Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

TATA LAKSANA KASUS BATUK DAN ATAU KESULITAN BERNAFAS :


LITERATURE REVIEW
Ari Seyawati 1, Marwiati 2

ABSTRAK
Latar belakang : Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernapasan akut yang banyak menyebabkan kematian pada anak di Indonesia. Gejala
yang muncul pada anak biasanya seperti batuk dan napas cepat disertai adanya tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam.
Tujuan : Mengetahui tatalaksana pada kasus batuk dan atau sukar bernapas khususnya
peumonia pada anak.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review.
Hasil : Penyebab pneumonia yang didapatkan di komunitas/ community-acquired
pneumonia (CAP) pada anak dengan usia kurang dari dua tahun adalah infeksi virus.
Perpaduan antara infeksi virus dan bakteri adalah etiologi dari 30-50% anak yang
terinfeksi CAP. Bakteri yang paling sering menjadi penyebab utama dari pneumonia
adalah Streptococcus pneumoniae
Kesimpulan : Penatalaksanaan utama pneumonia adalah dengan menggunakan
antibiotik. Antibiotik yang direkomendasikan berdasarkan WHO (2008). Alternatif lain
menggunakan penicillin yang lebih murah dari amoxicilin dan cefuroxime yang
diberikan secara intra vena.

Keywords : anak, pneumonia.

Page | 30
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

ABSTRACT

Background: Pneumonia is one of the most common acute respiratory infections that
cause death in children in Indonesia. Symptoms that appear in children are usually like
a cough and rapid breathing accompanied by the pull of the lower chest wall into.
Objective: Knowing the management of cases of cough and / or difficulty breathing,
especially peumonia in children.
Method: The method used in this research is the literature review.
Result: Causes of community-acquired pneumonia (CAP) in children younger than two
years old are viral infections. A combination of viral and bacterial infections is the
etiology of 30-50% of children infected with CAP. The bacteria most often the main
cause of pneumonia is Streptococcus pneumoniae
Conclusion: The main management of pneumonia is by using antibiotics. Antibiotics
recommended under WHO (2008). Another alternative uses penicillin which is cheaper
than amoxicillin and cefuroxime administered intra venous.

Keywords: child, pneumonia.

A. Latar Belakang penyebab spesifik biasanya sulit


Batuk atau kesulitan bernapas ditentukan melalui gambaran klinis
merupakan penyakit yang biasa atau grambaran foto dada (WHO<
ditemukan pada anak yang dapat 2009). Gejala yang muncul pada anak
sembuh sendiri, namun dapat pula biasanya seperti batuk, demam, sesak
menyebabkan kematian (WHO,2009). napas, menggigil serta sakit kepala
Pneumonia merupakan salah satu (WHO, 2009; Kementerian Kesehatan
penyakit infeksi saluran pernapasan RI, 2016). Pada anak yang mengalami
akut yang banyak menyebabkan batuk dan napas cepat disertai adanya
kematian pada anak di Indonesia. tarikan dinding dada bagian bawah ke
Diperkiran sebanyak 922.000 balita dalam harus dicurigai adanya
atau 15% meninggal akibat pneumonia pneumonia. Nantinya setelah
di tahun 2015 (Kementerian Kesehatan dilakukan penilaian, anak batuk akan
RI, 2016). diklasifikasikan sebagai penyakit
sangat berat (pneumonia berat),
Pneumonia merupakan penyakit
pneumonia ringan, dan bukan
infeksi akut yang menyerang jaringan
pneumonia. (WHO, 2009).
paru, dengan penyebabnya adalah virus
atau bakteri. Dalam menentukan

Page | 31
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

Tingginya angka penemuan seperti foto rontgen dada dilakukan


pneumonia pada balita diharapkan pada anak dengan pneumonia berat
menjadi upaya pengendalian penyakit yang tidak memberi respon terhadap
pneumonia. Penilaian penemuan pengobatan atau dengan komplikasi
pneumonia belum dapat secara optimal (WHO, 2009).
dilakukan oleh tenaga kesehatan
Tujuan Penulisan Tujuan penelitian
dengan baik. Pemeriksaan dan
adalah untuk mengetahui tatalaksana
tatalaksana pneumonia melalui
pada kasus batuk dan atau sukar
program MTBS baru mencapai
bernapas khususnya peumonia pada
14,64%, sedangkan target kementerian
anak.
kesehatan sebesar 20% dari seluruh
B. Tinjauan Pustaka
kabupaten/kota yang ada di Indonesia.
1. Batuk Dan Atau Kesulitan
Angka realisasi penemuan pneumonia
Bernafas
di provinsi DI Yogyakarta baru
a. Definisi
mencapai 2.829 kasus dari target
Menurut WHO (2005) batuk
sebesar 12.912 atau hanya mencapai
atau kesulitan bernapas adalah
21,91% (Kementerian Kesehatan RI,
kondisi yang sering terjadi pada
2016).
anak, penyebab bervariasi,
Pengobatan akan diberikan mulai dari penyakit ringan,
secara spesifik sesuai dengan derajat dapat sembuh sendiri sampai
masing-masing klasifikasi pneumonia, penyakit berat yang dapat
baik pneumonia ringan maupun berat mengancam jiwa.
anak akan diberikan terapi antibiotik, b. Anamnesis
sedangkan terapi oksigen akan Menurut WHO (2005) hal-hal
diberikan pada semua anak dengan yang perlu diperhatikan pada
pneumonia berat (WHO, 2009). saat menjumpai anak dengan
Pemberian antibiotik oral sesegera kondisi batuk dan kesulitan
mungkin dapat menurunkan 13-55% bernapas adalah sebagai berikut
mortalitas pneumonia (20% mortalitas :
bayi dan 24% mortalitas anak-balita 1) Berapa lama terjadi(dalam
(Said, 2010). Pemeriksaan penunjang hari)

