Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA IV

ANALISIS ALUMINIUM TERTUKAR (Aldd)

DISUSUN OLEH :

Ghina Nuur Afiifah (1603015023)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah
tanah-tanah bereaksi masam (pH rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo
Ultisol. Ditinjau dari sudut luasnya, Ultisol mempunyai potensi yang besar untuk
dijadikan lahan pertanian. Luas Ultisol di Indonesia mencapai 45,8 juta ha atau 25
% luas tanah Indonesia (Subagyo et al., 2004)

Al-dd merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan sangat
menentukan kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan tanaman dengan cara berinteraksi meracuni perakaran,
khususnya tanah masam yang erat hubungannya dengan persentase ion H+ dan
Al3+ yang dipertukarkan karena Aluminium merupakan sumber keasaman yang
sangat penting. Dengan persentase Al-dd yang tinggi berarti menunjukkan tingkat
kemasaman suatu jenis tanah. Semakin masam suatu tanah, berarti pHnya menurun
sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah semakin menurun karena kemampuan
unsur Al untuk mengikat unsure P membentuk Al-P yang tidak tersedia dan tidak
dapat diserap oleh akar tanaman.

B. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui berapa banyak jumlah Aluminium dan Hidrogen yang dapat
dipertukarkan dalam tanah.

2. Mengetahui cara mencari Aldd pada tanah


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat ditukarkan
(Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH
< 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer yang sangat
merugikan dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk
mengukur sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin tinggi
kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman.
Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang
diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah (Winarso,
2005).

Bila kejenuhan aluminium > 60%, tanah tersebut sering dikatakan tidak layak
untuk tanah pertanian sebelum direklamasi atau ameliorasi terlebih dahulu. Oleh karena
kejenuhan aluminium dipengaruhi oleh KTK dan juga dipengaruhi oleh tekstur, maka
semakin kasar tekstur tingkat kebahayaan aluminium semakin tinggi (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002). Hakim, dkk (1986) menyatakan bahwa keracunan aluminium
menghambat perpanjangan dan pertumbuhan akar primer, serta menghalangi
pembentukan akar lateral dan bulu akar. Apabila pertumbuhan akar terganggu, serapan
hara dan pembentukan senyawa organik tersebut akan terganggu. Sistem perakaran
yang terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya akar menyerap unsur hara.

Penetapan Al-dd dapat dilakukan melalui uji tanah. Tanah yang  mengandung


ion-ion (-) sehingga kation yang dapat dipertukarkan hanyalah kation yang menempel
pada tanah diantaranya Ca+,Mg,K,Na, dll. Penetapan Al-dd jugan dapat dilakukan
dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N,HCl 0,1 N, dan 10 ml NaF. Tanah yang
mengandung mineral liat smektit mempunyai prospek yang cukup besar untuk diolah
menjadi lahan pertanian tanaman pangan jika dibarengi dengan pengelolaan tanaman
dan tanah yang tepat. Tanah yang mengandung mineral liat smektit umumnya terdapat
pada order Vertisol dan order lain ber subgrup vertik.(Nursyamsi.dkk, 2008). Tanah-
tanah vertik mempunyai sifat irreversible terhadap pengeringan namun intensitasnya
rendah

Aluminium dapat ditukar dapat diekstrak dari contoh tanah dengan garam KCl
sehingga menjadi AlCl3. Selanjutnya terhidrolisis menjadi HCl lalu dititrasi basa.
Ditambahkan NaF dan ion OH- yang bebas dititrasi dengan asam. Sementara itu,
keasaman tanah (pH) , ditetapkan dengan menukar ion H+ dan Al3+ yang berada dalam
kompleks absorpsi dengan KCl. Jumlah ion H+ dan Al3+ dilakukan dengan cara
penambahan NaF untuk membebaskan NaOH yang kemudian dititer dengan larutan
HCl standard. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 - 6,5 dengan pH optimum
5 - 5,5. Sedangkan pada lahan gambut pH asam, miskin haramikro, drainase buruk,
kering tidak balik (irreversible drying), dan kesuburanyang relatif rendah. Selain itu,
risiko hama dan penyakit juga banyak terdapat dilahan ini (Kartasapoetra, 1980).

Dalam kisaran pH 6,0 - 7,0 hampir semua hara tumbuhan tersediakan


dalam jumlah optimum. Pada pH di bawah 6,0 dapat terjadi kekahatan hara Ca, Mg, dan
K. Sebaliknya dalam tanah sangat masam sampai luar biasa masam unsur-unsur Al, Fe,
Mn, Cu, dan Zn dapat meningkatkan ketersediaanya dalam kadar sangat tinggi sehingga
meracun. Sebaliknya, pada reaksi tanah sangat basa, kadar unsur hara mikro terlarutkan
sangat rendah yang dapat menjadi kahat. Kerendahan ketersedian berkaitan dengan
kecenderungan unsu-unsur terendapan sebagain senyawa hidroksida yang tidak larut
berupa Al(OH)3 ,Fe(OH)3 ,Mn(OH)4 ,Cu(OH)2 ,Zn(OH)2 (Notohadiprawiro,1998)

Pengaruh kercacunan Al terutama membatasi kedalaman maupun percabangan


akar, hingga akan menghambat daya serap tanaman terhadap hara lain. Pada beberapa
tanaman, keracunan Al memperlihatkan gejala daun yang mirip defisiensi P, kekerdilan
menyeluruh, dedaunan mengecil berwarna hijau gelap dan lambat matang, batang, daun
dan urat berwarna ungu, ujung daun menguning dan mati (Sutaryo, 2005).

Secara fisiologis dan biokimiawi, keracunan Al menyebabkan; (1) terganggunya


pembelahan sel pada pucuk akar laternya, (2) pengerasan dinding sel akibat
terbentuknya jalinan peptin abnormal, (3) berkurangnya replikasi DNA akbit
meningkatnya kekerasan helix ganda DNA, (4) terjadinya penyematan (fiksasi) P dalam
tanah menjadi tidak sersedia atau pada permukaan akar, (5) penurunan respirasi akar,
(6) terganggungnya enzim-enzim regulator fosforilasi gula, (7) terjadinya penumpukkan
polisakarida dinding sel, (8) terganggunya penyerapan, pengangkutan, dan penggunaan
beberapa unsur esensial seperti Ca, Mg, K, P, dan Fe (Hanafiah, 2015)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Analisis Aluminium Tertukar (Aldd) di laksanakan pada hari Selasa,


tanggal 29 Oktober 2019 Pukul 13.00 – 15.00 WITA. Di Laboratorium Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman.

B. Alat dan Bahan

 Alat

1. Botol Film 5. Centrifuge

2. Timbangan Digital 6. Gelas Erlenmeyer

3. Pengocok Horisontal 7. Pipet Ukur

4. Tabung Centrifuge

 Bahan

1. Sampel tanah

a. A1 = Tanah

b. A2 = Tanah + Pupuk Kandang Sapi

c. A3 = Tanah + Pupuk Kandang Kambing

2. KCL

3. Larutan Penoptalin

4. NaOH

5. HCL

6. NAF
C. Prosedur Kerja

1. Timbang sampel tanah 2gram yang sudah di haluskan dengan ayakan 2ml

2. Tambahkan larutan KCl 20ml

3. Kocok di Horisontal Shaker selama 30 menit dengan kecepatan 200

4. Beningkan dengan alat sentrifuge selama 10 menit dengan 1500 RPM

5. Pipet sebanyak 10ml dan masukkan ke labu erlemeyer 50ml

6. Tetesi dengan larutan penoptalin 3 hingga 4 tetes

7. Titrasi dengan larutan NaOH 0.02N sampai warna merah jambu

8. Tetesi dengan larutan HCl 1 atau 2 tetes sampai warna jambu hilang

9. Tambahkan larutan NAF 2ml

10. Titrasi dengan HCl sampai warna jambu hilang

11. Lakukan perhitungan :

 Kemasaman Total = (T1 – Blank) x NaOH x 100

 Al-dd = (T2 – Blank) x HCl x 100

 H+ = T1 – Al-dd
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada parktikum adalah sebagian


berdasarkan :

Tabel hasil analisis

Sampel Tanah NaOH HCl NAF + HCl


1A (Tanah) 0,5 ml 0,4 ml 0
2A (Tanah + PKS) 0,5 ml 0,6 ml 0

3A (Tanah + PKK) 0,3 ml 0,3 ml 0


Kontrol/Blank 0 ml 0 ml 0

Tabel hasil perhitungan

Kemasaman Al-dd H+ Kalsit Dolomit


Total
1.200 CaCO3 1.305,6 kg/ha
1 me / 100gr 0,8 me/100gr 0,2 me
kg/ha
108 CaCO3 43.197,25 kg/ha
1 me / 100gr 1,2 me/100gr 0,2 me
kg/ha
9.000 CaCO3 9.792 kg/ha
0,6 me / 100gr 0,6 me/100gr 0 me
kg/ha

1. 1A ( Tanah)

 Kemasaman Total = (T1 – Blank) x NaOH x 100

= (0,5 – 0) x 0,02 x 100

= 0,5 x 0,02 x 100

= 1 me / 100gr
 Al-dd = (T2 – Blank) x HCl x 100

= (0,4 – 0) x 0,02 x 100

= 0,4 x 0,02 x 100

= 0,8 me/100gr

 H+ = T1 – Al-dd

= 1 – 0,8

= 0,2 me

 Kalsit (Faktor = 1,5)

