Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

RANGGA EKA MAHENDRA


3170150030
IDENTIFIKASI KAYU
Identifikasi kayu pada bagian ini lebih menitik beratkan pada pengenalan struktur dan
identifikasi kayu secara makroskopis atau dikenal dengan pengenalan kayu atau pengenalan
ciri dan sifat-sifat kayu (skala perdagangan) saja.
Untuk menuju materi tersebut diberikan hal ikhwal mengenai tumbuhan yang menghasilkan
kayu itu sendiri, identifikasinya secara makroskopis (struktur) kayu yang penting untuk
diketahui dan hal-hal terkait dengan contoh nomenklatur kayu perdagangan beserta ciri-ciri
kayu makroskopisnya.
1. TUMBUHAN PENGHASIL KAYU (TUMBUHAN BERKAYU)
Tumbuhan penghasil kayu mempunyai ciri-ciri:
1. Tumbuhan tersebut vaskulair, artinya mempunyai jaringan pengangkutan (mempunyai
xylem dan phloem)

2. Tumbuhan tersebut parennial, artinya dapat berumut beberapa tahun.

3. Tumbuhan tersebut dapat hidup dari tahun ke tahun dan mempunyai batang.

4. Tumbuhan tersebut mengalami penebalan sekunder, artinya mempunyai batang yang


bertambah besar (menambah diameter).

Ditinjau dari macamnya, tumbuhan berkayu dapat di kelompokkan ke dalam tiga macam
yaitu:

1. Pohon: Ialah tumbuhan berkayu yang dapat mencapai tinggi paling sedikit 7 meter (20′)
dan biasanya hanya mempunyai batang pokok tunggal.

2. Semak/perdu: Ialah tumbuhan berkayu yang tingginya jarang (kurang) mencapai 7 meter
dan biasanya mempunyai batang poko lebih dari satu (beberapa batang).

3. Liana berkayu: Ialah tumbuhan memanjat yang menggunakan alat tertentu (akar kait)
untuk tegak/berdiri (misal: rotan). (Soenardi, 1976).
Dari segi pentingnya dapat dikemukakan dari dua kelompok jenis tersebut dan nyata-nyata
memberikan manfaat untuk kehidupan manusia, misalnya untuk: Coniferales, yaitu:

a. Jenis Konifer cukup baik sebagai bahan baku macam-macam industri pengolahan.

b. Dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

c. Tumbuhnya monopodial (lurus, sedikit bercabang, dan silindris), banyak berupa tegakan
yang murni dan lain sebagainya.

Dari dua kelompok besar jenis tumbuhan berkayu tersebut ternyat menurut pengelompokkan
jenis kayu di dunia dijadikan standar (pedoman) di dalam Identifikasi Kayu. Dari Coniferales
menghasilkan softwood, sedangkan dari Dicotyledoneae menghasilkan hardwood.

a. Softwood adalah kelompok jenis kayu daun jarum (kayu lunak). Merupakan bagian dari
tumbuhan berkayu yang terbanyak di daerah sub tropis (beriklim sedang) atau di daerah
pegunungan. Di Indonesia contoh dari kelompok ini adalah: kayu pinus, agathis, jamuju dan
lain-lain (perlu diingat bahwa kayu cemara adalah hardwood).

b. Hardwood adalah kelompok jenis kayu daun lebar (kayu keras). Merupakan bagian dari
tumbuhan berkayu yang terbanyak di daerah tropika, khususnya di Indonesia. Contoh dari
kelompok ini adalah: kayu jati, mahoni, meranti, matoa, sonokembang, gerunggang, kayu
besi, eboni dan lain-lain.

Selanjutnya menurut pertumbuhannya, pohon mengalami dua keadaan ketia menjadi dewasa
atau besar:

a. Pertumbuhan meninggi, yaitu pertumbuhan pada titik tumbuh aplikal atau untuk
menambah panjang batang dan disebut pertumbuhan primer (apikal).

b. Pertumbuhan menebal yaitu pertumbuhan oleh kambium lateral atau untuk menambah
diameter pohon/batang pokok dan disebut pertumbuhan sekunder (lateral).
2. IDENTIFIKASI KAYU SECARA MAKROSKOPIS
Identifikasi kayu ada dua macam, yaitu; Identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis.
Identifikasi kayu bertujuan untuk:

