Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah
istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus
menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis
virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia.
Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penyakit hepatits ataupun gejala sisanya
bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi
virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati.
Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30
tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa
panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya
berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga
ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis
menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang meninggal
dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah
penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang
terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak
terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan
1
menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90%
dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-
kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya.
(Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau
penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati
yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah
mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak
mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral
atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin
untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada
pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik.
Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas
mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral
atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota
keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap menghadapi
resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga penderita mampu
menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih
yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci
tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh
dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga
dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan
kematian.
2
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat,
disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti
memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak
dilakukan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
A. Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat
atau alkohol (FKAUI, 2006).
B. Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta
seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
C. Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh
toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada
sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D
dan E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral)
sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama (Smeltzer
Suzanne C 2002).
B. ETIOLOGI
Hepatitis Virus
1. Hepatitis A
a. Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal
dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada
usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan
melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan melalui darah.
Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa
muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit,
pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis.
Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
b. Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi
IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis
4
secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV
menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita
pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan
keadaan karier tidak pernah ditemukan.
c. Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang
terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati
yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala
dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan
flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.
2. Hepatitis B
a. Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral)
terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal.
Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada
aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui
suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan
bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul
atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan, dispepsia,
nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila
ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati
penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-
14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.
b. Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg,
HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap
berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan
penularan virus tersebut.
3. Hepatitis C
a. Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui
5
darah hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-
rata 50 hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien
hemodialisis, pekerja layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi
sebelum Juli 1992, resipien faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang
lahir dari ibu terinfeksi.
b. HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
4. Hepatitis D
a. Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA
untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi
sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari,
21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada
pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
b. Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen
permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada
pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D
serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis
fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan
agen virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali
air, bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60
hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan
wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang
lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B,
6
pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang
dikodekan khusus.
a. Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat
lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan
muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara
dini atau kontak dengan penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan pada tindakan
untuk memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
penggantian darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.
b. Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan
denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang
dipakai untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,,
psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.
7
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsihati. Hati
adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian teratas dalam
rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh
iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500 gr 2,5% dari berat tubuh pada orang deawa normal,
hati dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya
8
1/10 ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus oleh lapisan
tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati
menjadi unit-unit yang kecil dan unit-unit kecil itu disebut lobulus (Pearce, 2006).
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta.
Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai
kejenuhan 95–100% masuk ke hati akan akhirnya keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan
vena porta terbentuk dari lienalis dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5
darahnya ke hati darah ini mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan
kehati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri hepatica
dan saluran membentuk saluran porta (Syaifuddin, 2003).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan
elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar
mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons
yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-lempengan atau plate dimana
akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli
terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung cabang-
cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri
hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke
dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu
(FKUI, 2006).
2. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta yang
menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam fisiologis hati,
mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai
darah tersebut masuk dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen.
Vena porta yang terbentuk dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantarkan
4/5 darahnya kehati darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa
oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah ini membawa kepada hati zat makanan
9
yang telah di absorbsi oleh mukosa usus halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari
hati ke vena kava inferior. Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi
keseluruh hati, dua yang masuk yaitu arteri hepatika dan venaporta, dan dua yang keluar
yaitu vena hepatika dan saluran empedu.
Sinusoia mengosongkan isinya kedalam venulel yang berada pada bagian tengah
masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu
membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan
isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang
mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI,
2006). Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga sangat penting
untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap metabolik tubuh. Adapun fungsi
hati menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut:
1. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah. Aliran darah melalui hati sekitar
1100 ml darah mengalir dari vena porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan
sekitar 350 ml lagi mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450
ml/menit.
3. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang mengalir melalui
saluran empedu ke saluran pencernaan.
10
7. Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan menyerap zat
gizi penting.
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang
dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh
karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar
normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
11
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu
belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena
kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Pathway
12
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari:
1. Masa tunas
13
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan
atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan
malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 oC berlangsung
selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus
B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I,
kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-
gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
F. KOMPLIKASI
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan
hati, kadar bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma
hepatikum. Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien. Komplikasi tersering adalah
perjalanan klinis yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8 bulan. Sekitar 5-10% paasien
heatitis virus mengalami kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal. Sejumlah kecil
pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi kerusakan hati
seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat
memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap buruk. Komplikasi lanjut
hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma heatoseluler sekunder.
14
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1) Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2) Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3) Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh
jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan parut yang
terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
15
A. Foto rontgen abdomen
B. Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif
C. Kolestogram dan kalangiogram
D. Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
a. laparoskopi
b. biopsi hati
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
A. Primary Prevention
1. Health promotion
Health promotion atau promosi kesehatan merupakan salah satu upaya preventif
yang dapat mencegah penyakit hepatitis.
16
a.) Pendidikan atau penyuluhan kesehatan
Penyakit hepatitis suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang dapat
disebabkan oleh banyak hal antara lain infeksi virus dalam metabolisme. Mengubah gaya
hidup yaitu dengan pastikan makan dan minuman yang masuk kedalam tubuh kita adalah
makanan yang bersih, dan minuman yang telah direbus hingga mendidih, menjaga
kebersihan lingkungan, serta merubah cara bergaul ke arah yang lebih baik. Selain itu,
kita juga harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari kontak dengan
sumber infeksi, misalnya darah dan jarum suntik yang tercemar, serta menghindari
kontak intim dengan penderita hepatitis yang menular.
17
General andspecificprotection atau perlindungan khusus terhadap penularan
hepatitis dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
b) Vaksinasi
B. Secondary prevention
1. Early diagnosis
Ada beberapa jenis hepatitis yang tidak menunjukkan gejala apapun ketika
menyerang sistem imunitas manusia, misalnya hepatitis C. Gejala seperti demam,
kelemahan, dan sebagainya baru muncul setelah 8 minggu. Oleh karena itu, perlu
18
dilakukan pemeriksaan atau diagnosa lebih lanjut. Diagnosa ini biasanya dilakukan dokter
di laboratorium. Terdapat dua cara diagnosa, yaitu untuk hepatitis akut (masa penyakit
kurang dari 6 bulan) dan hepatitis kronis (masa penyakit lebih dari 6 bulan).
2. Prompt treatment
Prompt treatment atau pengobatan segera dapat dilakukan ketika seseorang telah
menunjukkan gejala-gejala hepatitis, baik hepatitis A, B, C, ataupun yang lainnya. Ada
beberapa metode atau cara pengobatan bagi orang yang terkena hepatitis.
a) Hepatitis A
b) Hepatitis B
19
– Pemberian obat Adefovirdipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif,
tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
– Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B
kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan
terjadi peningkatan enzyme hati.
C. Tertiary prevention
Tertiary prevention atau upaya pencegahan tersier merupakan upaya pencegahan
yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut. Tujuannya adalah untuk pencegahan
cacat dan komplikasi, bertambahnya penyakit, dan kematian. Sedangkan, sasarannya
adalah penderita penyakit itu sendiri. Pada proses pasca-patogenesis, terdapat beberapa
kemungkinan tingkat kesembuhan, yaitu: sembuh sempurna, baik bentuk dan fungsi tubuh
kembali semula seperti keadaan sebelum sakit; sembuh dengan cacat, kesembuhan tidak
sempurna, dan ditemukan cacat pada pejamu (kondisi cacat dapat berupa cacat fisik,
fungsional dan social); serta karier, dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit dan
suatu saat penyakit dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun). Untuk
meminimalisir kondisi cacat dan kerier ketika pasca-patogenesis, dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu disabilitylimitation dan rehabilitation.
1. Disability limitation
Disability limitation atau pembatasan kecacatan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan berfikir dan bekerja yang diakibatkan oleh penyakit hepatitis.
Usaha ini merupakan lanjutan dari usah early diagnosis and promotif treatment yaitu
dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan
tidak cacat ( tidak terjadi komplikasi ). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar
20
kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini
dipertahankan semaksimal mungkin. Disability limitation termasuk:
Masyarakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan benar oleh tenaga
kesehatan agar penyakit yang dideritanya tidak mengalami komplikasi. Selain itu untuk
mencegah terjadinya komplikasi maka penderita yang dalam tahap pemulihan, dianjurkan
untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan secara rutin untuk melakukan pemeriksaan rutin
agar penderita sembuh secara sempurna.
21
2. Rehabilitation
Rehabilitasi adalah usaha untuk mencegah terjadinya akibat samping dari
penyembuhan penyakit & pengembalian fungsi fisik, psikologik dan sosial. Tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang proses penyakitnya telah berhenti. Tujuannya adalah untuk
berusaha mengembalikan penderita kepada keadaan semula (pemulihan kesehatan) atau
paling tidak berusaha mengembalikan penderita pada keadaan yang dipandang sesuai dan
mampu melangsungkan fungsi kehidupannya. Dalam penyembuhan penyakit hepatitis,
proses rehabilitasi meliputi:
a) Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan hubungan perorangan dan
social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul
pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat. Seperti pada
penderita hepatitis yang mengalami penurunan semangat hidup, penderita harus menjalani
rehabilitasi mental untuk mengembalikan semangat hidup.
c) Rehabilitasi aesthetis
1) Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi
donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
22
2) Pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh
yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
b. Obat-obatan terpilih
1) Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
2) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4) Vi tamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5) Roboransia.
6) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
c. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
d. Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
e. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang
mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6
mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian
banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
2. KEPERAWATAN
a. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran
hati kenaikan bilirubin kembali normal.
b. Nutrisi yang adekuat
c. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga
sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam
persepsi sensori.
d. Pengendalian dan pencegahan
23
Tujuan pengaturan diet pada penderita penyakit hati adalah memberikan makanan cukup
untuk mempercepat perbaikan fungsi tanpa memperberat kerja hati. Syaratnya adalah
sebagai berikut :
1. Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, lemak sedang dan protein
disesuaikan dengan keadaan penderita.
2. Diet diberikan secara bertahap, disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi
penderita.
3. Cukup vitamin dan mineral.
4. Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air.
5. Mudah dicerna dan tidak merangsang.
6. Bahan makanan yang mengandung gas dihindari.
7. Bila berat badan berlebihan, harus diturunkan secara bertahap sesuai kebutuhan
penderita.
8. Bahan Makanan yang mengandung lemak dan kolesterol dihindari, seperti ayam
dengan kulit, kuning telur, jeroan, udang dan lain – lain.
Diet 1
Untuk penderita sirosis hati yang berat dan hepatitis akut prekoma.
Biasanya diberikan makanan berupa cairan yang mengandung karbohidrat sederhana
misalnya sari buah, sirop, teh manis. Pemberian protein sebaiknya dihindarkan. Bila
terjadi penimbunan cairan atau sulit kencing maka pemberian cairan maksimum 1 liter
perhari. Diet ini sebaiknya diberikan lebih dari 3 hari.
Diet 2
24
Diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan mulai timbul nafsu
makan.
Diet berbentuk lunak atau dicincang, tergantung keadaan penderita. Asupan protein
dibatasi hingga 30 gram perhari, dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.
Diet 3
Untuk penderita yang nafsunya cukup baik. Bentuk makanan lunak atau biasa, tergantung
keadaan penderita. Kandungan protein bisa sampai 1 g/kg berat badan, lemak sedang
dalam bentuk yang mudah dicerna.
Diet 4
Untuk penderita yang nafsu makannya telah membaik, dapat menerima protein dan tidak
menunjukan sirosis aktif. Bentuk makanan lunak atau biasa, tergantung kesanggupan
penderita. Kalori, kandungan protein dan hidrat arang tinggi, lemak, vitamin dan mineral
cukup.
25
7. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa, minyak hewan, margarin dan
mentega.
8. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu, makanlah sering ikan atau
ayam tanpa lemak sebagai pengganti.
9. Gunakan susu skim pengganti susu penuh.
10. Batasilah penggunaan kuning telur hingga 3 butir seminggu.
11. Gunakanlah sering tahu, tempe dan hasil olahan kacang – kacangan lainnya.
12. Batasilah penggunaan gula, makanan, minuman manis, seperti : sirup, coca – cola,
limun, gula, dodol, tarcis, kolak, es krim, dan sebagainya.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Malaise
2. Sirkulasi
a. Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
b. Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
a. Urine gelap
b. Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
a. Anoreksia
b. Berat badan menurun
c. Mual dan muntah
d. Peningkatan oedema
e. Asites
5. Neurosensori
26
a. Peka terhadap rangsang
b. Cenderung tidur
c. Letargi
d. Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
a. Kram abdomen
b. Nyeri tekan pada kuadran kanan
c. Mialgia
d. Atralgia
e. Sakit kepala
f. Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
a. Demam
b. Urtikaria
c. Lesi makulopopuler
d. Eritema
e. Splenomegali
f. Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
27
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interna ; perubahan kondisi metabolik,
perubahan sirkulasi.
