PHB Perusahaan Yang Tidak Berbadan Hukum
PHB Perusahaan Yang Tidak Berbadan Hukum
Tidak Berbadan
Hukum
Akbar Kurnia F (1806267815)
Anggi Kurniawan (1806267866)
Luxaga Wikan S (1806268080)
Tiara Hamdita (1806268231)
PERSEKUTUAN PERDATA
➢ Persekutuan artinya perkumpulan orang-orang yang menjadi peserta pada suatu
perusahaan tertentu.
➢ Persekutuan perdata adalah perserikatan perdata yang menjalankan perusahaan.
➢ Menurut Pasal 1618 KUHPER berbunyi sebagai berikut: "Perserikatan Perdata adalah
suatu perjanjian, dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan
sesuatu (barang, uang, atau tenaga) ke dalam perserikatan dengan maksud untuk
membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya.
Unsur-unsur :
1. Dasar pembentukannya adalah perjanjian timbal balik
2. Adanya inbreng
3. Dengan tujuan membagi keuntungan dengan orang-orang yang terlibat
➔ Menurut Pasal 1618 KUHPER Persekutuan Perdata didirikan atas dasar perjanjian. Karena
Pasal 1618 KUHPER itu tidak mengharuskan adanya syarat tertulis, maka perjanjian yang
dimaksud bersifat konsensual, yakni dianggap cukup dengan adanya persetujuan
kehendak atau kesepakatan.
➔ Perjanjian itu mulai berlaku sejak saat perjanjian itu menjadi sempurna atau sejak saat
yang ditentukan dalam perjanjian (Pasal 1624 KUHPER).
Syarat-syarat pendirian :
Untuk mendirikan persekutuan perdata harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Perjanjian harus memenuhi Pasal 1320 KUHPER
2. Tidak dilarang oleh hukum;
3. Tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum;
4. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu: keuntungan.
3
Sumber : HMN Purwosutjipto. Persekutuan Perdata Bab III. Hal 21-22
BENTUK-BENTUK PERSEKUTUAN
PERDATA
4
Sumber : https://slideplayer.info/slide/2459829/
JENIS dan sifat PERSEKUTUAN
PERDATA
Jenis-jenis Persekutuan Perdata :
1. Persekutuan Perdata Umum
Tidak secara tegas (tanpa perincian) dalam menentukan jenis barang serta besarnya
uang yang dimasukkan dalam persekutuan.
2. Persekutuan Perdata Khusus
Secara tegas ditentukan jenis barang serta besarnya uang yang dimasukkan dalam
persekutuan.
6
Sumber : Pasal 1636-1639 KUHPerdata
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
7
Sumber : Pasal 1633-1635 KUHPerdata
TANGGUNG JAWAB SEKUTU
8
Sumber : Pasal 1642-1645 KUHPerdata
BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN
9
Sumber : https://slideplayer.info/slide/2459829/
BERAKHIRNYA PERSEKUTUAN
PERDATA
Pasal 1646 - 1652 KUHPerdata :
1. Lampaunya waktu yg telah diperjanjikan
2. Pengakhiran oleh salah satu adalah beberapa sekutu
3. Musnahnya benda yg menjadi objek persekutuan dan selesainya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan
4. Kematian salah satu sekutu, adanya pengampuan atau dinyatakan kepailitan terhadap salah satu sekutu
5. Pengakhiran berdasarkan alasan yg sah (oleh hakim)
6. Selesainya perbuatan
7. Adanya pengampuan atau kepailitan terhadap salah satu sekutu
PEMBERESAN
Dengan berakhirnya persekutuan perdata harus dilakukan pemberesan segala urusan, pemberesan dilakukan oleh
pemberes yang biasanya telah ditetapkan di dalam perjanjian persekutuan. Jika perjanjian tidak menetapkan maka
rapat sekutu terakhir dapat menunjuk pemberes.
10
Sumber : Pasal 1646-1652 KUHPerdata
PERSEKUTUAN FIRMA
Dari pengertian Firma menurut Pasal 16 UU Hukum Dagang, dapat di simpulakan bahwa,
Firma merupakan persekutuan perdata dan termasuk bagian dalam perusahaan serta
dijalankan atas satu nama bersama.
Persekutuan perdata adalah perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk menyetorkan sesuatu kepada persekutuan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
atau keuntungan (Pasal 1618 KUHPer). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dinyatakan
bahwa persekutuan itu disebut Firma apabila mengandung unsur-unsur pokok berikut ini:
1. Menjalankan perusahaan (Pasal 16 KUHD);
2. Dengan nama bersama atau firma (Pasal 16 KUHD); dan Referensi:
3. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan (Pasal 18 KUHD)
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Huk
Dagang Indonesia. Hal
11
46
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
pendiri di antaranyaA
1. Jumlah pendiri perusahaan minimal 2 (dua) orang atau lebih
Pasal 1618 KUHPER adalah perjanjian yang diadakan oleh dua atau lebih
3. Memiliki maksud dan tujuan yang spesifik serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan
Peraturan dan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.
4. Memiliki tempat usaha sebagai kantor pusat perusahaan yang berlokasi dilingkungan komersial seperti
Gedung Perkantoran, Pertokoan, Ruko/Rukan atau tempat usaha lainnya yang diperuntukan sebagai
tempat usaha. Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
12 Dagang Indonesia. Hal
Cara PendiriaN
Proses pendirian Firma berdasarkan KUHD dan KUHPerdata. Dalam pasal 22 KUHD disebutkan bahwa:
1. Persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik. Artinya Firma tidak memungkinkan atau
dikhawatirkan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila akta otentik tersebut tidak ada.
2. Kemudian selanjutnya, setelah akta pendirian dibuat maka harus kita daftarkan ke Kepaniteraan Pengadilan
Negeri di daerah tempat dimana Firma akan didirikan/berkedudukan. Dalam pasal 23 KUHD dan pasal 28
KUHD.
3. Selanjutnya akta pendirian tersebut diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Catatan: “Selama akta pendirian belum di umumkan atau di daftarkan, berdasarkan Pasal 29 KUHD adalah Firma
akan dianggap pihak ketiga akan sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha dan
didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas, serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat
untuk Firma ini seperti yang dimaksud dalam pasal tersebut” Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
Dagang Indonesia. Hal
13 48
PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU
Pertanggungjawaban sekutu terhadap pihak ketiga sebagai ditentukan dalam Pasal 18 KUHD
Dalam Pasal 18 KUHD, adalah "pribadi untuk keseluruhan", artinya tiap-tiap sekutu bertanggung jawab secara
pribadi pada semua perikatan persekutuan, meskipun yang dibuat oleh sekutu lain, termasuk
perikatan-perikatan yang timbul karena perbuatan melawan hukum.
Jika tidak ada sekutu yang dikeluarkan dari kewenangan untuk mengadakan perbuatan hukum bagi
persekutuannya, maka dapat dianggap bahwa tiap-tiap sekutu saling memberikan kuasa umum bagi dan atas
nama semua sekutu untuk melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga
Hal ini meliputi segala macam perbuatan, termasuk tindakan-tindakan di muka Hakim, tidak peduli apakah
perbuatan atau tindakan itu termasuk dalam pelaksanaan tugas perusahaan
sehari-hari atau tidak.
Berdasarkan Pasal 18 KUHD
Tanggung jawab para sekutu terhadap pihak ketiga tidak di laksanakan secara langsung, artinya segala hutang
persekutuan firma dipenuhi terlebih dahulu dari kas persekutuan firma. Apabila kas tidak mencukupi, maka
kekayaan pribadi masing-masing sekutu dipertanggungjawabkan sampai hutang terpenuhi semua.
Referensi:
HMN Purwosutjipto.
15 Pengertian Pokok Hukum
Pembubaran
Dalam Pasal 1646 sampai dengan Pasal 1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD isinya
mengatur pembuibaran Persekutuan Firma. Berdasarkan Pasal 1646 KUHPerdata, terdapat 5 hal yang
menyebabkan bubar atau berakhirnya Persekutuan Firma diantaranya adalah
1. Jangka waktu Firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;
2. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan Firma;
4. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.
Referensi:
5. Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu; HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
16
Dagang Indonesia. Hal 67
Persekutuan
komanditer
17
Persekutuan Komanditer
Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
Dagang Indonesia. Hal
76-78
24
Hubungan Pihak ketiga
DAPATKAH PIHAK KETIGA LANGSUNG MENAGIH KEPADA SEKUTU KOMANDITER?
Mengenai soal ini ada beberapa jawaban:
a. Polak berpendapat menolak penagihan tersebut di atas, sebab sekutu kerjalah yang bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap pihak ketiga;
b. Prof. Soekardono berpendapat bahwa penagihan langsung kepada sekutu komanditer itu sebaiknya
diselesaikan sesuai dengan sistem yang dipakai di Swis, dimana penagihan langsung itu hanya
diperkenankan sesudah pembubaran persekutuan, jadi, dalam fase-fase pembesaran dan hanya terbatas
pada sisa jumlah pemasukannya yang belum disetor.
Referensi:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang; dan
2. Peraturan Menteri Perdagangan No. 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan yang telah diubah dengan:
a. Peraturan Menteri Perdagangan No. 46/M-DAG/PER/9/2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 36/M-DAG/PER/9/2007
tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan; dan
b. Peraturan Menteri Perdagangan No. 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan No.
36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.
26
Pembubaran
Karena persekutuan komanditer itu pada hakekatnya adalah persekutuan firma, (Pasal 19 KUHD), dan
persekutuan firma adalah persekutuan perdata (Pasal 16 KUHD), yang didirikan untuk melakukan perusahaan
dengan nama bersama (firma), maka aturan tentang berakhirya persekutuan juga diatur pada Pasal 1646 s/d 1652
KUHPER. Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan bahwa paling tidak ada 4 hal yang menyebabkan persekutuan
berakhir yaitu,
1. karena waktu yang ditetapkan dalam perjanjian telah habis;
2. karena musnahnya barang yang dipergunakan untuk tujuan perseroan atau karena tercapainya tujuan itu;
3. karena kehendak beberapa peserta atau salah seorang peserta
4. karena salah seorang dari peserta meninggal dunia, di tempat di bawah pengampuan atau bangkrut atau
dinyatakan sebagai orang yang tidak mampu.
Referensi:
Permenkumham Nomor 17/2018
Pasal 20 ayat (1), (2), & (3)
28
Pembubaran
Pemohon dapat mengajukan permohonan secara nonelektronik, dalam hal permohonan pendaftaran
pendirian, pendaftaran perubahan anggaran dasar, dan pembubaran CV, Firma dan Persekutuan Perdata tidak
dapat diajukan secara elektronik karena disebabkan oleh:
a. Notaris yang tempat kedudukannya belum tersedia jaringan internet; atau
b. Sistem Administrasi Badan Usaha tidak berfungsi sebagaimana mestinya berdasarkan pengumuman resmi
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Referensi:
Permenkumham Nomor 17/2018
Pasal 21 ayat (1) & (2)
29
Terima kasih
30