Peta 2.4 : Peta Pola Ruang Kabupaten Bintan Tahun 2011 - 2031
Kabupaten Bintan, peran sosial sangat dominan apalagi dikaitkan dengan masalah
mempunyai andil yang besar, dalam arti sosialisasi pembangunan harus terus
digalakkan.
Riau, akan tetapi populasinya secara budaya dan etnis cukup beragam yang datang
dari seluruh Indonesia bahkan luar negeri. Pola kehidupan sosial masyarakat pesisir
Kabupaten Bintan dipengaruhi oleh bentang alam yang terdiri dari gugusan pulau
besar dan kecil yang tersebar dan dipersatukan oleh perairan laut dangkal
pantai, sungai dan jalan dengan tipologi rumah panggung. Dimana rumah
yang bagi masyarakat pesisir digunakan sebagai alat transportasi dan alat
penangkap ikan.
yang cukup panjang, dari sejak zaman Kerajaan Melayu hingga masa setengah
abad lebih setelah kemerdekaan. Pada saat ini penduduk yang mendiami wilayah
Kabupaten Bintan berasal dari berbagai suku bangsa, kebudayaan dan golongan
sosial.
Umumnya masyarakat Bintan berasal dari Suku Melayu yang masih kental
Islam dan berbagai adat istiadat berkenaan dengan lingkaran hidupnya. Masyarakat
Melayu terkenal dengan masyarakat yang taat dalam menjalankan syariat Agama
Islam, ramah, mementingkan hidup secara kekeluargaan, dan secara ekonomi tidak
Sedang suku lainnya yang cukup banyak terdapat di Kabupaten Bintan adalah
masyarakat yang berasal dari Suku Jawa, China, Batak, Bugis, Minangkabau, dan
memiliki heterogenitas suku bangsa yang secara langsung akan merupakan suatu
terlepas dari tingkat pendidikan dan kemiskinan yang ada di wilayah ini. Salah satu
globalisasi.
Salah satu upaya tersebut antara lain adalah dengan memperbaiki kualitas
sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Bintan
pada Tahun 2010 terdiri dari sarana pendidikan negeri/swasta terdiri dari TK, SD,
SMP, SMA, dan SMK. Selain itu juga terdapat sekolah islam yang terdiri dari TK
Pada tahun ajaran 2012/2013 terjadi peningkatan jumlah sekolah untuk tingkat
pendidikan Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Tingkat
Pertama baik negeri dan swasta dibandingkan tahun ajaran 2010/2011. Peningkatan
yang cukup besar terjadi pada tingkatan Taman Kanak Kanak, dimana selama 5
peduli terhadap pentingnya pendidikan anak usia dini. Sementara itu, untuk sekolah
menengah atas tidak mengalami penambahan karena jumlah sekolah yang ada
sudah mencukupi dan tersebar di hampir semua kecamatan. Untuk lebih lengkap
sendiri pada awalnya bertujuan untuk membawa kemakmuran bagi umat manusia.
tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dan tingkat kemiskinan Nasional. Pada
lebih baik dalam penanganan masah kemiskinan. Sedangkan untuk tingkat Provinsi
Kepri sebesar 14,51%. Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan Kabupaten Bintan
penduduk miskin yang terbesar masih didominasi oleh Kecamatan Bintan Timur
yaitu sebesar 1.669 RTM atau sebesar 20%. Sedangkan untuk jumlah yang terkecil
dibawah.
tersebut yaitu :
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
4. Dinas Kesehatan
7. Dinas Perhubungan
9. Dinas Sosial
Dinas Sosial
(Social Office)
Dinas Tenaga Kerja
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Pertanian dan Kehutanan
53
Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan,UKM
WAKIL BUPATI (VICE REGENT)
Kecamatan-Kecamatan
(REGENTAL SECRETARY)
BUPATI (REGENT)
SEKRETARIS DAERAH
Gambar 2.2 Diagram SKPD terkait dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Bintan
BUPATI
SEKRETARIS DAERAH
BAPPEDA Dinas Pekerjaan Badan Lingkungan Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan,
Umum Hidup Pertamanan dan Pemuda dan
Pemakaman Olahraga
Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektivitas
No
a) b) c) d) e) f)
Beberapa rumah
tangga di desa
Peningkatan Limbah Keluarga
APBD Kabupaten kelurahan sudah
3 Baleho / Spanduk Masyarakat Umum Pengelolaan Air Bersih Lingkungan
Bintan memiliki IPAL
Limbah Keluarga Sehat.
sederhana Skala
Rumah Tangga.
Sumber : Dinas Kesehatan dan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
BAB 3
Profil Sanitasi Wilayah
PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas dasar kesadaran yang terbangun pada setiap manusia sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan dapat berperan aktif dalam kegiatan - kegiatan kesehatan yang berlangsung
dalam masyarakat, sedangkan PHBS di rumah tangga adalah suatu upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar mereka memahami, berkeinginan dan
mampu melaksanakan Perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
Dalam rangka peningkatan kesadaran dan perilaku masyarakat tersebut,
Promosi PHBS sebagai salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman
pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat
perlu lebih ditingkatkan dan digalakkan lagi pelaksanaannya. Penerapan PHBS di
lapangan/masyarakat biasanya dilakukan melalui pelaksanaan pendidikan kesehatan
dasar dan juga penyuluhan – penyuluhan kesehatan.
Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tidak hanya menitik-beratkan
pada sebuah proses penyadaran masyarakat atau pemberian serta peningkatan
pengetahuan dasar masyarakat tentang kesehatan lingkungan semata, akan tetapi
di dalamnya terdapat suatu usaha untuk dapat lebih memfasilitasi masyarakat dalam
rangka perubahan perilaku dan tingkat kesadaran kesehatan yang ada di mereka
sendiri.
Kegiatan PHBS yang telah dilaksanakan dan yang akan dikembangkan
pelaksanaannya oleh Dinas Kesehatan di Kabupaten Bintan ada 8 kegiatan seperti
berikut ini :
1. Peningkatan dan Pengembangan Desa Siaga.
2. Peningkatan Upaya Penyehatan Lingkungan.
3. Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat.
