Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN MASALAH DIAGNOSA MEDIK:


ANEMIA HEMOLITIK

Disusun Oleh :
NAMA : SYAHDAN
P20002060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020
PENDAHULUAN
ANEMIA HEMOLITIK

A. Latar Belakang
Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan
jenis kelamin, pada wanita remaja hemoglobin normal adalah 12-15 g/dl dan
pria remaja 13-17 g/dl (Adriani, 2017).
World Health Organization (WHO, 2017) menyebutkan anemia adalah
suatu kondisi jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis seseorang bervariasi
berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok dan tahap
kehamilan. Penyebab anemia umumnya karena kekurangan pengetahuan
tentang anenia, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12 dan vitamin A.
Peradangan akut dan kronis, infeksi parasit, kelainan bawaan yang
mempengaruhi sintesis hemoglobin, kekurangan produksi sel darah merah
dapat menyebabkan anemia (Siska, 2017).
Anemia merupakan kelanjutan dampak kekurangan zat gizi makro yaitu
karbohidrat, protein, lemak dan kurang zat gizi mikro yaitu vitamin dan
mineral. Dampak anemia pada remaja putri yaitu pertumbuhan terhambat,
tubuh pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan kebugaran
atau kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar atau prestasi menurun.
Dampak rendahnya status besi (Fe) dapat mengakibatkan anemia dengan
gejala pucat, lesu atau lelah, sesak nafas dan kurang nafsu makan serta
gangguan pertumbuhan (Barasi, 2016).
Anemia hemolitik adalah anemia yang tidak terlalu sering dijumpai, tetapi
bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostic yang tepat, pada kasus-kasus
penyakit dalam yang dirawat di RSUP sanglah tahun 1997. Anemia hemolitik
merupakan 6% dari kasus anemia, menempati urutan ketiga setelah anemia
apalstik dan anemia skunder keganasan hematologi (Wiwik handayani, 2008).
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis,
yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya, pada
anemia hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek normal umur eritrosit
100-120 hari (Wiwik Handayani, 2008)
Anemia hemolitik adalah destruksi prematur sel darah merah, yang dapat
bersifat kronik atau mengancam nyawa. Pasien dengan anemia hemolitik
dapat datang dengan gejala anemia, ikterus, hematuria, dyspnea, takikardia,
dan terkadang hipotensi. Gejala yang muncul akan merefleksikan penyebab
yang mendasari hemolisis. sel darah merah memiliki usia sekitar 120 hari.
Mekanisme yang dapat menyebabkan destruksi prematur sel darah merah
adalah deformabilitas sel yang buruk, sehingga menyebabkan sel terperangkap
di pembuluh darah kecil dan limpa, serta merangsang fagositosis sel.
Mekanisme lain yang dapat menyebabkan anemia hemolitik antara lain
destruksi yang dimediasi antibodi, fragmentasi akibat mikrotrombi atau
trauma mekanis, oksidasi, atau destruksi seluler langsung [CITATION Jam18 \l
1033 ].
World Health Organization (WHO) dalam worldwide prevalence of
anemia tahun 2015 menunjukkan bahwa prevalensi anemia di dunia berkisar
40- 88%.Di Asia Tenggara, 25-40% remaja putri mengalami kejadian anemia
tingkat ringan dan berat. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan (Kemenkes, 2018).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017, prevalensi
anemia di antara anak umur 5-12 di Indonesia adalah 26%, pada wanita umur
13-18 yaitu 23%. Prevalensi anemia pada pria lebih rendah dibanding wanita
yaitu 17% pada pria berusia 13-18 tahun (Kemenkes, 2018).Sejalan dengan
survei kesehatan rumah (SKRT) tahun 2016, menyatakan prevalensi anemia
pada remaja putri usia 15-20 tahun ialah 57,1%.Di Provinsi Riau, prevalensi
yang mengalami anemiayaitu 25,1% dan 19,4% berada pada usia 15-24 tahun.
Angka kejadian anemia pada perempuan 18,1% dan laki-laki 7% (Natalia,
2018).
Data epidemiologi menunjukkan bahwa anemia hemolitik tidak memiliki
kecenderungan jenis kelamin dan ras. Hanya saja, pada Autoimmune
Hemolytic Anemia angka kejadianya dilaporkan sedikit lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria. Selain itu, defisiensi glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6PD) lebih banyak ditemukan pada laki-laki karena
diturunkan secara X resesif. Pada defisiensi G6PD, perempuan menjadi karier.

