Parameter Malnutrisi Sebagai Parameter Luaran Terapi Pasien KNF
Parameter Malnutrisi Sebagai Parameter Luaran Terapi Pasien KNF
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDUNG
2018
PARAMETER MALNUTRISI SEBAGAI PREDIKTOR LUARAN PADA
KARSINOMA NASOFARING
PROPOSAL
Lembar ini untuk menyatakan bahwa kami telah memeriksa salinan proposal hasil
karya penulis dengan nama di atas dan menyatakan telah lengkap dan memuaskan
dalam segala aspek untuk diajukan dalam presentasi proposal.
Pembimbing II
PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular (PTM) atau yang juga dikenal dengan Non
Communicable Disease (NCD) merupakan penyebab utama dari 40,5 juta (72%)
kematian secara global pada tahun 2016. Salah satu jenis PTM yang sudah banyak
menyebabkan korban jiwa adalah kanker, pada tahun 2016 sekitar 4,5 juta korban
jantung secara global. Menurut WHO diperkirakan 9,6 juta jiwa meninggal pada
tahun 2018 akibat kanker dan sekitar 70% kematian terjadi pada negara miskin
nasofaring, yaitu area di belakang rongga hidung dan diatas tengkorak, yang
squamous.4 Terdapat 81% kasus baru KNF terjadi di Asia, sekitar 9% di Afrika,
6 penyebab kematian di Indonesia dengan jumlah korban 11,204 jiwa pada tahun
2018. Sedangkan kasus baru yang terjadi di Indonesia sekitar 17,992.6 Identifikasi
KNF pada tahap awal berpotensi untuk disembuhankan dan memiliki prognosis
yang baik, namun sayangnya 80% diagnosis KNF di Indonesia terjadi pada
Penurunan berat badan merupakan salah satu hal yang sering terjadi pada
kanker kepala leher terutama KNF sebelum atau sesudah dilakukannya terapi dan
sekitar 30-80% pasien kanker mengalami malnutrisi.7 Invasi tumor yang mengenai
beberapa saraf kranial, efek samping terapi KNF, dan peningkatan produksi
malnutrisi pada penderita kanker KNF.4 8 9 Hal tersebut akan berhubungan dengan
peningkatan angka kematian dan morbiditas serta kualitas hidup dan outcome
performans. Terdapat dua jenis status performans yang paling sering digunakan,
KPS dan ECOG dapat dijadikan parameter kualitas hidup penderita kanker
karena keduanya memliki nilai yang dapat dengan cepat terdeteksi untuk
berikut:
Hal ini disebabkan akibat terlambatnya diagnosis penyakit. Selain itu, komplikasi
pada saluran pencernaan, efek samping terapi, dan invasi KNF ke beberapa saraf
nutrisi melalui jalur oral sehingga banyak dari pasien KNF mengalami malnutrisi
dan akhirnya memiliki angka harapan hidup yang rendah. Pemeriksaan status
nutrisi menggunakan parameter BMI, albumin, dan BIA dapat dilakukan untuk
menentukan luaran dan mencegah terjadinya luaran yang buruk pada KNF dengan
Berdasarkan pemaparan diatas, rumusan masalah yang muncul dalam penilitan ini
antara lain:
nasofaring.
Dari hasil studi pustaka ini dapat diambil manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Ilmian/Teoritis
peneliti dan klinisi mengenai parameter malnutrisi sebagai prediktor luaran pada
dilihat dari bagian posterior choanae akan berhubungan dengan rongga hidung
dan secara posterior berhubungan dengan orofaring.11 Bagian atas dari nasofaring
terbentuk oleh tulang spenoid dan oksipital dan bagian bawahnya terbentuk oleh
tube yang dibatasi oleh torus tubarius dan reses faring (fossa of Rosenmüller)
Pada dinding posterior nasofaring terdiri dari otot superior pharyngeal constrictor
faringeal superior akan meluas hingga ke bagian superior dari dasar tulang kepala,
dan secara lateral ke bagian tulang temporal. Bagian lateral tersebut disebut juga
sebagai sinus Morgagni yang dilewati oleh pharyngotympanic tube dan levator
veli.12
hidung. Hidung akan membuka dan berhubungan dengan nasofaring melalui dua
Otot pada faring merupakan lapisan muscular yang seluruhnya terdiri dari otot
voluntary dengan lapisan otot longitudinal external dan lapisan circular, sehingga
faring mampu menjadi salah satu saluran pencernaan. Lapisan circular (CN X)
dari otot faring terdiri dari tiga konstriksi: superior, tengah, dan inferior.
