Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ILMU (KNOWLEDGE/PENGETAHUAN) DAN ILMU


PENGETAHUAN (SAINS)

Disusun untuk memenuhi tugas kata kuliah "Islam Disiplin Ilmu”

Dosen: Drs. Maman Jamaludin, M.Ag.

Disusun oleh:

KELAS B | KELOMPOK 1

Hendra Kusumah Ilhaman 185050040

Robby Rivaldo 185050069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

KOTA BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini mengulas materi tentang “Ilmu (Knowledge/Pengetahuan) dan
Ilmu Pengetahuan (Sains)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah "Islam Disiplin Ilmu”. Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik karena
dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Maman Jamaludin, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Islam Disiplin Ilmu,
dan
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif yang sangat penulis harapkan.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi kami sebagai penulis dan umumnya bagi semua pembaca sekaligus
penyempurna dalam tahap penyusunan makalah mengenai materi yang akan
datang.

Bandung, 5 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Judul Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
A. Ilmu (Knowledge/Pengetahuan)................................................................... 3
1. Tinjauan Tentang Ilmu ............................................................................. 3
2. Syarat-Syarat Ilmu .................................................................................... 3
3. Keutamaan Ilmu dan Kewajiban Mencarinya .......................................... 4
4. Hadits-Hadits Yang Menjelaskan Pentingnya Ilmu ................................. 6
6. Hilangnya Sebuah Ilmu .......................................................................... 10
B. Ilmu Pengetahuan (Sains) .......................................................................... 12
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan ................................................................. 12
2. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan .................................................................... 13
3. Macam-Macam Ilmu Pengetahuan ......................................................... 13
4. Sumber Ilmu Pengetahuan Menurut Islam ............................................. 13
5. Pentingnya Ilmu Pengetahuan ................................................................ 14
BAB III ..................................................................................................................16
PENUTUP ..............................................................................................................16
A. Simpulan .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. i

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting
sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada
selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh
oleh orang yang memburunya.
Allah SWT tidak mau menyamakan orang yang berilmu dan orang yang tidak
berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu sendiri yang akan didapat
oleh orang yang berilmu.
Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai peran yang sangat
penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan
bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat.
Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk
kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang
dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya
diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia, para binatangpun merasakan
bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki. Dari sini, dengan jelas
dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung kemajuan
ilmu pengetahuan yang melingkupi.
Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib
dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang
merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Minimal,
ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada dirinya, untuk
berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam aturan-aturan yang telah
ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan
kebahagiaan akhirat selama-lamanya.
Uraian di atas hanyalah uraian singkat betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi
manusia, baik untuk kehidupan dirinya pribadi, maupun dalam hubungan dirinya
dengan benda-benda di sekitarnya. Baik bagi kehidupan dunia maupun kehidupan

1
akhirat. Ada banyak hadits, firman Allah, dan pendapat para ulama tentang
pentingnya ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini, yaitu:
1. Apa definisi/tinjauan ilmu?
2. Apa syarat-syarat ilmu?
3. Apa keutamaan ilmu dan hukum mencarinya?
4. Hadits mana yang menjelaskan pentingnya ilmu?
5. Bagaimana adab mencari ilmu?
6. Bagaimana hilangnya sebuah ilmu?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui arti dan definisi secara harfiah dari ilmu.
2. Mengetahui syarat-syarat sebuah ilmu.
3. Mengetahui keutamaan ilmu dan hokum mencari ilmu.
4. Mengetahui hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu.
5. Mengetahui adab mencari ilmu.
6. Mengetahui sebab hilangnya sebuah ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu (Knowledge/Pengetahuan)
1. Tinjauan Tentang Ilmu
a. Secara Umum
Secara etimologi ilmu berasal dari bahasa arab ilm yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya,
ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan. Misalnya ilmu
sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
Menurut kamus The Free Dictionary, “science is the systematic study of
the nature and behaviour of the material and physical universe, based on
observation, experiment, and measurement, and the formulation of laws to
describe these facts in general terms.”
b. Menurut Para Ahli
1) Dr. Maurice Bucaille, Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala
hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
2) Dr. H. M. Gade, Ilmu adalah falsafah. yaitu hasil pemikiran tentang batas-
batas kemungkinan pengetahuan manusia.
3) Francis Bacon, Ilmu adalah Ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang
valid dan hanya fakta-fakta yang dapat menjadi objek pengetahuan.
2. Syarat-Syarat Ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang
apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut
sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh
paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu, antara lain:
a. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif;
bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

3
b. Metodis
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara,
jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan
umumnya merujuk pada metode ilmiah
c. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh,
terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab
akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d. Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-
ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya
berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan
manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu
sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
3. Keutamaan Ilmu dan Kewajiban Mencarinya
Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan
yang berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang
berhubungan dengan kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena
ilmu memiliki fungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi
orang yang ada dalam kegelapan.
Islam adalah sebuah agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan, bukan
hanya dalam teori tapi juga dalam praktik/kenyataan. Penghargaan ini terungkap
dengan adanya ayat Al-Qur’an dan hadits yangmemberikan pujian terhadap orang
yang berilmu. Al-Qur’an mengumpamakan orang yag berilmu yakni orang yang

4
melihat (al bashir) sedangkan orang yang tidak berilmu di umpamakan sebagai
orang yang buta (al a’ma), dan tentunya antara keduanya ini sangat lebih utama
orang yang mempunyai penglihatan.
Selain itu penghargaan terhadap ilmu juga dapat kita lihat dari janji-janji Allah
bagi orang yang berilmu seperti dalam ayat Al-Qur’an yang artinya: “Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadilah: 11)
Selain dalam surah al-Mujadilah, Allah juga berfirman mengenai keutamaan
ilmu dalam surah az-Zumar ayat 9 yang artinya: “Katakanlah (Wahai
Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang
yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar: 9)
Sebelum Al-Ghazali memerincikan, tidak ada keterangan secara spesifik
menerangkan ilmu apa yang harus dicari, bagaimana hukumnya apakah fardhu
ain ataukan fardhu kifayah ilmu apa yang harus dicari, bagaimana hukumnya
apakah fardhu ain ataukan fardhu kifayah. Dan baru ada setelah beliau
menyatakan bahwa hukum menuntut ilmu agama adalah fardhu ain dan ilmu non
agama seperti halnya matematika, kedokteran, fisika dihukumi sebagai fardhu
kifayah, yakni kewajiban bagi orang yang kompeten. Oleh karenanya, jika di
sebuah wilayah telah ada yang menjalankannya dengan baik maka kewajiban
yang lain telah gugur. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya penafsiran
Al-Ghazali dinyatakan telah melemahkan semangat umat islam dalam mencari
ilmu non agama. Oleh karena itu maka muncul pendapat baru bahwa hukum dari
menuntut ilmu baik agama ataupun non agama adalah fardhu ain.
Terlepas dari penafsiran diatas ada banyak manfaat dalam menuntut ilmu
seperti yang dikatakan ali bin abi thalib dalam kitab ihya’ Al-Ghazali, ali berkata
kepada kumail: hai kumail! ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu menjaga
engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum dan harta itu terhukum
harta itu berkurang apabila dibelanjakan dan ilmu akan bertambah [1].
Juga dikisahkan bahwa nabi Sulaiman bin Daud AS disuruh memilih antara
ilmu, harta, dan kerajaan (kekuasaan). Dan nabi suliman memilih ilmu dengan
alasan akan sia-sia harta dan akan hancur kerajaan tersebut jika tidak dibarengi

5
dengan ilmu. Maka kemudian di berikan kepadanya harta dan kerajaan tersebut.
Dari kisah diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa hal yang bersifat duniawi
maupun yang bersifat akhirat akan menghampiri kita dengan sendirinya apabila
kita berilmu.
4. Hadits-Hadits Yang Menjelaskan Pentingnya Ilmu
Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangat banyak, dan tidak
mungkin disebutkan semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli hadits pada
umumnya menuliskan bab tersendiri yang menjelaskan pentingnya ilmu. Mereka
bahkan menulis sebuah kitab yang khusus menjelaskan betapa pentingnya ilmu
bagi seluruh sendi kehidupan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Orang-orang yang berilmu adalah ahli
waris para nabi.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan tidak
ada kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Segala apa yang ada di langit dan
bumi memintakan ampun untuk orang yang berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi,
Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Seutama-utama manusia ialah
seorang mukmin yang berilmu. Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan
jika ia tidak dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri.”
(HR. Al-Baihaqi)
Hadits ini menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang, dimana ia
akan memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan
jika seorang yang berilmu terangsingkan dari kehidupan sekitarnya, ilmu yang ia
miliki akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, dan menjadi penghibur
dalam kesendiriannya.
Tentang pentingnya ilmu Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barang
siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi kepahaman untuknya
tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini adalah hadits yang urgen, dimana seolah-olah Allah
menggantungkan kebaikan seseorang terhadap kepahamannya terhadap agama,
dalam arti kwalitas dan kwantitas ilmunya dalam masalah agama. Dari sini dapat

6
diketahui bahwa ilmu adalah penting, karena ia menjadi penentu baik dan buruk
seseorang. Dengan ilmu ia akan membedakan salah dan benar, baik dan buruk dan
halal dan haram.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Perumpamaan
apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti
hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gemburyang dapat
menerima air lalutumbuhlah padang rumput yang banyak. Dari panya ada yang
keras dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu
perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan mengajar, dan
perumpamaan orang yang pandai agama Allah dan apa yang dituliskan kepadaku
bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar, dan perumpamaan orang yang
tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah, yang mana
saya di utus dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Sahal bin Sa’ad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada Ali
bin Abi Thalib yang artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada
seseorang karenamu, maka itu lebih baik dari pada himar-himar ternak.” (HR.
Bukhari Muslim)
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa mengajak kepada
petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya,
tidak dikurangi sedikitpun dari phala-pahala itu. Barang siapa mengajak kepada
kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tidak
dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa itu.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Jika anak
Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga perkara,
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
5. Adab Mencari Ilmu
Menuntut ilmu adalah satu keharusan bagi kita kaum muslimin. Banyak sekali
dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang
mengajarkannya. Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar
ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita
sangatlah banyak. Adab- adab tersebut di antaranya adalah [2]:

7
a. Ikhlas karena Allah.
Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan untuk negeri akhirat. Tetapi kalau ada orang yang mengatakan
bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau Doktor, misalnya ) bukan
karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan yang
tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi,
segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan
ilmu atau dalam mengajar. Niat ini - insya Allah - termasuk niat yang benar.
b. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.
Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk meng-
hilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki
ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang
kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu
dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.
Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar.
Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab:
ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.
c. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at.
Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut
ilmu untuk membela syari'at. Karena kedudukan syari'at sama dengan pedang
kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak berarti apa-apa.
Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari
agama (bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah saw. Hal ini
tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang
benar, sesuai petunjuk Al-Qur'an dan As-Sunnah.
d. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.
Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima
perbedaan itu dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan
ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah
yang tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf.

8
e. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah
mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu,
baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah. Karena orang yang telah
memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata
(pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).
f. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.
Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan
pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau
mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah.
Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar, apalagi kalau orang
itu adalah seorang ulama. Ini adalah masalah yang sangat penting, karena
sebagian orang sengaja mencari-cari kesalahan orang lain untuk menjatuhkan
mereka dimata masyarakat. Ini adalah kesalahan terbesar.
g. Mencari kebenaran dan sabar.
Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut
ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari
kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber
hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti
lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan
bukti bahwa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna
(pengertian) dari hadits tersebut.
Hendaklah sabar dalam menuntut ilmu, tidak terputus (ditengah jalan) dan
tidak pula bosan, bahkan terus menerus menuntut ilmu semampunya. Kisah
tentang kesabaran salafush shalih dalam menuntut ilmu sangatlah banyak,
sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma bahwa beliau
ditanya oleh seseorang: “Dengan apa anda bisa mendapatkan ilmu?” Beliau
menjawab: “Dengan lisan yang selalu bertanya dan hati yang selalu
memahami serta badan yang tidak pernah bosan.”
h. Memegang Teguh Al Kitab dan As-Sunnah
Wajib bagi para penuntut ilmu untuk mengambil ilmu dari sumbernya,
yang tidak mungkin seseorang sukses bila tidak memulai darinya, yaitu:

9
1) Al-Qur’anul Karim; Wajib bagi para penuntut ilmu untuk berupaya
membaca, menghafal, memahami dan mengamalkannya.
2) As Sunnah As Shahihah; Ini adalah sumber kedua syariat Islam (setelah
Al Qur’an) dan penjelas al Qur’an Karim.
3) Sumber ketiga adalah ucapan para ulama, janganlah anda menyepelekan
ucapan para ulama karena mereka lebih mantap ilmunya dari anda.
i. Berupaya Untuk Memahami Maksud Allah dan Rasul-Nya
Termasuk adab terpenting pula adalah masalah pemahaman tentang
maksud Allah dan juga maksud Rasulullah SAW; Karena banyak orang yang
diberi ilmu namun tidak diberi pemahaman. Tidak cukup hanya menghapal al
Qur’an dan hadits saja tanpa memahaminya, jadi harus dipahami maksud
Allah dan Rasul-Nya SAW. Alangkah banyaknya penyimpangan yang
dilakukan oleh kaum yang berdalil dengan nash-nash yang tidak sesuai dengan
maksud Allah dan Rasul-Nya SAW sehingga timbullah kesesatan karenanya.
6. Hilangnya Sebuah Ilmu
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash,
katanya: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Abdullah bin
'Amru bin Al 'Ash berkata; aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari
hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama
hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin
dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa
ilmu, mereka sesat dan menyesatkan"[5]
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ulama menempati posisi sangat
penting di masyarakat. Karena memiliki otoritas tidak hanya di bidang
keagamaan, sosial, politik tetapi juga pendidikan. Lembaga pendidikan seperti
masjid, madrasah dan lain-lain adalah sumbangsih ulama. Melalui lembaga-
lembaga pendidikan yang didirikan dan kitab-kitab yang ditulisnya, ulama
bertindak sebagai penerjemah doktrin-doktrin islam yang otoritatif, dan sekaligus
sebagai jembatan dari proses transmisi nilai-nilai keagamaan, khususnya yang
melalui pendidikan.

10
Pembahasan ulama, kedudukan mereka dalam agama berikut di hadapan
umat, merupakan permasalahan yang menjadi bagian dari agama. Mereka adalah
orang-orang yang menjadi penyambung umat dengan Rabbnya, agama dan
Rasulullah SAW. Mereka adalah sederetan orang yang akan menuntun umat
kepada cinta dan ridha Allah, menuju jalan yang dirahmati yaitu jalan yang lurus.
Oleh karena itu ketika seseorang melepaskan diri dari mereka berarti dia telah
melepaskan dan memutuskan tali yang kokoh dengan Rabbnya, agama dan Rasul-
Nya. Ini semua merupakan malapetaka yang dahsyat yang akan menimpa individu
ataupun sekelompok orang Islam. Berarti siapapun atau kelompok mapapun yang
mengesampingkan ulama pasti akan tersesat jalannya dan akan binasa.
Allah SWT mengangkat mereka dengan ilmu, menghiasi mereka dengan sikap
kelemahlembutan. Dengan keberadaan mereka, diketahui yang halal dan haram,
yang hak dan yang batil, yang mendatangkan mudharat dari yang mendatangkan
manfaat, yang baik dan yang jelek. Keutamaan mereka besar, kedudukan mereka
mulia. Mereka adalah pewaris para Nabi dan pemimpin para wali. Semua ikan
yang ada di lautan memintakan ampun buat mereka, malaikat dengan sayap-
sayapnya menaungi mereka dan tunduk. Para ulama pada hari kiamat akan
memberikan syafa’at setelah para Nabi, majelis-majelis mereka penuh dengan
ilmu dan dengan amal-amal mereka menegur orang-orang yang lalai.
Mereka lebih utama dari ahli ibadah dan lebih tinggi derajatnya daripada
orang-orang zuhud. Hidup mereka merupakan harta ghanimah bagi umat dan mati
mereka merupakan musibah. Mereka mengingatkan orang-orang yang lalai,
mengajarkan orang-orang yang jahil. Tidak pernah terlintas bahwa mereka akan
melakukan kerusakan dan tidak ada kekhawatiran mereka akan membawa menuju
kebinasaan. Dengan kebagusan adab mereka, orang-orang yang bermaksiat
terdorong untuk menjadi orang yang taat. Dan dengan nasihat mereka, para pelaku
dosa bertaubat.
Dalam Islam, ulama memiliki beberapa peran social keagamaan. Pertama,
sebagai guru yang mengajarkan cara membaca al-Quran dan ajaran Islam. Kedua,
sebagai penafsir ayat al-Quran untuk menjawab beberapa hal dalam masyarakat,
dan sebagai hakim yang memutuskan perkara jika ada perselisihan di antara kaum

11
muslimin. Dan yang ketiga, sebagai mubaligh yang berdakwah untuk
meyebarluaskan ajaran Islam.

