Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

POSTPARTUM SPONTAN

Oleh:
PAULUS RIVALDO 181114401942

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIRGAHAYU SAMARINDA
2020
A. Konsep Dasar

Anatomi dan pisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam

rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang

terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang

menjadi matur akibat rangsang hormon estr1.

a. Vulva Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia

externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,

berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke

belakang dibatasi perineum.

b. Mons pubis Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak

subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat

jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar

sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa
pubertas, mons 10 berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis

selama koitus.

c. Labia mayora Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang

melengkung yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan

mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah

mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia

mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada

wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora

terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.

Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada

perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.

Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada

permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap

daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin

menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal,

dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri,

dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar

luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.

d. Labia minora Labia minora terletak di antara dua labia mayora,

merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang ,

memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan

fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung

pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.

Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah

kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus


emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi

vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,

sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.

e. Klitoris Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang

terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian

yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai

glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual

terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris

menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma

khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam

bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap 12 sebagai kunci

seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak

membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi

tekanan.

f. Vestibulum Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti

perahu atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.

Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar

paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah

teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua

kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium

vagina.

g. Fourchette Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih

dan tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora

di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa

navikularis terletak di antara fourchette dan himen h. Perineum Perineum


adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.

Perineum membentuk dasar badan perineum.

a. Ovarium Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan

di belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya,

yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium

dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan

ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi

ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat

lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara

interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama

produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.

b. Tuba fallopi Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus.

Tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar

dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10

cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.

Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh

gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi

gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan

mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.

c. Uterus Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih,

cekung yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki

bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari

tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi

cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan

korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah

pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan

peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.Dinding uterus terdiri

dari tiga lapisan :

1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu

lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan

padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat

yang menghubungkan indometrium dengan miometrium.

2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos

yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar

miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini

sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.

3) Peritonium perietalis Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri,

kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat

kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat

dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis

tidak menutupi seluruh korpus uteri.

d. Vagina Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat

dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat

terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal

terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di

ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon

seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen

mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi

vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan

kebersihan relatif vagina.ogen dan

1. Pengertian

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan

selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ

reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti

sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih

dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam

angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita

meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post

partum (Maritalia,2012).

2. Etiologi

(Amru Sofian, 2012)adalah :

1. . Atoni uteri

Dilihat dari faktor predisposisinya : umur, paritas, partus

lama dan partus terlantar, obstetric operatif dan narkosa, uterus

terlalu regang dan besar, miomia uteri, malnutrisi Atoni uteri

merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi dengan baik

dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.

2. Sisa plasenta dan selaput ketuban

3. Jalan lahir : robekan pertonium, vagina serviks, forniks, dan rahim

4. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah sering dijumpai pada

perdarahan yang banyak, solusio plasenta, kematian janin yang

lama dalam kandungan, pre-eklamsia dan eklamsi, infeksi,

hepatitis, dan septic syok. Perdarahan postpartum juga bisa

sebagai akibat kegagalan koagulasi seperti eklampsia berat,

perdarahan antepartum, cairan ketuban embolus, kematian janin

intrauterine atau sepsis.

3. Manifestasi

a. Laserasi Perineum Biasanya terjadi sewaktu kepala janin

dilahirkan, luas robekan didefinisikan berdasarkan kedalaman

robekan:

1) Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)

2) Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)

3) Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)

4) Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior)

b. Laserasi Vagina Sering menyertai robekan perineum, robekan

vagina ce nderung mencapai dinding lateral (sulci) dan jika cukup

dalam, dapat mencapai levator ani.

c. Cedera Serviks Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin

yang keluar. Laserasi serviks akibat persalinan Laserasi serviks

akibat persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksterna,

kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal

4. Patofisiologis dan pathways

Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan

yang lama: gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar),
tindakan operatif dan gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan

perineum lalu, arkus pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi

mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan

menekan pembuluh syaraf sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan

merasa cemas sehingga takut BAB dan ini menyebabkan resti

konstipasi. Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan

menyebabkan resiko defisit volume cairan.

Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi apabila tidak

dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar

mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi

infeksi.

Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu

persalinan ibu berada dalam masa nifas. Saat masa nifas ibu

mengalami perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan fisiologis

pada ibu akan terjadi uterus kontraksi. Kontraksi uterus bisa adekuat

dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat apabila kontraksi uterus kuat

dimana terjadi adanya perubahan involusi yaitu proses pengembalian

uterus ke dalam bentuk normal yang dapat menyebabkan nyeri/ mules,

yang prosesnya mempengaruhi syaraf pada uterus. Setelah

melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa

plasenta sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman

mudah berkembang. Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi

uterus lemah akibatnya terjadi perdarahan dan atonia uteri.

Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana

setelah melahirkan terjadi penurunan hormone progesteron dan


estrogen sehingga terjadi peningkatan hormon prolaktin yang

menghasilkan pembentukan ASI dimana ASI keluar untuk pemenuhan

gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima asupan ASI dari ibu

maka reflek bayi baik berarti proses laktasi efektif sedangkan jika ASI

tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu yaitu bayi menolak,

bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat berarti proses laktasi

tidak efektif. Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold,

dan Letting Go.Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus

pada diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan perlindungan yang

mengakibatkan defisit perawatan diri.

Pada fase Taking Hold ibu belajar tentang hal baru dan

mengalami perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi lebih

karena ibu kurang pengetahuan.Pada fase Letting Go ibu mampu

memnyesuaikan diri dengan keluarga sehingga di sebut ibu yang

mandiri, menerima tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua.

Post Partum spontan

Perubahan fungsional

Proses invohisi vagina dan perineum

Peningakatan kadar ocytosin Ruptur jaringan

Peningkatan kadar kontraksi uterus Personal hygiene

Nyeri akut kurang baik

Takut mengejan genetalia kotor pendarahan


Konstip ari Resiko infeksi resiko kekurangan

volume cairan

5. Pemeriskan penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.

b. Urinalisis.

c. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin,

seperti rasio isitin sfinagomielin, surfaktan

6. Penatalaksanaan

Menurut Masriroh (2013)

penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan post partum

adalah sebagai berikut:

a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.

b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam

memberikan makanan pada bayi dan mempromosikan

perkembangan hubungan baik antara ibu dan anak.

c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan

memungkinkannya mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu,

baik dengan orang, keluarga baru, maupun budaya tertentu.

7. Kompilikasi

a. Pendarahan Karena proses episiotomy dapat mengakibatkan

terputusnya jaringan sehingga merusak pembuluh darah

terjadilah pendarahan.
b. Infeksi Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomy

berhubungan dengan ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.

c. Hipertensi Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas

dan mortalitas maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan

menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan.

d. Gangguan Psikososial Kondisi psikososial mempengaruhi

integritas keluarga dan menghambat ikatan emosional bayi dan

ibu. Beberapa kondisi dapat mengancam keamanan dan

kesejahteraan ibu dan bayi.

B. Manajemen Keperawatan

A Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan

merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan

sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien

sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan


dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon

individu.

B Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap

pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada

masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses

kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam

menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien

mencapai kesehatan yang optimal. Mengingat pentingnya diagnosis

keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan, maka

dibutuhkan standar diagnosis keperawatan yang dapat diterapkan

secara nasional di Indonesia dengan mengacu pada standar

diagnosis internasional yang telah dibakukan sebelumnya [ CITATION

Tim16 \l 1033 ].

Diagnosis yang muncul menurut SDKI PPNI:

C Intervensi

Standar Asuhan Keperawatan memiliki tiga komponen utama,

yaitu diagnosis keperawata, intervensi keperawatan dan luaran

(outcome) keperawatan. PPNI telah menerbitkan standar diagnosis

keperawatan dan standar intervensi keperawatan. Untuk

menyempurnakan Standar Asuhan Keperawatan, perlu diterbitkan

pula standar luaran keperawatan.

Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang

dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari

persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap


intervensi keperawatan. Luaran keperawatan menunjukkan status

diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan.

Luaran keperawatan dapat juga diartikan sebagai hasil akhir

intervensi keperawatan yang terdiri atas indikator-indikator atau

kriteria-kriteria hasil pemulihan masalah. Luaran keperawatan

merupakan perubahan kondisi yang spesifik dan terukur yang

perawat harapkan sebagai respons terhadap asuhan keperawatan.

[ CITATION Tim19 \l 1033 ]

D Implementasi

Standar Intervensi keperawatan merupakan salah satu standar

profesi yang dibutuhkan dalam menjalankan praktik keperawatan di

Indonesia.

Intervensi keperawatan merupakansegala bentuk terapi yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan

penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan

pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas.

Beberapa diantaranya diuraikan dalam pasal 30 Undang-Undang No.

38 Tahun 2014 tentang Keperawatan bahwa dalam menjalankan

tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat berwenang

merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan, melakukan

rujukan, memberikan tindakan gawat darurat, memberikan konsultasi,

berkolaborasi, melakukan penyuluhan dan konseling, pemberian obat

sesuai resep dokter atau obat bebas dan bebas terbatas, mengelola

kasus dan melakukan penatalaksanaan intervensi komplementer dan

alternatif.
Standar intervensi keperawatan ini mencakup intervensi

keperawatan secara komprehensif yang meliputi intervensi pada

berbagai level praktik (generalis dan spesialis), berbagai kategori

(fisiologis dan psikososial), berbagai upaya kesehatan (kuratif,

preventif dan promotif), berbagai jenis klien (individu, keluarga,

komunitas), jenis intervensi (mandiri dan kolaborasi) serta intervensi

komplementer dan alternatif [ CITATION Tim18 \l 1033 ]

E Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian

proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan

keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan

lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah

tujuan tercapai (Dinarti, & Yuli Mulyanti, 2017).

Proses evaluasi yang dapat dilakukan oleh perawat pada saat

memberikan asuhan keperawatan pada klien, seperti hal berikut:

a. Evaluasi proses (Formatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan, berorientasi

pada etiologi, dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang

telah ditentukan tercapai.

b. Evaluasi Hasil (Sumatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan

secara paripurna, berorientasi pada masalah keperawatan,

menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan, rekapitulasi dan


kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu

yang ditetapkan (Bidiono, 2018)

DATAR PUSTAKA

amru, s. (2012). rustam mochtar sinopsis obstetri. jakarta: EGC.

GUSTIANI. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. K POST PARTUM SPONTAN
PRESENTASI BOKONG NIFAS HARI PERTAMA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH dr. Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG. juranal STIKES MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG, 1-98.

ihan Nurlela, R. D. (2016). P2A0 Post Partum Spontan 11 Jam (di Luar) dengan HPP Dini ec Sisa
Plasenta + Anemia Berat. J Medula Unila|Volume 6, 1.

maritalia. (2012). kehamilan. yogyakarta : pustaka pelajar.

Masriroh, S. (2013). keperawatan obstetri. jakarta : EGC.

NOVITA, F. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N POST PARTUM PERVAGINAM + EPISIOTOMI
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR NYERI DENGAN KOMPRES DINGIN (NaCL 0.9%) DI
RUANGAN KB IGD RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI. jurnal asuhan keperawatan post
partum , 1-120.

Nurlela, J. (2016). P2A0 Post Partum Spontan 11 Jam (di Luar) dengan HPP Dini ec Sisa Plasenta +
Anemia Berat. J Medula Unila|Volume 6, 1.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Putri, F. A. (2019). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RSUD. ABDUL WAHAB SJAHRANIE. unitled, 19.

Anda mungkin juga menyukai