Nim: 19230009
1. Jelaskan yang menjadi ruang lingkup konsep dan teori kebangsaan, fungsi dan
manfaat perkuliahan Teori Kebansaan dan Pembanbgunan serta hubungan dengan
kurikulum PPKn di sekolah dan Civic Sociaty dalam kehidupan sehari hari. Bantu
dengan membuat tabel dan contoh penerapannya!
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma
besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam
Tijkro, 2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan
ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang
menunjang proses perubahan. Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling
menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat
mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan
telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx),
pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi
memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelan-
jutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh
system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan
teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan
pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah
proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Menurut Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan
strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya,
dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor
industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.
Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding
terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi
sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh
akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan,
air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik.
Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya
semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma
yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke
materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan
materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan
masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro
(nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah
adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Dan dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari
pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya
pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam
hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan
(improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.
Pada hakekatnya, pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri
dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara,
demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Negara-negara di
seluruh dunia harus senantiasa mengembangkan basis filsafat bangsa, identitas nasional
kenyataan dan pengalaman sejarah negara tersebut, serta dasar-dasar kemanusiaan dan
keberadaban dengan kesadaran demokrasi dan implementasinya. Oleh karena itu, di
harapkan dengan adanya pendidikan kewarganegaraan, intelektual Indonesia memiliki
dasar kepribadian sebagai warga negara yang demokratis, berkemanusiaan dan beradab.
PPKn adalah mata pelajaran yang telah kita pelajari dari SD hingga perguruan
tinggi. PPKn diberikan kepada siswa dari kecil sampai mahasiswa karena pelajaran ini
penting. PPKn dapat memberi kita pelajaran mengenai moral. Dengan misi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan
yang mengajarkan tentang pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara agar
sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Sedangkan tujuan utama dari pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia adalah untuk membangun dan menumbuhkan wawasan
dan kesadaran bernegara, cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa, serta
ketahanan nasional dalam diri pada calon penerus bangsa.
Tabel I
No FUNGSI DAN MAMFAAT PPKN DALAM KEHIDUPAN SEHARI
1. Kita menjadi tahu hak dan kewajiban kita sebagai warga negara yang
akhirnya membuat kita jadi mengerti peran dan penempatan diri kita
sebagai bagian dari suatu negara.
2. Jelaskan 5 teori kebangsaan dan pembangunan, berikan sumber teori itu, berikan
análisis sdr dan penerapannya di beberapa negara serta perbandingan dengan
negara yang homogen penduduknya dan multietnis penduduknya!
A. Negara federal
Di dalam negara federal terdapat sebuah pemisahan yang jelas antara
pemerintahan federal atau pusatnya dengan pemerintahan daerahnya karena terdapat
negara bagian atau state yang memang merupakan pemilik kedaulatan yang asli dari
sebuah negara federal. Kita ambil contoh di Amerika Serikat dimana yang disebut
sebagai pemerintahan daerah atau local government berada di bawah negara bagian
atau state (Syaukani, Gaffar, & Rasyid, 2012). Dapat disimpulkan kaitan dari bentuk
negara dan pemerintahan daerah adalah bahwa secara fundamental bahwa karena
terdapat perbedaan letak dari kedaulatan asli dikedua bentuk negara, di negara
kesatuan terdapat pada pemerintahan pusat dan di negara federal terdapat pada
negara bagian atau setingkat dengan provinsi jika disandingkan dengan hierarki
yang terdapat di negara kesatuan, maka jika dalam negara kesatuan pemerintahan
daerah merupakan provinsi sampai kepada tingkat kabupaten/kota sedangkan dalam
negara federal pemerintahan daerah merupakan kabupaten/kota atau yang setingkat
lainnya.
Di dalam negara federal seperti amerika serikat, ia menerapkan dalam suatu
negara ada pula negara , intinya dalam proses desentralisasi di negara yang bersifat
federal adalah penyerahan kekuasaan secara utuh kepada negara bagian tersebut.
Kewenangan yang diberikan oleh pusat sangatlah menyeluruh urusan negara bagian
adalah urusan negara bagian itu sendiri , secar keterkaitan dengan pusat tidak ada
keterkaitan yang bersifat mengikat atau kebijakan yang bersifat turunan untuk
masyarakat negara bagian tersebut , hal ini bisa kita sebut sebagai penguatan
otonomi khusus.
B. Negara monarki
Monarki, berasal dari kata Yunani "monos" yang berarti satu, dan “archein” yang
bermakna pemerintah. Monarki adalah sejenis pemerintahan yang dipegang oleh seorang
penguasa monarki. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan merupakan sistem tertua
di dunia. Pada abad ke-19, terdapat kurang lebih 900 kerajaan di dunia, yang kemudiam
berubah menjadi 240 buah dalam abad ke-20. Pada abad ke-20, hanya 40 kerajaan yang
masih ada. Struktur Pemerintahan Thailand yang menganut sistem Monarki,
memiliki parlemen yang terdiri dari dua kamar: DPR (500 anggota) dan Senat
(200 anggota dipilih). DPR terdiri dari 100 wakil proposional dari 400 anggota
yang dipilih langsung dari 400 konstituen, Pemerintah Pusat (eksekutif) terdiri
dari kantor Perdana Menteri, 13 kementrian dan 30 Menteri dalam Kabinet.
Gubernur Propinsi, Kepala Distrik dan Sub Distrik bertanggung jawab atas
pemerintahan propinsi. Pemerintah Daerah Kota dilaksanakan melalui Bangkok
Metropolitan Administration (BMA), kota-kota memerintah daerah pusat
perkotaan di propinsi dan Kota Pattaya. Pemerintah daerah pedesaan termasuk
Organisasi Pemerintahan Propinsi, Organisasi Pemerintahan Tambon dan
Organisasi Pemerintahan Sukhapiban.
4. Berikan analisis kesadaran kebangsaan pada enam tahap (1908- 1919, 1919-1942,
1942-1945, 1946-1949, 1950-1998, dan tahap 6 yaitu 1998-amademen UUD
1945/Reformasi sekarang. Apa keunggulan dan kekurangan pada periode itu,
Didalam teori Casastrop (kehancuran) dijelaskan bahwa jika faktor dominan
dalam suatu masyarakat bangsa tidak berperan lagi, seperti pada tahun 1965 masih
ada Ormas keagamaan seperti MUI, mahasiswa dan akademisi sebagai
penyeimbang, jelaskan dengan teori itu kondisi kekinian, yang mungkin menjadi
Salah seorang yang berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J. H. Abendanon,
Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Belanda (periode 1900-1905). Sejak tahun
1900 berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa, yang hampir
merata di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah kolonial Belanda.
Sejalan dengan itu, pelan tapi pasti, kaum terpelajar itu pun mulai tercerahkan.
Pada 20 Mei 1908 berdiri Budi Utomo, yang di awal pembentukannya merupakan
gerakan kultural untuk meningkatkan kesadaran kalangan priyayi Jawa. Empat tahun
kemudian, 10 September 1912, Haji Oemar Said Tjokroaminoto mendirikan Sarekat
Islam—yang bisa dikatakan sebagai partai politik modern, dalam arti organisasi massa
yang berusaha mempengaruhi proses politik, merombak kebijakan, mendidik para
pemimpin, dan mengejar pertambahan anggota. Sejak waktu itulah partai politik
dianggap menjadi wahana yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan nasionalis.
Namun, saat itu HOS Tjokroaminoto pada masa-masa awal Sarekat Islam tidak mau
menyebut Sarekat Islam sebagai partai politik. Sarekat Islam baru menjadi partai politik
dalam arti sebenarnya ketika memecah menjadi Sarekat Islam Merah. SI Merah inilah
yang kemudian menjadi cikal-bakal Partai Komunis Indonesia.
Masih pada tahun yang sama, 25 Desember 1912, lahirlah Indische Partij yang
didirikan E.F.E Douwes Dekker—yang membawakan aspirasi nasionalisme Hindia
Belanda, yang menuntut kebebasan Hindia Belanda menjadi milik orang yang tinggal di
Hindia. Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa (bangsa Indonesia, bangsa
Eropa yang terus tinggal di wilayah Hindia, Belanda peranakan, Peranakan Tionghoa dan
sebagainya) yang merasa dirinya seorang “Indier“, tidak mengingat tingkatan kelas, laki-
laki atau perempuan.
Dua partai inilah, Sarekat Islam dan Indische Partij, yang bisa dikatakan sebagai
cikal bakal dari semua partai politik dalam arti sebenarnya yang kelak berkembang di
bumi Indonesia. Beberapa tahun kemudian, lewat kontak-kontak yang teratur oleh para
aktivis Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda dengan para aktivis pergerakan di tanah
air, pada tahun 1927 didirikanlah Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Pada 4 Juli
1927, para tokoh pergerakan ini berkumpul di rumah Mr. Iskaq di kawasan Regentsweg.
Dalam pertemuan itu disepakati untuk mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (yang
setahun kemudian, diubah menjadi Partai Nasional Indonesia). Sebagai ketua dipilih
Soekarno. Para pemimpin PNI ini adalah orang-orang tamatan sekolah tinggi yang rela
mengorbankan semua kemungkinan kedudukan pangkat, demi mengejar cita-cita untuk
urusan kebangsaan.
Kaum terpelajar yang tercerahkan dengan kesadaran kebangsaan ini makin lama
makin banyak jumlahnya, dan dari berbagai suku bangsa: Jawa, Minang, Aceh, Sunda,
Batak, Minahasa, Ambon, Tionghoa, Arab, dan sebagainya. Mereka inilah yang
kemudian mencetuskan Sumpah Pemuda, lantas menggelorakan pergerakan kebangsaan,
dan puncaknya: Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
5. Bagaimana membangun keterkaitan antara etnik di Indonesia, yang
penduduknya berbagai etnis seperti untuk Pulau Jawa saja berhimpun
sukubangsa : Jawa, Sunda, Betawi dicampur dengan beberapa etnis dari sumatera
dan bagian timur Indonesia dan etnis Cina, Arab, India dan lainnya. Bagaimana
pola pembauran yang terbaik, jika berbeda agama apa bentuk penyimpangan
ketidak konsistenan pada agama sesuai pasal 29 UUD 1945 yang terjadi pada saat
ini?
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman etnis yang terdapat di
daerah masing-masing. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat yang majemuk, yang ditandai oleh adanya suku-suku bangsa yang
masing-masing mempunyai cara hidupp dan kebudayaan yang berbeda-beda. Tetapi,
secara bersama-sama hidup secara berdampingan dan memiliki hubungan kekerabatan
antara yang satu dengan yang lainnya. Geertz, menyebutkan bahwa terdapat lebih dari
300 suku bangsa yang ada di Indonesia di mana setiap suku itu memiliki bahasa dan
identitas kultural berbeda yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Tiap etnik
umumnya menempati wilayah geografis tertentu yang merupakan suku bangsa asli dan
dikategorikan sebagai etnik pribumi (Amri: 2014)
Bahkan Skinner, menyebutkan bahwa adanya lebih 35 suku bangsa di Indonesia,
masing-masing dengan bahasa dan adat yang tidak sama. Adanya perbedaan kebudayaan
diantara masing-masing suku bangsa di Indonesia, pada khakekatnya disebabkan oleh
adanya perbedaan sejarah perkembangan kebudayaan masing-masing dan oleh adaptasi
terhadap lingkungan masing-masing. Kemajemukan masyarakat Indonesia menjadi lebih
kompleks lagi karena adanya sejumlah warga negara/masyarakat Indonesia yang
tergolong sebagai keturunan orang asing yang hidup di dalam dan menjadi sebagian dari
masyarakat Indonesia. Mereka ini mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda dengan
kebudayaan-kebudayaan yang ada pada umumnya yang dipunyai orang Indonesia. Etnis
mengacu pada pola karakter yang dimiliki oleh suku bangsa ras tertentu. Oleh karena itu
etnisitas seringkali dianggap sebagai budaya oleh Phninney. Dengan kata lain, jika kita
membicarakan etnisitas maka kita tidak bias melepaskan diri dari pembicaraan mengenai
budaya etnis yang bersangkutan. Asumsi yang paling umum dipakai adalah bahwa
norma-norma, nilai-nilai, sikap-sikap, dan prilaku yang ditampilkan oleh individu
kelompok etnis tertentu merepukan tripikal etnis yang bersangkutan di mana individu itu
berasal. Prilaku tripikal tersebut berakar pada budaya yang sudah diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Dalam menjalankan kehidupan bersama, berbagai etnik yang berbeda latar
belakang kebudayaan tersebut akan terlibat dalam suatu hubungan timbal balik yang
disebut interaksi sosial yang pada gilirannya akan berkembang kepada interalasi sosial.
Interaksi sosial merupakan syarat mutlak bagi terjadinya aktifitas sosial. Dalam aktifitas
sosial akan terjadi hubungan sosial timbal balik (social interrelationship) yang dinamik
antara orang dengan orang, orang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
Soekanto (2013), menyatakan perubahan dan perkembangan masyarakat yang
mewujudkan segi dinamiknya, disebabkan karena warganya mengalami hubungan satu
dengan lainnya, baik dalam bentuk perseorangan maupun kelompok sosial. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa terjadi proses sosial yaitu cara-cara berhubungan yang
dilihat apabila orang perorang dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut.
Pola-pola hubungan sosial antar etnik dikemukakan Benton, beberapa pola
hubungan tersebut masing-masing ditandai oleh spesifikasi dalam proses kontak sosial
yang terjadi, yaitu akulturasi, dominasi, paternalisme, pluralisme dan integrasi. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa akulturasi terjadi jika dua kelompok etnik mengadakan kontak
dan saling pengaruh mempengaruhi. Dominasi terjadi jika suatu kelompok etnik
menguasai kelompok lain. Paternalisme yaitu merupakan hubungan antar kelompok etnik
yang menampakkan adanya kelebihan satu kelompok terhadap kelompok yang lain, tanpa
adanya unsur dominasi. Pluralisme yaitu merupakan hubungan1 yang terjadi diantara
sejumlah kelompok etnik yang di dalamnya mengenal adanya pengakuan persamaan hak
politik dan hak perdata bagi kelompok-kelompok masyarakat yang berkaitan.
Keberagaman etnis yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, merupakan simbol
kekayaan akan budaya. Perlu, kehati-hatian dalam menjaga keharmonisan hubungan
antar etnis tersebut, agar dapat menciptakan tatanan kemasyarakatan yang integratif dan
dinamis, sebagaimana yang dicita-citakan oleh makna yang tertuang dalam Bhineka
Tunggal Ika. Akan tetapi, kemajemukan etnis tersebut dapat menghasilkan konflik,
apabila keberagaman tersebut tidak ditopang dengan sikap yang bijaksana dari setiap
individu. Sehingga, yang muncul kemudian adalah prasangka sosial yang hanya
menghasilkan disintegrasi sosial.
Dalam menjalankan kehidupan bersama, berbagai etnik yang berbeda latar
belakang kebudayaan tersebut akan terlibat dalam suatu hubungan timbal balik yang
disebut interaksi sosial yang pada gilirannya akan berkembang kepada interalasi sosial.
Interaksi sosial merupakan syarat mutlak bagi terjadinya aktifitas sosial. Dalam aktifitas
sosial akan terjadi hubungan sosial timbal balik (social interrelationship) yang dinamik
antara orang dengan orang, orang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
Soekanto (2013), menyatakan perubahan dan perkembangan masyarakat yang
mewujudkan segi dinamiknya, disebabkan karena warganya mengalami hubungan satu
dengan lainnya, baik dalam bentuk perseorangan maupun kelompok sosial. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa terjadi proses sosial yaitu cara-cara berhubungan yang
dilihat apabila orang perorang dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut.
Pola-pola hubungan sosial antar etnik dikemukakan Benton, beberapa pola
hubungan tersebut masing-masing ditandai oleh spesifikasi dalam proses kontak sosial
yang terjadi, yaitu akulturasi, dominasi, paternalisme, pluralisme dan integrasi. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa akulturasi terjadi jika dua kelompok etnik mengadakan kontak
dan saling pengaruh mempengaruhi. Dominasi terjadi jika suatu kelompok etnik
menguasai kelompok lain. Paternalisme yaitu merupakan hubungan antar kelompok etnik
yang menampakkan adanya kelebihan satu kelompok terhadap kelompok yang lain, tanpa
adanya unsur dominasi. Pluralisme yaitu merupakan hubungan1 yang terjadi diantara
sejumlah kelompok etnik yang di dalamnya mengenal adanya pengakuan persamaan hak
politik dan hak perdata bagi kelompok-kelompok masyarakat yang berkaitan.
Keberagaman etnis yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, merupakan simbol
kekayaan akan budaya. Perlu, kehati-hatian dalam menjaga keharmonisan hubungan
antar etnis tersebut, agar dapat menciptakan tatanan kemasyarakatan yang integratif dan
dinamis, sebagaimana yang dicita-citakan oleh makna yang tertuang dalam Bhineka
Tunggal Ika. Akan tetapi, kemajemukan etnis tersebut dapat menghasilkan konflik,
apabila keberagaman tersebut tidak ditopang dengan sikap yang bijaksana dari setiap
individu. Sehingga, yang muncul kemudian adalah prasangka sosial yang hanya
menghasilkan disintegrasi sosial.
Cornelis Lay. Nasionalisme Dan Negara Bangsa. Jumal Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik ISSN 1410-4946 Volume 10, Nornor 2, Nopember 2006 (165 - 180)
Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si. Prof. Dr. Hanif Nurcholis, M.Si. Konsep Dan Teori
Pembangunan.Https://Www.Pustaka.Ut.Ac.Id/Lib/Wp
Syaukani, Afan Gaffar Dan M.Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah Dalam Negara
Kesatuan, Yogyakarta: Pustaka Dan PUSKAP, 2012
Tjitropranoto.Prabowo.2005 .Materi Kuliah Metoda Dan Desain Penelitian
Penyuluhan Pembangunan. Program Studi Ilmu PPN. Bogor: Institut Pertanian Bogor.