Anda di halaman 1dari 5

DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KULIT

A. Efloresensi adalah wujud kelainan kulit yang timbul pada penyakit kulit.

Efloresensi dibagi dua yaitu Primer dan Sekunder.

I. Efloresensi primer adalah wujud kelainan kulit yang timbul pada


permulaan penyakit, ini dapat berupa:
1. Makula
Suatu kelainan kulit yang berbatas tegas, berupa perubahan warna
semata-mata.
2. Eritema
Kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah
kapiler yang reversible.
3. Papul
Penonjolan kulit yang terjadi akibat adanya infiltrate yang berukuran
kurang dari 0,5 cm.
4. Nodul
Masa padat sirkumskrip, yang terletak di kutan atau subkutan, dan
dapat menonjol. Ukuran penampang lebih besar dari 0,5 cm.
5. Urtika
Suatu penonjolan kulit yang terjadi secara mendadak dan menghilang
perlahan-lahan disertai rasa gatal hebat.
6. Plakat
Penonjolan yang lebih lebar. Plakat biasanya terbentuk akibat
penggabungan papul dengan ukuran penampang lebih dari 2cm.
7. Tumor
Kelainan ini lebih besar dari nodul. Terjadi akibat adanya pertumbuhan
jaringan yang dapat bersifat jinak atau ganas.
8. Vesikel
Gelembung pada kulit dengan ukuran penampang berkisar antara 2 s/d
5mm. Isinya serum atau cairan dengan atap yang terdiri atas stratum
korneum dan stratum lusidum serta bila pecah menimbulkan bekas.
9. Bula
Suatu vesikel yang ukuran penampangnya lebih besar dari 5mm.
Dinding bula terdiri atas stratum korneum dan stratum lusidum. Isi bula
berupa cairan serous dan kadang-kadang pus.
10. Pustula
Vesikel yang berisi nanah.
11. Kista
Terjadi karena adanya penyumbatan, misalnya penyumbatan kelenjar
palit atau kelenjar keringat.
12. Kunikula
Terowongan dalam epidermis yang disebabkan oleh binatang (kutu).

II. Efloresensi sekunder merupakan kelanjutan dari efloresensi primer dan


biasanya merupakan keadaan lanjut dari suatu penyakit kulit.
1. Skuama
Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus
sebagai taburan tepung, maupun tebal dan luas sebagai bentuk
lembaran.
2. Krusta
Kelainan ini terdiri dari stratum korneum, darah, serum, dan pus yang
telah mongering.
3. Erosi
Keadaan ini terjadi akibat vesikel atau bula yang pecah. Sehingga
akan tampak dasar lesi yang kemerah-merahan dan menegeluarkan
serum. Erosi merupakan kehilangan jaringan yang tidak melebihi
stratum basal.
4. Ekskoriasi
Kehilangan sebagian epidermis dan dermis sehingga akan tampak
titik-titik perdarahan akibat terkenanya pembuluh darah. Ekskoriasi
merupakan kehilangan jaringan yang sampai stratum papilare di
dermis.
5. Ulkus/luka
Kelainan ini terjadi akibat adanya nekrosis jaringan pada makhluk
hidup. Ulkus merupakan kehilangan jaringan yang melebihi stratum
papilare berbentuk cawan, mempunyai tepi, dinding, dasar dan isi.
Kelainan ini dapat disebabkan karena pengaruh toksin dan akan
sembuh dengan meninggalkan jaringan sikatriks. Jaringan sikatriks
adalah jaringan granulasi yang timbul dari luka yang menyembuh, lesi
ini terdiri dari epidermis yang lebih tipis, mengkilap dan tidak
berambut, kelenjar keringat atau kelenjar palit.
6. Fisura
Diskontinuitas jaringan epidermis kadang-kadang sampai dermis
disertai dengan perdarahan. Biasanya kelainan ini terjadi ada pada
telapak tangan dan kaki.
7. Sulkus
Kelainan ini sama seperti fisura, tetapi epidermisnya tidak pecah.
8. Likenifikasi
Epidermis menebal disertai relief kulit yang makin jelas, keadaan ini
terjadi pada penyakit kronis.
9. Guma
Pertumbuhan jaringan yang tidak disertai pertumbuhan pembuluh
darah.
10. Eksantema
Kelainan kulit yang timbul secara mendadak dengan disertai demam
dan akan menghilang secara cepat.
11. Anetoderma
Keadaan kulit yang diakibatkan oleh kehilangan serabut-serabut
elastisnya. Contohnya: Stria gravidarum.

B. Berbagai istilah untuk Ukuran, Susunan, Kelainan, Penyebaran dan Lokalisasi


I. Ukuran
1. Milier : Ukuran lesi sebesar kepala jarum pentul
2. Lentikuler : Ukuran lesi sebesar biji jagung
3. Numuler : Sebesar uang logam seratus rupiah
4. Plakat : Lebih besar dari ukuran numular
(selebar kepalan tangan dewasa)
5. Gutata : Sebesar tetesan air

II. Susuan dan kelainan bentuk


1. Linear : Seperti garis lurus
2. Anular : Sirsinar bulat seperti cincin
3. Arsinar : Seperti bulan sabit
4. Polisiklis : Tepi lesi arsinar saling berhubungan
5. Herpetiformis : Lesi bergerombol
6. berkelompok : Hanya satu kumpulan
7. Konfluens : Beberapa lesi (2 atau 3) bersatu
8. Irisformis : Suatu eritema bulat atau lonjong dengan bagian
tengahnya terdapat vesikel keruh. Lesi ini khas
pada eritema multiforme.
9. Korimbiformis : Seperti induk ayam dikelilingi anak-anaknya.
 Bentuk lesi : Teratur dan Tidak teratur

III. Penyebaran dan Lokalisasi


1. Sirkumskripta : Berbatas tegas
2. Difus : Berbatas tidak tegas
3. Generalisata : Mengenai sebagian besar dari tubuh (80-90%)
4. Regional : Mengenai sebagian saja dari tubuh, misalnya
hanya pada tangan saja atau kaki saja.
5. Universalis : Mengenai seluruh tubuh, hampir tidak ada kulit
yang sehat 90-100%.
6. Soliter : Lesi hanya satu.
7. Multipel : Lesi lebih dari satu.
8. Herpetiformis : Penyebaran seperti herpes (bergerombol)
9. Konfluens : Beberapa lesi menjadi satu.
10. Diskret : Terpisah antara satu dan yang lainnya.
11. Serpiginosa : Lesi yang menjalar dengan disertai penyembuhan
pada sisi sebelumnya
12. Irisformis : Eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel
warna yang lebih gelap ditengahnya.
13. Simetris : Kedua sisi badan terkena pada bagian yang sama.
14. Bilateral : Kedua bagian yang terkena.
15. Unilateral : Satu bagian yang terkena.

Anda mungkin juga menyukai