Laporan Pendahuluan CKR
Laporan Pendahuluan CKR
A. PENGERTIAN
Menurut Brunner dan Suddarth (2001), cedera kepala adalah cedera yang terjadi
pada kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera kepala adalah cedera yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak akibat perdarahan dan pembengkakan otak sebagai respon
terhadap cedera dan penyebab peningkatan tekanan intra kranial (TIK). (Brunner &
Suddarth, 2002). Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau
deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce &
Neil. 2006). Adapun menurut Brain Injury Assosiation of America (2009), cedera kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik. Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi –
descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan
pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada
kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
B. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.
1. Cedera kepala ringan menurut Sylvia A (2005)
a. Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.
b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku Gejala-gejala
ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih lama setelah
konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
2. Cedera kepala sedang, Diane C (2002)
a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebinggungan atau hahkan
koma.
b. Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik,
perubahan TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot,
sakit kepala, vertigo dan gangguan pergerakan.
3. Cedera kepala berat, Diane C (2002)
a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya
penurunan kesehatan.
b. Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera terbuka, fraktur
tengkorak dan penurunan neurologik.
c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur. d. Fraktur pada kubah
kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada klien dengan cedera kepala meliputi :
a. CT scan (dengan/tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler, dan perubahan
jaringan otak.
b. MRI
Digunakan sama dengan CT scan dengan/tanpa kontras radio aktif.
c. Cerebral angiografi.
Menunjukan anomaly sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak skundre
menjadi edema, perdarahan, dan trauma.
d. Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.
e. Sinar X.
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema) fragmentulang.
f. BAER
Mengeroksi batas fungsi korteks dan otak kecil.
g. PET
Mendeteksi perubahan aktifititas metabolisme otak.
h. CSS
Lumbal fungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
i. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan intracranial.
j. Screent oxicology
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
k. Rontgen thorahk 2 arah (PA/AP dan lateral).
Rontgen thorak menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural.
l. Torak sentesis menyatakan darah/cairan
m. Analisa gas darah (A’GD/astrup)
Analisa gas darah (A’GD/astrup) adalah salah satu tes diaknostik untuk menentukan
status status respirasi. Status respirasi dapat digambarkan melalui pemeriksaan
AGD ini adalah status oksigenisasi dan status asam basa.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data klien baik subyektif maupun obyektif pada gangguan sistem
persyarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri
dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya.
b. Identitas klien dan keluarga ( penanngungjawab ) : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, status perkawinan, alamat golongan darah, penghasilan, hubungan klien
dengan penanggungjawab.
c. Riwayat kesehatan
Tingkat kesadaran / GCS < 15, convulsi, muntah, takipnea,sakit kepala, wajah simetris
atau tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi secret pada saluran pernapasan,
adanya liquor dari hidung dan telinga serta kejang. Riwayat penyakit dahulu barulah
diketahui dengan baik yang berhubungan dengan sistem persyarafan maupun penyakit
sistem – sistem lainnya, demikian pula riwayat penyakit keluarga yang mempunyai
penyakit menular.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi:
Suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi,cataksik),
nafas berbunyi, stridor, tersedak, ronki, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi).
b. Kardiovaskuler:
Pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Kemampuan komunikasi:
Kerusakan pada hemisfer dominan, disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf
hipoglosus dan saraf fasialis.
d. Psikososial
Data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga.
e. Aktivitas/istirahat
berikut : kebingungan
6. Bebas aktivitas
kejang
2 Gangguan pola nafas NOC label NIC
berhubungan dengan Respiratory status : 1. Posisikan pasien
obstruksi trakeobronkial, ventilation untuk
neurovaskuler, kerusakan Respiratory status : memaksimalkan
medula oblongata airway pantency ventilasi
neuromaskuler Vital sign status 2. Lakukan fisioterapi
Setelah diberikan dada bila perlu
asuhan keperawatan 3. Keluarkan sekret
selama 3 x 24 jam dengan batuk
diharapkan pasien efektif
dapat memenuhi 4. Auskultasi suara
kriteria hasil sebagai nafas dan catat bila
berikut : ada suara tambahan
1. Mendemonstrasikan 5. Monitor respirasi
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspnea (mampu
mengeluarkan
sputum, bernafas
dengan mudah)
2. Menunjukan jalan
nafas yang paten
(pasien tidak
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
3. Tanda – tanda vital
dalam rentang
normal( nadi , RR,
dan tekanan darah)
3 Gangguan keseimbangan Setelah diberikan NIC label
cairan dan elektrolit asuhan keperawatan Electrolyte
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam monitoring
pengeluaran urine dan diharapkan pasien 1. Identifikasi
elektrolit meningkat dapat memenuhi kemungkinan
kriteria hasil sebagai penyebab
berikut : ketidakseimbangan
NOC label : elektrolit
Fluid balane 2. Monitor adanya
1. Turgor kulit kehilangan cairan
elastis dan elektrolit
2. Intake dan 3. Monitor adanya/
output cairan mual, muntah, dan
seimbang diare
3. Membran
mukosa lembab
Vital sign
1. Vital sign dalam
rentang normal
(TD : 120/80
mmHg, RR : 15
– 20 x/menit,
nadi : 60 – 100
x/menit, suhu :
36,5 – 37,5 oC
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC label NIC
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional status : 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan adequacy of pada makanan
melemahnya otot yang nutrient 2. Kolaborasi dengan
digunakan untuk mengunyah Nutritional status : ahli gizi dalam
dan menelan food and fluid mene-ntukan
Weight control jumlah kalori dan
Setelah diberikan nutrisi yang
asuhan keperawatan dibutuhkan
selama 3 x 24 jam 3. Monitor adanya
diharapkan pasien penurunan BB dan
dapat memenuhi gula darah
kriteria hasil sebagai 4. Monitor turgor kulit
berikut : 5. Monitor kadar HB
1. Albumin serum dan HT
2. Hematokrit 6. Monitor mual dan
3. Hemoglobin muntah
berikut : untuk
1. Mampu mengungkapkan
mengontrol perasaan,
berikut : kemampuan
berikut : mengulangi
1. Komunikasi : permintaan
penerimaan, 3. Dengarkan
2. Komunikasi 4. Anjurkan
3. Komunikasi komunikasi
resepsif :
penerimaan
komunikasi dan
intrepretasi pesan
verbal dan non
verbal
4. Gerakan
terkoordinasi :
mampu
mengkoordinasi
gerakan alam
menggunakan
bahasa isyarat
5. Pengolahan
informasi : pasien
mampu untuk
memperoleh,
mengatur dan
menggunakan
informasi
6. Mampu
mengkomunikasi
kebutuhan dengan
lingkungan sosial
I. REFERENSI
Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta : Salema Medika
Batticaca Fransisca B, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta : Salemba Medika
Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Erlangga
Lecture Notes, 2005, Neurologi, Lionel Ginsberg : Erlangga