Page | 32
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

2) Bagaimana polanya (malam d) Peningkatan tekanan


atau dini hari) vena jugularis
3) Faktor pencetus e) Telapak tangan sangat
4) Paroksismal dengan whoops pucat
atau muntah atau sianosis 2) Pemeriksaan fisik dada
sentral a) Frekuensi pernafasan
5) Kontak dengan pasien TB (hitung nafas selama 1
(atau batuk kronik) dalam menit ketika anak
keluarga tenang). Dikatakan nafas
6) Gejala lain (demam, pilek, cepat adalah :
wheezing, dll) Umur < 2 bulan : ≥ 60
7) Riwayat tersedak atau gejala kali
yang tiba-tiba Umur 2- 11 bulan
8) Riwayat infeksi HIV : ≥ 50 kali
9) Riwayat imunisasi : BCG, Umur 1 – 5 tahun : ≥ 40
DPT, campak, Hib kali
10) Riwayat atopi (asma, Umur ≥ 5 tahun : ≥ 30
eksem, rinitis, dll) pada kali
pasien atau keluarga b) Tarikan dinding dada
c. Pemeriksaan fisik bagian bawah ke dalam
1) Pemeriksaan fisik umum (chest indrawing)
a) Sianosis sentral c) Denyut apeks bergeser /
b) Merintih/grunting, trakea terdorong dari
pernafasan cuping garis tengah
hidung, wheezing, d) Auskultasi – crakles
stridor (ronkhi) atau suara napas
c) Kepala terangguk- bronkial
angguk (gerakan kepala e) Irama derap pada
yang sesuai dengan auskultasi jantung
inspirasi menunjukkan f) Tanda efusi pleura
adanya distres (redup) atau
pernafasan berat. pneumotorak

Page | 33
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

(hipersonor) pada dilakukan pada anak


perkusi dengan pneumonia berat
g) Pemeriksaan fisik yang tidak memberi
abdomen respon terhadap
h) Masa abdomen : cair, pengobatan atau dengan
padat komplikasi atau
i) Pembesaran hati dan berhubungan dengan
limpa HIV.
j) Pemeriksaan penunjang d. Diagnosis banding
Pulse – oximetri ; untuk Diagnosis banding anak umur 2
mengetahui saat bulan sampai 5 tahun yang
pemberian atau datang dengan batuk dan
menghentikan terapi kesulitan bernafas (WHO,
oksigen. Foto dada 2005) adalah :
Tabel 1. Diagnosis banding anak umur 2 bulan – 5 tahun datang dengan batuk
dan sulit bernafas
Diagnosis Gejala yang ditemukan
Pneumonia - Demam
- Batuk dengan nafas cepat
- Cracles (ronkhi) pada auskultasi
- Kepala terangguk-angguk
- Pernafasan cuping hidung
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
- Merintih (grunting)
- Sianosis
Bronkiolitis - Episode pertama wheezing pada anak umur < 2
tahun
- Hiperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Gejala pada pneumonia (dapat dijumpai)
- Kurang/tidak ada respons dengan bronkodilator
Asma - Riwayat wheezing berulang
Gagal jantung - Peningkatan tekanan vena jugularis
- Denyut apeks bergeser ke kiri
- Irama derap
- Bising jantung
- Cracles/ronki di daerah basal paru
- Pembesaran hati
Efusi /empiema - Bila masif terdapat tanda pendorongan organ intra
toraks

Page | 34
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

- Pekak pada perkusi


Tuberkulosis (TB) - Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
- Uji tuberkulin positif (≥ 10 mm, pada keadaan
imunosupresi ≥ 5 mm)
- Pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan
menurun
- Demam (≥ 2 minggu) tanpa sebab yang jelas
- Batuk kronis (≥ 3 minggu)
- Pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila,
inguinal spesifik, pembengkakan tulang atau sendi
punggung, panggul, lutut, falang
Pertusis - Batuk paroksismal yang diikuti dengan whoop,
muntah, sianosis atau apnu
- Bisa tanpa demam
- Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap
- Klinis baik diantara episode batuk
Benda asing - Riwayat tiba-tiba tersedak
- Stridor atau distres pernafasan tiba-tiba
- Wheeze atau suara pernafasan menurun yang
bersifat lokal
Pneumotorak - Awitan tiba-tiba
- Hipersonor pada perkusi di satu sisi dada
- Pergeseran mediastinum

