Anda di halaman 1dari 109

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kerja Praktek adalah suatu kegiatan perkuliahan Program Studi Arsitektur
Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara yang dilakukan diluar
lingkup kampus. Keberadaan mata kuliah Kerja Praktek dilatarbelakangi oleh
kesadaran akan pentingnya mahasiswa untuk dibekali oleh pengetahuan yang
tidak hanya berupa teori, namun juga praktek di lapangan. Kemampuan dan
pengetahuan mahasiswa untuk memahami dan mempelajari kenyataan
keteknikan praktis di lapangan juga dibutuhkan mahasiswa, agar memiliki
kemampuan yang adaptif dan kreativitas yang tinggi dalam memecahkan
masalah keteknikan/arsitektur dilapangan.
Pada masa perkuliahan, mahasiswa mempelajari teori-teori yang menjadi
landasan dasar pemikiran suatu disiplin ilmu. Mahasiswa juga dituntut untuk
dapat mengaplikasikan teori-teori dari ilmu pengetahuan yang didapat di
perkuliahan untuk diterapkan dalam pelaksanaan di lapangan, seperti adanya
proyek yang sesuai dengan disiplin ilmu yang telah dipelajari. Salah satu cara
yang dapat digunakan adalah dengan adanya mata kuliah Kerja Praktek.
Pada Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Santo Thomas
Sumatera Utara, mata kuliah Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah
wajib dengan bobot 2 (dua) SKS yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi Strata 1 (S1). Mahasiswa
Arsitektur yang mengikuti mata kuliah Kerja Praktek ini diharapkan dapat
mengetahui dan mendapatkan gambaran tentang hubungan antara teori-teori
arsitektur dengan penerapannya di lapangan secara khusus ataupun penerapan
ilmu Arsitektur pada umumnya. Selain itu, mahasiswa Arsitektur juga
diharapkan dapat benar-benar terlibat dalam mata kuliah Kerja Praktek ini,
sehingga mahasiswa tersebut dapat mengetahui lebih dalam mengenai objek
yang ditinjau pada saat pelaksanaan mata kuliah Kerja Praktek dan akhirnya
akan menjadi nilai tambah serta pengalaman berpikir bagi mahasiswa setelah
menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek tersebut.
2

Mata kuliah Kerja Praktek yang dilakukan oleh praktikan sekarang ini
adalah kegiatan pengawasan dalam lingkup finishing, yaitu lantai dan trap
tangga sesuai tahap proyek yang di kerjakaan pada saatini, yaitu melaksanakan
pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek agar proyek
yang diawasi dapat berjalan sesuai rencana dan tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan demi tercapainya tujuan proyek. Praktikan melaksanakan
pengawasan pada proyek pembangunan Apartement Dan Pusat Perbelanjaan
Podomoro Deli City Medan yang berada di Jalan Guru Patimpus Kelurahan
Kesawan, Medan, berfokus pada tower Northen lantai 1-35 dengan waktu
selama satu bulan dengan jumlah pertemuan sebanyak 30 kali pertemuan.
Oleh karena itu, mahasiswa praktikan menyusun laporan mata kuliah Kerja
Praktek sesuai dengan pengamatan yang ada di lapangan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud tujuan dilaksanakannya mata kuliah Kerja Praktek
sebagai berikut.
 Mengetahui bagaimana proses pekerjaan di lapangan dan cara
pengelolaan proyek.
 Mengenal secara umum tentang proyek Podomoro City Deli.
 Mengenal dan melihat secara langsung bagaimana proses finishing
tower 3BK, proyek Podomoro City Deli di lapangan.
 Mengamati dan mempelajari penerapan teori-teori yang diperoleh
saat perkuliahan dengan yang terjadi di lapangan.
 Melatih kepekaan dan pola pikir dalam menyelesaikan suatu
permasalahan baik secara teknis, dan praktis di lapangan.
 Mempelajari proses pengerjaan finishing lantai pada tower 3BK
proyek Podomoro Deli City.
 Mempelajari proses pengerjaan finish trap tangga pada tower 3BK
proyek Podomoro Deli City.
 Mengetahui profile perusahaan PT. Perdana Rancang Bangun
Utama .
3

1.3. MANFAAT
Adapun manfaat dilaksanakan mata kuliah Kerja Praktek sebagai berikut:
 Secara teoritis, mahasiswa praktikan mendapatkan wawasan dan
keterampilan selama melaksanakan, praktik kerja pada sebuah
proyek. Mahasiswa praktikan mendapatkan bentuk pengalaman
nyata serta permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja. Selain
itu, kegiatan Kerja Praktek dapat menumbuhkan rasa tanggung
jawab profesi dalam diri mahasiswa praktikan.
 Secara praktis, Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara
dapat menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan, baik itu
pihak – pihak yang terkait dan instansi pemerintah dan mahasiswa
praktikan dapat menunjukkan kemampuan dan mempromosikan
keberadaan akademik dari Universitas Katolik Santo Thomas
Sumatera Utara di tengah-tengah dunia kerja.

1.4. BATASAN MASALAH


Adapun batasan masalah dalam kegiatan Kerja Praktek ini adalah
membahas tentang kegiatan pekerjaan finishing lantai dan trap tangga, mulai
dari pemasangan bata ringan hingga render dinding unit apartemen yang
dilakukan dalam proyek pembangunan Apartement Dan Pusat Perbelanjaan
Podomoro Deli City Medan mulai dari tanggal 30 Agustus 2018 sampai pada
tanggal 6 Oktober 2018.

1.5. LOKASI KERJA PRAKTEK


Lokasi Kerja Praktek dilakukan di Apartement Dan Pusat Perbelanjaan
Podomoro Deli City Medan yang berada di Jalan Guru Patimpus,Kelurahan
Kesawan,Medan. Mahasiswa praktikan mengadakan pengamatan dalam
rentang waktu tiga bulan dengan kunjungan ke lapangan sebanyak 30 kali
pertemuan terhitung mulai tanggal 30Agustus 2018 sampai pada tanggal 6
Oktober 2018, sehingga mahasiswa praktikan tidak dapat melakukan
4

pengamatan pekerjaan secara menyeluruh karena keterbatasan waktu


mahasiswa praktikan.

Adapun batas-batas letak tapak lokasi Kerja Praktek sebagai berikut.


 Sebelah Utara : Televisi Republik Indonesia
 Sebelah Selatan : Capital Building
 Sebelah Barat : Sungai Deli
 Sebelah Barat Laut: Hotel JW Marriot
 Sebelah Timur : Kanwil Kementrian Hukum dan HAM

Gambar 1.1.Lokasi Proyek dan Batas-batasnya.


Sumber :Google earth.

1.6. METODE PENGUMPULAN DATA


Sumber data yang di peroleh dalam penyusunan kerja praktek ini adalah
dari lokasi Kerja Praktek Apartement Dan Pusat Perbelanjaan Podomoro
Deli City Medan, yaitu PT. Perdana Rancang Bangun Utama (PT. PRBU) yang
menjadi kontraktor di bidang interior dari pembangunan Apartement Dan
Pusat Perbelanjaan Podomoro Deli City Medan. Adapun metode
pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut.
 Studi pustaka, yaitu dengan melakukan pencarian literatur mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan mata kuliah Kerja Praktek, baik dari
media tertulis maupun media elektronik
5

 Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan pengawasan pada


proyek Apartement Dan Pusat Perbelanjaan Podomoro Deli
CityMedan dan melakukan kegiatan dokumentasi terhadap kegiatan
yang dilakukan selama proses observasi.
 Wawancara, yaitu melakukan diskusi yang bersumber dari para
pengelola proyekdanpihakterkait mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan proyek pembangunan Apartement Dan Pusat Perbelanjaan
Podomoro Deli City Medan

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN


Laporan Kerja Praktek berisikan tentang gambaran singkat pelaksanaan
pembangunan Apartement Dan Pusat Perbelanjaan Podomoro Deli City
Medanyang diamati oleh mahasiswa praktikan selama 30 kali pertemuan.
Adapun sistematika penulisan laporan tersebut sebagai berikut.
 BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, manfaat, batasan masalah, lokasi,
metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.
 BAB II TINJAUAN MANAJEMEN PROYEK
Berisi tentang teori manajemen konstruksi, pemilik proyek, tender,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
 BAB III TINJAUAN PROYEK
Berisi tentang deskripsi proyek, struktur organisasi proyek, serta bahan
dan alat yang digunakan dalam pembangunan Apartement Dan Pusat
Perbelanjaan Podomoro Deli City Medan
 BAB IV PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Berisi tentang hasil pengamatan yang diperoleh selama melakukan
kegiatan Kerja Praktek di Apartement Dan Pusat Perbelanjaan Podomoro
Deli City Medan.
 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari kegiatan Kerja Praktek.
6

BAB II

TINJAUAN MANAJEMEN PROYEK

2.1 PROYEK KONSTRUKSI


Proyek merupakan suatu tugas yang perlu dirumuskan untuk mencapai
sasaran yang dinyatakan secara kongkrit serta harus diselesaikan dalam suatu
periode tertentu dengan menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang
terbatas dan begitu kompleks sehingga dibutuhkan pengelolaan dan kerja sama
yang berbeda dari yang biasanya digunakan.1
Dilihat dari komponen kegiatan utamanya, jenis proyek dapat
dikelompokkan sebagai berikut.2
 Proyek Engineering-Konstruksi, merupakan jenis kegiatan yang
terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan
alat, dan proses konstruksi. Contoh proyek jenis ini adalah
pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, dan
fasilitas industri.
 Proyek Engineering-Manufaktur, merupakan proses untuk
menghasilkan produk baru. Kegiatan utamanya meliputi desain
engineering, pengembangan produk (product development),
pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi
produk yang dihasilkan. Contohnya pembuatan ketel uap,
generator uap, mesin listrik, mesin pabrik, kendaraan. Bila
kegiatan manufaktur dilakukan berulang-ulang rutin dan
menghasilkan produk yang sama dengan terdahulu, maka kegiatan
ini tidak lagi diklasifikasikan sebagai kegiatan proyek.
 Proyek Penelitian dan Pengembangan, merupakan proyek yang
bertujuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka
menghasilkan suatu produk tertentu. Dalam mengejar hasil akhir,
proyek ini seringkali menempuh proses yang berubah-rubah,
demikian pula dengan lingkup kerjanya. Agar tidak melebihi
1
ArmainiAkhirsonKaraini, “PengantarManajemenProyek Seri Diktat Kuliah”,
UniversitasGunadarma, hlm. 1.
2
Iman Soeharto, “ManajemenProyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Edisi Kedua”,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999, hlm. 5.
7

anggaran atau jadwal secara substansial maka perlu diberikan


batasan yang ketat perihal masalah tersebut.
 Proyek Pelayanan Manajemen, merupakan proyek yang bergerak
dalam bidang perancangan sistem informasi manajemen meliputi
perangkat lunak maupun keras, merancang program efisiensi dan
penghematan, melakukan diversifikasi, penggabungan dan
pengambil alihan. Proyek tersebut tidak membuahkan hasil akhir
dalam bentuk fisik, tetapi dalam bentuk laporan akhir.
 Proyek Kapital, merupakan proyek penggunaan dana kapital untuk
investasi. Proyek capital umumnya meliputi pembelian tanah,
penyiapan lahan, pembelian material dan peralatan (mesin-mesin),
manufaktur (pabrikasi), dan konstruksi pembangunan fasilitas
produksi.
 Proyek Radio-Telekomunikasi, merupakan proyek yang
dimaksudkan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang
dapat menjangkau area yang luas dengan biaya yang tidak terlalu
mahal. Berbeda dengan proyek-proyek yang mendirikan instalasi
industri yang terkonsentrasi di satu atau banyak lokasi, proyek
radio telekomunikasi umumnya terdiri dari banyak lokasi dan
terpencar di seantero wilayah yang berjauhan. Oleh karena, itu
aspek logistik dan kordinasi seringkali harus mendapatkan
perhatian utama.
 Proyek Konservasi Bio-Diversity, merupakan proyek yang
berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan.

Timbulnya suatu proyek dapat berasal dari hal berikut:


8

1. Rencana pemerintah
Tujuannya dititikberatkan pada kepentingan umum dan
masyarakat, contohnya proyek pembangunan prasarana seperti jalan,
jembatan, saluran irigasi, bendungan, lapangan terbang dan lain-lain.

2. Permintaan pasar
Hal ini terjadi bila suatu ketika pasar memerlukan kenaikan suatu
macam produk dalam jumlah besar. Permintaan ini dipenuhi dengan
jalan membangun sarana produksi baru.

3. Dari dalam perusahaan yang bersangkutan


Hal ini dimulai dengan adanya desakan keperluan dan setelah
dikaji dari segala aspek menghasilkan keputusan untuk
merealisasikannya menjadi proyek. Misalnya proyek yang bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi kerja dan memperbarui perangkat dan
system kerja lama agar lebih mampu bersaing.

4. Dari Kegiatan Penelitian dan Pengembangan


Dari kegiatan tersebut dihasilkan produk baru yang diperkirakan
akan banyak manfaat dan peminatnya, sehingga mendorong
dibangunnya fasilitas produksi. Misalnya, komoditi obat-obatan dan
bahan kimia yang lain

Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya merupakan usaha mencapai


tujuan dan sasaran pembangunan melalui penerapan berbagai kebijaksanaan
dan strategi pembangunan. Pencapaian tujuan dan sasaran tersebut sangat
bergantung pada berbagai usaha yang dilakukan oleh para pelaku
pembangunan dalam bentuk operasionalisasi kegiatan-kegiatan yang
merupakan penjabaran dari kebijaksanaan dan strategi pembangunan. Untuk
itulah para perencana perlu terlebih dahulu mengetahui konsep dan pengertian
proyek serta siklusnya sehingga dapat mancapai tujuan dan dan sasaran dari
proyek tersebut secara optimal.
9

Sebuah proyek mempunyai karakter yang menjadi ciri khas dari


proyek. Karakter dari sebuah proyek akan menjawab pertanyaan tentang apa
itu proyek, karakter tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

 Memiliki tujuan yang akan dicapai.


 Memiliki rentang waktu tertentu, kapan dilaksanakan dan kapan
berakhir.
 Melibatkan banyak pekerjaan / tugas yang ditangani lintas
departemen.
 Merupakan pekerjaan non rutin, pada umumnya berupa sesuatu
yang baru atau belum pernah dilakukan.
 Memiliki parameter tertentu, seperti : waktu, anggaran, sumber
daya dan spesifikasi.

Menurut Imam Soeharto dalam bukunya Manajemen Proyek


menyebutkan bahwa yang menjadi ciri pokok suatu proyek adalah:

 Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
 Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses
mencapai tujuan diatas telah ditentukan.
 Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya
tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
 Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan
berubah sepanjang proyek berlangsung.

Proyek konstruksi adalah sutau rangkaian kegiatan yang hanya satu


kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut terdapat suatu proses yang mengelola sumber daya proyek
menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Pengertian lain
menyebutkan bahwa, proyek konstruksi merupakan usaha yang kompleks dan
tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga
sangat penting suatu proyek konstruksi membutuhkan manajemen proyek
konstruksi. Selain itu, proyek konstruksi juga memiliki karakteristik yaitu
10

bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machines,


money, method), serta membutuhkan organisasi (Ervianto, 2005).
Karakteristik proyek konstruksi (Ervianto, 2005) adalah sebagai
berikut:
 Merupakan usaha yang komplek, biasanya bukan kegiatan yang
berulang.
 Tidak ada yang identik (sama persis).
 Memiliki satu sasaran yang jelas dan telah ditentukan, yang
menghasilkan produk yang spesifik.
 Mempunyai siklus hidup, ada titik awal dan titik akhir.
 Ciri-ciri proyek berubah-ubah selama melalui phase siklus
hidupnya.
Ketidakpastian biaya dan waktu serta memiliki kadar resiko yang
tinggi.

Menurut Ir.Iman Soeharto (1999), menyatakan bahwa dalam proses


mencapai tujuan dari suatu proyek, ada batasan yang harus dipenuhi yaitu
besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus
dipenuhi. Ketiga hal tersebutmerupakan parameter penting bagi
penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek.
Ketiga batasan ini sering disebut sebagai Tiga Kendala (Triple Constraint)
(Iman Soeharto, 1999).

Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint) yaitu:


a. Anggaran proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran
b. Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan
tanggal akhir yang telah ditentukan.
c. Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi
spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan.
11

Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik, yang artinya jika ingin


meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak maka
umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya
berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya bila
ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau
jadwal. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh
mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi.

2.2 TAHAP-TAHAP DALAM PROYEK KONSTRUKSI


Pekerjaan proyek konstruksi dimulai dengan tahap awal proyek
yaitu tahap perencanaan dan perancangan, kemudian dilanjutkan
dengan tahap konstruksi yaitu tahap pelaksanaan pembangunan fisik,
berikutnya adalah tahap operasional atau tahap penggunaan dan
pemeliharaan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi dari


tahap awal proyek (tahap perencanaan dan perancangan) hingga masa
konstruksi (pelaksanaan pembangunan fisik) ada tiga pihak yaitu:

a. Pemilik proyek (owner)

b. Pihak perencana (designer)

c. Pihak kontraktor (aannemer), (Ervianto, 2005)

Pihak/badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi


dua, yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan
perencana dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu konsultan perencana
dan konsultan pengawas (Manajemen Konstruksi).
12

Berikut ini adalah bagan Tahap Kegiatan dalam Proyek Konstruksi:

Gambar 21.
Grafik tahap kegiatan dalam proyek konstruksi

2.3 FASE-FASE KEGIATAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI


2.3.1 Pelelangan Kontraktor:

a) Menyiapkan dokumen lelang : menggandakan dokumen lelang


yang sudah diverifikasi dan divalidasi sesuai jumlah peserta
lelang, atau sesuai jumlah yang tertera di kontrak awal.
13

b) Prakualifikasi kontraktor : bersama dengan klien/pemilik


proyek membuat pengumuman lelang dan menyeleksi
kontraktor yang mendaftar.
c) Mengundang kontraktor : bersama dengan klien/pemilik proyek
mengundang kontraktor untuk menghadiri penjelasan pekerjaan
(aanwijzing)
d) Pengambilan dokumen pelelangan : bersama dengan
klien/pemilik proyek mengurus pengambilan dokumen lelang
oleh para kontraktor.
e) Penjelasan dan petunjuk (aanwijzing) : bersama dengan
klien/pemilik proyek, mengadakan rapat dengan para kontraktor
yang lolos prakualifikasi, menjelaskan secara detail tata cara
pelelangan dan detail teknis pekerjaan proyek yang harus
dilaksanaan.
f) Pemasukan penawaran kontraktor : bersama dengan
klien/pemilik proyek, menerima dokumen penawaran yang
diajukan oleh kontraktor.
g) Memberikan masukan pemilihan kontraktor dengan
pertimbangan-pertimbangan dari aspek rencana teknis
pengerjaan sampai besaran anggaran yang diajukan.
h) Membantu proses kontrak antara pemilik proyek dengan
kontraktor : mengawal klien/pemilik proyek, pada saat
melakukan perjanjian kerja dengan kontraktor terpilih.

2.3.2 Fase Pelaksanaan

1.Sub Bidang Pembangunan Fisik

a) Struktur : pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan


struktur utama bangunan

b) Arsitektur: pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan


arsitektural bangunan
14

c) Mekanikal : pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan


mekanikal bangunan

d) Elektrikal : pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan


elektrikal bangunan

2.Sub Bidang Dokumen dan Administrasi

a) Shop drawing : adalah gambar kerja pelaksanaan yang dibuat


oleh kontraktor untuk dilaksanakan dalam pekerjaan

b) Laporan harian, mingguan, bulanan : adalah laporan tentang


kegiatan dalam proyek

c) Risalah rapat : adalah rekam jejak tertulis hasil keputusan rapat

d) Bahan rapat: adalah data tentang permasalahan yang akan


dibahas dalam rapat

e) Surat teguran/peringatan : adalah surat yang berisi tentang


teguran atau peringatan terhadap kontraktor terkait dengan
proyek.

2.4 MANAJEMEN PROYEK


Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno “management”,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur”. Pengertian manajemen
adalah proses merencanakan, mengatur, memimpin, mengendalikan suatu
pekerjaan atau pekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam jangka
waktu tertentu. Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno
“management”, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur”.
Pengertian manajemen adalah proses merencanakan, mengatur, memimpin,
mengendalikan suatu pekerjaan atau pekerja untuk mencapai suatu tujuan
tertentu dalam jangka waktu tertentu.
15

Dipohusodo (1996), menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu


proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi
dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalian dan
menjalankan program-program yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang
telah ditetapkan dan berlangsung terus menurus seiring berjalannya waktu.
Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi
sangat kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik
sehingga pada akhirnya proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Pelaksanan proyek harus diselenggarakan secara menyeluruh mulai dari
perencanaan,pembangunan fisik,sampai dengan pemeliharaan yang
melibatkan bermacam-macam unsur dan komponen pendukung. Salah satu
bagian dari manajemen proyek yang memegang peranan cukup penting adalah
organisasi proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat
pengorganisasian yang baik.
Pengorganisasian tersebut merupakan pengelolaan proyek dengan
tujuan mengatur tahap–tahap pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai sasaran.
Sedangkan organisasi proyek merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak
pihak yang bekerja sama dalam melaksanakan serangkaian kegiatan. Oleh
karena itu unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan harus saling bekerja
sama dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas, kewajiban serta
wewenang yang telah diberikan sesuai bidang dan keahlian masing-masing.

Keuntungan dari adanya Organisasi dalam suatu proyek adalah :


 Pekerjaan dapat dilaksanakan secara matang.
 Pekerjaan yang tumpang tindih dapat dihindari dengan
dilaksanakannya pembagian tugas serta tanggung jawab sesuai
keahlian.
 Meningkatkan pendayagunaan dana,fasilitas,serta kemampuan yang
tersedia secara maksimal.

Manajemen merupakan suatu alat, meliputi 4 buah unsur dasar yang


saling terkait, melengkapi dan tidak terpisahkan, yaitu:

 Ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai (output).


16

 Ada suatu proses kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu (process).


 Adanya input atau sumberdaya yang akan diolah/diproses.
 Memerlukan bantuan dan peran oranglain untuk menjalankan proses
kegiatan tersebut.

Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan,


pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga
berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu,
tepat biaya dan tepat mutu (Ervianto, 2005).Dalam manajemen proyek
diperlukan pengelolaan yang baik dan terarah karena suatu proyek memiliki
keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu proyek bisa tercapai. Yang perlu
dikelola dalam area manajemen proyek yaitu:
 Biaya
 Mutu
 Waktu
 Kesehatan
 Keselamatan Kerja
 Sumberdaya
 Lingkungan
 Resiko
 Sistem Informasi
Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokan menjadi
manpower, material, machines, money, method. Manajemen pengelolaan
dalam proyek konstruksi dibagi menjadi 8 (delapan) fungsi dasar manajemen
yang dikelompokan dalam 3 (tiga) kelompok kegiatan (Ervianto, 2005):
1. Kegiatan Perencanaan
- Penetapan tujuan (goal setting)
- Perencanaan (planning)
- Pengorganisasian (organizing)
2. Kegiatan Pelaksanaan
- Pengisian staf (staffing)
- Pengarahan (directing)
3. Kegiatan Pengendalian
- Pengawasan (supervising)
- Pengendalian (controlling)
- Koordinasi (coordinating)

Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin


dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka
pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh manajemen proyek menggunakan
pendekatan sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan horisontal
(H.Kerzner, 1982).

Dari defenisi yang ada di atas, konsep manajemen proyek mengandung


hal-hal pokok antara lain sebagai berikut :
a. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu
merencanakan, mengorganisisr, memimpin dan mengendalikan
sumber daya perusahaan.
b. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek dengan sasaran yang
telah digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode
pengelolaan yang khusus, terutama aspek perencanaan dan
pengendalian.
c. Memakai pendekatan sistem (system approach to management).
d. Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horisontal di samping hierarki
vertikal.
17
Manajemen proyek menurut PMI (Project Management Institute),
adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir
sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakana
teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan
yaitu lingkup mutu, jadwal, dan biaya serta memenuhi keinginan para stake
holder (Iman Soeharto, 1999)
Konsep manajemen proyek menurut PMI (Project Management
Institute), mengembangkan suatu model manajemen proyek yang dikenal
sebagai PM-BOK (Project Management Body of Knowledge) yang terdiri dari
8 (delapan) komponen, yaitu 4 (empat) komponen dasar/ komponen inti (core
functions) meliputi : Pengelolahan lingkup proyek, Pengelolahan
waktu/jadwal, Pengelolahan biaya, Pengelolahan kualitas dan mutu, serta 4
(empat) komponen pendukung (supporting functions) meliputi : Pengelolahan
SDM, Pengelolahan risiko, Pengelolahan pengadaan/kontrak, Pengelolahan
komunikasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Manajemen Proyek adalah
suatu usaha/upaya pengelolaan suatu rangkaian kegiatan, merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan, mengendalikan dan mengawasi sumber daya
organisasi yang dimiliki perusahaan sehingga mencapai sasaran dan tujuan
dalam jangka waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan biaya,
tenaga, dan bahan.

2.4.1. Fungsi Manajemen Proyek

Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan


lingkup kerja dari waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan aspek-aspek
tersebut merupakam kunci dasar keberhasilan suatu proyek.
a. Pengelolaan Lingkup Proyek
Lingkup proyek adalah total jumlah kegiatan atau pekerjaan yang
harus dilakukan untuk menghasilkan produk yang diinginkan oleh
proyek tersebut. Dalam hubungan ini dokumen yang berisi batasan
lingkup proyek yang memuat kuantitas, kualitas, spesifikasi, dan
kriteria amatlah penting artinya. Meskipun tidak mungkin untuk
menuliskan sekian banyak komponen lingkup proyek ke dalam suatu

18
dokumen resmi namun perlu diusahakan agar dalam implemenetasinya
nanti masalah-masalah yang penting jangan sampai membuka peluang
timbulnya interpretasi yang berbeda antara pihak-pihak yang
berkepentingan, terutama antara pemilik dan kontraktor. Juga
diusahakan agar tidak terjadi penambahan atau pengurangan lingkup
proyek secara substansial. Semua itu merupakan bagian dari fungsi
pengelolaan lingkup proyek.

b. Pengelolaan Waktu/Jadwal
Waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek.
Keterlambatan akan mengakibatkan berbagai bentuk kerugian,
misalnya dengan keterlambatan pengerjaan suatu pyoyek akan
menambah pengeluaran/biaya upah pekerja serta staf teknik dalam
mengawasipekerjan suatu proyek. Untuk itu maka diperluka suatu time
schedule dalam pembangunan suatu proyek guna menjadi patokan
berjalannya suatu pelaksanaan proyek, apakah tepat waktu atau molor
dari waktu yang direncanakan.

c. Biaya
Biaya merupakan faktor penting yang mendorong berjalannya
sebuah proyek. Dalam beberapa kasus pembangunan, kuatnya nilai
financial proyek akan mendorong waktu pelaksanaan yang semakin
cepat rampung. Hal ini didasarkan pada dengan baiknya keadaan
financial proyek akan mampu menambah jumlah pekerja professional,
sehingga waktu pelaksanaan akan semakin cepat atau sesuai dengan
time schedule yang telah direncanakan.

d. Mutu
Mutu berkaitan langsung dengan biaya dalam manajemen proyek,
dimana dengan biaya yang mencukupi akan mendorong pengelolaan
mutu yang baik dalam pelaksanaan sebuah proyek. Mutu dimaksudkan
disini ialah pengelolaan bahan/material bangunan. Penggunaan
material yang baik akan menentukan hasil yang baik, seperti contoh
penggunaan pasir. Dalam sebuah pelaksanaan proyek, penggunaan
19
pasir yang teramat halus akan mendorong penggunaan semen yang
boros, akibat daya rekat pasir yang kurang dari standart. Dengan begitu
biaya yang dikeluarkan akan semakin besar pula. Untuk itu
pengelolaan mutu sangatlah penting dalam sebuah manajemen proyek
guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam pelaksanaan sebuah
proyek.

2.4.2. Ruang Lingkup Manajemen Proyek


Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer
proyek handal adalah kemampuan dalam melakukan manajemen ruang
lingkup proyek. Dalam hal ini, seorang manajer proyek harus mampu
memastikan bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan dalam proyek adalah
aktivitas yang berhubungan dengan proyek dan aktivitas tersebut telah
memenuhi kebutuhan proyek.
Dengan kata lain, manajemen ruang lingkup proyek memiliki fungsi
untuk mendefinisikan serta mengendalikan aktivitas-aktivitas apa yang bisa
dilakukan dan aktivitas-aktivitas apa saja yang tidak boleh dilakukan dalam
menyelesaikan suatu proyek, antaralain:

a. Menentukan waktu proyek dimulai.


Perencanaan lingkup proyek yang akan dikerjakan. Pada tahap ini,
manajer proyek akan mendokumentasikan bagaimana ruang
lingkup proyek akan didefinisikan, diverifikasi, dikontrol dan
menentukan bagaimana WBS akan dibuat serta merencanakan
bagaimana mengendalikan perubahan akan ruang lingkup proyek.

b. Pendefinisian ruang lingkup proyek.


Pada tahap ini, ruang lingkup proyek akan didefinisikan secara
terperinci sebagai landasan untuk pengambilan keputusan proyek
dimasa depan.

20
c. Verifikasi (pemeriksaan dan pengkajian ulang)
proyek serta kontrol atas perubahan yang mungkin terjadi saat
proyek tersebut dimulai. Tahap ini merupakan tahap dimana final
project scope statement diserahkan kepada stakeholder untuk
diverifikasi.

d. Melakukan kontrol terhadap ruang lingkup proyek.


Dalam pelaksanaan proyek, tidak jarang ruang lingkup proyek
mengalami perubahan. Untuk itu, perlu dilakukannya kontrol
terhadap perubahan ruang lingkup proyek. Perubahan yang tidak
terkendali, akan mengakibatkan meluasnya ruang lingkup proyek.

2.5. ISTILAH-ISTILAH DALAM PROYEK KONSTRUKSI

Berikut ini adalah beberapa istilah yang sering digunakan dalam dunia
proyek konstruksi dan manajemen konstruksi beserta pengertiannya.

 Gambar kontrak / for construction


Merupakan gambar yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan oleh
kontraktor dan menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor
dan menjadi acuan bagi MK / Konsultan Pengawas / Owner untuk
memberikan approval shop drawing yang diajukan kontraktor sebelum
pelaksanaan pekerjaan.
 Shop drawing
Merupakan gambar teknik yang dibuat oleh kontraktor dalam pelaksanaan
proyek konstruksi bangunan sebagai acuan dalam melaksanakan
pekerjaan. Pembuatannya mengacu pada gambar kontrak yang dibuat oleh
konsultan perencana.Dalam organisasi kontraktor, yang bertugas membuat
gambar ini adalah drafter.

Alur pembuatan gambar shop drawingadalah :


o Kontraktor melihat gambar kontrak / for constructiondan RKS
(Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) sebagai dasar pembuatan gambar.

21
o Dari file soft copy gambar kontrak diolah oleh kontraktor
menyesuaikan kondisi lapangan, RKS, dan site instruction terbaru dari
owner. Gambar tersebut dilengkapo secara bentuk dan ukuran,
sehingga cukup jelas dan tidak membingungkan ketika dijadikan dasar
melaksanakan pekerjaan.
o Kontraktor mengajukan gambar yang sudah dibuat kepada manajemen
konstruksi / konsultan pengawas.
o Konsultan pengawas berhak menyetujui atau menolak gambar. Jika
ada yang kurang jelas, maka bisa meminta persetujuan konsultan
perencana atau langsung ke owner sebagai pemilik bangunan.
o Gambar yang sudah disetujui oleh manajemen konstruksi kemudian
dikembalikan kepada kontraktor.
o Kontraktor mendistribusikan shop drawing kepada personil lapangan,
seperti uitzet / pengukuran, pelaksana, sub kontraktor, mandor atau
pihak lainnya yang berkepentingan dengan gambar tersebut. Gambar
asli disimpan oleh kontraktor sebagai arsip, yang dibagikan cukup
difoto-copy saja.

