Anda di halaman 1dari 30

Perusahaan yang

Tidak Berbadan
Hukum
Akbar Kurnia F (1806267815)
Anggi Kurniawan (1806267866)
Luxaga Wikan S (1806268080)
Tiara Hamdita (1806268231)
PERSEKUTUAN PERDATA
➢ Persekutuan artinya perkumpulan orang-orang yang menjadi peserta pada suatu
perusahaan tertentu.
➢ Persekutuan perdata adalah perserikatan perdata yang menjalankan perusahaan.
➢ Menurut Pasal 1618 KUHPER berbunyi sebagai berikut: "Perserikatan Perdata adalah
suatu perjanjian, dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan
sesuatu (barang, uang, atau tenaga) ke dalam perserikatan dengan maksud untuk
membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya.

Unsur-unsur :
1. Dasar pembentukannya adalah perjanjian timbal balik
2. Adanya inbreng
3. Dengan tujuan membagi keuntungan dengan orang-orang yang terlibat

Sumber : HMN Purwosutjipto. Persekutuan Perdata Bab III. Hal 17


CARA MENDIRIKAN PERSEKUTUAN
PERDATA

➔ Menurut Pasal 1618 KUHPER Persekutuan Perdata didirikan atas dasar perjanjian. Karena
Pasal 1618 KUHPER itu tidak mengharuskan adanya syarat tertulis, maka perjanjian yang
dimaksud bersifat konsensual, yakni dianggap cukup dengan adanya persetujuan
kehendak atau kesepakatan.
➔ Perjanjian itu mulai berlaku sejak saat perjanjian itu menjadi sempurna atau sejak saat
yang ditentukan dalam perjanjian (Pasal 1624 KUHPER).

Syarat-syarat pendirian :
Untuk mendirikan persekutuan perdata harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Perjanjian harus memenuhi Pasal 1320 KUHPER
2. Tidak dilarang oleh hukum;
3. Tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum;
4. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu: keuntungan.

3
Sumber : HMN Purwosutjipto. Persekutuan Perdata Bab III. Hal 21-22
BENTUK-BENTUK PERSEKUTUAN
PERDATA

1. Persekutuan perdata dapat terjadi antara pribadi-pribadi yang melakukan suatu


pekerjaan bebas (profesi).
Misalnya: Asosiasi Akuntan, dokter, pengacara, dll
2. Persekutuan bertindak keluar kepada pihak ketiga secara terang-terangan dan terus
menerus untuk mencari laba maka persekutuan perdata tersebut dikatakan
menjalankan perusahaan.
Misalnya: Pengusaha A dan B membentuk persekutuan untuk melakukan usaha di
bidang lain.
3. Perjanjian kerjasama dari suatu transaksi sekali segera setempat.
Misalnya: kerjasama membeli barang bersama-sama kemudian dijual dengan
mendapatkan laba.

4
Sumber : https://slideplayer.info/slide/2459829/
JENIS dan sifat PERSEKUTUAN
PERDATA
Jenis-jenis Persekutuan Perdata :
1. Persekutuan Perdata Umum
Tidak secara tegas (tanpa perincian) dalam menentukan jenis barang serta besarnya
uang yang dimasukkan dalam persekutuan.
2. Persekutuan Perdata Khusus
Secara tegas ditentukan jenis barang serta besarnya uang yang dimasukkan dalam
persekutuan.

Sifat Persekutuan Perdata :


1. Komersial
Bertujuan mencari keuntungan secara material untuk dibagikan kepada anggota.
2. Tidak Komersial
Bertujuan untuk membantu kelancaran kepentingan anggota.
5
Sumber : HMN Purwosutjipto. Persekutuan Perdata Bab III. Hal 23
PENGURUSAN PERSEKUTUAN
PERDATA
1. Pengurus dari sekutu
a. Statuter yaitu sekutu yang mengurus persekutuan perdata yang diatur
sekaligus bersama-sama akta pendirian persekutuan perdata. Tidak dapat
diberhentikan kecuali atas dasar alasan-alasan berdasarkan hukum.
b. Mandater yaitu sekutu yang mengurus persekutuan perdata yang diatur
dengan akta tersendiri (akta khusus) sesudah persekutuan perdata berdiri.
Kedudukannya sama dengan pemegang kuasa, maka sewaktu-waktu dapat
dicabut.
2. Pengurus bukan sekutu
Orang luar yang dianggap cakap dan diangkat sebagai pengurus persekutuan
perdata yang ditetapkan dengan akta perjanjian khusus (pemberi kuasa) atau
ditetapkan dalam akta pendirian persekutuan perdata.