2. Pneumonia dapat mengakibatkan obstruksi


a. Definisi saluran respiratori berkaliber kecil
Pneumonia adalah dan menyebabkan konsolidasi yang
inflamasi parenkim paru dengan merata ke lobulus yang berdekatan.
konsolidasi ruang alveolar. Pneumonia interstisium mengacu
Pneumonia lobaris menggambarkan pada proses inflamasi pada
pneumonia yang terlokalisir pada interstisium yang terdiri dari
satu atau lebih lobus paru. dinding alveolus, kantung dan
Pneumonia atipikal duktus alveolar serta bronkiolus.
mendeskripsikan pola selain dari Pneumonia interstisial khas pada
pneumonia lobaris. infeksi virus akut tetapi dapat juga
Bronkopneumonia mengacu pada akibat dari proses infeksi kronik
inflamsi paru yang terfokus pada (Karen et al, 2010).
area bronkiolus dan memicu Pneumonia adalah infeksi
produksi eksudat mukopurulen yang saluran pernapasan akut (ISPA)

Page | 35
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

yang mempengaruhi paru-paru. Pneumonia sering disebabkan


WHO mendefinisikan pneumonia oleh virus atau bakteri dan terbagi
sebagai episode penyakit akut menjadi pneumonia berat,
dengan batuk atau sulit bernapas pneumonia dan bukan pneumonia
dikombinasikan dengan pernapasan (WHO, 2005).
cepat (WHO 2010). Diagnosis (klinis) Klasifikasi
(MTBS)
Pneumonia adalah Pneumonia berat (rawat Penyakit
inap) sangat berat
peradangan pada parenkim paru - Tanpa gejala (pneumonia
hipoksemia berat)
yang biasanya terjadi pada anak- - Dengan gejala
anak tetapi terjadi lebih sering pada hipoksemia
- Dengan
bayi dan awal masa kanak-kanak komplikasi
Pneumonia ringan Pneumonia
dan secara klinis pneumonia dapat (rawat jalan)
Infeksi respiratorik akut Batuk : bukan
terjadi sebagai penyakit primer atau atas pneumonia
komplikasi dari penyakit lain
(Hockenberry dan Wilson, 2009).

b. Etiologi anaerob. Patogen penyebab


Menurut Hariadi, et al. (2010) pneumonia nosokomial berbeda
pneumonia dapat disebabkan oleh dengan pneumonia komuniti.
berbagai macam mikroorganisme, Pneumonia nosokomial dapat
yaitu bakteri, virus, jamur dan disebabkan oleh kuman bukan multi
protozoa. Pneumonia yang didapat drug resistance (MDR) misalnya
di masyarakat (community-acquired S.pneumoniae, H. Influenzae,
pneumonia atau pneumonia Methicillin Sensitive
komuniti) banyak disebabkan oleh Staphylococcus Aureus (MSSA)
bakteri gram positip, sebaliknya dan kuman MDR misalnya
bakteri yang didapat di rumah sakit Pseudomonas aeruginosa,
(hospital-acquired pneumonia atau Escherichia coli, Klebsiella
pneumonia nosokomial) banyak pneumoniae, Acinetobacter spp dan
disebabkan oleh bakteri gram gram positif seperti Methicillin
negatif, sedang pneumonia aspirasi Resistance Staphylococcus Aureus
banyak disebabkan oleh bakteri (MRSA). Pneumonia nosokomial

Page | 36
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

yang disebabkan jamur, kuman Penyebab selain bakteri antara lain


anaerob dan virus jarang terjadi seperti aspirasi (makanan atau asam
(Perhimpunan dokter paru lambung, benda asing, hidrokarbon
Indonesia, 2003). dan substansi lipoid), reaksi
Menurut Leung et al (2016) hipersensitifitas, obat atau radiasi
pneumonia disebabkan oleh : yang menginduksi pneumonitis
1) Bakteri (Kliegman, 2016).
2) Streptococcus pneumoniae c. Diagnosis menurut WHO (2009)
(vaksin tersedia), Haemophilus 1) Pneumonia ringan
influenzae (vaksin tersedia), Disamping mengalami batuk
Mycoplasma pneumonia, dan kesulitan bernapas, anak
Staphylococcus aureus hanya mengalami napas cepat
3) Virus dan tidak terdapat tanda-tanda
Respiratory syntical virus, pneumonia berat
Influenza A or B virus (vaksin - Pada anak umur 2 bulan –
tersedia), Human rhinovirus, 11 bulan : > 50 kali/menit
Human merapneumovirus, - Pada anak umur 1 bulan – 5
Adenovirus, parainfluenza virus. tahun : > 40 kali/menit
Penelitian yang dilakukan pada 2) Pneumonia berat
10 negara besar sejak 25 tahun Terdapat batuk dan atau
lalu menunjukkan bahwa kesulitan bernapas ditambah
penyebab utama pneumonia minimal salah satu dari tanda
akibat virus pada masa anak- berikut :
anak adalah respiratory synctical a) Kepala terangguk-angguk
virus, sedangkan untuk b) Pernafasan cuping hidung
pneumonia yang disebabkan c) Tarikan dinding dada bagian
oleh bakteri paling banya bawah ke dalam
disebabkan oleh bakteri d) Foto dada menunjukkan
streptococcus pneumoniae dan gambaran pneumonia
haemophillus influenzae (infiltrat luas, konsolidasi,
4) Fungi (mycoplasma) dll)
5) Aspirasi substansi asing

Page | 37
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

Selain itu terdapat tanda lain akibat pleuritis, retraksi dan


yaitu nafas cepat, suara iritabilitas akibat sesak respiratori
merintih, pada auskultasi sering terjadi pada bayi yang lebih
terdengar suara ronki, suara tua dan anak.
nafas menurun dan bronkial. Pneumonia virus lebih
Dalam keadaan yang sangat sering berasosiasi dengan batuk,
berat dijumpai beberapa tanda mengi, atau stridor, dan gejala
tambahan sehingga pengobatan demam lebih tidak menonjol
berbeda, misalnya pemberian dibanding pneumonia bakterial.
oksigen dan jenis antibiotik. Pneumonia baterial secara tipikal
Tanda tersebut antara lain : berasosiasi dengan demam tinggi,
menggigil, batuk, dispneu, dan pada
a) Tidak dapat menyusu atau
auskultasi ditemukan adanya tanda
makan/minum, atau
konsolidasi paru. Pneumonia
memuntahkan semuanya
atipikal pada bayi kecil ditandai
b) Kejang, letargis atau tidak
oleh gejala khas seperti takipneu,
sadar
batuk, ronki kering (crackles) pada
c) Sianosis
pemeriksaan auskultasi, dan
d) Distres pernafasan berat
seringkali ditemukan bersamaan
d. Manifestasi klinis
dengan timbulnya konjungtivitis
Usia merupakan faktor
chlamydial. Gejala klinis lainnya
penentu dalam manifestasi klinis
dapat ditemukan adalah distres
pneumonia. Neonatus dapat
pernapasan termasuk napas cuping
menunjukan hanya gejala demam
hidung, retraksi intercosta dan
tanpa ditemukannya gejala fisis
subkosta dan merintih (grunting).
pneumonia. Pola klinis yang khas
Semua jenis pneumonia memiliki
pada pasien pneumonia viral dan
ronki kering yang terlokalisir dan
bakterial umumnya berbeda antara
penurunan suara respiratori (Karen
bayi yang lebih tua dan anak
et al, 2010).
walaupun perbedaan tersebut tidak
e. Tatalaksana
selalu jelas. Demam, menggigil,
1) Pneumonia ringan
takipnea, batuk, malaise, nyeri dada
a) Anak di rawat jalan

Page | 38
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

b) Berikan antibiotik : sadar, sianosis, distres


Kortimoksasol (4 mg pernafasan berat) maka
TMP/kg BB/kali) 2 kali ditambahkan kloramfenikol
sehari selama 3 hari atau (25 mg/kg BB/kali IM atau
amoksisilin (25 mg/kg IV setiap 8 jam).
BB/kali) 2 kali sehari selama Bila pasien datang
3 hari. Untuk pasien HIV dengan keadaan klinis berat,
diberikan selama 5 hari. segera berikan oksigen dan
2) Pneumonia berat pengobatan kombinasi
a) Anak dirawat di rumah sakit ampisilin-kloramfenikol atau
b) Terapi antibiotik ampisilin –gentamisin.
Berikan Sebagai alternatif, beri
ampisilin/amoksisilin (25-50 seftriakson (80-100 mg/kg
mg/kg BB/kali IV atau IM BB IM atau IV sekali
setiap 6 jam), dipantau sehari). Bila anak tidak
dalam 24 jam selama 72 membaik dalam 48 jam,
jam. Bila anak memberi maka bila memungkinkan
respon yang baik maka foto dada.
diberikan selama 5 har. Apabila diduga
Selanjutnya terapi pneumonia stafilokokal,
dilanjutkan di rumah atau di ganti antibiotik dengan
rumah sakit dengan gentamisin(7,5 mg/kg BB
amoksisilin oral (15 mg/kg IM sekali sehari) dan
BB/kali tiga kali sehari) kloksasilin (50 mg/kg BB Im
untuk 5 hari berikutnya. atau IV setiap 6 jam) atau
Bila keadaan klinis klindamisin (15 mg/kg
memburuk sebelum 48 jam, BB/hari-3 kali pemberian).
atau terdapat keadaan yang Bila keadaan anak emmbaik,
berat (tidak dapat menyusu lanjutkan kloksasilin atau
atau minum/makan, atau dikloksasilin secara oral 4
memuntahkan semuanya, kali sehari sampai secara
kejang, letargis atau tidak keseluruhan mencapai 3