Ada beberapa macam stempel shop drawing yang dimaksudkan untuk


mengontrol pendistribusian gambar, serta menjamin kualitas agar gambar
yang dibagikan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, yaitu :
o FOR CONSTRUCTION, dibubuhkan ke gambar kontrak.
o MASTER COPY, distempelkan ke gambar shop drawing asli yang
sudah ditandatangani oleh kontraktor dan manajemen konstruksi.
o CONTROLED COPY, stempel untuk foto copy gambar shop drawing
asli master copy, di mana untuk memastikan agar gambar yang di-copy
benar-benar sesuai dengan aslinya serta dalam kondisi jelas.

 As built drawing
Merupakan gambar yang dibuat oleh kontraktor berdasarkan kenyataan
yang dilaksanakan di lapangan.

22
 Tender
Merupakan tawaran mengaukan harga untuk memborong suatu pekerjaan,
untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa.Dalam hal
ini tidak disebut jumlah yang mengajukan penawaran (oleh beberapa atau
oleh satu pelaku usaha dalam hal penunjukan / pemilihan langsung).
Pengertian tender tersebut mencakup tawaran mengajukan harga untuk :
o Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan.
o Mengadakan barang dan / atau jasa.
o Membeli suatu barang dan / atau jasa.
o Menjual suatu barang dan / atau jasa.

 CCO (Contract Change Order)


Merupakan perubahan lingkup pekerjaan setelah kontrak
ditandatangani.Tujuan CCO adalah :
o Sebagai data pendukung kelengkapan adminsitrasi perubahan
dokumen kontrak apabila ada pemeriksaan.
o Memberikan kepastian kepada kontraktor bahwa perubahan
pelaksanaan pekerjaan tersebut dibayar.
o Sebagai data pendukung sertifikat bulanan (Monthly Certificate / MC).
Penyebab CCO adalah :
o Adanya informasi baru mengenai spesifikasi atau kriteria desain
engineering, sehingga pengguna jasa ingin memasukkan kemjuan
teknologi tersebut.
o Perubahan yang terungkap akibat kondisi lapangan yang berbeda
dengan hasil kajian sebelumnya.
o Kurang jelasnya pasal-pasal dalam kontrak, sehingga menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara kontraktor dengan owner.
o Kejadian perubahan jadwal pekerjaan menjadi lebih cepat atau lambat.

Proses CCO adalah :


o Pengajuan perubahan : dapat dilakukan baik oleh kontraktor atau
pemilik jika memang dirasa perlu melakukan perubahan kontrak.

23
o Evaluasi : meninjau secara detail terhadap perlunya perubahan yang
terjadi, seperti detail gambar spek, perkiraan waktu, serta biaya
perubahan tersebut.
o Mengkaji dampak serta rekomendasi dari pihak konsultan pengawas.
o Pimpro membuat berita acara CCO setelah disetujui dan dilanjutkan
dengan Addendum kontrak.

 Addendum
Merupakan perubahan pada suatu perikatan atau perjanjian atau
kontrak.Adendum kontrak merupakan produk lanjutan dari CCO.

Pada Perpres No.54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa


Pemerintah Pasal 87 mengenaiperubahan kontrak dikatakan sebagai
berikut:
o Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan / atau spesifikasi teknis yang
ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama penyedia barang /
jasa dapat melakukan perubahan kontak yang meliputi :
- Menambah / mengurangi volume pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak.
- Menambah / mengurangi jenis pekerjaan.
- Mengubah spesifikasi teknik pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lapangan.
- Mengubah jadwal pelaksanaan.

o Pekerjaan tambahan dilaksanakan dengan ketentuan :


- Tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang
tercantum dalam perjanjian / kontrak awal.
- Tersedia anggaran.
o Penyedia barang / jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan
utama berdasarkan kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada
pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia barang /
jasa spesialis.

24
o Pelanggaran atas ketentuan yang sudah ada, penyedia barang / jasa
dikenakan sanksi berupa denda yan bentuk dan besarnya sesuai dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Dokumen Kontrak.
o Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi dapat
dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak.

Terdapat jenis Addendum Kontrak, yaitu :


o Addendum akibat perubahan lingkup pekerjaan (CCO) atau sering
disebut Addendum Tambah / Kurang, yang terbagi menjadi 4 jenis
perlakuan, yaitu :
- Addendum Tambah / Kurang, nilai kontrak tetap.
- Addendum Tambah / Kurang, nilai kontrak bertambah.
- Addendum Tambah / Kurang, nilai kontrak tetap, target /
sasaran berubah.
- Addendum Tambah / Kontrak, nila kontrak bertambah, target /
sasaran berubah.
o Addendum akibat perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan atau sering
disebut Addendum Waktu.
o Addendum akibat penyesuaian harga / eskalasi atau sering disebut
sebagai Addendum Penyesuaian Harga / Eskalasi atau juga disebut
Addendum Harga / Nilai Kontrak. Biasanya addendum jenis ini untuk
kontrak tahun jamak (multy years contract) atau terdapat kenaikan
harga bahan bakar minyak.

 SOP (Standard Operating Procedure)


Merupakan dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan
secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan
untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan
biaya yang serendah-rendahnya.

 BOQ (Bill Of Quantities)


Merupakan daftar uraian dan volume pekerjaan yang terdapat dalam
dokumen-dokumen tender dan kontrak. Harga satuan dalam BOQ

25
yangada pada kontak adalah harga satuan yang dipakai untuk menghitung
biaya pekerjaan tambah atau kurang.

 Contigency / Biaya Cadangan


Merupakan biaya yang telah disediakan dalam BOQ dan milik
owner.Biaya tersebut dicadangkan untuk pekerjaan yang mungkin ada,
tetapi gambar perencanaan belum ada / belum jelas atau digunakan jika
ada pekerjaan yang indtruksikan oleh project manager setelah mendapat
persetujuan dari owner.Pekerjaan yang dicadangkan ini mungkin
dikerjakan oleh kontraktor atau ditenderkan tersendiri oleh Owner.
Meskipun contingency ini merupakan bagian dari harga kontrak, tetapi
prosentase uang muka dan penilaian progress atau pembayaran lain yang
berhak diterima pemborong tidak termasuk nilai contingency ini. Jika nilai
contingency ini tidak terpakai, maka nilai ini akan dikeluarkan dalam nilai
kontrak dan tidak ada kompensasi biaya yang dapat dimintakan kontraktor
atas hal ini.

 Engineering Estimate (EE) / RAB (Rencana Anggaran Biaya)


Merupakan perhitungan biaya untuk suatu paket pekerjaan konstruksi yang
dilakukan oleh konsultan perencana atau orang yang memiliki kemampuan
dalam menghitung biaya suatu pekerjaan konstruksi.Konsultan harus
mengumpulkan data-data dengan berbagai metode.Bisa menggunakan
pendekatan historic data, yaitu konsultan mengumpulkan berbagai
informasi tentang harga-harga yang diperoleh dari kontrak-kontrak
sebelumnya. Data lain yang dapat digunakan adalah harga di pasar, data
BPS, dan berbagai sumber lain yang mendukung untuk penentuan harga
pada Engineering Estimate.

 RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)


Merupakan sebuah buku yang berisi tentang syarat-syarat administrasi
berupa instruksi kepada penyedia jasa dengan ketentuan sebagai berikut.
o Instruksi ini berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana –
kontraktor untuk menyiapkan penawarannya sesuai dengan ketentuan

26
yang ditetapkan oleh pengguna jasa. Informasi tersebut berkaitan
dengan penyusunan, penyampaian, pembukaan, evaluasi penawaran
dan penunjukan penyedia jasa.
o Hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan kontrak oleh penyedia jasa,
termasuk hak, kewajiban, dan resiko dimuat dalam syarat-syarat umum
kontrak. Apabila terjadi perbedaan penafsiran / pengaturan pada
dokumen lelang, penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama
untuk menghindari pertentangan pengertian.
o Data proyek memuat ketentuan, informasi tambahan, atau perubahan
atas instruksi kepada pelaksana – kontraktor sesuai dengan kebutuhan
paket pekerjaan yang akan dikerjakan.

RKS sebagai kelengkapan gambar kerja yang di dalamnya memuat


uraian tentang :
o Syarat-syarat umum
Berisi keterangan mengenai pekerjaan, pemberi tugas, dan pengawas
bangunan.
o Syarat-syarat administrasi
- Jangka waktu pelaksanaan.
- Tanggal penyerahan pekerjaan.
- Syarat-syarat pembayaran.
- Denda keterlambatan.
- Besarnya jaminan penawaran.
- Besarnya jaminan pelaksanaan.

o Syarat-syarat teknis
- Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan.
- Jenis dan mutu bahan yang digunakan.

Setelah selesai, kemudian disahkan oleh DPU Cipta Karya untuk


proyek pemerintah dan Direksi bersama pemberi tugas untuk proyek
swasta.

27
 KAK (Kerangka Acuan Kerja) / TOR (Term Of Reference)
Merupakan dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan /
keterangan mengenai apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana,
dan berapa perkiraan biayanya suatu kegiatan. Dengan kata lain, KAK
berisi uraian latar belakang, tujuan, ruang lingkup, masukan yang
dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan. Dalam KAK
tercakup latar belakang, maksud dan tujuan, indicator keluaran dan
keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggung jawab
kegiatan, jadwal kegiatan, dan biaya kegiatan.

 DED (Detail Engineering Design)


Merupakan produk dari konsultan perencana yang biasa digunakan dalam
membuat sebuah perencanaan (gambar kerja) detail bangunan sipil, seperti
gedung, kolam renang, jalan, jembatan, bendungan, dan pekerjaan
konstruksi lainnya.
Produk yang dihasilkan dari DED, antara lain :
o Gambar detail bangunan / gambar bestek.
o Rencana Anggaran Biaya (RAB) / Engineer Estimate (EE).
o Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).

 IFC (Issued For Construction)


Merupakan gambardan spesifikasi material yang sudah mendapat
persetujuan client untuk dieksekusi / diperbaiki.

 IFA (Issued for Approval)


Merupakan drawing submission dari kontraktor yang meminta persetujuan
client apakah sudah sesuai dengan permintaan client.Gambar belum bisa
dieksekusi.

 AFC (Approved For Construction)


Merupakan gambar dan dokumen yang di-review dan disetujui oleh
otoritas organisasi internal dan eksternal, termasuk anggota tim client

28
dalam konstruksi.Pekerjaan konstruksi dapat dilakukan berdasarkan
dokumen-dokumen ini bila sudah distempel dan ditandatangani.

 FFL (Finished Floor Level)


Merupakan level ketinggian bangunan yang dihitung dari elemen lantai
paling atas (misalnya keramik).

 SFL (Structural Floor Level)


Merupakan level ketinggian bangunan yang dihitung dari plat lantai.

 SSL (Structural Slab Level)


Merupakan level ketinggian bangunan yang dihitung dari struktur beton
paling atas.

 Marking
Merupakan kegiatan memplot gambar dan ukuran pasangan dinding unit
dari gambar kerja ke lantai kerja.Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh
surveyor.

 Checklist
Merupakan kegiatan mengecek ukuran yang sudah di-marking sebelum
dilakukan metode pekerjaan konstruksi. Pekerjaan ini biasanya dilakukan
oleh QC (Quality Control).

2.6. OWNER (PEMILIK PROYEK)

Owner (Pemilik Proyek) atau disebut juga Pemberi Tugas adalah pihak
yang mempunyai modal atau gagasan untuk membangun. Pihak ini dapat
berupa seseorang atau instansi baik pemerintah atau pun swasta yang memiliki
proyek atau pekerjaan dan memberikannya pada pihak lain yang mampu
melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Dengan tahapan
seperti berikut, pemilik proyek menyampaikan gagasan/keinginan kepada
konsultan perencana untuk kemudian diwujudkan dalam bentuk gambar

29
rencana, termasuk didalamnya perhitungan yang menyangkut pembangunan
proyek tersebut. Selanjutnya, pemilik proyek tersebut menunjuk kontraktor
pelaksana untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan tersebutdengan
berdasarkan pada gambar rencana dan perhitungan yang telah dibuat oleh
konsultan perencana.

2.6.1. Tugas Owner (Pemilik Proyek)


a. Untuk merealisasikan proyek ini, Pemilik/Owner memiliki
kewajiban pokok menyediakan dana untuk proyek. Berikut
penjelasan mengenai tugas dan wewenang Owner dalam
pelaksanaan proyek konstruksi bangunan. Memberikan keterangan-
keterangan yang jelas atas macam jenis, luas dan batasan-batasan
yang diinginkan dalam penugasan serta program dan persyaratan
pembangunan yang diinginkan (menyediakan biaya perencanaan
dan pelaksanaan pekerjaan proyek).
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek.
c. Mencantumkan golongan dan tingkatan pekerjaan untuk penentuan
imbalan jasa dan penggantian biaya yang akan dilakukan
d. Menyertakan surat pernyataan penerimaan tugas yang dibuat oleh
pihak arsitek.
e. Menyediakan data-data mengenai tanah, peta maupun hal-hal yang
diperlukan oleh pihak arsitek. Dan menyelesaikan masalah tanah,
perizinan dan lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan
pembangunan yang juga akan dibantu oleh para arsitek dalam
masalah teknis bangunan.
f. Mengangkat dan menunjuk bagian perencana, bagian pelaksana,
dan bagian pengawas.
g. Memberikan tugas pada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan
proyek.
h. Menandatangani kontrak kerja dan perjanjian-perjanjian yang ada
i. Mengambil keputusan terakhir yang mengikat mengenai
pembangunan proyek setelah berkonsultasi dengan konsultan
perencana/pengawas.

30
j. Mengurus segala perizinan yang diperlukan untuk pelaksana
pembangunan, seperti izin mendirikan bangunan (IMB), Izin
pelaksanaan pembangunan dari kepolisian.
k. Meminta pertanggungjawaban kepada konsultan pengawas atau
manajemen konstruksi (MK).
l. Penyelesaian masalah kepada pihak arsitek berupa imbalan jasa
atau penyelesaian tugasnya serta penggantian atas segala bentuk
biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak arsitek selama
pengembangan dan penugasan.
m. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.

2.6.2. Hak Owner (Pemilik Proyek)

Pihak Owner/pemberi tugas memiliki hak untuk mendapatkan tiga


rangkap salinan copy setiap dokumen pelaksanaan secara cuma-cuma. Dan hal
ini berlaku mulai dari masa bangunan sampai dengan selesainya masa
penugasan

Pihak Owner/pemberi tugas juga memiliki hak dalam meminta


perubahan-perubahan atas rancangan dari pihak arsitek, dengan catatan tidak
melebihi 2 kali perubahan. Tetapi hal ini dapat dilakukan oleh pihak pemberi
tugas sepanjang belum memasuki tahap perancangan dan pelaksanaan. Dan
apabila ada keterlambatan penyelesaian tugas dari pihak-pihak arsitek yang
semata-mata disebabkan oleh kesalahan ataupun kelalaian dari pihak arsitek,
maka dalam hal ini pihak pemberi tugas berhak untuk menuntut ganti rugi dari
pihak arsitek.

2.6.3. Wewenang Owner (Pemilik Proyek)


a. Membuat Surat Perintah Kerja (SPK).
b. Menyetujui atau menolak perubahan pekerjaan tambahan atau
pekerjaan kurang yang diajukan oleh konsultan perencana.
c. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah
dikerjakan.
d. Meminta pertanggungjawaban kepada pelaksana proyek atas hasil
pekerjaan konstruksi.
31
e. Memutuskan hubungan kerja kepada pihak pelaksana proyek yang
tidak dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan isi surat
perjanjian kontrak, misalnya pelaksanaan pembangunan dengan
bentuk dan material yang tidak sesuai dengan RKS.

2.7. TAHAPAN PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

Adapun tahapan-tahapan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi pada


Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi adalah sebagai berikut.

2.7.1. Pelelangan& Pemilihan Penyedia Jasa


2.7.1.1. Jenis-Jenis Pelelangan dan Pemilihan Penyedia Jasa
a. Pelelangan Umum (Terbuka)
Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan
yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat. (Peraturan Presiden
RI nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat 23). Dalam pemilihan penyedia
jasa dengan cara pelelangan umum, pengguna jasa / Owner dapat
melakukan prakualifikasi dan pasca kualifikasi. Pengguna jasa /
Owner harus mengikutsertakan sekurang-kurangnya 1 (satu)
perusahaan nasional.

b. Pelelangan Terbatas
Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu
melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks
(memiliki resiko tinggi dan/atau mempunyai teknologi tinggi).Dalam
pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan terbatas, pengguna
jasa / Owner wajib melakukan prakualifikasi. Pengguna jasa /
Ownerharus mengikutsertakan sekurang-kurangnya 1 (satu)
perusahaan nasional.

32
c. Pelelangan Sederhana
Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Jasa Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (Peraturan Presiden RI
nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat 25).

d. Pemilihan Langsung
Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia
Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (Peraturan Presiden RI
nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat 26).Pengguna jasa / Owner harus
mengikutsertakan sekurang-kurangnya 1 (satu) perusahaan nasional.

e. Penunjukan Langsung
Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa. (Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun 2012, pasal 1 ayat
31).

f. Pengadaan Langsung
Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung
kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/
Seleksi/Penunjukan Langsung. (Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun
2012, pasal 1 ayat 32).

2.7.1.2. Tata Cara Pelelangan dan Pemilihan Penyedia Jasa


Dokumen lelang terdiri dari gambar-gambar perencanaan, Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan keterangan lainnya mengenai pekerjaan.
Dokumen lelang untuk pekerjaan konstruksi disiapkan oleh Konsultan
Perencana atau dapat juga oleh pejabat instansi teknis yang ditunjuk. Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai
berikut.

33
a. Syarat Umum
 Keterangan mengenai pemberi tugas;
 Keterangan mengenai perencanaan;
 Keterangan mengenai direksi dan pengawasan;
 Syarat peserta pelelangan;
 Bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya.

b. Syarat Administratif
 Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan;
 Tanggal penyerahan pekerjaan / barang;
 Syarat pembayaran;
 Denda atas kelambatan;
 Besarnya jaminan penawaran;
 Besarnya jaminan pelaksanaan.

c. Syarat Teknis
 Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan;
 Jenis dan mutu bahan, antara lain bahwa semaksimal
mungkin harus menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan potensi nasional;
 Gambar detail, gambar konstruksi, dan sebagainya.

Penyedia jasa yang dipilih oleh pengguna jasa / Ownermeliputi


perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi.
Pemilihan penyedia jasa dilakukan dengan syarat :
a. Diumumkan secara luas melalui media massa, sekurang-
kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan pengumuman resmi
untuk umum.
b. Jumlah penyedia jasa yang tersedia terbatas.
c. Melalui proses prakualifikasi untuk menetapkan daftar pendek
peserta pelelangan. Kriteria penetapan daftar pendek peserta
pelelangan, meliputi :
 Pengalaman perusahaan untuk pekerjaan sejenis.

34
 Kualifikasi tenaga ahli yang dimiliki.
 Peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang
perseorangan harus sudah diregistrasi pada Lembaga.
 Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan
usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang
dikeluarkan oleh Lembaga.

Tata cara pemilihan penyedia jasa berdasarkan pelelangan


terbatasadalah sebagai berikut.
1. Pengumuman tentang pelelangan.
2. Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan.
3. Penjelasan.
4. Pemasukan penawaran.
5. Evaluasi penawaran (ditetapkan oleh pengguna jasa).
6. Penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan penilaian
kualitas dan/atau gabungan kualitas dan harga dan/atau harga
tetap dan/atau harga terendah, yang telah memenuhi persyaratan
administrasi dan teknis serta tanggap terhadap dokumen
pelelangan.
7. Pengumuman calon pemenang.
8. Masa sanggah.
9. Penetapan pemenang.

2.7.2. Kontrak Kerja Konstruksi


Kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dengan Penyedia Barang/Jasa (Peraturan Presiden RI nomor 70 tahun
2012, pasal 1 ayat 31).Kontrak Kerja konstruksi pada dasarnya dibuat secara
terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi yang terdiri dari kontrak
kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, kontrak kerja konstruksi untuk
pekerjaan pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan
pengawasan.

35
2.7.2.1. Jenis Kontrak
Adapun jenis kontrak sebagai berikut.
a. Fixed Price Contract
Fixed price contract adalah kontrak yang berdasarkan persetujuan
harga dan pelaksanaan proyek. Pengertian fixedyaitu pelaksana tidak
berubah lagi, semua yang akan dilaksanakan sudah jelas dan harga
sudah ditentukan. Fixed price contract terbagi dua macam, yaitu:

 Kontrak Lump Sum (Lump Sum Contract)


Kontrak pengadaan barang dan jasa atas penyelesaian
pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dalam jumah
harga yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin
terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang dan jasa (Kepres
RI No. 18 Tahun 2000).

 Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract)


Kontrak pengadaan barang dan jasa atas penyelesaian pekerja
dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti
dan tetap untuk setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi
teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat
perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya akan
didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia
barang dan jasa (Kepres RI No.18 Tahun 2000).

b. Unfixed Price Contract


Unfixed proce contract adalah kontrak yang menitikberatkan pada
biaya per unit pekerjaan, volume, dan lainnya. Unfixed price contract
terbagi atas dua macam, yaitu:

36
 Kontrak Putar Kunci (Turn Key Contract)
Kontraktor menyelesaikan pekerjaan sampai selesai dan
biayanya akan dikeluarkan olehOwner setelah pekerjaan
selesai.

 Prime Cost Contract


Kontraktor melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan
biaya pribadi terlebih dahulu. Kelemahan sistem ini yaitu
apabila tidak mendapat pengawasan dengan ketat dapat terjadi
pembengkakan harga.

2.7.2.2. Isi Kontrak Kerja Konstruksi

Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya memuat dokumen yang


meliputi :

a. Surat perjanjian yang ditandatangani pengguna jasa dan penyedia


jasa yang memuat, antara lain:
 Uraian para pihak
 Konsiderasi
 Lingkup pekerjaan
 Hal-hal pokok, seperti nilai kontrak & jangka waktu
pelaksanaan
 Daftar dokumen-dokumen yang mengikat serta urutan
keberlakuannya
b. Dokumen lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa
yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan
atau penawaran untuk pelaksanaan tugas yang berisi lingkup tugas
dan persyaratannya (umum dan khusus, teknis dan administratif,
kondisi kontrak).
c. Usulan atau penawaran, yaitu dokumen yang disusun oleh
pengguna jasa berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode,
harga penawaran, jadwal waktu, dan sumber daya.

37
d. Berita acara berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa
dan penyedia jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran
oleh pengguna jasa, antara lain klarifikasi atas hal-hal yang
menimbulkan keragu-raguan.
e. Surat pernyataan dari pengguna jasa menyatakan menerima atau
menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa.
f. Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan
kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan.

2.7.3. Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib dimulai dengan tahapan


perencanaan, yang selanjutnya diikuti dengan tahap pelaksanaan beserta
pengawasan yang masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan
penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran.
Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi, penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan
tentang :
 Keteknikan, meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi
bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan/atau komponen
bangunan, dan mutu peralatan sesuai dengan standar atau norma
yang berlaku.
 Keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja konstruksi
sesuai dengan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku.
 Perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.7.3.1. Tahapan Perencanaan

Lingkup tahap perencanaan pekerjaan konstruksi terbagi menjadi


beberapa tahapan, yaitu :

38
a. Prastudi kelayakan
b. Studi kelayakan
c. Perencanaan umum
d. Perencanaan teknik

Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggar
aan Jasa Konstruksi pada pasal 26, perencanaan pekerjaan konstruksi dibagi
menjadi beberapa kriteria, antara lain :

 Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan resiko


tinggi harus dilakukan prastudi kelayakan, studi kelayakan,
perencanaan umum, dan perencanaan teknik.
 Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan resiko
sedang harus dilakukan studi kelayakan, perencanaan umum, dan
perencanaan teknik.
 Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan resiko
kecil harus dilakukan perencanaan teknik.

Kriteria resiko pada pekerjaan konstruksi sebagaimana diatur pada


Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 pasal 10 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi terdiri dari :

 Kriteria resiko kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang


pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum dan harta
benda.
 Kriteria resiko sedang mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya dapat beresiko membahayakan keselamatan umum,
harta benda, dan jiwa manusia.
 Kriteria resiko tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya dapat beresiko membahayakan keselamatan umum,
harta benda, jiwa manusia, dan lingkungan.

Tahapan- tahapan Perencanaan teknis konstruksi yang diatur pada Bab


III Tahapan Pembangunan Gedung Negara poin B berbunyi sebagai
berikut.

39
a. Perencanaan teknis konstruksi merupakan tahap penyusunan
rencana teknis (desain) bangunan gedung negara, termasuk yang
penyusunannya dilakukan dengan menggunakan desain berulang
atau dengan desain prototip.
b. Penyusunan rencana teknis bangunan gedung negara dilakukan
dengan cara menggunakan penyedia jasa perencanaan konstruksi,
baik perorangan ahli maupun badan hukum yang kompeten, sesuai
dnegan ketentuan, dan apabila tidak terdapat penyedia jasa
perencanaan konstruksi yang bersedia, dapat dilakukan oleh
instansi Pekerjaan Umum atau instansi teknis setempat.
c. Rencana teknis disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
yang disusun oleh pengelola kegiatan.
d. Dokumen rencana teknis bangunan gedung negara secara umum
meliputi :
 Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur, mekanikal dan
elektrikal, serta tata lingkungan.
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang meliputi :
persyaratan umum, administratif, dan teknis bangunan gedung
negara yang direncanakan.
 Rencana anggaran biaya pembangunan.
 Laporan akhir tahapan perencanaan, meliputi :
 Laporan arsitektur
 Laporan perhitungan struktur, termasuk laporan
penyelidikan tanah (soil test)
 Laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal
 Laporan perhitungan IT (Informasi dan Teknologi)
 Laporan tata lingkungan
 Keluaran akhir tahap perencanaan yang meliputi dokumen
perencanaan berupa : Gambar Rencana Teknis, Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya
(Engineering Estimate), dan Daftar Volume Pekerjaan (Bill of
Quantity) yang disusun sesuai ketentuan.

40
 Kontrak kerja perencanaan kontruksi dan berita acara kemajuan
pekerjaan / serah-terima pekerjaan perencanaan, yang disusun
dengan mengikuti ketentuan yang tercantum dalam peraturan
presiden tentang pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara, dan pedoman pelaksanaan pengadaan barang / jasa
pemerintah beserta petunjuk teknis pelaksanaannya.

2.7.3.2. Tahap Pelaksanaanbeserta Pengawasannya

Tahapan selanjutan setelah perencanaan adalah tahap melaksanakan


apa yang direncanakan sekaligus mengawasinya. Lingkup tahap pelaksanaann
beserta pengawasan pekerjaan konstruksi meliputi :
a. Pelaksanaan fisik
b. Pengawasan
c. Uji coba
d. Penyerahan hasil akhir pekerjaan

Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan


berdasarkan hasil perencanaan teknik.Dalam hal ini setiap bangunan gedung
negara harus memenuhi persyaratan administratif, baik pada tahap
pembangunan maupun pada tahap pemanfaatan bangunan gedung negara.
Persyaratan administratif tersebut terdiri dari :
 Dokumen Pembiayaan / Dokumen Anggaran
 Status Hak Atas Tanah
 Status Kepemilikan
 Perizinan
 Dokumen Perencanaan
 Dokumen Pembangunan; terdiri atas :
 Dokumen Perencanaan
 Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
 Dokumen Pelelangan
 Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi dan As Built Drawings
 Hasil uji coba / test run operational
41
 Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia
jasa konstruksi)
 Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan
 Dokumen Pendaftaran; meliputi fotokopi :
 Dokumen Pembiayaan / DIPA (otorisasi pembiayaan)
 Sertifikat atau bukti kepemilikan / hak atas tanah.
 Status kepemilikan bangunan gedung.
 Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan.
 Berita Acara Serah Terima I dan II.
 As built drawings (gambar sesuai pelaksanaan konstruksi)
disertai arsip gambar / legger.
 Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik
Fungsi (SLF).
 Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia
jasa konstruksi).

Tahapan-tahapan pelaksanaan konstruksi yang diatur pada Permen PU


No. 45 Tahun 2007 pada Bab III Tahapan Pembangunan Gedung Negara
poin B berbunyi sebagai berikut.

a. Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung negara sudah


termasuk tahap pemeliharaan konstruksi.
b. Pelaksanaan konstruksi merupakan tahapan pelaksanaan
mendirikan bangunan gedung, baik merupakan pembangunan baru,
perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan yang sudah
ada, dan/atau perawatan rehabilitasi, renovasi, dan restorasi
dilakukan dengan menggunakan penyedia jasa pelaksana
konstruksi sesuai ketentuan.
c. Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen
pelelangan yang telah disusun oleh perencana konstruksi, dengan
segala tambahan dan perubahannya pada saat penjelasan
pekerjaan / aanwijzing pelelangan, serta ketentuan teknis (pedoman
dan standar teknis) yang dipersyaratkan.

42
d. Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan: kualitas masukan
(bahan, tenaga, dan alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan
pekerjaan), dan kualitas hasil pekerjaan seperti yang tercantum
dalam RKS.
e. Pelaksanaan konstruksi harus mendapatkan pengawasan dari
penyedia jasa pengawasan konstruksi atau penyedia jasa
manajemen konstruksi.
f. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
g. Penyusunan Konrak Kerja Pelaksanaan Konstruksi dan Berita
Acara Kemajuan Pekerjaan / Serah Terima Pekerjaan Pelaksanaan
Konstruksi maupun Pengawasan Konstruksi mengikuti ketentuan
yang tercantum dalam Peraturan Presiden tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah dan Petunjuk
Teknis Pelaksanaannya.
h. Pemeliharaan konstruksi adalah tahap uji coba dan pemeriksaan
atas hasil pelaksanaan konstruksi fisik. Di dalam masa
pemeliharaan ini, penyedia jasa pelaksaan konstruksi berkewajiban
memperbaiki segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang
terjadi selama masa konstruksi.
i. Dalam masa pemeliharaan semua peralatan yang dipasang di dalam
dan di luar gedung, hasil diuji coba sesuai fungsinya. Apabila
terjadi kekurangan atau kerusakan yang menyebabkan peralatan
tidak berfungsi, maka harus diperbaiki sampai berfungsi dengan
sempurna.
j. Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak kerja pelaksanaan
konstruksi bangunan gedung negara, masa pemeliharaan konstruksi
untuk bangunan gedung semi permanen minimal selama 3 (tiga)
bulan dan untuk bangunan gedung permanen minimal 6 (enam)
bulan terhitung sejak serah terima pertama pekerjaan konstruksi.
k. Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini, antara lain :
 Bangunan gedung negara yang sesuai dengan dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi.

43
 Dokumen hasil pelaksanaan konstruksi, meliputi :
 Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as
built drawing).
 Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat
pelaksanaan konstruksi fisik, termasuk Surat Izin
Mendirikan Bangunan (IMB).
 Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaan
pengawasan beserta segala perubahan / addendumnya.
 Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama
pelaksanaan konstruksi fisik, laporan akhir manajemen
konstruksi / pengawasan, dan laporan akhir pengawasan
berkala.
 Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah /
kurang, serah terima I dan II, pemeriksaan pekerjaan, dan
berita acara lain yang berkaitan dengan pelaksaan
konstruksi fisik.
 Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan
kemajuan pelaksaan konstruksi fisik.
 Manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung,
termasuk petunjuk yang menyangkut pengoperasian dan
perawatan peralatan dan perlengkapan mekanikal-
elektrikal bangunan.

2.8. KONTRAKTOR PELAKSANA


Secara umum pengertian kontraktor adalah sebuah badan/lembaga/orang
yang mengupayakan atau melakukan aktifitas pengadaan, baik berupa barang
maupun jasa yang dibayar dengan nilai kontrak yang telah disepakati. Jasa
kontraktor sipil sendiri merupakan jasa yang berupa pengadaan barang dan
jasa yang berhubungan dengan pekerjaan sipil, bisa berupa jalan, bangunan,
konstruksi jembatan, dan sebagainya. Kontraktor pelaksana pembangunan
adalah seseorang yang ditunjuk langsung oleh pemilik proyek untuk
melaksanakan suatu pekerjaan menurut biaya yang telah tersedia dan

44
melakukan pekerjaan sesuai dengan persetujuan dan syarat-syarat yang telah
disepakati, untuk kemudian menyerahkan pekerjaan apabila sudah selesai.

Di Indonesia, tercatat ada banyak sekali jasa kontraktor yaitu sekitar 180
ribu badan usaha kontaktor. Kontraktor – kontraktor itu sendiri harus
disertifikasi dan terregistrasi, hal ini diatur dalam LPJK (Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi). Didalam LPJK akan ditentukan jenis usaha
jasa konstruksi yang akan ditawarkan, bisa berupa pelaksana konstruksi
(kontraktor) maupun perencana konstruksi (konsultan). Baik kontraktor
maupun konsultan kemudian akan dikualifiasi ke dalam beberapa grade
(tingkatan). Pengkualifikasian ini berdasarkan pengalaman (lama badan usaha
itu berdiri), jumlah tenaga ahli/terampil yang dimiliki dan jumlah tenaga kerja
serta nilai modal yang dimilikinya. Kriteria penggolongannya adalah :

a. Untuk kualifikasi tertinggi atau yang sering disebut golongan besar,


ditujukan kepada badan usaha yang memiliki grade 6 atau grade 7
dimana badan usaha tersebut bisa menangani proyek dengan nilai yang
tidak terbatas.
b. Golongan menengah ditujukan kepada badan usaha yang memiliki
grade 5 dengan nilai proyek berkisar antara 1 – 10 Milyar. Dan
golongan kecil ditujukan untuk grade 4 – 2 dengan nilai proyek di
bawah 1 Milyar.

Tujuan dari pengklasifikasian ini hanya agar para badan usaha yang ada
dapat mengikuti tender dan mengerjakan proyek sesuai dengan kapasitas yang
dimiliki sekaligus untuk menjaga kelangsungan usaha bagi golongan
menengah sampai kecil.

Tugas, wewenang, dan tanggungjawab kontraktor pelaksana adalah


sebagai berikut:

a. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman


dalam melaksanakan pekerjaan dilapangan.
b. Bersama dengan bagian engineering menyusun kembali metode
pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksaan pekerjaan .

45
c. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dilapangan
sesuai dengan persyaratan waktu, kerja, mutu, dan biaya yang telah
ditetapkan.
d. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan
kegiatan harian kepada pelaksana pekerjaan.
e. Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan dilapangan.
f. Melaksanaan program kerja sesuai dengan program kerja mingguan,
metode kerja, gambar kerja, spesifikasi teknik.
g. Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan
mengatur pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek
h. Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga, dan
alat dilapangan.
i. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran hasil
pekerjaan dilapangan
j. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan dilapangan.
k. Melaksanakan pekerjaan dengan berdasar pada syarat-syarat yang telah
dibuat dalam bestek.
l. Mentaati segala peraturan yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan baik berupa keputusan dan peraturan-peraturan
pemerintahan.
m. Mengkonsultasikan mengenai gambar-gambar atau hal-hal lain yang
mungkin tidak cocok dengan kondisi lapangan kepada pengawas untuk
mencari alternatif pemecahannya
n. Bertanggungjawab kepada pemilik proyek dalam bentuk fisik
bangunan.
o. Kontraktor harus menyediakan bangunan/kantor ruang kerja di
lapangan untuk Kontrator, Supervisi dan Tim Teknis, sesuai dengan
kebutuhan dengan menggunakan bahan-bahan sederhana, lantai semen,
dinding Calciboard atau triplex, palfon eternity, atap seng/asbes
gelombang dilengkapi jendela, dan dengan pintu-pintu yang dapat
dikunci dengan baik
p. Kantor lapangan tersebut dilengkapi dengan peralatan-peralatan kantor
minimal sebagai berikut :
46
 Meja kerja berukuran 80 x 100 cm lengkap dengan kunci dan
meja mempunyai laci dan kunci, dengan jumlah sesuai kebutuhan.
 Satu stel meja kursi tamu.
 Satu papan tulis (white board) ukuran 120 x 240 cm.
 Papan untuk menempelkan gambar.
 Sebuah meja untuk rapat lapangan dengan ukuran dan jumlah
kursi sesuai kebutuhan.
 Lemari file/dokumen yang dapat dikunci dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
 Ruang toilet (KM/WC) dan dapur dengan persediaan air bersih
yang cukup.
 Peralatan gambar.
 Komputer lengkap dengan kursi dan perlengkapannya.
 Tenaga listrik dan penerangan.
 Peralatan komunikasi.
q. Kontraktor harus membuat bangsal kerja, tempat isitrahat pekerja,
tempat makan dan gudang mempunyai penyimpanan barang-barang
yang dapat dikunci
r. Penempatan bangunan tersebut diatas ditentukan kemudian oleh
Kontraktor atas persetujuan Supervisi dan pemilik Proyek
s. Segala biaya yang diperlukan untuk pembuatan bangunan tersebut
diatas dan peralatan yang dibutuhkan menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan dianggap telah termasuk harga kontrak/borongan.

2.9. KONSULTAN PENGAWAS


Konsultan pengawas (Direksi/Supervisor) adalah pihak yang ditunjuk
oleh pemilik proyek (Owner) untuk melaksanakan kegiatan pengawasan.
Konsultan pengawas dapat berupa badan usaha atau perorangan.

Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas dan


wewenang antara lain:

a. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak


kerja.

47
b. Melaksanakan pengawasan kerja secara rutin dalam perjalanan
pelaksanan proyek.
c. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek.
d. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada
pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan
pekerjaan.
e. Menegur dan memperingatkan pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi
penyimpangan terhadap kontrak kerja.
f. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan apabila pelaksana proyek tidak
memperhatikan peringatan yang telah diberikan.
g. Memberikan tanggapan atas usul yang diberikan oleh pihak pelaksana
proyek.
h. Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shopdrawing
pelaksana proyek.
i. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan
(site instruction).

Gambar 2.2.Struktur organisasi konsultan pengawas.


Sumber :google.com

2.10. HUBUNGAN KERJA

Hubungan Kerja adalah hubungan antara pihak pihak yang mempunyai


tanggung jawab terhadap pelaksanaan dan wewenang untuk menjamin
kelancaran jalannya proyek sehingga proyek dapat selesai tepat pada
waktunya. Hubungan kerja yang baik antara pihak pemberi tugas dan arsitek

48
adalah yang selalu terikat dengan suatu perjanjian tertulis yang mempunyai
kekuatan hukum, dimana didalamnya tercantum semua keterangan mengenai
jenis, luas, lingkup pekerjaan, batas waktu penugasan, besarnya anggaran
biaya yang diberikan/diperlukan dan penggantian segala macam biaya serta
tata cara pembayaran. Disini diharapkan pihak pemberi tugas bisa mengetahui
dan memanfaatkan lingkup pekerjaan perancangan bangunan, mengadakan
pengawasan terpadu sampai dengn pemecahan masalah apabila terjadi
perselisihan.

Suatu hubungan kerja dianggap telah terjadi sejak suatu penugasan


diberikan oleh pihak pemberi tugas dengan pihak arsitek yang dilaksanakan
secara tertulis maupun tidak tertulis. Selanjutnya pihak arsitek harus
menegaskan penugasan tersebut secara tertulis untuk disetujui oleh kedua
belah pihak.

2.10.1. Jenis-Jenis Hubungan Kerja

Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek


konstruksi pada umumnya dibedakan atas :
 Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional, yaitu hubungan yang dilaksanakan
sehubungan dengan fungsi dari masing-masing pihak yang terlibat
dalam proyek.
Dalam hal ini semua masalah teknis perencana diserahkan oleh
pemilik proyek kepada konsultan perencana. Berdasarkan
penunjukkan penujukkan pengawas oleh pemilik proyek, maka
seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada konsultan pengawas.
Jika ada masalah teknis yang perlu dibicarakan, maka menurut
peraturan umum pemilik proyek tidak dapat berhubungan langsung
kepada pelaksana/kontraktor tetapi harus melalui konsultan
pengawas. Dalam pelaksanaan dilapangan, konsultan pengawas
berkuasa penuh untuk menegur pelaksana/kontraktor jika pekerjaan
yang dilaksanakannya bertentangan dan menyimpang dari bestek
yang ada baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan
wewenangnya. Apabila teguran-teguran tersebut tidak diindahkan

49
oleh pelaksana, maka konsultan pengawas dapat menghentikan
seluruh pekerjaan baik untuk sementara maupun untuk seterusnya.

Berbeda dengan konsultan perencana, ia tidak dapat menegur


atau memerintah pelaksana/kontraktor secara langsung dilapangan
tanpa melalui konsultan pengawas. Hal ini disebabkan karena
diantara konsultan perencana dan pelaksana/kontraktor tidak ada
hubungan kerja, sebaliknya antara konsultan perencana dan
konsultan pengawas terdapat hubungan garis konsultasi. Untuk
lebih jelasnya, hubungan kerja secara teknis dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 2.3.Hubungan fungsional.


Sumber :Anonimos (2011)

 Hubungan Formal / Kontraktual


Hubungan formal / kontraktual, yaitu hubungan kerja sama
yang dikukuhkan dengan kontrak antara pihak-pihak yang terlibat.
Dalam hubungan secara hukum masing-masing pihak memiliki
kedudukan yang terikat secara hukum (kontrak). Masing-masing
pihak dalam melaksanakan tugas haruslah sesuai dengan
kedudukannya dan tidak boleh menyimpang dari kontrak. Untuk

50
lebih jelas masing-masing pihak secara hukum dapat digambar kan
sebagai berikut:

Gambar 2.4.Hubungan kontraktual.


Sumber :Anonimos (2011)

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan jenis organisasi


(pendekatan manajemen) dalam suatu proyek kontruksi, antara lain :
 Jenis proyek.
 Volume pekerjaan dan ketersediaan sumber daya.
 Kompleksitas proyek.
 Keadaan anggaran belanja (derakat ketepatan yang diijinkan dan
kecepatan pengembalian investasinya).
 Keadaan dan kemampuan pemberi tugas (pemilik proyek) yang
berkaitan dengan teknis (knowledgeable / unknowledgeable
Owner) dan administratif (overloaded Owner).
 Jenis kontrak.
 Sifat proyek : tunggal, berulang sama, jangka panjang.

2.10.2. Hubungan Kerja antara Owner, Konsultan Perencana, &
Kontraktor Pelaksana

Hubungan kerja antara Owner dan Konsultan Perencana merupakan


hubungan kontraktual.Konsultan memberikan layanan konsultasi, di mana
produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar rencana dan peraturan serta
syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa atas

51
konsultasi yang diberikan oleh konsultan.Pemilik proyek menunjuk bagian
untuk membuat gambar rencana, termasuk perhitungan yang berkaitan dengan
gambar tersebut. Setelah menunjuk bagian perencana, maka diadakan kontrak
secara tertulis. Konsultasi antara pemilik proyek dengan dan bagian perencana
selalu diadakan dalam mempersiapkan suatu rancangan atau rencana
pembangunan proyek agar tercapai hasil yang dikehendaki oleh si pemberi
tugas.

Hubungan kerja antara Owner dan Kontraktor Pelaksana merupakan


hubungan kontraktual.Kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya
berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek yang telah
dituangkan ke dalam gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat oleh
konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional
kontraktor.Pemilik proyek menunjuk kontraktor pelaksana pembangunan
dengan cara pelelangan proyek. Setelah melalui langkah-langkah dalam
pelelangan, pemilik proyek memilih salah satu kontraktor pelaksana dari
peserta pelelangan proyek tersebut. Kemudian diadakan suatu kontrak kerja
antara pemilik proyek dengan kontraktor pelaksana pembangunan.

Hubungan kerja antara Konsultan Perencana dan Kontraktor Pelaksana


merupakan hubungan fungsional.Konsultan memberikan gambar rencana dan
peraturan serta syarat-syarat, kemudian kontraktor harus merealisasikannya
menjadi sebuah bangunan.

2.10.3. Hubungan Kerja antara Owner, Kontraktor Pelaksana, &
Konsultan Pengawas

Setelah Ownermenunjuk Konsultan Perencana, kemudian Konsultan


Perencana menunjuk Konsultan Pengawas untuk mengawasi proses
dilapangan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana pembangunan sesuai
dengan kontrak kerja yang berlaku. Pertanggungjawaban ini diwujudkan
dalam bentuk laporan mingguan dan laporan harian pelaksanaan di lapangan.

Hubungan kerja antara Owner dan Konsultan Pengawas merupakan


hubungan kontraktual dan hubungan fungsional.Pengawas menyampaikan

52
perubahan-perubahan yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan di
lapangan.Owner membayar atau mengurangi biaya perubahan.
Hubungan kerja antara Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Pengawas
merupakan hubungan fungsional.Pengawas melakukan pengawasan selama
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah
disepakati.Kontraktor melaporkan setiap hasil pekerjaan yang dilaksanakan
dan kendala-kendala secara teknis kepada pengawas.

Gambar 2.5.Hubungan kerja dalam sebuah proyek.


Sumber :google.com

2.11. KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA (K3)


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dibagi menjadi dua
pengertian, yaitu:
 Secara filosofi
Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.
 Secara keilmuan
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit, dan lainnya.

53
2.11.1. Tujuan K3
 Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga kerja.
 Meningkatkan efisiensi kerja.
 Menjamin proses produksi berjalan lancar.

2.11.2. Sasaran K3
 Menjamin keselamatan pekerja
 Menjamin keamanan alat yang digunakan
 Menjamin proses produksi yang aman dan lancar

2.11.3. Dasar Hukum K3


 UU No.1 tahun 1970
 UU No.21 tahun 2003
 UU No.13 tahun 2003
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 ILO Code of Practice, Prevention of Major Industrial Accidents

2.11.4. Faktor-Faktor Ancaman Resiko Kecelakaan Kerja

Gambar 2.6.Diagram hubungan faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja.


Sumber :google.com

2.11.5. Hambatan dari Penerapan K3


 Dari Sisi Pekerja/Masyarakat
 Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar.

54
 Banyak pekerja tidak menuntut jaminan K3 karena SDM yang
masih rendah.

 Dari Sisi Perusahaan


Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau
operasional dan meningkatkan efisiensi pekerja untuk
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

2.11.6. Level Resiko


a. Level 1 (Tidak Ada) : Tidak ada cedera.
b. Level 2 (Ringan) : Cedera ringan (hanya membutuhkan
P3K), peralatan rusak ringan.
c. Level 3 (Sedang) : Menyebabkan cidera yang memerlukan
perawatan medis ke rumah sakit,
peralatanrusak sedang.
d. Level 4 (Berat) : Menyebabkan cidera yang
menyebabkancacatnya anggota tubuh
permanen, peralatan rusak berat.
e. Level 5 (Fatal) : Menyebabkan kematian satu orang atau
lebih, kerusakan berat pada mesin
sehinggamengganggu proses produksi.

2.11.7. Level Peluang / Kemungkinan Kecelakaan


a. Level 1 (Tidak Pernah) : Tidak pernah terjadi.
b. Level 2 (Jarang) : Frekuensi kejadian jarang terjadi dalam
waktu tahunan.
c. Level 3 (Sedang) : Frekuensi kejadian sedang dalam waktu
bulanan.
d. Level 4 (Sering) : Hampir 100% terjadi kejadian tersebut.
e. Level 5 (Pasti Terjadi) : 100% kejadian pasti terjadi.

2.11.8. Jenis Bahaya Dalam K3

55
Jenis-jenis bahaya dalam K3 yang biasanya terdapat pada proyek
konstruksi, yaitu:

 Terbentur
Kecelakaan ini terjadi ketika seseorang yang tidak disangka
ditabrak atau ditampar suatu hal yang bergerak.Misalnya :
terserang pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing material.

 Membentur
Muncul akibat pekerja yang bergerak terkena atau bersentuhan
dengan beberapa objek.Misalnya : terserang pojok atau bagian
yang tajam, menabrak pipa-pipa. Disarankan menggunakan sapu
safety untuk mencegah cidera pada kaki.

 Terjebak (caught in, caught on, caught between)


Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi apabila
kaki pekerja tersangkut di antara papan-papan yang patah di lantai.
Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang muncul apabila
pakaian dari pekerja terserang pagar kawat.
Contoh dari caught between adalah kecelakaan yang terjadi apabila
lengan atau kaki dari pekerja tersangkut bagian mesin yang
bergerak.

 Jatuh dari ketinggian


Kecelakaan ini banyak terjadi, yakni jatuh dari tingkat yang lebih
tinggi ke tingkat yang lebih rendah.Misalnya : jatuh dari tangga
atau atap.

 Jatuh dari ketinggian yang sama


Beberapa kecelakaan yang muncul dari tipe ini kerap kali berupa
tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.

56
 Pekerjaan yang terlalu berat
Kecelakaan ini muncul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang
dilakukan pekerja, seperti mengangkat, menambah, menarik benda
atau material yang dilakukan di luar batas kekuatan fisik pekerja.

 Terserang aliran listrik


Luka yang diakibatkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan
anggota tubuh dengan alat atau peralatan yang mengandung listrik.

 Terbakar
Keadaan ini terjadi akibat sebuah bagian dari badan mengalami
kontak dengan percikan bunga api, atau mungkin dengan zat kimia
yang panas.

2.11.9. Cara Pengendalian Ancaman Bahaya Kesehatan dan Keselamatan


Kerja (K3)
Adapun cara pengendalian ancaman bahaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) sebagai berikut.
a. Pengendalian Teknik
 Mengganti prosedur kerja.
 Menutup atau mengisolasi bahan bahaya.
 Menggunakan otomatisasi pekerja.
 Ventilasi sebagai pengganti udara yang cukup.

b. Pengendalian Administratif
 Mengatur waktu yang pas/ sesuai antara jam kerja dengan
istirahat.
 Menyusun peraturan K3.
 Memasang tanda-tanda peringatan.
 Membuat data bahan-bahan yang berbahaya dan yang aman.

57
 Mengadakan dan melakukan pelatihan system penanganan
darurat.

c. Standar Keselamatan Kerja


 Perlindungan badan yang meliputi seluruh badan.
 Perlindungan mesin.
 Pengamanan listrik yang harus mengadakan pengecekan
berkala.
 Pengamanan ruangan, meliputi sistem alarm, alat pemadam
kebakaran, penerangan yang cukup, ventilasi yang cukup, jalur
evakuasi yang khusus.
d. Alat Pelindung Diri
 Safety helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-
benda yang dapat melukai kepala.

Gambar 2.7.Safety helmet.


Sumber :google.com

 Safety belt, berfungsi sebagai alat pengaman ketika


menggunakan alat trasportasi.
Beberapa jenis safety belt, yaitu :
- Safety belt dengan shock absorber

58
Gambar 2.8.Safety beltdengan shock absorber.
Sumber :google.com

- Safety belt dengan rope / tali

Gambar 2.9.Safety beltdengan rope / tali.


Sumber :google.com

- Harness safety belt

Gambar 2.10.Harness safety belt.


Sumber :google.com

59
Gambar 2.11.Cara pemakaian harness safety belt.
Sumber :google.com

- Slide chuck ,pelengkap dari safety belt.

Gambar 2.12.Slide chuck.


Sumber :google.com

Gambar 2.13Cara pemakaian slide chuck.


Sumber :google.com

60
 Penutup telinga, berfungsi sebagai penutup telinga ketika
bekerja di tempat yang bising.
Ada beberapa jenis, yaitu :
- Ear plug, dipakai sebelum ear muff.

Gambar 2.14.Ear plugdan pengaplikasiannya.


Sumber :google.com

- Ear muff, dipakai setelah ear plug.

Gambar 2.15.Ear muffdan pengaplikasiannya.


Sumber :google.com

- Helmet mounted ear muff, gabungan dari safety


helmet dan ear muff.

61
Gambar 2.16.Pengaplikasian helmet mounted ear muff.
Sumber :google.com

 Kaca mata pengamanan, berfungsi sebagai pengamanan mata


ketika bekerja dari percikan.
Ada 2 jenis, yaitu :
- Safety glasses : terlihat seperti kaca mata biasa,
namun lebih kuat dan tahan benturan serta tahan
panas daripada kaca mata biasa.

Gambar 2.17.Safety glassesdan pengaplikasiannya.


Sumber :google.com

- Goggles : terlihat seperti kaca mata renang,


memberikan perlindungan lebih baik dibanding safety
glass karena lebih menempel ke wajah.

62
Gambar 2.18.Pemakaian goggles.
Sumber :google.com

 Pelindung wajah, berfungsi sebagai pelindung wajah ketika


bekerja.

Ada 2 jenis, yaitu :


- Pelindung wajah biasa : memberikan perlindungan
menyeluruh pada wajah dari bahaya percikan bahan
kimia, objek yang beterbangan, atau cairan besi.
Pelindung wajah ini dapat digunakan bersamaan
dengan penggunaan safety helmet.

Gambar 2.19.Pelindung wajah biasa.


Sumber :google.com

- Helm pengelas : memberikan perlingungan, baik pada


wajah dan juga mata. Helm ini menggunakan lensa

63
penahan khusus yang menjaring intensitas cahaya
serta energi panas yang dihasilkan dari kegiatan
pengelasan.

Gambar 2.20.Helm pengelas.


Sumber :google.com

 Gloves / sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan saat


bekerja.

Gambar 2.21.Gloves.
Sumber :google.com

 Footwear, berupa sepatu dan sepatu boots.


Beberapa jenis footwear, yaitu :
- Steel toe : sepatu yang didesain untuk melindungi jari
kaki dari bagian tuas sampai jari kaki.

Gambar 2.22.Steel toe boots.


Sumber :google.com

64
- Metatarsal : sepatu yang didesain khusus melindungi
seluruh kaki dari bagian tuas sampai jari kaki.

Gambar 2.23.Metatarsal boots.


Sumber :google.com

- Reinforced sole : sepatu yang didesain dengan bahan


penguat dari besi yang akan melindungi tusukan pada
kaki.

Gambar 2.24.Reinforced sole boots.


Sumber :google.com

- Latex / rubber : sepatu yang tahan terhadap bahan


kimia dan memberikan daya cengkeram yang lebih
kuat pada permukaan yang licin.

Gambar 2.25.Rubber boots.


Sumber :google.com

65
 Masker, berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di
tempat yang kualitas udaranya kurang bagus.

Gambar 2.26.Masker.
Sumber :google.com

BAB III

TINJAUAN TERHADAP PROYEK

3.1. Deskripsi Proyek

Data teknis pembangunan Apartemenoleh :PT. PERDANA


RANCANGBANGUN UTAMA (PRBU) bersama ProBuiltder.

a) Identitas Proyek

66
a. Nama Proyek : Apartemen Podomoro Medan

b. Lokasi : Jl. Putri Hijau/Guru Patimpus

c. Pemilik : PT.Agung Podomoro Land

d. Jumlah Lantai : 35 (tiga puluh lima) Lantai

e. Kontraktor Pelaksana : PT. PERDANA RANCANGBANGUN


UTAMA

f. Dana : -

g. Sumber Dana : PT.Agung Podomoro Land

b) Dimensi Proyek

a. Luas bangunan : 11.312 m2

Terdiri dari bangunan besar yang berfungsi sebagai area parkir dan
area komersial serta 4 tower northern dan southtern.

b. Luas lantai sebagai berikut :

 Lantai Satu : 8.552 m2

 Lantai Dua : 8.552 m2

 Lantai Tiga : 4.225 m2

 Lantai Empat – Lantai Dua Puluh : Tiap Lt. 4.225 m2

c. Fungsi tiap lantai

 Lantai Satu : Tempat Parkir ,


Area Service

 Lantai Dua : Tempat Parkir,


Apartemen

 Lantai Tiga– Lantai Dua Puluh : Apartemen

67
d. Tinggi Lantai adalah sebagai berikut :

 Lantai Satu : 4 m

 Lantai Dua : 3.50 m

 Lantai Tiga– Lantai Dua Puluh : 3m

3.2. Struktur Organisasi Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan yang memiliki awal dan akhir dalam
mewujudkan gagasan yang timbul, dalam proyek-proyek yang besar masalah
yang dihadapi juga semakin besar dan juga kompleks.

Manajemen yang baik dan teratur dalam suatu proyek dapat menunjang
keberhasilan dan kelancaran proyek hingga tujuan dari proyek dapat tercapai
sesuai yang diharapkan.

Pada proyek pembangunan Apartemen Podomoro, pemilik proyek


menunjuk langsung tim perencana, supervisi dan kontraktor pada pelaksana
proyek.

Adapun pihak-pihak yang terlibat pada proyek pembangunan Apartemen


Podomoro antara lain :

Pemilik : PT. AGUNG PODOMORO LAND

Konsultan Struktur : PT. JAYA CM

Kontraktor Pelaksana : PT. PERDANA RANCANG BANGUN


UTAMA bersama PROBUILDER

a) Pemilik Proyek

Pemilik proyek adalah PT.Agung Podomoro Land, Apartemenini terletak di


jalan Guru Patimpus Medan Kesawan.Tujuan dari pembangunan Apartemen
ini adalah untuk menyediakan fasilitas tempat tinggal untuk kalangan
masyarakat.

68
b) Hubungan Kerja Pemilik dengan Kontraktor

Pemilik Proyek yakni PT. Agung Podomoro Land adalah rekanan dari
PT.Perdana RancangBangun Utama.Pemilik Proyek melakukan jenis
pelelangan (tender) secara terbata yaitu peserta yang mengikuti pelelangan
diatasi oleh pemilik dan sebagai yang terpilih adalah pihak PT.Perdana
RancangBangun Utama sebagai pihak kedua untuk melaksanakan pekerjaan
Pembangunan Apartemen Podomoro Medan.
Pemilik Proyek
(PT. Agung Podomoro Kontraktor
Land) (PT. Perdana
RancangBangun Utama)

Pelaksanaan Pengawasan

Tabel 3.1. Hubungan Kerja Pemilik dengan Kontraktor

c) Pelaksana Proyek (Kontraktor)

Kontraktor adalah suatu badan atau perorangan yang menerima


pekerjaan dan melaksanakan sesuai dengan gambar rencana kerja dan syarat-
syarat yang telah ditetapkan dan disepakati oleh kedua belah pihak.Kontraktor
dalam hal ini ditunjuk oleh pemilik yaitu PT.Perdana Rancang Bangun Utama.
Adapun struktur organisasi perusahan tersebut adalah sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI

CEO of Probuiltder
Ir. Budiono,MA
69
DIREKTUR
Nilla Herawati, SE. AK

PROJECT MANAGER

LOGISTIC SITE MANAGER SITE ENGINERING


Hendro, ST.

SUPERVISOR
1
SUPERVISOR SUPERVISOR Bahrum Sirait SUPERVISOR SUPERVISOR

STAF KONTRAKTOR
Adi Sutong
Tabel 3.2. Struktur Organisasi PT.PRBU

3.3. Bahan dan Peralatan

3.3.1. Bahan Konstruksi Bangunan

Bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan


konstruksi. Banyak bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu,
bahkan ranting dan daun telah digunakan untuk membangun bangunan. Selain
dari bahan alami, produk buatan banyak digunakan, dan beberapa lagi kurang
sintetik.Industri pembuatan bahan bangunan didirikan di banyak negara dan
penggunaan bahan-bahan tersebut biasanya dibagi ke dalam perdagangan

70
khusus tertentu, seperti pertukangan, pipa, atap dan pekerjaan isolasi.Acuan
ini berhubungan dengan tempat tinggal manusia dan struktur termasuk rumah.

1) Air

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin)
dan pada lapissan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung).Akan
tetapi, juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau,
uap air, dan lautan es.

Air merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan


konstruksi bahan bangunan dengan struktur beton bertulang.

Pada konstruksi beton, Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen


sehingga dapat menjadi bahan perekat antara agregat halus ( pasir), agregat
kasar (kerikil) serta bahan campuran beton lainya

Sedangkan pada konstruksi baja, air digunakan sebagai bahan pencuci


profil baja dari kotoran yang timbul akibat penyimpanan maupun pada saat
distribusi baja.

Dalam pembuatan konstruksi beton harus digunakan air yang baik


sehingga dapat tercipta beton yang kuat serta tahan lama.

Air yang baik untuk campuran beton bertulang sebaiknya harus memenuhi
persyaratan standar nasional Indonesia (SNI) yaitu sebagai berikut:

 Air harus bersih

 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram /liter.

 Tidak mengandung lumpur minyak dan benda terapan lain yang bisa
dilihat secara visual.

 Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton (asam organik)


lebih dari 15 gram/ liter.

71
 Tidak mengadung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter.

 Tidak mengandung chlorida (cl) lebih dari 0,5 gram / liter.

Air yang digunakan sebaiknya dari jenis air tawar karena air asin/air laut
mempunyai kadar garam yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan besi
tulangan berkarat dan konstruksi beton tidak mempunyai kekuatan optimal
karena pemilihan air yang salah pada saat pelaksanaan.

Dengan demikian sebuah konstruksi bangunan yang kuat diawali dari


pemilihan air yang baik sebagai bahan bangunan.

2) Semen

Semen adalah zat berbentuk serbuk yang digunakan sebagai perekat


dengan cara mencampurkan semen dengan beberapa material lain seperti
agregat halus/pasir, agregat kasar/kerikil, air, batu bata ringan dan bahan
lainnya. Sistem kerja dari semen ialah mengikat seluruh bahan-bahan tersebut
menjadi satu sehingga membentuk beton.Selain itu, semen juga dijadikan
sebagai plesteran untuk menutupi pasangan batu bata ringan yang dijadikan
sebagai dinding.

Gambar 3.3. Jenis-jenis semen (Sumber : Dokumen Pribadi)

3) Agregat Halus

72
Agregat halus pada umumnya terdiri dari pasir atau partikel yang
merupakan salah satu bahan isian pada suatu adukan campuran beton. Pasir
sebagai agregat halus dalam pembuatan beton jika ditinjau dari asalnya dapat
berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa
pasir buatan uyang di hasilkan oleh alat-alat pemecah batuan agar diperoleh
mutu beton yang baik, pasir yang akan digunakan harus memenuhi beberapa
kriteria tertentu. Pasir harus terdiri dari butiran tajam, keras, dan bersifat
kekal.Selain itu, pasir juga tidak boleh mengandung banyak lumpur dan
bahan-bahan organik karena dapat mengurangi kekuatan beton.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah keanekaragaman besar butiran
agregat halus tersebut. Dengan diketahuinya gradasi (pembagian atau
distribusi ukuran agregat), perencanaan adukan beton dapat dilakukan dengan
tepat. Tujuan gradasi ini tidak lain adalah untuk mengurangi regangan
seminimum mungkin.

Gambar 3.4. Agregat halus (Sumber : Dokumen Pribadi)

4) Agregat Kasar

Agregat kasar terdiri dari batu pecah dan kerikil-kerikil.Batu pecah


diperoleh dari pemecah batu, sedangkan kerikil merupakan disintregasi dari
batuan. Perbedaan dasar antara kerikil (koral) dengan batu pecah (split) adalah
dengan permukaan yang lebih kasar maka batu pecah lebih menjamin ikatan
yang lebih kokoh dengan semen. Sama halnya dengan agregat halus, agregat
kasar harus memenuhi beberapa syarat, yaitu terdiri dari butir yang keras dan
tidak berpori.

73
Agregat jenis ini juga, tidak boleh banyak mengadung lumpur dan
kekerasan juga merupakan salah satu syaratnya. Agregat kasar harus terdiri
dari butir-butir yang beranekaragam besarnya untuk memperoleh rongga-
rongga seminim mungkin. Pemakaian ukuran butiran ini juga tergantung dari
dimensi penggunaan beton yang akan dibuat. Untuk memisahkan agregat
kasar dengan agregat halus dipakai saringan.Material yang tertahan pada
saringan tersebut merupakan agregat kasar. Ini dilakukan dengan
menggunakan satu set saringan yang digerakkan oleh motor. Setelah
perhitungan dilakukan maka dapat dibuat kurva distribusi ukuran atau kurva
gradasi agregat halus (pasir).

5) Tulangan Besi

Tulangan Besi merupakan besi yang digunakan untuk penulangan


konstruksi beton atau yang lebih dikenal sebagai beton bertulang. Dalam
pembuatan sebuah konstruksi peranan beton ini sangat penting namun beton
yang pada prinsipnya memiliki kekuatan memikul gaya yang terbatas. Untuk
itu biasanya pada beton ditambahkan penulangan dengan menggunakan besi
beton untuk memperkuat konstruksi sehingga bisa memikul gaya-gaya yang
bekerja pada konstruksi yang dikenal dengan sebutan beton bertulang.

Bentuk tulangan besi ada 2 (dua) jenis yaitu besi dengan bentuk yang
Polos dan Besi Ulir. Pada besi polos bentuk penampangnya tidak bersirip
dengan permukaan yang licin serta bundar sementara besi ulir memiliki bentuk
bersirip memanjang dengan pola tertentu sesuai dengan pilihan pada proses
pembuatannya.

Fungsi tulangan besi adalah untuk menahan gaya tarik, gaya geser dan
momen torsi yang timbul akibat beban-beban yang bekerja pada konstruksi
tersebut.

74
Gambar 3.5. Tulangan besi (Sumber : Dokumen Pribadi)

6) Kawat

Kawat adalah benda yang terbuat dari logam yang panjang dan
lentur.Kawat merupakan benda penghantar listrik.

Kawat digunakan sebagai pengikat rangkaian tulangan-tulangan antara


satu tulangan dengan yang lainnya baik untuk tulangan kolom, balok, slab,
shearwall, atau pun rangkaian tulangan lainnya sehingga membentuk suatu
rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor.

7) Batu Bata Ringan

Bata ringan adalah batu bata yang memiliki berat jenis lebih ringan
daripada bata pada umumnya.Bata ringan berfungsi sebagai pembentuk
dinding pada bangunan, bata ringan juga memiliki ukuran yang lebih besar
dari batu bata biasa sehingga mempercepat dalam proses pengerjaannya dan
menghemat jumlah penggunaan semen pada bangunan.Pada Bangunan ini,
batu bata ringan yang digunakan adalah batu bata ringan dengan ukuran 30 cm
x 15 cm.

75
Gambar 3.6. Bata Ringan (Sumber : Dokumen Pribadi)

8) Beton

Beton ini didapatkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir),


agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat lain dan air, dengan semen Portland.
Selain itu, untuk pengecoran struktur beton dibuat dengan menggunakan truck
mixer agar pengerjaan lebih mudah dan mendapatkan mutu beton yang
diinginkan.Sebelum tahap pengecoran dilakukan uji beton terlebih dahulu,
beton yang digunakan pada bangunan adalah beton dengan spesifikasi K-225
dengan beton K-250 dengan system ready mix.

9) Kayu

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).Kayu pada proyek ini
berfungsi sebagai perancah, bekisting untuk pengerjaan lantai, kolom, balok,
dinding, dan keperluan lainnya.

10) Cat

Cat adalah produk yang digunakan untuk melindungi dan memberikan


warna pada suatu objek atau permukaan dengan melapisinya dengan lapisan
berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain
untuk menghasilkan karya seni (oleh pelukis untuk membuat lukisan), salutan
industri (industrial coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet
(untuk mencegah korosi atau kerusakan oleh air).

Cat pada bangunan berfungsi melindungi lapisan dinding dari sinar


matahari, jamur, menambah estetika dan menunjukkan suatu komunikasi dari
bangunan tersebut.

76
Gambar 3.7.warna cat yang digunakan (Sumber : Dokumen Pribadi)

11) Kaca

Kaca adalah amorf (non kritalin) material padat yang bening dan
transparan (tembus pandang), biasanya rapuh. Jenis yang paling banyak
digunakan selama berabad abad adalah jendela dan gelas minum. Kaca dibuat
dari campuran 75% silikon dioksida (SiO2) plus Na2O, CaO, dan beberapa zat
tambahan. Suhu lelehnya adalah 2.000 derajatCelsius.

Pada bangunan ini kaca digunakan sebagai penutup dinding yang dapat
dibuka yang berfungsi sebagai sirkulasi udara keluar dan masuk ruangan.

Gambar 3.8.Kaca yang telah terpasang (Sumber : Dokumen Pribadi)

12) Keramik

Keramik punya fleksibilitas pakai tinggi dan dapat diaplikasikan pada hampir
seluruh bagian bangunan.Keramik adalah material yang digunakan pada
lantai. Jenis lantai Granit yang digunakan 80 cm x 80 cm. Selain kuat, juga
tidak membutuhkan pemolesan dan mudah dalam perawatannya

77
Gambar 3.9. Lantai Granit (Sumber : Dokumen Pribadi)

13) Bahan-bahan lain

Bahan-bahan lain adalah bahan yang diperlukan untuk menunjang


porses pengerjaan bangunan, baik saat pengecoran, pemasangan dinding dan
plesteran seperti karung goni, benang, martil, gergaji, meteran, dan
sebagainya.

3.3.2. Peralatan Yang Digunakan

1) Concrete Vibrator

Concrete vibrator adalah alat yang berfungsi untuk menggetarkan


beton pada saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan
tidak terdapat rongga-rongga udara diantara beton yang dapat membuat beton
keropos. Concrete vibrator digerakkan oleh mesin listrik dan mempunyai
lengan sepanjang beberapa meter untuk dapat menggetarkan beton di tempat
yang agak jauh.

Alat ini digunakan sebagai pemadat pada saat pengecoran yang sedang
berlangsung, baik pada kolom, shear wall/core wall pelat lantai maupun balok
dengan cara menggetarkannya. Hal ini untuk menghindari adanya gelembung-
gelembung udara yang terjadi pada saat pengecoran yang dapat menyebabkan
pengeroposan pada beton sehingga mengurangi kekuatan struktur  beton itu
sendiri. Terutama untuk volume pengecoran yang besar, alat ini sangat
penting. Penggunaannya tidak boleh miring dan terlalu lama pada satu tempat
saja serta tidak boleh mengenai tulangan yang akan menyebabkan bergesernya
letak tulangan.

78
Gambar 3.10.Concrete Vibrator (Sumber : www.google.com/ Concrete
Vibratore)

2) Concrete Bucket

Concretebucket adalah tempat pengangkutan beton dari truck mixer


concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump
dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka beton dari truck mixer
concrete dituangkan kedalam Concretebucket, kemudian pengangkutan
dilakukan dengan bantuan tower crane. Dalam pengerjaannya dibutuhkan satu
orang sebagai operator concrete bucket yang bertugas untuk membuka atau
mengunci agar cor-an beton tidak tumpah pada saat dibawa ke area
pengecoran dengan tower crane.

Pipa tremie adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh
beton pada saat pengecoran. Pipa tremie biasa dipasang pada ujung bawah
concretebucket sehingga beton yang keluar dari concretebucket tidak langsung
jatuh dan menumbuk lokasi pengecoran. Usahakan sedekat mungkin antara
pipa tremie dengan permukaan beton lama, hal ini dilakukan untuk
menghindari agregat kasar, terlepas dari adukan beton.

Gambar 3.11. Proses Pengecoran Concrete Bucket(Sumber :


www.google.com)

3) Tower Crane

Crane adalah alat berat yang digunankan untuk pelayanan


pembangunan bangunan tingkat tinggi yang mencakup daerah yang luas. Pada
proyek ini menjadi sentral atau alat yang paling utama karena dalam proyek
gedung bertingkat tinggi transportasi vertikal maupun horizontal yang
memegang peranan penting dan menentukan terutama soal kecepatan kerja.

79
Tower crane digunakan untuk mengangkut concrete bucket untuk pengecoran
kolom pada lokasi yang tinggi serta mengangkut peralatan bantu dan bahan-
bahan untuk pekerjaan struktur, seperti air kompresor, bekisting kolom, flying
table form, besi beton, serta alat dan bahan lain. Seluruh operasional proyek
sangat dipengaruhi oleh berfungsinya tower crane disebabkan peranannya
yang dominan untuk kelancaran jalannya pembangunan proyek.

Prinsip kerja tower crane berdasarkan kekuatan mesin (genset),


keseimbangan beban, momen dan tegangan tarik kabel, serta sifatnya dapat
berputar 360 derajat. Tower crane mampu menjangkau tempat yang jauh,
mempunyai kapasitas angkut yang besar, dan dapat diatur mengikuti
ketinggian bangunan.

Jenis tower crane harus ditempatkan sebaik mungkin agar dapat


menjangkau seluruh wilayah proyek dengan menggunakan panjang lengan
atau (jib length) yang sependek mungkin tanpa harus melakukan pekerjaan
bongkar pasang tower crane. Semakin jauh radius jib length maka kemmpuan
angkut menurun.

Untuk keperluan operasional, ketinggian tower crane minimal harus


lebih tinggi 4-6 meter dari ketinggian maksimum pekerjaan yang dilayani.

Bagian-bagian dari tower crane :

a) Jib length, merupakan bagian dari tower crane yang panjang dan
bisa berputar secara horizontal sebesar 360 derajat atau sering
disebut lengan tower crane yang berfungsi untuk mengangkat
material atau alat bantu pada proyek dengan bantuan kabel baja
(sling).

b) Counter weight, be rupa beton pemberat yang terdapat pada bagian


belakang tower crane yang berfungsi untuk memberikan
keseimbangan pada tower crane.

c) Mast section, adalah bagian dari tower crane yang menentukan


tinggi dari tower crane, dimana pemasangan tiap-tiap mast section
dibantu dengan alat hidrolik untuk menyusun mast section tersebut
kearah vertikal.

80
d) Join pin adalahi bagian dari tower crane yang merupakan tempat
operator mengoperasikan tower crane.

e) Sabuk pengaman (collar frame atau anchorages). Setelah


ketinggian tower crane melampaui batas free standing yang
diizinkan oleh pabrik pembuat, tower crane harus dipasang sabuk
pengaman (tie beam) yang diikatkan pada bangunan atau kolom.
Dalam pemasangannya, harus diperhatikan kekuatan bracing agar
konstruksi stabil menerima beban tarik dan tekan.

Gambar 3.12.Tower Crane(Sumber : www.google.com/towercrane)

4) Truck Mixer

Truck mixer adalah alat pengangkut beton dari batching plant ke lokasi
bagian-bagian concrete pump. Truck mixer terdiri dari rotationswing, boom,
dan control panel.

Gambar 3.13.Truck mixer yang digunakan untuk pengecoran beton (Sumber :


Dokumen Pribadi

81
5) Concrete Pump

Concrete pump  truck adalah truk yang dilengkapi dengan pompa dan lengan
(boom) untuk memompa campuran beton ready mix ke tempat-tempat yang
sulit dijangkau. Untuk pengecoran lantai yang lebih tinggi dari panjang
lengan concrete pump truck dapat dilakukan dengan cara disambung dengan
pipa secara vertikal sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan, pipa dan
lengan ini dapat dipasang kombinasi vertikal dan horisontal atau miring.
Sehingga pemompaan merupakan cara yang fleksibel pada lokasi yang sulit
untuk memindahkan campuran beton ke sembarang tempat pada bidang
pengecoran. Resiko segregasi sangat kecil dan merupakan cara yang paling
cepat dibandingkan dengan pembawaan material beton dengan cara lainnya.
Dalam penggunaan alat ini perlu diperhatikan nilai slump dari campuran beton
yang akan dipompa. Sebab jika nilai slump terlalu kecil maka kerja pompa
akan menjadi berat. Slump adalah pengujian untuk mengetahui kadar air beton
/ kelecakan beton dengan menggunakan kerucut abrams.

Pada saat pekerjaan pengecoran dengan concrete pump truck berlangsung


dibutuhkan concrete vibrator yaitu suatu alat yang digunakan untuk
memadatkan pengecoran sehingga mendapatkan hasil beton yang tidak
keropos. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan concrete vibrator
yaitu pada saat alat bergetar memadatkan cor-an yang berlangsung sebisa
mungkin tidak mengenai pembesian dikarenakan apabila hal itu terjadi dapat
menyebabkan bergesernya posisi tulangan.

Gambar 3.14. Semen dipompa dengan Concrete Pump(Sumber :


www.google.com)

6) Concrete Mixer

82
Concrete mixer adalah alat yang digunakan untuk mencampur agregat
kasar, agregat halus, semen, dan air. Cara menggunakan alat ini yakni
mencampur semua bahan yang diperlukan, yang selanjutnya diaduk dengan
mixer. Kelebihan alat ini ialah dapat di pindahkan ke lokasi yang sulit di
jangkau truck mixer namun hanya dapat mengaduk sedikit bahan-bahan yang
dibutuhkan.

Gambar 3.15. Pekerja sedang menggunakan Concrete Mixer (Sumber :


Dokumen Pribadi)

7) Bar Bender dan Bar Cutter

Bar bender merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan baja


tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan atau
kebutuhan. Alat ini bekerja dengan cara memasukkan baja yang akan
dibengkokan dengan meletakannya diantara poros tekan dan poros
pembengkok. Kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang
diinginkan, serta panjang pembengkokannya. Pada proses pembengkokan
ujung tulangan, poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok.
Selanjutnya tekan pedal, sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai
dengan sudut dan pembengkokan yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur
sudut pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi.

Pada praktiknya Bar bender memiliki batas pembengkokan besi tulangan


dengan maksimal diameter 32 mm. Saat menggunakannya perlu diperhatikan
83
keadaan dan kondisi di sekitarnya. Pastinya akan ada banyak pekerja lain yang
berada di lapangan. Dengan penempatan lokasi pembengkokan yang
didekatkan pada generator set, menjadikan area tersebut agak berbahaya jika
tidak berhati-hati saat melewati area Bar bender. Terjadinya kecelakaan saat
pembengkokan tulangan besi pada pekerja saat melintasi area tersebut
menjadikan evaluasi untuk pekerjaan proyek yang menggunakan Bar bender.

Di samping Bar bender, terdapat pula Bar Cutter yaitu alat pemotong baja


tulangan sesuai dengan kebutuhan.Ada dua macam Bar cutter, yaitu versi
manual dan versi listrik.  Pemakaian Bar Cutter listrik lebih menguntungkan
karena dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dan mutu yang
tinggi, sehingga akan lebih mempercepat waktu pengerjaan. Batas dimensi
diameter maksimal besi tulangan yang dipotong adalah 32 mm.

Bar cutter bekerja dengan cara memasukkan baja yang akan dipotong ke


dalam gigi Bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak. Selang waktu
beberapa detik baja tulangan akan terpotong. Pada pemotongan baja tulangan
yang berukuran besar dilakukan satu per satu.Sedangkan pada besi tulangan
berdiameter kecil pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sesuai dengan
kapasitas alat.Pada saat menggunakan Bar cutter perlu diperhatikan, agar tidak
membahayakan keselamatan para pekerja.

84
Gambar 3.16. Tukang sedang menggunakan Bar Cutter (Sumber : Dokumen
Pribadi)

8) Scaffolding

Perancah (bahasa Inggris: scaffolding) adalah suatu struktur sementara


yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau
perbaikangedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya perancah
berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga
dapat menggunakan bahan-bahan lain. Di beberapa negara Asia seperti RRC
dan Indonesia, bambu masih digunakan sebagai perancah.

Perancah yang digunakan pada proyek adalah perancah dengan system


modular atau pipa (tabung logam).

Gambar 3.17. Pemasangan perancah/scaffolding (Sumber : Dokumen Pribadi)

9) Theodolite

Theodolitadalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja.Di dalam theodolite sudut
yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).

Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,


theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan
situasi, maupun pengamatan matahari.Theodolite juga bisa berubah fungsinya
menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut vertikalnya dibuat 90º.

Dengan adanya teropong pada theodolite, maka theodolite dapat dibidikkan


kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolite sering
digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan
85
pondasi, theodolite juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
bangunan bertingkat.

Gambar 3.18.Theodolit (Sumber : www.google.com/theodolite)

10) Back Hoe

Back Hoe adalah alat berat untuk proyek bangunan yang sering digunakan
yang berfungsi untuk penggalian dan pengerukan tanah, setiap proyek yang
berhubungan dengan tanah akan banyak berhubungan dengan alat ini misalnya
pembuatan sungai, pembuatan lantai basement gedung, cutting fill jalan raya
dll.

Pada bangunan ini, Back Hoe digunakan untuk membersihkan sisa-sisa


pengecoran dan kayu yang digunakan pada pekerjaan bekisting, dan
meratakan timbunan tanah yang berada pada lokasi bangunan.

11) Mobil Pick Up

Mobil Pick Up adalah kendaraan roda empat yang didesain dengan bak
terbuka pada bagian belakang. Mobil Pick Up digunakan untuk mengangkut
bahan-bahan menuju lokasi pembangunan seperti semen, pasir, dan lain
sebagainya, serta mengangkut keluar sisa-sisa pekerjaan dari bangunan seperti
kayu, batu, dan lain sebagainya.

12) Kereta Dorong

Kereta dorong adalah alat pengangkut bahan-bahan yang


menggunakan tenaga manusia. Pada proyek Kereta dorong digunakan untuk
mengangkut semen, agregat halus, agregat kasar, serta bahan-bahan lain,

86
kelebihannya dari kereta dorong ialah dapat menjangkau lokasi-lokasi yang
tidak dapat dijangkau oleh truck atau mobil pick up.

Gambar 3.19.kereta dorong (Sumber : Dokumen Pribadi)

BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelakasanaan praktik kerja dilapangan, dilakukan selama 30 kali


pertemuan, yang jika dihitung selama 1 bulan praktikan.Prakttikan berada
dibawah pengasuhan dan pengawasan PT. PRBU yang bekerja dengan savety
ProBuiltder. Lokasi kantor sementara berada dilantai 3 bagian gedung mall
dan perkantoran.
Praktikan ditugaskan pada pengawasan terhadap finishing lantai dan
tangga pada tower Northen yang berda dekat dengan Sungai Deli. Selama
praktik, praktikan dibekali pengetahuan tentang bangunan tersebut secara
umum dan mengenai pekerjaan dilapangan. Dibekali pula tentang susunan
kepemimpinan dalam proyek dan cara mendapatkan proyek.
Pada tower Northen sendiri, bagian yang spesifik untuk diawasi adalah
bagian lantai untuk kamar tipe 2 bedroom, tetapi tidak jarang menguwasi atau
sekedar menjajahi bagian lain dari tower bersama dengan pengawas lapangan.

87
4.1. Pelaksanaan Pekerjaan Lantai Pada Kamar tipe 2 Bedroom

Gambar 4.1. Denah tipikal kamar 2 bedroom (Sumber : Arsip Agung


Podomoro )

4.1.1 Proses Pengerjaan Pekerjaan


a. Pekerjaan Persiapan
1. Pengajuan dan pembuatan gambar shop drawing pekerjaan pasangan
keramik.
2. Approval material yang akan digunakan
3. Menentukan level/peil lantai
4. Pembersihan lahan
5. Finishing lahan
6. Setelah mendapat persetuuan konsultan pengawas/ mk barulah kita bias
dapat melakukan pasangan keramik.
7. Markingan untuk mendapatkan star point pemasasngan keramik.
8. Melakukan marking area yang akan dikeramik dan terkait adanya jalur me
pada area tersebut.

88
9. Terlebih dahuludipastikan pada gambar shop drawing sudah diaprovet oleh
pihak mk/pt yang menangani.
10. Markingan sesuai dengan shop drawing yan approved.
11. Sebelum melakukan check marking lahan sudah benar-benar bersih.
12. Peralatan kerja dan bahan sudah lengkap dilapangan.

B. Proses Pengerjaan
1. Pesiapan lahan kerja meliputi kebersihan are dari sampah dan material
yang tidak berhubungan dengan pemasangan keramik
2. Level/Peil lantai diukur dahulu dengan menggunakan waterpass
3. Untuk mengetahui kerataan lantai dan dibuat acuan kepalaan 1m.
4. Screeding lantai dilakukan bila dasar lantai yang merupaka beton plat
lantai, dibersihkan dari segala bongkaran , kotoran, debu dan bebas dari
pengaruh pekerjaan lain.
5. Tebal screeding disesuaikan dengan finishing pelapis lantai yang
ditunujkkan oleh gambar rencana. Dan tergantung dari toleransi kerataan
keseluruhan lantai beton.
6. Pasang benang untuk penarikan kepalaan keramik.
7. Kepalaan dilakukan sepanjang ruangan yang akan dipasang,
8. material keramik dan benang juga berfungsi untuk penarikan pemasangan
keramik selanjutnya.
9. Sebelum material keramik dipasang, material keramik sortir terlebih
dahulu.
10. Untuk finishing lantai keramik yang dipasang, sebelumnya harus direndam
Dallam air bersih (tidak mengandung asam alkali) sampai jenuh.
11. Permukaan yang rusak harus perbaiki terlebih dahulu.
12. Gelar perekat kerammik pada lantai yang akan dipasang menggunakan
senduk khusus.
13. Tentukan start point kemudian buat titik acuan kepalaan sampai pada
seluruh ruangan yang akan dipasang material keramik.
14. Tempelkan keramik yang telah disortir (ukuran dan warna) tekan keramik
dengan bantuan palu karet sampai level yang ditentukan.

89
15. Pasang keramik selanjutnya sesuai langkah diatas dengan jarak naad yang
sudah ditentukan sepanjang kepalaan (memanjang dan melintang) dengan
jaral 3-5 mm.
16. Setelah acuan/kepalaan keramik sesuai , pindahkan benang ke baris
berikutnya berdasarkan keramik acuan/kepalaan.
17. Lakukann pemasangan keramik seperti cara diatas pada baris berikutnya
berdasarkan keramik acuan.
18. Bersihkan naad dan sebelum adukan diatas keramik kering dan lap
permukaan keramik.
19. Apabila terdapat plin keramik, plin dipasang setelah semua keramik
terpasang.
20. Ketika daerah yang terpasang keramik sudah bersih, plin dan keramik juga
sudah terpasang maka diperbolehkan dilakukan pekerjaan pengisian Naad
keramik.

Gambar. Pemasangan Screeding Lantai

90
Gambar. Pemasangan Keramik Lantai.

91
Gambar 4.2. Pemasangan Lantai (Sumber : Dokumen pribadi)

4.1.2 Perkerjaan Pemasangan Keramik Lantai


a. Material yang digunakan
1. Semen Portland (PC)

2. Pasir

3. Keramik uk. 60x60 cm

92
4. Plint Lantai

5. Semen Perekat

b. Peralatan yang digunakan


1. Sendok pasang keramik

93
2. Alat pemotong keramik.

3. Meteran

4. Meteran siku

94
5. Waterpass

6. Papan perata
7. Penjepit keramik

8. Palu karet

95
9. Benang

SETTING DAN MARKING

Marking ketinggian lantai adalah menandai pada patok atau dinding


untuk menetukan tinggi rendahnya lantai sesuai dengan data dan informasi
yang ada pada gambar rencana.. Pada umumnya untuk membuat dan
mengontrol kedataran lantai pada rumah tinggal atau gedung dapat
menggunakan alat slang ukur, alat sipat datar (waterpass) atau Laser Level.
Juru ukur sebelum melaksanakan pekerjaan marking ketinggian lantai perlu
mengintepretasi gambar perencanaan lantai dan berkonsultasi dengan
perencana untuk menentukan referensi ketinggian misalnya ketinggian jalan,
lantai gedung lama yang ada dilokasi yang akan dipakai sebagai acuan
ketinggian untuk ditransfer ke lantai gedung yang baru, apakah lantai yang
baru dinaikan (+)diturunkan (-)atau sama tinggi. 

96
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pekerjaan marking
ketinggian lantai adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan kontrol kedataran Alat Sipat Datar (Waterpass) sebelum


dipergunakan.
2. Mencatat data dan spesifikasi Alat Sipat Datar (Waterpass) yang
dipergunakan.
3. Melakukan kontrol bacaan benang tengah (BT) pada rambu ukur.
4. Menetapkan titik tetap sebagai acuan
5. Memberi simbol marking pada titik yang sudah benar
6. Memberi marking pada rambu ukur , jika bacaan benang tengah sudah
benar
7. Memberi marking pada bagian alas (0.000 m) rambu ukur , jika bacaan
benang tengah sudah benar
8. Mengontrol secara keseluruhan hasil akhir marking .

      Alat dan Bahan Marking Lantai:


1.    Alat
a.    Alat Sipat Datar (waterpass)   

                         

97
b.    Statif    

                                                 
               
c.    Rambu Ukur     

                                                 
d.    Trifoot    

                                                       
e.    Nivo Kotak                                                          
f.     Meteran Lipat        

98
                                             
g.    Alas tulis                                                             
2.    Bahan
a.    Cat Merah                                                          
b.    Spidol Merah Permanen                                 
c.    Isolatip                          
                                      
       Keselamatan Kerja Marking Lantai
1.    Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya.
2.    Jangan senda gurau selama praktek berlangsung.
3.    Periksa peralatan sebelum dan sesudah dipergunakan.
4.    Lindungi peralatan dari cuaca panas dan hujan
5.    Hati-hati dari benda tajam dan binatang berbisa.
6.    Hati-hati membawa peralatan dari tempat satu ke tempat yang lain.
7.    Konsultasikan kepada pengawas jika ada masalah sewaktu
melaksanakan pekerjaan.
8.    Bersihkan dan simpan peralatan pada tempatnya.

     Langkah Kerja Marking Lantai


1.    Menyiapkan dokumen gambar perencanaan
2.    Menginterpretasi gambar perencanaan
3.    Menyiapkan peralatan dan bahan sesuai dengan keperluan
4.    Menetapkan titik tetap sebagai acuan atau referensi ketinggian

99
5.  Menentukan titik duga (Peil) lantai sesuai gambar rencana misal
tinggi    + 1,250,
6.    Menempatkan rambu ukur di atas titik tetap sebagai referensi 

 Gambar 2
  7.     Memasang dan menyetel Alat Sipat Datar (Waterpass) sehingga siap
dioperasikan, lihat gambar 3.

Gambar 3
  8.    Membaca benang tengah pada rambu ukur misalnya 1,638 m,  lihat
gambar 4

Gambar 4

100
9. Menghitung bacaan benang tengah rambu ukur pada peil lantai yaitu
bacaan benang tengah rambu   ukur  pada  titik  tetap dikurang
ketingggian titik duga lantai  BT = 1,650 – 1,250 = 0,400

10 Memberi tanda (marking) pada rambu ukur dengan bacaan benang


tengah (BT) 0,400 dengan akurat.
11.    Menempatkan rambu ukur yang sudah ditandai pada lokasi tertentu
sesuai gambar rencana.

12. Membaca rambu ukur yang sudah ditandai dengan cara juru ukur
mengamati melalui teropong alat sipat datar memberi isyarat kepada
pemegang rambu ukur untuk menaikan dan meurunkan rambu ukur
sehingga benang tengah yang ada diteropong alat sipat datar dengan
tanda yang ada pada rambu ukur sudah berimpit denga tepat,

13. Menandai dengan spidol permanen atau cat warna merah  dibagian


alas rambu ukur (Bacaan rambu 0,000) dengan symbol yang sudah
ditentukan.  ( lihat gambar 5 )

 Gambar 5

14.    Sesuai dengan langkah kerja 12 dan 13, laksanakan untuk titik
marking yang lainnya.

101
4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Finishing Tangga darurat/ trap tangga
4.2.1 Material yang digunakan
a. Semen type 1 atau yang setara

Gambar 4.3.semen Portland (Sumber : Dokumen pribadi)

b. Air
c. Pasir

d. Groove Aluminium

102
4.2.2 Peralatan yang digunakan
a. Raskam

b. Waterpass

c. Meteran

103
4.2.3 Pekerjaan Persiapan
a. Mengajukan surat permohonan izin pekerjaan (SPIP) pekerjaan
pada trap area tangga.
b. Approve material
c. Pastikan struktur beton pada tangga telah dikerjakann.
d. Pastikan markingan finish trap tangga telah dikerjakan.

4.2.4. Proses Pekerjaan Finishing Trap Tangga


a. Tersedia approved shop drawing.
b. Pastikan struktur Beton Trap Tangga bersih dari kotoran.
c. Pembuatan sceeding pada trap tangga dengan campuran semen dan
pasir 1: 3 dan air secukupnya.
d. Taburkan semen ke screeding yang masih segar tanpa mengenai
groove aluminium.
e. Finish beton menggunakan raskam.

104
Quality Planning
1. Dipastikan beton tangga tidak keropos, gompal dan retak.
2. Apabila terjadi hal tersebut maka dilakukan perbaikan.
3. Mengajukan surat pelaksanaan izin pekerjaan (SPIP) finish trap tangga
kepada MK / PT Jaya CM.
4. Pembuatan markingan finish trap tangga.
5. Finish akhir trap tidak bergelombang, tidak retak dan halus dan groove
aluminium terpasang.
6. Pengecekan finish trap tangga menggunaka waterpass

105
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktik dilapangan, dapat disimpulkan bahwa
praktik yang dilakukan membantu member tambahan ilmu pengetahuan
terutama dilapangan lebih khusus pemahaman tentang praktik kerja yang
diawasi di tower norhten selain itu mahasiswa juga memperoleh

106
pengetahun tentang proses kerja dilapangan, bagian-bagian penting dari
perusahaan, serta hal-hal lain seperti proses kontrak, cara pembangunan,
bahan material yang digunakan, serta proses pengelolaan saat
pembangunan proyek, sehingga membantu praktik dan memahami secara
nyata teori-teori yang telah dipelajari sebelumnya.
Selain itu, Kerja Praktek juga memberikan gambaran terhadap
mahasiswa bagaimana dunia kerja yang sebenarnya dan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam proses pembangunan proyek
tersebutdan solusinya.
Pada saat mahasiswa melakukan Kerja Praktek dapat mengamati bahwa
proses pelaksanaan pembangunan dilapangan terkadang mengalami
kendala/kurang lancar, misalnya:
 Ada beberapa kendala dalam pemasangan material finishing,
sehingga mengharuskan material finishing tersebut harus dibongkar
kembali untuk dilakukan perbaikan.
 Adanya beberapa kerusakan pada proses fnishing, contohnya retak
rambut pada plesteran dinding dan ini biasanya dicek oleh auditor
yang terlah ditugaskan.
 Adanya halangan keterlambatan material sehingga menghambat
proses pembangunan.
 Terjadi keterlambatan suatu pekerjaan dikarenakan kurangnya
pekerja.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka diberikan beberapa saran, di
antarannya:
 Pengelolaan proyek yang baik harus disertai dengan sistem
manajemen yang baik sehingga mengurangi kemungkinan-
kemungkinan maupun perubahan rencana proyek.
 Sebelum dilakukan proses pembangunan, sistem kontrak, gambar
rancangan, serta schedule harus tersusun dengan baik dan terencana.

107
 Kreativitas, inovasi, serta pertimbangan yang akurat sangat
diperlukan sehingga dapat ditemukan alternatif dalam penyelesaian
masalah yang terjadi dilapangan.
 Pengelolaan proyek yang baik harus disertai dengan sistem
manajemen yang baik sehingga mengurangi kemungkinan-
kemungkinan maupun perubahan rencana proyek.

DAFTAR PUSTAKA

1. Blog, Ginaris.(n.d). Penerapan K3 pada Pelaksanaan Proyek
Konstruksi.Diambil darihttps://ginarisblog.wordpress.com/2017/03/31/p
enerapan-k3-pada-pelaksanaan-proyek-konstruksi/tanggalakses : 28
Januari 2018

108
2. Devita, Irma. (2011). Karakteristik Masing-masing Kontrak Pengadaan
dan Larangannya. Diambil dari http://irmadevita.com/2011/karakteristik-
masing-masing-kontrak-pengadaan-dan-larangannya/ tanggal akses
20Desember 2017
3. Dewi, Karnia. (2013). Manajemen Konstruksi. Diambil
dari karniadewi.wordpress.com/2013/03/11/manajemen-konstruksi/
tanggal akses 20Desember 2017.
4. Kartika, CV. (2013). Kontrak Harga Satuan. Diambildari http://cvkartika
.wordpress.com/2013/02/25/kontrak-unit-price-kontrak-harga-satuan
tanggal akses 20Desember 2017.
5. Karya, Cipta. (n.d).Landasan Hukum Penyelenggaraan Bangunan
Gedung.Diambil darihttp://ciptakarya.pu.go.id/hsbgn/?
viewPage=LANDASAN-HUKUM-PENYELENGGARAAN-
BANGUNAN-GEDUNG&txt= LANDASAN-HUKUM-
PENYELENGGARAAN-BANGUNAN-GEDUNG/tanggalakses 28
Januari 2018
6. Kontraktor, Dunia. (n.d). Pengertian Kontrak Lumpsum Menurut PP No.
29 Tahun 2000. Diambil dari
http://www.duniakontraktor.com/pengertian-kontrak-lump-sum-
menurut-pp-nomor-29-tahun-2000/.html tanggal akses 20Desember
2017.
7. Kusuma, Gustinoviar. (n.d). Tahapan-Tahapan pada Pekerjaan
Konstruksi.
Diambildarihttps://gustinoviarkusuma.wordpress.com/2016/02/21/tahapa
n-tahapan-pada-pekerjaan-konstruksi-perencanaan-pelaksanaan-dan-
pengawasan/tanggalakses : 28 Januari 2018.
8. www.probuilder.co.id

109

Anda mungkin juga menyukai