6
Sumber : Pasal 1636-1639 KUHPerdata
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Prinsip pembagian keuntungan diatur dalam Pasal 1633 - 1635 KUHPerdata :


1. Diperjanjikan diantara mereka. Diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan.
2. Tidak diperjanjikan diantara mereka:
- Pembagian berdasarkan perimbangan pemasukan secara adil dan
seimbang
- Sekutu yang hanya memasukkan tenaga kerja dipersamakan dengan
sekutu yang memasukkan uang dengan jumlah terkecil.

7
Sumber : Pasal 1633-1635 KUHPerdata
TANGGUNG JAWAB SEKUTU

Menurut Pasal 1642 - 1645 KUHPerdata :


1. Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, maka sekutu
yang bersangkutan harus bertanggung jawab penuh walaupun dengan alasan dia
melakukannya untuk kepentingan persekutuan.
2. Perbuatan hukum menjadi mengikat sekutu lain jika :
- Ada surat kuasa dari sekutu lain.
- Keuntungan yang didapat dinikmati oleh persekutuan lain.
3. Apabila beberapa orang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga,
maka dapat dipertanggungjawabkan secara merata walaupun pemasukan tidak sama.
Kecuali secara tegas ditetapkan imbangan tanggung jawab masing-masing sekutu.
4. Jika seorang sekutu mengadakan perjanjian atas nama persekutuan maka persekutuan
dapat menuntut atau menggugat pelaksanaan perjanjian itu.

8
Sumber : Pasal 1642-1645 KUHPerdata
BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN

Terhadap jaminan pelunasan hutang, manakala persekutuan tidak mampu melunasi


kewajibannya, oleh undang2 telah diatur dalam jaminan umum sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata.

1. Pasal 1131 KUHPerdata


Segala bentuk harta kekayaan debitur, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak,
baik yang sudah ada maupun yang akan ada merupakan jaminan bagi seluruh
perikatannya.
2. Pasal 1132 KUHPerdata
Harta benda tersebut menjadi jaminan bagi semua krediturnya, baik penjualan harta
benda dibagi-bagi menurut keseimbagan yaitu menurut besar kecilnya piutang
masing-masing kreditur, kecuali bila di antara para kreditur itu ada alasan-alasan yang sah
untuk didahulukan.

9
Sumber : https://slideplayer.info/slide/2459829/
BERAKHIRNYA PERSEKUTUAN
PERDATA
Pasal 1646 - 1652 KUHPerdata :
1. Lampaunya waktu yg telah diperjanjikan
2. Pengakhiran oleh salah satu adalah beberapa sekutu
3. Musnahnya benda yg menjadi objek persekutuan dan selesainya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan
4. Kematian salah satu sekutu, adanya pengampuan atau dinyatakan kepailitan terhadap salah satu sekutu
5. Pengakhiran berdasarkan alasan yg sah (oleh hakim)
6. Selesainya perbuatan
7. Adanya pengampuan atau kepailitan terhadap salah satu sekutu

PEMBERESAN
Dengan berakhirnya persekutuan perdata harus dilakukan pemberesan segala urusan, pemberesan dilakukan oleh
pemberes yang biasanya telah ditetapkan di dalam perjanjian persekutuan. Jika perjanjian tidak menetapkan maka
rapat sekutu terakhir dapat menunjuk pemberes.

10
Sumber : Pasal 1646-1652 KUHPerdata
PERSEKUTUAN FIRMA
Dari pengertian Firma menurut Pasal 16 UU Hukum Dagang, dapat di simpulakan bahwa,
Firma merupakan persekutuan perdata dan termasuk bagian dalam perusahaan serta
dijalankan atas satu nama bersama.

