Anda di halaman 1dari 25

Tugas Makalah

Praktek Terpadu Manajemen B

DEKSRIPSI KAWASAN HUTAN DI DESA KADINGEH KECAMATAN BARAKA,


KABUPATEN ENREKANG SULAWESI SELATAN

Disusun Oleh :

Nama : Ummi Amriani

Nim : M011181073

Kelas : Praktek Terpadu Manajemen B

Dosen : Prof. Dr.Ir. Supratman ,MP

LABORATORIUM KEBIJAKAN DAN KEWIRAUSAHAAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai manfaatnya
karena di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma
nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah
banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk
kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan dan rekreasi.
Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi
masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman
dahulu, mereka tidak hanya melihat hutan sebagai sumber daya potensial saja,
melainkan memang merupakan sumber pangan, obat-obatan, energi, sandang,
lingkungan dan sekaligus tempat tinggal mereka. Bahkan sebagian masyarakat
tradisional yang meyakini bahwa hutan memiliki nilai spiritual, yakni dimana
hutan atau komponen biotik dan abiotik yang ada di dalamnya sebagai obyek
yang memiliki kekuatan dan/atau pesan supranatural yang mereka patuhi
(Fauzi, 2012).
Masyarakat lokal adalah elemen penting dalam pengelolaan hutan
lestari, kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang dimiliki, mereka telah hidup
sebagai konservasionis sejati. Pola pemanfaatan lahan dan sumber daya hutan
yang ideal harus mampu didukung oleh kesadaran untuk menjaga, serta
mengoptimalkan setiap elemen yang terlibat di dalamnya. Masyarakat berhak
menyampaikan aspirasi dan dilibatkan secara aktif dalam mengontrol kinerja
pemerintah. Strategi bottom up yang mengakomodir peran serta masyarakat
perlu diaplikasikan dalam konteks pengelolaan hutan lestari (Golar, 2014).
Secara konseptual, masyarakat yang berdomisili di sekitar hutan sangat tahu
akan fungsi hutan itu sendiri, karena dapat merasakan secara langsung peran
dan fungsinya. Aktifitas pertanian dan perkebunan yang dilakukan disisi lain
memberikan tingkat kerawanan terhadap kerusakan hutan, sebab area kebun
warga sekitar hutan dapat menjangkau wilayah hutan. Desakan kebutuhan
hidup membuat warga.
Penurunan kondisi sumberdaya alam ini terutama karena terjadinya
kerusakan hutan. Kerusakan hutan yang meliputi kebakaran hutan, penebangan
liar dan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan cukup besar mencakup
kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai
ekonomi hutan dan produktivitas tanah serta perubahan iklim mikro maupun
global. Dimana kerusakan hutan disebabkan oleh adanya pengembalaan liar
(suhendang 2002)
B. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan kondisi kawasan hutan desa kadingeh
2. Untuk menginventarisasi potensi kawasan hutan di desa kadingeh
3. Untuk mengetahui social ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan
desa kadingeh
4. Untuk mengetahui potensi kawasan hutan desa kadingeh
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kawasan Hutan
Undang-undang no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan
bahwa Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hampran lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
dan lingkunganya, yang satu dengn yang lainnya tidak dapat dapisahkan
(Depertemen Kehutanan, 1999).
Menurut Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan
pengertian kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadannya sebagai hutan
tetap, sedangkan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Secara
sederhana manfaat hutan dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem konsep
alam yang meyediakan aliran “barang” dan “jasa” yang sangat bermanfaat bagi
manusia dan lingkungan. Jasa lingkungan ini dihasilkan oleh proses yang
terjadi pada ekosistem alam. Contohnya, hutan sebagai ekosistem alam
menyediakan berbagai produk kayu dan non kayu. Selain itu, hutan merupakan
reservoir besar yang dapat menampung air hujan dan menyaring air tersebut,
yang selanjutnya dapat bermanfaat bagi manusia
Sejarah hutan ini pertamanya disebut Hutan Karama (hutan larangan)
dimana wilayah berupa hutan primer yang menjadi daerah serapan air yang
disebut alah tua tidak boleh dibabat untuk lahan perkebunan, karena alah tua
merupakan penyedia layanan ekosistem berupa air bersih yang dikonsumsi
warga dan air untuk pertanian serta menghasilkan oksigen murni, udara yang
segar, dan juga berfungsi sebagai penahan longsor. Selain hutan ada juga
kawasan yang terlarang berupa batu gamping (formasi karts di daerah Garonga)
yang membatasi dusun Asaan dan dusun Dea Kaju. Di wilayah itu terdapat situs
kuburan tua dan bekas perkampungan To Jolo. Kawasan itu tidak boleh dirusak
karena merupakan salah satu tempat yang bersejarah . Selain itu, bebatuan
gamping juga menjadi penyimpan dan penyuplai air untuk keperluan air minum
dan pengairan persawahan. Dan masyarakat sekitar menyebut denagan nama
Uma atau lahan (sawah) yang digunakan untuk menanam padi ladang..
Pahkampongan atau wilayah yang dijadikan tempat pemukiman. Barabah
