Anda di halaman 1dari 11

Pola dan faktor-faktor interaksi desa dan kota

Interaksi dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi sehingga
menghasilkan efek bagi kedua belah pihak. Hubungannya dengan desa dan kota, interaksi
kedua tempat ini dipengaruhi oleh munculnya keinginan untuk memenuhi kebutuhan
dari kedua tempat.

Pola interaksinya tidak hanya terbatas pada faktor ekonomi saja tetapi lebih dari itu pola
interaksinya berlangsung dalam seluruh aspek kehidupan. Selain itu, interaksi ini akan
memunculkan gerakan penduduk dari kedua tempat sebagai bentuk nyatanya. Pola
pergerakan penduduk dari desa ke kota atau sebaliknya dapat dengan mudah dipelajari
melalui pendekatan keilmuan geogafi. Karena pada dasarnya, pergerakan manusia tidak akan
pernah luas dari aspek keruangan yang di dalamnya terkandung berbagai unsur baik unsur
fisik, sosial, ekonomi, dan budaya.

Peristiwa yang Mempengaruhi Interaksi

Sehubungan dengan adanya pola hubungan ini, Ullman mengemukakan sedikitnya ada tiga
peristiwa yang mempengaruhi munculnya interaksi antardua wilayah, yaitu sebagai berikut.

Adanya Wilayah yang Saling Melengkapi

Adanya wilayah yang saling melengkapi dimungkinkan karena ketersediaan dan persebaran
sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia tidak merata di semua
tempat. Adakalanya di satu tempat terdapat sumber daya yang melimpah, sedangkan di
tempat lain kekurangan sumber daya.

Munculnya keadaan yang seperti ini memaksa kedua tempat untuk melakukan interaksi bagi
terpenuhinya kebutuhan yang tidak bisa hanya dipenuhi dari satu tempat. Contohnya,
Karawang sebagai salah satu pusat lumbung padi Jawa Barat dan Bekasi sebagai pusat
industri. Kedua tempat ini melakukan interaksi secara simultan bahkan mungkin saja bukan
hanya di antara kedua tempat tersebut tetapi sudah meluas interaksi nya ke daerah lain.

Munculnya Kesempatan untuk Berintervensi

Munculnya kesempatan untuk berintervensi dimungkinkan karena terdapat wilayah antara di


antara dua wilayah yang akan saling berinteraksi. Akibatnya, akan muncul persaingan di
antara dua wilayah.

Kemudahan Pemindahan dalam Ruang

Pada umumnya, pemenuhan sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu tempat akan memilih
tempat-tempat yang memiliki berbagai kemudahan dalam pemenuhanannya. Salah satu faktor
pertimbangannya adalah jarak dan biaya pengangkutan.
Semakin mudah pengangkutannya dan jarak yang ditempuh, semakin dekat akan memperkuat
interaksi dua wilayah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa interaksi dua wilayah
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hukum gravitasi (gaya tarik menarik) dari ilmuwan fisika
Sir Issac Newton dapat dengan mudah di aplikasikan untuk meneliti seberapa kuat interaksi
dua wilayah. Melalui pendekatan geografi, hukum fisika tersebut dimodifikasi oleh W.J.
Reilly yang pada dasarnya memiliki tujuan sama yaitu mengukur kekuatan interaksi dua
wilayah.

Reilly mengemukakan bahwa kekuatan interaksi dua atau lebih suatu wilayah dapat diukur
dengan memperhatikan jumlah penduduk dari setiap wilayah dan jarak mutlak di antara
kedua tempat tersebut. Secara matematis, Reilly menunjukannya dengan rumus sebagai
berikut

Keterangan:

Oleh karena itu, untuk menerapkan konsep interaksi wilayah dengan menggunakan
persamaan Reilly harus terlebih dulu dicermati ketiga faktor tersebut. Adakalanya sebuah
wilayah yang jaraknya jauh memiliki nilai interaksi yang tinggi karena letaknya di daerah
pedataran yang dihubungkan oleh jalan yang bagus dan kemudahan sarana transportasi
dibandingkan dengan wilayah di dekatnya yang berjarak pendek tetapi akses untuk menuju ke
wilayah tersebut agak sulit.

Selain teori yang dikemukakan oleh Reilly tersebut, terdapat teori lain untuk mengukur
besarnya kekuatan interaksi dua wilayah, yaitu The Breaking Point Theory (Teori Titik
Henti). Secara garis besar, teori ini merupakan hasil modifikasi dari teori terdahulu dari
Reilly.

Keterangan:

Teori ini memperkirakan garis batas sebuah lokasi yang memisahkan wilayah-wilayah
perdagangan yang berbeda ukurannya dan perkiraan penempatan sebuah lokasi industri atau
penempatan tempat-tempat pelayanan sosial antardua wilayah sehingga mudah dijangkau
oleh dua wilayah.

Zone Interaksi Desa dan Kota

Interaksi antara desa dan kota menimbulkan pengaruh tertentu. Pengaruhnya akan tergantung
pada jarak ke pusat kota. makin jauh dari pusat kota, interaksi semakin lemah. Wilayah
interaksi ini akan membentuk lingkaran-lingkaran, dimulai dari pusat kota sampai kewilayah
desa. Zonezone interaksi desa dan kota oleh Bintarto (1983:66) dijelaskan sebagai berikut:

1. City dimaksudkan sebagai pusat kota;


2. Suburban (sub daerah perkotaan), suatu wilayah yang lokasinya dekat pusat atau inti
kota, dihuni oleh para penglaju;
3. Suburban fringe (jalur tepi sub wilayah perkotaan), suatu wilayah yang
melingkari suburban dan merupakan wilayah peralihan antara kota dan desa.
4. Urban fringe (jalur tepi wilayah perkotaan paling luar) yaitu semua wilayah batas luar
kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota, kecuali inti kota;
5. Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota), merupakan wilayah yang terletak
antara kota dan desa, yang ditandai dengan pola penggunaan lahan campuran antara
sektor pertanian dan non pertanian;
6. Rural (wilayah desa), wilayah yang masih menitik beratkan pada kegiatan
pertanian.

Zone suburban, suburban fringe, urban fringe dan rural urban fringe merupa-kan wilayah
yang memiliki suasana kehidupan modern, sehingga dapat disebut perkotaan jalur-jalur yang
digambarkan tersebut merupakan gambaran yang ideal. Dalam kenyataannya jalur-jalur zone
interaksi desa dan kota tidak selalu konsentris.

Usaha pemerataan pembangunan di desa dan kota

Materi tentang pembangunan telah di bahas pada materi lalu. (Baca Materi 12.1) Juga sudah
dibahas strategi pembangunan dalam kerangka kewilayahan. Bahwa efek dari strategi pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi, dengan mengakumulasi pembangunan pada empat wilayah
pembangunan utama yakni: Medan, Jakarta, Surabaya, dan Ujung Pandang, kemudian
membagi empat wilayah pembangunan utama menjadi 10 wilayah pembangunan, yang
kesemuanya merupakan kota-kota besar di Indonesia, berimbas pada belum meratanya hasil
pembangunan yang dirasakan oleh seluruh masyarakat.

Faktor yang menyebabkan belum meratanya pembangunan

Faktor lain yang menyebabkan pembangunan belum merata di Indonesia antara lain:

1. Wilayah Indonesia begitu luas membuat perkembangan ekonomi tak merata sehingga
ada kesenjangan di setiap daerah;
2. Indonesia terdiri dari kepulauan yang sangat banyak sehingga proses pembangunan
terhambat oleh terpisahnya pulau-pulau tersebut sehingga pembangunan menjadi
lambat dan tidak efektif;
3. ketimpangan pembangunan infrastruktur;
4. ketimpangan kualitas SDM;
5. ketimpangan sumber energi yang masih terpusat di Jawa dan Sumatera;
6. banyaknya sumber daya alam yang belum tereksploitasi di daerah;
7. Ketidakseimbangan pasokan sumberdaya alam dengan kebutuhan pembangunan.
Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di wilayah perbatasan adalah
arah kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini cenderung berorientasi
’inward looking’ sehingga seolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi halaman
belakang dari pembangunan negara;
8. Ketidakseimbangan pasokan sumberdaya alam dengan kebutuhan pembangunan.
Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di wilayahperbatasan adalah
arah kebijakan pembangunan kewilayahanyang selama ini cenderung berorientasi
’inward looking’ sehingga seolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi halaman
belakang dari pembangunan negara.

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan desa

Lebih sempit pada permasalah pembangunan desa, pembangunan Desa umumnya berada
pada masalah sturktural dan sosial budaya. Adapun masalah yang dihadapi dalam upaya
pembanguna di Desa yaitu:

Masalah Sosial Budaya

1. Rendahnya tingkat pendidikan


2. Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan
3. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan

Masalah ekonomi

1. Aktivitas pertanian rawan terhadap fluktuasi (instabilitas) harga


2. Kepemilikan lahan pertanian yang semakin sempit

Masalah Geografis

1. Tingkat kesuburan tanah yang berbeda disetiap wilayah.


2. Letak desa yang sulit untuk dijangkau.

Pembanguanan Desa

Pembangunan masyarakat desa mengandung makna pendekatan kemasyaraatan, partisipasi


masyrakat dan pengorganisasian dan pelasanaannya berorientasi pada inisiatif dan daya
kreasi masyarakat (Swalem,1997). Pembangunan desa mempunyai pengertian yang lebih luas
di dalamnya pengertian pembangunan masyarakat desa, di mana terintegrasinya berbagai
usaha pemerintah dan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat yang mencakup beberapa aspek (Amrullah, 1983).

Pengertian pembangunan desa juga dapat dilihat dari berbagai segi (Zein, 1983; Suwignyo,
1985; Sarmato, 1985; Arkanudin,1995), yaitu: (1) Pembangunan desa sebagai suatu “Proses”,
yaitu merupakan suatu perubahan dari cara hidup tradisional masyarakat pedesaan menuju
cara hidup yang lebih maju. Dalam pada ini pembangunan desa lebih di tekankan pada aspek
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik yang menyangkt segi-segi sosial,
ekonomi maupun psykologis; (2) Pembangunan desa sebagai suatu “Metode”, yaiyu
mengusahakan agar masyarakat berkemampuan dalam membangun diri mereka sendiri sesuai
dengan kemampuan dari sumber-sumber yang mereka miliki.

Jadi pembangunan desa di sini lebih ditekan pada cara-cara untuk mencapai atau
mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan; (3) Pembangunan desa sebagai suatu “ Program”,
yaitu untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, lahir dan bathin.
Pembangunan desa di sini lebih ditekankan kepada bidang kegiatan pemerintah dalam
pelayanan terhadap masyarakat, seperti di bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, industri,
koperasi, keluaga berencana dan transmigrasi dan lain-lain; (4) Pembangunan desa sebagai
suatu “Gerakan”, yaitu yang tekanannya lebih diarahkan untuk menunjukkan masyarakat
secara terkoordinir dan terarah sesuai dengan cita-cita nasional kita, yaitu terwujudnya
“masyarakat Pancasila” yang kita inginkan bersama. Jadi penekanan pembangunan desa di
sini adalah dalam kerangka ideologis yang mendasar yang mengarahkan proses, metoda dan
program pembangunan desa.

Senada dengan itu, Islamy, (1992) juga menyatakan bahwa pembangunan desa pada
khakekatnya merupakan kegiatan terencana mengandung tiga unsur pokok, yakni metode,
proses dan tujuan. Metode pembangunan desa yang baik harus melibatkan seluruh anggota
masyarakat dan menyangkut kegiatan yang berkaitan langsung dengan kepentingan sosio-
ekonomis mereka. Sebagai proses, pembangunan desa merupakan proses transformasi budaya
yang diawali dengan kehidupan tradisional yang mengandalkan kebiasaan-kebioasaan turun
temurun untuk diubah menjadi masyarakat modern yang mendasarkan kemajuan hidup pada
kesediaan menerima ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta sebagai tujuan, pembangunan
desa bertujuan untuk memperbaiki taraf hidup, menciptakan kesempatan yang lebih baik bagi
pengembangan mata pencaharian, serta mengusahakan terciptanya prasarana fisik dan
pelayanan sosial yang sama dengan daerah perkotaan.

Pasal 78 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014


TENTANG DESA, menjelaskan bahwa:

1. Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan


kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.
2. Pembangunan Desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
3. Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengedepankan
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.

Sebagai upaya pemerataan pembangunan desa dan kota, dilakukan upaya percepatan dengan
digelontorkannya dana desa sebagai stimulan bagi pembangunan desa. Desa diberikan
kewenangan penuh untuk mengelola anggaran dana desa yang bersumber dari APBN dengan
terbitnya PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG
PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2017.

