Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengerti cara pengoprasian alat spektrofotometri UV
2. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi.
3. Mahasiswa dapat menentukan kandungan suatu zat melalui pengukuran
absorbansi.
4. Mahasiswa dapat menentukan panjang gelombang maksimum.
5. Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi cuplikan yang tidak diketahui.
II. Dasar Teori:
a. Spektrofotometer
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur,
yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan
cahaya setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu
zat dapat digambarkan sebagai berikut:
dimana:
A = absorbansi
b. Kafein
Kafein merupakan senyawa alkaloid yang terkandung secara alami pada lebih
dari 60 jenis tanaman terutama teh (1-4,8%), kopi (1-1,5%), dan biji kola (2,7-3,6%)
(Misra et al, 2008). Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia
C8H10N8O2 dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air).
Stuktur Kaffein
Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada,
tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan
jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat
tidur (insomnia), dan denyut jantung tak berarturan (tachycardia).
Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk
kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik
ringan. Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand
Runge, pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah "kaffein" untuk merujuk pada
senyawa kimia pada kopi. Kafeina juga disebut guaranina ketika ditemukan pada
guarana, mateina ketika ditemukan pada mate, dan teina ketika ditemukan pada teh.
Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada senyawa kimia yang sama.
Kafeina merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat
mengusir rasa kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti
kopi, teh, dan minuman ringan, sangat digemari. Kafeina merupakan zat psikoaktif
yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Tidak seperti zat psikoaktif lainnya, kafeina
legal dan tidak diatur oleh hukum di hampir seluruh yuridiksi dunia. Di Amerika
Utara, 90% orang dewasa mengkonsumsi kafeina setiap hari.
A. Alat:
1. Spektrofotometer shimadzu
2. Labu takar 50 ml 5 buah
3. Gelas kimia 100 ml
4. Pipet tetes
5. Gelas ukur 100 ml
6. Corong tangkai pendek
7. Batang pengaduk
8. Corong pisah
9. Penyangga corong
10. Botol semprot
11. Spatula
B. BAHAN
Preparasi Awal
Saring dengan kertas saring kasar, filtrat yang diperoleh saring kembali
dengan kertas saring whatman. Kemudian dinginkan hingga suhu kamar
Buat 100 mL larutan induk kafein (1000 ppm) dalam larutan HCl 0,1 N
Buat sederetan larutan standar kafein dengan kosentrasi 2,4,8,10, dan 12 ppm dalam
HCl 0,1 N dari larutan induk tersebut, masing-masing dalam labu takar 50 mL.
Penggunaan Alat Spektro Shimadzu
Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko pada reference sample pada
‘sample compartement’ (kedua slot berisi blanko)
Tekan tombol ‘start’. Maka aka muncul spektrum antar Abs dengan wavelengh
Tekan tombol ‘data procc’ F2; peak (3) untuk mengetahui panjang gelombang
maksimum dan absorbansi
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Masukkan kuvet isi larutan blanko pada kedua sisi ‘reference sample’
Tekan start, masukkan nilai konsentrasi larutan standar, tekan enter -> Muncul
tampilan : NO ǀ Conc ǀ ABS -> Tekan ‘meas’ (2)
Ganti kuvet dengan larutan standar yang berikutnya, tekan ‘start’ demikian
seterusnya hingga pengukuran selesai.
Ganti kuvet isi larutan standar dengan larutan sampel yang akan diuji
Tekan ‘start’
Ulangi pekerjaan jika larutan sampel lebih dari 1 maka akan muncul
tampilan konsentrasi sampel pada ‘sample table’
V. Data Pengamatan
Pembuatan kurva spektrum
Kurva penentuan panjang gelombang maximum
0.600
0.400
0.200
0.000
Absorban 0 100 200 300 400 500
-0.200
-0.400
-0.600
-0.800
panjang gelombang
sampel 0,025
Absorban
0.600
0.500
y = 0.1299x - 0.1637
0.400 R² = 0.9718
0.300 Absorban
0.100
0.000
0 2 4 8 12
-0.100
Pada sampel awal dilakukan pengenceran sebanyak 5 x (a) (sampel awal dipipet
10 mL dan dilarutkan hingga 50 mL dengan HCl)
Kemudian diencerkan kembali sebanyak 10 x (sampel dari (a) di pipet 5 ml dan
dilarutkan hingga 50mL dengan HCl ). Dengan kata lain, pengenceran yang
dilakukan sebanyak 50 x.
Sehingga konsentrasi kaffein total dalam sampel adalah :
Rendemen = = x 100% = 0,23%
VI. Pembahasan
Untuk menentukan kadar kafein dalam sampel kopi atau tablet dapat
menggunakan metoda spektro dengan sumber lampu UV (biasanya menggunakan
lampu denterium). Untuk mengetahui besarnya adsorban pada kafein standard an
sampel diperlukan sumber radiasi dengan panjang gelombang dibawah 350 nm.
Pada penentuan kadar kafein ini alat yang kamu gunakan adalah spektrofotometer
Shimadzu. Spektrofotometer Shimadzu memiliki 2 sumber lampu yaitu sinar
tampak dan UV, sinar tampak disebut visible, dan sinar tak tampak sering disebut
Ultra Violet (UV), sehingga spektrofotometer Shimadzu sering disebut
spektrofotometer UV-vis (Ultra Violet – Visible) dan termasuk pada double beam
yang berarti merupakan sinar berkas ganda.
Pelarut metilen klorida memiliki berat jenis lebih besar dari pada air
sehingga berada pada lapisan bawah. Kafein pada sampel larut dalam metilen
klorida. Ekstrak tersebut kemudian dilarutkan kembali menggunakan HCl 0,2 N.
Penambahan HCl pada kafein akan membentuk garam karena kafein memiliki
sifat basa, sehingga kafein dapat larut dalam pelarut polar. Berat jenis HCl kurang
dari 1, oleh karena itu pada saat pemisahan campuran HCl dengan kafein berada
di atas. Ekstraksi ini dilakukan sebanyak dua kali agar kafein dalam metilen
klorida terpisah sempurna.
KESIMPULAN
http://semester4ayu.blogspot.com/2012/12/v-
behaviorurldefaultvmlo_25.html