(wilayah yang dijadikan kebun oleh masyarakat.) dan Pinole adalah bekas
perkebunan yang sudah ditinggalkan dan sudah menjadi hutan dengan pohon
kayu yang berukuran kecil dan sedang.
Didesa ini terdapat beberapa julukan bagi pemangku adat Tomatua
bertugas mengambil keputusan tertinggi dalam Komunitas Adat, Tomatua
memiliki beberapa orang pembantu yang disebut Parewa. Sorong bertugas
memimpin ritual terkait pengelolaan lahan garapan sejak pembukaan lahan
sampai pemanenan dan sebagai sumber informasi mengenai pemeliharaan
tanaman atau yang berkaitan dengan hama/penyakit,Tomintaung bertugas
menentukan waktu-waktu yang baik, seperti Awal menanam padi ,Waktu
menikah, Mendirikan rumah baru,Sando, bertugas mengobati penduduk-
penduduk komunitas adat yang sakit baik melalui kekuatan spiritual maupun
ramuan-ramuan tradisional, sando juga dapat membantu warga yang ingin
melahirkan. Pantoean Indo, bertugas menentukan penggiliran dalam
pengelolaan lahan komunal bagi masyarakat adat dan sebagai sumber informasi
terkait pengelola/penggarap lahan komunal secara kronologis dalam
penyelesaian sengketa antar-warga yang berkaitan dengan lahan.
Namun sekarang Kondisi hutan di Desa Kadingeh saat ini kurang baik,
hal ini disebabkan karena adanya penebangan liar dan pengalihan kawasan
hutan menjadi perkebunan. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap tugas
pengawasan terhadap kelestarian hutan di Desa Kadingeh telah menjadi salah
satu pemicu perilaku menebang pohon di hutan. Kegiatan penebangan kayu
secara liar (illegal logging) telah menyebabkan berbagai dampak negatif dalam
berbagai aspek, sumber daya hutan yang sudah hancur. Kerugian akibat
penebangan liar memiliki dimensi yang luas tidak saja terhadap masalah
ekonomi, tetapi juga terhadap masalah sosial, budaya, politik dan lingkungan.
B. Kondisi Fisik Hutan
Berdasarkan hasil observasi saya dimana lokasinya berada di Desa
Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Dimana lokasi hutannya
berjarak sekitar 2 km dari desa ini, dimana luas kawasan hutan sekitar 30 hektar.
Di Kabupaten Enrekang Kawasan hutan difungsikan sebagai kawasan Untuk
perkebunan dan diproduksi oleh masyarakat baik dari segi HHBK maupun
HHK serta perlindungan resapan air dan kawasan hutan sekitar mata air.
Difungsikan demikian karena terdapat sumber mata air yang mempunyai debit
yang cukup besar sehingga mampu memasok kebutuhan air bagi daerah
sekitarnya. Besar debit air yang keluar di kawasan hutan menjadikan kawasan
tersebut sumber mata air bagi masyarakat sekitar kawasan lindung Belantu.
C. Topografi
Hutan di Desa Kadingeh memiliki kondisi daerah yang berbukit bukit ,
berada di atas gunung dengan ketinggian antara 750 Mdpl sampai 1005 Mdpl,
kondisi tanah yang cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman).
Iklim dan curah hujan di Desa Kadingeh hampir sama deangan daerah
yang berada di Kabupaten Enrekang yakni terdapat 2 musim ( musim hujan dan
musim kemarau ). Musim hujan biasanya dimualai pada bulan november
sampai juli dan oleh masyarakat petani dimanfaatkan untuk menanam berbagai
jenis tanaman pertanian jangka panjang maupun tanaman jangka pendek.
D. Potensi kawasan hutan
1. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang ada di kawasan hutan desa
kadingeh meliputi Kemiri, Aren, Damar,madu,bamboo sedangkan
untuk macam buah-buahan berupa durian,rambutan,langsat, jambu biji,
sirsak dan kelapa.
2. Hasil Hutan Kayu (HHK) yang ada dikawasan hutan desa kadingeh
meliputi Pohon jati, Suren, Bitti dan pohon Cendana.
3. Jasa Lingkungan di desa kadingeh ini terdapat satu tempat wisata
berupa gua yang dinamakan lo’ko wai lambun dimana lokasinya sekitar
3km dari desa. Dan informasi yang saya dapat tempat wisata untuk saat
sementara dibenahi dan akses masuknya pun masih berupa jalan kerikil.
E. Kondisi Social Ekonomi
Jenis mata pencaharian masyarakat di Desa Kadinegh antara lain yaitu
petani, pedagang, PNS, buruh, honorer. Akan tetapi masyarakat Desa Kadinegh
lebih banyak mata pencaharianya sebagai petani. Masyrakat memanfaatkan
lahan – lahan yang ada untuk ditanami bawang merah, jagung, tomat, kol,
wortel, ubi, kopi, dan lain – lain. Masyarakat juga sebagian mengembala ternak.
Bila ditinjau dari segi jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa
Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang jumlah penduduk
menurut tingkat pekerjaan yang paling banyak adalah petani dengan persentase
74,85%, sedangkan jumlah penduduk menurut tingkat pekerjaan yang paling
sedikit yaitu PNS dengan persentase 1,7%. Dan buruh,honorer serta pedagang
juga sebagian kecil pekerjaan dari masyarakat.
Kegiatan sosial yang dilakukan masyarakat sehari hari masih menganut
gotong royong seperti kerja bakti memperbaiki jalan, memperbaiki perairan dan
kegiatan keagamaan serta kerja bakti yang rutin dilakukan mempererat
silaturahmi antar masyarakat
F. Profil Desa Dan Penduduk
Penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya sebuah
Negara/wilayah atau sekaligus sebagai aset atau modal bagi suksesnya
pembangunan disegala bidang kehidupan bail dalam bentuk pembangunan fisik
maupun non fisik. Oleh karena itu kehadiran dan perannya sangat menentukan
bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar,
sehingga dibutuhkan data atau potensi kependudukn yang tertib dan terukur.
Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal disekitar
hutan baik yang memanfaatkan hasil hutan tersebut secara langsung maupun
tidak langsung. Desa Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
dengan batas wilayah Desa Kadingeh sebagai berikut.
Sebelah Utara : Desa Janggurara
Sebelah Selatan : Desa Bulo
Sebelah Timur : Desa Eran Batu
Sebelah Barat : Desa Banti
Desa ini terletak di seblah Utara Desa janggurara ± 6 Km Dan dapat
ditempuh dengan kendaraan roda empat dan dua sekitar 1 jam.Luas Desa
Kadingeh sebesar 1.213 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut; Seblah utara
berbatasan dengan desa Janggurara, sebelah Selatan Desa Bulo, SebelahTimur
Desa Eran Batu, Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Banti.
Jumlah Penduduk Didesa Kadingeh sejumlah 1.708 jiwa dimana jumlah
KK ada 451 dan Jumlah rumah berupa 401 bangunan.
G. Pendapatan
Tingkat pendapatan masyarakat Desa kadingeh yang tidak menentu,
dalam kesehariannya mengandalkan hidupnya dari hutan. Rendahnya tingkat
pendapatan petani hutan, disebabkan mereka belum dapat memetik hasil dari
tanaman pokok . Meskipun penghasilan masyarakat yang tinggal di sekitar
hutan tidak menentu, mereka tetap bertahan hidup. Hal ini karena adanya
jaminan sosial dari pihak keluarga serta tetangga dalam bentuk saling
membantu, dan hidup bergotong-royong.
Berdasarkan hasil observasi saya pendapatan adalah sejumlah uang
yang diterima masyarakat selama satu bulan. Dimana Tingkat pendapatan
diukur dengan 4 tingkatan yaitu di bawah Rp500.000,- sebanyak 38 orang
(55,88%), sebanyak 19 orang (27,95%) berpendapatan Rp 500.000, sampai Rp
1.000.000, dan sebanyak 11 orang (16,17%) yang berpendapatan di atas Rp
1.000.000,.
H. Bentuk pemamfaatan hutan oleh masyarakat
Bentuk Pemanfaatan lahan yang di terapkan oleh Masyarakat di Desa
kadingeh Masih bersifat tradisional dan Sederhana. Hal ini merupakan kebiasan
turun temurun bagi masyarakat yang ada. Berdasarkan pengamatan di lapangan
diketahui bentuk bentuk pemamfaatnya adalah hutan alam, sawah, perkebunan,
(kebun campuran, kopi, cengkeh, dan tanaman semusim,) semak belukar, dan
pemukiman.
Masyarakat sekitar desa memamfaatkan hutan sebagaimana mestinya.
mulai dari pemamfaatan jasa lingkungan,pemamfaatna hasil hutan bukan kayu
terutama pemamfaatn dan pengolahan bambu dan kemiri. Dan juga digunakan
sebagai pemamfaatan hasil kayu. Dimana terdapat empat dasar kebutuhan
masyarakat perdesaan terutama di sekitar hutan yang perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan hutan yaitu Bahan makanan ,Kayu bakar , Makanan ternak
dan Kayu untuk perkakas atau bangunan.
Masyarakat Yang tinggal bermukim dan beraktifitas dalam kawasan
hutan menghawatirkan lahan mereka kemungkinan termaksud dalam kawasan
Hutan Lindung. Masalah besar yang kemudian timbul jika lahan yang mereka
tempati termaksud dalam kawasan Hutan Lindung. Bentul potensi konflik yang
ada di Desa Kadinegh adalah sebagai berikut
a) Masyarakat yang tinggal bermukim dan berladang dalam
kawasan Hutan Lindung dimana mereka mengelolah lahan
warisan nenek moyang mereka atau keluarga mereka dan
adapula yang membuka lahan demi meningkatkan ekonomi.
b) Masyarakat bermukin di luar kawasan hutan teteapi memiliki
lahan berupa tanaman kopi, merica, cengkeh, dll dalam kawasan
Hutan Lindung.
c) Masyarakat dalam Kawasan Hutan Lindung cenderung merusak
kawasan karena mereka menebang pohon untuk membuka lahan
dijadikan kebun dan kebutuhan kayu baik untuk bangunan
rumah mereka maupun dijadikan kayu bakar.
d) Terbitanya surat surat tanah dalam kawasan hutan lindung bisa
memicu jual beli tanah dalam kawasan hutan lindung
e) Tidak adanya patok atau batas disekitaran kawasan hutan
lindung memicu masyarakat membuka lahan.
Dan untuk perizinan peneglolahan kayu sudah diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Enrekang Nomor 13 Tahun 2006 tentang pengelolaan kayu tanah milik
/hutan rakyat dimana terdapat dalam BAB III pasal 3 yang menyatakan
1. setiap penebangan/pemanenan/pemungutan kayu tanah milik/hutan rakyat baru
dapat dilakukan setelah mendapat IPKTM dari pejabatyang berwenang
2. pemberian IPKTM dimaksud dalam rangka pemamfaatan sumber daya hutan
yang lestari dan berkelanjutan serta menjaga dan memelihara fungsi hutan dan
kelestarian lingkungan sekaligus mengamankan penertiban penebangan kayu
sesuai Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
3. IPKTM dapat diberikan kepada perorangan baik itu diperjual belikan maupun
untuk pemakaian sendiri.
4. Izin sebagaiman dimaksud dalam ayatt (1),(2,(3),diberikan pada areal tanah
milik atau hutan rakyat yang berada diluar kawasan hutan Negara dan diluat
hutan rakyat berfungsi lindung, fungsi konservasi berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten.
I. Hasil Inventarisasi Potensi Dalam Plot Praktikum

