Anda di halaman 1dari 6

ANSWERS OF THE QUESTIONS:

What do you know about these fraud theories (who propose the theories, explain the
characteristics of each theory):

1. White collar crime

White collar crime sendiri mulai dipopulerkan oleh Edwin H. Sutherland pada tahun
1939, saat berbicara di depan pertemuan tahunan American Sociological Society ke-34 di
Philadelphia tanggal 27 Desember, yang dia istilahkan sebagai perbuatan kejahatan oleh
orang yang terhormat dan memiliki status tinggi serta berhubungan dengan pekerjaannya.

Dictionary of Criminal Justice Data Terminology mendefinisikan white collar crime


sebagai non violent crime dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial yang
dilakukan dengan menipu, oleh orang yang memiliki status pekerjaan sebagai pengusaha,
profesional atau semi profesional dan menggunakan kemampuan teknis serta kesempatan
atas dasar pekerjaannya. Atau perbuatan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
financial menggunakan tipu muslihat dan dilakukan oleh orang yang memiliki kecakapan
khusus dan pengetahuan profesional atas perusahaan dan pemerintahan, terlepas dari
pekerjaannya.

Adapun karakteristik dari WCC:

1. Pelakunya adalah orang-orang terpandang yang termasuk ke dalam kelompok kelas


menengah ke atas.
2. Penggunaan teknologi canggih. Misalnya, pelakunya menggunakan komputer, telepon
seluler, internet, perdagangan/transaksi elektronik, dll. Sedangkan penegak hukumnya
juga biasanya menggunakan teknologi canggih pula, misalnya, metode sidik jari, laser,
rekaman video rahasia, tes DNA, analisis rambut, sadap telepon, satelit pengintai, dll.
3. Penggunaan ilmu dan profesi yang canggih. Misalnya menyewa lawyer yang terampil
dalam menggunakan celah-celah hukum untuk menyelamatkan kliennya, akuntan publik
yang bersedia untuk merekayasa laporan keuangan dan dokumen
akuntansinya/pembukuan perusahaan.
4. Perbuatan WCC dapat merupakan tindak pidana ataupun bukan merupakan tindak
pidana.
5. Perbuatan WCC dapat merupakan perbuatan yang dilakukan untuk kepentingan pribadi
ataupun untuk kepentingan perusahaannya.
6. WCC seringkali dapat ditutupi oleh prinsip dan kewajiban menjaga kehasiaan. Misalnya
dalam hubungan dokter-pasien, lawyer-klien, bank-nasabah, dll.
7. Motif WCC dapat merupakan upaya untuk mendapatkan uang ataupun jabatan tertentu.
8. Seringkali perbuatan WCC bukan perbuatan yang sekali jadi, namun serangkauan
perbuatan yang dilakukan serial, dan bahkan terus menerus.
9. Aftermath (dampak buruk yang luar biasa) dari WCC biasanya berkaitan dengan aspek-
aspek keuangan, kesehatan, dan keamanan dalam masyarakat.

2. Fraud scale

Fraud scale merupakan perkembangan teori dari teori fraud triangle. Teori ini
diperkenalkan oleh Albrecht, Keith Howe, dan Marshall Romney dalam Deterring
Fraud: Internal Perspektif Auditor (Lembaga Internal Yayasan Penelitian Auditor, 1984).
Dalam teori ini dapat menjelaskan kemungkinan terjadinya tindakan fraud atau
kecurangan dengan cara mengamati tekanan, kesempatan dan integritas pelaku yang akan
melakukan fraud. Apabila seseorang memiliki tekanan yang tinggi, kesempatan besar dan
integritas pribadi yang rendah, maka dapat memungkinkan terjadinya fraud yang tinggi,
begitu pula sebaliknya. Tekanan di sini terjadi karena masalah keungan dan atau bisa
karena masalah di lingkungannya. Adanya kesempatan untuk melakukan tindak
kecurangan disebabkan karena lemahnya pengendalian maupun pengawasan organisasi.
Sedangkan, integritas pribadi yang rendah disebabkan oleh kebiasaan individu yang
buruk.

Fraud scale mempunyai tujuan untuk mengukur terjadinya pelanggaran etika,


kepercayaan dan tanggung jawab. Kecurangan atau fraud ini biasanya mengarah pada
penipuan laporan keuangan. Adapun karakteristik khusus menurut teori fraud scale
adalah hidup di luar kemampuan mereka, keinginan yang besar untuk keuntungan, dan
hutang pribadi yang tinggi.

Menurut Albrecht 3 faktor penyebab seseorang melakukan fraud atau kecurangan dilihat
dari karakteristik khusus menurut teori fraudscale adalah:

1. Hidup di luar kemampuan mereka

2. Keinginan yang besar untuk keuntungan

3. Hutang pribadi yang tinggi

3. GONE theory

Teori GONE adalah teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne dalam bukunya The
Accountant Handbook of Fraud and Commercial Crime yang menjelaskan mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi. Teori GONE merupakan
penyempurnaan dari teori Triangle Fraud yang mengungkapkan mengapa seorang
koruptor melakukan tindak fraud yang meliputi unsur Greeds (Keserakahan),
Opportunity (Kesempatan), Needs (Kebutuhan), Exposures (Pengungkapan). Faktor-
faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku korupsi, yaitu individu atau
kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi yang melakukan korupsi yang
merugikan pihak korban. Sedangkan faktor-faktor Opportunities dan Exposures
merupakan faktor generik/umum yang berhubungan dengan organisasi, instansi, atau
masyarakat luas sebagai korban perbuatan kecurangan.

- Greeds : Keserakahan berpotensi dimiliki setiap orang dan berkaitan dengan individu
pelaku korupsi. Seseorang tidak akan pernah puas dan serakah terhadap apa yang sudah
dimiliki dan didapatkan sehingga melakukan tindakan kecurangan.
- Opportunities : Keadaan tertentu dari organisasi, instansi, atau masyarakat luas sehingga
membuat suatu celah untuk melakukan kecurangan. Kesempatan bisa diminimalisir
dengan cara memperbaiki sistem pengendalian dan adanya keteladanan dari pemimpin.
- Needs : Sikap mental yang tidak pernah cukup, penuh sikap konsumerisme, dan
selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai. Faktor kebutuhan itu erat dengan
individu-individu untuk menunjang kehidupan yang wajar. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut diperlukan juga pendapatan yang seimbang dengan kinerjanya pada sebuah
organisasi.
- Exposures : Berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi pelaku
kecurangan apabila diketemukan melakukan kecurangan. Pengungkapan (exposure) suatu
kecurangan belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku
yang sama maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan
seharusnya dikenakan sanksi yang membuat jera apabila perbuatannya terungkap.

4. The acronym MICE

MICE : Money Ideology Coercion Ego

Motivasi mayoritas fraudster dalam melakukan fraud adalah uang dan ego. Contoh kasus
dimana uang dan ego menjadi motivasi fraudster yaitu enron, madoff, stanford, dsb.
Walaupun jarang terjadi namun ideologi pernah menjadi motivasi fraudster dalam kasus
penggelapan pajak atau membiayai organisasi terorisme dari hasil kecurangan.
Sedangkan coercion adalah tindakan dimana fraudster memaksa individu lain untuk
melakukan penipuan bersamanya atau menyembunyikan penipuan yang telah dilakukan
fraudster tersebut.

5. Fraud Diamond

Fraud Diamond merupakan teori yang diusulkan oleh Wolfe & Hermanson (2004). Teori
ini merupakan pembaruan dari teori yang telah ada sebelumnya, yaitu teori Fraud
Triangle yang dikemukakan oleh Cressey. Teori Fraud Diamond menambahkan satu
elemen lain yang berkaitan dengan fraud, yaitu capability atau kemampuan.Dengan
begitu, elemen-elemen pada Fraud Diamond terdiri dari:
- Tekanan (pressure), yaitu kondisi ketika terdapat tekanan untuk melakukan fraud.
Tekanan terdiri dari dua kondisi umum, yaitu financial targets dan external pressure.
Financial targets merupakan tekanan yang terjadi karena terdapat dorongan untuk
mencapai target keuangan yang ditentukan oleh pihak manajemen. Sedangkan external
pressure merupakan tekanan berlebih pada manajemen untuk memenuhi harapan atau
keinginan dari pihak ketiga.
- Kesempatan (opportunity), yaitu kesempatan atau peluang yang memungkinkan
terjadinya kecurangan, dan pelaku tindak kecurangan tersebut meyakini bahwa dirinya
tidak akan terdeteksi. Peluang juga berkaitan erat dengan integritas. Apabila seorang
karyawan atau manajer memiliki integritas yang rendah, maka kesempatan melakukan
fraud menjadi lebih tinggi.
- Rasionalisasi (rationalization), merupakan kondisi ketika seseorang mencari suatu
pembenaran atas tindakannya dalam melakukan kecurangan. Para pelaku merasa bahwa
tindakannya tersebut tidak termasuk kecurangan, melainkan adalah hak mereka sebagai
seorang individu.
- Kemampuan (capability), adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang
memainkan peran utama untuk mengenal apakah fraud dapat benar-benar terjadi. Pelaku
kecurangan tersebut harus memiliki kemampuan untuk melihat celah untuk melakukan
tindak kecurangan yang akan dilakukan.

Menurut Wolfe & Hermanson, peluang akan membuka jalan untuk kecurangan, dan
tekanan serta rasionalisasi dapat menarik seseorang untuk melakukan tindak kecurangan
tersebut. Namun berdasarkan teori Fraud Diamond, seseorang yang akan melakukan
kecurangan juga harus memiliki kemampuan untuk mengenali apakah tindakan tersebut
bisa dilakukan.

6. Fraud Pentagon

Fraud Pentagon merupakan teori fraud yang berasal dari pengembangan teori -
teori sebelumnya, yaitu Fraud Triangle dan Fraud Diamond. Dimana selain elemen
Pressure, Opportunity, Rationalization, dan Capability, ada 1 elemen lagi yang
ditambahkan di dalam teori ini; yaitu External Regulatory Influence atau Pengaruh
Regulasi Ekstenal. Terciptanya elemen ini tidak lepas dari adanya pengaruh kasus - kasus
fraud sebelumnya, yaitu adanya pengaruh dari pihak eksternal yang terkesan
“melegalkan” fraud yang dilakukan oleh organisasi bisnis. Misalnya seperti di dalam
kasus fraud yang dilakukan oleh BW Resources yang menunjukkan gagalnya regulasi
yang ada untuk mencegah terjadinya fraud, illegal transaction, dan corruption. Oleh
karena itu, para peneliti telah bersepakat untuk menambahkan pengaruh regulasi
eksternal ini sebagai salah satu kontributor yang selalu ada dalam semua kasus di mana
pelaporan dan praktik keuangan yang curang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai