Jenis Uji
Sampel + FeSO4 +Na2[Fe(CN)5NO] +(CH3COO)2Pb +HNO3 pekat +Cl2 +MgCl2
+ FeCl3 +AgNO3 +NH4OH
+ + + - - -
(larutan (larutan berwarna (endapan (…………….) (……………) (……………)
berwarna ungu) berwarna
biru prusia) hitam)
A
- - - + - -
(…………….) (…………….) (………………) (endapan (…………….) (……………..)
berwarna
putih)
B
+
- - + + -
(larutan (………) (………) (endapan (terbentuk 2 (………)
bewarna biru berwarna lapisan
prusia) kuning pucat) lapisan
oranye
dibagian atas
C dan lapisan
kuning
dibagian
bawah)
- - - + - +
(……..) (………) (………) (endapan (……….) (endapan berwarna
berwarna putih)
putih)
D
Pilihlah senyawa mana yang mewakili untuk sampel A dan B, berdasarkan dari hasil uji kualitatis unsur N, S, P dan Halogen diatas?
1 2 3 4
Pembahasan:
Uji kualitatif unsur N, S, P, dan Halogen pada senyawa organik mempunyai tujuan mendeteksi keberadaan unsur-unsur dalam senyawa
organik. Sampel yang digunakan adalah senyawa organik yang sebelum diuji dengan peraksi pengeuji telah di preparasi terlebih dahulu dengan
tes lassaigne. Tujuan dari tes lassaigne ini adalah untuk merubah senyawa organik dari bentuk kovalen menjadi ionik dengan menggabungkan
senyawa tersebut dengan logam Na. Jika senyawa tersebut mengandung unsur halogen maka persamaan reaksi yang terjadi;
Na + X → NaX
Apabila senyawa tersebut mengandung unsur C dan H maka persamaan reaksi yang terjadi adalah: Na + C + N → NaCN.
Apabila senyawa tersebut mengandur unsur S maka persamaan reaksi yang terjadi adalah: 2Na + S → Na2S.
Pada uji sampel A, uji yang pertama dilakukan adalah dengan penambahan FeSO4 dan FeCl3, uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi
unsur nitrogen. Hasil dari penambahan FeSO4 dan FeCl3 menunjukan adanya perubahan warna larutan menjadi biru prusia. Perubahan warna
ini mengindikasikan adanya unsur N. Perubahan warna ini dihasilkan dari persamaan reaksi:
Uji kedua sampel A dengan penambahan Na2[Fe(CN)5NO] (natrium nitroprusida), uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur
sulfur. Hasil dari penabahan Na2[Fe(CN)5NO] ini menunjukan adanya perubahan warna larutan menjadi ungu. Perubahan warn aini
mengindikasikan adanya unsur S. Perubahan warna ini dihasilkan dari persamaan reaksi:
Uji ketiga sampel A adalah dengan penambahan Pb(CH3COO)2, uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur sulfur. Hasil dari
penabahan Pb(CH3COO)2 ini menunjukan adanya endapan berwarna hitam. Pembentukan endapan ini mengindikasikan adanya unsur S.
Endapan dihasilkan dari persamaan reaksi:
Na2S + Pb(CH3COO)2 → PbS + 2CH3COONa
(endapan hitam)
Uji keempat dengan penambahan HNO3 pekat dan AgNO3, dan penambahan air klorin, kedua pengujian ini biasanya dilakukan untuk
mendeteksi unsur halogen. Namun pada saat penambahan pereaksi penguji tidak menunjukan adanya perubahan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa sampel A memiliki unsur halogen. Lalu uji penambahan campuran magnesia, uji ini biasanya untuk mengidentifikasi unsur fosfat. ada
Saat penambahan pereaksi campuran magnesia tidak menunjukan adanya perubahan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel A memiliki
unsur fosfat.
Dari keenam uji diatas, dapat disimpulkan bahwa sampel A adalah gambar nomor 4. Karena senyawa ini memiliki unsur N dan S yang
bereaksi dengan uji penambahan FeSO4 dan FeCl3, uji penambahan Na2[Fe(CN)5NO], dan uji penambahan Pb(CH3COO)2.
Pada uji sampel B, uji yang pertama dilakukan adalah dengan penambahan FeSO4 dan FeCl3, uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi
unsur nitrogen. Hasil dari penambahan FeSO4 dan FeCl3 menunjukan tidak adanya perubahan warna larutan. Uji kedua sampel B dengan
penambahan Na2[Fe(CN)5NO] (natrium nitroprusida), uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur sulfur. Hasil dari penabahan
Na2[Fe(CN)5NO] ini menunjukan tidak adanya perubahan warna larutan. Begitupun pada uji ketiga sampel B adalah dengan penambahan
Pb(CH3COO)2, uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur sulfur. Hasil dari penabahan Pb(CH3COO)2 ini menunjukan tidak
terbentuknya endapan. Karena sampel B tidak bereaksi dengan ketiga uji ini, maka sampel B tidak memiliki unsur N dan S.
Uji keempat dengan penambahan HNO3 pekat dan AgNO3, uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur halogen (Br, Cl, dan I). Hasil
dari penabahan HNO3 pekat dan AgNO3 ini menunjukan adanya endapan berwarna putih. Pembentukan endapan ini mengindikasikan adanya
unsur halogen.
Di uji penambahan air klorin, pengujian ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur halogen (Br dan I). Namun pada saat penambahan
pereaksi penguji tidak menunjukan adanya perubahan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel A tidak memiliki unsur halogen Br dan I.
Begitupun pada uji penambahan campuran magnesia, uji ini biasanya dilakakukan untuk menidentifikasi unsur fosfat. Saat penambahan
pereaksi campuran magnesia tidak menunjukan adanya perubahan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel A tidak memiliki unsur fosfat.
Dari keenam uji diatas, dapat disimpulkan bahwa sampel B adalah gambar nomor 2. Karena senyawa ini memiliki unsur halogen (Br, Cl,
dan I) saat penambahan HNO3 pekat dan AgNO3, namun tidak beraksi dengan uji dengar air klorin yang mengindentifikasi unsur halogen Br
dan I. Sehingga senyawa B adalah senyawa yang memiliki unsur Cl.
Pada sampel senyawa C,dilihat dari strukur senyawa tersebut memiliki unsur N dan Br (halogen), sehingga pada uji yang pertama, yaitu
uji dengan penambahan FeSO4 dan FeCl3, yang biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur nitrogen. Hasil dari penambahan FeSO4 dan FeCl3
menunjukan adanya perubahan warna larutan menjadi biru prusia. Perubahan warna ini mengindikasikan adanya unsur N. Perubahan warna
ini dihasilkan dari persamaan reaksi:
Pada sampel senyawa D, dilihat dari strukur senyawa tersebut memiliki unsur Fosfat dan Cl (halogen), Pada uji sampel D, uji yang pertama
dilakukan adalah dengan penambahan FeSO4 dan FeCl3, uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur nitrogen. Hasil dari penambahan
FeSO4 dan FeCl3 menunjukan tidak adanya perubahan warna larutan. Uji kedua sampel B dengan penambahan Na2[Fe(CN)5NO] (natrium
nitroprusida), uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur sulfur. Hasil dari penabahan Na2[Fe(CN)5NO] ini menunjukan tidak adanya
perubahan warna larutan. Begitupun pada uji ketiga sampel B adalah dengan penambahan Pb(CH3COO)2, uji ini biasanya dilakukan untuk
mendeteksi unsur sulfur. Hasil dari penabahan Pb(CH3COO)2 ini menunjukan tidak terbentuknya endapan. Karena sampel D tidak bereaksi
dengan ketiga uji ini, maka sampel D tidak memiliki unsur N dan S. Uji keempat yang dilakukan adalah uji penambahan HNO3 pekat dan
AgNO3, uji ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur halogen (Br, Cl, dan I). Hasil dari penabahan HNO 3 pekat dan AgNO3 ini
menunjukan adanya endapan berwarna putih. Pembentukan endapan ini mengindikasikan adanya unsur halogen(Br/Cl/I). Di uji penambahan
air klorin, pengujian ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi unsur halogen (Br dan I). Namun pada saat penambahan pereaksi penguji tidak
menunjukan adanya perubahan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel D tidak memiliki unsur halogen Br dan I. Pada uji terakhir, yaitu
penambahan campuran magnesia, uji ini biasanya dilakakukan untuk menidentifikasi unsur fosfat. Saat penambahan pereaksi campuran
magnesia terbentuknya endapan berwarna putih, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel D memiliki unsur fosfat.
+ +
(Endapan Kuning) (Berwarna keruh putih, (alkohool skunder)
setelah 5 menit pengocokkan)
+ +
(Endapan Kuning) (Berwarna keruh putih, setelah (alkohol primer)
pemanasan)
- -
(Bening kecoklatan) (Bening) (bukan)
Pembahasan:
Pada uji kualitatif senyawa organik golongan alkohol bertujuan mengidentifikasi senyawa organik golongan alkohol dan menentukan
jenisnya. Pengujian dilakukan dengan uji iodoform dan uji lucas. Uji iodoform dilakukan untuk mengidentifikasi gugus alkohol dengan
mengamati terbenntuknya endapan berwarna kuning. Hal ini mengidinkasikan bahwa senyawa tersebut mengabdung gugus alkohol. Hasil
dari uji iodoform pada senyawa E, F dan H adalah menghasilkan endapan berwarna kuning. Artinya senyawa E dan F mempunyai gugus
alkohol. Dan untuk uji lucas memiliki prinsip membedakan senyawa alkohol primer, sekunder dan tersier dengan reagen yang terbuat dari
campuran asam klorida pekat dengan seng klorida. Dimana alkohol primer tidak bereaksi atau perlu pemanasan untuk bereaksi harus
dolakuna pemanasan dai dokocok rmjsdi senyawa alcohol primer.A alkohol sekunder bereaksi sedikit dan lambat dan alkohol tersier dapat
bereaksi cepat. Hasil dai uji lucas untuk senyawa E adalah menunjukan adanya perubahan menjadi keruh setelah 5 menit, dengan
identifikasi awal bahwa senyawa E adalah senyawa yang mempunyai gugus alkohol, dan dari ji lucas ini didapatkan bahwa senyawa E
adalah alkohol sekunder. Begitipun dengan senyawa F, dengan uji lucas senyawa tersebut mengalami perubahan menjadi keruh setelah
dipanaskan. Sesaui dengan prinsip dasarnya maka senyawa F adalah senyawa alkohol primer. Sedangkan senyawa G tidak menunjukan
adanya pembentukan endapan pada uji iodoform dan tidak terbentuk cairan menjadi keruh baik secara langsung, pengocokan selama 5
menit ataupun dipanaskan, maka senyawa G tidak memiliki gugus alcohol. Senyawa H mempunyai endapan berwarna kuning dan
perluanya ada pemanasa, maka senyawa H adalaha akohol primer.
Sampel Uji Lakmus Biru Natrium Bisulfit Test Fehling Schiff’s Test Tentukan jenis
gugus fungsi
+ - - -
(Menjadi warna (asam
I merah) karboksilat)
+ + +
- (Terbentuk kristal (merah bata) (Ungu) (aldehid)
J putih)
- + - -
Pembahasan:
Pada uji kualitatis senyawa organik karbonil bertujuan menetukan senyawa organik berdasarkan gugus karbonilnya. Uji sampel
senyawa I yang pertama dilakukan adalah uji dengan kertas lakmus. Hasil dari uji kertas lakmus biru adalah merubah warna kertas lakmus
menjadi warna merah. Perubahan warna menjadi warna merah menunjukan adanya senyawa asam disana. Uji kedua adalah uji natrium
bisulfit, uji ini biasanya dilakukan untuk menguji gugus karbonil. Hasil dari uji tidak menunjukan adanya perubahan sehingga sampel I ini
tidak mempunyai gugus karbonil. Begitupula pada uji ketiga dan keempat, yaitu uji fehling dan Schiff’s Test, uji ini dilakukan untuk
menentukan gugus aldehida. Hasil dari uji ketiga dan keempat ini tidak menunjukan adanya perubahan, sehingga senyawa I tidak
mempunyai gugus aldehida. Sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa I ini adalah gugus asam karboksilat.
Uji sampel senyawa J yang pertama dilakukan adalah uji kertas lakmus biru. Uji ini biasanya dilakukan untuk menentukan gugus
asam karboksilat. Hasil dari uji ini tidak menunjukan adanya perubahan warna kertas lakmus, sehingga senyawa J bukan termasuk gugus
asam karboksilat. Uji sampel senyawa J yang kedua adalah uji natrium bisulfit, uji ini biasanya dilakukan untuk menguji gugus karbonil.
Hasil dari uji menunjukan adanya pembentukan endapan berwarna putih sehingga sampel J ini mempunyai gugus karbonil. Pada uji ketiga
dan keempat, yaitu uji fehling dan Schiff’s Test, uji ini dilakukan untuk menentukan gugus aldehida. Hasil dari uji ketiga dan keempat ini
menunjukan adanya perubahan, pada uji fehling terbentuk larutan berwarna merah bata, dan pada schiff’s test terbentuk larutan berwarna
ungu sehingga senyawa J mempunyai gugus aldehida. Dari uji ketiga sampel menunjukan adanya gugus karbonil, dan pada uji fehling dan
Schiff’s Test menunjukan adanya gugus aldehida. Dilihat dari uji natrium bisulit yang menunjukan adanya gugus karbonil dan uji fehling
dan Schiff’s Test menunjakan adanya gugus aldehida, sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa J ini adalah gugus aldehida.
Uji sampel senyawa K yang pertama dilakukan adalah uji kertas lakmus biru. Uji ini biasanya dilakukan untuk menentukan gugus
asam karboksilat. Hasil dari uji ini tidak menunjukan adanya perubahan warna kertas lakmus, sehingga senyawa K bukan termasuk gugus
asam karboksilat. Uji sampel senyawa K yang kedua adalah uji natrium bisulfit, uji ini biasanya dilakukan untuk menguji gugus karbonil.
Hasil dari uji menunjukan adanya pembentukan endapan berwarna putih sehingga sampel K ini mempunyai gugus karbonil. Gugus karbonil
disini memungkinkan gugus aldehid/keton Pada uji ketiga dan keempat, yaitu uji fehling dan Schiff’s Test, uji ini dilakukan untuk
menentukan gugus aldehida. Hasil dari uji ketiga dan keempat ini tidak menunjukan adanya perubahan, sehingga senyawa K tidak
mempunyai gugus aldehida. Karena pada uji natrium bisulit menunjukan adanya gugus karbonil, namun tidak bereaksi pada uji feling dan
schiff’s test sehingga dapat disimpulkan bahawa sampel senyawa K ini mempunyai gugus keton.
Kesimpulan
Pada praktikum analisa kualitatif senyawa organik yang bertujuan mendeteksi keberadaan unsur-unsur dalam senyawa organik,
mengidentifikasi senyawa organik golongan alkohol dan menentukan jenisnya, menetukan senyawa organik berdasarkan gugus
karbonilnya mempunyai prinsip dasar
Didapatkan hasil sampel senyawa A ditunjukan pada nomor 4, dan sampel senyawa B ditunjukan pada nomor 2. Sampel C
Daftar Pustaka
Imamkhasani, S. (2003). Lembar Data Keselamatan Bahan. Bandung: Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Labchem. (2014). Safety Data Sheet. (Online). Tersdia: www.labchem.com (27 februari 2021).
Merck. (2006). Lembar Data Keselamatan BAhan. (Online). Tersedia: www.merckmillipore.com (27 februari 2021).
Schofftal. (1990). Microscale and Miliscale Organic Chemistry Laboratory. New York: MC Growtill.
Tim Kimia Organil. (2020). Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Bandung: Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Svehla. (1990). Buku Teks ANorganik Kualitati Makro dan Semimikro edisi 5. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Wicox and Wilcox. (1995). Experimental Organic Chemistry: A Small Scale Approach, 2nd edition. New Jerssey: Practice Hall.