TP Volu
Keliling Ttot Tbc Ttot Tbc Diamete me
N0 Jenis pohon (m) Lbds
r Poho
(cm) (°) (°) (m) (m)
(m) n
(m³)
1 Jati (tectona 90 1,3 40 30 9,7 7 0,286 0,064 0,435
grandis )
Suren (toona 110 1,3 71 27 30,3 6,3 0,350 0,096 2,036
2
sureni )
Durian
3 (durio 70 1,3 50 29 13,2 6,8 0,2229 0,039 0,360
zibethinus )
Jati (tectona 60 1,3 49 28 12,8 6,6 0,191 0,028 0,250
4
grandis )
Jati (tectona 76 1,3 50 30 13,21 6,4 0,242 0,045 0,420
5
grandis )
Bitti(vitex 104 1,3 72 45 31,1 11,3 0,3312 0,086 1,93
6
cofassus)
Jati (tectona 130 1,3 70 50 28,8 13,21 0,414 0,134 2,70
7
grandis)
Bitti(vitex 90 1,3 80 40 58 9,7 0,287 0,064 0,60
8
cofassus)
Jati (tectona 80 1,3 60 20 18,6 4,9 0,254 0,051 0,66
9.
grandis)
Berdasarkan tabel hasil inventarisasi di atas, di mana di dalam plot lingkaran
dengan ukuran jari jari 17,8 m hanya ditemukan 9 pohon yang mana masing masing 1
pohon durian (Durio zibethinus) dan 5 pohon jati, 1 pohon suren dan 2 pohon bitti
Masing masing pohon jati memiliki ukuran tinggi, diameter dan volume yang berbeda
namun perbedaannya tidak terlalu signifikan, itu mungkin karena tahun penanaman
pohonnya sama pada tahun 1995, berbeda dengan pohon suren atau yang memiliki
nama ilmiah Toona Sureni. Dimaan pohon ini mampu mencapai diameter sekitar 1
meter, bahkan lebih Hal ini karena jenis kayu suren dinilai cukup memiliki kualitas
yang baik dan tidak mudah mengalami pembusukan atau dimakan rayap. Karakter
kayu suren ini pada bagian batangnya akan nampak pecah serta seakan tumpang tindih.
Warnah kulit pohon suren sendiri coklat keputihan, pusat hingga kelabu-abuan serta
menimbulkan aroma khas pada saat ditebang atau dipotong. Sedangkan pada pohon
durian memilki diameter 0,360 m³ dan untuk pohon bitti sendiri memilki volume yang
hamper berbeda itu mungkin krna proses penanamannya berbeda atau tidak bersamaan.
,Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan Ttot (m), tbc (m),
diameter, lbds dan volume antara lain:
Ttot = Tan α Ttot. JP. TP
Ket = Tan α : derajat ketinggian
JP : Jarak pengamat
TP : Tinggi pengamat (1,3 m)
Tbc = Tan α Tbc. JP. TP
Ket = Tan α : derajat ketinggian bebas cabang
d = k/
ket = k : keliling

Lbds = ¼ d)2
V = Lbds.h.f
Ket = h : ttot (m)/ketinggian total
f : angka bentuk (hutan alami 0,7 & hutan buatan 1)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa saya tarik dari hasil observasi di hutan Desa
Kadingeh, Kecamatan Baraka ,Kabuoaten Enrekang sebegai berikut
a) Kondisi hutan di Desa Kadingeh saat ini kurang baik, hal ini disebabkan
karena adanya penebangan liar dan pengalihan kawasan hutan menjadi
perkebunan. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap tugas
pengawasan terhadap kelestarian hutan
b) Jenis mata pencaharian masyarakat di Desa Kadinegh antara lain yaitu
petani, pedagang, PNS, buruh, honorer. Akan tetapi masyarakat Desa
Kadinegh lebih banyak mata pencaharianya sebagai petani.
c) Hutan di Desa Kadingeh memiliki kondisi daerah yang berbukit bukit ,
berada di atas gunung dengan ketinggian antara 750 Mdpl sampai 1005
Mdpl, kondisi tanah yang cukup subur untuk ditanami berbagai jenis
tanaman).Iklim dan curah hujan di Desa Kadingeh hampir sama
deangan daerah yang berada di Kabupaten Enrekang yakni terdapat 2
musim ( musim hujan dan musim kemarau ) dimana potensi hutannya
meliputi HHBK,HHK dan Jasa Lingkungan.
B. Saran
Pemerintah sebaiknya melakukan pengawasan terhadap hutan lindung
agar masayrakat tidak merambah hutan dengan terus menerus. Serta
Masyarakat juga harus berperan aktif dalam melakukan pelestarian dan
penghijauan hutan kembali (reboisasi). Tanpa peran serta dan dukungan
masyarakat maka kelestarian hutan juga tidak dapat dikendalikan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan, 1999. Hutan dan pengelolahan Hutan. Depertemen


Kehutanan Jakarta.

Fauzi, Hamdani. 2012. Pembangunan Hutan Berbasis Kehutanan Sosial. Karya Putra
Darwati. Bandung.

Golar, 2014. Resolusi Konflik dan Pemberdayaan Komunitas Peladang di TNL.


Prosiding Seminar Nasional Reaktualisasi Pengelolaan Hutan berbasis
masyarakat. Makasar

Suhendang, Endang, 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor. Yayasan Penerbit


Fakultas Kehutanan.
LAMPIRAN
Penentuan Lokasi Observasi

Proses pengukuran
Pemukiman masyarakat
Potensi Kawasan Hutan
Data

Anda mungkin juga menyukai