1. Mengenal jenis-jenis kayu

2. Membedakan antara jenis-jenis kayu satu dengan lainnya.

Ada dua kepentingan yang ingin dicapai dari Identifikasi Kayu yaitu:

1. Secara ilmiah, untuk membedakan jenis-jenis kayu satu dengan lainnya secara teliti
(sampai pada pengamatan sel-sel mikroskopis)

2. Dalam perdagangan, agar pembeli atau konsumen tidak keliru dalam memilih suatu jenis
kayu yang diinginkan.

Identifikasi Kayu secara makroskopis atau pengenalan kayu adalah identifikasi kayu melalui
ciri-ciri kayu yang kasat mata artinya ciri-ciri tersebut dapat dilihat dengan mata biasa.
Pengenalan kayu secara makroskopis masih ada kelemahannya, tetapi merupakan cara terbaik
bagi praktisi lapangan dan para pengguna karena mudah caranya dan cepat. Dalam
perdagangan, Identifikasi kayu secara makroskopis sangat diperlukan. Namun demikian,
didalam identifikasi ini Kayu yang mampu dikenal agak terbatas dan mungkin masih sering
timbul kekeliruan sebagai akibat karena adanya nama-nama daerah dan nama-nama kayu
perdagangan yang cukup banyak.

3. CIRI-CIRI STRUKTUR KAYU (MAKROSKOPIS)


Untuk melakukan identifikasi kayu secara makroskopis harus diketahui ciri-ciri struktur kayu
secara makroskopis termasuk sifat-sifat fisik kayunya. Ciri-ciri struktur kayu yang diamati
adalah:

a. Bidang/penampang (x): yaitu penampang melintang dari kayu, disebut juga dengan
penampang transversal atau penampang yang tegak lurus sumbu pohon.

b. Bidang/penampang (t): yaitu penampang tangensial kayu adalah penampang kayu yang
arahnya tegak lurus dengan bidang radial

c. Bidang/penampang (r): yaitu penampang radial kayu adalah penampang kayu yang arahnya
sejajar (mengikuti) bidang radial (jari-jari kayu)
MACAM DAN ISTILAH KAYU OLAHAN

Dibandingkan dengan kayu solid, kayu olahan mempunyai kelebihan yaitu Warna, tekstur
dan serat dapat diseragamkan sehingga corak/pola bisa simetris. Harganya pun lebih murah
dan lebih mudah diperoleh dibandingkan kayu solid yang ketersedianya mulai langka.
Namun, dari segi keawetanya, kayu olahan belum mampu menandingi keawetan kayu solid.
Karena menggunakan lem, kayu lapis atau multipleks tidak tahan air. Oleh sebab itu hindari
penggunaan kayu lapis untuk luar bangunan atau area basah seperti kamar mandi dan area
cuci piring dapur. Kekuatan kayu olahan dalam menahan beban sangat terbatas. Hindari
rentang yang panjang karena kayu olahan mudah melendut. Kekuatanya yang terbatas ini
membuat kayu olahan tidak bisa digunakan untuk struktur,  jadi dari segi kualitas kayu solid
tetap unggul. Semua jenis kayu dapat dijadikan bahan baku kayun olahan. Setidaknya ada 2
komposisi dalam kayu olahan yaitu :

 Bagian dalam kayu olahan biasanya terbuat dari kayu kayu sawit, kayu meranti dan
kayu bengkirai

 Bagian luar kayu olahan atau vinir yang biasa terbuatdari kayu kelas I yang harganya
jauh lebih mahal karena memiliki motif serat yang cantik dan menawan serta karena
umur panennya yang lama. Kayu-kayu yang dimaksud antara lain kayu jati, mahoni
dan sonokeling.

Berikut dibawah ini beberapa istilah dan macam kayu olahan yang banyak digunakan sebagai
bahan dalam pembuatan furnitur, perabotan maupun material bahan bangunan.

