TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jalan
terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder
a. Jalan primer
berikut:
II-1
1. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat
lingkungan; dan
b. Jalan sekunder
II-2
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
provinsi.
primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi,
kabupaten.
d. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang
II-3
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil, serta
sedang, dan jalan kecil. Menurut berat kendaraan yang Iewat, jalan raya
terdiri atas: 1. Jalan Kelas I 2. Jalan Kelas IIA. 3. Jalan Kelas IIB. 4. Jalan
a. Kelas I
Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk
dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu
Jalan raya dalam kelas ini merupakan jalan-jalan raya yang berjalur
b. Kelas II
komposisi Ialu lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Kelals jalan ini,
II-4
selanjutnya berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya, dibagi
c. Kelas IIA
Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di
tanpa kendaraan tanpa kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas
d. Kelas IIB
e. Kelas IIC
f. Kelas III
II-5
perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas, sebagai berikut :
yang bekerja. Lapis pondasi atas menerima gaya vertikal dan getaran,
II-6
meneruskannya ke lapis di bawahnya, harus mempunyai
II-7
2.2.4 Tanah dasar (Subgrade)
mempunyai fungsi:
perkerasan
hampar dan dipadatkan diatas tanah dasar. Perkerasan jalan raya adalah
bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis konstruksi tertentu, yang
tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai
II-8
dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat,
terdiri atas : bahan ikat (aspal, tanah liat) dan batu. Perkerasan ini
umumnya terdiri atas tiga lapis yaitu lapisan tanah dasar (subgrade),
lapisan pondasi bawah (sub- base), lapis pondasi (base) dan lapisan
sampai bawah maka tebal lapisan menjadi semakin besar, hal ini
murah.
ke lapisan di bawahnya.
II-9
Gambar 2.2 Komponen perkerasan lentur
beton tersebut dapat dilapisi aspal agregat atau aspal pasir yang tipis
atau tidak. ada lapisan sama sekali. Bagian dari perkerasan kaku terdiri
(concrete slab), dan lapisan aspal agregat/aspal pasir yang bisa ada bisa
II-10
(Sumber : http//google.gambar.perkerasan kaku.co.id)
1. Lapis permukaan adalah lapisan yang terletak pada bagian paling atas
II-11
kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara
lapis permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah apabila
b. Lapis peresapan.
perkerasan lainnya.
II-12
2.4 Aspal Beton
Aspal beton adalah suatu lapis pada kontruksi jalan raya, yang
terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus,
Pekerjaan Umum, laston terdiri atas agregat menerus dengan aspal keras,
komposisi dari agregat kasar, agregat halus, mineral pengisi (filler) dan
oleh karena itu beton aspal memiliki sifat stabilitas tinggi dan relatif kaku.
1. Stabilitas
lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti bergelombang, alur
II-13
dan beban lalu lintas yang akan dilayani. Jalan yang melayani volume lalu
beban lalu lintas seperti beban lalu lintas sebagai berat kendaraan dan
keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air, atau
film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepadatan dan
pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi akibat dari repitisi beban lalu
lintas, ataupun penurunan akibat berat sendiri tanah timbunan yang dibuat
II-14
Ketahanan adalah kemampuan aspal beton menerima lendutan
berulang akibat repitisi beban, tanpa terjadinya kelelahan berupa alur dan
retak. Hal ini dapat terjadi jika mempergunakan aspal yang tinggi.
campuran, dan tabel film aspal. Ukuran maksimum butir agregat ikut
Kedap air adalah kemampuan aspal beton untuk tidak dimasuki air
ataupun udara kedalam lapisan aspal beton. Air dan udara dapat
II-15
viskositas aspal, kepekatan aspal terhadap perubahan temperatur, dan
1. Aspal beton campuran panas (Hot Mix), adalah aspal beton yang
140°C.
2. Aspal beton campuran sedang (Warm Mix), adalah aspal beton yang
60°C.
3. Aspal beton campuran dingin (Cold mix), adalah aspal beton yang
II-16
beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan.
beton yang sudah lama, yang pada umumnya sudah aus dan sering
Jenis aspal beton campuran panas yang ada di indonesia saat ini adalah ;
dan umum digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat.
campuran yaitu:
AC – WC adalah 4 cm.
BC adalah 5 cm.
senjang. Lataston biasa pula disebut dengan HRS (Hot Rolled Sheet).
II-17
durabilitas, dan fleksibilitas. Sesuai fungsinya lataston mempunyai 2
adalah 3 cm.
(Hot Rolled Sheet Base). Tebal minimum HRS - Base adalah 3,5
cm.
3. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir), adalah aspal beton untuk jalan-
jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya dimana agregat kasar tidak
Bahan lapis perkerasan jalan terdiri dari agregat dan bahan ikat
aspal yang diikat menjadi suatu campuran aspal yang solid dan biasanya
II-18
digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan raya. Pada pekerjaan
2.5.1 Agregat
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Agregat
pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun
atau fragmen-fragmen.
II-19
Salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan dalam
memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca adalah sifat
fisik dari material. Dalam hal ini yang perlu untuk dilakukan pemeriksaan
a. Agregat kasar
(2,36 mm). Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu
pecah yang bersih, kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran
yang kasar dan tidak bulat agar dapat dapat memberikan sifat interlocking
yang baik yang baik dengan material yang lain. Tingginya kandungan
yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera
II-20
Tabel 2. 1 Ketentuan Agregat Kasar
Metoda
Pengujian Pengujian Nlai
b. Agregat Halus
batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat
halus adalah material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). Agregat dapat
Selain itu agregat halus juga mengisi ruang antara butir Bahan ini dapat
terdiri dari butir-butiran batu pecah atau pasir alam atau campuran dari
II-21
yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera
a. Batuan Beku
II-22
Batuan beku dalam terbentuk dari magma yang terjebak dalam
suatu struktur kristal. Contoh dari batuan ini adalah Granit, diorit dan
garbo. Sedangkan batuan beku luar terbentuk dari magma yang keluar ke
lainnya.
b. Batuan Sedimen
bumi, hasil endapan di danau, laut dan sebagainya. Ada dua istilah yang
dipakai pada batuan sedimen yaitu batuan silika dan karbonat. Batuan
c. Batuan Metamorf
berasal dari batuan sedimen atau batuan beku yang telah mengalami
perubahan karena tekanan dan panas yang intensif di dalam bumi atau
formasi batuan ini maka agak sulit untuk menentukan bentuk asli
batuannya.
II-23
2.5.1.2 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Asalnya
artificial.
a. Agregat Alam
ini terbentuk dari proses erosi alamiah atau proses pemisahan akibat
sedangkan aliran air menghasilkan batuan yang bulat licin. Dua jenis
utama dari agregat alam yang di gunakan untuk konstruksi jalan adalah
kekasar. Untuk merubah bentuk partikel dari bulat ke angular, dan untuk
II-24
c. Agregat Buatan
Agregat ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa
menyerupai agregat, salah satu contohnya adalah Slag, Batuan ini adalah
dari proses industri dan dari proses material yang sengaja diproses agar
(0,075 mm) campuran, namun demikian jumlah filler harus dibatasi pada
akan berkurang.
2. Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang
II-25
Filler berperan dalam campuran aspal dengan 2 macam cara : yaitu
partikel, hal ini akan mengurangi jumlah aspal yang akan mengisi rongga-
halus, filler dan aspal didalam mortar, selanjutnya sifat-sifat mortar ini
tergantung pada sifat asli dari pasir, jumlah takaran dalam campuran
2.6 Gradasi
inci, 3½ inci, 3 inci, 2½ inci, 2inci, 1½ inci, 1inci, ¾ inci, ½ inci, 3/8 inci,
No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No. 200. Ukuran saringan
II-26
saringan menunjukkan banyaknya bukaan dalam 1 inci persegi. Gradasi
besarnya rongga atau pori yang mungkin terjadi dalam agregat campuran.
ukuran partikel harus dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran
banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi persegi dari saringan tersebut.
sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak rongga atau ruang kosong
antar agregat. Campuran beraspal dengan gradasi ini bersifat porus atau
II-27
memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas yang rendah dan memiliki
stabilitasyang tinggi, agak kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang
besar.
tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya
vertikal. Gradasi yang ditentukan pada Spesifikasi Bina Marga 2018 dapat
II-28
% Berat Yang Lolos Terhadap Total
Agregat
Ukuran ayakan
Lataston
Laston ( AC )
(HRS)
ASTM (mm) WC Base WC BC Base
3
” 19 100 100 100 90-100 76 - 90
4
1
” 12,5 90-100 90-100 90-100 75 - 90 60 - 78
2
3
” 9,5 75 - 85 65 - 90 77 - 90 66 - 82 52 - 71
8
No.4 4,75 - - 53 - 69 46 - 64 35 - 54
No.8 2,36 50 - 72 35 - 55 33 - 53 30 - 49 23 - 41
No.16 1,18 - - 21 - 40 18 - 38 13 - 30
No.30 0,600 35 - 60 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22
No.50 0,300 - - 9 - 22 7 - 20 6 - 15
No.100 0,150 - - 6 - 15 5 - 13 4 - 10
No.200 0,075 6 - 10 2-9 4-9 4-8 3-7
2.7 Aspal
II-29
alam yang ditemukan bersama sama material lain. Aspal dapat pula
berasal dari alam atau dari pengolahan minyak bumi. Aspal atau bitumen
II-30
a. Penetrasi
tertentu dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Pengujian
kelompok jenis aspal, yaitu aspal 40-50, aspal 60-70, aspal 80-100, aspal
untuk perkerasan jalan adalah aspal pen 60/70 dan aspal pen 80/100.
b. Titik Lembek
Titik lembek adalah suhu dimana suatu lapisan aspal dalam cincin
lembek aspal yang berkisar antara 30 oC sampai 200oC dengan cara ring
c. Titik Nyala
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5
detik pada suatu titik diatas permukaan aspal. Tujuan dari pengujian titik
II-31
d. Daktilitas
jarak terpanjang, apabila diantara dua cetakan berisi bitumen keras yang
dapat ditarik antara 2 cetakan yang berisi aspal keras sebelum putus
pada temperatur dan kecepatan tarik tertentu. Pengujian ini juga dilakukan
menyatu dengan aspal, karena bila ada bahan asing yang lain maka
benang aspal hasil tarikan mesin tidak akan mencapai panjang 100 cm.
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat
dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25 oC atau 15,6oC.
Pengujian ini ditujukan untuk memperoleh nilai berat jenis aspal keras
1,0 gram/cc, kalau terlalu ringan berarti bahan aspal tersebut kekurangan
II-32
asphaltene dan terlalu banyak minyak ringan yang mudah menguap dan
f. Kehilangan Berat
pada tebal tertentu pada suhu tertentu. Maksud dari pemeriksaan ini
minyak-minyak ringan yang kalau dipanaskan lama (pada tes ini sampel
menguap sehingga aspal akan kering dan sulit dikerjakan (kental dan
getas)
II-33
Tipe 1
No Metode
Jenis pengujian Aspal pen.
. pengujian
60/70
Trichloroethylene (%)
8 Berat jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0
ASTM D 5976-00
Stabilitas Penyimpanan:
9 Part 6.1 dan SNI _
Perbedaan Titik Lembek (°C)
2434:2011
10 Kadar Parafin Lilin (%) SNI 03-3639-2002 ≥2
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT
(SNI-03-6835-2002)
11 Berat yang hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0.82
Temperatur yang
menghasilkan Geser Dinamis
12 SNI 06-6442-2000 -
(G*/sinδ) pada osilasi 10
rad/detik > 2,2 kPa, (°C)
13 Penetrasi pada 25̊C (%) SNI 2456:2011 ≥54
14 Daktilitas pada 25̊C (cm) SNI 2432:2011 ≥ 50
Residu aspal segar setelah PAV (SNI 03-6837-2002) pada
temperatur 100°C dan tekanan 2,1 MPa
Temperatur yang
menghasilkan Geser Dinamis
15 SNI 06-6442-2000 -
(G*sinδ) pada osilasi 10
rad/detik < 5000 kPa, (°C)
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum 2018
lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari
II-34
atau 3 cm. Gradasi senjang inilah yang memberikan Hot Rolled Sheet
awet, yang dapat mengakomodasi lalu lintas berat tanpa terjadi retak.
Wearing course). Campuran ini ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas
beban lalu lintas dan segi pemakaian. Jenis agregat yang digunakan
terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan butiran pengisi (filler),
dan AC 80100.
II-35
konstruksi bawahnya. Hot Rolled Sheet bersifat lentur dan mempunyai
durabilitas yang tinggi, hal ini disebabkan campuran HRS dengan gradasi
mampu menyerap jumlah aspal dalam jumlah banyak (7-8%) tanpa terjadi
Fungsi dari Hot Rolled Sheet (HRS) adalah sebagai lapis penutup
yang terletak pada rongga dalam agregat minimumnya, yaitu 18% pada
HRS-WC dan 17% pada HRS-Base, dan bila diuji dengan metode
Tabel 2.5.
Sifat-sifat Latasto
Campuran n
Lapis Lapis
Aus Fonda
II-36
si
Kadar aspal efektif (94) Min 5.9 55
Jumlah tumbukan per 50
bidang
Min 40
Rongga dalam campuran
(% )(4 ) Mak
s.
Rongga dalam Agregat Min 18 17
(VMA) (%)
Rongga terisi aspal (%) Min 68
Stabilitas Marshall (kg) Min 600
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250
Stabilitas Marshall Sisa (%)
setelah perendaman Min 90
selama 24 jam, 60 ͦ C (5)
a) Stabilitas
permukaan perkerasan).
II-37
b) Durabilitas (keawetan/daya tahan)
1) Film atau selimut aspal. Film aspal yang tebal dapat menghasilkan
yang tinggi.
2) VIM kecil sehingga hasil kedap air dan udara tidak masuk kedalam
rapuh.
3) VMA besar sehingga, film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA dan VIM
dengan VIM (Void In Mix) adalah pori dalam campuran yang telah
udara dan volume aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang
c) Fleksibilitas (kelenturan)
II-38
Fleksibilitas adalah kemampuan lapisan untuk mengikuti deformasi
yang terjadi akibat beban lalulintas berulang tanpa timbulnya retak dan
perubahan volume.
sehingga tidak mengalami slip, baik diwaktu hujan atau basah maupun
tersebut. Pengujian itu antara lain dilakukan dengan: (1) uji stabilitas
dengan alat uji Marshall; (2) uji perendaman Marshall untuk indeks
II-39
harus dilakukan pengujian pada kondisi dimana persentase aspal dari
2.8 Plastik
mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan
yang terdiri dari unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya
menghasilkan kopolimer. Polimer alam yang telah kita kenal antara lain :
selulosa, protein, karet alam dan sejenisnya. Secara garis besar, plastik
termasuk plastik thermoplast antara lain : PE, PP, PS, ABS, SAN, nylon,
macam polimer dengan komposisi kimia dan struktur fisik yang berbeda-
II-40
Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan
tumpukan jerami yang disebut amorf. Jika rantainya teratur hampir sejajar
disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, dkk.,
1989).
1. Thermoplastics
suhu membuat plastik jenis ini dapat didaur ulang (Syarief, dkk., 1989).
a. Polyethylene (PE)
Terbentuk dari karbon dan hidrogen. Tersedia dengan berat jenis 0,91
sampai 0,96 g/cm3. Sifatnya relatif fleksibel sampai relatif kaku. Terdiri
dari tiga bentuk yaitu yang berdensitas rendah LDPE (relatif fleksibel)
II-41
pemutih, peralatan rumah tangga, krat,insulasi, tali plastik dan dudukan
Menurut Nurminah (2002), plastik yang dapat dicetak atau plastik yang
LDPE baik yang terdiri satu lapisan maupun dua lapisan (double
layers).
b. Polypropylene (PP)
Seperti PE, akan tetapi bisa lebih kaku dari PE yang paling keras.
c. Polysterene (PS)
Terdiri dari karbon dan hidrogen. Berbentuk seperti busa atau keras
e. Lainnya
II-42
Thermoplastic jenis ini tidak termasuk dalam jenis thermoplastic di atas.
pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi.
2. Thermosett
sebagai tutup ketel dan asbak, seperti jenis-jenis melamine (Beck, 1970).
Plastik jenis termoset tidak begitu menarik dalam proses daur ulang
jauh lebih sedikit dari volume jenis plastik yang bersifat thermoplastic
II-43
2.8.2 Limbah Plastik
kinerja campuran beraspal ada dua cara yaitu cara basah dan cara
kering.
lebih murah, dikatakan lebih murah karena tidak perlu ada aspal yang
aspal dengan aspal konvensional. Selain lebih murah, cara kering ini
II-44
dapat dipertanggung jawabkan kehomogenan dan keseragaman
tekan dari aksi air pada pemadatan campuran aspal. Suatu indeks
II-45
air selama 24 jam pada suhu 60 + 1 °C dan 30 menit di dalam air pada
benda uji dari material aspal yang direndam di dalam air untuk waktu
yang lebih lama dan dicari suatu parameter kuantitatif tunggal yang akan
aspal sampai terjadi kelelahan plastis atau dengan arti lain yaitu
II-46
stabilitas campuran tersebut. Seiring dengan penambahan aspal, nilai
itu sendiri sehingga lapis perkerasan menjadi kaku dan bersifat getas.
yang dihasilkan.
menjadi kaku. Nilai stabilitas benda uji diperoleh dari pembacaan arloji
dengan angka kalibrasi proving ring dengan satuan lbs atau kilogram,
dan masih harus dikoreksi dengan faktor koreksi yang dipengaruhi oleh
tebal benda uji. Nilai stabilitas sesungguhnya diperoleh dengan rumus (1)
di bawah ini :
Keterangan :
II-47
q = angka koreksi benda uji
erat kaitannya dengan sifat-sifat Marshall yang lain seperti stabilitas. VIM
campuran yang baik, aspal yang cukup dan stabilitas yang baik akan
Syarat nilai flow adalah minimal 3 mm. Nilai flow yang rendah akan
II-48
akan mudah mengalami perubahan bentuk seperti gelombang
nilai density yang tinggi akan mampu menahan beban yang lebih
g=c/f ............................................................(2)
f=d−e ............................................................(3)
Keterangan :
g = Nilai kepadatan (gr/cc)
c = Berat kering / sebelum direndam (gr)
d = Berat benda uji jenuh air (gr)
II-49
e = Berat benda uji dalam air (gr)
f = Volume benda uji (cc)
Syarat dari nilai VIM adalah 3,5% - 5%. Nilai VIM yang terlalu
apabila lapis perkerasan menerima beban lalu lintas maka aspal akan
II-50
oksidasi.
kadar kadar aspal semakin besar. VIM yang semakin tinggi akan
a
b= ×100
100+a .................................. (5)
b×g
i=
BJ . Agregat ....................................... (6)
(100−b )×g
j=
BJ . Agregat ................................... (7)
Keterangan :
pada sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat
II-51
elasitas campuran. Dengan kata lain VFA menentukan stabilitas,
campuran terhadap air dan udara juga akan semakin tinggi, tetap inilai
kurang kedap terhadap air dan udara karena lapisan film aspal akan
menjadi tipis dan akan mudah retak bila menerima penambahan beban
penuh. Artinya rongga dalam campuran telah terisi penuh oleh aspal,
maka persen kadar aspal yang mengisi rongga adalah persen kadar
aspal maksimum.
i=
VFA=100× 1
j ............................................ (8)
0
0
a
b= ×100
100+a .......................................... (5)
b×g
i=
BJ . Agregat .......................................... (6)
II-52
(100−b )×g
j=
BJ . Agregat .......................................... (7)
Keterangan :
agregat aspal padat, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif, yang
temperatur pemadatan, gradasi agregat, dan kadar aspal. Nilai VMA ini
serta sifat elastis campuran. Dapat juga dikatakan bahwa nilai VMA
II-53
2.10.7 Marshall Quotient (MQ)
Nilai Marshall Quotient dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan flow. Nilai
Marshall Quotient yang disyaratkan adalah lebih besar dari 250 kg/mm.
menjadi kaku dan mudah mengalami retak. Nilai dari Marshall Quotient
MQ = S / F(10)
Keterangan :
................................................
S = Nilai stabilitas
F = Nilai flow
II-54
Anthony Fernandus Wijaya dan Apriyana Kharisma Mentari dengan judul
Marshall dengan kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% dan penambahan
lainnya dilakukan oleh Ardiyanto Nugroho, Moh. Dwi Aprilianto, dan Egis
lelehnya dari pada aspal yang non modifikasi, itu terjadi karena pengaruh
titik leleh pada plastik PET yang sangat tinggi yaitu 225⁰ C - 250 ⁰C .
VMA, VFA, QM, Kepadatan, flow dan stabilitas. Tetapi yang mengalami
dengan aspal yang non modifikasi. Nilai stabilitas pada aspal non
II-55
mengalami peningkatan pada kadar 1% PET yaitu 2696,7kg. Nilai
pada VIM.
II-56