Anda di halaman 1dari 5

Nama : Adela Salshabila

NIM : 14020119130063
Kelas : SANKRI Kelas 01

Summary Tentang Periodesasi SANKRI

 Sebelum Kemerdekaan
Sejarah mencatat bahwa Sultan Agung Hanyokrokusumo (1591-1645) merupakan orang pertama
yang menentang penjajah dengan menggerakkan masyarakat. Setelah itu berturut-turut para
sultan yang merasa diinjak wilayah pemerintahannya antara lain Sultan Hasanuddin (1631-
1670), Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1683), Sultan Mahmud Badarudin II (1776-1852), Sultan
Thoha Syaifudin (1816-1904). Bangsa Indonesia terjajah selama kurang lebih 350 tahun oleh
bangsa Belanda. Pada awalnya mereka masih melakukan perlawan masing-masing, namun
setelah itu rasa kesadaran bahwa perlawanan harus dilakukan bersama sama muncul, dari sini lah
munculnya Budi Utomo pada tahun 1908, Sarekat Islam tahun 1912, Partai Nasional Indonesia
tahun 1927, dan pada tanggal 28 Oktober 1928 pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia
berkumpul untuk mengucapkan Sumpah Pemuda. Setelah itu tahun-tahun berikutnya pergerakan
bersifat nasional. Sarekat islam merupakan organisasi politik Indonesia yang paling menonjol
waktu itu. Pada tahun 1912, SDI menjadi SI dan mendapat pemimpin organisasi baru yaitu
H.O.S Tjokroaminoto (1883-1934).
Marxisme pertama kali diperkenalkan oleh orang Belanda bernama H.J.F Sneevliet. Pada tahun
1914 kelompok Marxis mendirikan ISDV yaitu organisasi Sosial Demokrat Hindia Belanda.
Kemenangan revolusi oktober di Rusia memberikan dorongan yang hebat kepada SDV untuk
menyebarkan Marxisme di Indonesia. Pada tanggal 23 Mei 1920, ISDV dibah menjadi PKI.
Tanggal 8 Desember 1941, terjadi perang pasifik sebagai rangkaian perang dunia kedua.
Pemerintah hindia belanda bertekuk lutut kepada pemerintah Jepang pada tanggal 9 Maret 1942.
Dengan diserbunya Jepang oleh Rusia di Manchuria maka mulai terasa kelemahan Jepang untuk
mempertahankan daerah-daerah jajahannya. Puncaknya adalah jatuhnya bom atom di kota
Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945). Pada tanggal 14 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Sekelompok pemuda di Indonesia sangat bergelora untuk melaksanakan proklamasi, tapi mereka
tetap membutuhkan pemimpin dari golongan tua yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta. Bila
golongan tua tidak mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, mereka mengancam untuk
membumihanguskan sisa sisa Jepang yang sudah tidak berdaya di Indonesia.

 Proklamasi
Pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 WIB, Indonesia melaksanakan proklamasi. Proklamasi
tersebut ditandatangani atas nama bangsa Indonesia oleh Soekarno-Hatta. Sejak proklamasi
kemerdekaan tersebut, sejarah bangsa Indonesia merupakan sejarah suatu bangsa yang masih
muda dalam menyusun politik pemerintahan. Landasan berpijaknya adalah konstitusi dan
ideology yang mereka ciptakan sendiri sesuai perkembangan budaya masyarakat. Tanggal 18
Agustus 1945 panitia persiapan kemerdekaan Indonesia mengadakan sidang dan berhasil
menetapkan konstitusi, presiden, dan wakil presiden.
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949
Dalam periode ini yang dipakai sebagai pegangan adalah UUD 1945. Walaupun UUD 1945 telah
diberlakukan, namun yang baru dapat terbentuk hanya presiden, wakil presiden, serta para
menteri, dan para gubernur. Pada aturan peralihan UUD 1945 untuk pertama kalinya presiden
dan wakil presiden dipilih oleh PPKI. Presiden dibantu oleh komite nasional. Pada tanggal 5
oktober 1945 dikeluarkan maklumat pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan
Rakyat. Supriyadi ditunjuk sebagai pimpinan TKR. Kemudian digantikan oleh Sudirman
menjadi panglima besar. Pada tanggal 3 juni 1947 berubah nama menjadi TNI. Dalam kongres
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) tanggal 16 oktober 1945 di Malang, wakil presiden
Drs. Moh Hatta mengeluarkan maklumat X, yaitu penegasan terhadap kata bantuan dalam Pasal
IV Aturan peralihan UUD 1945. KNIP diberi wewenang untuk turut membuang undang-undang
dan menetapkan GBHN. Kesan bahwa sistem pemerintahan Indonesia ketika itu tidak
demokratik dapat dihilangkan dengan adanya maklumat ini, yang merupakan konvensi kea rah
sistem pemerintahan parlementer. Melalui maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945,
dibentuk kabinet pertama dibawah pimpinan Sutan Syahrir sebagai perdana menteri dan menteri-
menteri bertanggung jawab kepada KNIP sebagai substitusi MPR/DPR. Sejak saat itu sistem
presidensiil beralih kepada sistem pemerintahan parlementer. Pada tanggal 3 November 1945
keluarlah makulamt pemerintah tentang keinginan untuk membentuk partai-partai politik,
sehingga berlakulah sistem parlementer sebagai sistem multipartai. Pada tanggal 27 Juli 1947
serdadu Belanda dengan persenjataan lengkap melakukan penyerbuan ke Indonesia. Pada tanggal
19 Desember 19448 kota Yogyakarta untuk sementara dijadikan ibukota negara Republik
Indonesia. Pada sore harinya, Yogyakarta jatuh ke tangan musuh. Tetapi sebelumnya pukul
10.00 pagi, sidang kabinet RI memutuskan untuk memberikan mandate kepada Mr. Syarifudin
Prawiranegara agar mebentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Pada tanggal 1 Maret
1949 Sri Sultan Hamengkubuwono IX memprakarsai penyerbuan ke Kota Yogyakarta. Pada
tanggal 8 Juli 1949 Letkol Soeharto menjemput panglima Soedirman di kecamatan Pojong
Kabupaten Wonogiri.
2. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950
Dalam periode ini negara Indonesia menjadi negara serikat. Sebelumnya bukan kehendak seluruh
bangsa Indonesia untuk memakai bentuk negara dan sistem pemerintahan, politik, dan
administrasi negara tersebut, namun keadaan yang memaksa. Setelah beberapa kali terjadi
pertempuran dan perjanjian perdamaian Republik Indonesia, akhirnya pada tanggal 27 Desember
1949 Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia dengan syarat berbentuk serikat. Dalam
periode ini yang dipakai sebagai pegangan adalah konstitusi RIS. Undang-Undang Dasar ini
terdiri dari mukadimah 197 pasal, dan 1 lampiran. Sistem pemerintahan adalah kabinet
parlementer. Tanggung jawab kebijaksanaan pemerintah berada di tangan menteri, tetapi apabila
kebijaksanaan menteri ternyata tidak dapat dibenarkan oleh DPR, maka menteri itu harus
mengundurkan diri. Atau DPR dapat membubarkan menteri tersebut dengan alas an mosi tidak
percaya. Pada RIS presiden dipilih oleh orang-orang yang dikuasai oleh masing-masing
pemerintah negara bagian. Dalam konstitusi RIS juga dikenal adanya senat yang mewakili
negara negara bagian, setiap negara bagian mempunyai dua anggota senat. Jadi senat adalah
suatu badan perwakilan dengan bagian, yang anggota-anggotanya ditunjuk oleh masing-masing
pemerintah bagian masing-masing.
3. Periode 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959
Pada tanggal 17 Agustus Indonesia resmi kembali menjadi negara kesatuan, walaupun
konstitusinya adalah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Oleh karenanya sistem
pemerintahan tetap dalam bentuk kabinet parlementer, yaitu para menteri bertanggung jawab
kepada parlemen dan parlemen (DPR) dapat menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak percaya.
Presiden hanya ditetapkan sebagai kepala negara saja tetapi tidak sebagai kepala pemerintahan.
Kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri yang mengepalai kabinet. Indonesia baru
melaksanakan pemilu untuk memilih anggota DPR atau anggota konstituante baru untuk pertama
kalinya pada tahun 1955. KNIP bertugas untuk merangkap tugas parlemen. Walaupun sudah
kembali kepada bentuk negara kesatuan, namun perbedaan antara daerah yang lain merasa terasa.
Terjadi berbagai jenis pemberontakan separatis, antara lain yaitu pemberontakan APRA,
pemberontakan Andi Azies, pemberontakan RMS, pemberontakan Ibnu Hajar, dll.
Kemudian konstituante menyelenggarakan pemungutan suara untuk mengetahui diterima atau
tidaknya kembali UUD 1945. Walaupun sebenernya jumlah suara yang masuk lebih banyak
menyetujui untuk kembali pada UUD 1945. Hal ini dinilai pihak eksekutif sebagai
ketidakmampuan pihak legislative menyelesaikan tugas mereka. Pada tanggal 5 juli 1959,
Presiden Soekarno menyatakan kembali kepada UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
4. Periode 5 Juli 1959 dengan sekarang
Menurut pengamatan Presiden Soekarno, demokrasi liberal semakin mendorong Indonesia
mendekati tujuan revolusi yang berupa masyarakat adil dan makmur. Presiden Soekarno ingin
melihat bangsa Indonesia yang kuat dan bersatu padu sebagaimana pada awal-awal kemerdekaan
dulu. UUDS 1950 dianggap selama ini memang sudah melakukan penyimpangan. Dengan dalih
seperti itu lalu Presiden Soekarno mencanangkan demokrasi terpimpin dalam politik Indonesia.

