Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. LAMBERTINA LEISUBUN
2. MARIA .M. RUMYAAN
3. MARJI .Y. RAHANTOKNAM
4. MELINDA METURAN

TINGKAT : II B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Pancasila sebagai etika Politik”.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah
“Pancasila”.

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna disebabkan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman. Oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Langgur, 12 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
i
DAFTAR ISI......................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1
1.2 Latar Belakang...................................................................................................
1
2.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1
2.3 Tujuan................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2
2.1 Pengertian Etika.................................................................................................
2
2.2 Etika Pancasila...................................................................................................
3
2.3 Etika Politik.......................................................................................................
3
2.4 Pengertian Dari Nilai, Moral, Dan Norma.........................................................
4
2.5 Etika Politik dalam Kehidupan BerbangsaDan Bernegara................................
5

BAB III PENUTUP...........................................................................................................


6
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
6

iii
3.2 Saran..............................................................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
iii

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang  Masalah

Masalah etika merupakan masalah yang makin mendapat perhatian di dunia,


bahwa cita-cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru harus dilakukan
dengan cara membangun dari hasil perombakan terhadap keseluruhan tatanan
kehidupan yang dibangun oleh Orde Baru. Inti dari cita-cita tersebut adalah
sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hokum untuk
supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya
keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran
produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan
rakyat Indonesia. Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau perombakan
tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah "masyarakat multikultural Indonesia"
dari puing-puing tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak "masyarakat
majemuk" (plural society). Sehingga, corak masyarakat Indonesia yang bhinneka
tunggal ika bukan lagi keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaannya tetapi
keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

1.  Apakah yang dimaksud dengan pengertian etika?

2. Apakah yang dimaksud etika pancasila?

3.  Apa saja bidang etika politik?

4. Apa pengertian dari nilai, moral dan norma?

5. Bagaimana  etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud dari pengertian etika.

2. Untuk mengetahui maksud etika pancasila.

3. Untuk mengetahui bidang etika politik.

4. Untuk mengetahui pengertian dari nilai, moral dan norma.

5. Untuk mengetahui etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika

Dalam bentuk tunggal, etika berasal dari bahasa Yunani


Kuno “ethos”. Dalam bentuk jamak “ta etha”  artinya adat kebiasaan. Istilah
etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan, atau ilmu tentang adat
kebiasaan.

Menurut beberapa tokoh, etika didefinisikan sebagai berikut:

1.  Ali

Etik diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai yng berkenaan dengan
akhlak, bisa juga diartikan nilai mengandung benar  dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan, etika menurutnya adalah
ilmu tentang yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral/akhlak.

2. Salam

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai ilmu dan
norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Ia juga
mengartikan bahwa etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam
sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun
sebagai kelompok.

3. Amin

Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.

4. Thoha

Etika merupakan ilmu yang mengatur pergaulan manusia sesama mereka.


Dan juga ilmu yang dapat menentukan tujuan yang terakhir dari seluruh
usaha dan pekerjaan mereka.[2]

1
Dari beberapa pengertian etika diatas dapat penulis simpulkan bahwa
etika merupakan ilmu akhlak atau ilmu budi pekerti yang memberikan
pengertian tentang suatu perbuatan baik dan jelek atau buruk.

2.2. Etika Pancasila

Etika Pancasila yang dijiwai nilai-nilai sila-sila Pancasila merupakan


etika Pancasila, yang meliputi:

1. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan
etika yang berlandaskan pada kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

2. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab,
merupakan etika yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

3. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai Persatuan Indonesia, merupakan etika


yang menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.

4. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, merupakan etika yang menghargai
kedudukan, hak dan kewajiban warga masyarakat/warga negara, sehingga
tidak memaksakan pendapat orang lain.

5. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, merupakan etika yang menuntun manusia untuk
mengembangkan sikap adil terhadap sesama manusia, mengembangkan
perbuatan-perbuatan luhur yang mencerminkan sikapa dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2.3. Bidang Etika Politik

Etika, atau filsafat moral mempunyai tujuan menerangkan kebaikan


dan kejahatan. Etika politik yang demikian, memiliki tujuan menjelaskan
mana tingkah laku politik yang baik dan mana yang jelek. Standar baik dalam
konteks politik adalah bagaimana politik diarahkan untuk memajukan
kepentingan umum. Jadi kalau politik sudah mengarah pada kepentingan
pribadi dan golongan tertentu, itu etika politik yang buruk. Sayangnya, itulah
yang terjadi di negeri ini.Etika politik bangsa Indonesia dibangun melalui
karakteristik masyarakat yang erdasarkan Pancasila sehingga amat diperlukan

3
untuk menampung tindakan-tindakan yang tidak diatur dalam aturan secara
legal formal. Karena itu,  etika politik lebih bersifat konvensi dan berupa
aturan-aturan moral. Akibat luasnya cakupan etika politik itulah maka
seringkali keberadaannya bersifat sangat longgar, dan mudah diabaikan tanpa
rasa malu dan bersalah. Ditunjang dengan alam kompetisi untuk meraih
jabatan (kekuasaan) dan akses ekonomis (uang) yang begitu kuat, rasa malu
dan merasa bersalah bisa dengan mudah diabaikan.

Akibatnya ada dua hal: (a) pudarnya nilai-nilai etis yang sudah ada,
dan (b) tidak berkembangnya nilai-nilai tersebut sesuai dengan moralitas
publik. Untuk memaafkan fenomena tersebut lalu berkembang menjadi
budaya permisif, semua serba boleh, bukan saja karena aturan yang hampa
atau belum dibuat, melainkan juga disebut serba boleh, karena untuk
membuka seluas-luasnya upaya mencapai kekuasaan (dan uang) dengan
mudah.

Tanpa disadari, nilai etis politik bangsa Indonesia cenderung mengarah


pada kompetisi yang mengabaikan moral. Buktinya, semua harga jabatan
politik setara dengan sejumlah uang. Semua jabatan memiliki harga yang
harus dibayar si pejabat. Itulah mengapa para pengkritik dan budayawan
secara prihatin menyatakan arah etika dalam bidang politik (dan bidang
lainnya) sedang berlarian tunggang-langgang (meminjam Giddens, “run
away”) menuju ke arah “jual-beli” menggunakan uang maupun sesuatu yang
bisa dihargai dengan uang.

Namun demikian, perlu dibedakan antara etika politik dengan


moralitas politisi. Moralitas politisi menyangkut mutu moral negarawan dan
politisi secara pribadi (dan memang sangat diandaikan), misalnya apakah ia
korup atau tidak.

2.4. Pengertian Nilai, Moral, Dan Norma

Nilai menurut Kamus Poerwdarminto berarti: sifat-sifat atau hal-hal


yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Prof. Dardji Darmodihardjo,
S.H., dalam salah satu tulisannya yang berjudul “Filsafat Pancasila”
menyatakan: Nilai (value) termasuk dalam pokok bahasan penting dalam
filsafat. Persoalan nilai dibahas dalam salah satu cabang filsafat, yaitu
Aksiologi (Filsafat Nilai). Nilai biasanya digunakan untuk menunjuk kata
benda yang abstrak, yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau

1
kebaikan (good ness). Selanjutnya dikatakan, menilai berarti menimbang,
yakni suatu kegiatan manusia umtuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu
yang lain, yang kemudian dilanjutkan dengan memeberikan keputusan.
Keputusan itu menyatakan apakah sesuatu itu bernialai positif (berguna,
indah, baik dan seterusnya) atau sebaliknya, bernilai negatif. Hal ini
dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada manusia, yaitu jasmani,
cipta, rasa, karsa dan kepercayaannya.

Dengan demikian nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin.
Bagi manusia, nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap
dan bertingkah laku, baik dsadari maupun tidak disadari.

Moral menurut Kamus Poerwodarminta berarti: ajaran tentang baik


buruknya perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban dan sebagainya).
Menurut Prof. Notonagono, S.H., moral (nilai kebaikan) yang bersumber pada
kehendak (karsa) manusia.

Norma menurut Kamus Poerwodarminto berarti: ukuran (untuk


menentukan sesuatu): ugeran.

Dalam diktat “Kepemimpinan Kejuangan” yan dikeluarkan oleh


Lembaga Pengabdian pada masyarakat (LPM) UPN “Veteran” Jakarta tahun
1997, norma diartikan sebagai berikut: “Petunjuk-petunjuk, kaidah-kaidah,
aturan-aturan yang mengatur tingkah laku yang harus dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari yang merupakan kesadaran atas sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi”.

2.5. Etika Politik Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara.

Berdasarkan Ketetapan MPRRI No VI/MPR/2001 tentang Etika


Kehidupan Berbangsa, bahwa etika politik dan pemerintahan dimaksudkan
untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien dan efektif serta
menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan,
rasa bertanggung jawab, tanggap akan ispirasi rakyat, menghargai perbedaan,
jujur dalam persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar,
serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan
kewajiban dalam kehidupan berbangsa.

5
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Etika merupakan ilmu akhlak atau ilmu budi pekerti yang memberikan
pengertian tentang suatu perbuatan baik dan jelek atau buruk.

Etika politik adalah termasuk lingkup etika sosial manusia yang secara
harafiah berkaitan dengan bidang kehidupan politik. Pancasila memang tidk
boleh dilepaskan dari semua aspek-aspek didalam penyelenggaraan sebuah
negara. Dalam pelaksanaan Negara segala kebijaksanaan, kekuasaan serta
kewenangan harus di kembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok
negara.

3.2.      Saran

Saran penulis adalah marilah kita mempelajari Pancasila sebagai etika


politik ini dengan sebaik-baiknya, sehingga benar-benar paham.
Karena hal ini menyangkut moralitas dan kepentingan masyarakat
banyak. Dan marilah kita mencoba mempraktikkannya dalam
kehidupan berorganisasi di kampus dan dalam kehidupan
bermasyarakat.

6
DAFTAR PUSTAKA

Tukuran Taniredja, dkk, Kedudukan dan Fungsi Pancasila Bagi Bangsa dan Negara
Indonesia, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 107.

Tukuran Taniredja, dkk, Kedudukan dan Fungsi Pancasila Bagi Bangsa dan Negara
Indonesia, hlm. 108.

Kabul Budiyanto, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung:


Alfabeta, 2010), hlm.139-140.

Kabul Budiyanto, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, hlm. 140.

iv

Anda mungkin juga menyukai