Page | 39
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

minggu atau klindamisin sebaiknya memeriksa kateter


secara oral selama 2 minggu dan nasal prong setiap 3 jam.
c) Terapi oksigen d) Perawatan penunjang
Berikan oksigen, jika Bila anak disertai
tersedia pulse oximetri demam (≥39⁰C) yang
gunakan sebagai panduan menyebabkan distres, maka
untuk terapi oksigen berikan parasetamol. Bila
(berikan pada anak dengan ditemukan adanya wheeze,
saturasi oksigen < 90%, bila berikan bronkhidilator kerja
tersedia oksigen yang cepat. Bila terdapat sekret
cukup). Lakukan periode uji kental di tenggorokan yang
coba tanpa oksigen setiap tidak dapat dikeluarkan,
harinya pada anak yang hilangkan dengan alat
stabil. Hentikan pemberian penghisap secara perlahan.
oksigen bila saturasi tetap Pastikan anak memperoleh
stabil > 90%. kebutuhan cairan rumatan
Gunakan nasal prong sesuai umur, anjurkan ASI
untuk menghantarkan dan cairan oral. Jika anak
oksigen pada bayi muda. tidak bisa minum, pasang
Masker wajah atau maskr pipa nasogastrik dan berikan
kepala tidak cairan rumatan sedikit tapi
direkomendasikan. Osigen sering. jika oksigen
harus tersedia secara terus- diberikan bersamaan dengan
menerus setiap waktu. cairan nasogastrik, pasang
Lanjutkan pemberian keduanya pada lubang
oksigen sampai tanda hidung yang sama.
hipoksia (seperti tarikan Bujuk anak untuk
dinding dada bagian bawah makan, segera setelah anak
ke dalam yang berat atau bisa menelan makanan.
napas ≥ 70x/menit) tidak Berikan makan sesuai
ditemukan lagi.Perawat dengan kebutuhannya dan

Page | 40
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

sesuai kemampuan anak kondisinya, lanjutkan kloksasilin


dalam menerimanya. oral 50 mg/kg BB/hari 4 kali
e) Pemantauan sehari selama 3 minggu.
Pantau anak sedikitnya 2) Empiema
3 jam dan oleh dokter Apavila ditemukan demam
minimal 1x per hari. Jika persisten, tanda klinis dan
tidak ada komplikasi, dalam gambaran foto dada maka curiga
2 hari akan tampak empiema. Apabila masif terdapat
perbaikan klinis (bernafas tanda pendorongan organ
tidak cepat, tidak ada tarikan intratorakal, pekak pada perkusi,
dinding dada, bebas demam gambaran foto dada
dan anak dapat makan dan menunjukkan adanya cairan pada
minum). satu atau kedua sisi dada, demam
f. Komplikasi menetap meskipun sedang diberi
Apabila kondisi anak antibiotik dan cairan pleura
memburuk dan tidak membaik menjadi keruh atau purulen.
selama 2 hari, maka perlu dilihat g. Tindak lanjut
komplikasi atau diagnosis lain Tindak lanjut dilakukan pada
dengan melakukan foto dada. pneumonia ringan. Anjurkan ibu
Beberapa komplikasi antara lain untuk memberikan makan pada
(WHO, 2005) : anak. Nasihati ibu untuk membawa
1) Pneumonia stafilokokus kembali anaknya setelah 2 hari, atau
Ditandai dengan pneumatokel lebih epat kalau keadaan anak
atau pneumotorak dengan efusi memburuk atau tidak bisa minum
pleura pada foto dada dan atau menyusu. Ketika anak kembali
ditemukan gram positif pada dan pernafasannya membaik
sputum, adanya infeksi kulit (melambat), demam berkurang,
disertai pus/pustula. Terapi nafsu makan membaik, lanjutkan
dengan kloksasilin (50 mg/kg BB pengobatan sampai seluruhnya 3
IM atau IV setiap 6 jam) dan hari. Jika frekuensi pernapasan,
gentamisin (7,5 mg/kg BB IM demam, dan nafsu makan tidak ada
atau IV 1x sehari). Bila membaik perubahan, maka ganti ke antibiotik

Page | 41
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

lini kedua dan nasihati ibu untuk pneumonia berat, rawat anak di
kembali 2 hari lagi. Jika ada tanda rumah sakit.

Page | 42
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

Penelusuran artikel terkait manajemen kasus pneumonia dilakukan dengan perumusan PICO sebagai berikut:
P = child with pneumonia
I = all kind of treatment and management (antibiotic, oxygen theraphy)
C =-
O = better condition
Pencarian artikel dilakukan di database pubmed dengan keyword ‘child OR children OR pediatric’ AND pneumonia AND ‘antibiotic* OR
manage*’ dan kelompok mendapatkan 3 artikel yang dijabarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Literature Review
No Peneliti Judul Tujuan Penelitian Sample Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun)
1 Clark et al Children with Untuk 711 anak dari 13 Dengan pendekatan a. 89% dari 711 anak yang
(2007) pneumonia: mendeskripsikan rumah sakit di prospektif, didiagnosis pneumonia di
how do they spektrum klinis Inggris Utara observasional, review rumah sakit mendapatkan
present and yang menonjol non-intervensi rawat inap; 90% nya
how are they dan management melalui rekam medis mendapatkan antibiotik dan
managed? community klinis anak yang 70% mendapatkan obat
acquired dimungkinkan melalui intravena.
pneumonia (CAP) menderita pneumonia b. Pemberian antibiotik awal
pada anak di dengan tanda infeksi melalui intravena
Inggris saluran pernafasan berhubungan dengan adanya
bawah dan ronsen perubahan hasil x-ray lobaris
dada/ chest x-ray pada infants dan anak yang
menunjukkan adanya disertai dipsneu, prexia, dan
infeksi, data diambil efusi pleura pada anak.

Page | 43
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

dari Agustus 2001- c. Adanya efusi pleura


Juli 2002 meningkatkan durasi
pemberian antibiotik
(p<0,001)
d. Cefuroxime adalah antibiotik
per-intra vena yang paling
sering digunakan
e. Oral antibiotik yang diberikan
adalah penicillin pada 285
anak (46%), macrolide pada
192 (34%) anak, dan
sephalosporin pada 117
(21%)
f. Length of stay infants lebih
lama (p<0,001), begitu pula
pada anak dengan pneumonia
yang berat (P<0,001), efusi
(p=0,005), atau perubahan x-
ray lobaris (p≤ 0,001)
2 Lima et al Prescription of Untuk menilai 452 anak-anak Cross-sectional a. Mayoritas dari 452 anak yang
(2015) antibiotics in keadekuatan berusia antara 1 dirawat di rumah sakit masuk
community- peresepan bulan dan 5 tahun Klasifikasi community kedalam CAP berat atau
acquired antibiotik pada yang dirawat karena -acquired pneumonia sangat berat (85,18%).
pneumonia in anak-anak pneumonia di (CAP) didasarkan b. Ampisilin adalah
children: are pnemonia yang bangsal dan PICU pada kriteria klinis antimikroba yang paling
we following dirawat di rumah Instituto Medicina dan radiologi dari sering digunakan dalam terapi
the sakit di Brasil Integral Professor WHO. antibiotik (62,17%) untuk
recommendatio Fernando Figueira pneumonia, kemudian diikuti
ns? (IMIP), rumah sakit Analisis keadekuatan oleh kombinasi antara

Page | 44
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

di Brazil antara antibiotik yang Ampisilin dengan gentamisin


bulan Oktober 2010 dilakukan sesuai (7,96%).
sampai September dengan pedoman c. Regimen ini dimodifikasi
2013 utama pada pada 29,6% pasien dan
pengobatan CAP, perubahan yang paling sering
yang meliputi adalah penggantian ampisilin
pedoman WHO, oleh oksasilin yang
Brazilian Society of dikombinasikan dengan
Pediatrics Guidlines, kloramfenikol.
dan pedoman d. Waktu rawat inap rata-rata
internasional pasien pnemonia adalah 8,5
(Pediatrics Infectious hari, dan angka kematiannya
Diseases Society, the adalah 1,55%.
Infectious Disease e. Ketidakadekuatan pemberian
Society of America, antibiotik lebih tinggi pada
British Thoracic pasien dengan usia < 12
Society, and bulan, akan tetapi tanpa
Consenso de la perbedaan yang signifikan
Sociedad (p=0,10).
latinoamericana de f. Ketidakadekuatan regimen
Infectología) terapi antibiotik lebih tinggi
pada pasien yang
mendapatkan terapi oksigen
dibandingkan yang tidak
(p<0,05). Terapi oksigen
diberikan pada 219 pasien
(48,45%)
g. 118 pasien (26,11%)
mengalami efusi pleura dan

Page | 45
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

berhubungan dengan
ketidakadekuatan peresepan
yang lebih tinggi
h. Hasil analisis multivariat dari
karakteristik CAP yang
mempengaruhi
ketidakadekuatan regimen
terapi antibiotik adalah efusi
pleura (p<0,01)
3 Li et al Emergency Untuk melakukan 10 kasus anak Analisis retrospektif 9 kasus anak berhasil diobati
(2016) treatment and analisis dengan pneumonia dan 1 kasus berkembang
nursing of retrospektif berat di Rumah Sakit Comprehensive menjadi gagal nafas (tingkat
children with terhadap anak Anak Xuzhou emergency treatment keberhasilan 90%).
severe dengan yang dilakukan pada
pneumonia pneumonia berat, 1 anak dengan toxic pasien:
complicated by mendapatkan dan encephalopathy, a. Meningkatkan
hearth failure mereview pendarahan ventilasi
and respiratory literatur, dan gastrointestinal, dan b. Penggunaan
failure: 10 case meringkas 1 kasus dengan oksigen
reports penatalaksanaan/ pendarahan intestinal c. Menjaga patensi
pengobatan jalan nafas
emegency d. Pemberian obat
untuk jantung dan
diuretik
e. Pemberian anti-
infeksi (antibiotik)
dan sukungan
simptomatik

Page | 46
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

A. Pembahasan tahun C. pneumoniae S. aureus


S. pneumoniae Group A streptococcus
Respiratory syncytial
Penyebab pneumonia yang Rhinovirus
virus
Adenovirus Parainfluenza viruses
didapatkan di komunitas/ Influenza A and B Human
metapneumovirus
community-acquired pneumonia Enterovirus

(CAP) pada anak dengan usia Schrock et al (2012)


kurang dari dua tahun adalah menyebutkan bahwa bakteri
infeksi virus. Perpaduan antara merupakan etiologi tersering dari
infeksi virus dan bakteri adalah CAP, oleh karena itu management
etiologi dari 30-50% anak yang penatalaksanaan pneumonia adalah
terinfeksi CAP. Bakteri yang dengan pemberian antibiotik.
paling sering menjadi penyebab Pneumonia menurut WHO (2008)
utama dari pneumonia adalah diklasifikasi menjadi pneumonia
Streptococcus pneumoniae. Virus ringan dan pneumonia berat. Anak
dan bakteri penyebab pneumonia diagnosis pneumonia ringan jika
berdasarkan umur terdapat pada terdapat batuk atau sukar bernafas
tabel 1 berikut ini (Schrock et al, dan nafas cepat saja sedangkan
2012): pneumonia berat jika terdapat
Tabel 2. Etiologi Community-Acquired batuk atau sukar bernafas, nafas
Pneumonia (CAP) pada anak-anak cepat, pernafasan cuping hidung,
Umur Penyebab umum Penyebab yang kurang
umum tarikan dinding dada nagian bawah
2 - 24 Respiratory syncytial virusMycoplasma pneumoniae
bulan Human metapneumovirus Haemophilus influenzae kedalam, kepala terangguk-angguk
Parainfluenza viruses Chlamydophila pneumoniae
Influenza A and B dan hasil foto dada menunjukkan
Rhinovirus
Adenovirus gambaran pneumonia. Pada kedua
Enterovirus
Streptococcus pneumoniae
pneumonia ini terapi antibiotik
Chlamydia trachomatis selalu diberikan.
2 - 5 Respiratory syncytial virusStaphylococcus aureus
tahun Human metapneumovirus Group A streptococcus Rekomendasi pemberian
Parainfluenza viruses
Influenza A and B antibiotik pada CAP dari WHO
Rhinovirus
Adenovirus (2008) adalah kotrimoksasol atau
Enterovirus
S. pneumoniae amoksisilin selama tiga hari pada
M. pneumoniae
H. influenzae (B and nontypable)
pasien anak rawat jalan. Pada
C. pneumoniae
pasien anak yang mendapatkan
> 5 M. pneumoniae H. influenzae

Page | 47
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

perawatan di rumah sakit berupa sering digunakan adalah penicilin,


ampisilin/ amoksisilin selama 3 yaitu pada 285 anak (46%) dan
hari, apabila respon anak baik, cefuroxime adalah antibiotik per-
pemberian dilanjutkan selama r intravena yang paling sering
hari. Apabila kondisi klinis anak digunakan. Berdasarkan Atkinson
memburuk sebelum 48 jam maka et al (2007), amoxicilin dan
diberikan kloramfenikol. penicillin memiliki efektivitas yang
Sedangkan apabila pasien datang sama dalam pengobatan anak
ke rumah sakit dalam keadaan dengan CAP yang tidak berat di
klinis berat, antibiotik rumah sakit, akan tetapi amoxicilin
menggunakan kombinasi lebih cost effective. Sedangkan
ampisilin-kloramfenikol atau cefuroxime adalah antibiotik yang
ampisilin-gentamisin. diberikan melalui intravena dengan
Seperti halnya pada penelitian dosis 150 mg/ KgBB/ hari dengan
Clark et al (2007), Lima et al pembagian dosis diberikan setiap 8
(2015), dan Li et al (2016), jam yang diberikan selama 10-14
pemberian antibiotik pada anak hari dan > 14 hari pada anak yang
dengan pneumonia adalah kritis (Schrock et al, 2012).
tatalaksana utama. Hasil penelitian Pneumonia dapat
Lima et al (2015) memperlihatkan menyebabkan komplikasi
bahwa mayoritas antibiotik yang diantaranya Pnemonia Stafilokokus
digunakan sesuai dengan dan Empiema. Pnemonia
rekomendasi dari WHO (2008), Stafilokokus memperburuk gejala
yaitu ampisilin (62,17%) dan klinis secara cepat walaupun telah
diikuti kombinasi antara Ampisilin diberikan terapi. Pnemonia
dengan gentamisin (7,96%). Dalam Stafilokokus dapat ditandai dengan
penggunaan antibiotik tersebut, adanya pneumatokel atau
didapatkan hasil 334 pasien pneumothoraks dengan efusi pleura
(73,89%) diklasifikasikan adekuat. (WHO. 2008). Hasil penelitian
Berbeda dengan hasil Clark et al (2007) memperlihatkan
penelitian dari Clark et al (2007) adanya efusi pleura
yang mana antibiotik yang paling memperpanjang pemberian

Page | 48
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

antibiotik. Hal ini didukung oleh pemberian oksigen ketika tanda-


hasil penelitian dari Lima et al tanda hipoksia sudah membaik. Hal
(2015) yang mana dari hasil ini dikarenakan kosentrasi oksigen
analisis multivariatnya, efusi pleura yang berlebihan atau terlalu lama
mempengaruhi ketidakaadekuatan dapat menyebabkan perubahan
regimen terapi antibiotik (p<0,01). seperti atelektasis atau proliferasi
Pada anak dengan pneumonia dari kapiler alveolus (Marcdante,
berat, diberikan terapi oksigen 2011).
(WHO, 2008). Pemberian oksigen
didasarkan dari panduan pulse Kesimpulan

oximetry pada anak dan dihentikan 1. Penatalaksanaan utama

apabila tanda hipoksia seperti pneumonia adalah dengan

tarikan dinding dada bagian bawah menggunakan antibiotik.

ke dalam yang berat atau nafas Antibiotik yang

cepat tidak ditemukan lagi. Pada direkomendasikan berdasarkan

penelitian Li et al (2016), WHO (2008). Alternatif lain

berdasarkan laporan kasus 10 anak menggunakan penicillin yang

dengan pneumonia, pemberian lebih murah dari amoxicilin dan

terapi oksigen dengan nasal kateter cefuroxime yang diberikan secara

dapat meningkatkan resiko kateter intra vena

tersebut tersumbat oleh sekresi 2. Penatalaksanaan pemberian terapi

yang pada akhirnya menyebabkan oksigen, direkomedasikan

kegagalan pemberian terapi menggunakan masker oksigen

oksigen secara efektif. Oleh karena konvensional dan mengurangi

itu, terapi oksigen yang flow meter atau menghentikan

direkomendasikan adalah terapi oksigen sesegera mungkin

menggunakan masker oksigen setelah hipoksia membaik.

konvensional.
Rekomendasi lain dari Li et al Saran

(2016) mengenai penggunaan 1. Sebagai tenaga kesehatan

terapi oksigen adalah pengurangan professional, perawat harus

flow oksigen atau menghentikan mengetahui cara penggunaan

Page | 49
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

antibiotic yang tepat untuk anak dengan habis agar tidak muncul
dengan pneumonia. efek resisten antibiotic pada
2. Dalam merawat anak dengan anak.
pneumonia, perawat dapat 3. Perawat menggali kembali
memberikan edukasi kepada tindakan mandiri keperawatan
orang tua sebagai rekan kerja sebgai pendamping terapi medis
dalam proses perawatan anak yang diberikan dokter misalkan
terkait dengan penggunaan dengan mengembangkan terapi
antibiotic yang benar baik secara komplementer seperti fisioterapi
dosis, cara meminumkan obat dada untuk mengeluarkan secret
dan waktu yang benar dalam yang tertumpuk di saluran
meminum antibiotic serta pernafasan anak.
menganjurkan bahwa obat
antibiotic harus diminum sampai

Page | 50
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

DAFTAR PUSTAKA Leung, Daniel T., Chisti Mohammod J &


Pavia, Andrew T. 2016. Prevention
and Control Of Childhood
Atkinson, M., Lakhanpaul, M., & Smyth, Pneumonia and Diarrhea. Pediatric
A. 2007. Comparison of oral Clin N Am 63 (2016) 67-69.
amoxicilin and intravenous http://dx.doi.org/10.1016/j.pcl.2015
benzyl penicilin for community .08.003
acquired pneumonia in children
Li, W., An, X., Fu, M., & Li, C. 2016.
(PIVOT trial): a multicentre
Emergency treatment and nursing
pragmatic randomized controlled
of children with severe
equivalence trail. Thorax,
pneumonia complicated by hearth
62(12):1102-1106
failure and respiratory failure: 10
Clark, J., E., Hammal, D., Spencer, D., &
case reports. Experimental and
Hampton, F. 2007. Children with
Therapeutic Medicine, 12:2145-
pneumonia: how do they present
2149
and how are they managed?. Arch
Lima, E., J., F., Lima, D., E., P., Serra, G.,
Dis Child, 92:394-398
H., C., Lima, M., A., Z., & Mello,
Hariadi, dkk. (2010). Buku ajar ilmu M., J., G. 2016. Prescription of
penyakit paru. Surabaya: antibiotics in community-
Departemen Ilmu penyakit paru FK acquired pneumonia in children:
Unair RSUD Dr. Soetomo are we following the
Surabaya. recommendations?. Therapeutics
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009) and Clinical Risk Management,
Wong’s essentials of pediatric 12:983-988
nursing (8th edition). St. Louis Marcdante, K., J., Kliegman, R., M.,
Missouri: Elsevier Mosby. Jenson, H., B, & Behrman, R., E.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan
(2009) Wong’s essentials of
Anak Essensial, Edisi Keenam.
pediatric nursing (8th edition). St.
Louis Missouri: Elsevier Mosby. Saunders Elsevier

Karen J.M, Robert M.K, Hal B.J, Richard Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
E.B. 2010. Ilmu Kesehatan Anak (PDPI), 2003. Penyakit Paru
Esensial Edisi Keenam. Elsevier Obstruktif Kronik (PPOK):
Pedoman Diagnosis
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Profil Penatalaksanaan di Indonesia.
Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia
Jakarta : Kementerian Kesehatan
Said, M. (2010). Pengendalian pneumonia
Kliegman R M , Stanton , St. Geme, Schor
, Behrman . 2016. Nelson anak-balita dalam rangka
Textbook of Pediatrics. pencapaian MDG 4. Buletin
Elsevier.USA
Jendela Epidemiologi, 3, 16-21.
Retrieved from :

Page | 51
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018

http://www.depkes.go.id/download. WHO 2010 World Health Organization.


Pneumonia: fact sheet. Available
php?file=download/pusdatin/buleti
at:
n/buletin- pneumonia.pdf http://www.who.int/mediacentre/fa
ctsheets/fs331/en/index.html 2010
Schrock, K., S., Hayes, B., L., & George,
C., M. 2012. Community- WHO. 2008. Buku Saku Pelayanan
Acquired Pneumonia in Children. Kesehatan Anak di Rumah Sakit:
Am Fam Physician, 86(7):661- Pedoman Bagi Rumah Sakit
667 Rujukan Tingkat Pertama.
Jakarta: WHO Indonesia

Page | 52

Anda mungkin juga menyukai