Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Ke : 2 Hari/Tanggal : Kamis/ 31 Januari 2019

Biokimia Nutrisi Tempat Praktikum : Laboratorium


Biokimia Mikrobiologi Nutrisi
Nama Asisten : Ima Imaniati, S.Pt.

BUFFER

Raisa Meilania
D24180016
Kelompok 4/G1

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem buffer sangat berperan dalam tubuh makhluk hidup. Buffer adalah
larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion-ion hidroksida
ditambahkan atau ketika larutan itu diencerkan. Sifat yang khas dari larutan buffer ini
adalah pH-nya yang hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau
basa kuat. Jenis dari larutan buffer ialah yang larutan buffer dari asam lemah dan basa
konjugasinya serta larutan buffer dari basa lemah dan asam konjugasinya.
Banyak jenis buffer yang mempunyai dampak terhadap sistem biologis,
aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor (Riyadi 2009). Sistem buffer dalam tubuh
ternak sama prinsip kerjanya dengan sistem buffer pada tubuh manusia (James 2009).
Sistem metabolisme dalam tubuh ternak sangat bergantung pada enzim serta mikroba
yang ada didalam rumen. Salah satu faktor pendorong kinerja enzim serta mikroba di
dalam rumen yaitu nilai pH. Nilai pH dalam tubuh ternak sangat sempit, sehingga
perubahan sedikit nilai pH akan berpengaruh pada nafsu makan, metabolisme nutrien,
dan kesehatan ternak ruminansia. Makanan yang kita konsumsi sehari-hari masuk ke
dalam tubuh dan mengalami suatu reaksi enzimatis, yaitu reaksi yang melibatkan
enzim sebagai katalisator. Enzim tersebut hanya berfungsi dengan baik pada pH
optimum. Agar pH optimum tetap terjaga, cairan dalam tubuh manusia membentuk
sistem larutan buffer.

Tujuan

Praktikum bertujuan mempelajari pengaruh penambahan larutan asam dan


larutan basa ke dalam larutan buffer. Selain itu juga bertujuan membuat kurva titrasi
asam-basa.

TINJAUAN PUSTAKA

Buffer

Buffer adalah sistem cairan yang dapat membantu mengurangi perubahan pH,
sehingga pH berada pada range yang cocok untuk melakukan suatu reaksi enzimatis.
Buffer terbentuk dari pencampuran larutan asam lemah dengan basa kuat atau basa
lemah dengan asam kuat. Dan juga terdiri dari asam lemah dan basa konjugat atau
basa lemah dan asam konjugat (Sari et al. 2016)
Cairan Rumen

Cairan rumen adalah cairan dari isi rumen pada ternak ruminansia yang
mempunyai pH netral, kaya akan kandungan enzim, protein, vitamin B kompleks
serta mengandung enzim-enzim hasil sintesa mikroba rumen. Cairan rumen telah
digunakan sebagai proteksi sabun kalsium sebagai pakan suplemen berdasarkan
kecernaan bahan kering, bahan organik dan pH (Pramono et al. 2013)

Saliva McDougall

Saliva McDougall adalah saliva buatan yang berfungsi sebagai pengatur


kestabilan pH selama proses fermentasi berlangsung. pH akan tetap berada dalam
kisaran normal karena fungsi larutan ini sebagai buffer (Harahap 2017)

Buffer Fosfat

Buffer fosfat adalah cairan yang memiliki area kerja yang lebar yaitu dari
asam sampai basa. Hal ini karena asam fosfat merupakan asam trivalen yang mampu
mempertahankan pH. Bertujuan menghambat aktifitas beberapa enzim metabolik
yang termasuk karboksilase, fumarase, dam posfoglukomutase (Fuad et al. 2016)

NaOH

Larutan NaOH adalah larutan yang bertindak sebagai katalis dalam reaksi
untuk mempercepat reaksi. Natrium hidroksida (NaOH) adalah bahan kimia yang
mudah larut dalam air dan menghasilkan panas (eksoterm). NaOH juga merupakan
bahan kimia berbentuk kristal putih padat yang apabila memasuki lingkungan akan
mudah bereaksi memecah bahan kimia lain (Wahyuni et al. 2016)

HCL

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCL). Yang
merupakan asam kuat, dan komponen utama dalam asam lambung. Asam klorida
merupakan cairan yang sangat korosif, tidak berwarna jika dilarutkan dalam air
(Azizah 2010). Asam klorida biasanya digunakan dalam pembersih rumah, produksi
gelatin, dan aditif dalam makanan (Finarti et al. 2018)
Manfaat Buffer Dalam Tubuh Ternak

Sistem buffer pada ternak ruminansia berfungsi sebagai suatu sistem yang
mengontrol atau mempertahankan pH rumen. Pemberian konsentrat yang berlebihan
dapat mengakibatkan menurunnya pH rumen dengan timbulnya gejala asidosis.
Untuk mengatasi penurunan pH rumen akibat penggunaan konsentrat ini maka dapat
dilakukan dengan penambahan larutan penyangga atau buffer (Suprayogi dan
Widyawati 2017)

MATERI DAN METODE

Materi

Alat
Alat yang digunakan pada praktikum adalah bulb, pipet mohr, gelas selai,
pengaduk kaca, tissue, sendok dan gelas ukur. Pengukuran pH pada praktikum ini
menggunakan kertas indikator pH.

Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah cairan rumen, larutan buffer
fosfat, saliva McDougall, dan aquadest. Larutan asam dan basa yang digunakan yaitu
HCL 0,05 N dan NaOH 0,05 N.

Metode

1. Titrasi asam basa pada cairan rumen


Cairan rumen dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 20 mL.
Digunakan kertas indikator pH untuk mengukur pH awal dari cairan rumen.
Dimasukkan larutan HCL 0,05 N sebanyak 10 mL kedalam gelas ukur yang berisi
cairan rumen, diaduk dan di cek kembali pHnya. Dicatat pH dan volume yang
digunakan. Ditambahkan kembali larutan HCL seperti prosedur 3 hingga
didapatkan perubahan pH yang cukup tinggi. Diganti isi buret dengan larutan
NaOH 0.05 N. Dilakukan prosedur 3 hingga 5 dengan menggunakan cairan rumen
baru. Dibuat kurva titrasi antara cairan rumen dengan larutan HCL/NaOH

2. Titrasi asam basa pada buffer fosfat


Larutan buffer fosfat dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 20 mL.
Digunakan kertas indikator pH untuk mengukur pH awal dari larutan buffer
fosfat. Dimasukkan larutan HCL 0,05 N sebanyak 10 mL kedalam gelas ukur
yang berisi larutan buffer fosfat, diaduk dan di cek kembali pHnya. Dicatat pH
dan volume yang digunakan. Ditambahkan kembali larutan HCL seperti prosedur
3 hingga didapatkan perubahan pH yang cukup tinggi. Diganti isi buret dengan
larutan NaOH 0.05 N. Dilakukan prosedur 3 hingga 5 dengan menggunakan
larutan buffer fosfat baru. Dibuat kurva titrasi antara buffer fosfat dengan larutan
HCL/NaOH.

3. Titrasi asam basa pada saliva McDougall


Saliva McDougall dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 20 mL.
Digunakan kertas indikator pH untuk mengukur pH awal dari saliva McDougall.
Dimasukkan larutan HCL 0,05 N sebanyak 10 mL kedalam gelas ukur yang berisi
saliva McDougall, diaduk dan di cek kembali pHnya. Dicatat pH dan volume
yang digunakan. Ditambahkan kembali larutan HCL seperti prosedur 3 hingga
didapatkan perubahan pH yang cukup tinggi. Diganti isi buret dengan larutan
NaOH 0.05 N. Dilakukan prosedur 3 hingga 5 dengan menggunakan saliva
McDougall baru. Dibuat kurva titrasi antara saliva McDougall dengan larutan
HCL/NaOH.

4. Titrasi asam basa NaOH dan HCL


Larutan NaOH dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 20 mL.
Digunakan kertas indikator pH untuk mengukur pH awal dari larutan NaOH.
Dimasukkan larutan HCL 0,05 N sebanyak 10 mL kedalam gelas ukur yang berisi
larutan NaOH, diaduk dan di cek kembali pHnya. Dicatat pH dan volume yang
digunakan. Ditambahkan kembali larutan HCL seperti prosedur 3 hingga
didapatkan perubahan pH yang cukup tinggi. Diganti isi buret dengan larutan
HCL 0.05 N. Digunakan kertas indikator pH untuk mengukur pH awal dari
larutan HCL. Dimasukkan larutan NaOH 0,05 N sebanyak 10 ML kedalam gelas
ukur yang berisi larutan HCL, diaduk dan di cek kembali pHnya. Dicatat pH dan
volume yang digunakan. Ditambahkan kembali larutan NaOH seperti pada
prosedur 8 hingga didapatkan perubahan pH yang cukup tinggi. Dibuat kurva
titrasi asam basa larutan HCL dan NaOH.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel berikut adalah nilai pH cairan rumen yang di titrasi asam dan basa.
Tabel ini menunjukkan perubahan pH selama titrasi tersebut berlangsung.
Tabel 1 Nilai pH cairan rumen yang di titrasi asam dan basa
Volume NaOH pH Volume HCL pH
0 8 0 8
10 9 10 6
20 10 20 5
30 12 30 2

Tabel berikut adalah nilai pH buffer fosfat yang di titrasi asam dan basa.
Tabel ini menunjukkan perubahan pH selama titrasi tersebut berlangsung.

Tabel 2 Nilai pH buffer fosfat yang di titrasi asam dan basa


Volume NaOH pH Volume HCL pH
0 7 0 7
10 10 10 7
20 12 20 2

Tabel berikut adalah nilai pH saliva McDougall yang di titrasi asam dan basa.
Tabel ini menunjukkan perubahan pH selama titrasi tersebut berlangsung.

Tabel 3 Nilai pH saliva McDougall yang di titrasi asam dan basa


Volume NaOH pH Volume HCL pH
0 8 0 8
10 10 10 6
20 11 20 4
30 12 30 3

Tabel berikut adalah nilai pH NaOH dan HCL yang di titrasi asam dan basa.
Tabel ini menunjukkan perubahan pH selama titrasi tersebut berlangsung.

Tabel 4 Nilai pH NaOH dan HCL yang di titrasi asam dan basa
Volume NaOH pH Volume HCL pH
0 12 0 2
10 12 10 2
20 2 20 3
30 10
40 12

Grafik berikut adalah hasil titrasi sampel cairan rumen. Grafik ini
menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut berlangsung.
NaOH HCL
14
12
10
8
6
4
2
0
0 10 20 30

Grafik 1 Hasil titrasi sampel cairan rumen

Grafik berikut adalah hasil titrasi sampel buffer fosfat. Grafik ini
menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut berlangsung.

NaOH HCL
14
12
10
8
6
4
2
0
0 10 20

Grafik 2 Hasil titrasi sampel buffer fosfat

Grafik berikut adalah hasil titrasi sampel saliva McDougall. Grafik ini
menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut berlangsung.

NaOH HCL
14
12
10
8
6
4
2
0
0 10 20 30

Grafik 3 Hasil titrasi sampel saliva McDougall


Grafik berikut adalah hasil titrasi sampel NaOH dan HCL. Grafik ini
menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut berlangsung.

NaOH HCL
14
12
10
8
6
4
2
0
0 10 20 30 40

Grafik 4 Hasil titrasi sampel NaOH dan HCL

Pembahasan

Larutan buffer merupakan larutan yang dapat mempertahankan pHnya


meskipun dengan adanya penambahan basa kuat maupun asam kuat. Buffer pada
hewan ternak sangat penting karena proses metabolisme terjadi pada pH tertentu.
Perubahan pH akan memengaruhi metabolisme nutrien di dalam sel yang pada
akhirnya dapat memengaruhi pertumbuhan, nafsu makan, metabolisme, dan
penyerapan zat makanan di usus halus. Percobaan pertama yakni perlakuan pH
larutan buffer terhadap larutan asam berupa penambahan HCL 0,05 N pada cairan
rumen. Penambahan larutan HCL sebanyak 10 mL pertama dengan cairan rumen
dengan pH awal 8 langsung menyebabkan penurunan pH pada cairan rumen menjadi
6, penambahan terus menerus larutan HCL menyebabkan penurunan pH rumen
menjadi 2 dengan jumlah penambahan sebanyak 30 mL. Akan tetapi pada saat
penambahan HCL ke empat cairan rumen mampu mempertahankan pHnya pada pH
2. Menurut Pramono et al. (2013) hal ini terjadi karena cairan rumen merupakan
larutan buffer yang dapat mempertahankan pHnya.
Penambahan larutan HCL pada buffer fosfat memiliki kemampuan untuk
mempertahankan pH lebih rendah dibandingkan cairan rumen karena dari hasil
percobaan penambahan HCL pada 10 mL pertama pH awal buffer fosfat 7 tetap
menjadi 7. Tetapi pada saat penambahan HCL ketiga pH buffer fosfat langsung turun
menjadi 2. Sedangkan penambahan larutan HCL pada saliva buatan dari hasil
percobaan pada 10 mL pertama pH awal saliva 7 turun menjadi 6. pH saliva terus
turun hingga memiliki pH 3 dengan jumlah penambahan HCL sebanyak 30 mL. Hal
ini dapat terjadi karena saliva merupakan buffer yang berada di bagian mulu ternak
yang menurunkan pH makanan sebelum masuk ke rumen.
Percobaan selanjutnya yakni dengan menggunakan larutan basa NaOH 0,05
N. Pada cairan rumen penambahan 10 mL pertama pH rumen menjadi 9, hingga
penambahan 30 mL larutan NaOH pH rumen menjadi 12 yakni sama dengan nilai pH
NaOH. Pada larutan buffer fosfat penambahan 10 mL pertama terjadi perubahan pH
menjadi 10, kemudian penambahan kedua langsung terjadi perubahan pH menjadi
12. Penambahan larutan saliva buatan dengan menggunakan larutan NaOH ketika
penambahan 10 mL pertama juga langsung terjadi perubahan pH menjadi 10, hingga
penambahan 30 mL larutan NaOH pH saliva buatan menjadi 12. Menurut Harahap
(2017) hal ini terjadi karena saliva sudah tidak memiliki kemampuan untuk
mempertahankan pHnya.
Percobaan terakhir yakni penambahan larutan HCL pada larutan NaOH yang
memiliki konsentrasi sama yakni 0,05 N. Saat penambahan pertama larutan HCL ke
dalam NaOH belum terjadi perubahan pH. Setelah penambahan 10 mL kedua terjadi
penurunan pH menjadi 2. Begitupun pada saat penambahan pertama larutan NaOH
kedalam HCL belum terjadi perubahan pH. Akan tetapi semakin banyak larutan
NaOH yang ditambahkan, pH larutan HCL menjadi 12. Penurunan pH ini menurut
Wahyuni et al. (2016) terjadi karena NaOH mampu mereduksi asam, mudah larut
dalam air dan berfungsi sebagai pelarut.

SIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan cairan rumen memiliki kemampuan


mempertahankan pH lebih tinggi dibandingkan dengan larutan buffer fosfat dan
saliva buatan. Saliva buatan memiliki kemampuan mempertahankan pH lebih rendah
dibandingkan dengan cairan rumen yang sama-sama memiliki pH hampir netral yaitu
8.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah U. 2010. Hati-Hati Bila Meniup Makanan dan Minuman yang Masih Panas.
http://www.unikz.up2det.com/2011/11/hati-hati-bila-meniup-makanan-
dan.html. Diakses tanggal [5 Februari 2019]
Finarti, Renol, Wahyudi D, Akbar M, Ula R. 2018. Rendemen dan pH gelatin kulit
ikan nila yang direndam pada berbagai konsentrasi HCL. Jurnal Pengolahan
Pangan. 3(1): 22-27.
Fuad ARM, Ulfin I, Kurniawan F. 2016. Penggunaan agar-agar komersial sebagai
media gel elektroforesis pada zat warna remazol: pengaruh komposisi buffer,
pH buffer dan konsentrasi media. Jurnal Sains dan Seni ITS. 5(2): 2337-3520.
Harahap N. 2017. Uji kecernaan bahan kering, bahan organic, kadar NH3 dan VFA
pada pelepah daun sawit terolah pada sapi secara in vitro. Jurnal Peternakan.
1(1): 29-41.
James J. 2009. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Pramono, Kustono A, Widayati DT, Putro PP, Handayanta E, Hartadi H. 2013.
Evaluasi proteksi sabun kalsium sebagai pakan suplemen berdasarkan
kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik dan pH in vitro di dalam
rumen dan pasca rumen. Jurnal Sains Peternakan. 11(2): 70-78.
Riyadi W. 2009. Berbagai larutan buffer. Sciencebiotech.net/berbagai-larutan-
buffer-2/. Diakses tanggal [5 Februari 2019]
Sari D, Suyati L, Widodo DS. 2016. Pengaruh buffer kalium fosfat dan natrium fosfat
terhadap produksi listrik dalam sistem Microbial Fuel Cell (MFC) dengan
Lactobacillus bulgaricus pada whey tahu. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi.
19(3): 107-110.
Suprayogi WPS, Widyawati SD. 2017. Optimalisasi biofermentasi rumen melalui
pemberian pakan suplemen sebagai upaya peningkatan nilai nutrisi jerami
padi dalam ransum ternak ruminansia. Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan.
5(1):31-42.
Wahyuni S, Hakim L, Hasfita F. 2016. Pemanfaatan limbah kaleng minuman
alumunium sebagai penghasil gas hidrogen menggunakan katalis natrium
hidroksida (NaOH). Jurnal Teknologi Kimia. 5(1): 92-104.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai