TINJAUAN PUSTAKA
raya yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai
dua macam yaitu agregat dan aspal. Namun dalam pemakaiannya aspal
mendukung beban berat kendaraan yang tinggi dan dapat dibuat dari
terhadap cuaca. Kekuatan utama aspal beton ada pada keadaan butir
campuran ini sangat stabil tetapi sangat sensitif terhadap variasi dalam
II-1
2.1.2 Karakteristik Aspal Beton
berikut:
1. Stabilitas (Stability)
dengan fungsi jalan, dan beban lalu lintas yang akan dilayani. Jalan
yang melayani volume lalu lintas tinggi dan dominan terdiri dari
2. Durabilitas (Durability)
II-2
Durabilitas aspal beton dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut
airnya campuran.
3. Fleksibilitas (Flexibility)
dasar, tanpa terjadi retak akibat dari repitisi beban lalu lintas,
tanpa terjadinya kelelahan berupa alur dan retak. Hal ini dapat
II-3
permukaan butir-butir agregat, luas bidang kontak antar butir atau
aspal.
dimasuki oleh air ataupun kedalam lapisan aspal beton. Air dan
bahan pengisi (filler) dengan bahan pengilkat aspal dalam kondisi suhu
tinggi dengan komposisi yang teliti. Jenis aspal beton dapat dibedakan
II-4
fungsi aspal beton. Berdasarkan temperatur ketika mencampur dan
140°C.
sekitar 60°C.
3. Aspal beton campuran dingin (cold mix), adalah aspal beton yang
kendaraan.
3. Aspal beton pembentuk dan perata lapisan beton aspal yang sudah
lama, yang pada umumnya sudah aus dan seringkali tidak lagi
berbentuk crown.
II-5
2.1.4 Lapisan Aspal Beton
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi
keadaan panas pada suhu tertentu. Jenis agregat yang digunakan terdiri
dari agregat kasar, agregat halus, dan filler, sedangkan aspal yang
digunakan sebagai bahan pengikat untuk lapis aspal beton harus terdiri
dari salah satu aspal keras penetrasi 40/50, 60/70 dan 80/100 yang
seragam, tidak mengandung air bila dipanaskan sampai suhu 175° C tidak
suatu lapisan permukaan atau lapis antara (binder) pada perkerasan jalan
dibawahnya.
kedap air, yaitu lapisan ini harus dapat mengalirkan air ke tepi badan
jalan. Sifat kedap air ini untuk melindungi lapis perkerasan yang ada
dibawahnya agar tidak kemasukan air. Bila air dapat meresap kedalam
lapisan bawahnya, maka jalan akan segera rusak dan tidak akan bertahan
II-6
perkerasan yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan, tahan
lintas dan
Karena sifat penyebaran beban, maka beban yang diterima oleh masing-
dan bahan pengisi (filler). Sehingga untuk mendapatkan hasil yang baik
II-7
Secara umum bahan Beton Aspal terdiri atas:
2.2.1 Agregat
perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap
1. Agregat Kasar
(2,36 mm) terdiri dari batu pecah atau koral (kerikil pecah) berasal dari
II-8
alam yang merupakan batu endapan. Fungsi agregat kasar dalam
dalam campuran.
agregat kasar.
lebih ekonomis.
meningkatkan stabilitas.
dibawah ini:
II-9
2. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm),
yang terdiri dari batu pecah tersaring dan atau pasir alam yang bersih,
keras, dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
campuran aspal terletak pada jenis, bentuk dan tekstur permukaan dari
agregat.
perkerasan jalan.
5. Agregat halus pada saringan No. 30 sampai dengan No. 200 penting
II-10
6. Keseimbangan proporsi penggunaan agregat kasar dan halus
daya tahan terhadap deformasi, tetapi penambahan daya tahan ini diikuti
berikut:
pengisi rongga dalam campuran (void in mix) dan termasuk butiran yang
II-11
lolos saringan No. 30 dimana persentase berat yang lolos saringan No.
Filler merupakan material pengisi yang terdiri dari abu batu, abu
kapur (limestone dust), abu terbang, semen (PC) atau bahan non plastis
1. Bahan filler terdiri dari abu batu, semen Portland, abu dolomite,
2. Harus kering dan bebas dari pengumpulan dan bila diuji dengan
agregat.
II-12
b) Fungsi dari filler adalah :
secara bersama-sama.
campuran aspal.
Kekuatan utama aspal beton ada pada keadaan butir agregat yang
II-13
sangat lentur dan mudah terdeformasi oleh roda kendaraan sehingga
II-14
dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang, berat volume
kecil.
stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase jelek dan berat
volume besar.
II-15
Tabel 2.7 Spesifikasi Gradasi Agregat Gabungan
2.3 Aspal
berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal
bahan pengingkat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen disebut pula
sebagai aspal.
padat (disebut Asphaltene) berada dalam fase cairan yang dengan berat
II-16
gugusan aromat. Napthen dan Alkali dengan berat molekul yang lebih
rendah.
padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan
aspal atau tingkat konsistensi aspal. Semakin besar angka penetrasi aspal
Aspal pada lapis keras jalan berfungsi sebagai bahan ikat antar
memberikan kekuatan yang lebih besar dari kekuatan agregat. Aspal yang
II-17
berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat
jalan dan memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan agregat.
a. Kekakuan (Stiffness)
II-18
c. Tahan terhadap cuaca
kebutuhan lalu lintas serta tahan lama. Sedang sifat aspal lainnya
adalah:
yang sangat cepat, maka aspal akan bersifat elastis, tetapi jika
keras. Hal ini disebabkan oleh pengaruh oksidasi dari udara dan
II-19
proses penguapan yang berakibat akan menurunkan daya lekat
disebabkan oleh :
yang cukup kedap air sehingga tidak ada rembesan air yang masuk
harus mampu menahan beban berulang dari beban lalu lintas tanpa
II-20
1. Aspal homogen dan tidak terlalu bervariasi.
yang dilapisi.
II-21
1. Pengujian Penetrasi.
diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk tiap jenis pengujian.
filler) dan memiliki sifat kedap air (waterproof). Umumnya aspal terbagi
atas bentuk cair, semi pada, dan padat pada suhu ruang (25ºC).
digunakan dalam keadaan cair dan panas aspal ini berbentuk padat pada
terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis
II-22
sebaliknya semakin kecil angka penetrasi aspal maka tingkat kekerasan
Adapun Persyaratan Aspal pen 60/70 pada tabel 2.6 dibawah ini:
panas (lalu lintas dengan volume tinggi) sedangkan aspal semen dengan
ini:
II-23
No. Jenis Pengujian Metode Penelitian Persyaratan
o
1 Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 detik; SNI 06-2456-1991 60 – 70
o
2 Viskositas 135 C SNI 06-6441-1991 385
3 Titik Lembek (oC) SNI 06-2434-1991 ≥ 48
4 Indeks Penetrasi - ≥- 1,0
o
5 Daktilitas pada 25 C, (cm) SNI 06-2432-1991 ≥ 100
o
6 Titik Nyala ( C) SNI 06-2433-1991 ≥ 232
7 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1,0
8 Berat yang Hilang SNI 06-2440-1991 ≤ 0,8
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal Tabel
6.3.2.5
aditif. Adapun bahan tambah yang akan digunakan berupa Anti Stipping
maningkatkan daya lekat dan ikatan serta mangurangi efek negatif dari air
lekat yang tinggi. Dan kualitan pemakaian zat aditif anti striping dalam
rentang 0,2 – 0,4 terhadap berat aspal. (BINA MARGA spesifikasi umum
2018)
2.4.1 Wetfix-Be
II-24
campuran aspal sangat sedikit, akan tetapi menghasilkan stabilitas yang
cukup baik. Bahan ini bekerja dengan merubah sifat aspal dan angregat,
meningkatkan daya lekat dan ikatan serta mengurangi efek negatif dari air
homogen.
Wetfix-Be juga dapat disimpang dalam aspal panas hingga 5 hari pada
II-25
Kepadatan 980 kg / m³ pada 20 ° C
Etanol Larut
Air Emulsifialbe
Penyimpanan dan Produk inii stabil selama minimal dua tahun dalam
II-26
Gambar 2.2 Zat aditif anti stripping agent (Wetfix-Be)
II-27
yang sesungguhnya ditambah kedalam campuran akan tergantung
aspal.
b. Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang
terisi udara.
II-28
Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi 4 syarat yaitu
butir kurang, terlebih lagi jika kadar rongga yang dapat diresapi aspal
besar. Hal ini akan mengakibatkan lapisan pengikat aspal cepat lepas dan
aspal adalah:
1. Absorbsi Aspal.
5. Gradasi agregat.
paling umum dipakai saat ini. Hal ini disebabkan karena alatnya
II-29
campuran mulai dari tanpa beban, sampai beban maksimum dan
1. Stabilitas (stability)
aspal sampai terjadi kelelahan plastis atau dengan arti lain yaitu
dihasilkan.
II-30
perkerasan dengan nilai stabilitas kurang dari 800 kg akan
ring dengan satuan lbs atau kilogram, dan masih harus dikoreksi
dengan faktor koreksi yang dipengaruhi oleh tebal benda uji. Nilai
Keterangan :
2. Kelelahan (Flow)
yang lain seperti stabilitas. VIM dan VFA, Nilai VIM yang
II-31
besar menyebabkan berkurangnya
baik, aspal yang cukup dan stabilitas yang baik akan memberikan
Syarat nilai flow adalah minimal 3 mm. Nilai flow yang rendah
3. Kerapatan (density)
II-32
density dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : gradasi
g=c/f ............................................................(2)
f = d − e ............................................................(3)
Keterangan :
g = Nilai kepadatan (gr/cc)
c = Berat kering / sebelum direndam (gr)
d = Berat benda uji jenuh air (gr)
e = Berat benda uji dalam air (gr)
f = Volume benda uji (cc)
II-33
menunjukan semakin besar rongga dalam campuran sehingga
Syarat dari nilai VIM adalah 3,5% - 5%. Nilai VIM yang
Pada saat itu apabila lapis perkerasan menerima beban lalu lintas
II-34
alur dan retak
a
b= ×100
100+a .................................. (5)
b×g
i=
BJ . Agregat ....................................... (6)
(100−b )×g
j=
BJ . Agregat ................................... (7)
Keterangan :
dan udara serta sifat elasitas campuran. Dengan kata lain VFA
II-35
juga akan semakin tinggi, tetap inilai VFA yang terlalu tinggi akan
menyebabkan bleeding.
kurang kedap terhadap air dan udara karena lapisan film aspal akan
penuh oleh aspal, maka persen kadar aspal yang mengisi rongga
i=
VFA=100× 1
j ............................................ (8)
0
0
a
b= ×100
100+a .......................................... (5)
b×g
i=
BJ . Agregat .......................................... (6)
(100−b )×g
j=
BJ . Agregat .......................................... (7)
Keterangan :
II-36
a = Persentase aspal terhadap batuan
butir agregat aspal padat, termasuk rongga udara dan kadar aspal
suatu campuran karena jika VMA terlalu kecil maka campuran bisa
II-37
semakin kaku, sebaliknya bila semakin kecil nilainya maka
kaku dan mudah mengalami retak. Nilai dari Marshall Quotient (MQ)
MQ = S / F(10)
Keterangan :
................................................
S = Nilai stabilitas
F = Nilai flow
II-38