B. Ilmu Pengetahuan (Sains)


1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
a. Secara Umum
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari bahasa inggris knowledge
yang berarti pemgetahuan. Berdasarkan the encyclopedia of phylosophy,
Edwards, Paul (1972), pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(knowledge is justified true belief).
b. Menurut Para Ahli
Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan adalah merupakan hasil dari
tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telingan.
Dalam wikipedia dijelaskan; Pengetahuan adalah informasi atau
maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk,
tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan
prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari
suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif
seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain
tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang
terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui
dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya
ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

12
2. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan
Ciri-ciri tersebut ialah sebagai berikut:
a. Empiris
Ialah berdasarkan proses pengamatan dan percobaan untuk memperoleh
pengetahuan.
b. Sistematis
Ialah berbagai data pengetahuan yang tersusun utuh dan menyeluruh
mampu menjelaskan objek yang dikajinya.
c. Objektif
Ialah ilmu pengetahuan yang secara ideal dapat diterima oleh semua pihak
dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadinya.
d. Analitis
Ialah menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian terinci sehingga
dapat berusaha membeda-bedakan pokok persoalan peranan dan bagiannya.
e. Verifikatif
Ialah ilmu pengetahuan yang dapat dikaji kebenarannya.
3. Macam-Macam Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Ilmu alamiah (natural sciences)
Ialah ilmu yang mengkaji tentang keteraturan-keteraturan dalam alam
semesta dengan menggunakan metode ilmiah. Seperti : Ilmu fisika, kimia,
biologi, dll.
b. Ilmu sosial (social science)
Ialah ilmu yang mengkaji tentang keteraturan-ketetaturan dalam hubungan
antar manusia satu dengan manusia yang lainnya. Seperti: Ilmu sosiologi,
ekonomi, antroplogi, dll.
c. Ilmu budaya (humanities)
Ialah ilmu yang mengkaji tentang masalah-masalah manusia dan budaya
yang bersifat manusiawi. Seperti: Ilmu bahasa, agama, kesenian, dll.
4. Sumber Ilmu Pengetahuan Menurut Islam
Ilmu pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber. Perkara ini menjelaskan
tiada kekangan atau sempada untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebuah

13
hadist telah diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar: "Tuntutlah ilmu walaupun di
negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para
penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut."
Oleh demikian, sumber ilmu telah di klasifikasikan kepada beberapa jenis agar
manusia faham akan sumber dan konsep ilmu pengetahuan. Wahyu diturunkan
oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada pesuruhNya. Ia merupakan teras kepada
segala ilmu, dimana ia telah diturunkan dan dikumpulkan di dalam Al-Qur'an.
Wahyu yang diturunkan mengandungi segala ilmu pengetahuan yang diperlukan
oleh manusia untuk kemaslahatan hidup serta perkara ghaib yang tidak terjangkau
oleh akal manusia.
Dengan akal manusia dapat menimbang dan membedakan antara yang baik
dan buruk walaupun mungkin ianya tidak bersifat kebenaran mutlak namun
memadai untuk mengatasi masalah kehidupan seharian. Semua makhluk ciptaan
Allah dikaruniakan otak, namun hanya manusia yang dikaruniakan akal supaya
dapat berpikir dan menerpakan sifat perikemanusiaan di dalam diri.
Allah telah menciptakan manusia dengan lima pancaindra yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari untuk beribadah kepada Allah SWT. Pancaindra juga
merupakan sumber untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Ia digunakan melalui
beberapa percobaan dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan.
5. Pentingnya Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan amat penting bagi setiap indi2idu bahkan
dapatmeingkatkan martabat manusia. "i dalam Islam, menuntut ilmu
jugamerupakan suatu ibadah kepada Allah dan terdapat beberapa matlamat
tertentu dalam proses menuntut ilmu. Pentingnya mempunyai ilmu adalah untuk
membuktikan kekuasaan Allah SWT. Mattlamat ini adalah untuk menguatkan
kepercayaan dan keimanan manusia terhadap Allah SWT. "dengan adanya ilmu,
manusia dapat membaca Al quran yang mana terkandung segala persoalan yang
terwujud di muka bumi ini. Ilmu juga membolehkan manusia mengkaji alams
emesta ciptaan Allah ini. Menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada hal-hal ke
akhiratan saja, tetapi juga tentang keduniaan. Jelaslah kunci utama keberhasilan
dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat adalah ilmu.

14
Rasulullah saw pernah bersabda yang artinya, “barangsiapa menghendaki
kehidupan dunia makadengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki
kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki
keduanya'kehidupan dunia dan akhirat( maka dengan ilmu.”
Untuk kehidupan dunia, kita memerlukan ilmu yang dapat menopang
kehidupan dunia, untuk persiapan di akhirat. Kita juga memerlukan ilmu yang
sekiranya dapat membekali kehidupan akhirat. Dengan demikian, kebahagiaan di
dunia dan di akhirat sebagai tujuan hidup insya Allah akan tercapai. tambahan
lagi, dengan ilmu jugalah manusia dapat menjalankantugas sebagai hamba dan
khalifah di muka bumi ini. Sebagai hamba Allah, manusia perlu melaksanakan
ibadah-ibadah umum dan khusus.

15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan yang berhubungan
dengan kehidupan agama ataupun kehidupan dunia. Islam adalah sebuah agama yang
sangat menghargai ilmu pengetahuan, bukan hanya teori melainkan juga dalam
praktiknya. Keutamaan dari orang yang mencari ilmu itu salah satunya adalah di
angkat derajatnya hingga dimudahkan jalan menuju surga.
Dalam mencari ilmu itu juga ada adab nya antara lain: ikhlas karena Allah, berniat
menghilangkan kebodohan dalam dirinya, berniat untuk menuntut ilmu untuk
membela syari’at, lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat, mengamalkan
ilmu yang telah didapat, menghormati ulama dan memuliakan mereka, mencari
kebenaran dan sabar, memegang teguh Al Quran dan As Sunnah, berupaya untuk
memahami dan maksud Allah dan rasul-Nya dan untuk seorang pengajar juga ada
tugasnya antara lain: mempunyai rasa belas kasih pada muridnya, tidak mencari upah.
Ulama’ sangat berperan penting terhadap ilmu. Karena selain ulama, itu sendiri
menjadi pewaris nabi, ulama juga merupakan tokoh yang berperan penting dalam
masyarakat yang menjadi pemutus hukum, pendiri kelembagaan, serta menjadi imam
agama. Sehingga jika para ulama’ meninggal dapat dikatakan telah kiamat, karena
begitu pentingnya ilmu yang terdapat pada ulama’.

16
DAFTAR PUSTAKA
Al Muslim, Abi Husain. Shohih Muslim. Juz 2. Beirut: Dar Al Kutub.
Salim, Bahreisy. (1984). Terjemah Riyadhussolihin Juz 2. Bandung: Al-Ma’arif.
Cet Ke Delapan
Anonim. Artikel Peran Ulama Dalam Institusi Pendidikan.
(http://sinjai.muhammadiyah.or.id/artikel-peran-ulama-dalam-institusi-
pendidikan-detail-205.html). Diakses pada 5 Februari 2020.
Syaikh Muhyiddin Abi Zakariya. Riyadhussolihin. Juz 2. Surabaya: Dar An-nasr
Al-mishriyah.
Ismail, Yaqub. (1989). Ihya’al Ghazali. Jakarta: Faizan. Juz 1
Al-Ghazali. “ihya’ Al-Ghazali” (jakarta: faizan, 1989) hlm.52, diterjemahkan oleh
Prof. Tk. H. Ismail yakub MA-SH.
Syam, Abdillah. (2012, Juli). Normal 0 False-False En US X None.
(http://7abdillahsyam.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html). Diakses pada 5 Februari 2020.
Al-Ghazali. (1989). Ihya’ Al Ghazali hlm.189 dan 211. Jakarta: Faizan, 1989. cet.
kesebelas, diterjemahkan oleh Prof. Tk. H. Ismail yakub MA-SH.

Anda mungkin juga menyukai