Pasal 5 Menyebutkan bahwa dana Desa digunakan untuk membiayai pembangunan Desa
yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, peningkatan kualitas
hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan dengan prioritas penggunaan Dana Desa
diarahkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan Pembangunan Desa, yang meliputi antara
lain:

a. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana dasar


untuk pemenuhan kebutuhan: 1. lingkungan pemukiman; 2. transportasi; 3. energi;
dan 4. informasi dan komunikasi.
b. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana
pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan: 1. kesehatan masyarakat; dan 2.
pendidikan dan kebudayaan.
c. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana
ekonomi untuk mewujudkan Lumbung Ekonomi Desa yang meliputi: 1. usaha
ekonomi pertanian berskala produktif untuk ketahanan pangan; 2. usaha ekonomi
pertanian berskala produktif yang difokuskan pada kebijakan satu Desa satu produk
unggulan yang meliputi aspek produksi, distribusi dan pemasaran; dan 3. usaha
ekonomi berskala produktif lainnya yang difokuskan pada kebijakan satu Desa satu
produk unggulan yang meliputi aspek produksi, distribusi dan pemasaran.
d. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana
lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan: 1. kesiapsiagaan menghadapi bencana alam;
2. penanganan bencana alam; 3. penanganan kejadian luar biasa lainnya; dan 4.
pelestarian lingkungan hidup.
e. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana
lainnya yang sesuai dengan kebutuhan Desa dan ditetapkan dalam Musyawarah Desa.
Dampak perkembangan kota terhadap masyarakat desa dan kota

Perkembangan Kota

Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan proses berkembangnya


suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian secara kuantitas, yang dalam hal ini
diindikasikan oleh besaran faktor produksi yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota
tersebut. Semakin besar produksi berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat.
Sedangkan perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan
yang bersifat pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari
primer ke sekunder atau tersier.

Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan
aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam
dalam kota yang bersangkutan (Hendarto, 1997). Istilah perkembangan kota (urban
development) dapat diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut
segala perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial
ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik.

Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan dan kebijakan ekonomi. Hal
ini disebabkan karena perkembangan kota pada dasarnya adalah wujud fisik perkembangan
ekonomi (Firman, 1996). Kegiatan sekunder dan tersier seperti manufaktur dan jasa-jasa
cenderung untuk berlokasi di kota-kota karena faktor urbanization economics yang diartikan
sebagai kekuatan yang mendorong kegiatan usaha untuk berlokasi di kota sebagai pusat
pasar, tenaga kerja ahli, dan sebagainya.

Perkembangan kota menurut Raharjo dalam Widyaningsih (2001), bermakna perubahan yang
dialami oleh daerah perkotaan pada aspek-aspek kehidupan dan penghidupan kota tersebut,
dari tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dari kecil menjadi besar, dari
ketersediaan lahan yang luas menjadi terbatas, dari penggunaan ruang yang sedikit menjadi
teraglomerasi secara luas, dan seterusnya.

Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai perkembangan kota yang
paling populer dalam menjelaskan perkembangan kota-kota. Menurut Teori Central Place
seperti yang dikemukakan oleh Christaller (dalam Daldjoeni, 1992), suatu kota berkembang
sebagai akibat dari fungsinya dalam menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya.
Teori Urban Base juga menganggap bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya
dalam menyediakan barang kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batas-batas
kota tersebut.  Menurut teori ini, perkembangan ekspor akan secara langsung
mengembangkan pendapatan kota. Disamping itu, hal tersebut  akan menimbulkan pula
perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan mentah dan jasa-jasa untuk
industri-industri yang memproduksi barang ekspor yang selanjutnya akan mendorong
pertambahan pendapatan kota lebih lanjut (Hendarto, 1997).

Pada umumya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kota, yaitu:
1. Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan penduduk baik disebabkan karena
pertambahan alami maupun karena migrasi.
2. Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat
3. Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara
masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.

Klasifikasi atas dasar kenampakan fisiknya menurut Houston J.M. didasarkan pada suatu
asumsi bahwa pertumbuhan suatu kota secara kronologis akan tercermin dalam
perkembangan fisiknya. Klasifikasi kota atas dasar karakteristik pertumbuhan fisiknya
sebagai berikut:

Stadium pembentukan Inti Kota (Nuclear Phase)

 Stadium ini merupakan tahap pembentukan Central Business Distric (CBD). Pada
masa ini baru dirintis pembangunan gedung-gedung utama sebagai penggerak
kegiatan yang dan yang baru mulai meningkat;
 Pada saat ini daerah yang mula-mula terbentuk banyak ditandai dengan gedung-
gedung yang berumur tua, bentuk klasik serta pengelompokan fungsi kota yang
termasuk penting;
 Pada taraf ini kenampakan kota akan berbentuk bulat karena masih taraf awal
pembentukan kota, maka kenampakan kota yang terbentuk hanya meliputi daerah
yang sempit saja.

Stadium formatif (Formative Phase)

 Perkembangan industri dan teknologi mulai meluas termasuk sektor-sektor lain


seperti; transportasi dan komunikasi, pergadangan;
 Makin majunya sektor industri, transportasi dan perdagangan;
 mengakibatkan makin meluas dan kompleknya keadaan pabrik serta perumahan
masyarakat kota. Biasanya daerah ini terletak disepanjang jalur transportasi dan
komunikasi.

Stadium Modern (Modern Phase)

 Kenampakan kota pada saat ini tidak lagi sederhana seperti kenampakan pada tahap I
atau ke-2. Namun jauh lebih kompleks, bahkan mulai timbul gejala-gejala
penggabungan dengan pusat-pusat kegiatan yang lain, baik itu kota satelit maupun
kota-kota lain yang berdekatan;
 Mulai saat ini usaha mengindetifiksi kenampakan kotanya mengalami kesulitan
terutama pada penentuan batas-batas fisik terluar dari kota yang bersangkutan;
 Hal ini disebabkan adanya kenyataan bahwa persebaran pelayanan kota semakin
meluas;
 Fungsi kota telah masuk ke daerah-daerah pedesaan di sekitarnya;
 Kota-kota besar di Indonesia mulai menunjukkan gejala- gejala tersebut. Hal ini telah
disadari oleh ahli-ahli perkotaan sehingga mulai dirumuskan suatu upaya
pengembangan wilayah kota yang meliputi kota-kota kecil disekitarnya. Seperti
Konsep Jabotabek untuk pengembangan wilayah kota Jakarta-Bogor-Tangerang-
bekasi.

Dampak Bagi Masyarakat Kota

Bagi masyarakat perkotaan dampak perkembangan kota sesuai dengan tiga faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan kota adalah:

Dampak secara kependudukan

Faktor utama terakumulasinya penduduk di perkotaan adalah migrasi. Rayuan kota sebagai
tempat mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak menjadi faktor utama orang
berpindah ke kota. Bertambahnya jumlah penduduk yang semakin besar menjadi persoalan
pada daya tampung kota, dampak lebih luas adalah pada semakin berkurangnya daya dukung
lingkungan.

Daya tampung kota terkait dengan perumahan menjadi persoalan besar bagi sebuah kota.
Persaingan yang keras untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak di perkotaan berdampak
pada semakin tingginya harga tanah, juga harga properti. Masyarakat yang beruntung dengan
penghasilan yang baik akan mendapatkan perumahan yang layak, sedang mereka yang
memiliki penghasilan pas-pasan dengan keterpaksaan menempati lokasi-lokasi yang tidak
layak. Bahkan beberapa kelompok masyarakat harus rela tinggal di tempat kumuh (slum).

Mobilitas penduduk kota yang tinggi, tentu harus didukung oleh sarana transportasi yang
cukup. Kemacetan adalah persoalan bagi banyak kota di dunia. Pertumbuhan kendaraan yang
pesat sulit untuk diikuti oleh pertumbuhan jalan, karena ruang kota relatif tetap, sedang
pertumbuhan kendaraan tidak terkontrol karena mekanisme pasar.

Daya dukung lingkungan kota semakin terdesak oleh pertumbuhan penduduk kota. Tingginya
aktivitas perkotaan menghasilkan polusi dan sampah yang tonasenya berskala raksasa.
Penurunan kualitas udara, degradasi air tanah, hilangnya ruang terbuka hijau, ini akan
berdampak pada menurunnya kesehatan masyarakat.