1. PB (PARTICLE BOARD)/CHIPBOARD
PB (Particle Board)/Chipboard adalah papan kayu
yang terbuat dari kayu lunak yang dihancurkan
menjadi serbuk kasar dan serbuk tersebut dipadatkan
dengan mesin menjadi papan. Kualitas PB yang
terdapat di pasaran sangat bervariasi dilihat dari
kepadatanya. Kepadatan PB/chipboard diukur dengan
satuan E (Emission) dan kualitas yang baik untuk
PB/Chipboard adalah E-0
2. MFC (MELAMIN FACE CHIPBOARD)

MFC adalah PB/Chipboard yang


permukaanya telah dilapisi oleh bahan
melamin.

3. MDF (MEDIUM DENSITY


FIBERBOARD)
MDF (Medium Density Fiberboard)
adalah papan kayu yang terbuat dari kayu
lunak yang dihancurkan sampai menjadi
bubur yang halus lebih halus daripada
PB, kemudian dicampurkan dengan
bahan kimia yang berfungsi sebagai
perekat lalu dikompres dan dikeringkan
dengan suhu tinggi. Hasilnya, MDF lebih
padat dan lebih halus dibandingkan PB. Bentuk akhir MDF menyerupai papan kayu yang siap
dipotong-potong.
Untuk furnitur, biasanya MDF diberi pelapis veneer (irisan kayu tipis), tacon, paper, atau
PVC. Saat ini material ini sangat poluler di dunia. Bahkan di negara-negara maju seperti
Amerika, sudah lama meninggalkan kayu solid, dan menggantinya dengan MDF untuk
berbagai macam perabot, mulai dari kursi, tempat tidur, sampai kitchen set.
Bila dilihat dari segi kekuatan, tentunya kayu solid masih lebih kuat. Tapi MDF juga punya
keunggulan. Bobotnya yang ringan sehingga lebih praktis dipindahkan/dibawa, harganya
lebih ekonomis, tidak ada cacat kayu yang biasa terlihat pada kayu solid, dan tampilanya
lebih modern.
Dengan pelapis tacon, paper, atau PVC, MDF bisa tampil dalam warna dan motif apa saja,
mulai dari motif serat alami, warna-warna pastel yang ringan sampai warna pekat yang
elegan.
4. HDF (HIGH DENSITY FIBERBOARD)

Mirip dengan MDF tapi dikompres dan


dikeringkan dengan suhu lebih tinggi
sehingga menghasilkan panel yang lebih
kuat dalam menahan beban. Panel HDF
biasanya digunakan untuk bahan pelapis
lantai (alternatif parket).

5. HPL (HIGH PRESSURE LAMINATE)


HPL (High Pressure Laminate) adalah
bahan pelapis komposit untuk permukaan
panel kayu. Biasanya dipakai untuk
melapisi PB atau MDF. Kelebihan panel
yang dilapis HPL adalah permukaanya
akan tahan gores, tahan panas, dan tahan
terhadap zat kimia.

6. VENEER/VINIR

Veneer atau vinir adalah irisan tipis dari


kayu yang memiliki serat bagus,
fungsinya untuk melapisi permukaan
kayu yang terlihat kurang menarik
misalnya PB, kayu lapis atau kayu
dengan serat tidak cantik. Biasanya
diaplikasikan pada furniture. Veneer
dibuat dari batang kayu pilihan dengan
kualitas terbaik, yang sangat sedikit cacat.
Kayu yang digunakan juga kayu tertentu yang memang memiliki serat indah, sehingga bisa
menambah nilai artistik suatu benda.
Veneer diiris dari kayu gelondongan. Cara pengirisanya bermacam-macam, ada yang
dipotong melebar dahulu baru diiris, ada pula yang dipotong miring. Cara pemotongan
berbeda yang menghasilkan serat berbeda. Karena ukuranya terbatas, untuk membuat veneer
yang lebar, irisan-irisan tadi di sambung. Penyambungan dilakukan dengan cara di silang,
kemudian di lem menggunakan lilin. Tapi sepintas sambungan ini tidak terlihat. Ketebalan
veneer yang biasa digunakan adalah 0,2mm, 0,3mm dan 0,6mm. Tapi bisa saja digunakan
irisan yang lebih tebal atau lebih tipis untuk kebutuhan tertentu.
Veneer tipis biasanya digunakan untuk furnitur dan pelapis dinding, sementara veneer yang
tebal digunakan untuk pelapis penutup lantai. Penggunaan veneer bisa menekan harga benda
yang terbuat dari kayu.