Persekutuan perdata adalah perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk menyetorkan sesuatu kepada persekutuan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
atau keuntungan (Pasal 1618 KUHPer). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dinyatakan
bahwa persekutuan itu disebut Firma apabila mengandung unsur-unsur pokok berikut ini:
1. Menjalankan perusahaan (Pasal 16 KUHD);
2. Dengan nama bersama atau firma (Pasal 16 KUHD); dan Referensi:
3. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan (Pasal 18 KUHD)
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Huk
Dagang Indonesia. Hal
11
46
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
pendiri di antaranyaA
1. Jumlah pendiri perusahaan minimal 2 (dua) orang atau lebih
Pasal 1618 KUHPER adalah perjanjian yang diadakan oleh dua atau lebih

2. Memiliki nama yang bakal dipakai oleh firma tersebut

3. Memiliki maksud dan tujuan yang spesifik serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan
Peraturan dan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.

4. Memiliki tempat usaha sebagai kantor pusat perusahaan yang berlokasi dilingkungan komersial seperti
Gedung Perkantoran, Pertokoan, Ruko/Rukan atau tempat usaha lainnya yang diperuntukan sebagai
tempat usaha. Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
12 Dagang Indonesia. Hal
Cara PendiriaN
Proses pendirian Firma berdasarkan KUHD dan KUHPerdata. Dalam pasal 22 KUHD disebutkan bahwa:
1. Persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik. Artinya Firma tidak memungkinkan atau
dikhawatirkan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila akta otentik tersebut tidak ada.
2. Kemudian selanjutnya, setelah akta pendirian dibuat maka harus kita daftarkan ke Kepaniteraan Pengadilan
Negeri di daerah tempat dimana Firma akan didirikan/berkedudukan. Dalam pasal 23 KUHD dan pasal 28
KUHD.
3. Selanjutnya akta pendirian tersebut diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Catatan: “Selama akta pendirian belum di umumkan atau di daftarkan, berdasarkan Pasal 29 KUHD adalah Firma
akan dianggap pihak ketiga akan sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha dan
didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas, serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat
untuk Firma ini seperti yang dimaksud dalam pasal tersebut” Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
Dagang Indonesia. Hal
13 48
PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU
Pertanggungjawaban sekutu terhadap pihak ketiga sebagai ditentukan dalam Pasal 18 KUHD

Dalam Pasal 18 KUHD, adalah "pribadi untuk keseluruhan", artinya tiap-tiap sekutu bertanggung jawab secara
pribadi pada semua perikatan persekutuan, meskipun yang dibuat oleh sekutu lain, termasuk
perikatan-perikatan yang timbul karena perbuatan melawan hukum.

Mengenai pertanggungjawaban anggota/sekutu/pemegang saham


terhadap pihak ketiga dapat diurutkan sebagai berikut:
Bagi sekutu persekutuan perdata bertanggung jawab secara pribadi, terbatas pada perikatan-perikatan yang telah dibuatnya sendiri, kecuali bila sekutu yang
bersangkutan telah mendapat kuasa dari 62 sekutu-sekutu lain atau keuntungan dari adanya perikatan itu telah dinikmati oleh persekutuan (Pasal 1642 bsd 1644
KUHPER);
Bagi sekutu persekutuan firma bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan, artinya untuk seluruh perikatan yang telah dibuat oleh dia sendiri dan para
sekutu lainnya bagi kepentingan persekutuan (Pasal 18 KUHD
Bagi seorang pesero atau pemegang saham pada perseroan terbatas, tanggung jawabnya terbatas pada jumlah penuh dan sahamsahamnya (Pasal 10 ayat (2)
KUHD). Referensi:
HMN Purwosutjipto.
14
Pengertian Pokok Hukum
Dagang Indonesia. Hal
PERIKATAN ANTARA SEKUTU DENGAN PIHAK KETIGA
Dalam menjalankan perusahaan, tiap-tiap sekutu mempunyai wewenang untuk mengadakan perikatan dengan
pihak ketiga untuk kepentingan persekutuannya, kecuali bila sekutu itu dikeluarkan dari kewenangan itu (Pasal 17
KUHD.