1A = Al dd x 1,5

= 0,8 x 1,5

= 1,2 me/100gr

Konfersi = (BA Ca)/(V ×1000) =40/2000=0,02 Ca gr/100gr

= 1,2 x 0,02

= 0,024 Ca gr/kg

gr → kg = 0,024 x 1000/100

= 0,24 x 2.000.000

= 480.000 Ca kg/Ha

gr → kg = 480.000 : 1.000 = 480 Ca kg/Ha

Konversi Ca → CaCO3→ Faktor = 2,5 → 480 x 2,5

= 1.200 CaCO3 kg/ha

 Dolomit ( Faktor = 2,72)


1A = 480 Ca kg/ha

= 480 x 2,72

= 1.305,6

2. 2A (Tanah + PKS)

 Kemasaman Total = (T1 – Blank) x NaOH x 100

= (0,5 – 0) x 0,02 x 100

= 0,5 x 0,02 x 100

= 1 me / 100gr

 Al-dd = (T2 – Blank) x HCl x 100

= (0,6 – 0) x 0,02 x 100

= 0,6 x 0,02 x 100

= 1,2 me/100gr

 H+ = T1 – Al-dd

= 1,2 – 1

= 0,2 me

 Kalsit (Faktor = 1,5)

2A = Al dd x 1,5

= 1,2 x 1,5

= 1,8

Konfersi = (BA Ca)/(V ×1000) =40/2000=0,02 Ca gr/100 gr

= 1,8 x 0,02
= 2.16 Ca gr/kg

gr → kg = 2,16 x 1000/100

= 21.6 x 2.000.000

= 43.200.000 Ca kg/Ha

gr → kg = 43.200.000 : 1.000

= 43.200 Ca kg/Ha

Konversi Ca → CaCO3→ Faktor = 2,5 → 43.200 x 2,5

= 108 CaCO3 kg/ha

 Dolomit ( Faktor = 2,72)

1B = 43.200 Ca kg/ha

= 43.200 x 2,72

= 43.197,25

3. 3A (Tanah + PKK)

 Kemasaman Total = (T1 – Blank) x NaOH x 100

= (0,3 – 0) x 0,02 x 100

= 0,3 x 0,02 x 100

= 0,6 me / 100gr

 Al-dd = (T2 – Blank) x HCl x 100

= (0,3 – 0) x 0,02 x 100

= 0,3 x 0,02 x 100

= 0,6 me/100gr
 H+ = T1 – Al-dd

= 0,6 – 0,6

= 0 me

 Kalsit (Faktor = 1,5)

3A = Al dd x 1,5

= 0,6 x 1,5

= 0,9

Konfersi = (BA Ca)/(V ×1000) = 40/2000= 0,02 Ca gr/100gr

= 0,9 x 0,02

= 0,18 Ca gr/kg

gr → kg = 0,18 x 1000/100

= 1,8 x 2.000.000

= 3.600.000 Ca kg/Ha

gr → kg = 3.600.000 : 1.000

= 3.600 Ca kg/Ha

Konversi Ca → CaCO3→ Faktor = 2,5 → 3.600 x 2,5

= 9.000 CaCO3 kg/ha

 Dolomit ( Faktor = 2,72)

1C = 3.600 Ca kg/ha

= 3.600 x 2,72

= 9.792
B. Pembahasan

Pada praktikum Analisis Tanah tentang “ Analisis Aluminium Tertukar (Aldd)”


yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui cara menentukan Analisis Aluminium
Tertukar (Aldd). Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat
data table, pada sampel tanah 1A memiliki keasaman total = 1 me / 100gr, Al-dd = 0,8
me/100gr, dan H+ = 0,2 me. Pada sampel tanah 2A memiliki keasaman total = 1 me /
100gr, Al-dd = 1,2 me/100gr, dan H+ = 0,2 me. Dan pada sampel tanah 3A memiliki
keasaman Total = 0,6 me / 100gr, Al-dd = 0,6 me/100gr, dan H+ = 3 me.

Jika di tinjau dari pH pada sampel 1A diketahui pH 4, 95, sampel 2A diketahui pH


6,18, dan sampel 3A diketahui pH 6,20. Seperti yang dikemukakan oleh Winarso
(2005), Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat ditukarkan
(Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0,
diketahui bahwa Al-dd hanya terdapat pada tanah yang masam karena Al akan mengikat
unsure hara yang akan mengakibatkan menurunnya pertumbuhan tanaman. Jadi
berdasarkan pernyataan sampel tanah 1A, 2A, dan 3A merupakan tanah yang tidak
terdapat Aldd.

Keasaman total pada sampel 1A, 2A, dan 3A hanya berasal dari H+ yang memiliki
nilai sebesar 1A= 0,8 me / 100gr, 2A = 1,2 me / 100gr, dan 3A = 0,6 me / 100gr. Hdd
adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Tingkat kejenuhan hidrogen di
dalam tanah disebabkan ion H yang terjerap pada permukaan koloid yang merupakan
penyebab kemasaman. Menurut Rosmarkam dan Yuwono, (2002) Bila kejenuhan
aluminium > 60%, tanah tersebut sering dikatakan tidak layak untuk tanah pertanian
sebelum direklamasi atau ameliorasi terlebih dahulu. Oleh karena kejenuhan aluminium
dipengaruhi oleh KTK dan juga dipengaruhi oleh tekstur, maka semakin kasar tekstur
tingkat kebahayaan aluminium semakin tinggi.

Kebutuhan kapur suatu tanah, Pengapuran seperti pendapat Bowles (1991),


Pengapuran merupakan salah satu upaya untu kmempertahankan kestabilan keasaman
(pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit. Jadi pemberian kapur adalah
upaya kita untuk menaikan pH suatu tanah jika tanah tersebut dikeahui asam dan untuk
menjaga unsure hara yang terdapat pada tana tersebut. Pada sampel 1A jumlah kalsit
yang dibutuhkan adalah 1.200 CaCO3 dan dolomite 1.305,6 kg/ha, pada sampel 1B
jumlah kalsit yang dibutuhkan adalah 108 CaCO3 dan dolomite 43.197,25 kg/ha, dan
pada sampel 1C memiliki jumlah kalsit yang dibutuhkan adalah 9.000 CaCO3 dan
dolomite a9.792 kg/ha.

Dapat dilihat dari hasil pegamatan dan perhitungan bahwa semakin besar Aldd yang
didapat maka semakin besar kebutuhan kalsit dan dolomit. Pada sampel tanah 1A yaitu
tanah yang tidak dicampur atau dikompositkan dengan pupuk lain dan 1B yaitu tanah
dan pupuk kandang kambing mendapatkan hasil Aldd yang besar dibandingkan dengan
4C yaitu tanah dan pupuk kandang sapi. Hal itu terjadi karena sampel tanah tersebut
mampu mengikat yang terdapat dalam tanah sehingga Al yang dapat ditukar lebih
sedikit atau sukar untuk dilepas dari ikatan dari pada sampel tanah yang tinggi Aldd
nya.

pH tanah sangat berpengaruh dalam menentukan jumlah aluminium dan kebutuhan


kapur karena tanah yang masam memiliki jumlah Al yang besar dari pada tanah yang
memiliki pH basa, karena aluminium memiliki sifat mengikat unsur hara yang akan
menghambay pertumbuhan tanaman dan tanah akan kekurangan unsure hara dan
pengaruanlah cara untuk membut tanah menjadi netral.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum dan pengamatan yang dilakukan, maka dapat disumpulkan :

1. semakin besar Aldd yang didapat maka semakin besar kebutuhan kalsit dan
dolomit. Pada sampel tanah 1A yaitu tanah yang tidak dicampur atau
dikompositkan dengan pupuk lain dan 1C mendapatkan hasil Aldd yang besar
dibandingkan dengan 1B. Hal itu terjadi karena sampel tanah tersebut mampu
mengikat yang terdapat dalam tanah sehingga Al yang dapat ditukar lebih sedikit
atau sukar untuk dilepas dari ikatan dari pada sampel tanah yang tinggi Aldd
nya.

2. Dilihat dari Tingkat kemasaman tanah, ada tidaknya Aldd serta pH masing-
masing sampel tanah maka tanah tersebut tidak perlu dilakukan penambah
pengapuran untuk menambah pH tanah.

B. Saran

Saran yanag dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya adalah dalam


melakukan praktikum haruslah bersungguh-sungguh agar dapat memahami materi
praktikum dengan baik, dan juga komunikasi dengan anggota kelompok haruslah
tetap terjaga agar mudah dalam melakukan koordinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Kartasapoetra, A. G., 1989 Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk

Merahabilisinya. Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Notohadiprawiro. T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral

Sukra. 1986. Kimia Tanah. Jakarta. Swadaya

Sutaryo, B., A. Purwantoro., dan Nasrullah. 2005. Seleksi Beberapa Kombinasi

Perselisihan Padi Untuk Ketahanan Terhadap Keracunan Aluminium. J.Ilmu Pertanian.

Vol. 12(1)

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Penerbit

Gaya Media.Yogyakarta.
Lampiran

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai