Anda di halaman 1dari 18

Cover

 Judul (5-15 kata)

Studi Literatur: Parameter Malnutrisi Sebagai Prediktor Luaran Pada Karsinoma Nasofaring

 Nama Penulis (nama lengkap tanpa gelar, disertai kode bintang sesuai nama institusi,
dan tidak disingkat)

Contoh:

Mevlana Shafa Az-zahra,* Dimmy Prasetya,** Susantina***

 Instansi asal penulis (dengan kode bintang yang tertera pada daftar nama penulis)

Contoh:

*Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran


**Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Hasan Sadikin Bandung

Abstrak (maksimal 200 kata)

 Pendahuluan (berisi latar belakang dan tujuan penelitian)

Keterlambatan dalam mendiagnosis KNF menyebabkan hasil luaran dan prognosis yang kurang
baik karena kanker sudah bermetastasis mempengaruhi beberapa saraf kranial, sehingga
kemampuan pasien untuk mendapatkan asupan nutrisi akan berkurang. Diagnosis malnutrisi
menggunakan parameter BIA, BMI, dan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya malnutrisi, sehingga intervensi nutrisi dapat dilakukan dan pasien mendapatkan hasil
luaran terapi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh albumin, BIA, dan
BMI sebagai parameter malnutrisi terhadap prediktor luaran pada KNF.
Cover

 Metode (berisi waktu dan tempat dan metode penelitian)

Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Sumber literatur ditelusuri dengan rentan
publikasi 2015-2020 melalui mesin pencarian seperti Google scholar, Pubmed, dan Elsevier
dengan kata kunci karsinoma nasofaring, malnutrisi, parameter malnutirisi, bioelectrical
impedance analysis (BIA), body mass index (BMI), albumin, dan luaran terapi.

 Hasil

Pasien malnutrisi dengan nilai cut off point BMI <18,5 kg/m2, albumin <3,5 g/L, dan phase angle
BIA <4.7° memiliki luaran terapi yang buruk.

 Kesimpulan (menjawab tujuan penelitian)

Parameter BIA, BMI, dan albumin merupakan indikator yang dapat digunakan dalam menilai
status nutrisi pasien KNF. Ketiganya mampu menentukan prognosis, luaran terapi, dan
kelangsungan hidup pada pasien KNF.

 Kata kunci (minimal 3 kata kunci)

Nasopharyngeal cancer, outcome therapy, albumin, body mass index, bioelectrical impedance
analysis
Cover

 Title (5-15 words)

Review Literature: Malnutrition Parameters as Predictors of Outcomes in Nasopharyngeal


Carcinoma

 Author’s name (full name without title, accompanied by a star code according to the
name of the institution, not abbreviated)
Example

Mevlana Shafa Az-zahra,* Dimmy Prasetya,** Susantina***

 Author’s department (not abbreviated)


Example:

*Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran, Hasan Sadikin


General Hospital, Bandung
**Faculty of Medicine Padjadjaran University

Abstract (max 200 words)

 Introduction (contains background and research objectives)

Delay in diagnosing NPC causes poor outcome and prognosis because metastatic cancer affects
several cranial nerves so that the patient's ability to get nutritional intake will decrease. Diagnosis
of malnutrition using parameters BIA, BMI, and albumin is carried out to detect the possibility of
malnutrition so that nutritional interventions can be carried out, and patients get good therapy
outcomes. This study aims to understand the effect of albumin, BIA, and BMI as parameters of
malnutrition on predictor outcomes of NPC.

 Methode (contains time and place and research methods)


Cover

This study used a literature study approach using several journals published between 2015-2020
searched using the search engines Google Scholar, Pubmed, and Elsevier with the keywords
nasopharyngeal carcinoma, malnutrition, malnutrition parameters, bioelectrical impedance
analysis (BIA), body mass index (BMI), albumin, and therapeutic outcomes.

 Result

Malnutrition patient with cut off point BMI <18,5 kg/m2, albumin <3,5 g/L, and BIA phase angle
<4.7° had poor treatment outcomes.

 Conclusion (conclusions answer the research objectives)

Parameters BIA, BMI, and albumin are indicators that can assess the nutritional status of NPC
patients. All three were able to determine prognosis, treatment outcome, and survival in NPC
patients.

 Keywords (minimum 3 keywords)

Nasopharyngeal cancer, outcome therapy, albumin, body mass index, bioelectrical impedance
analysis.

Korespondensi

Korespondensi:
1. Nama korespondensi Mevlana Shafa Az-zahra
2. Alamat lengkap Jl. Arafah G5/7, Cibodas, Tangerang
3. No Hp 081251715252
4. No Telp
5. Email mevlana17001@mail.unpad.ac.id
Cover

1. Pendahuluan
Penyakit tidak menular (PTM) atau yang juga dikenal dengan Non Communicable
Disease (NCD) merupakan penyebab utama dari 40,5 juta (72%) kematian secara global pada
tahun 2016. Salah satu jenis PTM yang sudah banyak menyebabkan korban jiwa adalah
kanker, pada tahun 2016 sekitar 4,5 juta korban jiwa di seluruh dunia. Perubahan tren PTM
menggantikan penyakit infeksi disebabkan oleh transisi demografis dan epidemiologis pada
daerah setempat.1
Kanker merupakan sekelompok penyakit yang ditandai dengan tidak terkendalinya
pertumbuhan dan penyebaran abnormal sel yang dapat memicu kematian.2 Kanker
merupakan penyebab kematian kedua di dunia setelah penyakit jantung secara global.
Menurut WHO diperkirakan 9,6 juta jiwa meninggal pada tahun 2018 akibat kanker dan
sekitar 70% kematian terjadi pada negara miskin dan negara berkembang.3
Karsinoma Nasofaring (KNF) adalah karsinoma yang berasal dari daerah nasofaring,
yaitu area di belakang rongga hidung dan diatas tengkorak, yang secara histologi
berdiferensiasi menjadi light-microscopic atau ultrastructural squamous.4 Terdapat 81%
kasus baru KNF terjadi di Asia, sekitar 9% di Afrika, dan sisanya terjadi di negara-negara
lain.5 Kanker nasofaring menempati urutan ke 6 penyebab kematian di Indonesia dengan
jumlah korban 11,204 jiwa pada tahun 2018. Sedangkan kasus baru yang terjadi di Indonesia
sekitar 17,992.6 Identifikasi KNF pada tahap awal berpotensi untuk disembuhkan dan
memiliki prognosis yang baik, namun sayangnya 80% diagnosis KNF di Indonesia terjadi
pada stadium lanjut. Kurangnya pengetahuan dokter umum di Asia dalam mendiagnosis KNF
menyebabkan insiden metastasis tetap pada KNF mencapai 25-34% dengan kelangsungan
hidup pasien yang rendah.5
Penurunan berat badan merupakan salah satu hal yang sering terjadi pada kanker kepala
leher terutama KNF sebelum atau sesudah dilakukannya terapi dan sekitar 30-80% pasien
kanker mengalami malnutrisi.7 Invasi tumor yang mengenai beberapa saraf kranial, efek
samping terapi KNF, dan peningkatan produksi sitokin proinflamatori akibat kaheksia sering
dikaitkan dengan kejadian malnutrisi pada penderita kanker KNF.4,8,9 Hal tersebut akan
berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas serta kualitas hidup dan outcome
terapi yang buruk.8 Oleh sebab itu diperlukannya penilaian parameter BIA, BMI, dan albumin
dalam mendiagnosis malnutrisi pada pasien KNF. Parameter tersebut mampu membantu
klinisi untuk mengestimasikan kualitas hidup pasien KNF setelah dilakukannya terapi dan
Cover

dapat bermanfaat untuk mencegah efek samping yang parah karena ketiganya memiliki peran
prognostik yang signifikan.10, 11, 12 
Berdasarkan latar belakang di atas dibuat tema sentral penelitian sebagai berikut:
Penyakit karsinoma nasofaring sejatinya memiliki prognosis dan luaran terapi yang
baik, namun metastasis dan invasi kanker yang sudah mempengaruhi beberapa saraf kranial
akibat keterlambatan diagnosis penyakit, menyebabkan KNF seringkali menjadi penyebab
pendertia mengalami malnutrisi, sehingga kualitas hidup pasien terganggu dan mortalitas
akan meningkat. Selain itu, komplikasi pada saluran pencernaan dan efek samping terapi
menyebabkan pasien mengalami kesulitan untuk mendapatkan asupan nutrisi melalui jalur
oral sehingga banyak dari pasien KNF mengalami malnutrisi dan akhirnya memiliki angka
harapan hidup yang rendah. Pemeriksaan dan penilaian status nutrisi menggunakan parameter
BMI, albumin, dan BIA dapat dilakukan untuk mengetahui nilai status nutrisi pasien KNF.
Sehingga apabila ditemukan nilai status nutrisi yang kurang baik, klinisi dapat melakukan
intervensi nutrisi sebelum dimulainya pemberian terapi dengan memperbaiki parameter dari
status nutrisi tersebut. Hal ini diharapkan akan meningkatkan kualitas dan kemampuan pasien
untuk hidup.

2. Metode
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kualitatif yang
berupa daftar pustaka yang dapat menghasilkan informasi berupa teori atau data deskriptif
dengan menggunakan literatur-literatur sebagai objek utama yang di analisis. Instrumen
penelitian ini menggunakan data-data kepustakaan berupa jurnal, artikel, dan informasi
terkait Parameter Malnutrisi Sebagai Prediktor Luaran Pada Karsinoma Nasofaring.
Penelusuran dilakukan sejak September 2020 hingga Januari 2021.

Kriteria inklusi
Kriteria inklusi artikel yang digunakan pada penilitan ini antara lain :
1. Jurnal, artikel, dan penelitian dengan kata kunci sesuai dengan topik penelitian.
2. Jurnal, artikel, dan penelitian dengan tahun publikasi dari tahun 2015 hingga 2020
3. Jurnal, artikel, dan penelitian berbahasa Inggris atau berbahasa Indonesia
4. Jurnal, artikel, dan penelitian yang dapat diakses secara full text
5. Jurnal, artikel, dan penelitian yang melibatkan pasien KNF di atas usia 18 tahun
6. Jurnal, artikel, dan penelitian yang melibatkan pasien KNF dengan stadium 1, 2, 3, dan 4
Kriteria eksklusi
Cover

Kriteria eksklusi artikel yang digunakan pada penilitian ini antara lain:
1. Buku teks
2. Jurnal, artikel dan penelitian editorial
3. Jurnal, artikel dan penelitian yang tidak dapat diakses secara full text
4. Jurnal, artikel dan penelitian dengan tahun publikasi sebelum tahun 2015
5. Jurnal, artikel dan penelitian yang tidak menggunakan albumin, BIA, dan BMI dalam
mendiagnosis malnutrisi
6. Jurnal, artikel dan penelitian yang melibatkan pasien KNF <18 tahun.

3. Hasil
Didapatkan sebanyak 32 literatur mengenai Parameter Malnutrisi Sebagai Prediktor
Luaran Pada Karsinoma Nasofaring. Dari 32 literatur, diketahui bahwa terdapat 3 parameter
malnutrisi yang berpengaruh pada luaran terapi pasien KNF. Parameter tersebut meliputi
albumin, BIA, dan BMI. Berikut merupakan tabel hasil kajian literatur:

Tabel 3. 1 Parameter BIA, albumin, dan BMI sebagai parameter malnutrisi pada pasien
KNF
Peneliti/Penulis Desain penelitian Tahun Parameter Jumlah Luaran
, Tahun sampel
publikasi
P Stegel et.al Retrospective cohort 2016 BIA 55 Pasien dengan nilai PA (<5.0°) memiliki
luaran terapi yang buruk dibandingkan dengan
pasien PA >5.0°
Ding et.al Retrospective cohort 2018 BIA dan BMI 48 Terjadi penurunan nilai BMI dan BIA pada
pasien dengan radioterapi. Hal ini positif
berhubungan dengan QoL pasien KNF
Ou Yang et al. Retrospective cohort 2016 BMI 1778 Pasien underweight memiliki survival lebih
inferior dibandingkan dengan pasien berat
badan normal
Irungu et al. Retrospective cohort 2015 Albumin dan 183 Stadium penyakit yang lebih tinggi
BMI berhubungan dengan penurunan berat badan
dan albumin, sehingga memiliki survival yang
buruk
Takenaka et al Retrospective cohort 2018 BMI 706 BMI sebelum terapi merupakan faktor
prognostik untuk melihat survival pasien KNF.
Pasien dengan BMI <18,5 kg/m2 memiliki
survival yang buruk
Hoang et al Cross-sectional 2020 BMI 220 Pasien dengan stadium IV memiliki risiko
description malnutrisi 4,71 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan stadium 1. Sehingga berpotensi
memiliki kelangsungan dan kualitas hidup
yang rendah
Zeng et al Retrospective cohort 2020 Albumin 559 Pasien dengan serum ALB yang rendah
memiliki OS dan DFS yang buruk
Li et al Retrospective cohort 2016 Albumin 512 Rendahnya albumin sebelum terapi
berhubungan dengan survival yang buruk pada
pasien KNF
Yang et al Retrospective cohort 2016 Albumin 312 Penurunan serum albumin sebelum perawatan
akan menunjukan prognosis yang buruk pada
Cover

pasien KNF
Gao et al Retrospective cohort 2018 Albumin 5533 Rasio albumin mampu mengimplikasikan
prognosis untuk pasien KNF. Semakin rendah
albumin, survival akan semakin menurun
Lundberg et al Retrospective cohort 2017 BIA 41 Pasien yang mengalami penurunan masa
jaringan lunak yang terlihat dari BIVA dan
nilai PA <4,7° akan berisiko mengalami
komplikasi terapi dan kelangsungan hidup
yang rendah
Wladysiuk et al Prospective study 2018 BIA 75 Overall survival pada pasien dengan nilai PA
<4,7° akan lebih rendah dibandingkan dengan
pasien yang memiliki PA lebih tinggi
Büntzel et al Retrospective study 2019 BIA 42 Pasien dengan nilai PA >4,7° memiliki
kelangsungan hidup yang lebih baik
dibandingkan dengan yang memiliki nilai PA
<4,7° (13,84 bulan versus 51,16 bulan)
Axelsson et al Retrospective study 2018 BIA 128 Pasien dengan nilai PA <4,7° memiliki
prognosis yang buruk
Massalska et al Prospective study 2016 BIA 75 Pasien dengan status nutrisi yang baik
memiliki nilai median PA yang lebih tinggi
(5,25°) dibandingkan dengan pasien malnutrisi
(4,73°). Pasien dengan PA lebih tinggi
memliki survival yang lebih baik
Lundberg et al Prospective study 2019 BIA 61 Rendahnya nilai PA pada pasien HNC akan
menyebabkan waktu rawat inap pasien di
rumah sakit meningkat
Mulasi et al Prospective study 2015 BIA 19 PA merupakan prediktor untuk melihat
kelangsungan hidup dari pasien kanker.
Semakinr rendah nilai PA, luaran terapi akan
semakin buruk
Di Renzo et al Prospective study 2019 BIA 50 Pasien dengan nilai PA rendah berpotensi
memiliki luaran terapi yang buruk, sehingga
perbaikan nutrisi untuk meningkatkan nilai PA
perlu dilakukan
Jin et al Retrospective study 2017 Albumin 117 Pasien dengan penurunan albumin >15%
cenderung mengalami malnutrisi. Keadaan
malnutrisi menyebabkan tubuh lebih tidak
sensitif terhadap terapi yang diberikan,
sehingga pertumbuhan kanker akan semakin
meningkat
Yohannessa et Retrospective cohort 2020 BMI 819 Pasien KNF dengan BMI lebih tinggi memiliki
al OS dan kualitas lebih baik dibandingkan
dengan pasien underweight atau normal
weight
Neoh et al Prospective study 2020 BMI dan BIA 50 Pasien malnutrisi sebelum dilakukannya terapi
berpotensi mengalami penurunan berat badan
yang lebih parah setelah atau selama
pemberian terapi, serta menurunkan toleransi
terhadap terapi. Hal ini mampu menyebabkan
kelangsungan dan kualitas hidup pasien
semakin memburuk
Luma et al Cross-sectional study 2017 Albumin dan 251 Diperlukannya skrining, penilaian, dan
BMI intervensi status nutrisi pada pasien di rumah
sakit karena pasien malnutrisi cenderung
memiliki waktu lebih lama untuk dirawat di
rumah sakit
Shu et al Prospective study 2020 Albumin dan 176 Malnutrisi yang terjadi pada pasien KNF akan
BMI menyebabkan pasien intoleren terhadap terapi
dan mengalami mukositis oral yang parah.
Norshariza et al Cross-sectional study 2017 Albumin dan 97 Pasien dengan stadium III dan IV berisiko
BMI lebih tinggi mengalami malnutrisi, sehingga
kemungkinan pasien mengalami komplikasi
terapi lebih besar
Susilawati et al Cross sectional study 2020 BMI 38 Angka kejadian malnutrisi lebih banyak terjadi
pada pasien KNF dengan stadium lanjut,
sehingga survival pasien cenderung menurun
Cover

Shen et al Retrospective study 2020 BMI 2433 Penurunan berat badan yang parah pada pasien
underweight akan menghasilkan OS dan DSS
yang buruk
Saroul et al Prospective study 2018 Albumin, BMI, 90 Malnutrisi pada pasien KNF menyebabkan
dan BIA survival yang buruk pada pasien, sehingga
diperlukannya intervensi nutrisi pada pasien
HNC pada awal pemberian terapi
Xiao et al Retrospective study 2017 Albumin 881 Rendahnya serum albumin berhubungan
dengan meningkatnya keparahan dan progresi
penyakit serta OS yang buruk pada pasien
KNF
Jae et al Retrospective study 2018 Albumin 170 Pasien dengan jumlah serum albumin ≤35 g/L
pada pasien KNF berhubungan dengan OS dan
DMFS yang buruk
Zhang et al Retrospective study 2019 Albumin 1572 Meningkatnya sitokoin proinflamasi (IL-6)
akan menghambat sintesis ALB, sehingga
kadar albumin akan menurun. Hal ini
berhubungan dengan luaran terapi yang buruk
Sun et al Prospective study 2017 Albumin 148 Hipoalbuminemia merefleksikan malnutrisi
dan kondisi inflamasi, sehingga berhubungan
dengan terganggunya survival outcome dari
pasien KNF
ShaSha et al Retrospective study 2019 Albumin 2685 Rendahnya kadar albumin menyebabkan
peningkatan permeabilitas vaskular sehingga
memicu progresi tumor dan kelangsungan
hidup pasien menurun
Cover

4. Diskusi
Malnutrisi yang terjadi pada pasien kanker umumnya terjadi akibat tidak
terkecukupinya asupan dan absorpsi nutrisi, reaksi berlebih gastrointestinal dan respon
inflamasi, efek samping terapi, xerostomia, perubahan metabolik dan endokrin, serta tekanan
psikologis.13, 14,15 Pasien undernutrition memiliki sel tumor yang hipoksia, sel tersebut tidak
sensitif terhadap radiasi sehingga pertumbuhan kanker akan semakin meningkat. 16 Malnutrisi
meningkat 4,71 kali lebih tinggi pada pasien dengan stadium IV dibandingkan dengan
stadium I (OR(95% CI):4.71(1.08-20.57). Selain itu, pasien yang kehilangan >10% berat
badannya selama 6 bulan berisiko 20 kali lebih tinggi mengalami malnutrisi. 17 Malnutrisi
yang terjadi di KNF biasanya berhubungan dengan perubahan struktur jaringan, sarcopenia,
hyperhydration, peningkatan komplikasi terapi, rawat inap di rumah sakit lebih lama,
hiperkatabolisme, dan imunitas yang terganggu sehingga biasanya performans fisik,
kelangsungan dan kualitas hidup, luaran, dan prognosis pasien KNF akan menurun.15,18,19,20
Hal ini bila tidak segera diatasi akan berkembang dan menjadi kanker kaheksia. Apabila
sudah terjadi kanker kaheksia, terapi menggunakan bantuan nutrisi konvensional tidak akan
mampu mengatasi keluhan yang ada. Penilaian malnutrisi secara dini sangat diperlukan pada
pasien kanker untuk pemberian bantuan nutrisi.21 Jager Witenaar et al dan Hoang et al
menyatakan bahwa pasien dengan asupan makan yang cukup (>35 kcal dan >1.5 g protein/kg
berat badan) akan kehilangan berat badan lebih sedikit. 13,17 Menurut Susilawati et al, stadium
KNF juga perlu diketahui karena semakin tinggi stadium akan meningkatkan risiko terkena
malnutrisi.14 Maka dari itu perioperative immunonutrition, intervensi dan edukasi nutrisi pada
penderita KNF secara optimal sangat direkomendasikan untuk menginduksi respon imun dan
sintesis protein, menurunkan inflamasi dan komplikasi, serta mendapatkan luaran dan
survival yang lebih baik.13,22,23
Terdapat beberapa parameter untuk menilai status nutrisi pada pasien KNF, diantaranya
BIA, BMI, dan albumin. Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) merupakan metode
penilaian malnutrisi yang obyektif dan tidak invasif untuk dijadikan parameter pada penderita
kanker. BIA menghitung komposisi tubuh secara elektronik dan parameternya diperoleh
selama pemeriksaan mengacu pada tingkat sel, misalnya distribusi cairan dalam tubuh, massa
lemak, atau massa bebas lemak.21 Menurut de Carvalho et al, pasien KNF yang menjalani
CCRT akan kehilangan 10% berat badannya, apabila dinilai komposisi tubuhnya
menggunakan BIA dapat terlihat bahwa pasien tersebut mengalami penurunan FFM, SM, dan
BCM. Dibandingkan dengan dual-energy X-ray absorptiometry, BIA memiliki keunggulan
Cover

karena tidak invasif, tidak mahal, dan dapat dilakukan oleh klinisi sebagai bagian dari
penilaian status nutrisi yang komprehensif. 24 Phase angle (PA) merupakan salah satu
parameter BIA dalam menentukan status nutrisi dengan menilai rasio antara reaktan terhadap
resistance yang berkaitan dengan karakteristik selular meliputi kapasitansi, integritas, dan
permeabilitas membran. Jumlah PA yang tinggi mengindikasikan membrane sel yang lebih
utuh dan BCM yang lebih tinggi, sedangkan PA yang rendah mengindikasikan cell loss dan
penurunan integritas sel dan BCM.25 Massalska et al menyatakan bahwa pasien malnutrisi
memiliki nilai median PA 4.73°, sehingga beberapa penelitian menyatakan bahwa pasien
yang memiliki nilai PA <4.7° cenderung memiliki OS yang lebih pendek dibandingkan
dengan pasien yang memiliki PA lebih tinggi.26,27,28 Pada panelitian Axelsson et al yang
melibatkan 128 pasien dengan cutoff point PA 5.95°, pasien dengan nilai PA ≤5.95° memiliki
5-year survival 43% dibandingkan dengan yang nilai PA >5.95° yaitu 85%.29 Rendahnya
nilai PA dapat diinterpretasikan dari rendahnya fungsi dan kekuatan otot sehingga
berhubungan dengan kelangsungan hidup dan status performans yang buruk. 29,30 Selain itu
terdapat parameter bioelectrical impedance vector analysis (BIVA) yang merupakan
penilaian untuk melihat status hidrasi dan masa sel pada tubuh. Semakin panjang vektor
menandakan bahwa pasien mengalami dehidrasi. Pasien malnutrisi cenderung mengalami
hyperhydration dengan low soft tissue masses.18 BIA dapat diusulkan sebagai metode yang
praktis dalam menganalisis komposisi tubuh untuk menentukan pasien KNF yang berisiko
tinggi mengalami malnutrisi.18
Status nutrisi juga dapat ditentukan menggunakan antropometri, salah satunya BMI.
WHO mengkategorikan pasien berdasarkan BMI sebagai underweight (<18.5 kg/m2), normal
weight (18,5-22,9  kg/m2), overweight (22.9–27.5 kg/m2), dan obese (≥27.5 kg/m2).
Dibandingkan dengan pasien berat normal, pasien dengan berat badan rendah berisiko dua
kali lipat mengalami kematian dan metastasis jauh.31 Wulandari et al menyatakan bahwa
pasien dengan BMI normal memiliki survival rate lebih baik dibandingkan dengan pasien
underweight karena lebih toleransi terhadap efek samping terapi, sehingga mampu menerima
terapi paliatif lebih banyak. Shen et al mengelompokan penelitiannya berdasarkan BMI dan
penurunan berat badan selama terapi radiasi diberikan pada pasien KNF. Ditemukan bahwa
pasien underweight dengan penurunan berat badan yang parah memiliki OS dan DSS paling
buruk (HR, 2.06; 95% CI 1.36–3.11; HR, 2.27; 95% CI 1.38–3.73) dibandingkan dengan
pasien normal weight (HR, 1.47; 95% CI 1.19–1.80; HR, 1.59;95% CI 1.24–2.03),
overweight atau obesitas (HR, 1.22; 95% CI 0.95–1.55; HR, 1.23; 95% CI 0.93–1.64). 32 BMI
Cover

yang rendah juga akan menyebabkan pasien mengalami radiation induces oral mucositis
(ROM) yang parah akibat menurunnya regenerasi mukosa karena malnutrisi. 15 Maka dari itu,
peningkatan nilai BMI pada pasien underweight akan meningkatkan survival rate dan
kualitas hidup pada pasien KNF.20
Inflamasi yang terjadi pada KNF dapat meningkatkan progresi tumor dengan
mengeluarkan beberapa mediator untuk memicu perkembangan kanker. Mediator yang
terlibat diantaranya sitokin proinflamatori meliputi TNF-α, IL-6, IL-1b, IFN ɣ, C-reactive
protein, faktor proteolisis, sel imun, dan protein pada fase akut. 13 Mediator tersebut
berkontribusi pada pertumbuhan, proliferasi, progresi, invasi dan metastasis sel kanker,
apoptosis sel, angiogenesis, hipermetabolisme, serta penghambatan sintesis albumin di
hepatosit. Albumin merupakan indikator nutrisi dan protein fase akut yang terlibat pada
respon inflamasi sistemik, stabilisasi pertumbuhan sel, replikasi DNA, buffer pada perubahan
biokimia, dan perkembangan kanker.33,34 Sintesisnya distimulasi oleh hormon dan terinhibisi
oleh substansi pro-inflamasi termasuk IL-6. Ekspresi IL-6 yang berlebih akan menurunkan
level albumin.11,13,35 Rendahnya serum ALB mampu meningkatkan permeabilitas vaskular
sehingga memicu progresi tumor, karsinogenesis, dan penurunan mekanisme pertahanan
tubuh.36,37 Keadaan hypoalbuminemia juga merefleksikan keadaan malnutrisi (P<0,00001)
dan survival pasien yang rendah.34,38,39,40 Menurut Jin et al, pasien malnutrisi akan mengalami
penurunan albumin >15%.16 Dengan mengevaluasi albumin sebelum terapi pada pasien KNF,
ditemukan bahwa pasien dengan albumin ≤43 g/L berpotensi akan mengalami
hypoalbuminemia saat atau setelah pemberian terapi.41,38 Serum albumin dapat dijadikan
parameter untuk melihat risiko stratifikasi pada pasien KNF serta sebagai indeks referensi
ketika intervensi nutrisi diperlukan dalam pengobatan individu.36
Berdasarkan hasil penelitian yang didapati, bahwa mengombinasikan BIA, BMI, dan
albumin sebagai evaluasi nutrisi untuk mengetahui pengaruh status gizi sebelum dan selama
terapi terhadap hasil luaran pada pasien KNF. Ditemukan bahwa pasien dengan kelompok
penurunan BMI, albumin, dan BIA memiliki kelangsungan hidup dan luaran terapi yang
buruk.41
Namun terdapat beberapa keterbatasan pada penelitian ini. Sebagian besar sumber
penelitian berasal dari retrospective study, sehingga cofounding factors atau bias tidak bisa
dikendalikan. Faktor non-nutrisi seperti overhidrasi membuat status nutrisi sulit disimpulkan
karena mampu meningkatkan nilai albumin secara signifikan. 41 Penilaian serum albumin juga
membutuhkan waktu lama untuk menilai perubahan status nutrisi karena albumin memiliki
Cover

waktu paruh metabolik yang lama.36 Peneliti juga tidak bisa mengetahui secara pasti berapa
lama kelangsungan hidup yang diperoleh pasien well-nourished dibandingkan dengan
malnutrisi karena tiap literatur berbeda-beda.
Isi Artikel

5. Kesimpulan
Parameter albumin, BIA, dan BMI merupakan indikator yang dapat digunakan dalam
menilai status nutrisi, prognosis, luaran terapi, dan kelangsungan hidup pada pasien KNF.
Sebagian besar literatur merekomendasikan intervensi nutrisi sebelum pengobatan awal
diterima.  Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pasien dalam menghadapi efek
samping terapi yang diberikan sehingga luaran terapi dan kelangsungan hidup pasien akan
semakin membaik.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya bagaimana strategi
berbasis parameter malnutrisi dapat digunakan dengan baik dalam menentukan luaran pada
pasien KNF..
6. Conflicts of Interest
Penulis mendeklarasikan bahwa tidak terdapat konflik kepentingan.
7. Acknowledgment
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rudi Wisaksana, dr., Sp.PD-KPTI, Ph.D dan
Dr. Sri Yusnita Irda Sari, dr., M.Sc atas bimbingan selama proses penulisan artikel, serta Dr.
Prayudi Santoso, dr., SpPD-KP., M.Kes dan Yovita Hartantri, dr., Sp.PD-KPTI atas berbagai
saran dan masukan terhadap artikel berikut.
8. Daftar Pustaka (menggunakan gaya Vancouver)
1. Bernard WS, Christopher PW. World Cancer Report 2014.; 2014..
2. American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2016. Cancer Facts Fig 2016. 2016.
3. World Health Organization. Cancer. 2018.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Kanker Nasofaring. 2015.
5. Yousefi MS, Sharifi-Esfahani M, Pourgholam-Amiji N, et al. Nasopharyngeal cancer in
the world: incidence, mortality and risk factors. Biomed Res Ther. 2018.
6. World Health Organization. Indonesia Source GLOBOCAN 2018. Int Agency Res
Cancer. 2019.
7. Timmermann C. The Karnofsky scale and the history of quality of life measurements in
cancer trials. Chronic Illn. 2013.
Isi Artikel

8. Gorenc M, Kozjek NR, Strojan P. Malnutrition and cachexia in patients with head and
neck cancer treated with (chemo)radiotherapy. Reports Pract Oncol Radiother. 2015.
9. Duke Neurosciences - Lab 3: Cranial Nerve and Neuromodulatory Nuclei of the
Brainstem. 2020.
10. Małecka-Massalska T, Mlak R, Smolen A, Morshed K. Bioelectrical impedance phase
angle and subjective global assessment in detecting malnutrition among newly diagnosed
head and neck cancer patients. Eur Arch Oto-Rhino-Laryngology. 2016.
11. Zhang Y, Zhou GQ, Liu X, et al. Exploration and validation of C-reactive protein/
albumin ratio as a novel inflammation-based prognostic marker in nasopharyngeal
carcinoma. J Cancer. 2016.
12. Yanni A, Dequanter D, Lechien JR, et al. Malnutrition in head and neck cancer patients:
Impacts and indications of a prophylactic percutaneous endoscopic gastrostomy. Eur Ann
Otorhinolaryngol Head Neck Dis. 2019.
13. irungu CW, Oburra HO, Ochola B. Prevalence and Predictors of Malnutrition in
Nasopharyngeal Carcinoma. Clin Med Insights Ear, Nose Throat. 2015.
14. Susilawati NK, Kadriyan H, Sutirtayasa WP. The Relationship Between the Stage of
Nasopharyngeal Carcinoma With Anemia and Nutritional Status in West Nusa Tenggara
General Hospital. Int J Nasopharyngeal Carcinoma. 2020.
15. Shu Z, Zeng Z, Yu B, et al. Nutritional Status and Its Association With Radiation-Induced
Oral Mucositis in Patients With Nasopharyngeal Carcinoma During Radiotherapy: A
Prospective Study. Front Oncol. 2020.
16. Jin T, Li KX, Li PJ, et al. An evaluation of nutrition intervention during radiation therapy
in patients with locoregionally advanced nasopharyngeal carcinoma. Oncotarget. 2017.
17. Hoang BV, Tran TT, Nguyen D Van, Ngo DQ, Nguyen TH, Thi Y. Malnutrition risk of
patients with oral cavity cancer and other related factors at National Cancer Hospital
2018-2019. 2020.
18. Lundberg M, Nikander P, Tuomainen K, Orell-Kotikangas H, Mäkitie A. Bioelectrical
impedance analysis of head and neck cancer patients at presentation. Acta Otolaryngol.
2017
19. Lundberg M, Dickinson A, Nikander P, Orell H, Mäkitie A. Low-phase angle in body
composition measurements correlates with prolonged hospital stay in head and neck
Isi Artikel

cancer patients. Acta Otolaryngol. 2019.


20. Wulandari Y, Satyani M, Marino M, Manikam NRM. Body Mass Index And Survival
Rate in Nasopharyngeal Cancer Patient: An Evidence-based Case Report. World Nutr J.
2020.
21. Preedy VR, Patel VB. Handbook of Famine, Starvation, and Nutrient Deprivation: From
Biology to Policy.; 2019.
22. Di Renzo L, Marchetti M, Cioccoloni G, et al. Role of phase angle in the evaluation of
effect of an immuno-enhanced formula in post-surgical cancer patients: A randomized
clinical trial. Eur Rev Med Pharmacol Sci. 2019.
23. Kay NM, Abu Zaid Z, Rahman ZA, et al. Factors associated with malnutrition among
head and neck cancer in-patients before radiotherapy in National Cancer Institute,
Putrajaya. Malays J Nutr. 2020.
24. Ding H, Dou S, Ling Y, et al. Longitudinal Body Composition Changes and the
Importance of Fat-Free Mass Index in Locally Advanced Nasopharyngeal Carcinoma
Patients Undergoing Concurrent Chemoradiotherapy. Integr Cancer Ther. 2018.
25. Mulasi U, Kuchnia AJ, Cole AJ, Earthman CP. Bioimpedance at the bedside: Current
applications, limitations, and opportunities. Nutr Clin Pract. 2015.
26. Władysiuk MS, Mlak R, Morshed K, Surtel W, Brzozowska A, Małecka-Massalska T.
Bioelectrical impedance phase angle as a prognostic indicator of survival in head-and-
neck cancer. Curr Oncol. 2016.
27. Małecka-Massalska T, Mlak R, Smoleń A, Brzozowska A, Surtel W, Morshed K.
Capacitance of membrane as a prognostic indicator of survival in head and neck cancer.
PLoS One. 2016.
28. Büntzel J, Micke O, Kisters K, Büntzel J, Mücke R. Malnutrition and survival –
Bioimpedance data in head neck cancer patients. In Vivo (Brooklyn). 2019.
29. Axelsson L, Silander E, Bosaeus I, Hammerlid E. Bioelectrical phase angle at diagnosis as
a prognostic factor for survival in advanced head and neck cancer. Eur Arch Oto-Rhino-
Laryngology. 2018.
30. Mulasi U, Vock DM, Kuchnia AJ, et al. Malnutrition Identified by the Academy of
Nutrition and Dietetics and American Society for Parenteral and Enteral Nutrition
Consensus Criteria and Other Bedside Tools Is Highly Prevalent in a Sample of
Isi Artikel

Individuals Undergoing Treatment for Head and Neck Ca. J Parenter Enter Nutr. 2018.
31. Ouyang PY, Zhang LN, Tang J, et al. Evaluation of body mass index and survival of
nasopharyngeal carcinoma by propensity-matched analysis: An observational case-control
study. Med (United States). 2016.
32. Shen LJ, Chen C, Li BF, Gao J, Xia YF. High Weight Loss during Radiation Treatment
Changes the Prognosis in Under-/Normal Weight Nasopharyngeal Carcinoma Patients for
the Worse: A Retrospective Analysis of 2433 Cases. PLoS One. 2020.
33. Moon H, Roh JL, Lee SW, et al. Prognostic value of nutritional and hematologic markers
in head and neck squamous cell carcinoma treated by chemoradiotherapy. Radiother
Oncol. 2016.
34. Du XJ, Tang LL, Chen L, et al. Neoadjuvant chemotherapy in locally advanced
nasopharyngeal carcinoma: Defining high-risk patients who may benefit before concurrent
chemotherapy combined with intensity-modulated radiotherapy. Sci Rep. 2015.
35. Gao N, Yang RN, Meng Z, Wang WH. The prognostic value of C-reactive
protein/albumin ratio in nasopharyngeal carcinoma: A meta-analysis. Biosci Rep. 2018.
36. Yang H, Wang K, Liang Z, et al. Prognostic role of pre-treatment serum albumin in
patients with nasopharyngeal carcinoma: A meta-analysis and systematic review. Clin
Otolaryngol. 2020.
37. He SS, Wang Y, Chen HY, et al. C-reactive protein/albumin ratio (CAR) as a prognostic
factor in patients with non-metastatic nasopharyngeal carcinoma. J Cancer. 2016.
38. Zeng X, Liu G, Pan Y, Li Y. Prognostic Value of Clinical Biochemistry-Based Indexes in
Nasopharyngeal Carcinoma. Front Oncol. 2020.
39. Luma HN, Eloumou SAFB, Mboligong FN, Temfack E, Donfack OT, Doualla MS.
Malnutrition in patients admitted to the medical wards of the Douala General Hospital: A
cross-sectional study. BMC Res Notes. 2017.
40. Sun P, Chen C, Xia Y, et al. The Ratio of C-Reactive Protein/Albumin is a Novel
Inflammatory Predictor of Overall Survival in Cisplatin-Based Treated Patients with
Metastatic Nasopharyngeal Carcinoma. Dis Markers. 2017.
41. Leoncini E, Ricciardi W, Cadoni G, et al. Influence of pretreatment ideal body weight
percentile and albumin on prognosis of nasopharyngeal carcinoma: Long-term outcomes
of 512 patients from a single institution. Head Neck. 2020.
Isi Artikel

Anda mungkin juga menyukai