Jika tidak ada sekutu yang dikeluarkan dari kewenangan untuk mengadakan perbuatan hukum bagi
persekutuannya, maka dapat dianggap bahwa tiap-tiap sekutu saling memberikan kuasa umum bagi dan atas
nama semua sekutu untuk melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga
Hal ini meliputi segala macam perbuatan, termasuk tindakan-tindakan di muka Hakim, tidak peduli apakah
perbuatan atau tindakan itu termasuk dalam pelaksanaan tugas perusahaan
sehari-hari atau tidak.
Berdasarkan Pasal 18 KUHD
Tanggung jawab para sekutu terhadap pihak ketiga tidak di laksanakan secara langsung, artinya segala hutang
persekutuan firma dipenuhi terlebih dahulu dari kas persekutuan firma. Apabila kas tidak mencukupi, maka
kekayaan pribadi masing-masing sekutu dipertanggungjawabkan sampai hutang terpenuhi semua.
Referensi:
HMN Purwosutjipto.
15 Pengertian Pokok Hukum
Pembubaran
Dalam Pasal 1646 sampai dengan Pasal 1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD isinya
mengatur pembuibaran Persekutuan Firma. Berdasarkan Pasal 1646 KUHPerdata, terdapat 5 hal yang
menyebabkan bubar atau berakhirnya Persekutuan Firma diantaranya adalah

1. Jangka waktu Firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;

2. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan Firma;

3. Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;

4. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.
Referensi:
5. Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu; HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
16
Dagang Indonesia. Hal 67
Persekutuan
komanditer

17
Persekutuan Komanditer

Commanditaire Vennootschap (CV) atau


Persekutuan Komanditer itu ialah persekutuan
firma yang mempunyai satu atau beberapa
orang sekutu komanditer. Sekutu Komanditer
adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang,
barang atau tenaga kerja sebagai pemasukan
pada persekutuan, sedangkan dia tidak turut
camput dalam pengurusan atau penguasan
dalam persekutuan Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
18
Dagang Indonesia. Hal
74
Dasar Hukum Persekutuan Komanditer

Persekutuan Firma diatur dalam pasal 16 s/d 35


KUHD. tiga diantara pasal tersebut yakni pasal
19, 20, dan 21 adalah peraturan untuk
persekutuan komanditer. Letak aturan
persekutuan komanditer di tengah-tengah
pasal-pasal yang mengatur persekutuan firma
sudah sepatutnya, karena persekutuan
komanditer itu juga persekutuan firma
berbentuk khusus Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
19
Dagang Indonesia. Hal
75
Pembentukan Persekutuan Komanditer

Dasar Hukum pendirian Persekutuan Komanditer dapat


ditemukan dalam Pasal 19 KUHD yang berbunyi.
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang
atau disebut juga perseroan komanditer, didirikan antara
seseorang atau antara beberapa orang persero yang
bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk
keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi
pinjaman uang.
Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma
terhadap persero-persero firma di dalamnya dan perseroan
komanditer terhadap pemberi pinjaman uang. Referensi:
20
KUHD
Jenis sekutu

Sekutu Komanditer Sekutu Kerja


Sekutu Komanditer wajib Sekutu Kerja Berhak
menyerahkan uang, benda, memasukkan modal ke
atau tenaga kepada dalam persekutuan, bertugas
persekutuan sebagai yang mengurus persekutuan dan
telah disanggupkan dan bertanggung jawab secara
berhak menerima pribadi untuk keseluruhan
keuntungan dari
persekutuan
Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
21
Dagang Indonesia. Hal
75-76
Jenis-Jenis Persekutuan Komanditer

1. Persekutuan Komanditer diam-diam


Yaitu persekutuan komanditer yang belum
menyatakan dirinya dengan terang-terangan
kepada pihak ketiga sebagai persekutuan
komanditer
2. Persekutuan Komanditer Terang-terangan
Yaitu persekutuan komanditer yang dengan
terang-terangan menyatakan dirinya sebagai
persekutuan komanditer kepada pihak ketiga Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
22
Dagang Indonesia. Hal
76-78
Jenis-Jenis Persekutuan Komanditer

Perbedaan antara persekutuan komanditer


diam-diam dengan persekutuan komanditer
terang-terangan adalah pada pandangan dari pihak
ketiga terhadap persekutuan yang bersangkutan
3. Persekutuan Komanditer dengan Saham
Adalah persekutuan komanditer terang-terangan,
yang modalnya terdiri dari saham-saham.
Persekutuan bentuk ini sama sekali tidak diatur
dalam KUHD Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
23
Dagang Indonesia. Hal
76-78
Hubungan Pihak ketiga
Hubungan dengan Pihak Ketiga dapat dilihat dari jenis persekutuan komanditer. Perihal kewenangan
mewakili CV haruslah dilihat lebih dahulu apakah CV tersebut berstatus diam-diam atau terang-terangan
(terbuka). Pada CV diam-diam, hubungan keluar dengan pihak ketiga tidak dilakukan secara
terbuka/terang-terangan sehingga yang menjalankan persekutuan itulah yang dipandang sebagai satu-satunya
sekutu pengurus dan yang menggunakan namanya sendiri untuk dan atas nama persekutuan atau seorang
sekutu pengurus (dari beberapa sekutu pengurus) menjalankan persekutuan dengan menggunakan namanya.
Sekutu aktif bertindak dalam menjalankan CV (perusahaan), kepengurusan, dan melakukan perjanjian atau
hubungan hukum dengan pihak ketiga.
Persekutuan komanditer terang-terangan, yaitu persekutuan komanditer yang dengan terang-terangan
menyatakan dirinya sebagai persekutuan komanditer kepada pihak ketiga. Jadi, istilah "terang-terangan" itu
tertuju pada pemyataan diri sebagai "persekutuan komanditer" kepada pihak ketiga.

Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum
Dagang Indonesia. Hal
76-78
24
Hubungan Pihak ketiga
DAPATKAH PIHAK KETIGA LANGSUNG MENAGIH KEPADA SEKUTU KOMANDITER?
Mengenai soal ini ada beberapa jawaban:
a. Polak berpendapat menolak penagihan tersebut di atas, sebab sekutu kerjalah yang bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap pihak ketiga;
b. Prof. Soekardono berpendapat bahwa penagihan langsung kepada sekutu komanditer itu sebaiknya
diselesaikan sesuai dengan sistem yang dipakai di Swis, dimana penagihan langsung itu hanya
diperkenankan sesudah pembubaran persekutuan, jadi, dalam fase-fase pembesaran dan hanya terbatas
pada sisa jumlah pemasukannya yang belum disetor.

TINDAKAN DI MUKA HAKIM PERSEKUTUAN KOMANDITER


Baik bagi persekutuan komanditer terang-terangan maupun
diam-diam sekutu kerjalah yang dapat bertindak di muka Hakim, sebab
kedudukan sekutu kerja pada persekutuan komanditer terang-terangan Referensi:
maupun diam-diam adalah sama saja, yakni berhak sepenuhnya untuk HMN Purwosutjipto.
bertindak ke dalam maupun ke luar, baik terhadap Hakim maupun terhadap Pengertian Pokok Hukum
badan atau instansi lain. Adapun sekutu komanditer hanya ada bagi Dagang Indonesia. Hal
sekutu-sekutu lainnya, tetapi tidak ada bagi pihak ketiga (Pasal 20 KUHD)
83 - 85
25
Perluasan Usaha
Berdasarkan praktik penambahan jenis usaha baru dalam CV yang sudah terbentuk, KUHD tidak
membatasi mengenai adanya penambahan tersebut, kecuali untuk jenis usaha tertentu yang tidak dapat
digabungkan pada praktiknya, yaitu jenis usaha hukum, pajak, dan lain-lain.
Sebagai contoh gambaran permasalahan sebagai berikut, apabila sebuah CV yang sebelumnya melakukan
kegiatan usaha perdagangan dengan jenis berdagang makanan dan minuman. Kemudian, ketika usaha semakin
besar, CV tersebut ingin memperluas usahanya dengan juga berdagang mebel (furnitur). Namun, dalam
anggaran dasar CV tersebut tidak menyebutkan bidang usaha mebel, maka sebuah CV tersebut harus mengubah
Anggaran Dasar CV terlebih dahulu sebelum melakukan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (“SIUP”).

