Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

03/POJK.03/2016 TENTANG TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN


PENGAWAS SYARIAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Oleh

DEDEN ARDIANSYAH

170502084

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam satu dekade terakhir ini bisnis perbankan konvensional di Indonesia mulai
tersaingi oleh kehadiran Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
yang membuat semakin pesatnya perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Hal itu
dikarenakan pada Bank Konvensional mekanismenya dianggap tidak sesuai dengan
ajaran syariat Islam. Pertimbangan praktis pelarangannya adalah karena sistem berbasis
bunga dipandang mengandung beberapa kelemahan, seperti diantaranya melanggar nilai
keadilan maupun kewajaran bisnis dalam ajaran Islam.1
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dari masa ke masa mengalami
peningkatan yang pesat. Dengan diterbitkannya undang-undang No. 10 tahun 1998
sebagai payung hukum yang kuat membuat perbankan syariah tumbuh subur yang diikuti
dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk surat keputusan
direksi BI/Peraturan Bank Indonesia, telah memberikan landasan hukum yang kuat bagi
pengembangan sekaligus memberikan kejelasan landasan hukum bagi perbankan syariah
di Indonesia.2
Kemajuan dari perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari peran yang
sangat besar dari Dewan Pengawas Syariah yang ada pada perbankan syariah yang
bertugas mengawasi sekaligus memiliki peran yang sangat penting baik untuk kepatuhan
terhadap prinsip syariah sekaligus daya saing dari bank syariah itu sendiri.
Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah untuk mengawasi
jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan
syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus
jika dibanding dengan bank konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan
(Guidelines) yang mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dewan
Syariah Nasional.
Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala biasanya tiap
tahun bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.
Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan (annual report) bank bersangkutan.

1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta; UU AMP YKPN, 2005), hlm 7.
2
Nurul Huda, Mustafa Edwin, Current Issues lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Kencana, 2009),
hlm 199.
Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi
produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas Syariah
bertindak sebagai sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan
difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.3
Sebagai wakil DSN pada lembaga keuangan syariah yang bersangkutan,
dibentuklah Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dewan pengawas syariah berfungsi untuk
mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan
prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN. Sedangkan fungsi utamanya adalah
sebagai Penasihat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah, dan
pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal yang terkait dengan aspek syariah dan
sebagai mediator antara LKS dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran
pengembangan produk dan jasa dari LKS yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
DPS ini secara organisasi bertanggung jawab kepada DSN MUI pusat, kredibilitasnya
kepada masyarakat, secara moral bertanggung jawab kepada Allah SWT.4
Dewan Pengawas Syariah (DPS) melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) serta memberikan nasihat
dan saran kepada Direksi terkait dengan pelaksanaan kegiatan Bank agar sesuai dengan
prinsip syariah. Dewan Pengawas Syariah diangkat dan disahkan melalui RUPS sesuai
dengan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN).
Dalam rangka mengembangkan dunia perbankan syariah, yakni di bidang jasa
untuk semua lapisan masyarakat. Maka, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan
peraturan tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Nomor 3/POJK.03/2016. Tujuan
diberlakukan peraturan ini adalah dengan menimbang bahwa dalam rangka mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional secara berkesinambungan dan dapat melayani berbagai
lapisan masyarakat akan jasa perbankan di perlukan industri perbankan yang kuat dan
berdaya saing.
Cetak biru bagi lembaga keuangan PT. BPR Syariah PNM Patuh Beramal hadir
untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan perbankan syariah kepada seluruh
lapisan masyarkat, khususnya dalam pengembangan usaha mikro dan kecil yang ada di
daerah Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini sesuai dengan “Misi PT. BPR Syariah PNM

3
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
hlm 31.
4
Andri Soemtra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm 29-40.
Patuh Beramal” yaitu meningkatkan dan memperluas akses permodalan bagi
pengembangan usaha mikro dan kecil.5
Berdasarkan paparan di atas Implementasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 03/POJK.03/2016 tentang Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah
di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sangat penting untuk melaksanakan tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya dalam perbankan syariah agar bisa berjalan dengan
baik sesuai dengan prinsip syariah. Maka dari latar belakang itu peneliti sangat tertarik
untuk meneliti tentang Implementasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
03/POJK.03/2016 tentang Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
B. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan penelusuran terhadap studi atau karya terdahulu,
sebagai pedoman untuk penelitian lanjutan untuk mendapatkan data yang lebih valid dan
menghindari duplikasi serta refetisi untuk menjamin keaslian dan legalitas penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti ingin memaparkan hasil penelitian terdahulu yang
tentunya berkaitan dengan judul peneliti.
Pada telaah pustaka ini peneliti mencoba mengangkat beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan judul peneliti, yaitu :
a. Peneliti Yusuf Suhendi, meneliti tentang “Peran dan Tanggung Jawab Dewan
Pengawas Syariah (DPS) terhadap Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Yogyakarta.
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif dengan tinjauan lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek
penelitian adalah semua BPRS di Yogyakarta dan para DPS se-Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam penelitian ini hal yang dibahas adalah bagaiaman peran dari
dewan pengawas syariah sebagai panjang tangan dari DSN-MUI yang tidak hanya
sebagai penjaga kepatuhan syariah akan tetapi sebaga auditor syariah bagi suatu
lembaga keuangan syariah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis peran dan tanggung jawab dewan pengawas syariah terhadap bank
pembiayaan rakyat syariah hasil dari penelitian ini peran dan tanggung jawab dewan
pengawas syariah ini untuk kepatuhan terhadap prinsip syariah dan membangun
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah.

5
Dokumen perusahaan PT. BPR Syariah PNM Patuh Beramal, pada tanggal 18 januari 2020.
Dengan demikian kesamaan dalam penelitian ini adalah tentang tugas dan tanggung
dewan pengawas syariah dan terdapat perbedaan pada lokasi penelitian dengan yang
peneliti ajukan dan jumlah studi kasus yang dijadikan obyek fokus penelitian.6
b. Peneliti Itsna Nur Farikhah, meneliti tentang Implementasi Peran dan Fungsi Dewan
Pengawas Syariah pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah ( Studi Kasus
di Forum Koperasi Syariah Bojonegoro).
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah metode
penelitiannon doctorinal dengan pendekatan normatif empiris. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan keputusan DSN MUI No. 3 tahun 2000 tentang petunjuk
pelaksanaan penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dan keputusan Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah republik Indonesia
No.16/Per/M.KUKM//IX/2015, sedangkan untuk bahan hukum sekunder dilakukan
wawancara anggota DPS, ketua pengelola KSPPS, teller KSPPS serta ketua Forum
Koperasi Syariah, dan dokumentasi dari 10 KSPPS yang ada di Bojonegoro setelah
data terkumpul dilakukan analisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam
penelitian ini hal yang dibahas adalah peran dan fungsi dewan pengawas syariah.
Hasil penelitian ini mengatakan bahwa masih kurangnya peran dari dewan pengawas
syariah terhadap fungsi dan peran sebagai untuk memenuhi kepatuhan dalam hal
prinsip syariah ini berdasarkan hasil wawancara dari peneliti tersebut.
Dengan demikian kesamaan dalam penelitian ini adalah tentang dewan
pengawas syariah dan terdapat perbedaan lokasi penelitian dengan yang peneliti
ajukan yaitu di Forum Koperasi Syariah Bojonegoro dengan di PT. BPR Syariah
PNM Patuh Beramal.7
c. Penelitian Fadhilah Azis, meneliti tentang Analisis Kinerja Dewan Pengawas Syariah
dalam Mengawasi Bank Syariah ( Studi kasus di Bank SulselBar Syariah Ratulangi
Makasar )
Dalam penelitian ini, jenis pendeketan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif deskriptif, merupakan metode yang melalui observasi,
wawancara, juga dokumentasi. Dalam penelitian ini hal yang dibahas adalah untuk
mengetahui sekaligus menganalisis kinerja DPS aapakah benar sesuai pada regulasi
6
Yusuf Suhendi, Peran dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah Terhadap Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Yogyakarta, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, Yogyakarta, UIN
Sunan Kalijaga, 2010).
7
Itsna Nur Farikhah, Implementasi Peran Dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah ( DPS ) Pada
Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPPS), ( Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, Semarang, UIN
Waslisongo, 2018).
sebagai pengawas resmi bentukan MUI, pun perihal efektifitas kinerja pengawasan
dalam setiap aktivitas usaha dan hasil dari penelitian ini mempunyai kinerja terhadap
bank. Akan tetapi, tetap harus dikembangkan dan perbaiki akan lebih baik
kedepannya bagi Bank Sulselbar Syariah Ratulangi, Makasar.
Dengan demikian kesamaan dalam penelitian ini adalah terkait dengan dewan
pengawas syariah dan terdapat perbedaan terkait dengan lokasi penelitian dimana skripsi
ini meneliti di Bank Sulselbar Syariah Ratulangi Makasar dengan di PT. BPR Syariah
PNM Patuh Beramal.8
C. Kerangka Teori
1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang
sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah
bermuara pada aktivitas,aksi,tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi
bukan sekedar aktivitas , tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan
kegiatan.9 Guntur Setiawan berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta
memerlukan jaringan pelaksana,birokrasi yang efektif.10
Selain itu, dikemukakan pula oleh Guntur Setiawan bahwa implementasi adalah
perluasan dari aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan serta
tindakan dengan tujuan untuk menggapainya juga diperlukan jangan pelaksana yang
efektif.11 Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa
implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat
aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukakan penyesuaian
demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa
dipercaya. Jadi dapat simpulkan pengertian implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi,
suatu kegiatan terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan
norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

8
Fadhilah azis, Analsis Kinerja Dewan Pengawas Syariah Dalam Mengawasi Bank Syariah ( studi
bank SulSelBar Syariah Ratulangi Makasar), ( Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Alaudin,
2017).
9
Nurdin Usman,Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,Grasindo,Jakarta,2002,hal 70
10
Guntur Setiawan,Impelemtasi dalam Birokrasi Pembangunan,Balai Pustaka,Jakarta,2004,hal39
11
Guntur Setiawan, Implemetasi Dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Gramedia Pustaka,
2002) hlm 67.
Menurut Meter dan Horn dalam suharsono, adapun enam variabel penting yang
dapat mempengaruhi kinerja implementasi sebagai berikut :12
a. Standar dan sasaran kebijakan, dimana standar dan kebijakan harus jelas dan terukur
sehingga dapat direalisir apabila standard an sasaran kebijkaan kabur.
b. Sumber daya, dimana implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik
sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.
c. Hubungan antar organisasi, yaitu dalam banyak program, implementor sebuah
program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain, sehingga diperlukan
koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.
d. Karakteristik pelaksana yaitu mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-
pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya itu akan mempengaruhi
implemetasi suatu program.
e. Kondisi social, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi
lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh
mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi
kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana
sifat opini public yang ada di lingkungan, serta apakah elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
f. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal penting, yaitu respon implementor
terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan
kebijakan, kognisi yaitu pemahaman terhadap kebijakan, intensitas disposisi
implementor, yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri dari
tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian tujuan dari hasil
kegiatan.

2. Dewan Pengawas Syariah


a. Pengertian Dewan Pengawas Syariah
Dalam kamus bahasa Indonesia kata “dewan” adalah badan yang terdiri beberapa
orang yang pekerjaannya memutuskan suatu dengan jalan berunding, pengawas berasal
dari kata awas yang berarti pengawas. 13 Sedangkan “syariah” adalah segala titah Allah

12
Suharsono, Dasar-dasar kebijakan publik, (Yogyakarta: UNY Press, 2010).
13
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed III, (Jakarta, Balai Pustaka, 2005), hlm. 260.
yang berhubungan dengan tingkah laku manusia di luar yang mengenai akhlak. Syariah
juga bisa diartikan sebagai nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah.14

Artinya ; Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan
Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (QS: Surah Al-Maidah ayat
117 )15
Dewan pengawas syariah adalah lembaga independen atau hakim khususdalam fiqh
muamalat (Fiqh Al-Muamalat). Namun DPS bisa juga anggota di luar ahli fiqh tetapi ahli
juga dalam bidang keuangan islam dan fiqh muamalat. Dewan pengawas syariah lembaga
yang berkewajiban mengarahkan, mereview, dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan
agar dapat diyakinkan bahwa mereka memenuhi aturan dan prinsip syariah islam. 16
Pengertian umum Dewan Pengawas Syariah adalah bagian dari lembaga keuangan
syariah yang bersangkutan, yang penempatannya atas persetujuan Dewan Syariah
Nasional.17

b. Tugas dan tanggung jawab dewan pengawas syariah di BPRSyariah antara


lain :
a. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional
dan produk yang dikeluarkan;
b. Mengawasi proses pngembangan produk baru bank agar sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia.

14
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 2005). Jilid 1, hlm, 1.
15
QS. Al-Maidah : 117. Al-qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2014),

Sofyan Syafri Harahap, Auditing dalam Perspektif Islam, (Jakarta, Pustaka Quantum, 2002),
16

hlm, 207.
17
Adrian Sutendi, Pasar Modal Syariah, (Jakarta, Sinar Grafika, 2014), hlm, 244.
c. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia untuk
produk baru Bank yang belum ada fatwanya;
d. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah terhadap
mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;
dan
e. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank
dalam rangka pelaksanaan tugasnya.18
c. Prosedur Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah di BPR Syariah dan
Unit Usaha Syariah sebagai beriktu :
a. Lembaga keuangan syariah mengajukan permohonan penempatan anggota Dewan
Pengawas Syariah kepada Dewan Syariah Nasional. Permohonan tersebut dapat
disertai dengan usulan nama calon Dewan Pengawas Syariah.
b. Permohonan tersebut dibahas dalam rapat Badan Pelaksana Harian-Dewan
Syariah Nasional.
c. Hasil rapat Badan Pelaksana Harian-Dewan Syariah Nasional kemudian
dilaporkan kepada pemimpin Dewan Syariah Nasional.
d. Pimpinan Dewan Syariah Nasional menetapkan nama-nama yang diangkat
sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah.
d. Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah terhadap Dewan Pengawas Syariah:
a. Menyediakan ruang kerja dan fasilitas lain yang diperlukan.
b. Membantu kelancaran tugas Dewan Pengawas Syariah.
Kewajiban Anggota Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai berikut :
a. Mengikuti fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional.
b. Mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar tidak menyimpang
dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah
Nasional.
c. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga keuangan syariah yang
diawasinya secara rutin kepada Dewan Syariah Nasional, sekurang-kurangnya dua
kali dalam satu tahun.19

3. Bank Syariah
18
Surat Edaran no. 12/13/DPbS/2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
19
Adrian Sutendi, Pasar Modal Syariah, (Jakarta, Sinar Grafika, 2014), hlm, 245-246.
a. Pengertian Bank Syariah
Bank secara bahasa diambil dari bahasa Itali, yakni banco yang mempunyai arti
meja. Penggunaan istilah ini disebabkan dalam realita kesehariannya bahwa setiap proses
dan transaksi sejak dahulu dan mungkin dimasa yang akan datang dilakukan di atas meja.
Menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah pasal 1menjelaskan bahwa
yang dimaksud Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah.20
Bank islam atau yang biiasa disebut dengan bank tanpa bunga adalah lembaga
keuangan atau perbankan yang operasional atau produknya dikembangkan berlandaskan
pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW, atau dengan kata lain Bank Islam
adalahh lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta pengedaran uang yang pengoprasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariiah Islam.21
Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun
2008 tentang Perbanka Syariah. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
1. Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatanya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank
nondevisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, seperti transfer
ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya.
2. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor dari induk kantor cabang
pembantu syariah dan/atau unit syariah.
3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam
kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pemabayaran.22
20
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, Cet, Ke-1, (Jakarta: LPPE USAKTI, 2009), hlm, 46.
21
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm 2.
22
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syarih, Ed. Ke-2, Cet. Ke-6, (Jakarta:Kencana,
2016), hlm, 58-59.
b. Dasar Hukum Perbankan Syariah
1. Dasar Hukum Islam.
a) Al-Qur’an surah Al-Baqarah Ayat 278, dan 279
‫) فَ>إِنْ لَ ْم تَ ْف َعلُ>وا فَ>أْ َذنُوا‬278(  َ‫أَيُّ َه>ا الَّ ِذينَ آَ َمنُ>وا اتَّقُ>وا هَّللا َ َو َذ ُروا َم>ا بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَ>ا إِنْ ُك ْنتُ ْم ُم>ؤْ ِمنِين‬
)279( َ‫وس أَ ْم َوالِ ُك ْم اَل تَ ْظلِ ُمونَ َواَل تُ ْظلَ ُمون‬
ُ ‫سولِ ِه َوإِنْ تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء‬ُ ‫ب ِمنَ هَّللا ِ َو َر‬
ٍ ‫ِب َح ْر‬

Artinya : “Hai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan


tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak melaksanakan (apa yang diperintahkan ini) maka ketahuilah, bahwa
akan terjadi perang dahsyat dari Allah dan RosulNya dan jika kamu
bertaubat maka bagi kamu pokok harta kamu, kamu tidak dianiaya dan tidak
(pula) dianiaya”.23

b) Hadits
DalamDalam sunan Abu Dawud yang ditahqiq (diteliti) oleh Syu’aib
Arnaut, dkk. bahwa hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibn
Majah, al-Tirmidzi, dan Ibn Hiban. Pentahqiq kitab tersebut mengatakan
sanadnya hasan. Berikut bunyi hadist tersebut:

‫صلهى هاهّلل َ عَل ْي ِه َو َسله َم آ ِك َل الرِّبا َ َو ُم ْؤ ِكلَهُ َو َكاتِبَهُ َو َشا ِه َد ْي ِه َوقا َ َل‬ َ ِ ‫ابر قَا َل لَ َعنَ َرسُو ُل هاهِّلل‬
ِ ‫ع َْن َج‬
‫هُ ْم َس َوا ء‬

Artinya : “Dari Jabir ra. dia berkata: “Rasulullah SAW melaknat


pemakan riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan
saksisaksinya”. (HR Muslim).24

2. Landasan Hukum Positif


a) Undang-undang No. 07 tahun 1992 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau secara
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas
pembayaran.
b) Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Dalam undang-undang ini menyebutkan bahwa Perbankan Syariah adalah
segela sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha

23
QS. Al-Baqarah : 278-279. Al-qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2014), hlm
24
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, (Riyadh: Dar al-Risalah, 2009), hlm. 222
Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usaha.
c. Karakterisk Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang berdasarkan anatara lain: asas kemitraan,
keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan
berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari
prinsip ekonomi Islam dengan prinsip antara lain :
1. Pelarangan riba dalam berbagai bentuk.
2. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money).
3. Konsep uang sebagai alat transaksi bukan sebagai komoditas.
4. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.
5. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga dalam satu barang.
6. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi syarat
berikut ini :
1. Transaksi tidak mengandung unsur kezaliman.
2. Bukan riba.
3. Tidak membahayakan pihak sendiri dan pihak lain.
4. Tidak ada penipuan (gharar).
5. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan.
6. Tidak mengandung unsur judi (maysir).25
d. Kegiatan Bank Syariah
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan maupun transaksi perbankan
lainnya. Transaksi yang dapat ditawarkan oleh bank, berbeda antara bank satu dengan
bank lainnya. Beberapa bank syariah menawarkan semua produk perbankan, sebagian
bank syariah hanya menawarkan produk tertentu dan seterusnya. Produk dan jasa
bank syariah yang dapat diberikan kepada masyarakat tergantung jenis banknya.
Kegiatan bank umum syariah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fungsi
utama yaitu; penghimpun dana pihak ketiga atau dana masyarakat, penyaluran dana
kepada pihak yang membuutuhkan dana, dan pelayanan jasa bank.
1. Penghimpunan Dana dari Masyarakat.

25
Muhammad, Manejemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm 5-
6.
Bank umum syariah menghimpun dana dari masyarakat dengan cara
menawarkan berbagai jenis produk pendanaan antara lain giro wadiah, tabungan
wadiah, tabungan mudharabah, deposito mudharabah, dan produk pendanaan
lainnya yang diperbolehkan sesuai dengan syariah Islam. Penghimpunan dana dari
masyarakat dapat dilakukan dengan akad wadiah dan mudharabah. Dengan
menghimpun dana dari masyarakat, maka bank syariah akan membayar biaya
dalam bentuk bonus untuk akad wadiah dan bagi hasil untuk akad yang
menggunakan mudaharabah.
2. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat.
Bank umum syariah perlu menyalurkan dananya kepada pihak yang
membutuhkan dana, agar tidak terjadi idle fund. Bank umum syariah dapat
menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan serta dalam bentuk penempatan
dana lainnya. Dengan aktivitas penyaluran dana ini bank syariah akan
memperoleh pendapatan dalam bentuk margin keuntungan bila menggunakan
akad jual beli, bagi hasil bila menggunakan akad kerja sama usaha, dan sewa bila
menggunakan akad sewa menyewa.
3. Pelayanan Jasa
Bank umum syariah juga menawarkan produk pelayanan jasa untuk
membantu transaksi yang dibutuhkan oleh pengguna jasa bank syariah. Hasil yang
diperoleh bank atas pelayanan jasa bank syariah yaitu berupa pendapatan fee dan
komisi26

26
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenamedia Grup, 2011), hlm 51-53.

Anda mungkin juga menyukai