Kriminologi
Kriminologi
C. Tujuan Kriminologi
Plato (427-347 SM) filsuf jaman Yunani dalam bukunya Republik mengatakan
bahwa emas, merupakan sumber dari banyak kejahatan. Makin tinggi kekayaan
dalam pandangan manusia makin merosot penghargaan terhadap kesusilaan.
2. Kriminologi
Pada abad XIX sosiologi criminal ( kriminologi) timbul akibat dari berkembangnya
sosiologi dan statistic criminal. Sehingga studi mengenai tindak pidana dan pelaku
pidana pidana sudah mulai sungguh-sungguh dipelajari.
Kriminologi sebagai suatu ilmu pada era global memperluas cakrawala
keilmuan dengan mengkaji berbagai kejahaatan modern yang menuntut
penanggukangannya secara modern pula. Ketentuan hukum yang sesuai dan berlaku
serta penegakan hukum atas terjadinya kejahatan menjadi sorotan pula sebagai
bahan kajian kriminologi.
Kunci kemajuan menurut pemikiran ini adalah kemampuan kecerdasan atau akal
yang dapat ditingkatkan melalui latihan dan pendidikan, sehingga manusia mampu
mengontrol dirinya sendiri bak sebagai individu maupun sebagai suatu
masyarakat.Di dalam kerangka pemikiran ini, lazimnya kejahatan dan penjahat
dilihat semata-mata dari batasan undang-undang.
2. Aliran Neo Klasik
Aliran Neo Klasik bertolak dari pandangan yang sama dengan Aliran Klasik,
sehingga tidak menyimpang dari konsepsi umum tentang manusia yang berlaku pada
waktu itu di Eropa,bahwa manusia bebas untuk memilih untuk berbuat kejahatan
maupun berbuat baik, menghasilkan pengecualian tertentu, yakni :
1. Anak di bawah umur 7 tahun tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap
kejahatan karena belum sanggup mengartikan pengertian perbedaan yang benar
dengan yang salah;
2. Penyakit mental tertentu dapat melemahkan tanggung jawab.
Aliran Neo Klasik tidak mengekui kriminologi sebagai ilmu, walaupun demikian,
aliran ini berjasa di bidang kriminologi, pertama; pengecualian mereka terhadap
prinsip bebas bertidak, termasuk salah satu sebab walaupun cara pandang aliran ini
tidak berdasarkan ilmu,ke dua; banyak di antara undang-undang pidana dan
kebijakan modern didasarkan pada prinsip yang klasik modern.
4. Dimasukkannya kesaksian dan atau keterangan ahli dalam acara peradilan
untuk menentukan besarnya tanggung jawab.
1. Determinis biologic adalah organisasi social berkembang sebagai hasil individu
dan perilakunnya dipahami dan diterima sebagai pencermanan umum dari warisan
biologic.
2. Determinis cultural menganggap bahwa perlaku manusia dalam segala aspeknya
selalu berkaitan dan mencerminkan ciri-ciri dunia sosio cultural yang melengkapinya.
Positivis menolak penjelasan yang berorietasi pada nilai, dan mengarahkan pada
aspek yang dapat diukur dari pokok persoalannya dalam usaha mencari sebab-
akibat.
Tugas kriminologi adalah menganalisis sebab-sebab perilaku kejahatan melalui
studi lmiah terhadap ciri-ciri penjahat dari aspek fisik, social,dan cultural. Aliran ini
dipelopori oleh Cesare Lombrosa(1835-1909) yang dikenal dengan biologi criminal
yang menyebutkan bahwa factor penyebab kejahatan yaitu factor alami dan sebagian
karena pengaruh lingkungan.
- Aliran ini mengatakan bahwa tingkat kejahatan dan ciri-ciri pelaku terutama
ditentukan ole bagaimana undang-undang disusun dan di jalankan.
Aliran ini mengatakan bahwa telah terjadi pergeseran nilai-nilai dalam perkembangan
studi kriminologi. Pergeseran nilai-nilai diawali dari studi kriminologi yang menitik
beratkan pada aspek moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat abstrak,
dilanjutkan pada pandangan terhadap pentingnya unsurnya individu dan peranan
factor kepribadian serta lingkungan dalam membentuk seseorang sebagai manusia
penjahat, dan akhirnya terjadi perubahan tentang sikap dan pandangan yang kurang
menghargai penemuan-penemuan ilmiah dan menggantikannya dengan pandangan
yang lebih bersifat praktis pragmatis dalam menghadapi penjahat. Meskipun
demikian, aliran social defence tetap masih menghargai nilai-nilai moral pada
kehidupan bermasyarakat dalam arti bahwa perlakuan terhadap kejahatan tidak lagi
sebagai obyek sarana peradilan pidana namun diperlakukan sebagai manusia dengan
integritas kemanusiaannya.
H. Teori-Teori Kriminologi
1. Kriminal dilakukan dengan sistem urat syaraf yang hiporeaktif dan otak yang
kurang member respon, keadaan demikian tidak terjadi dalm vacuum melainkn
berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggal tertentu di mana individu hidup dalam
pergaulannya;
2. Anak-anak pra delinquent cenderung membiasakan diri terhadap hukuman
yang diterimanya dan rangsangan ini dengan mudah menambah frustrasi dikalangan
orang tua;
3. Interaksi orang berhadapan dengan keadaanmeliputi hipotesis;
a. Respon parental yang negative dan tidak konsisten terhadap perilaku mencari
stimulasi atau rangsangan si anak merupakan daya etiologis dalam perkembangan
kecenderungan-kecenderungan kriminalitas selanjutnya;
b. Abnormalitas psikis si anak akan menyulitkan baginya mengantisipaso
konsekuensi yang menyakitkan atas tindakannya.
16. Teori Pemberian Malu Reintegratif atau Teori Pembangkit Rasa Malu (
Reintregrative Shaming Theory)
Ian Tailor, Paul Walton, dan Jack Young-kriminolog Marxis dari Inggris menyatakan
bahwa kelas bawah ( kekuatan buruh dari masyarakat industri) yang dikontrol
melalui hukum pidana dan para penegaknya, sementara pemilik buruh-buruh itu
hanya terikat oleh hukum perdata yang mengatur persaingan antar mereka. Institusi
ekonomi kemudian merupakan sumber dari konflik , pertarungan antar kelas selalu
berhubungan dengan distribusi sumber daya kekuasaan, dan hanya apabila
kapitalisme dimusnahkan maka kejahatan akan hilang.
Daftar Isi
Kriminologi dan Hukum Pidana Oleh Prof.Dr.Drs.Abintoro Prakosos,S.H.,M.S.
Blog Ini hanya berusaha sebagai sumber informasi (yang selama ini sulit untuk
mendapatkan) sebagai salah satu tugas warga negara untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan jika bermanfaat jangan lupa untuk mengunjungi Web sumber
di bawah ini.
KRIMINOLOGI