Dampak secara sosial ekonomi

Jumlah penduduk kota yang besar adalah pasar yang terbuka bagi siapa saja. Besarnya jumlah
penduduk akan seiring dengan demand (permintaan) yang besar. Pasar-pasar bertumbuh di
kota seiring pertumbuhan kebutuhan, dari pasar tradisional hingga pasar modern. Pasar-pasar
di kota juga cenderung terspesialisasi, yang dulunya menjual aneka jenis kebutuhan kini
hanya menjual  barang  jenis  tertentu. Misalnya pusat-pusat elektronik, garmen, hingga pasar
khusus barang-barang antik.
Kota adalah peluang bagi siapa saja untuk mendapatkan keuntungan. Industrialisasi
mendorong spesialisasi berbagai sektor, jenis-jenis pekerjaan di kota semakin heterogen.
Sektor formal mulai dari kelas direktur, eksekutif perusahaan, hingga karyawan, pegawai
negeri sipil, militer, hingga birokrasi  pemerintahan. Produsen, distributor, agen, penjual,
hingga pengasong. Sektor informal jaga tidak kalah besar menjadi ruang mata pencaharian
penduduk kota, buruh bangunan, kaki lima, hingga penjaga WC dapat menghidupi penduduk
kota.

Kota adalah ruang bebas bagi siapa saja untuk mendapatkan kesempatan dalam  ekonomi.
Seperti kata pepatah, semakin dalam lautnya semakin besar ikan-ikannya,  semakin luas
hutannya semakin buas binatang buasnya. Tidak hanya bentuk pekerjaan yang meningkat,
kriminalitas  di kota juga semakin besar. Curanmor, narkotika, penjaja seks, dll.

Dampak secara sosial budaya

Kadang perkembangan kota lebih cepat berkembang dari pada sosial budaya masyarakatnya.
Budaya kota menuntut orang untuk lebih sadar tentang bagaimana berinteraksi dengan ruang
yang terbatas. Antar penduduk semakin tidak berjarak secara geografik. Orang yang tinggal
di kota belum mengerti bagaimana mengelola sampah, sehingga masih membuang
sembarangan. Mereka masih belum mengerti bagaimana sanitasi yang baik, sehingga  tidak
mencemari sungai.

Corak budaya kota yang melekat seperti individualistis, tidak dibarengi dengan kesadaran
moralitas modern. Sehingga cenderung menjadi individualisme yang kebablasan. Norma-
norma hukum hanya ditakuti jika ada penegak hukum yang mengawasi, jika tidak ada
penegak hukumnya, Individualisme kota menjadi rima yang siap melahap siapa saja.

Kota seharusnya dapat menjadi  melting pot. Ruang yang dapat membaurkan segala entitas
budaya siapa saja orang yang menjadi penduduk kota  tersebut. Pada kenyataannya identitas
budaya dari daerah asal tidak dapat baur dalam budaya kota, bahkan lebih mengental dengan
munculnya aglomerasi-aglomerasi perkampungan beridentitas etnis. Kampung Cina,
Kampung Ambon, Makasar dan sebagainya.

Dampak Bagi Masyarakat Desa

Urbanisasi

Herlianto (1986) mendelaskan bahwa secara demografis, urbanisasi diartikan sebagai migrasi
atau perpindahan penduduk dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan di dalam satu wilayah
negara. Namun secara sosiologis, urbanisasi merupakan perubahan atau peralihan dari pola
berpikir dan pola perilaku perdesaan (rural) menjadi pola berpikir dan pola perilaku
perkotaan (urban) (Soerjono Soekanto, 1978).
Dari aspek ekonomi, urbanisasi merupakan proses perubahan penduduk, proses produksi, dan
lingkungan sosio-politik-ekonomi perdesaan yang bersifat padat karya ke ekonomi kota yang
terkonsentrasikan dengan spesialisasi produksi, teknologi relatif tinggi dan penuh
kewiraswastaan (Sukanto Reksohadiprodjo dan A.R. Karseno, 1985).

TUGAS

Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat!


1. Jelaskan maksud dari desa merupakan hinterland bagi masyarakat kota !
2. Jelaskan tiga macam pola persebaran desa berikut ini!
a. Pola desa dataran rendah
b. Pola desa mamanjang mengikuti garis pantai.
c. Pola desa memusat
d. Pola desa yang mengelilingi suatu fasilitas
3. Jelaskan klasifikasi kota menurut R. Bintarto ! 
4. Jelaskan mengenai teori konsentris yang mendasari perkembangan suatu kota !
5. Jelaskan faktor yang menyebabkan munculnya segregrasi sosial pada penduduk kota?

Anda mungkin juga menyukai