4. Peningkatan dan Pemantapan Penyelenggaraan Akselerasi Desa Sehat.
5. Peningkatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
6. Pelayanan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
7. Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat.
8. Kawasan Tanpa Asap Rokok.
Di dalam Program PPSP Kabupaten Bintan tahun 2014 pelaksanaan PHBS
hanya difokuskan pada dua tatanan yaitu : Tatanan Rumah Tangga dan Tatanan
Sekolah.
jamban yang sehat, ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah. Sirkulasi udara yang baik, kepadatan hunian rumah yang
sesuai, dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Penggunaan air bersih ini diklasifikasikan berdasarkan studi Environmental
High Risk Assesment (EHRA) dalam penggunaannya untuk beberapa keperluan,
meliputi : untuk keperluan minum, memeasak, cuci piring dan gelas, cuci pakaian, dan
gosok gigi. Sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan tatanan
rumah tangga juga diukur dari indikator kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
yang juga dalam studi EHRA dilakukan dan dianalisa prosentase dan pengaruhnya
terhadap hygiene lingkungan masyarakat.
Kebiasaan cuci tangan pakai sabun dalam PHBS diklasifikasikan berdasarkan
studi EHRA bahwa dilakukan di lima waktu penting, yaitu : untuk mandi, memandikan
anak, menceboki pantat anak, mencuci tangan sendiri, mencuci tangan anak, mencuci
peralatan dan mencuci pakaian.
Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Environmental Health Risk
Assesment (EHRA) yang dilaksanakan di Kabupaten Bintan yaitu sebanyak 10 desa
(20 %) dari perhitungan penetapan klaster atas 51 desa/kelurahan. Unit sampling
utama adalah RT (Rukun Tetangga) yang dipilih secara proporsional dan random
berdasarkan total RT dalam setiap Desa/Kelurahan minimal 40 responden. Yang
menjadi responden dalam EHRA tahun 2014 adalah ibu atau anak perempuan yang
sudah menikah. Dan dari studi EHRA yg sudah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa indeks resiko tertinggi sebagai berikut :
1. Persampahan
2. Sumber air
3. Air Limbah Domestik
4. Genangan Air
5. Perilaku hidup bersih dan sehat
EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2)
pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA
adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bintan . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor
selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan
enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 1 (satu) hari. Materi
pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang
instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator;
uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.
Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga).Unit
sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT dalam
setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey.Jumlah sampel RT
per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5
responden.Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
59
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014
responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan
berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat
terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit.
Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh
sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan
keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Bintan . Sebelum melakukan entri data, tim
data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang
difasilitasi oleh Tim Fasilitatoryang telah terlatih dari PIU Advokasi dan
Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur
kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji
konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check
mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual
melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan
kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar
yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di re-
check kembali oleh tim Pokja PPSP.
CTPS
Gambar 3.1. Grafik CTPS di Lima Waktu Penting
Dari grafik 3.1 diatas untuk cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting
sebanyak 83% tidak melakukan cuci tangan pakai sabun , dan sebanyak 17%
melakukan CTPS di lima waktu penting. Kebiasaan CPTS belum sepenuhnya dilakukan
masyarakat hanya pada waktu mandi yang lebih diutamakan menggunakan sabun.
Sedangkan untuk empat kegiatan lainnya memandikan anak, menceboki anak,
mencuci tangan sendiri, mencuci tangan anak, mencuci peralatan dan mencuci
pakaian perlu mendapat penyuluhan secara continue.
BABS
Gambar 3.2.Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS
Pengelolaan Sampah
Gambar 3.4. Grafik Pengelolaan Sampah Setempat
Berdasarkan hasil EHRA diketahui hanya 10% saja yang sudah melakukan
pengolahan sampah, sebagian besar masyarakat belum pengolahan sampah.
Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa masyarakat Pada gambar 3.5
maka diketahui bahwa masyarakat di Kabupaten Bintan atau sebesar 61% sudah
mengelola air limbah, dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci tangan dengan
benar.
3.2.2 Tatanan Sekolah
PHBS di tantanan Institusi Pendidikan adalah upaya membudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat bagi guru/dosen dan karyawan maupun peserta didik
dilingkungan institusi pendidikan untuk mengenali masalah dan tingkat
kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya masing-masing. Selain itu mereka juga diharapkan dapat meneruskan
proses pembelajaran bagi keluarga dan masyarakat disekitar tempat tinggalnya
masing-masing. Penyediaan wastafel, pemasangan keramik, dan pembangunan toilet
siswa yang terpisah antara laku-laki dan perempuan hanya beru dilakukan pada
sekolah perkotaan yang dekat dengan pusat pemerintahan. Sedangkan pada tingkat
perdesaan prasarana kebersihan ini masih dalam kondisi seadanya. Peranan petugas
kebersihan sekolah juga menjadi salah satu faktor suksesnya pemeliharaan
Tabel 3.1: Rekapitulasi Jumlah sarana air bersih dan sanitasi tingkat Sekolah Dasar/MI
Fas
Fas. Cuci Saluran
Jumlah Siswa Jumlah Guru Sumber Air Bersih *) Toilet Guru**) Toilet Siswa***) Pengolahan
Status Sekolah Jumlah tangan Drainase
No sampah
Dasar Sekolah
L P L P PDAM SPT/PL SGL T L/P L dan P T L/P L dan P T Y T Y T Y T
3.3.1 Kelembagaan
Tabel 3.4: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN
Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian
target
PENGADAAN SARANA
Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa
kolektor)
PENGELOLAAN
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air
limbah domestic
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah
domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah
domestik skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic,
dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik
Dari Hasil Studi Tim Pokja PPSP Kabupaten Bintan terhadap Pengelolaan air
limbah pada Badan Lingkungan Hidup, diketahui belum ada dan pemangku
kepentingan terhadap pengelolaan Air Limbah Domestik.
Retribusi penyedotan air
limbah domestic
cuciannya langsung ke tanah tanpa ada saluran pembuangan. Sementara itu, ada
juga masyarakat yang membuang limbah air cucian ke laut dan sungai.
Sungai/danau/pantai;
19.5
Series1; Tangki
septik; 64,5; 64%
Series1; Langsung ke
drainase; 0,8; 1%
Series1; Cubluk/lobang
tanah; 0,8; 1%
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa tempat penyaluran akhir tinja di
Kabupaten Bintan terbesar mengunakan tangki septic sebesar 64 %, tidak tahu
sebesar 13 %, lalu cubluk atau lobang tanah sebesar 1 %, ke sungai 19,5 %, pipa
sewer 2 % dan langsung ke drainase 1%.
Untuk pipa sewer yang terdapat pada grafik di atas berupa sarana sanitasi system
komunal seperti SANIMAS yang tersedia di beberapa desa di kabupaten Bintan.
Gambar 3.7: Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa tidak semua tanki yang
dimiliki masyarakat aman masih ada 35% merupakan tanki septik suspek tidak aman.
Hal ini dikarenakan tanki septik sudah dibangun lebih dari 5 tahun dan belum pernah
dikuras.
Gambar 3.8 : Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik
Tabel 3.6: Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota
Sarana tidak
Sarana Layak
layak
BABS* Offsite
Onsite System
System
Nama Kawasan /
No Kecamatan/ Individual Berbasis Komunal
terpusat
Kelurahan
Cubluk, Jamban MCK umum MCK++ Tangki IPAL Sambungan
Tangki septik keluarga dgn /Jamban Septik Komunal Rumah
tidak aman** tangki septik Bersama Komunal
(KK) aman
* Yang termasuk BABS: (i) mempunyai jamban keluarga (individual) tanpa tangki septik (black water disalurkan
ke
badan air atau lingkungan; (ii) BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb.
** Aman: sesuai kriteria SNI
- kapasitas M3/hari
- sistem
IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah
Total
Jenis
Nama Tahun mulai kegiatan/
No Provider/Mitra operasi/ Kontribusi
Potensial Berkontribusi Terhadap Potensi
Volume
Sanitasi Kerjasama
No Permasalahan Mendesak
3.4.1 Kelembagaan
Instansi Pemerintah Kabupaten Bintan yang menangani dan terkait dalam
pengelolaan sampah (limbah padat) adalah Dinas Kebersihan,Pertamanan dan
Pemakaman bersama Badan Lingkungan Hidup yang sesuai dengan tugas dan fungsi
pokok yang telah ditetapkan.
Tabel 3.14: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan sampah skala
√
kab/kota,
Menyusun rencana program persampahan dalam √
rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program persampahan √
dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
√ √ √
Menyediakan sarana komposting
PENGELOLAAN
√ √
Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS
√ √
Mengelola sampah di TPS
√
Mengangkut sampah dari TPS ke TPA
√
Mengelola TPA
√ √ √
Melakukan pemilahan sampah*
√
Melakukan penarikan retribusi sampah
Sebagian besar belum mengelola sampahnya dengan baik atau sebesar 73,6%
yang antara lain :
1. Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 1,8%.
2. Di bakar sebesar 55 %.
3. Dibuang ke sungai/danau/kali/laut sebesar 15,3%.
4. Dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebesar 1,5%.
Tabel 3.17
Tabel 3.19Kondisi
KondisiPrasarana
Saranadan
danSarana persampahan
Prasarana yang ada di
Persampahan Kabupaten/Kota
yang ada di Kabupaten Bintan
1 Pengumpulan Setempat
- Gerobak unit
- Becak/Becak Motor unit 12 2v
2 Penampungan Sementara
- Bak Biasa unit 109 v
- Container unit 6 v
- T ransfer Depo unit
3 Pengangkutan
- Dump T ruck unit 9 3v
- Arm Roll T ruck unit 6 3v
- Compaction T ruck unit
4 (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat
- T PS 3R unit 5 v
- SPA (stasiun peralihan antara) unit
5 T PA/T PA Regional
- Sanitary landfill Ha
- Controlled landfill Ha 5 v
- Open dumping Ha
6 Alat Berat
- Bulldozerl unit 1 v
- Whell/truck loader unit
- Excavator / backhoe unit 1 v
7 IPL
- sistem
Pengelola Kerjasama
No Jenis Kegiatan Lokasi dengan Keterangan
Lembaga Kondisi pihak lain
1. Perumnas.
Tekojo Kec. Bintim
2. Perumahan Sei.
Lekop Bt. 20 Kec.
Bintim
Pemilahan 3. Sei. Enam Kec.
Bank Sampah
1 Sampah di Bintim Aktif
Rumah tangga 4. Pasar Barek
Motor Kec. Bintim
5. Gunung
Lengkuas Kec.
Bintim
6. Karang Taruna
Kec. Bintim
Pengangkutan Setiap DKPP Kab.
2 RW/Lingkungan Aktif -
sampah ke TPS RW/Lingkungan Bintan
Pengolahan
3
sampah:
1. Perumnas
Aktif
a) Pengolahan Tekojo Kec. Bintim
Bank Sampah -
sampah organik 2. Pasar Barek
Aktif
Motor
3. Kec. Gunung Tidak
Kijang Aktif'
4. Kec. Bintan Tidak
Timur Aktif'
Tidak
5. Kec. Toapaya
Aktif'
1. Kel. Gunung
Kelompok
Lengkuas Kec.
b) Pengolahan Dasawisma Dharma
Bintim
sampah non Aktif Wanita dan
2. Kel. Tembeling
organik GOW
Tanjung Kec. Teluk PKK
Bintan
c) Pengelolaan
- - -
sampah terpadu
Jenis kegiatan/
Nama Tahun mulai
Kontribusi
No Provider/Mitra operasi/
Terhadap
Potensial Berkontribusi
Sanitasi Volume Potensi Kerjasama
2.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 154.468.280 201.539.700 250.790.300 505.846.950 278.161.308 48,35%
Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur
2.c 77.234.140 100.769.850 125.395.150 252.923.475 139.080.654 48,35%
terbangun
No Permasalahan Mendesak
itu. Dalam konteks ini, pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang
mendesak dan harus mendapat prioritas.
Drainase berfungsi untuk mengalirkan limpahan air hujan agar tidak terjadi
genangan air atau banjir. Banjir pada kawasan kota umumnya sangat mempengaruhi
tingkat kegiatan sosial ekonomi masyarakat, yang dapat menimbulkan kerugian harta
benda. Sehingga dalam perencanaan drainase nanti harus perlu diperhatikan secara
khusus agar bencana banjir dikawasan perkotaan dapat dihindari. Kabupaten Bintan
masih kurang didukung oleh prasarana utilitas yang memadai, termasuk sistem
pengaliran air hujan/drainase. Saluran drainase yang ada berupa saluran drainase
jalan, namun tidak semua ruas jalan dibuat saluran drainasenya, seperti pada ruas
Jalan Lintas Propinsi dan itu tidak seluruhnya ada dengan saluran yang permanen.
Secara spesifik fungsi dan kegunaan drainase dapat disebutkan satu persatu, antara
lain :
Mengeringkan bagian wilayah kota/lingkungan dari genangan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif.
Mengalirkan air permukaan kebadan air penerima terdekat secepatnya.
Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).
Berdasarkan fisiknya, sistim drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, dan
tersier.
a. Sistem saluran primer
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder.
Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan
pemerima air.
b. Sistem saluran sekunder
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air
dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan
meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit
yang dialirkan.
3.5.1 Kelembagaan
Tabel 3.26 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase
Perkotaan
Tabel 3.24: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Perkotaan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan drainase perkotaan skala kab/kota
Menyusun rencana program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian
target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan / membangun sarana drainase perkotaan
PENGELOLAAN
Membersihkan saluran drainase perkotaan
Memperbaiki saluran drainase perkotaan yang rusak
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase
perkotaan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk
penataan drainase perkotaan di wilayah yang akan dibangun
Memastikan integrasi sistem drainase perkotaan (sekunder) dengan sistem drainase
sekunder dan primer
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase
perkotaan
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase perkotaan
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase
perkotaan skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
drainase perkotaan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase perkotaan, dan
atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase perkotaan
Series1; Ya;
Series1; 42,9; 43%
Tidak; 57,1; Ya
57%
Tidak
Dari hasil studi EHRA persentase Rumah tangga yang mengalami banjir rutin
sebesar 43% dan sebesar 57% tidak mengalami banjir rutin.
Tabel 3.28: Kondisi sarana dan prasarana drainase yang ada di Kabupaten Bintan
Frekuensi
Jenis Prasarana / Jumlah/ Kondisi
Pemeliharaan
No Satuan
Tdk
Sarana Kapasitas Berfungsi (kali/tahun)
berfungsi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
1 Saluran Primer 7.351 √
- S. Primer A m 3.000 √
- S. Primer B m
2 Saluran Sekunder 5.638 √
- Saluran
m
Sekunder A1
- Saluran
m
Sekunder A2
- Saluran
m
Sekunder B1
Bangunan
3
Pelengkap
- Rumah
unit -
Pompa
- Pintu Air unit -
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan, 2014
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
89
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014
Pengelolaan
No Jenis Sarana Lokasi Iuran Keterangan
Lembaga Kondisi
1.a Pendanaan Investasi Drainase 903.861.390 396.347.500 6.415.345.684 16.045.355.001 5.940.227.394 31,45%
Pendanaan OM yang
1.b 503.401.000 270.971.300 387.186.150 3,56%
dialokasikan dalam APBD
Perkiraan biaya OM
1.c berdasarkan infrastruktur
terbangun
Sumber : APBD Kabupaten Bintan diolah
No Permasalahan Mendesak
Bintan terhadap penduduk Kabupaten Bintan masih rendah.Salah satu upaya yang
pengembangan jaringan air bersih ini tidak dapat dilakukan sekaligus oleh PDAM
diperlukan.Di bawah ini merupakan tabel sistem pelayanan dan pengelolaan air
Sistem
No Uraian Satuan Keterangan
Perpipaan
1 Pengelola PDAM
2 Tingkat Pelayanan % 78,33
3 Kapasitas Produksi Lt/detik ±60
4 Kapasitas Terpasang Lt/detik ±20
Jumlah Sambungan
5 Unit 2.057
Rumah (Total)
6 Jumlah Kran Air Unit 2.057
7 Kehilangan Air (UFW) % -
Retribusi/Tarif (rumah
8 M3 5000/M³
tangga)
Jumlah pelanggan per
9
kecamatan
- Kecamatan Bintan
Pelanggan 2057
Utara
- Kecamatan Bintan
Pelanggan -
Timur
1 Pengelola SPAM/IKK
2 Tingkat Pelayanan % 28,2
3 Kapasitas Produksi Lt/detik ±93
4 Kapasitas Terpasang Lt/detik ±30
Jumlah Sambungan
5 Unit 2.047
Rumah (Total)
6 Jumlah Kran Air Unit 2.047
7 Kehilangan Air (UFW) % -
Retribusi/Tarif (rumah Rp.1.500/M³ s/d
8 M3
tangga) Rp.5.000/M³
Jumlah pelanggan per
9
kecamatan
Gambar 3.16 : Grafik Akses terhadap Air Bersih/Sumber Air Minum dan Memasak
Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa sumber air minum dan
memasak yang digunakan adalah mata air tidak terlindungi sebesar 0,3%, Air Sumur
Gali Tidak terlindungi sebesar 24,3%, Air isi Ulang sebesar 53,1% dan Air Botol
Kemasan sebesar 4,5%. Sedangkan sumber air yang dinilai terlindungi yang
digunakan seperti mata air terlindungi sebesar 17,3%, Air Sumur terlindungi sebesar
71,4%,Air sumur pompa tangan sebesar 13,1%, Air Ledeng dari PDAM sebesar 40,8%.
Dst
Dst
Keterangan : Data tidak tersedia di SKPD
BAB 4
PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN
sehat merupakan salah satu faktor yang ikut menentukkan derajat kesehatan
terkendali dan cenderung tidak sehat ini dicerminkan banyaknya rumah-rumah yang
tidak sehat akibat semakin padatnya tingkat hunian rumah di masyarakat. Komponen
perilaku sehat merupakan tugas utama dari Promosi kesehatan. Promosi kesehatan
hal ini disebabkan menyangkut aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap,
kebiasaan, kemampuan, potensi dan faktor budaya pada umumya. Disamping itu
perilaku kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan oleh manusia yang didasari oleh
pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dapat berdampak positif atau negatif
terhadap kesehatan.
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga
yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu
mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu
Pembinaan PHBS di rumah tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk
hidup bersih dan sehat. Melalui upaya ini, setiap rumah tangga diberdayakan agar
tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan
ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam mewujudkan
masyarakat.
disini seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan
masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis
untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan
2. Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI
Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
3. Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan
buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan
hari seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang
tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan
5. Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai
menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan
setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan,
seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh
serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan
ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat
pembersih.
perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC,
vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang
dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan
8. Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga
maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi
agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat
10. Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan
dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin,
2. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam
tinggal. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat-
penyehatan lingkungan antara lain cakupan rumah sehat, akses jamban sehat,
sehat, akses air bersih dan desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup
Peran Promosi Kesehatan memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis
kreasi baru media promosi dan penyebar luasan info kesehatan melalui berbagai
media yang efektif dan terpilih sesuai dengan karakteristik, tradisi dan budaya
(KIE). Dengan promosi kesehatan yang baik, maka penerapan PHBS akan dapat
tumbuh dan berkembang di masyarakat, bahkan menjadi suatu budaya dan kebutuhan
bidang kesehatan.
berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yang mana program/kegiatan
tersebut telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan. Dalam penerapan
PHBS pada lima tatanan yaitu : Tatanan Rumah tangga, Tempat-tempat umum,
Sarana Kesehatan, Institusi Pendidikan serta Tempat Kerja secara terus menerus
Pada tabel berikut ini merupakan rencana program dan kegiatan yang m endukung
Tabel 4.1
Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi Tahun 2015
Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi Tahun 2015
SKPD Sumber
Nama Progam/kegiatan Indikasi Sumber
No Satuan Volume Penanggung dokumen
biaya (Rp) Pembiayaan jawab perencanaan
Dinas RKPD
Peningkatan Upaya Penyehatan Kesehatan
1 Lingkungan
Kegiatan 1 100,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Peningkatan dan Pemantapan
Kesehatan
2 Penyelenggaraan Akselerasi Desa Kegiatan 1 300,000,000 APBD
Kabupaten
Sehat
Bintan
Dinas RKPD
Sosialisasi Kebijakan Kesehatan
3 Lingkungan Sehat
Kegiatan 1 100,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Peningkatan Sanitasi Total Kesehatan
4 Berbasis Masyarakat
Kegiatan 1 200,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Peningkatan dan Pengembangan Kesehatan
5 Media Promosi Kesehatan
Desa/Kel 41 400,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Pelayanan dan Pengembangan
Kesehatan
6 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Sekolah 158 450,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Dinas RKPD
Peningkatan dan Pengembangan Kesehatan
7 Desa Siaga
Jiwa 120.000 400,000,000 APBD
Kabupaten
Bintan
Total anggaran program/kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2015 untuk kegiatan yang
terkait dengan PHBS yaitu sebesar Rp. 1.950.000.000,- (satu milyar sembilan ratus lima puluh
juta rupiah), yang mana dibagi menjadi 7 program/kegiatan. Sasaran dari
program/kegiatan yang direncanakan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat (baik di lingkungan rumah tangga, sekolah dan lingkungan
sekelilingnya) bagaimana berperilaku hidup bersih dan sehat.
Tabel 4.2 Program dan kegiatan terkait sanitasi yang sedang berjalan
Pada tahun 2014, Kabupaten Bintan telah mengganggarkan dana untuk kegiatan yang terkait
dengan program/kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu sebesar Rp.
2.023.929.308,- (dua milyar dua puluh tiga juta Sembilan ratus dua puluh sembilah ribu tiga
ratus delapan rupiah). Anggaran tersebut digunakan untuk 8 kegiatan, yang mana
semua kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan.
4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kabupaten Bintan merupakan wilayah yang cukup luas dan penduduknya menyebar tidak
merata serta terakumulasi di beberapa wilayah tertentu. Dengan pola penyebaran penduduk
demikian, Kabupaten Bintan sulit bagi pemerintah daerah membangun Instalasi Pengelolahan
Lumpur Tinja (IPLT) komunal.
Selain itu permasalahan air limbah yang kian memburuk di kawasan permukiman pesisir
Kabupaten Bintan khususnya permukiman nelayan tidak dapat tertangani secara baik.
Beberapa penyebabnya yaitu kebiasaan sosial-budaya yang sulit berubah (seperti buang air
besar sembarangan atau menggunakan WC cemplung), topografi yang sangat rendah bahkan
sebagian berada dibawah ketinggian pasang air laut (karena abrasi), perkembangan
permukiman yang kian memadat dan tidak tertata serta kegagalan penerapan standar
teknis pembuangan air limbah.
Dalam hal ini, perlunya kebijakan dan perhatian khusus pemerintah daerah Kabupaten Bintan
dalam membangun sarana prasarana pengelolaan air limbah yang baik serta
meningkatkan peran serta masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Pada tahun 2015 pemerintah Kabupaten Bintan belum mengganggarkan dana untuk
program/kegiatan yang terkait dengan pengelolaan air limbah domestik.
Tabel 4.3
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2015
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2015
SKPD
Sumber Lokasi
No Nama Progam/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Penanggung
Dana Kegiatan
jawab
Sedangkan untuk program yang sedang berjalan pada sektor air limbah domestik
Tabel 4.4
Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Yang Sedang Berjalan
sampah tersebut lebih berharga dan dapat didayagunakan ulang atau didaur ulang
Kabupaten Bintan akan membangun pengolahan sampah atau daur ulang dan
dikumpulkan dan diolah kembali menjadi bahan yang berguna atau pupuk.
Dalam tempat pengolahan sampah yang ada di pasar Barek Motor Kijang akan
mengolah sampah menjadi pupuk kompos untuk sampah organik dan untuk sampah
plastik akan dikumpulkan dan didaur ulang oleh pengumpul barang bekas.
akan dihargai Rp 300,- perkilonya, dan untuk sampah plastik akan disesuaikan dengan
harga pasar sekitar Rp 1500,- per kilo. Kedepannya Pemerintah kabupaten Bintan
hanya mampu mengolah 1 hingga 2 ton ampah perbulan, nantinya kompos ini juga
dapat dimanfaatkan atau dijual kepada petani dengan harga yang murah. Untuk
sarana TPA di Kabupaten Bintan memiliki satu (1) TPA dengan system control landfill.
Tabel 4.5
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2015
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2015
Bintan
Sumber : - RKAKL SNVT Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Prov. Kepri 2015
- RKPD Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan 2015
- RKPD Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Permakaman Kabupaten Bintan 2015
Tabel 4.6
Kegiatan Pengelolaan Persampahan Yang Sedang Berjalan
Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2014
No Nama Program dan Satuan Volume Biaya Rp Sumber Dana Lokasi Institusi
Kegiatan Kegiatan
Pelaksana
SNTV
Pembangunan 3R Pengembanga
Kec. Bintan
1 1 Kegiatan 450.000.000 APBN n Penyehatan
(Reuse, Reduce, Utara
Recycle) Lingkungan
Permukiman
Kec. Bintim Badan
Peningkatan peran
dan di Kec. Lingkungan
2 serta masyarakat 2 Kecamata 150,000,000 APBD
Gunung Hidup
dalam pengelolaan n
Kijang
persampahan Badan
Operasional Bank Kabupaten
3 16 41,568,000 APBD Lingkungan
Pengelolaan Sampa Bintan
Hidup
Bank Sampah h
Penilaian Kecamatan, Badan
Kabupaten
4 Kelurahan dan Desa 1 Kegiatan 200,000,000 APBD Lingkungan
Bintan
Terbesih se- Hidup
Kabupaten Bintan Badan
Sosialisasi dan Promosi Kabupaten
5 10 Kecamata 200,000,000 APBD Lingkungan
Gerakan Bintan Bersih Bintan
n Hidup
KELOMPOK KERJA SANITASI
PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN
106
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BINTAN
TAHUN ANGGARAN 2014
Tabel 4.7
Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase 2015
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Tahun 2015
No Nama Program Volume Satuan Indikasi biaya Sumber SKPD Dokumen
dan Kegiatan pendanan Penanggung Perencanaan
jawab
1 Penyusunan 1 Keg Rp.450.000.000,- APBN SNVT RKAKL
DED Penyehatan
Pengembangan Lingkungan
Drainase Primer Pemukiman
2 Pembangunan 1 Keg Rp.400.000.000,- APBN SNVT RKAKL
Drainase Penyehatan
Pengembangan Lingkungan
Primer Pemukiman
3 Pembangunan
dan perbaikan
saluran drainase
jalan
- Pembangunan 1 Paket 575,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase dan Pekerjaan
Gorong-gorong Umum
Jalan
Tamansari
Kel. Tanjung
Uban Selatan
Kec. Bintan
Utara (depan
SMPN 13
s/d Jago RT.07
RW.02) (1.034
Km)
- Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Jl. Pekerjaan
Mekarsari dan Umum
Bumi
Moro Kel.
Tanjung Uban
Timur Kec.
Bintan Utara RT.
04, 02 RW.01
Taman Sari RT. 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
002, RT.03 Pekerjaan
RW.001 Kel. Umum
Tanjung Uban
Timur Kec.
Bintan Utara
(500 M)
Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Jalan Pekerjaan
Taman surya
Desa Teluk
Sasah Kec.
Seri Kuala
Lobam (135 m x
140 m x 70 m)
Pembangunan 1 Paket 250,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase dari Pekerjaan
Perum. Telaga Umum
Suriya
Ke RT. 01, 02
RW. 03
Tanjung Uban
Utara ( 500
M x 1 M)
Normalisasi 1 Paket 600,000,000 APBD Dinas RKPD
Saluran Pekerjaan
Drainase Induk Umum
Perum
Alamanda, ke
Pasar Baru dan
Saluran
Drainase Jl.
Simpang Gas
Elpiji Pertamina
Ke Pasar Baru
Kel. Tanjung
Uban Selatan
Kec. Bintan
Utara
Pembangunan 1 Paket 200,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase (200 Pekerjaan
M) dan Box Umum
Cuvert (2 Buah)
JL. Merak - Jl.
Garuda
Perumnas Bumi
Tanjung Permai
Kelurahan
Tanjung Permai
Kec. Seri Kuala
Lobam
Pembangunan 1 Paket 650,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase dan Pekerjaan
Box Culvert Umum
Perumahan
Lobam Mas
Asri Desa Teluk
Sasah
Kec. Seri Kuala
Lobam (
500 m x 2 m x
1,5 m )
Pembangunan 1 Paket 200,000,000 APBD Dinas RKPD
Drainase Pekerjaan
Perum Garden Umum
View Kel.
Tanjung Uban
Utara
Sumber : - RKAPL SNVT Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Prov. Kepri 2015
- Renja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan 2015
Tabel 4.8
Kegiatan Pengelolaan Drainase Yang Sedang Berjalan 2014
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase yang sedang berjalan Tahun 2015
No Nama Program dan Volume Satuan Biaya (Rp) Sumber Lokasi Pelaksana
Kegiatan Dana Kegiatan Kegiatan
1 Pembangunan saluran
drainase lingkungan
- Pembangunan Drainase 443 M 329,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Lingkungan Bintan Pekerjaan
(443 M') Masjid Raya Utara umum
Kel. Tanjung
Uban Selatan
(Baiturrahman) Kec.
Bintan Utara
Pembangunan drainase 400 320,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Jl. Yos Bintan Pekerjaan
Sudarso RT. 03/RW.03 Utara umum
Kel. Tanjung Uban Kota
Kec. Bintan Utara (400
M'
Pembangunan Drainase 250 250,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Perumahan Bintan Pekerjaan
Octaviary RT. 03 / RW. Timur umum
03 Kel. Sei
Lekop Kec. Bintan Timur
( 250 M')
Tabel 4.10
Kegiatan Terkait Sanitasi Yang Sedang Berjalan
Program dan Kegiatan Terkait Sanitasi yang sedang berjalan Tahun 2014
No Nama Program dan Volume Satuan Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Pelaksana
Kegiatan Kegiatan Kegiatan
1 Pembangunan SPAM
Perdesaan
Optimalisasi SPAM 1 Paket 275,000,000 APBD Kecamatan Dinas
perdesaan Desa Teluk Pekerjaan
Penaga Kec. Teluk Bintan umum
Bintan
Optimalisasi SPAM 1 Paket 275,000,000 APBD Kecamatan Dinas
perdesaan Desa Air Teluk Pekerjaan
Gelubi Kec. Bintan Bintan umum
Pesisir
Pembangunan SPAM 1 Paket 385,000,000 APBD Kecamatan Dinas
Tanjung Sengkuang Teluk Pekerjaan
Desa Air Glubi Bintan umum
Kecamatan Bintan
Pesisir
BAB 5
INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI
PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN BINTAN
sekunder dan data primer berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA.
Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan
tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD
mengenai ketersediaan layanan sanitasi dan data umum wilayah, meliputi jumlah populasi,
luas area terbangun, jumlah KK miskin, fungsi urban/rural, cakupan akses ke jamban layak
(onsite, offsite, komunal), perkiraan cakupan sampah yang terangkut; serta luas area
pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja
kota/kabupaten. Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah
kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air;
kondisi drainase perkotaan; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban,
Proses penentuan area berisiko dimulai dengan melakukan analisis data sekunder diikuti
dengan penilaian SKPD dan melakukan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan
area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil dari ketiga
data tersebut. Hasil penentuan area berisiko akan disajikan dalam bentuk tabel dan peta
kelurahan/desa berdasarkan resiko sanitasi. Area beresiko dibagi atas 4 klasifikasi yaitu :
• Resiko Tinggi
• Resiko Sedang
• Resiko Rendah
Area ‘beresiko sangat tinggi’ adalah Kelurahan/Desa yang dianggap memiliki resiko
kesehatan lingkungan yang tinggi karena buruknya kondisi sanitasi. Berdasarkan informasi
yang tersedia, kelurahan memiliki potensi resiko terhadap kesehatan. Apabila tidak segera
penyakit. Hal ini perlu dibedakan dengan ‘dampak’ yang dinyatakan dengan kasus
kejadian penyakit. Oleh karenanya, angka kejadian penyakit seharusnya tidak dijadikan
sebagai salah satu indikator untuk penentuan area berisiko tinggi, sebab hal ini akan
‘resiko’ dengan ‘dampak’ yang ada di suatu kelurahan, hasilnya bisa memberikan
tersebut.
Tujuan dari Pemetaan Area Berisiko adalah memetakan area area yang
memiliki tingkat resiko sanitasi dan klasifikasi area berdasarkan tingkat resiko kesehatan
lingkungan akan menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan prioritas program
data, analisis data dan penentuan Area Berisiko. Adapun bagan dari proses penentuan area
Data Sekunder
Pengumpulan Data
Data Primer
c. Pertumbuhan Penduduk
e. Kepadatan Penduduk
h. Data Persampahan
i. Data Drainase
a) Diskusikan dan Sepakati Sumber Data Sekunder serta SKPD yang terlibat untuk
- Sepakati sumber data yang akan digunakan dalam proses penentuan area
berisiko dan penentuan zona dan sistem. Sebaiknya menggunakan data tahun terakhir
b) Entri dan analisis data sekunder ke dalam Instrumen Profil Sanitasi serta
d) Bila studi EHRA selesai, entri Indeks Risiko Sanitasi ke dalam Lembar Kerja Form 2
Adapun nilai pembobotan Exposure yang digunakan dalam analisis untuk penentuan
dapat mencerminkan kondisi air limbah, sampah dan drainase dalam lingkup
kelurahan/desa.
didapatkan dari analisis EHRA merupakan sampel data yang diambil dan dapat
- Persepsi SKPD sebesar 20 %, dikarenakan kriteria penilaian yang dilakukan tiap SKPD
terhadap air limbah, sampah maupun drainase berbeda-beda. Apapun SKPD yang
Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB, Dinas Pekerjaan Umum serta Dinas
Kesehatan.
Tabel 5.1
Nilai Pembobotan (data sekunder)
Pembobotan EXPOSURE
(%)
Air
Sampah Drainase
Limbah
Data Sekunder 20% 20% 20%
Indeks Risiko Sanitasi – EHRA 60% 60% 60%
Persepsi SKPD 20% 20% 20%
Bila hasil analisis akhir menunjukkan bias pada beberapa kelurahan/desa, lakukan
mendapatkan kebenaran atas hasil penentuan yang meragukan serta untuk lebih
Paparkan dan diskusikan hasil penentuan area berisiko dan hasil kunjungan lapangan
untuk mendapatkan feedback dan perbaikan untuk mendapatkan kesepakatan akhir atas
Bab ini dibuat cukup ringkas, sekurang-kurangnya mencakup tabel dan peta mengenai
perkotaan.
Tabel 5.2
Penentuan Area Berisiko Kabupaten Bintan
Skor Risiko
EXPOSURE IMPACT
Kecamatan Sanitasi
SKOR IMPACT
Persampahan
Persampahan
Fungsi Urban
(urban atau
Kemiskinan
Air Limbah
Air Limbah
Kepadatan
Penduduk
Drainase
Drainase
Populasi
Angka
rural)
Kelurahan/Desa
Kecamatan Tambelan
Kelurahan Teluk Sekuni 4.0 2.0 3.0 1.0 4 3.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0
Desa Batu Lepuk 4.0 2.0 3.0 1.0 4 3.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0
Desa Kampung Hilir 4.0 2.0 3.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 2.0 3.0
Desa Kampung Melayu 4.0 4.0 2.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 4.0 2.0
Desa Pulau Mentebung 4.0 2.0 3.0 1.0 4 4.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0
Desa Pulau Pinang 4.0 2.0 3.0 1.0 4 3.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0
Desa Air Kukup 3.0 2.0 3.0 1.0 4 3.0 1 4.00 3.0 3.0 4.0
Desa Pengikik 4.0 2.0 3.0 1.0 4 4.0 1 4.00 4.0 3.0 4.0
Kecamatan Toapaya
Kelurahan Toapaya Asri 4.0 4.0 3.0 1.0 2 1.0 2 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Toapaya 3.0 3.0 4.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 2.0
Desa Toapaya Utara 4.0 4.0 4.0 1.0 3 1.0 1 2.00 2.0 3.0 3.0
Desa Toapaya Selatan 3.0 2.0 4.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 2.0
Kecamatan Mantang
Desa Mantang Baru 4.0 4.0 2.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 4.0 2.0
Desa Mantang Besar 4.0 4.0 2.0 1.0 4 1.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Mantang Lama 4.0 4.0 2.0 1.0 4 1.0 1 2.00 2.0 3.0 2.0
Desa Dendun 4.0 4.0 2.0 1.0 4 2.0 1 3.00 3.0 4.0 2.0
Peta 5.2. Peta Area Beresiko Air Limbah di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan
Peta 5.4. Peta Area Beresiko Persampahan di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan
Gambar 5.6. Peta Area Beresiko Drainase di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan
dan keuangan tetapi juga analisis awal mengenai pemetaan area berisiko.
tidak dapat digunakan secara efektif bagi area-area yang memiliki tingkat
terbangun.
daerah disekitarnya.
kondisi setempat.
Adapun SKPD yang terlibat dalam penentuan area beresiko adalah sebagai
berikut:
Skor penyesuaian risiko sanitasi yang dilakukan oleh SKPD terkait, hanya
antara lain yaitu di Kelurahan Kijang Kota, Kelurahan Tanjunguban Kota dan
Tabel 5.3
Skor Risiko Sanitasi Yang Telah disesuaikan oleh SKPD
Kecamatan Tambelan
Kelurahan Teluk Sekuni 4.0 3.0 4.0
Kecamatan Toapaya
Kelurahan Toapaya Asri 2.0 3.0 2.0
Desa Toapaya 1.0 1.0 2.0
Desa Toapaya Utara 2.0 3.0 3.0
Desa Toapaya Selatan 1.0 1.0 2.0
Kecamatan Mantang
Desa Mantang Baru 3.0 4.0 2.0
Desa Mantang Besar 2.0 3.0 2.0
Desa Mantang Lama 2.0 3.0 2.0
Desa Dendun 3.0 4.0 2.0
dengan 4menggunakan data EHRA 2013. Data dari studi EHRA ini
terkait higienitas dan sanitasi yang memiliki resiko pada kesehatan Masyarakat.
meliputi; cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak
Pelaksanaan studi EHRA ini dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bintan
Adapun hasil dari analisis EHRA yaitu Indeks Risiko Sanitasi (EHRA) di Kabupaten
Gambar 5.1
Indeks Resiko Sanitasi Kabupaten Bintan 2014
Tabel 5.4
Kategori Daerah Berisiko Sanitasi
Tabel 5.5
Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko Kabupaten Bintan
STRATA 2 188
Kelurahan Kawal 3
Desa Gunung Kijang 3
Kelurahan Kijang Kota 3
Kelurahan Gn. Lengkuas 3
Kelurahan Tanjung Uban Selatan 3
Kelurahan Teluk Sekuni 3
Desa Batu Lepuk 3
Desa Kampung Hilir 3
Desa Pulau Mentebung 3
Desa Pulau Pinang 3
Desa Air Kukup 3
Desa Pengikik 3
Desa Toapaya 3
Desa Toapaya Selatan 3
STRATA 1 211
Desa Malang Rapat 4
Desa Teluk Bakau 4
Kelurahan Sei. Lekop 4
Kelurahan Sei. Enam 4
Kelurahan Tanjung Uban Utara 4
Desa Lancang Kuning 4
Kelurahan Tembeling Tanjung 4
Desa Bintan Buyu 4
Desa Pangkil 4
Desa Penaga 4
Desa Pengujan 4
Desa Tembeling 4
Desa Kampung Melayu 4
Kelurahan Kota Baru 4
Desa Berakit 4
Desa Ekang Anculai 4
Desa Pengudang 4
Desa Sebong Lagoi 4
Desa Sebong Pereh 4
Desa Sri Bintan 4
Kelurahan Toapaya Asri 4
Desa Toapaya Utara 4
Desa Mantang Baru 4
Desa Mantang Besar 4
Desa Mantang Lama 4
Desa Dendun 4
Desa Kelong 4
Desa Mapur 4
Desa Numbing 4
Desa Air Gelubi 4
Kelurahan Teluk Lobam 4
Kelurahan Tanjung Permai 4
Desa Busung 4
Desa Teluk Sasah 4
Desa Kuala Sempang 4
STRATA 0 139
Kelurahan Tanjung Uban Timur 1
Sumber : Hasil Analisis EHRA, Tahun 2014