4. Cemas berhubungan dengan perubahan peran dalam lingkungan sosial
28
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan Emergency conservation Energy Management
kelemahan menyeluruh. Self Care : ADLs a) Observasi adanya pembatasan klien dalam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan melakukan aktivitas
selama 3x24 jam didapatkan b) Dorong untuk mengngkapkan perasaan
Kriteria Hasil ; terhadap keterbatasan
a) Berpartisipasi dalam aktivitas c) Kaji adanya faktor yang menyebabkan
fisik tanpa disertai peningkatan kelalahan
tekanan darah, nadi dan RR d) Monitor nutrisi dan sumber energi yang
b) Mampu melakukan aktivitas adekuat
sehari-hari (ADLs) secara e) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
mandiri da emosi secara berlebihan
f) Monitor respon kardiovaskuler terhadap
aktivitas
g) Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
a) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
29
b) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan keampuan fisik,
psikologi dan sosial
c) Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas
d) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
e) Bantu klien untuk membuat jadwal layihan di
waktu luang
f) Bantu keluarga/pasien untuk
mengidentivikasi kekurangan dalam
beraktifitas
g) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
h) Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
i) Monitor respon fisik,emosi, sosial dan
spiritual
30
berhubungan dengan tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan a) Kaji adanya alergi makanan
mampu dalam memasukkan, selama 3x24 jam didapatkan b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
mencerna, mengabsorbsi Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan nutrisi
makanan karena faktor a) Adanya penngkatan berat badan yangdibutuhkan pasien
biologi. sesuai dengan tujuan c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
b) Berat badan ideal sesuai dengan Fe
tinggi badan d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
c) Mampu mengidentifikasi da vitamin C
kebutuhan nutrisi e) Berikan substansi gula
d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi f) Yakinkan diet yang dimakan mengandung
e) Tidak terjadi penurunan berat tinggi serat untuk mencegah konstipasi
badan yang berarti g) Berikan makanan yang terpilih
h) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makaan harian
i) Monitor julahnutrisi dan kandungan kalori
j) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
k) Kaji kemampuanpasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
2) Nutrition Monitoring
a) BB pasien dalam batas normal
b) Monitor adanya penurunan beratbadan
31
c) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
d) Monitor lingkungan selama makan
e) Jadwalkan pengobatan datindakan tidak
selama jam makan
f) Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
g) Monitor turgor kulit
h) Monitor kekeringan, rambut kusam dan
mudah patah
i) Monitor mual dan muntah
j) Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan
kadar Ht
k) Montor makanan esukaan
l) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
m) Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan
jaringan konjungtiva
n) Monitor kalori dan intake nutrisi
o) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral
p) Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
32
3. Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue Integrity ; Skin and NIC : Pressure Management
berhubungan dengan interna ; Mucous Membranes a) Anjurkan pasien untuk menggunakan
perubahan kondisi metabolik, Setelah dilakukan tindakan keperawatan pakaian yang longgar
perubahan sirkulasi. selama 3x24 jam didapatkan b) Hindari kerutan pada tempat tidur
Kriteria Hasil : c) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
a) Integritas kulit yang baik bias kering
dipertahankan 9sensasi, d) Mobilisasi pasien (ubah poasisi pasien) setiap
elastisitas, temperature, hidrasi, 2 jam sekali
pigmentsi) e) Monitor kulit akan adanya kemerahan
b) Tidak ada luka/lesi pada kulit f) Oleskan lotion atau minyak pada daerah yang
c) Perfusi jaringan baik tertekan
d) Menunjukkan pemahaman dalam g) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
proses perbaikan kulit h) Monitor status nutrisi pasien
danmencegah terjadinya cedera i) Anjurkan pasien mandi dengan sabun dan air
berulang hangat
e) Mampu melindungi klit dan
mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
4. Cemas berhubungan dengan NOC ; NIC :
perubahan peran dalam Anciety control Anxiety Reduction
lingkungan sosial Coping a) Gunakan pendekatan yang menyenangkan
33
Impulse control b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Setelah dilakukan tindakan keperawatan perilaku pasien
selama 3x24 jam didapatkan c) Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Kriteria Hasil : dirasakan selama prosedur
a) Klien mampu mengidentifikasi d) Pahami perspektif faktual mengenai
dan mengungkapkan gejala diagnosis, tindakan prognosis
cemas e) Lakukan back/neck rub
b) Mengientifikasi, mengungkapkan f) Dengarkan dengan penuh perhatian
dan menjukkan teknik untuk g) Identifikasi tingkat kecemasan
mengontrol kecemasan h) Dorong pasien untuk
c) Vital sign dalam batas normal mengungkapkanperasaan, ketakutan persepsi
d) Postur tubuh, ekspresi wajah, i) Insruksikanpasien menggunakan teknik
bahasa tubuh dan tingkat relaksasi
aktivitas menunjukkan j) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
berkurangnya kecemasan
34
DAFTAR PUSTAKA
Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U. Pendit...(et. Al.) ;
Editor Endah P, Jakarta : EGC
Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC), Mosby.
Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby.
Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses Penyakit.; alih bahasa,
Brahm U. Pendit…(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.
Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2005-2006,
NANDA International.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Jakarta,
EGC.
35