B. Tujuan Umun & Tujuan Khusus


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pasien dengan Anemia
Hemolitik
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Anemia Hemolitik
b. Mampu membuat Diagnosa Keperawatan menurut prioritas pasien
dengan Anemia Hemolitik
c. Mampu membuat Rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Anemia Hemolitik
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Anemia adalah keadaan dimana rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin (HB) sehingga hematocrit (HT)/viskositas darah menjadi
encer. Anemia menunjukkan suatu gejala penyakit atau perubahan fungsi
tubuh bukan suatu penyakit [ CITATION MBa16 \l 1033 ].\
Anemia hemolitik didefinisikan sebagai penghancuran sel darah merah
(sel darah merah) sebelum rentang hidup normal 120 hari. Ini mencakup
banyak entitas yang terpisah dan beragam yang gambaran klinis umum dapat
membantu dalam identifikasi hemolisis. Anemia hemolitik terjadi pada
spektrum dari kronis hingga mengancam jiwa, dan perlu dipertimbangkan
pada semua pasien dengan anemia normositik atau makrositik yang tidak
dapat dijelaskan [CITATION Jam18 \l 1033 ].

B. ETIOLOGI
Etiologi anemia hemolitik dapat dibagi menjadi penyebab korpuskular dan
ekstrakorpuskular.
1. Penyebab korpuskular dari anemia hemolitik antara lain kelainan pada
membran sel darah merah, hemoglobinopati, dan abnormalitas enzim.
2. Penyebab ekstrakorpuskular antara lain penyebab imunologikal,
mekanikal, infeksi, dan toksin (Guillaud C, 2012).

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi anemia yang paling umum didasari oleh tingkat konsentrasi sel
darah merah total atau hemoglobin dalam darah. Hemoglobin adalah protein
kaya zat besi yang memberikan warna merah pada darah. Protein ini
membantu sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh.
Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, anemia adalah kondisi di mana
kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL (gram per desiliter) pada wanita
dewasa atau kurang dari 13,0 g/dL pada pria dewasa.
Dari situ, klasifikasi tingkat keparahan anemia dikelompokkan menjadi
ringan, sedang, dan berat, tergantung dari seberapa rendahnya kadar
hemoglobin dalam darah.
Klasifikasi anemia juga dapat terbagi lagi berdasarkan karakteristik bentuk
sel darah merah yang diproduksi, yang meliputi:
 Makrositik (sel darah merah besar), contohnya anemia megaloblastik,
anemia defisiensi B12 dan folat, anemia karena penyakit hati, dan anemia
karena hipotiroidisme.
 Mikrositik (sel darah merah terlalu kecil), contohnya anemia sideroblastik,
anemia defisiensi besi, dan thalasemia.
 Normositik (sel darah merah berukuran normal), contohnya anemia karena
perdarahan (anemia hemoragik), anemia karena penyakit kronis atau
infeksi, anemia hemolitik autoimun, anemia aplastik.
Ada pula yang membagi jenis anemia mengikuti penyebab mendasarnya,
yaitu anemia karena ganguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang, anemia
karena perdarahan (kehilangan banyak darah dari dalam tubuh), dan anemia
yang disebabkan oleh proses penghancuran eritrosit sebelum waktunya.

D. MANIFESTASI KLINIS
Anemia hemolitik yang ringan dapat tidak menimbulkan gejala. Pada fase
selanjutnya, beratnya keluhan sejalan dengan jumlah kekurangan sel darah
merah di dalam tubuh. Berikut adalah gejala yang cenderung umum dialami
banyak orang dengan anemia hemolitik, seperti :
1. Pucat
2. Lemas
3. Pusing
4. Mudah merasa lelah
5. Tekanan darah rendah
6. Demam
7. Sesak napas
8. Nyeri dada
9. Nyeri perut
10. Perubahan warna kulit
11. Warna urine yang menjadi lebih gelap
12. Pembesaran hati
13. Pembesaran limpa

E. KOMPLIKASI
1. Gangguan irama jantung
2. Kelainan otot jantung (kardiomiopati)
3. Gagal jantung

F. PATOFISIOLOGI
Hemolisis adalah cara terakhir apabila dipilih oleh sejumlah besar
diperoleh turun-temurun dan gangguan. Etiologi dari penghancuran eritrosit
premature adalah beragam dan dapat disebabkan oleh kondisi seperti
membrane intrinsik cacat, abnormal hemoglobin, eritrosit enzimatik cacat,
kekebalan penghancuran eritrosit, mekanisme cedera dan hypersplenism.
Hemolisis dikaitkan dengan pelepasan hemoglobin dan asam laktat
dehydrogenase (LDH). Peningkatan bilirubin tidak langsung dan urobilinogen
berasal dari hemoglobin dilepaskan.
Seorang pasien dengan hemolysis ringan mungkin memiliki tingkat
hemoglobin normal jika peningkatan produksi sesuai dengan laju kerusakan
eritrosit. Atau, pasien dengan hemolisis ringan mungkin mengalami anemia
ditandai jika sumsum tulang mereka produksi eritrosit transiently dimatikan
oleh virus (parovirus) atau infeksi lain, mengakibatkan kehancuran yang tidak
dikompensasi eritrosit (aplastic krisis hemolitik, dimana penurunan eritrosit
terjadi di pasien dengan hemolisis berkelanjutan). Kelainan bentuk tulang
tengkorak dan dapat terjadi dengan ditandai kenaikan hematopoiesis,
perluasan tulang pada masa bayi, dan gangguan anak usia dini seperti anemia
sel sabit atau talasemia.
Secara patofisiologis, anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu ekstravaskuler dan intravaskuler. Hemolisis ekstravaskuler
lebih sering terjadi dibandingkan intravaskuler. Mekanisme primer dari
hemolisis ekstravaskuler adalah sekuestrasi dan fagositosis akibat
deformabilitas sel darah merah yang buruk.
Mekanisme intravaskuler meliputi destruksi sel secara langsung,
fragmentasi dan oksidasi. Destruksi sel secara langsung dapat disebabkan oleh
toksin dan trauma. Hemolisis fragnentasi terjadi jika faktor ektrinsik
menyebabkan luka dan rupture pada sel darah merah, hemolisis oksidatif
timbul jika terjadi kegagalan pada mekanisme protektif sel (Yusuf, dkk.
2011).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia hemolitik sangat tergantung pada etiologi yang
mendasarinya. Tujuan utama dari terapi farmakologi adalah untuk mengurangi
morbiditas dan mencegah komplikasi (Schick, Paul, 2019).
Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan tertentu,
mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang menekan sistem
kekebalan, yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat
dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu
menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
Kortikosteroid
Kortikosteroid diindikasikan pada anemia hemolitik yang disebabkan oleh
faktor imunitas. Terutama pada anemia hemolitik autoimun (AIHA). Pada
tahap awal dapat diberikan prednison oral 1–2 mg/kg/hari. Bila respon terapi
per oral kurang adekuat, maka dapat diberikan methylprednisolone intravena
dengan dosis 0,8–1,6 mg/kg/hari. Penurunan dosis steroid harus dilakukan
dengan perlahan (Ladogana, Saverio et al. 2017).

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnosis
anemia hemolitik adalah :
1. Bilirubin, meningkat
2. Hemoglobin, yang merupakan pemeriksaan untuk mengukur jumlah sel
darah merah
3. Tes fungsi hati
4. Hitung retikulosit, yang merupakan pemeriksaan untuk mengukur jumlah
sel darah merah yang diproduksi oleh tubuh.
Apabila dokter menduga tanda dan gejala yang dialami dapat berkaitan
dengan anemia hemolitik intrinsik, juga dapat dilakukan pemeriksaan sampel
darah menggunakan mikroskop untuk mengevaluasi bentuk dan ukuran dari
sel darah merah.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan mencakup pemeriksaan urine
untuk memeriksa adanya sel darah merah. Pada sebagian kasus, dokter juga
dapat merekomendasikan untuk dilakukan aspirasi sumsum tulang atau biopsi.

I. WOC
J. PENGKAJIAN
Data demografi
1. Riwayat kesehatan
Pasien dengan anemia hemolitik datang dengan keluhan sakit kepala,
lemah,letih, pucat pada kulit dan membran mukosa
a. Riwayat kesehatan dahulu
 Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau
mendapatkan pengobatan seperti anti kanker, analgetik dll
 Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan
kadar ionisasi yang besar
 Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung as.folat, Fe dan Vit 12.
 Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit infeksi
 Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat
b. Riwayat kesehatan keluarga
 Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan atau kegagalan
genetik yang berasal dari orang tua.
 Perlu diketahui apakah dikeluarga pasien terdapat penderita yang
mengalami seperti yang dialami pasien saat ini.
c. Riwayat kesehatan sekarang
 Klien terlihat keletihan dan lemah
 Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi
 Mengeluh nyeri mulut dan lidah
 Perlu ditanyakan pada pasien tentang awal terjadinya keluhan
seperti pucat, lemah, kelemahan. Mengenai lamanya keluhan
tersebut dirasakan kualitas dan kuantitas keluhan, keadaan atau dan
situasi yang memperberat dan memperingan keluahan dan
ditanyakan apakah sudah pernah dilakukan pengobatan.
2. Kebutuhan dasar
 Pola aktivitas sehari-hari
 Keletihan
 Malaise
 Kelemahan
Ditandai: Kehilangan produktivitas : penurunan semangat untuk
bekerja
a. Sirkulasi
 Palpitasi
 Takikardia
 mur mur sistolik,
 kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, farink dan bibir)
pucat ditndai : Sklera : biru atau putih seperti mutiara
 Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer
dan vasokonstriksi (kompensasi).
Ditandai : kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok
 Rambut kering, mudah putus, menipis dan tumbuh uban secara
premature.
b. Eliminasi
Pengeluaran urine
c. Integritas ego
Biasanya mengalami depresi, ansietas, takut dan mudah tersinggung
d. Makanan dan cairan
 Penurunan nafsu makan
 Mual dan muntah
 Penurunan BB
 Distensi abdomen dan penurunan bising usus
 Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan
e. Higien
 Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi
f. Neurosensori
 Sakit kepala, pusing, vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi,
penurunan penglihatan, gelisah dan kelemahan.
g. Nyeri atau kenyamanan
 Nyeri abdomen dan sakit kepala
h. Keamanan
 Gangguan penglihatan, jatuh, demam dan infeksi
i. Seksualitas
 Perubahan aliaran menstruasi (menoragia atau amenore), hilang
libido, dan impoten.

K. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem

1. Data subjektif : Anemia Perfusi Perifer


Tidak Efektif b/d
 Klien tampak pucat Penurunan
 Klien mengeluh pusing kerusakan sel darah
Konsentrasi
 Keletihan merah yang cepat
Hemoglobin
 Malaise
 Klien mengalami penurunan tekanan sel berisi molekul hb
darah yang tidak sempurna
Data objektif : sel macet di pembuluh
 Klien terlihat lemas darah
 TTV :
 TD : biasanya terjadi penurunah sirkulasi darah lambat
td
 RR : terjadi peningkatan Perfusi perifer tidak
pernafasan efektif
 N : terjadi penurunan
 S : suhu tubuh naik (demam)
 Pemeriksaan Darah lengkap dengan hasil:
 HB : Terjadi penurunan
 WBC (leukosit) :
 Hematokrit :
 Trombosit :

2. Data Subjektif : HB menurun Resiko Defisit Nutrisi


- Klien mengalami sesak
- Klien mengalami pusing, sakit kepala
- Klien tampak lemes, pucat Penurunan suplai
- Mual, muntah oksigen dalam tubuh
- Nafsu makan berkurang
- Perubahan warna kulit

Data objektif : kelemahan fisik


 TTV :
 TD : Terjadi penurunan
 RR : terjadi peningkatan
pernafasan pucat,lemes, pusing
 N : terjadi penurunan
 S : suhu tubuh naik (demam)
 Pemeriksaan Darah lengkap dengan hasil: Resiko Defisit Nutrisi
 HB : Terjadi penurunan
 WBC (leukosit) :
 Hematokrit :
 Trombosit :

3. Data subjektif : Anemia Hemolitik Intoleransi Aktivitas


b.d Imobilitas
 Rentang gerak menurun
 Ditandai dengan nyeri splenomegali
 Pusing

Data objektif : kelemahan (rentang


 Klien terlihat lemas gerak menurun)

Kemampuan
0 1 2 3 4 Intoleransi Aktivitas
perawatan diri
Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian
Mobilitas di 
tempat tidur

Berpindah
Ambulasi/RO 
M
*0: Mandiri; 1: Alat bantu; 2: Dibantu orang lain; 3:
Dibantu orang lain dan alat; 4: Tergantung total

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
2. Resiko Defisit Nutrisi

3. Intoleransi Aktivitas b.d Imobilitas

M. NURSING CARE PLANS

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1. Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer Manajemen Sensasi
Efektif b/d Penurunan Perifer
Konsentrasi Hemoglobin Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
keperawatan dalam waktu ...x 1. Identifikasi penyebab
Ditandai dengan 24 jam ekspektasi perfusi perubahan sensasi
Gejala dan Tanda Mayor : perifer meningkat 2. Identifikasi penggunaan
Subjektif : alat pengikat,
 Tidak tersedia Kriteria Hasil : prosthesis, sepatu dan
Objektif : 1. Denyut nadi perifer pakaian
 Pengisian kapiler meningkat 3. Periksa perbedaan
>3 detik\ 2. Warna kulit pucat sensasi tajam dan
 Nadi perifer menurun tumpul
menurun atau 3. Kelemahan otot menurun 4. Periksa sensasi panas
tidak teraba 4. Parastesia menurun dan dingin
 Akral teraba 5. Pengisian kapiler cukup 5. Monitor perubahan kulit
dingin membaik 6. Monitor adanya
 Warna kulit pucat 6. Akral cukup membaik tromboplebitis dan
 Turgor kulit 7. Turgor kulit cukup tromboemboli vena
menurun membaik Terapeutik :
8. Tekanan darah sistolik 1. Hindari
Gejala dan Tanda Minor : cukup membaik pemakaian benda-
Subjektif : 9. Tekanan darah diastolic benda yang
 Parastesia cukup membaik berlebihan
10. Tekanan arteri rata-rata suhunya
 Nyeri ekstremitas
cukup membaik Kolaborasi :
Objektif :
 Kolaborasi pemberian
 Edema
kortikosteroid, jika
 Penyembuhan perlu.
luka lambat
 Indek ankle-
brachial <0.90

2. Resiko Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi

Ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan Intervensi :


Gejala dan Tanda Mayor : keperawatan dalam waktu ...x 1. Identifikasi status
Subjektif : 24 jam ekspektasi status nutrisi
 Tidak ada nutrisi membaik 2. Identifikasi alergi dan
intoleransi makan
Objektif : Kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan
 Tidak ada 1. Porsi makan yang yang disukai
Kondisi Terkait : dihabiskan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan
 Infeksi 2. Kekuatan otot pengunyah kalori dan jenis
Kerusakan neuromuskular meningkat nutrient
3. Kekuatan otot menelan 5. Monitor asupan
meningkat makan
4. Verbalisasi keinginan 6. Monitor berat badan
untuk meningkatkan 7. Monitor hasil
nutrisi meningkat pemeriksaan
5. Pengetahuan tentang laboratorium
makanan yang sehat
meningkat
6. Pengetahuan tentang
minuman yang sehat
memingkat
7. Berat badan membaik
8. Indek masa tubuh
membaik
9. Frekuensi makan
membaik
10. Nafsu makan membaik
11. Membrane mukosa
membaik

3. Intoleransi Aktivitas b/d Toleransi Aktivitas Manajement Energi


Imobilitas
Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Ditandai dengan keperawatan dalam waktu ...x 1. Identifikasi gangguan
Gejala dan tanda Mayor : 24 jam ekspektasi toleransi fungsi tubuh yang
Subjektif : aktivitas meningkat mengakibatkan
 Mengeluh Lelah Kriteria Hasil : kelelahan
Objektif : 1. kekuatan nadi 2. Monitor kelelahan
 Frekuensi jantung meningkat fisik dan emosional
meningkat >20% dari 2. output urin 3. Monitor pola dan jam
kondisi istirahat meningkat tidur
Gejala dan tanda minor : 3. akral dingin 4. Monitor lokasi dan
Subjektif : menurun ketidaknyamanan
 Dyspnea setelah 4. pucat menurun selama melakukan
aktivitas 5. haus menurun aktivitas
 Merasa tidak nyaman 6. letargi menurun Terafeutik :
setelah beraktivitas 1. Sediakan
 Merasa lemah lingkungan yang
nyaman
Objektif : 2. Lakukan latihan
 Tekanan darah berubah rentang gerak
>20% dari kondisi pasif dan/atau
istirahat aktif
 Gambaranb EKG 3. Berikan aktivitas
menunjukkan aritmia distraksi yang
sebelum/setelah menenangkan
aktivitas 4. Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur,
 Gambaran EKG
jika tidak dapat
menunjukkan iskemia
berpindah atau
 Sianosis
berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
Kondisi Klinis Terkait :
berkurang
Anemia
4. Anjurkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makan.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis,
yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya, pada
anemia hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek normal umur eritrosit
100-120 hari, dengan gejala yang cenderung umum dialami banyak orang
dengan anemia hemolitik, seperti : Pucat, Lemas, Pusing, Mudah merasa lelah,
Tekanan darah rendah, Demam, Sesak napas, Nyeri dada, Nyeri perut,
Perubahan warna kulit, Warna urine yang menjadi lebih gelap, Pembesaran
hati dan Pembesaran limpa.Anemia hemolitik adalah anemia yang tidak terlalu
sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostic yang
tepat.
B. Saran
Diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat
dalam kasus Anemia Hemolitik sesuai dengan pedoman standar intervensi
keperawatan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Guillaud C, Loustau V, Michel M. Hemolytic anemia in adults: main causes and


diagnostic procedures. Expert Review of Hematology, 2012. 5(2): 229–
241. doi:10.1586/ehm.12.3

Adriani.(2017). Faktor-Faktor Anemia pada Remaja Putri. Surakarta. Diakses pada 22 mei
2019.

Barasi. (2016). Dampak Anemia pada Remaja Putri. Jayapura: In Media

James Phillips, et all. (2018). Hemolytic Anemia: Evaluation and Differential


Diagnosis. American Family Physician.
Kemenkes, 2018.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017: Kesehatan
Reproduksi Remaja. Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional,
Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan. Diakses Melalui https://e-
koren.bkkbn.go.id/wpcontent/uploads/2018/10/laporansdki-2017-remaja.pdf
Natalia.(2018). Kelainan Darah.Yogyakarta. Nuha Medika

Ladogana, Saverio et al. Diagnosis and management of newly diagnosed


childhood autoimmune haemolytic anaemia. Recommendations from the
Red Cell Study Group of the Paediatric Haemato-Oncology Italian
Association. Blood Transfus. 2017 May; 15(3): 259–267. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5448833/

M.Bachrudin, Moh.Najib. (2016). Keperawatan Medical Bedah I. Jakarta:


PUSDIK SDM Kesehatan.

Schick, Paul. Hemolytic Anemia. 2019. Available from :


https://emedicine.medscape.com/article/201066-overview#showall

Siska. (2017) .Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Pada Remaja Putri. Jakarta.
Diakses pada 26 April 2019

Handayani, wiwik. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan ganngguan Sistem


Hematologi.Salemba Medika

Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. (2008). Asuhan Keperawatan pada  Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai