Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus golongan retroviridae yang
merusak sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi. Pada pertengahan tahun 1980-an,
HIV diidentifikasi sebagai agen penyebab dari Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). 1
Sedangkan AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah suatu penyakit retrovirus
yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi
oportunistik neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis.2 HIV/AIDS ini merupakan
masalah yang terbilang serius di abad ke-20. WHO menempatkan HIV/AIDS pada posisi
keenam penyebab kematian terbanyak di dunia pada tahun 2012. Selain itu, WHO juga
menyatakan bahwa hingga tahun 2014 terdapat sekitar 36,9 juta orang di dunia mengidap
HIV/AIDS. 3 Ironisnya, UNAIDS Report melaporkan bahwa terdapat 19 juta orang dari 35 juta
orang pengidap HIV/AIDS yang tidak mengetahui bahwa diri mereka adalah penderita.4

Menurut Ditjen PP & PL Kemenkes RI, angka kumulatif penderita HIV/AIDS dari tahun
1987 hingga 2014 di Indonesia mencapai angka 150.296 orang untuk penderita HIV, 55.799
orang untuk penderita AIDS, dan 9.796 orang telah meninggal akibat HIV/AIDS. Proporsi
terbesar kasus HIV/AIDS ini terdapat pada golongan umur 20-29 tahun dengan 18.352 kasus,
yang mana merupakan golongan umur remaja dan dewasa muda. Di Jakarta sendiri, terdapat
32.782 penderita HIV dan 7.477 penderita AIDS pada tahun 2014. Angka tersebut membuat DKI
Jakarta menjadi provinsi dengan angka penderita HIV/AIDS terbanyak di Indonesia.5

Selain itu, pada tahun 2014, terdapat suatu penelitian yang berjudul “Estimasi dan
Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia”. Pada penelitian ini dinyatakan bahwa pada populasi dengan
golongan umur 15-49 tahun, infeksi HIV baru yang pada tahun 2011 hanya berjumlah 68.307
orang dan kematian akibat AIDS yang hanya berjumlah 22.180 orang akan meningkat drastis
jumlahnya pada tahun 2016 menjadi 90.915 orang untuk infeksi HIV baru dan 40.349 orang
untuk kematian akibat AIDS.6
Satu dari setiap 5 orang yang terinfeksi HIV berusia dibawah 25 tahun. Bahkan pada
tahun 2011, sekitar 18% dari seluruh penderita HIV di Indonesia berasal dari golongan umur 15-
24 tahun. Faktor yang berperan besar dalam besarnya angka kejadian infeksi HIV dikarenakan
kurangnya pengetahuan mengenai hal ini. Pada tahun 2010 dinyatakan bahwa sekitar 42% dari
jumlah penduduk usia di atas 15 tahun belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS.7

Disamping kurangnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS, remaja Indonesia belakangan


ini mempunyai toleransi yang tinggi terhadap gaya hidup seksual pra-nikah. Menurut survei
Riskesdas pada tahun 2010, sekitar 1% anak laki-laki dan 4% anak perempuan dilaporkan telah
melakukan hubungan seksual sebelum usia 13 tahun. Beberapa dari mereka bahkan ada yang
melakukan hal tersebut sebelum berusia 10 tahun. Ketika mereka berusia 17 tahun, sekitar
sepertiga dari populasi orang muda sudah melakukan hubungan seksual minimal 1 kali.
Parahnya, 49% siswa Sekolah Menengah Atas yang ikut serta dalam penelitian pada tahun 2011
menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.7

Selain gaya hidup seksual pra-nikah yang tinggi, narkoba suntikan juga menjadi salah
satu penyebab utama dalam penyebaran AIDS. BNN menyatakan bahwa angka pengguna
narkoba suntik pada tahun 2014 di kalangan pelajar dan mahasiswa di Jakarta sebesar 88.500
orang dan diprediksikan pada tahun 2019 akan menjadi sekitar 107.600 orang. 8 Selain itu, pada
tahun 2013 juga tercatat bahwa terdapat 5.608 kasus baru AIDS pada pengguna narkoba suntik
dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat dikarenakan muncul berbagai pengguna suntik
baru yang memakai jenis obat suntik yang berbeda.9

Pada salah satu negara di Afrika, lebih tepatnya di Uganda, dilakukan upaya pencegahan
sedini mungkin terhadap penduduk melalui program sosialisasi pendidikan dengan menggunakan
strategi ABC, yaitu “Abstinence, Be faithful, Use a Condom”. Hasil sosialisasi tersebut berhasil
menurunkan angka prevalensi HIV/AIDS dari 18% pada tahun 1990an menjadi 6,4% pada tahun
2006. Bahkan The Ugandan President’s Initiative for AIDS Communication to Youth (PIASCY),
mewajibkan setiap sekolah untuk menjadikan materi HIV/AIDS dan seksualitas sebagai bagian
dari kurikulum pembelajaran.10

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas seksual pada kaum
remaja, tidak diiringi tentang pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk
HIV/AIDS. Hal tersebut menjadi motivasi bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul
“Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas IX SMPK Santo Paulus
Jakarta tahun 2015.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah, “Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas IX di
SMPK Santo Paulus Jakarta?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas IX SMPK
Santo Paulus Jakarta.
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas IX SMPK
Santo Paulus Jakarta pada kategori baik.
b) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas IX SMPK
Santo Paulus Jakarta pada kategori cukup.
c) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas IX SMPK
Santo Paulus Jakarta pada kategori kurang.
d) Mengetahui upaya yang telah dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
mengenai tingkat pengetahuan HIV/AIDS pada remaja.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan ajang bagi peneliti untuk dapat menambah wawasan dan
mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan.
3. Bagi institusi
a) SMPK Santo Paulus Jakarta
Hasil dari penelitian ini merupakan data konkrit yang dapat digunakan sebagai tolak
ukur dari tingkat pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS agar dapat bekerja sama
dengan institusi kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS.
b) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta dapat digunakan
sebagai bahan referensi dan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya

Anda mungkin juga menyukai