Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi

Pengetahuan (Knowledge) diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan

sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan

pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni : 1). Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut

menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2). Interest, yakni

orang yang mulai tertarik pada stimulus. 3). Evaluation, menimbang-nimbang baik

dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4). Trial ,orang yang telah mencoba

perilaku baru. 5). Adoption,yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.11

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang

berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan : 11

5
a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut

(Notoatmodjo. 2010.hlm. 27-28).

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui

tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,

dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah

6
sampai pada tingkat Universitas Sumatera Utara analisis adalah apabila orang

tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram

(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :12

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

7
Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai

baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat

kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-

ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.

Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan

dewasa.

d. Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada

akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

e. Pengalaman

8
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang

akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam

emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat

sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2 Remaja

2.2.1 Definisi Remaja

Remaja (adolescent) adalah individu yang berkembang dari saat pertama kali

ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa, dan individu yang mengalami

peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menjadi suatu kemandirian. 13 Rentang

9
usia individu sebagai remaja berbeda-beda. Tetapi secara universal bisa dibilang

bahwa penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum

menikah.14

2.2.2 Masalah Kesehatan pada Remaja

Masalah kesehatan yang terdapat pada remaja adalah sebagai berikut :15

a. Kehamilan dan persalinan dini

Sekitar 16 juta anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun melahirkan setiap

tahun – sekitar 11% dari semua kelahiran di seluruh dunia. Resiko kematian dari

penyebab yang berhubungan dengan kehamilan jauh lebih tinggi untuk remaja

daripada wanita yang lebih tua. Semakin muda seseorang, semakin besar risikonya. 

b. HIV

Usia 15-24 tahun menyumbang 40% perkiraan dari semua infeksi HIV baru di

kalangan orang dewasa di seluruh dunia pada tahun 2008. Setiap hari, 2.500 lebih

remaja terinfeksi dan secara global ada lebih dari 5,7 juta orang muda yang hidup

dengan HIV / AIDS. 

c. Malnutrisi

10
Banyak anak laki-laki dan perempuan di negara berkembang masuk remaja

kekurangan gizi, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan kematian dini.

Sebaliknya, kelebihan berat badan dan obesitas semakin meningkat di kalangan

remaja di negara-negara yang berpenghasilan rendah maupun tinggi.

d. Kesehatan Mental

Dalam setiap tahun tertentu, sekitar 20% dari remaja akan mengalami masalah

kesehatan mental, yang paling sering depresi atau kecemasan. Risiko meningkat oleh

pengalaman kekerasan, penghinaan, kemiskinan, dan bunuh diri yang merupakan

salah satu penyebab utama kematian pada orang muda.

e. Penggunaan Tembakau dan Rokok

Sebagian besar pengguna tembakau di seluruh dunia dimulai ketika mereka

remaja. Hari ini merupakan 150 juta orang muda penggunaan tembakau. Jumlah ini

meningkat secara global, khususnya di kalangan wanita muda.

f. Bahaya penggunaan alkohol

Bahaya alkohol di kalangan kaum muda menyebabkan peningkatan kekhawatiran

di banyak negara. Hal ini mengurangi kontrol diri dan meningkatkan perilaku

berisiko. Ini merupakan penyebab utama dari cedera (termasuk yang disebabkan oleh

11
kecelakaan lalu lintas jalan), kekerasan (terutama kekerasan domestik) dan kematian

prematur. 

g. Kekerasan

Kekerasan adalah salah satu penyebab utama kematian di kalangan remaja,

terutama laki-laki.

h. Trauma

Trauma yang tidak disengaja adalah penyebab utama kematian dan cacat di antara

anak remaja. Trauma yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas menyebabkan

tereggutnya sekitar 1000 nyawasetiap harinya. 

2.3 HIV/AIDS

2.3.1 Definisi HIV/AIDS 16

a. Virus HIV

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang

menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel

CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.

b. Penyakit AIDS

12
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang

merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh

makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya

sistem kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak

dirusak oleh virus HIV.

2.3.2 Epidemiologi HIV/AIDS

Infeksi HIV/AIDS saat ini telah mengenai semua golongan masyarakat, baik

kelompok risiko tinggi maupun masyarakat umum. Jika pada awalnya, sebagian besar

ODHA berasal dari kelompok homoseksual maka kini telah terjadi pergeseran

dimana persentase penularan secara heteroseksual dan pengguna narkotika semakin

meningkat. Beberapa bayi yang terbukti tertular HIV dari ibunya menunjukkan tahap

yang lebih lanjut dari tahap penularan heteroseksual. 22

Sampai dengan akhir Maret 2005 tercatat 6.789 kasus HIV/AIDS yang

dilaporkan. Jumlah itu tentu masih sangat jauh dari jumlah sebenarnya. Depkes RI

pada tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV

adalah antara 90.000-130.000 orang. 22

Jumlah pekerja seks di Tanjung Balai Karimun menunjukkan peningkatan

yaitu dari 1% pada tahun 1995/1996 menjadi lebih dari 8,38% pada tahun 2000.

Selain itu, survey yang dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan angka infeksi HIV

13
yang cukup tinggi di lingkungan PSK di Merauke yaitu 5-26,5%, 3,36% di Jakarta

Utara, dan 5,5% di Jawa Barat. 22

Peningkatan HIV yang semakin nyata terjadi pada pengguna narkotika.

Padahal sebagian besar ODHA yang merupakan pengguna narkotika adalah remaja

dan usia dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. 22

Survei yang dilakukan di RS Ketergantungan Obat di Jakarta menunjukkan

peningkatan kasus infeksi HIV pada pengguna narkotika yang sedang menjalani

rehabilitasi yaitu 15% pada tahun 1999, meningkat cepat menjadi 40,8% pada tahun

2000, dan 47,9% pada tahun 2001. Bahkan suatu survei di Jakarta Pusat yang

dilakukan oleh Yayasan Pelita Ilmu menunjukkan 93% pengguna narkotika terinfeksi

HIV. 22

Pada narapidana, suatu survei cross sectional di penjara narkotika di

Bandung, memperlihatkan prevalensi HIV pada warga binaan yang 10 kali lipat lebih

tinggi dibandingkan angka nasional. 22

Survei yang dilakukan pada tahun 1999-2000 pada beberapa klinik KB,

puskesmas, dan rumah sakit di Jakarta yang dipilih secara acak menemukan bahwa 6

(1,12%) ibu hamil dari 537 orang yang bersedia menjalani tes HIV ternyata positif

terinfeksi HIV.22

14
2.3.3 Etiologi HIV/AIDS

HIV adalah suatu virus yang termasuk famili Retrovirus dan merupakan

subfamili Lentivirus. Memiliki diameter sebesar 90-120 nm.17 Retrovirus, disebut

demikian karena genom RNA mentranskrip DNA ke sel menggunakan bantuan enzim

reverse transcriptase (RT), sehingga mampu mengubah RNA menjadi DNA. Hasil

transkrip DNA intermediit atau provirus yang terbentuk kemudian memasuki inti

melalui bantuan enzim integrase dan berintegrasi di dalam kromosom.18

HIV sebagai penyebab AIDS pertama diketahui pada tahun 1983, ketika

Barre-Sinoussi dari Institut Pasteur menemukan virus yang memiliki aktivitas RT dari

pembuluh limfe seorang laki- laki pengidap limfadenopati persisten generalisata

(PGL). Peneliti dari Institute Pasteur menduga bahwa human T cell

lymphotropic/leukemia virus (HTLV) sebagai pemicu AIDS.18

15
Gambar 2.3.3.1 Struktur HIV19

Montagnier dan kawan-kawan melakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengklarifikasi penyebab pembesaran kelenjar limfe generalisata adalah HTLV,

kemudian disebut Lymphadenopaty Associated Virus (LAV). Pada evaluasi lebih

lanjut diketahui bahwa LAV merupakan retrovirus yang terkait dengan sindroma

semacam AIDS. Pada akhir penelitian dipastikan bahwa penyebab AIDS adalah

HIV.18

Pada proses infeksi glikoprotein 120 (gp120) pada amplop HIV berikatan

dengan molekul CD4 pada permukaan limfosit, ikatan diperkuat oleh peran CXCR4

dan CCR5. Proses selanjutnya terjadi fusi kedua membrane atas dukungan dan peran

glikoprotein 41 (gp41). HIV dengan bantuan enzim reverse transcriptase mengubah

RNA menjadi DNA. DNA kemudian berintegrasi ke DNA genom host, menjadi laten

dalam waktu lama. Stimulasi terhadap limfosit T atau makrofag dapat mengaktifkan

replikasi HIV melalui peningkatan aktivitas NFkB dimer dalam sel dan berikatan

pada daerah peningkatan sekuen consensus HIV. Sitokin proinflamasi seperti TNF- α

cenderung mempercepat peningkatan replikasi HIV.18

2.3.4 Patogenesis HIV/AIDS

Infeksi HIV memiliki 2 sasaran utama yaitu sistem imun dan sistem saraf

pusat.

A. Sistem Imun

16
 Molekul CD4+ merupakan suatu reseptor untuk HIV yang berafinitas

tinggi. Hal ini menjelaskan mengenai kecondongan selektif virus

terhadap sel T CD4+ dan kemampuannya menginfeksi sel CD4+ lain,

terutama makrofag dan sel dendrit. Namun, dengan berikatan pada

CD4 tidak cukup untuk menimbulkan infeksi. Selubung gp120 HIV

juga harus berikatan pada molekul perrmukaan sel lainnya.

(koreseptor) untuk memudahkan masuknya sel. Peranan ini dimainkan

oleh dua molekul reseptor dua molekul reseptor kemokin permukaan

sel, CCR5 dan CXCR4. Selubung gp120 mula-mula berikatan pada

molekul CD4. Ikatan ini menyebabkan perubahan structural yang

membuka suatu lokasi pengenalan baru pada gp120 untuk koreseptor

CXCR4 atau CCR5. Kemudian gp41 akan mengalami perubahan

konformasional yang memungkinkan masuknya rangkaian peptida

gp41 ke dalam membran target sehingga memudahkan fusi sel virus.

Setelah terjadi fusi, inti virus yang mengandung genom HIV

memasuki sitoplasma sel. Koreseptor merupakan komponen penting

pada proses infeksi HIV. Oleh karena itu, kemokin dapat bersaing

dengan virus untuk berikatan dengan reseptornya, dan kadar kemoki

dalam lingkungan mikro yang mengelilingi HIV dan sel targetnya

dapat memengaruhi efisiensi infeksi virus in vivo.2

17
 Infeksi HIV ditandai oleh hilangnya sel CD4+ yang terus menerus,

dan pada akhirnya terkuras dari darah perifer. Telah diperkirakan

bahwa kira-kira ada 100 miliar partikel virus baru yang dihasilkan

setiap hari, dan 1-2 miliar sel T CD4+ yang mati setiap hari.

Akibatnya, dapat diperkirakan bahwa infeksi produktif sel T

merupakan mekanisme terjadinya deplesi sel T CD4+ akibat infeksi

HIV. Namun, pasien HIV mempunyai sangat sedikit sel T yang

terinfeksi secara produktif, dan angka kehilangan sel CD4+ tampaknya

rendah, setidaknya pada awal perjalanan penyakit.2

 Sebagian besar makrofag yang terinfeksi HIV ditemukan dalam

jaringan dan bukan dalam darah perifer. Makrofag disebut sebagai

“penjaga gerbang” HIV dikarenakan selain memberikan jalan masuk

untuk penularan awal, makrofag dan juga monosit merupakan

reservoir dan “pabrik” virus, yang hasil keluarannya tetap sangat

terlindungi dari pertahanan pejamu. Makrofag juga menyediakan suatu

kendaraan untuk pengangkutan HIV menuju berbagai tempat pada

tubuh, khususnya sistem saraf. Akhirnya, pada infeksi HIV tahap

lanjut, pada saat jumlah sel TCD4+ dikuras habis, makrofag tetap

merupakan tempat utama untuk kelanjutan replikasi virus.2

 Selsin makrofag, dua tipe sel dendrit juga merupakan sasaran penting

untuk mengawali dan mempertahankan infeksi HIV: sel dendrit

18
mukosa dan folikular. Diperkirakan sel dendrit mukosa, yang disebut

pula sel Langerhans, menangkap virus dan mengangkutnya menuju

kelenjar getah bening regional, tempat sel CD4+ terinfeksi sedangkan

sel dendrit folikular dalam sentrum germinativum kelenjar limfe

merupakan reservoir HIV yang penting. Meskipun beberapa sel

dendrit folikuler terinfeksi oleh HIV, sebagian besar partikel virus

ditemukan pada permukaan tonjolan dendritiknya, termasuk yang

melekat pada reseptor Fc melalui kompleks antibodi HIV.2

19
Gambar 2.4.3.1: Patofisiologi infeksi HIV-1. HIV-1 awalnya menginduksi sel T

dan makrofag secara langsung atau dibawa oleh sel dendrit. Replikasi virus

pada kelenjar getah bening regional menimbulkan viremia dan penyemaian

20
virus yang meluas pada jaringan limfoid. Viremia tersebut dikendalikan oleh

respons imun pejamu (tidak terlihat) kemudian pasien memasuki fase laten

klinis. Selama fase ini, replikasi virus pada sel T maupun makrofag terus

berlangsung, tetapi virus tetap bertahan (tidak tergambar). Pada tempat itu

berlangsung pengikisan bertahap sel CD4+ melalui infeksi yang produktif. Jika

sel CD4+ yang hancur tidak dapt tergantikan, jumah sel CD4+ menurun dan

pasien mengalami gejala klinis AIDS full blown. Makrofag pada awalnya juga

ditumpangi oleh virus; makrofag tidak dilisiskan oleh HIV-1, dan dapat

mengangkut virus ke berbagai jaringan, terutama ke otak.2

B. Sistem Saraf

 Defisit neurologis yang terjadi pada penderita HIV/AIDS

disebabkan secara tidak langsung oleh produk virus dan faktor

terlarut (misalnya, sitokin TNF) yang dihasilkan oleh

makrofag/mikroglia. Selain itu, nitrit oksida diinduksi di dalam sel

neuron oleh gp41 dan perusakan neuron secara langsung oleh

gp120 HIV terlarut.2

2.3.5 Gambaran Klinis HIV/AIDS20

 Masa inkubasi 6 bulan-5 tahun

21
 Window period selama 6-8 minggu, adalah waktu saat tubuh sudah

terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh pemeriksaan

laboratorium.

 Seseorang dengan HIV dapat bertahan sampai dengan 5 tahun. Jika

tidak diobati, maka penyakit ini akan bermanifestasi sebagai

AIDS.

 Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti:

o Diare kronis

o Kandidiasis mulut yang luas

o Pneumocystis carinii

o Pneumonia interstitialis limfositik

o Ensefalopati kronik

2.3.6 Cara Penularan HIV/AIDS20

Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh

seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata,

dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat.

Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan

pria yang tidak disunat. Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui:

 Ibu hamil

o Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI).

22
o Angka transmisi mencapai 20-30%.

o Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga.

o Risiko penularan melalui ASI adalah 11-29%

o Angka penularan HIV pada bayi yang belum disusui adalah 14%, dan

angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya disusui.

o Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibody HIV dari

ibunya selama 6-15 bulan.

 Jarum Suntik

o Prevalensi 5-10%.

o Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik

karena penyalahgunaan obat.

o Di antara tahanan dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak

40% terinfeksi HIV, di Bogor 25%, dan di Bali 53%.

 Transfusi Darah

o Risiko penularan sebesar 90%.

o Prevalensi 3-5%.

 Hubungan Seksual

 Prevalensi 70-80%.

 Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim.

23
Gambar 2.3.6.1 Tabel Risiko Penularan HIV/AIDS21

2.3.7 Diagnosis HIV/AIDS

Metode yang umum digunakan untuk menegakkan diagnosis HIV meliputi:

 ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay)

 Sensitiviasnya tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini

memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.20

 Western blot

 Spesifitasnya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaannya cukup

sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.20

 PCR (Polymerase Chain Reaction)

24
 Tes ini digunakan untuk tes HIV pada bayi, pada kelompok berisiko

tinggi sebelum terjadi serokonversi, tes konfirmasi untuk HIV-2, serta

untuk menetapkan status infeksi individu yang seronegative pada

kelompok berisiko tinggi.20

WHO menganjurkan pemakaian salah satu dari 3 strategi pemeriksaan

antibodi terhadap HIV di bawah ini, tergantung pada tujuan penyaringan keadaan

populasi dan keadaan pasien.22

Pada keadaan yang memenuhi dilakukannya Strategi I, hanya dilakukan 1 kali

pemeriksaan. Bila hasil pemeriksaan reaktif, maka dianggap sebagai kasus terinfeksi

HIV dan bila hasil pemeriksaan non-reaktif dianggap tidak terinfeksi HIV.22

Strategi II menggunakan 2 kali pemeriksaan jika serum pada pemeriksaan

pertama memberikan hasil reaktif. Jika pada pemeriksaan pertama hasilnya non-

reaktif, maka dilaporkan hasilnya negatif. Reagen yang dipakai pada pemeriksaan

kedua bersifat lebih spesifik dan berbeda jenis antigen atau tekniknya. Bila pada

pemeriksaan kedua juga reaktif, maka disimpulkan sebagai terinfeksi HIV. Bila hasil

tetap tidak sama, maka dilaporkan sebagai indeterminate.22

Strategi III menggunakan 3 kali pemeriksaan. Bila hasil pemeriksaan pertama,

kedua, ketiga reaktif, maka dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut memang

terinfeksi HIV. Bila hasil pemeriksaan tidak sama, maka keadaan ini disebut

equivocal atau indeterminate bila pasien yang diperiksa memiliki riwayat pemaparan

25
terhadap HIV atau berisiko tinggi tertular HIV. Sedangkan bila hasil seperti

sebelumnya terjadi pada orang tanpa riwayat pemaparan terhadap HIV atau tidak

berisiko tertular HIV, maka hasil pemeriksaan dilaporkan sebagai non-reaktif.22

Seseorang yang ingin menjalani tes HIV untuk keperluan diagnosis harus

mendapatkan konseling pra-tes.Hal ini harus dilakukan agar ia mendapat informasi

yang sejelas-jelasnya mengenai infeksi HIV/AIDS sehingga dapat mengambil

keputusan yang terbaik untuk dirinya serta lebih siap untuk menerima apapun hasil

tesnya nanti. Untuk memberitahu hasil tes juga diperlukan konseling pasca tes, baik

hasil positif maupun negatif.22

WHO kini merekomendasikan pemeriksaan dengan rapid test sehingga

hasilnya bisa segera diketahui.21

Departemen Kesehatan pada tahun 2007 menyatakan stadium klinis HIV bagi

orang dewasa terbagi dalam 4 kategori dan skala fungsional, yaitu:20

 Stadium klinis I

o Asimtomatik

o Limfadenitis generalisata

o Skala fungsional I: asimtomatik, aktivitas normal.

 Stadium klinis II

o Berat badan berkurang <10%

o Manifestasi mukokutaneus ringan

26
o Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir

o Infeksi saluran nafas bagian atas yang berulang

o Skala fungsional II: simtomatik, aktivitas normal.

 Stadium klinis III

o Berat badan berkurang >10%

o Diare kronis tanpa penyebab yang jelas >1 bulan

o Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas >1 bulan

o Kandidiasis oral

o Oral hairy leukoplakia

o TB Paru

o Infeksi bakterial berat

o Skala fungsional III: <50% dalam 1 bulan terakhir berbaring.

 Stadium Klinis IV

o HIV wasting syndrome

o Pneumonia pneumocystic carinii

o Toxoplasmosis otak

o Diare karena kriptosporidiosis >1 bulan

o Kriptokokosis ekstraparu

o Penyakit sitomegalovirus pada satu organ selain hati, limpa,

atau kelenjar getah bening

27
o Infeksi virus herpes simplex di mukokutaneus >1 bulan

o Progressive multifocal leukoencephalopathy

o Mikosis endemik yang menyebar

o Kandidiasis esophagus, trakea, bronki

o Mikobakteriosis atipik

o Septikemia salmonella non-tifoid

o Tuberkulosis ekstraparu

o Limfoma

o Sarkoma Kaposi

o Ensefalopati HIV

o Skala fungsional IV: >50% dalam 1 bulan terakhir berbaring.

Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan

laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan

antibodi atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh.22

Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila

terdapat infeksi oportunistik dan limfosit CD4+ kurang dari 350 sel/mm3 22

2.3.8 Pencegahan HIV/AIDS 20,23

 Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka

penderita AIDS.

28
 Mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau

dengan orang yang mempunyai banyak pasangan.

 Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik.

 Menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seksual.

 Melarang orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok berisiko tinggi

untuk melakukan donor darah.

 Memberikan transfusi darah hanya untuk pasien yang benar-bemar

memerlukan.

 Memastikan sterilitas alat suntik.

2.3.9 Pengobatan HIV/AIDS

Secara umum, penatalaksanaan ODHA terdiri atas beberapa jenis, yaitu:

 Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral

(ARV).

 Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang

menyertai infeksi HIV/AIDS, seperti jamur, tuberkulosis, hepatitis,

toksoplasma, sarkoma kaposi, limfoma, dan kanker serviks.

 Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih

baikdan pengobatan pendukung lain sepertidukungan psikososial dan

dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan.

Terapi Antiretroviral:

29
Manfaat pemberian ARV, yaitu:

 Menurunkan angka kematian

 Menurunkan risiko perawatan di rumah sakit

 Menekan viral load

 Memulihkan kekebalan

 Menurunkan risiko penularan

Obat ARV direkomendasikan pada:

 Semua pasien yang memiliki HIV+

 Pasien dengan limfosit CD4 <350 sel/mm3

 Pasien simtomatik dengan limfosit >350 sel/mm3

 Viral load lebih dari 100.000 kopi/ml

Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan WHO adalah kombinasi

dari 3 obat ARV. Kombinasi obat antiretroviral lini pertama yang umumnya

digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV)/ lamivudin (3TC),

nevirapin (NVP), stavudin (d4T), dan Evavirenz (EFV). Pada pengobatan ART kini

kedua digunakan Tenofovir, Lopi/Ritonavir.

30
Kombinasi Obat ARV untuk Terapi Inisial
Kolom A Kolom B
Lamivudin + Zidovudin
Lamivudin + Didanosin Evafirenz*
Lamivudin + Stavudin
Lamivudin + Zidovudin
Lamivudin + Stavudin Nevirapin
Lamivudin + Didanosin
Lamivudin + Zidovudin
Lamivudin + Stavudin Nellvinafir
Lamivudin + Didanosin
Tabel 2.3.9.1 Tabel Kombinasi Obat ARV untuk Terapi Inisial 22

*Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama atau wanita yang

berpotensi tinggi untuk hamil. Kombinasi yang sama sekali tidak boleh adalah

zidovudine + stavudin.

31

Anda mungkin juga menyukai