Sedangkan otot internal longitudinal terdiri dari palatopharyngeus (CN X),
stylopharyngeus (CN IX), dan salpingopharyngeus (CN X). Semua otot tersebut
akan mengangkat laring dan memendekkan faring saat menelan dan berbicara. 12
Sehingga apabila terjadi invasi lokal yang mengenai persarafan tersebut dapat
inferior dari palatine tonsil. Tonsil tersebut juga menerima suplai dari arteri
Aliran vena dari vena external palatine (vena paratonsillar) akan menuju ke
pharyngeal venous plexus kemudian menuju vena internal jugular secara langsung
Jaringan limfoid yang berlimpah pada faring akan membentuk tonsillar ring
Saraf yang mensuplai faring (motor dan sensori) berasal dari pharyngeal
plexus of nerves. Saraf motor berasal dari saraf vagus (saraf kranial X), saraf
glosofaringeal, dan saraf simpatetik yang berasal dari cervical ganglion. Saraf
12 11
sensori pada pharyngeal plexus berasal dari saraf glosofaringeal.. Inervasi
afferent pada nasofaring berasal dari saraf trigeminal dan saraf glosofaringeal.
Saraf tonsil berasal dari tonsillar plexus of nerves yang terbentuk dari
sel hidup berupa nonkeratinized epithelium yang juga melapisi mulut, esofagus,
vagina, dan anal canal.14 Tonsil pada faring dibatasi oleh stratified squamous
ciliated epithelium.
2.2 Fisiologi Nasofaring
mulut melalui faring dan esofagus menuju lambung. Deglutisi terjadi melalui 3
tahap
esofagus. Pada bagian ini, saraf motor dan sensori akan menuju saraf recurrent
laryngeal.
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah keganasan pada kepala leher yang paling
sering ditemukan, menempati urutan keenam kanker yang paling banyak terjadi di
Indonesia.16 6
Karsinoma nasofaring merupakan karsinoma sel skuamosa yang
berkembang disekitar ostium tuba Eustachius pada dinding lateral nasofaring.
Penyakit ini awalnya dilaporkan pada tahun 1901 dan ditandai secara klinis pada
tahun 1922.17
disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV) karena pasien KNF ditandai dengan
adanya obstruksi nasal, epitaksis, dan sekitar 70% sudah bermetastasis ke cervical
lymph node. Pengobatan standarnya adalah radiotherapy. Sekitar 45% KNF akan
hilang setelah pengobatan selama 10 tahun, namun hal ini tetap dipengaruhi oleh
dengan sekitar 5% menjadi limfoma.11 Menurut WHO, KNF memiliki tiga tipe
c. Basaloid squamous cell carcinoma yang terdiri dari sel tumor yang
membentuk pola lobus dan palisade, terdiri dari large epithelial cells
dengan nuklues vascular bulat, nukleus yang prominent, dan batas sel
sekitar 75%.11
etnisitas, seperti antara etnis Asia dan bukan asia pada KNF.11
sebagian besar negara. Puncak kejadian pertana KNF muncul diantara usia 15 dan
25 tahun, sedangkan puncak kedua terjadi pada usia 50 dan 59 tahun. Apabila
dilihat per 100,000 jiwa selama setahun, Hongkong dan provinsi Guangdong di
China Selatan memiliki insiden tertinggi sebesar 2,69. Di Indonesia kasus ini
lebih banyak diderita oleh pria dengan kasus baru pada tahun 2018 mencapai
17.992 dan total kematiannya 11.204 jiwa.20 Penyebaran penyakit ini berdasarkan
masyarakan China Selatan akan ikan dan makanan diawetkan lainnya yang
KNF.11 17
Selain itu, konsumsi alkoloh, terpapar debu, asap, formalin, dan asap
pada daerah tersebut didominasi akibat faktor genetik dan lingkungan. Human
virus sehingga dapat memfasilitasi lisis antigen dengan sistem imun. 17 Namun
sebuah studi mengungkapkan bahwa haplotype HLA meliputi A2, B46, dan B17
dan inaktivasi dari kromosom 3p, 5p, 9p, 3q, 11q, 13q, 14q, dan 16q berkontribusi
Sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) dan Sitokrom P450 2A6 (CYP2A6) yang
disebabkan oleh EBV disebabkan akibat laten gen, laten membrane protein (LMP
1, 2A, dan 2B), dan antigen nuclear EBV (EBNA 1, 2, 3A, 3B dan 3C, dan
molekul HLA kelas II sebagai koreseptor. EBV mampu mengkode lebih dari 100
gen yang mampu menyebabkan sel virus immortal dan bertransformasi menjadi
mampu menyebabkan proliferasi dan mencegah apoptosis sel serta imortalisasi sel
B. LMP1 sering ditemukan pada lesi preinvasif KNF yang berhubungan dengan
perkembangan KNF dan prognosis buruk. LMP2 memiliki peran penting untuk
memediasi persistensi virus. EBNA1 dibutuhkan dalam replikasi dan
mampu mengaktivasi sel dan gen virus melalui ekspresi antigen sel B, CD21,
CD23, LMP1, dan LMP2. Keluarga EBNA3 akan mengkode protein nuklir
merupakan target utama sel T limfosit sitotoksik yang mampu mengeliminasi sel
EBNA2.17
MikroRNA virus (miRNA) muncul pertama kali setelah sel B secara laten
terinveksi EBV. Gene virus miRNA akan memberikan efek respon imun dan
onkogenesis. EBV mengkode beberapa miRNA dari dua transkrip utama yaitu
gen BHRF1 dan BARTS. Ekspresi miRNA BHRF1 tergantung pada jenis latensi
virus, sedangkan ekspresi miRNA BART ada pada semua bentuk latensi virus.
Pada bagian anterior sering terjadi perluasan dan infiltrasi tumor menuju
fosa hidung. Invasi pada dinding lateral fosa hidung dapat menyebabkan
pangkal tulang kepala, tulang pterygoid, sinus dan tulang sfenoid, apeks tulang
tengkorak kepala.21 Foramen laserum melalui sinus kavernosa dan fosa kranial
tengah memungkinkan tumor meginvasi saraf kranial II-VI.11 Sel tumor yang
dapat menginvasi hypoglossal nerve canal (saraf kranial XII), foramen jugular
tersebut dapat menyebabkan gangguan pada otot mastikasi (CN II), lidah sebagai
indra perasa (CN VI dan IX), pergerakan lidah (CN XII), dan menelan (CN X). 9
Sehingga dapat mempengaruhi asupan makan dari pasien KNF. Selain itu invasi
secara lateral dapat melibatkan otot levator dan otot tensor veli palatin, apabila
sudah parah dapat melibatkan otot pterigoid.11 Invasi tumor juga dapat melibatkan
pterygopalatine fossa yang merupakan penghubung antara tulang wajah dan otak,
sehingga invasi tumor dapat mencapai bagian orbital, rongga hidung, rongga
Sinus sfenoid sering menjadi lokasi invasi KNF karena berada tepat diatas
sfenoid terlebih dahulu. Sinus maksilaris jarang terkena kecuali invasinya sudah
menyebar ke rongga hidung, sinus sfenoid dan etmoid, dan tulang tengkorak
kepala.21
nodus ipsilateral dan sekitar 50% kasus mengalami penyebaran bilateral. Terdapat
dua jalur lymph collectors, di sepanjang sisi lateral dan posterior dinding faring.
Lateral lymph collector akan bermuara di nodus tingkat pertama yang meliputi
lateral nodus faring, jugulodigastrik atau nodus subdigastrik, dan nodus ke tiga,
empat, dan lima dari retrofaring. Sedangkan posterior lymph collector akan
supraklavikular.11
Metastasis jauh pada KNF terjadi hingga 18%-50%. Metastasis jauh sering
terjadi pada pasien dengan metastatis nodus leher, terutama pada bagian bawah
leher. Tulang, paru-paru, dan hati merupakan organ yang paling sering menjadi
dampak metastasis KNF. Metastasis paru-paru memiliki prognosis yang lebih baik
massa yang biasanya muncul di bagian atas leher, (2) massa pada nasofaring yang
ditandai dengan epistaksis, obstuksi nasal, dan cairan hidung, (3) erosi pangkal
tulang kepala dan kelumpuhan saraf kranial V dan VI akibat perluasan tumor
secara superior yang ditandai dengan sakit kepala, diplopia, sakit pada wajah, dan
mati rasa. Limfadenopati servikal terjadi sekitar 87% pada penderita KNF dengan
rata-rata massa yang terpalpasi berada di daerah leher bagian atas belakang dan
anastesi umum diperlukan untuk diagnosis apabila tumor tidak terlihat atau pasien
tidak bisa diajak berkerjasama. Untuk beberapa kasus, biopsi dilakukan secara
random pada daerah yang sering terjadi KNF seperti reses fariing (fossa of
menentukan adanya mestastasis KNF pada regional limfatik. Hal ini dapat
dilakukan sebelum biopsi nasofaring saat tumor tidak terdeteksi secara klinis.11
yang meliputi palpasi leher, pemeriksaan saraf kranial, perkusi dan auskultasi di
dada, palpasi abdomen untuk menentukan ada atau tidaknya keterlibatan hati pada
imaging) pada bagian kepala dan leher berguna untuk mengevaluasi erosi tumor
pada bagian dasar tulang kepala dan kemungkinan terdapatnya limfadenopati pada
antiviral capsid antigen (VCA) dan IgG anti-ealry antigen (EA) yang keduannya
sensitif untuk mendiagnosis KNF. Sekitar 90% pasien KNF yang tidak diobati di
California, Afrika Timur, dan Hong Kong memiliki titer IgA antibody yang
dijadikan tes skrining pada pasien yang beririsko tinggi terkena KNF sebelum
munculnya gejala. Tes dasar plasma EBV DNA dapat digunakan sebagai
kombinasi keduanya, dan terapi simptomatik akan disesuaikan dengan gejala dan
kondisi pasien. Penderita dengan status performans kurang baik atau menurun
berlebih.11 Teknik radiasi yang diberikan pada pengobatan KNF adalah teknik
brakhiterapi. Teknik IMRT telah menjadi standar terapi radiasi pada KNF dan
diindikasikan untuk tindakan booster tumor, kasus residif, dan pengganti tindakan
brakhiterapi.4
diberikan pada KNF T1N0M9 bersama dengan kemoterapi pada T1N1-3, T2-T4
definitif dan paliatif. Radiasi diberikan ke seluruh stadium (I, II, III, IV) pada
tumor leher dan kelenjar getah bening (KGB) leher dan supraklavikula. Radiasi
yang dapat diberikan berupa radiasi eksterna, radiasi intrakaviter, dan booster
sebagai tambahan. Dosis perfraksi diberikan 5 kali dalam seminggu untuk tumor
50); yaitu gross tumor volume (GTV), clinical target volume (CTV) dan planning
target volume (PTV). Proses simulator dapat dilakukan dengan CT-Scan atau
teknik IMRT, CTV dapat dibedakan menjadi gross disease, highr risk, atau low
risk. Teknik IMRT menunjukan dapat menurunkan toksisitas kronis pada KNF,
paliatif diberikan pada KNF yang sudah bermetastasis jauh seperti ke tulang.
Sehingga, tujuan dari pengobatan paliatif ini untuk meredakan gejala sehingga
meningkatkan kualitas hidup pasien. Target radiasi dengan tujuan paliatif dibagi
Keluhan yang biasa timbul saat menjalani terapi radiasi biasanya reaksi
akut pada mukosa mulut berupa nyeri saat mengunyah dan menelan. Untuk
mengurangi keluhan ini, dapat diberikan obat kumur yang mengandung antiseptik
dan adstringent serta obat yang mengandung anastesi lokal. Apabila terdapat
terapi sistemik pada KNF kasus rekuren atau metastatik adalah terapi kombinasi
35% dan sekitar 6,7% mengalami malnutrisi berat. Prevalensi kaheksia pada
kanker kepala leher termasuk KNF mencapai 67%. Apabila tidak ditangani,
malnutrisi dan kaheksia akan mempengaruhi respons terapi, kualitas hidup, dan
survival pasien. Efek samping yang diderita pasien akibat terapi biasanya berupa
mukositis, disgeusia, xerostomia, mual, muntah, dan diare. Kondisi tersebut dapat
KNF harus diberikan secara optimal. Tatalaksana nutrisi dimulai dari skrining,
diagnosis, serta tatalaksana umum atau khusus yang disesuaikan dengan kondisi
dan terapi yang dijalani pasien. Menurut European Partnership for Action Against
Cancer (EPAAC) dan The European Society for Clinical Nutrition and
gangguan nutrisi, gangguan asupan makanan, penurunan berat badan (BB), dan
penurunan indeks massa tubuh (IMT). Pada penderita KNF stadium lanjut,
disarankan untuk melakukan skrining rutin untuk menilai asupan nutrisi, berat
badan, dan IMT yang apabila berisiko akan dilakukan diagnosis lebih lanjut. 4
Terdapat beberapa syarat pasien kanker yang membutuhkan tatalaksana nutrisi
apabila IMT < 18,5 kg/m². Selain malnutrisi, terdapat kaheksia yang perlu
pasien yang menjalani radio dan atau kemoterapi karena pasien rentan mengalami
dehidrasi. Sehingga kebutuhan cairan dapat berubah sesuai dengan kondisi klinis
Apabila 5-7 hari asupan nutrisi kurang dari 60% dari kebutuhan,
oral dan enteral tidak memenuhi kebutuhan nutrisi pasien atau saluran cerna tidak
berfungsi normal seperti adanya perdarahan masif saluran cerna, diare berat,
obstruksi usus total atau mekanik, dan malabsorpsi berat. 4 Pada KNF, pasien
topikal, analgesik, pembersih mulut, obat kumur, dan pada kasus yang berat
antidiare, suplementasi serat dan hidrasi melalui oral dan intravena (IV)
laksastif
penyintas perlu mendapatkan edukasi dan terapi gizi untuk meningkatkan kualitas
kaheksia, namun tidak memberikan efek dalam peningkatan massa otot dan
merupakan antagonis reseptor 5-HT3 yang dapat memperbaiki selera makan dan
meningkatkan aktivitas fisik pada pasien kanker selama dan setelah pengobatan
pemeriksaan fisik. Tahun pertama dilakukan kontrol rutin setiap 1-3 bulan,
kemudian pada tahun kedua setiap 2-6 bulan, tahun ke 3-5 lakukan kontrol setiap
4-8 bulan, sedangkan di atas tahun ke 4 lakukan kontrol setiap 12 bulan. Kontrol
rutin imaging terapi kuratif meliputi MRI dan bone scan dilakukan minimal 3
dengan CT scan untuk melihat respon kemoterapi dan bone scan untuk melihat
pada siklus ke 2-3 respon pengobatan akan dilakukan evaluasi, karena satu siklus
saja belum cukup untuk melihat efektivitas dari respon terapi. Ketika saat
atau diganti dengan obat berbeda. Namun apabila tumor menyusut atau stabil,
kemoterapi tambahan akan diberikan selama responnya terjaga dan toksisitas dari
dalam keadaan sakit marker tumor sesudah lebih baik tapi masih belum
peningkatan penyakit
Terapi radiasi dengan teknik IMRT merupakan pilihan terapi pertama untuk
kanker nasofaring, hal ini disebabkan karena lokasi anatomis dan sensitivitas
nasofaring terhadap terapi radiasi. Secara histologi, respon terapi dapat terlihat
secara optimal 12 minggu seterah RT. Pada praktik klinis, magnetic resonance
imaging (MRI) biasa digunakan untk melihat respon tumor terhadap RT atau
CRT. Penelitian menunjukan pasien KNF yang mencapai complete response lebih
atau kurang dari 6-9 bulan akan memiliki overall survival, locoregional failure-
free survival (LRFFS), dan failure free survival (FFS) lebih baik dibandingkan
dengan pasien yang sama sekali tidak pernah mencapai complete response.25
(CCRT) atau hanya CCRT pada pasien dengan FFS buruk direkomendasikan pada
(LANPC). Analisis lain menunjukan bahwa terapi ICT sebanyak 9,1% mampu
memberikat respon tumor yang buruk atau stable disease dan sekitar 11,3%
menghasilkan respon komplit. Hal ini dipengaruhi oleh vaskularisasi tumor serta
tidak dapat memprediksi secara pasti apa yang akan terjadi pada kasus tertentu.
End Result (SEER) pada tahun 2009-2015, tingkat kelangsungan hidup penderita
KNF sekitar 82% pada KNF dengan invasi lokal, 73% pada KNF dengan
penderita, dan intervensi terapi. Faktor prognostik pada KNF meliputi invasi
lokal, pesebaran limfatik, dan metastasis jauh yang dinilai dengan TNM staging.17
hidup pasien sejak pertama kali terdiagnosis atau terapi kanker dimulai.
Dalam overall survival (OS), uji klinis dapat dilakukan untuk mengetahui
seberapa baik terapi baru dapat bekerja.27 Terapi pada penderita kanker
waktu dari setelah pengobatan kanker pertama kali tanpa adanya gejala
seberapa baik terapi bekerja.29 Penderita kanker yang bergizi baik akan
akan lebih sering untuk kambuh dan dosis kemoterapi perlu dikurangi dari
membedakan satu tumor dengan jenis lainnya atau dengan bagian yang normal
dan marker prognosis yang berhubungan dengan klinis tumor dan prediksi
outcome setelah perawatan. Plasma atau serum EBV DNA telah terbukti secara
klinis mampu digunakan sebagai deteksi dini, pemantauan, dan penentu prognosis
KNF. Antibody protein EBV dapat terdeteksi pada premalignant (preinvasif) lesi
terhadap antigen EBV, menunjukan bahwa pasien dengan titer AADC rendah
(EBNA-1) pada sel darah perifer penderita KNF merupakan biomarker dalam
pasien KNF akan meningkat seiring peningkatan stadium kanker. Terdapat serum
hidup dan respon terhadap radiasi. Selain itu, usia, jenis kelamin, latar belakang
etnis, anemia, penurunan berat badan, dan status performans mempengaruhi faktor
Apabila terjadi kekurangan nutrisi akan mengacu kepada kekurangan kalori dan
organ, supresi sistem imun, dan penurunan jumlah limfosit sehingga akan
asupan nutrisi. Istilah malnutrisi mencakup dua arti besar, kurang gizi atau
undernutrition dan overweight atau kelebihan berat badan. Kurang gizi meliputi
stunting atau tinggi badan rendah dibandingkan dengan usianya, wasting atau
rendahnya berat badan bila dibandingkan dengan usia dan kekurangan nutrisi
mikro seperti vitamin dan mineral.33 Malnutrisi diklasifikasikan menjadi akut dan
waktu dekat dan ditandai dengan berat badan dan tinggi yang kurang pada anak-
makanan dalam waktu lama ditandai dengan tinggi pendek (stunting). Malnutrisi
Saat ini terdapat beberapa alat skrining yang digunakan untuk mengetahui
risiko malnutrisi dengan variabel yang hampir sama meliputi: antropometri (BMI,
lingkar betis, lingkar lengan, dan lipatan kulit triceps), komposisi tubuh (massa
lemak bebas dan massa lemak), penurunan berat badan, anoreksia, tanda-tanda
indikator biokimia (protein viseral dan tanda inflamasi), dan tingkat keparahan
penyakit yang diderita.35 Malnutrisi juga ditandai dengan akumulasi cairan dan
energi untuk tubuh akibat malabsorpsi atau asupan makanan yang tidak memadai
disgeusia, disfagia, efek samping terapi, inflamasi ringan hingga berat yang
Status nutrisi yang baik akan beruhubungan dengan kualitas hidup yang baik serta
monosit, dan neutrophil pada endothelium pembuluh darah yang diikuti dengan
Respon inflamasi tersebut dikategorikan menjadi fase ebb dan fase flow
proinflamasi. Fase ebb terjadi 24-48 jam setelah gangguan, ditandai dengan
oksigen, suhu tubuh, dan meningkatnya glukagon, katekolamin, dan asam lemak
menyebabkan malnutrisi. Respon proinflamasi fase ebb dan flow terhadap infeksi
imun tidak akan mampu untuk membasmi patogen, kemudian inang akan semakin
rasa. Oleh sebab itu, supaya tidak menganggu pengobatan kemoradiasi diperlukan
adanya intervensi nutrisi untuk mempertahankan status nutrisi pasien KNF dengan
penurunan berat badan atau BMI, gangguan terapi radiasi, hospitalisasi yang tidak
KNF serta menurunkan biaya pengobatan dan kualitas hidup pasien dan
suplemen nutrisi oral dapat digunakan sebagai intervensi nutrisi pada pasien KNF
proses makan atau menelan, nutrisi enteral dapat diberikan melalui tabung
Selain itu, PEG memililki biaya lebih mahal 10 kali dibandingkan dengan NGT.42
Pasien yang tidak bisa diberikan asupan nutrisi melalui enteral karena terdapat
oral dan enteral, tidak terindikasi untuk melakukan terapi radikal, memiliki
keadaan fisik dan mental yang baik, memiliki harapan hidup 3 bulan atau lebih.
tepat.45
stadium lanjut. Tumor tersebut mampu meluas hingga ke beberapa foramen yang
berada pada dasar tengkorak bahkan ke bagian atas menuju sinus kavernosa.
Maka sebab itu, tumor tersebut mampu menekan CN II-VI yang dapat
(kelumpuham saraf kranial bagian atas). Selain itu tumor mampu menekan CN
hemiglossal (saraf kranial bagian bawah). CCRT dan RT merupakan pilihan terapi
massa otot rangka berkelanjutan dengan atau tanpa kehilangan lemak disertai
dengan anoreksia, kelemahan, dan kelelahan. Kanker kaheksia tidak dapat
kehilangan fungsi otot rangka, dan peningkatan lipolisis. Kaheksia tidak selalu
muncul pada pasien malnutrisi, tapi semua pasien kaheksia pasti mengalami
expenditure.
rendah (klasifikasi WHO 3 atau 4), dan harapan hidup <3 bulan.8
Progresi dari kanker kaheksia berbeda setiap individu karena dipengaruhi oleh
asupan makanan, ada atau tidaknya inflamasi sistemik, tipe kanker, dan respon
terhadap terapi anti kanker.8 Kanker kaheksia berhubungan dengan toleransi terapi
antitumor yang buruk serta penurunan kualitas dan kelangsungan hidup. Gejala
yang ditimbulkan akibat kanker kaheksia disebabkan karena perubahan
buruk (nilai 3 dan 4 berdasarkan klasifikasi WHO) dan harapan hidup lebih
pendek (kurang dari 3 bulan). Hilangnya fungsi otot rangka pada pasien kaheksia
protein.8
badan, inflamasi sistemik, dan level hemoglobin. Hubungan tersebut dapat terjadi
melalui mekanisme sitokin yang muncul akibat interaksi antara sel tumor dengan
kelangsungan hidup sel darah merah menurun, supresi sel progenitor eritroid,
gangguan penggunaan zat besi, dan produksi eritropoietin yang tidak adekuat.8
Sebenarnya tidak ada rencana perawatan khusus yang diberikan untuk kanker
kaheksia, maka dari itu fokus terapinya meliputi terapi antitumor, intervensi
fungsi otot pada pasien kaheksia dapat diobati dengan steroid dan non-steroidal
androgens yang mampu menstimulasi pertumbuhan otot dan nafsu makan. NSAID
sebagai antikanker dan anti kaheksia dengan cara menghambat produksi sitokin
dan TNFα.47 Antiemetik atau prokinetik digunakan untuk terapi mual dan muntah
disesuaikan dengan status performans pasien dapat memelihara kekuatan otot dan
mencegah kehilangan berat badan dan massa tubuh tanpa lemak lebih lanjut serta
meningkatkan nafsu makan dan kualitas hidup. Kenaikan berat badan bukan
tujuan utama dari terapi karena pada banyak pasien hal tersebut tidak masuk
akal.47
dalam waktu ≤12 bulan atau IMT<20 kg/m² disertai dengan penurunan otot,
farmakologi, dan aktifitas fisik. Perhitungan energi pada pasien kanker dapat
chain amino acids (BCAA). Penelitian yang dilakukan Le Bricon pada penderita
kanker yang diberikan suplementasi BCAA secara oral sebanyak 3 kali 4,8 g/hari
sumber asam lemak omega-3, seperti minyak dari ikan salmon, tuna, makarel,
ikan teri, ikan kembung dan ikan lele. Pemberian asam lemak omega-3 atau
minyak ikan berfungsi untuk meningkatkan selera dan asupan makan, massa otot,
biaya medis langsung meliputi total biaya yang dikeluarkan untuk perawatan
kesehatan dan biaya tidak langsung seperti kehilangan pendapatan karena tidak
mampu untuk bekerja. Pada tahun 2015 The Agency for Healthcare Reseaech and
memperkirakan bahwa penderita kanker kehilangan lebih dari $94 milyar karena
2030 sekitar $535 USD. Asia Tenggara, Asia Timur, dan Oseania akan
mengalami kerugian produk domestik bruto terbesar sekitar $180 miliar USD
sedangkan Asia Tenggara akan kehilangan $133 miliar USD. Beban kematian
pada kanker kepala leher meningkat pada negara berpenghasilan rendah dan
dan Pakistan pada tahun 2010 sekitar $16,9 miliar USD. Estimasi beban ekonomi
penderita KNF pada tahun 2030 mencapai $71 hingga $146 miliar USD.49
aktifitas dan kebutuhan fisik dasar dalam menghadapi penyakit. Terdapat dua
jenis status performans yang paling sering digunakan yaitu Eastern Cooperative
Oncology Group (ECOG PS) dan Karnofsky Performance Scale (KPS). Status
fungsi aktual pasien, dan kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri dan
performans sebelum dan sesudah terpapar dari terapi tertentu, serta mengetahui
prognosis dari pasien tersebut.48 Selain itu, nilai dari status performans banyak
atau perawatan paliatif.48 Pasien dengan status performans yang rendah, akan
memiliki risiko toksisitas chemotherapy dan hasil keluaran buruk lebih tinggi.10
Penempatan nilai status performans yang sesuai penting untuk keputusan medis.
Karnofsky Performance Status (KPS) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1949 oleh David A. Karnofsky dan Joseph Burchenal dalam sebuah artikel dalam
komprehensif untuk mengukur status fungsional dari pasien, mulai dari 0 (mati)
dan 100 (berfungsi secara normal). KPS pertama kali digunakan pada pasien
lainnya untuk Eastern Cooperative Oncology Group pada tahun 1955. Berbeda
dengan KPS, ECOG memiliki penilaian yang lebih mudah karena memiliki
jumlah klasifikasi yang lebih sedikit yaitu 6 point dengan skala mulai dari 0 yang
menandakan tidak ada bukti adanya penyakit atau sepenuhnya aktif hingga 5 yang
menunjukan kematian.50 48
ECOG disahkan oleh WHO pada tahun 1979.
Awalnya, para inventors tidak memahami bahwa skala ini merupakan alat untuk
sporadis pada tahun 1950-1960. Baru mulai pada tahun 1970an digunakan untuk
mengetahui kualitas hidup setiap orang.48 Antara KPS dan ECOG sebenarnya
tidak ada yang lebih unggul satu sama lain. Namun, karena KPS terdiri dari 11
klasifikasi sedangkan ECOG hanya 6 klasifikasi, hal ini membuat KPS dianggap
skor minimal 3. Rekomendasi ini berdasarkan penilitian pada tahun 1980, bahwa
kemoterapi yang diberikan pada pasien dengan status performans rendah akan
menghasilkan respons yang buruk, tingkat bahaya yang tinggi, dan kelangsungan
pada pasien kanker. Hal ini disebabkan karena malnutrisi melibatkan penurunan
fungsi otot yang dapat berdampak pada keseluruhan fungsi fisik pasien sehingga
perawatan secara mandiri. Selain itu, sebagian besar pasien kanker dengan
kulit triceps, dan lingkar lengan tengah secara rutin digunakan untuk mengetahui
status nutrisi karena faktor biaya dan mudah dilakukan. 58 Massa otot merupakan
penghubung antara malnutrisi dengan performans fisik.59 Pada malnutrisi kronik,
jaringan adipose digunakan untuk sumber energi utama dan asam amino
terjadinya katabolisme protein otot. Hal ini mampu menganggu fungsi dari
kekuatan otot yang dapat terlihat melalui test kinerja fisik. Peralihan sumber
energi yang diarahkan menuju otak berfungsi sebagai kompensasi saraf untuk
Gangguan pada performans fisik akan berhubungan dengan prognosis yang buruk,
kelangsungan hidup yang pendek. Pasien dengan PS ECOG 1atau 2 lebih banyak