 Orde Lama
Presiden yang menurut UUDS 1950 adalah presiden konstitusional yang tidak bertanggung
jawab dan tidak dapat diganggu gugat, mengangkat dirinya sendiri menjadi formatir kabinet.
Kemudian Presiden Soekarno membubarkan konstituante yang dipiih oleh rakyat, sebelum
pekerjaannya membuat undang-undang dasar yang baru selesai. Dalam periode demokrasi
terpimpin, pemikiran ala demokrasi barat banyak ditinggalkan. Presiden Soekarno menyatakn
bahwa demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan negara Indonesia.
Banyaknya partai oleh Bung Karno disebut sebagai salah satu penyebab tidak adanya pencapaian
hasil dalam pengambilan keputusan. Untuk merealisasikan demokrasi terpimpin kemudian
dibentuk front nasional. Demokrasi terpimpin diikuti pula dengan adanya istilah ekonomi
terpimpin. Ekonomi terpimpin sebagai konsepsi bidag ekonomi dalam rangka pelaksanaan
demokrasi terpimpin,. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang berdasarkan sistem
pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan satu kekuasaan sentral di
tangan satu orang. Dalam menghayati pancasila, pandangan hidup diperas menjadi tiga unsur
penting yaitu disebut trisila, kemudian trisila diperas menjadi satu untuk utama yaitu ekasila.
Ekasila inilah yang dimaksud dengan nasakom. Dengan adanya nasakom, maka partai komunis
mendapat posisi dominan. Jenderal A.H Nasution sekalipun secara formal masih mendukung
demokrasi terpimpin, namun semenjak 1963 hubungan beliau dengan Preside Soekarno mulai
merenggang. Kedua orang kuat Indonesia ini mulai mempunyai sikap yang bertentangan dalam
menghadapi PKI, Soekarno merangkulnya sedangkan Nasution mencurigainya.

 Orde Baru
Meningkatnya suhu politik menjelang akhir tahun 1965 itu, dikaitkan dengan siapa pengganti
Presiden Soekarno kalau yang bersangkutan wafat. Hanya ada dua kandidat yang disebut-sebut
sebagai presiden waktu itu, yaitu letjen A. Yani dan Jenderal A.H Nasution (keduanya sangat
dibenci oleh PKI). Lalu pada puncaknya PKI melakukan pembantaian di Lubang Buaya Jakarta.
Sasaran utama mereka adalah para jenderal yang semula paling keras menentang
dipersenjatainya angakatn kelima buruh tani. Meyjen Soeharto berjuang mengisi jabatan kosong
(panglima AD) yang ditinggalkan oleh letjen A. Yani. Sebagai panglima kostrad, Pak Harto tidak
tercantum didalam daftar hitam yang akan dibunuh PKI. Dengan menakut-nakuti Presiden
Soekarno melalui pasukan tanpa tanda pangkat, Soekarno terpancing untuk menyingkir ke Bogor
berpisah dengan para pendukungnya. Menurut CHK. Sianturi, S.H. oditur militer yang bertugas
menangangi perkara Kolonel Latief, terdakwa dijerat dengan hukum pidana (KUHP) bukan
subversi. Dikeluarkanlah ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 yang menetapkan
pencabutan kembali kekuasaan pemerintah negara dari tangan Presiden Soekarno, dengan
ketetapan MPRS itu juga pemegang Ketetapan MPRS Nomor IX/MPRS/1966 diangkat menjadi
pejabat presiden yaitu Jenderal Soeharto. Pada masa Presiden Soeharto, walaupun pembangunan
ekonomi berjalan cukup pesat tetapi hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang dekat beliau
namun digembor-gembrokan sebagai usaha tinggal landas setelah dari pembangunan ke
pembangunan. Keberadaan Golkar yang merupakan perpanjangan tangan ABRI, diperkuat
dengan masuknya tanpa pilihan para pegawai negeri sipil, ibu-ibu darma wanita, ibu-ibu darma
pertiwi, dan keluarganya ke dalam Golkar. Pada mulanya militer dibentuk untuk
mempertahankan negara, pada berbagai pemerintahan sudah barang tentu militer dibentuk
dibawah eksekutif yang panglimanya disederajatkan dengan para menteri kabinet. Hanya saja
beberapa aparat militer yang cukup professional tidak menutup kemungkinan untuk ikut
berpolitik. Dengan dalih menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta mempertahankan
Pancasila dan UUD 1945 dari kemungkinan perubahannya oleh MPR/DPR RI maka ABRI ikut
berpolitik, yaitu dengan menjadi anggota legislative dan konstitutif tersebut. Memang dalam
UUD 1945 disebutkan bahwa anggota MPR terdiri dari angora DPR RI ditambah oleh utusan
daerah dan utusan golongan, dengan begitu ABRI menjadi bagian dari utusan golongan, mereka
diangkat tanpa dipilih dalam pemilu. Pemilihan umum pertama tahun 1971 dirancang untuk
mengikutsertakan ABRI melalui jalur Golongan Karya. Dengan demikian kemungkinan ABRI
untuk menjadi gubernur di seluruh Indonesia lebih mudah. Di setiap perumahan dinas
pemerintahan dan jabatan sipil, bila seorang pegawai negeri sipil menyelesaikan masa baktinya
dengan pension, mereka harus berhenti dari jabatan dan hengkang dari rumah dinasnya.
Sementara itu pensiunan ABRI dapat memulai karya barunya. Hal ini tentu akan lebih
berkelebihan dilakukan oleh ABRI yang masih aktif. Itulah sebabnya pada puncak dominasinya,
tidak ada suatu kantor pun yang lepas dari kontrol ABRI. Keyakinan bahwa dwifungsi ABRI
akan tetap relevan karena merupakan jiwa dan semangat ABRI untuk tetap bertahan memangku
jabatan sipil, kiranya dapat dirasakan sebagai usaha karena sudah terlalu menikmati hasil
pembangunan itu sendiri. Tahun 1995 pemerintah Soeharto menyadari bahwa Megawati tidak
akan mentolerir bila Golkar melakukan tindak kecurangan pada pemilihan umum 1997. Oleh
karena itu, Megawati yang terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI tanggal 23 Desember 1993.
Kemudian adanya penyerangan terhadap Kantor DPD PDI yang diserang oleh pemerintah
dengan mempergunakan aparat dan preman yang berpakaian abju merah PDI bergambar Suryadi
agar terkesan bahwa yang terjadi adalah bentrok antar-PDI.

LANJUTAN HAL 68

Anda mungkin juga menyukai