7. PLYWOOD/KAYU LAPIS

Plywood atau kayu lapis adalah lembaran


irisan kayu tipis (veneer) yang ditumpuk
berlapis-lapis hingga mencapai ketebalan
tertentu. Lembaran kayu tipis/veneer ini
disatukan menggunakan perekat/lem
khusus. Veener dilem dengan
menggunakan mesin menjadi satu
membentuk lembaran papan. Berbagai
macam kayu bisa digunakan untuk
dijadikan panel plywood, baik kayu keras maupun kayu lunak.

Kekuatan utama plywood terletak pada serat yang menyilang/tegak lurus. Jadi bila lembar
pertama seratnya horisontal, maka lembar diatasnya seratnya vertikal, di atasnya lagi seratnya
horisontal, dan seterusnya. Tiap lapisan kayu dipasang berselang -seling serat kayunya. Pola
seperti ini memberikan kekakuan dan kekuatan bagi susunan lembar-lembar kayu tersebut
untuk menahan beban dan memperlambat keretakan.
Biasanya satu lembar plywood terdiri dari lapisan kayu dalam jumlah ganjil. Jadi bila lapisan
paling bawah seratnya horisontal. Maka serat paling atas vertikal. Beberapa plywood, lapisan
terluarnya adalah kayu dengan serat/urat yang bagus. Plywood seperti ini biasanya digunakan
untuk difinishing transparan (memperlihatkan serat alami kayu).
Pada umumnya kayu lapis mempunyai berat yang lebih daripada blockboard. Kayu lapis
tidak dapat dilengkungkan. Dibandingkan material olahan lain semisal blockboard, teakblock,
PB dan MDF harga kayu lapis sedikit mahal. Ukuranya lembaran kayu lapis adalah 2440mm
x 1220mm dengan ketebalan umumnya 4mm, 6mm, 9mm, dan 12mm. Kayu lapis tidak tahan
bila terkena air. Karena direkatkan menggunakan lem, bila terkena air terus menerus, perekat
ini bisa lepas. Saat ini banyak orang menggunakan ini sebagai bahan furniture.
MENURUT JUMLAH LAPISANYA KAYU LAPIS DIBEDAKAN MENJADI DUA
YAITU : 

 Tripleks adalah kayu lapis yang terdiri dari 3 lembar veneer dengan ketebalan yang
sama.

 Multipleks adalah kayu lapis yang terdiri dari 5 lembar veneer atau lebih dengan tebal
yang sama.

8. BLOCKBOARD

Terdiri dari potongan kecil kayu yang


berukuran 4-5cm. Kayu tersebut
kemudian dipadatkan menjadi lembaran
papan. Potongan kayu yang digunakan
biasanya kayu lunak. Blockboard tersedia
dalam dua ketebalan yaitu 15mm dan
18mm. Sedangkan panjang dan lebarnya
seperti ukuran lembaran tripleks 240cm x
120cm. Bahan ini diminati untuk lemari
dan rak. Tapi karena terbuat dari potongan kayu (dan biasanya kayu lunak), bahan ini tidak
terlalu kuat dibandingkan dengan tripleks atau multipleks. Tapi karena terbuat dari potongan
kayu (biasanya kayu lunak),
bahan ini cukup kuat,
setidaknya lebih kuat
dibandingkan particle board.

Pelapis jati atau sungkai


yang tebalnya 3mm biasanya
dipilih untuk melapisi blockboard karena ingin finishing melamik yang menperlihatkan serat
kayu alami. Jika ingin wajah baru bisa menggunakan pelapis seperti tacon atau PVC.
Pembuat furniture umumnya sudah menyediakan blockboard atau teakblock. Beberapa
diantaranya dijual dalam lembaran.
9. TEAKBLOCK

Teakblock adalah Kayu blockboard yang


diberi lapisan terluar dari irisan kayu jati
(teak). Fungsi pelapis ini hanyalah untuk
memberi serat yang bagus karena pelapis
block board sendiri aslinya polos. Ada
juga blockboard yang diberi pelapis
sungkai/seharusnya disebut sungkai block
tapi orang lebih sering menyebut
teakblock. Sedangkan istilah double
teakwood artinya adalah rangka kayu yang ditutup lembaran teakwood (kayu jati) yang
dipasang pada ke dua sisi contoh digunakan pada pintu double teakwood.
10. MELAMINTO
Melaminto adalah lembaran seperti papan
tulis putih untuk spidol. Permukaanya
halus dan licin. Biasanya untuk lapisan
blockboard/multipleks yang akan di
finishing duco, permukaanya yang halus
mempermudah dalam finishing. Dengan
mengunakan melaminto (tanpa lapisan
atau dengan teakwood).

Secara mendasar proses pengolahan kayu dari bahan mentah (Log) menjadi bahan setengah
jadi (komponen), atau menjadi produk siap pakai (Finished) dapat diklasifikasikan,
dikategorikan, menurut beberapa bagian yaitu :

1. Bahan Baku Utama

2. Jenis Pekerjaan atau Pengolahan Kayu


3. Spesifikasi Mesin

4. Segmentasi Pasar Hasil Pengolahan Kayu

1. Bahan Baku Utama

Bahan baku/ raw material kayu dibedakan menjadi dua kelas, yaitu : Kayu keras dan kayu
ringan. Jenis kayu keras banyak digunakan untuk pembuatan furniture, lemari, meja, kursi,
pintu, jendela dan lain-lain.

Sedangkan kayu ringan banyak digunakan sebagai bahan baku kayu lapis, seperti: Triplek,
multiplek, barecore, maupun kerajinan tangan dengan bahan kayu.

2. Jenis Pekerjaan atau Pengolahan Kayu :

      2.a. Saw Milling

Proses pengolahan kayu dari log sampai menjadi potongan kayu setengah jadi (papan)
dengan variasi ketebalan 3, 5, 7, 10, 12, dan 15 cm.

Mesin yang digunakan :

 Bandsaw (Gergaji pita)

Mesin Bandsaw atau gergaji pita digunakan untuk membelah kayu gelondongan/ log menjadi
bagian yang lebih kecil seperti: balok, papan sesuai kebutuhan. Sistem horizontal dan vertical
banyak digunakan saat membelah kayu.
 Circular Saw (Gergaji piringan)

Gergaji model piringan ini digunakan untuk memotong dan sedikit membelah kayu menjadi
bagian yang lebih kecil lagi agar mudah dalam penataan dan pengeringan sebelum siap untuk
proses produksi.

2.b. Kiln Dry

Jenis kayu apapun harus melalui proses pengeringan.

Adapun yang perlu diperhatikan adalah ukuran ketebalan papan, cara penumpukkan dan
metode pengeringan. Kayu yang lunak cenderung mudah pecah apabila proses pengeringan
terlalu cepat.

Pengeringan kayu membutuhkan waktu antara 2 hingga 4 minggu, dipengaruhi oleh     jenis
kayu, ketebalan papan dan kapasitas pengering.

Cara pengeringan yang baik adalah dengan menggunakan peralatan yang benar. Pada
beberapa industri kayu kecil biasanya untuk mengeringkan kayu cukup dengan disandarkan
pada dinding atau tiang dan mengandalkan sinar matahari. Sedangkan pada industry besar
dan memerlukan ketersediaan bahan baku yang banyak dan kontiyu, biasanya menggunakan
system oven. Dengan pengeringan oven ini proses pengeringan lebih cepat dengan kwalitas
yang baik dan dapat diatur kapasitasnya.
2.c. ASSEMBLING

Jenis pekerjaan ini meliputi pembuatan komponen, perakitan, dan bisa juga proses finishing.
Pemakaian dan penggunaan jenis mesin sangat variatif, tergantung pada jenis pekerjaan dari
pemesan/ buyer.

Secara garis besar proses assembli/ finishing dapat diuraikan sebagai berikut:

 Pembuatan komponen sesuai spesifikasi pesanan dengan memakai :

 Mesin Belah/ Potong/ : Gergaji Pita, Band Saw, Circular Saw, Radial Arm Saw, Table
Saw, dsb

Mesin jenis ini bisa berupa circle saw atau band saw (gergaji pita) dengan fungsi utamanya
adalah membelah kayu atau logs. Terdiri dari satu bilah gergaji lingkaran pada satu poros
motor penggerak.

Prinsip kerja mesin ini adalah untuk membelah kayu hingga pada ukuran mendekati ukuran
jadi. harus disisakan beberapa milimeter untuk proses pengetaman dengan mesin serut
(planner).

2. Mesin Ketam/ Serut/ Planner, Thicknesser, Jointer

Berfungsi untuk menghaluskan sisi kayu setelah proses penggergajian. Mesin ketam standar
bekerja dengan menghaluskan permukaan satu demi satu sisi kayu. Hanya satu meja kerja
yang terdapat pisau penyerut. Pada perkembangannya mesin ini bisa sekaligus menyerut 4
sisi kayu dan dikombinasi dengan jenis pisau lainnya.
Poros pisau terpasang horisontal dengan meja penghantar vertikal. Hasil kerja dari mesin ini
harus menjadi ukuran final yang tidak mungkin lagi dikurangi kecuali dengan amplas. Hasil
permukaan dari kerja mesin ini akan halus, lebih halus dari mesin gergaji karena tidak akan
terdapat cuttermark sebesar gergaji.

3. Hollow Chisel Mortiser/ Mesin Bor (Drilling)

Terdiri dari satu poros motor pada prinsipnya untuk membuat lubang pen, dowel atau lubang
untuk sekrup dan alat tambahan lain yang berbentuk bulat. Perkembangannya saat ini mesin
bor bisa untuk melakukan pengeboran beberapa lubang sekaligus pada satu permukaan secara
horisontal maupun vertikal. Pengeboran sebaiknya dilakukan setelah seluruh permukaan kayu
diserut dan dipotong pada ukuran jadi yang diinginkan.

4. Mesin Profil (Spindle)

Poros pisau terpasang vertikal (menghadap ke atas) pada sebuah permukaan meja mesin dan
berfungsi untuk membuat bentuk profil pada sisi samping kayu. Jenis pisau bisa diganti
sesuai dengan desain yang diinginkan. Pada kombinasi lain jumlah pisau bisa lebih dari satu
dan seluruhnya terpasang secara vertikal. Proses bisa dilakukan setelah proses penggergajian
karena hasil kerja mesin ini hampir sama dengan mesin serut, permukaan halus dan cukup
dengan mesin amplas sebelum proses finishing.

5. Mesin – Mesin Tambahan/ Pendukung/ Mesin Amplas ( Brush Sander )

Berfungsi menghaluskan permukaan baik yang lurus, datar, maupun lengkung/ bulat.

6. Mesin Penghisap Debu/ Kotoran/ Serbuk Kayu ( Dust Collector )

Agar serbuk tidak mengotori lingkungan kerja, mengganggu pekerja, dan serbuk dapat
dikumpulkan serta dimanfaatkan.
Secara prinsip/ garis besar jenis-jenis mesin diatas sudah cukup mewakili untuk proses
pengolahan kayu. Namun setiap waktu dapat berkembang baik teknologi, fungsi dan
spesifikasinya.

1. Kombinasi/ Multifunction: Satu unit mesin terdiri dari beberapa fungsi mesin yang
berbeda.

2. Top Up Specification: Spesifikasi motor penggerak lebih besar, system pengamanan


yang lebih, speed yang lebih cepat, dll.

3. Modification, New Products: Adanya type-type mesin baru yang ada karena


memenuhi kebutuhan pasar.

3.Berdasarkan spesifikasi/ jenis mesin pengolahan kayu secara garis besar dapat
dikategorikan menjadi beberapa jenis :

1. Power Tools/ Hand Tools/ Mesin Tangan: Cara kerja mesin digerakkan oleh tangan/
pekerja.

2. Stationary Machine: Mesin tidak bergerak dan didudukkan pada pondasi yang kokoh.
Digerakkan dengan mesin diesel atau electromotor 1 Phase dan 3 Phase. Operator
hanya menggerakan benda kerja/ material kayu.
3. Automatic Machine: Semua pekerjaan sudah diprogram dengan teknologi digital,
computerizes, dan automatic, pekerja hanya mengawasi program pada mesin
komputer.

4. Modification Machine: Mesin rakitan, lokal, buatan Indonesia, sederhana dan


fungsional.

Digunakan untuk menghemat biaya pengadaan mesin baru atau disesuaikan dengan lokasi
kerjanya.

4. Segmentasi pasar hasil pengolahan kayu berdasarkan bahan baku:

 Teakwood/ Jati. Biasa digunakan untuk Garden Furniture, Parquet.

 Mahogany/ Mahoni.  Cocok dan banyak dipakai untuk Classic/ Antique Furniture.

 Albasia/ Sengon. Dijadikan Lembaran Papan dengan sistem Finger Jointing.

 Pine/ Pinus. Untuk Perabotan Rumah Tangga juga Papan Lembaran

Seperti perkembangan teknologi mesin pengolahan kayu, bahan baku utama pun kian waktu
juga mengalami banyak perubahan. Dan beberapa hal yang melatar belakangi perubahan
tersebut diantaranya adalah :

1. Sulitnya mencari, berkurangnya populasi, suatu jenis bahan baku kayu seperti Jati.
2. Mengikuti tren, permintaan pasar, akan bahan-bahan kayu selain tersebut diatas atau
bahkan yang selain kayu seperti Bambu, Rotan, Particleboard, dsb.

3. Material Combine: iron wood (besi & kayu), kulit dengan aluminium, dsb.

4. Pemanfaatan limbah kayu atau sisa produksi untuk kebutuhan pembuatan Handycraft,
Fingerjoint Board (Papan non solid/ sambungan), Parquet, dsb.

5. Proses Finishing: Laminated (Veneer, HPL), Cat Duco untuk menambah keindahan
texture kayu yang diinginkan, juga menutupi kurang baiknya serat dan kualitas kayu
yang tergolong diluar kategori kayu indah seperti Jati, Mahoni, Pinus, dan Ramin.

PROSES PENGOLAHAN BAHAN KAYU MENJADI FURNITURE

Sebelum menjadi sebuah furniture kayu harus melalui beberapa proses dasar dan teliti.
Karena kayu pada dasarnya adalah material yang 'hidup' maka beberapa proses kadang2 akan
harus diulang untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Berikut ini proses dasar pengolahan kayu:

1. Penggergajian
Dari sebatang kayu gelondongan, kayu harus dibelah dan dipotong sehingga menjadi bentuk
dan ukuran yang diinginkan mengikuti desain furniture. Proses ini termasuk proses yang
masih kasar.

2. Pengeringan (Kiln Dry)


Karena termasuk material yang 'hidup' kayu bisa berubah bentuk (melengkung, retak atau
pecah), bahan ini harus dikeringkan dahulu. pengeringan kayu menggunakan mesin dan
ruangan khusus sehingga bisa dicapai kandungan air di dalam kayu antara 8-12%. Hal ini
dikenal dengan istilah MC (Moisture Content).
3. Pengerjaan konstruksi.
Melingkupi pembentukan komponen, pengeboran untuk konstruksi penyambungan kayu
secara masinal atau manual. Untuk mendapatkan hasil yang baik, minimum kayu harus
melalui proses mesin 60%.

4. Perakitan
Proses perakitan merupakan salah satu proses yang penting karena mempengaruhi kualitas
kekuatan barang jadi. Apabila perakitan tidak berhasil, sambungan-sambungan akan mudah
terlepas dan furniture tidak akan bertahan lama.

5. Finishing
Sebagai proses paling akhir dan paling menentukan nilai estetika sebuah furniture. Finishing
berfungsi memberikan tampilan yang baru dan lain daripada tampilan serat kayu atau warna
kayu yang sebenarnya.
Finishing menjadi salah satu proses yang paling sering diulang. Beberapa alasan adalah
karena pembeli ingin memiliki warna yang lain daripada warna standard atau karena kondisi
finishing sudah mulai pudar akan tetapi kayu masih kuat dan masih berfungsi dengan baik.

Masih ada beberapa proses detail pada masing-masing proses di atas yang akan di bahas pada
posting yang lain.

DAFTAR PUSTAKA :

 Kasmudjo, Teknologi Hasil Hutan Suatu Pengantar (Identifikasi Kayu, Sifat-Sifat Kayu,
Teknologi Pengolahan Hasil Hutan, Potensi dan Prospek), Cakrawala Media
 https://materialpilihanku.blogspot.com/2015/03/macam-dan-istilah-kayu-olahan.html
 https://pediailmu.com/kehutanan/identifikasi-kayu/
 https://www.klikteknik.com/blog/5-tahapan-produksi-kayu-dan-mesin-yang-
digunakan.html

Anda mungkin juga menyukai