Referensi:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang; dan
2. Peraturan Menteri Perdagangan No. 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan yang telah diubah dengan:
a. Peraturan Menteri Perdagangan No. 46/M-DAG/PER/9/2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 36/M-DAG/PER/9/2007
tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan; dan
b. Peraturan Menteri Perdagangan No. 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan No.
36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

26
Pembubaran
Karena persekutuan komanditer itu pada hakekatnya adalah persekutuan firma, (Pasal 19 KUHD), dan
persekutuan firma adalah persekutuan perdata (Pasal 16 KUHD), yang didirikan untuk melakukan perusahaan
dengan nama bersama (firma), maka aturan tentang berakhirya persekutuan juga diatur pada Pasal 1646 s/d 1652
KUHPER. Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan bahwa paling tidak ada 4 hal yang menyebabkan persekutuan
berakhir yaitu,
1. karena waktu yang ditetapkan dalam perjanjian telah habis;
2. karena musnahnya barang yang dipergunakan untuk tujuan perseroan atau karena tercapainya tujuan itu;
3. karena kehendak beberapa peserta atau salah seorang peserta
4. karena salah seorang dari peserta meninggal dunia, di tempat di bawah pengampuan atau bangkrut atau
dinyatakan sebagai orang yang tidak mampu.

Pembubaran sebuah CV baik dengan persetujuan, pelepasan diri, penghentian,


dan sebagainya, menurut ketentuan Pasal 31 KUHD harus dinyatakan dengan
akta otentik serta dilakukan pendaftaran dan pengumuman dalam Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia. Referensi:
HMN Purwosutjipto.
Pengertian Pokok Hukum Dagang
Indonesia. Hal 86
27
Pembubaran
Tata Cara Pembubaran
Permohonan pendaftaran pembubaran terhadap CV harus didaftarkan kepada Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia oleh pemohon melalui Sistem Administrasi Badan Usaha.
Pembubaran tersebut dapat dilakukan dalam hal :
a. berakhirnya jangka waktu perjanjian;
b. musnahnya barang yang dipergunakan untuk tujuan CV, Firma, dan Persekutuan Perdata atau tujuan CV,
Firma, dan Persekutuan Perdata telah tercapai;
c. karena kehendak para sekutu; atau
d. alasan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam mengajukan permohonan pendaftaran pembubaran harus dilengkapi dengan:


a. akta pembubaran
b. putusan pengadilan yang menyatakan pembubaran; atau
c. dokumen lain yang menyatakan pembubaran.

Referensi:
Permenkumham Nomor 17/2018
Pasal 20 ayat (1), (2), & (3)

28
Pembubaran
Pemohon dapat mengajukan permohonan secara nonelektronik, dalam hal permohonan pendaftaran
pendirian, pendaftaran perubahan anggaran dasar, dan pembubaran CV, Firma dan Persekutuan Perdata tidak
dapat diajukan secara elektronik karena disebabkan oleh:
a. Notaris yang tempat kedudukannya belum tersedia jaringan internet; atau
b. Sistem Administrasi Badan Usaha tidak berfungsi sebagaimana mestinya berdasarkan pengumuman resmi
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Permohonan disampaikan secara tertulis dengan melampirkan:


a. dokumen pendukung; dan/atau
b. surat keterangan dari Kepala Kantor Telekomunikasi setempat yang menyatakan bahwa tempat kedudukan
Notaris yang bersangkutan belum terjangkau oleh fasilitas internet.

Referensi:
Permenkumham Nomor 17/2018
Pasal 21 ayat (1) & (2)

29
Terima kasih

30

Anda mungkin juga menyukai