Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang


beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan
dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap
yang professional. Seiring dengan munculnya masalah pelanggaran etika dalam bisnis
menyebabkan dunia perdagangan menuntut etika dalam berbisnis segera dibenahi
agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Dengan memetakan pola hubungan
dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam
sutu pola hubungan yang bersifat interaktif. Seiring dengan munculnya masalah
pelanggaran etika dalam bisnis menyebabkan dunia perdagangan menuntut etika
dalam berbisnis segera dibenahi agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik.
Kode Etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika
telah dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan
besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan
adanya kode etik, secara intern semua karyawan terikat dengan standard etis yang
sama, sehingga akan mefigambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus
sejenis yang timbul. Kode Etik, dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan
kelabu) dibidang etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban
perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup). Kode etik menjelaskan bagaimana
perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya. Kode Etik, menyediakan bagi
perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untukmengatur diri sendiri
(self regulation). Soal untuk dikerjakan dan dikumpulkan.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

A. Apa Pengertian Profesi ?


B. Bagaimana Bisnis Sebagai Profesi ?
C. Apa Prinsip-prinsip Etika Bisnis ?
D. Bagaimana Etika Lingkungan Hidup ?
E. Bagaimana Paradigma Etika Lingkungan ?
F. Bagaimana Kode Etik di Tempat Kerja ?
G. Bagaimana Perbandingan Kode Etik ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROFESI
1. Pengertian :
a. Definisi yang sangat luas, profesi adalah sebuah pekerjaan yang secara khusus
dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni, sehingga orang bisa
menyebut kalau dia memang berprofesi di bidang tersebut.
b. Definisi lebih sempit, profesi adalah pekerjaan yang ditandai oleh pendidikan dan
keterampilan khusus. Sedangkan definisi yang lebih khusus lagi, profesi ditandai
oleh tiga unsur penting yaitu pekerjaan, pendidikan atau keterampilan khusus, dan
adanya komitmen moral/nilai-nilai etis.
c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

“Profesi : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,


kejujuran, dan sebagainya tertentu”

d. Menurut Sonny Keraf (1998) :

“Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan


mengandalkan keahlian dan keterampilan tinggi dan dengan melibatkan pribadi
(moral) yang mendalam.

e. Menurut Hidayat Nur Wahid:

“Profesi adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang, sebuah
‘pekerjaan’ yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, ditekuni secara
konsisten, sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi di bidang
tersebut. Sedangkan profesional yang memayungi profesi tersebut adalah semangat,
paradigma, spirit, tingkah laku, ideologi, pemikiran, gairah untuk terus menerus secara
dewasa, secara intelek meningkatkan kualitas profesi mereka”

2. Ciri-ciri Profesi :
1. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.

3
2. Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian dan keterampilan
tinggi.
3. Pengetahuan, keahlian dan keterampilan diperoleh melalui pendidikan formal,
pelatihan dan praktik/pengalaman langsung.
4. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
5. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
6. Profesi ini mampu memberikan penghasilan/nafkah bagi penyandang profesi untuk
hidup layak.
7. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan
program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan,
menegakkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik di antara anggota profesi
tersebut.
8. Ada ijin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.

B. BISNIS SEBAGAI PROFESI

Salah satu pengertian profesi adalah “suatu pekerjaan sebagai penunjang


nafkah hidup”, dari susut pandang ini maka semua aktivitas bisnis dapat dianggap
sebagai profesi. Bisnis dapat menentukan pertumbuhan investasi, produksi dan
peningkatan pendapatan nasional. Namun sebaliknya bisnis dapat menimbulkan suatu
krisis ekonomi jika tidak dikelola secara profesional. Oleh karena itu sesuai dengan
ciri-ciri profesi tersbut diatas maka, bisnis adalah suatu profesi karena dalam bisnis
terdapat banyak pekerjaan, menuntut ilmu untuk mengelola dan para manajemen
dituntut bermoral tinggi dan harus dikelola secara profesional.

Bisnis dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi dan ciri-
ciri suatu profesi, yaitu :

1. Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
2. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan.
3. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat.
4. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis.

4
Adanya pro & kontra apakah Bisnis bisa disebut Sebagai profesi/ tidak?.
Pandangan yang mengganggap bisnis itu adalah Amoral. Bisnis tidak ada
hubungannya dengan etika. Yang lemah akan kalah, yang kuat akan unggul.
Banyaknya pandangan bisnis amoral ini akan ditinggalkan karena saat Ini dan dimasa
yang akan datang makin banyak yang menyadari bahwa dalam berbisnis pun
diperlukan komitmen moral yang tinggi.

C. PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS


1. Menurut Caux Round :
a. Tanggung Jawab Bisnis: dari stakeholders ke stakeholders
b. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis
c. Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Saling Percaya.
d. Sikap menghormati aturan
e. Dukungan bagi perdagangan multilateral
f. Sikap hormat bagi lingkungan alam.
g. Menghindari operasi-operasi yang tidak etis
3. Menurut Weiss :
a. Martabat/hak
b. Kewajiban
c. Kewajaran
d. Keadilan
4. Menurut Sonny Keraf :
a. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan
secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa
dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan.

5
c. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap
menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
D. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

Isu Lingkugan Hidup:

Masalah etika tidak hanya dipahami sebatas pengaruh perilaku manusia


terhadap manusia lainnya, tetapi juga mempelajari hubungan dan keterkaitan antara
manusia dengan alam dan pengaruh tindakan manusia terhadap kerusakan lingkungan.
Dari pertumbuhan ekonomi secara global, saat ini telah memunculkan enam persoalan
lingkungan hidup yaitu :

1. Akumulasi bahan beracun


2. Efek rumah kaca
3. Perusakan lapisan ozon
4. Hujan asam
5. Deforestasi dan penggurunan
6. Serta kematian bentuk-bentuk kehidupan (keanekaragaman hayati)

Contoh Kasus :

Hujan Asam (Acid Rain )

Perlombaan pendirian pabrik-pabrik di banyak kawasan industri oleh hamper


semua negara demi memacu pertumbuhan ekonomi tanpa disertai program
pengendalian limbah asap telah mengakibatkan banyaknya volume asap hitam pekat
yang terus menerus dimuntahkan dari cerobong-cerobong pabrik tsb. Asap tebal hitam
pekat ini kemudian menyatu dengan udara dan awan yang pada gilirannya menurunkan

6
hujan asam (Acid Rain) ke bumi sekitar awan tsb. Sejak beberapa dekade terakhir ini,
terutama di kawasan industri padat negara-negara maju seperti AS, Kanada, Jerman,
Belanda dsb. Hujan asap ini ternyata berbahaya bagi kehidupan di bumi. Bila ini terus
berlangsung, maka hujan asam itu dapat merusak hutan, mencemari air, bahkan
merusak gedung-gedung.

E. PARADIGMA ETIKA LINGKUNGAN

Berbagai isu lingkungan hidup tidak dapat lagi diabaikan bila ingin memahami
dan menyadari bahwa perilaku manusia juga berpengaruh terhadap keberadaan bumi
beserta seluruh isinya, bukan hanya menentukan keberadaam umat manusia saja.
Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa paradigm (cara pandang/pola pikir) yang
berkembang dalam memahami etika dalam kaitannya dengan isu lingkungan hidup.

1. Etika kepentingan generasi mendatang, yang memandang bahwa suatu


keputusan dan tindakan hendaknya jangan hanya memikirkan kepentingan umat
manusia pada generasi saat ini saja, tetapi juga kepentingan umat manusia pada
generasi-generasi mendatang.
2. Etika lingkungan biosentris, yang memandang perilaku etis bukan saja dari sudut
pandang manusia, tetapi juga dari sudut pandang nonmanusia (flora, fauna, dan
benda bumi nonorganisme) sebagai satu kesatuan sistem lingkungan.
3. Etika ekosistem, menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaannya
(bumi dan seluruh isinya, sistem tata surya, sistem galaksi, dan sistem alam jagat
raya) dianggap sebagai moral patients.

F. KODE ETIK DI TEMPAT KERJA


1. Kode Etik Sumber Daya manusia :

Enam dimensi program etik agar kode etik dapat dipenuhi :

a. Kode etik formal : Kode etik yang dirumuskan/ditetapkan secara resmi oleh suatu
organisasi profesi, suatu lembaga/entitas tertentu dsb.
b. Kode Etika : Entitas yang mengembangkan kebijakan, mengevaluasi tindakan,
menginvestigasi, dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran etika.

7
c. Sistem komunikasi etika : Cara untuk mensosialisasikan kode etik dan
perubahannya, termasuk isu-isu dan cara mengatasinya yang bersifat dua arah
d. Pejabat etika : Pihak yang mengkoordinasikan kebijakan, memberikan pendidikan,
dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika
e. Program pelatihan etika : Program yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
dan membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah etika
f. Proses penetapan disiplin : dalam hal terjadi perilaku tidak etis.
2. Kode Etik Pemasaran :

American Marketing Association (AMA)

a. Tanggung jawab (responsibilities), … pelaku pemasaran harus bertanggungjawab


atas konsekuensi aktivitas mereka dan selalu berusaha agar keputusan,
rekomendasi dan fungsi tindakan mereka mengidentifikasi, melayani, dan
memuaskan masyarakat (publik) yang relevan : para pelanggan, organisasi dan
masyarakat.
b. Kejujuran dan kewajaran (honesty and fairness), pelaku pemasaran harus
menjaga dan mengembangkan integritas, kehormatan dan martabat profesi
pemasaran.
c. Rights and duties of parties (Hak (Rights) dan Kewajiaban (Duties), pihak-pihak).
d. Organizational relationships (Hubungan Organisasi)
3. Kode Etik Akuntansi :

Insitute of Management Accountants

a. Kompetensi
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya,
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas
dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan. Praktisi
manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
1) Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

8
2) Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang
berlaku.
3) Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan
serta dapat diandalkan.
b. Kerahasiaan
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan
informasi rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk
melakukan hal tersebut. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan
memiliki tanggung jawab untuk :
1) Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh
dalam pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
2) Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang
diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini dilakukan
juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
3) Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.
c. Integritas
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari kegiatan
yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam
menjunjung etika. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan
memiliki tanggung jawab untuk :
1) Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar terhindar
dari potensi konflik.
2) Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan
mengurangi kemampuan mereka dalam menjalankan tugas secara etis.
3) Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
4) Menahan diri dari aktivitas negatif yang dapat menghalangi dalam pencapaian
tujuan organisasi.
5) Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala lain yang
dapat menghalangi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan.

9
6) Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
7) Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi.
d. Objektivitas
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara wajar
dan objektif, mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua informasi
relevan yang diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user terhadap
pelaporan, komentar dan rekomendasi yang ditampilkan. Praktisi manajemen
akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
1) Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif.
2) Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.
e. Resolusi atas Etis
Dalam menerapkan standar kode etik, praktisi akuntansi manajemen dan
manajemen keuangan mungkin menghadapi masalah dalam mengidentifikasikan
perilaku tidak etis atau di dalam memecahkan suatu konflik etis.
4. Kode Etik Keuangan :
a. Association for Investment Management and Research (AIMR)
1) Bertindak berdasarkan integritas, kompetensi, martabat dan bertindak etis dalam
berhubungan dengan publik dst.Menjalankan dan mendorong pihak lain untuk
bertindak etis dan professional.
2) Berusaha keras untuk memeliharan dan meningkatkan kompetensi dan
kompetensi pihak lain.
3) Menerapkan kehati-hatian dan menjalankan penilaian yang bersifat independen.
b. Standar-standar perilaku professional juga meliputi :
1) Tanggung jawab fundamental
2) Hubungan dan tanggung jawab atas profesi
3) Hubungan dan tanggung jawab pada atasan
4) Hubungan dan tanggung jawab pada pelanggan dan calon pelanggan
5) Hubungan dan tanggung jawab kepada publik

10
5. Kode Etik Teknologi Informasi :
a. Association for Computing Machinary

Komitmen terhadap kode etik professional diharapkan bagi setiap anggota


(anggota yang mempunyai hak suara, anggota asosiasi dan anggota mahasiswa) dari
Association for Computing Machinary. Kode ini mencakup 24 keharusan yang
dirumuskan sebagai pernyataan tentang tanggung jawab pribadi, mengidentifikasi
unsur-unsur seperti komitmen.

6. Kode Etik Fungsi Lainnya :

Setiap elemen di dalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan yang lainnya
yang akan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan, sekecil apapun peran yang
dimainkan oleh setiap elemen tersebut. Misalnya bagian produksi di suatu perusahaan.
Walaupun bagian produksi tidak berhubungan langsung dengan pelanggan, namun
kualitas produk yang dihasilkan sangat menentukan kinerja fungsi pemasaran.

G. PERBANDINGAN KODE ETIK

Association for
Institute of
American Marketing Investment Association for Computing
Management
Association (AMA) Management and Machine (ACM)
Accountants
Research (AIMR)

Tanggung jawab dan


Tanggung jawab Kompetensi Kompetensi
komitmen

Kejujuran dan Integritas,


Integritas Jujur dan dapat dipercaya
Kewajaran Martabat(dignity)

Kerahasiaan, Kerahasiaan,
Kerahasiaan,
Hak dan Kewajiban Objektivitas, Menghormati hak
Objektivitas
Independensi kekayaan intelektual

Hubungan organisasi Resolusi atas


Kehati-hatian; Adil dan tidak diskriminatif;
konflik etis Larangan Menghormati privasi orang

11
menggunakan
lain
informasi nonpublik

Sehubungan dengan hal tersebut dibawah ini akan diulas beberapa konsep
yang biasa muncul dalam pedoman kode etis suatu profesi :

1. Integritas

Banyak yang mengitepretasikan integritas sama dengan keujujuran, meski


sebenarnya konsep integritas lebih luas dari konsep kejujuran. Kejujuran hanya
merupakan salah satu unsur yang membangun integritas seseorang. Menurut Cloud,
Pengertian integritas bukan hanya sekedar berarti jujur, tetapi juga menyiratkan
adanya sifat utuh, tidak terbagi, menyatu, kokoh, serta konsisten. Pandangan lain
dikemukakan oleh Julian M dan Alfred yang mengatakn bahwa integritas merujuk pada
segala hal yang membuat seseorang bisa dipercaya.

Dengan menyimak kedua pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa


integritas menyiratkan pengertian keutuhan atau keseimbangan, menjadi dasar atau
pondasi untuk membangun kepercayaan, meliputi banyak atribut atau kualitas terkait
untuk membangun karakter atau pribadi utuh.

2. Whistleblowing

Menurut Sonny Keraf, Whistleblowing dalam konteks etika adalah tindakan


yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan
kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain.

3. Kompetensi

Dalam arti luas, Kompetensi mencakup penguasaan ilmu atau pengetehuan


dan keterampilan atau skill yang mencukupi, seta mempunyai sikap dan perilaku yang
sesuai untuk melaksanakan pekerjaan atau profesinya. Bila kompetensi mencakup

12
ketuga unsure ini, pegetahuan, ketampilan, sikap dan perilaku, maka orang yang
kompeten sama artinya dengan orang yang professional.

4. Objektifitas dan Independensi

Objektif Berarti sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu
didasarkan atas fakta, atau bukti yang mendukung. Konsep ini menyiratkan bahwa
segala sesuatu diungkapkan apa adanya, tidak menyembunyikan sesuatu, jujur dan
wajar. Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah
pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan atau tindakan.

13
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang


mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut :Prinsip Otonomi, Prinsip Kejujuran, Prinsip Keadilan, Prinsip
Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle),Prinsip Integritas Moral ;

Prinsip etika lingkungan hidup dirumuskan dengan tujuan untuk dapat


dipakai sebagai pegangan dan tuntutan bagi perilaku manusia dalam berhadapan
dengan alam.

Prinsip dan isu etika untuk beberapa fungsi, seperti fungsi sumber daya
manusia (SDM), pemasaran, akuntansi, keuangan, teknologi informasi, dan
fungsi-fungsi lainnya.

C. SARAN

Tugas ini masih memiliki kekurangan-kekurangan baik dari bentuk


penyusunan maupun materinya. Adanya Kritik konstruktif, saran dan usulan yang
relevan dapat membantu menyempurnakan sajian makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Ardana, I Cenik. Etika Bisnis dan Profesi:Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya - Jakarta : Salemba Empat, 2009

Rindjin, Ketut. Etika Bisnis dan Implementasinnya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2004

Bertens, K. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius, 2009

Etika bisnis perbankan / H.As. Mahmuddin. Cetakan 1. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
1994

Ernawan, Erni. 2011. Business Ethics. Penerbit: Alfabeta. Bandung

Kanter, E.Y 2001. Etika Profesi Hukum : Sebuah Pendekatan Sosio-Religius. Jakarta:
Storia Grafika

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis : Tuntutan dan Relivansinya. Yogyakarta : Kanisius

15

Anda mungkin juga menyukai