Anda di halaman 1dari 26

LATAR BELAKANG MASUKNYA BANGSA EROPA KE

INDONESIA
1.

Kolonialisme dan imperialisme mulai berkembang sekitar abad ke-15 yang diawali dengan adanya
gejala pembaruan di Eropa di bidang ekonomi, politik, sosial, maupun budaya dalam bentuk gerakan
Renaisans dan Humanisme yang berpikiran maju. Renaisans adalah hasrat dan semangat untuk
berpikiran maju (progresif) dari kondisi atau masa sebelumnya. Sementara Humanisme adalah suatu
doktrin yang menekankan pada kepentingan kemanusiaan dan idealisme. Adapun pusat-pusat
perkembangan Renaisans pada awalnya terdapat di kota-kota pelabuhan Italia, seperti Florence,
Genoa, dan Venesia. Kemampuan berpikir yang berhaluan maju inilah yang kemudian menghasilkan
banyak penemuan-penemuan baru seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial-
ekonomi, dan kebudayaan. 1. Di Bidang Ilmu Pengetahuan Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
ditandai dengan munculnya teori Heliosentris (tata surya) olehNicolaus Copernicus, seorang ahli
ilmu pasti dan astronomi dari Polandia. Ajaran Copernicus yang muncul pada tahun 1543
menjelaskan bahwa matahari sebagai pusat dari seluruh benda-benda antariksa dan ia menyatakan
pula bahwa bentuk bumi adalah bulat seperti bola. Pernyataan Copernicus ini sesungguhnya pernah
muncul jauh sebelumnya, yakni bersumber dari pengalaman Marco Polo yang melakukan perjalanan
dari Venesia (Italia) melalui jalur darat ke negeri Cina antara tahun 1271 - 1292 hingga kembali ke
tempat asalnya. 2. Di Bidang Teknologi Selain di bidang ilmu pengetahuan, Nicolaus Copernicus
juga mampu mengembangkan teknologi dengan cara membuat kompas yang dapat digunakan untuk
menunjukkan arah dalam pelayaran. Pada tahun 1610, muncul ilmuwan baru dari Italia bernama
Galileo yang mendukung dan memperjelas pokok-pokok ajaran Heliosentris dari Copernicus. Pada
saat itu, Galileo telah mampu mengembangkan teknologi dengan cara membuat teropong jauh
(teleskop). 3. Di Bidang Sosial Ekonomi Pada tahun 1453, bangsa Turki Usmani berhasil merebut
wilayah Konstantinopel (terutama Bandar Bizantium yang biasa digunakan sebagai bandar
penghubung perdagangan antara Asia dan Eropa). Peristiwa itu mengakibatkan terputusnya jalur
perdagangan antara Asia dan Eropa sehingga para pedagang sulit untuk mendapatkan
rempahrempah. Kondisi sosial ekonomi para pedagang Eropa menurun akibat krisis lalu lintas
perdagangan ini, dan memaksa mereka untuk mencari jalan lain dalam menemukan daerah
penghasil rempah-rempah dan membelinya secara langsung dengan cara berlayar menjelajahi
samudera. Perjalanan Marco Polo dari Venesia (Italia) ke negeri Cina dan ajaran Copernicus yang
menyatakan bahwa bentuk bumi bulat seperti bola, telah mampu mempengaruhi dan mendorong
pelaut-pelaut Eropa lain seperti bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Perancis untuk
berlayar mengarungi samudera ke segala penjuru dunia hingga dapat menemukan daerah-daerah
baru yang kemudian dikuasai sebagai daerah jajahannya. Latar belakang masuknya bangsa Eropa ke
Indonesia Pada permulaan abad pertengahan, bangsa Eropa sudah mengenal hasil / komoditas
dagang dari Indonesia, yaitu rempah-rempah.Rempah-rempah dari Indonesia masuk ke wilayah
Eropa melalui perdegangan secara berantai. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan penguasa
Turki Usmani menutup perdagangan di Laut Tengah bagi orangorang Eropa, keadaan ini
menyebabkan perdagangan antara dunia Timur dengan Eropa menadi mundur,sehingga barang-
barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang Eropa menjadi berkurang di pasaran
Eropa,terutama rempahrempah. Pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16 pelaut-pelaut
Eropa berhasil menjelajahi samudera dan sampai ke negeri-negeri baru seperti Amerika, Afrika,
AsiaTimur, termasuk Indonesia. Faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa mengadakan
penjelajahan samudera pada akhir abad ke-16 diantaranya: 1. Jatuhnya kota Konstantinopel ke
tangan penguasa Turki Usmani tahun 1453. 2. Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia Timur. 3.
Penemuan Copernicus yang di dukung oleh Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. 4.
Penemuan kompas. 5. Semangat Reconquesta,yaitu semangat pembalasan dendam terhadap
kekuasaan Islam di mana pun. Tujuan penjelajahan samudera ini adalah G, Gold, Glory, Gospel, yaitu
mencari kekayaan, kejayaan dan menyebarkan agama Nasrani. Penjelajahan samudera di pelopori
oleh bangsa Spanyol dan Portugis. Setelah perjanjian Thordesillas (1492) pelautpelaut Spanyol dan
Portugis melakukan penjelajahan samudera untuk mencari dunia baru. Pelaut-pelaut tersebut di
antaranya: 1. Penjelajah dari Spanyol 1. Christopher Columbus, tahun 1492 sampai ke Bahama di
Laut Karibia (Amerika) yang diyakini sebagai India,sehingga penduduk aslinya disebut Indian 1

2. Cortez, tahun 1519 berhasil menduduki Mexico setelah menaklukan kerajann Aztec dan suku
Maya 3. Pizzaro, tahun 1530 berhasil menguasai Peru setelah menaklukan kerajaan Inca 4.
Ferdinand Magelhaens, tahun 1520 sampai di wilayah Filipina 5. Sebastian d’Elcano, tahun 1521
sampai di wilayah Maluku, namun di Maluku telah berkuasa bangsa Portugis. 2. Penjelajah dari
Portugis 1. Bartholomeus Diaz, tahun 1496 sampai ke ujung Afrika yang di beri namaTanjung
Haeapan ( cape of good hope ) 2. Vasco da Gama, tahun 1498 sampai ke Kalkuta,India 3. Alfonso
d’Albuquerque, tahun 1511 berhasil sampai ke Malaka, tahun 1512 sampai ke Maluku. Daerah-
daerah yang berhasil di datangi oleh para pelaut Spanyol dan Portugis dijadikan daeah kekuasaan
negaranya masin-masing, mereka memperkenalkan budaya latin sehingga berkembang budaya latin
di daerah-daerah yang berhasil di dudukinya. Perkembangan kekuasaan bangsa Eropa di Indonesia
1. Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia ( 1511-1641) Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut
oleh bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque,dengan demikian bangsa Portugis
dapat mengadakan perdagangan langsung dengan daerahdaerah di Indonesia seperti Ternate,
Ambon, Banda, dan Timor. Bangsa Portugis berusaha menanamkan kekuasaannya di daerah Maluku
dengan tujuan agar dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah. Tindakan Portugis yang
sewenang-wenang dan bertindak kejam menimbulkan pertentangan antara rakyat Maluku dengan
bangsa Portugis.Kekuasaan Portugia yang berlangsung dari tahun 1511-1641 meninggalkan
peninggalan-peninggalan kebudayaan seperti bahasa, kesenian ( seni musik keroncong),
penggunaan namanama yang meniru nama-nama orang Portugis, dan juga benda-benda peninggalan
berupa meriam-meriam yang diberi nama Nyai Setomi (Solo), si Jagur ( Jakarta ), dan Ki Amuk
(Banten). Selain itu bangsa Portugis menyebarkan agama Katolik oleh seorang Missionaria bernama
Fransiscus Xaverius. 2. Kekuasaan VOC ( Kompeni Belanda ) di Indonesia Bangsa Belanda memulai
pelayarannya pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan sampai di wilayah
Banten dengan tujuan untuk berdagang. Dari Bandar Banten, pelaut Belanda melanjutkan
pelayarannya kea rah timur dan berhasil membawa rempah-rempah dalam jumlah yang cukup
banyak.Sejak keberhaslannya itu, para pedagang Belanda semakin ramai dating ke Indonesia yang
menyebabkan timbulnya persaingan diantara para pedagang Belanda. Untuk mengatasinya,
pemerintah Belanda membentuk kongsi dagang yang diberi nama VOC (Vereenigde Oost Indische
Compagnie) pada tahun 1602. 3. Tujuan dibentuknya VOC adalah : 1. menghindari persaingan
antarpedagang Belanda 2. memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi Portugis dan
Spanyol 3. mencari keuntungan sebesar-besarnya. 4. Hak istimewa VOC : 1. hak monopoli
perdagangan 2. hak octrooi, yaitu hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri 3. hak
ekstirpasi, yaitu hak untuk mengurangi hasil produksi rempah-rempah 4. hak mengadakan
perjanjian, memungut pajak, memiliki angkatan perang, mendirikan benteng, dan hak untuk
menjajah. Pada awalnya VOC berpusat di Banten, tahun 1618 Jan Pieterzoon Coen mendirikan
benteng di Jayakarta, tahun 1619 Jan Pieterzoon Coen mendirikan kota baru yaitu Bataviasetelah
Jayakarta di baker, dan Batavia dijadikan sebagai pusat kekuasaan Belanda di Indonesia. Pada awal
abad ke-18, VOC mengalami kemunduran yang disebabkan oleh: 1. Banyak pegawai VOC yang
korupsi. 2. Persaingan dagang dangan prancis dan inggris. 3. Perdagangan gelap yang meraja lela.
4. Hutang VOC yang semakin besar. 5. Penduduk Indonesia banyak yang miskin. 6. Anggaran
belanja yang besar untuk gaji pegawai. Tanggal 31 Desember 1799 pemerintah Belanda
membubarkan VOC. Indonesia di bawah pemerintahan kerajaan Belanda Setelah di bubarkan,segala
hak dan kewajiban diambil alih oleh pemerintah Republik Bataafshe sampai th 1807,tahun 1807
diganti menjadi kerajaan Holland oleh KaisarNapoleon Bonaparte ( Perancis) dan menunjuk adiknya
Raja Louis Napoleon untuk memerintah Kerajaan Holland. Raja Louis Napoleon mengangkat Hernan
Willen Daendels sebagai Gubernur Jendral di wilayah Indonesia, tugasnya adalaj mempertahankan
Pulau Jawa dari serangan Inggris. Tindakan yang dilakukan Daendels adalah: 1. Membangun
ketentaraan dan mendirikan pabrik senjata. 2. Membangun jalan pos dari Anyer sampai Panarukan.
3. Membangun pelabuhan laut di Merak dan Ujung Kulon. 4. Bupati seluruh Jawa dijadkan pegawai
negeri. 2

5. Perbaikan gaji dan pemberantasan korupsi. Dibidang ekonomi, untuk mengisi kas Negara yang
kosong, di lakukan beberapa cara, yaitu: 1. Kewajiban menanam kopi 2. Pelaksanaan kerja rodi 3.
Penjualan tanah kepada pengusaha swasta ( tanah partikelir ) 4. Menetapkan contingenten: pajak
penyerahan hasil bumi

Masuknya Kekuatan Asing dan Berkembangnya kolonialisme dan Imperialisme barat di Indonesia a.
Pengertian kolonialisme dan imperialisme *. Kolonialisme Kolonialisme berasal dari kata “colonus”
yang artinya petani. Istilah ini diberikan pada para petani Yunani yang pindah dari negerinya yang
tandus dan pindah ke daerah lain yang lebih subur. Para colonus tetap menjalin hubungan dengan
negara asalnya, tapi oleh negara asal(induk) daerah tadi dianggap sebagai bagian dari negara induk
dan harus tunduk pada negara asal (mother land). Dari sinilah muncul awal penjajahan
(imperialisme). Jadi kolonialisme adalah suatu sistem pemukiman warga suatu negara di luar
wilayah induknya atau negara asalnya. Biasanya daerah koloni terletak di seberang lautan dan
kemudian dijadikan bagian wilayah mereka. *. Imperialisme Berasal dari kata latin “imperare” yang
artinya menguasai.Orang yang menguasai disebut imperator yang berarti raja atau penguasa.
Imperium adalah daerah yang dikuasai imperator. Imperator menguasai bangsa yang mendiami
wilayah imperium dengan alasan agar mereka merasa lebih aman atau lebih sejahtera. Jadi
imperialisme adalah suatu sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lain.
Penjajahan dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan atau dengan menanamkan
pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang dijajah. Walaupun kolonialisme dan
imperialisme berasal dari kata dan pengertian yang berbeda namun dalam prakteknya berarti satu
yaitu penjajahan oleh bangsa satu terhadap bangsa lain. Kolonialisme lebih diartikan pada proses
pembentukan atau penguasaan wilayah, sedangkan imperialisme lebih diartikan pada praktek
penjajahannya. Macam-macam imperialisme Pada umumnya imperialisme dapat dibedakan menjadi
2 macam dengan perbedaan sebagai berikut : pembeda Imperialisme kuno Imperialisme modern
Waktu Terjadi sebelum revolusi industri (abad 18) Terjadi setelah revolusi industri Tujuan Glory
(mencari kejayaan) Gold (mencari kekayaan) Gospel (menyebarkan agama kristen) Mencari daerah
baru untuk : -tempat mencari bahan mentah/baku industri -pemasaran hasil indutri -tempat
penanaman modal b. Masuknya kekuatan barat dan berkembangnya kolonialisme dan imperialisme
barat di Indonesia Latar belakang pelayaran orang-orang eropa ke dunia timur dimulai dengan
peristiwa dikuasainya kota Konstantinopel(ibukota Romawi Timur) oleh bangsa Turki dalam perang
salib (1453) membawa perubahan besar bagi bangsa eropa. Kesultanan Turki melarang orang
kristen membeli rempah-rempah dari Konstantinopel yang waktu itu menjadi satu-satunya pusat
perdagangan rempah-rempah di eropa. Hal inilah yang akhirnya memaksa orang orang eropa untuk
berlayar ke dunia timur dengan tujuan mencari sendiri pusat rempah-rempah dunia. Selain latar
belakang di atas ada juga beberapa faktor yang mempercepat keinginan dari bangsa eropa untuk
mengadakan pelayaran samodera, yaitu : keinginan untuk membuktikan teori Copernicus
(heliosentris) - keinginan untuk membuktikan teori Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi itu
bulat - keinginan untuk membuktikan kisah perjalanan Marcopolo dalam bukunya “Imago Mundi”
yang menceritakan keajaiban dan kemakmuran di dunia timur (Cina) ditemukannya kompas sebagai
alat penunjuk arah dalam perjalanan - adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang-
orang islam di seluruh dunia Negara-negara pelopor perjalanan ke dunia timur Masa ketika negara-
negara eropa melakukan perjalanan ke dunia timur dikenal dengan sebutan abad penjelajahan
samodera. Negara-negara yang mempeloporinya adalah Portugis dan Spanyol. Berikut tokoh-
tokohnya : Portugis : Bartholomeus Diaz (sampai ujung selatan Afrika 1486) Vasco da Gama ( sampai
India 1498) Alfonso d’ Albuquerque ( sampai Malaka 1511, Maluku 1512) Spanyol : - Colombus (
penemu jalan ke Amerika, mendarat di kepulauan Bahama dan Haiti 1492) Hernando Cortez (
ekspedisi Meksiko 1485 – 1547) Magelhaenz (pengeliling dunia pertama 1519 – 1522) Negara-
negara eropa yang lain seperti Inggris, Perancis, Belanda dll akhirnya mengikuti jejak Portugis dan
Spanyol 3

mengadakan penjelajahan samodera. Akibat penjelajahan samodera adalah: ditemukannya benua


baru oleh bangsa eropa, seperti Amerika, Australia. Munculnya penjajahan yang dirasakan oleh
bangsa pribumi Pengenalan budaya barat kepada penduduk asli c. Perkembangan Kolonialisme dan
Imperialisme Barat di Indonesia Secara umum kedatangan bangsa barat di Indonesia dilatar
belakangi oleh adanya kebutuhan mendesak mencari rempah-rempah, yang kemudian diikuti oleh
mencari kejayaan dan menyebarkan agama (Glory, Gold, Gospel). Bangsa-bangsa barat yang pernah
menjajah Indonesia antara lain : Spanyol, Portugis, Inggris, Perancis (tidak langsung), Belanda.
Spanyol masuk dari Filipina ke Maluku (Tidore) tahun 1521, Portugis masuk Indonesia dari Malaka
ke Maluku (Ternate) 1512. Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1596 dengan mendarat di
Banten dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Di Indonesia mereka mendirikan VOC (1602). Beberapa
gubernur jenderal Belanda yang memerintah : 1. Jan Pieterzoon Coen (1618), mendirikan benteng di
Jayakarta 2. Daendels (1808-1811) Gubernur jenderal Belanda di Indonesia dalam pengaruh
Perancis,terkenal karena membuat jalan dari AnyerPanarukan Masa penjajahan Inggris, gubernur
jenderalnya dijabat oleh Raffles (1811-1814). Kebijakan yang dilakukannya adalah : 1. membagi
Jawa atas 16 karesidenan untuk mempermudah pengawasan 2. mengangkat para bupati menjadi
pegawai negeri 3. melarang kerja rodi 4. memperkenalkan sistem sewa tanah (landrente) 5.
membentuk susunan pengadilan model Inggris Berdasarkan perjanjian Convention of London (1814)
maka Inggris menyerahkan Indonesia kepada Belanda. Diangkatlan Van Den Bosch menjadi
penguasa di Indonesia dengan tugas mencari uang sebanyak-banyaknya untuk mengisi kas Belanda
yang kosong. Ia kemudian menciptakan politik yang paling menyengsarakan rakyat yaitu “Tanam
Paksa (Cultuurstelsel)”. Penjajahan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat Indonesia,
hal inilah yang kemudian menimbulkan usaha perlawanan rakyat menentang kekuasaan penjajah.
Perlawanan Rakyat Menentang Penjajahan Asing Sebab-sebab terjadinya perlawanan : 1. penerapan
berbagai politik pemerasan yang menyengsarakan rakyat, misal: politik devide et impera politik
monopoli politik pax neerlandica 2. campur tangan penjajah terhadap urusan keraton 3. kekecewaan
rakyat akibat kurang dihargainya budaya penduduk pribumi 4. dll Bentuk-bentuk perlawanan : a.
Perang Maluku (1817) Sebab umum : ketidakpuasan rakyat akibat penerapan politik pemerasan
yang diterapkan misalnya; monopoli cengkeh, pelayaran hongi Cara perlawanan : dengan menyerbu
benteng Belanda Duurstede di Saparua Tokoh : Pattimura, Christina Martha Tiahahu, Anthoni
Reebok, dll b. Perang Paderi (1821-1838) Sebab : pertentangan aliran Wahabi (ingin pemurnian
islam) dgn Tasawuf (islam tradisional) adanya kebiasaan buruk yang ingin diberantas misal; mabuk,
judi dll pertentangan antara hukum adat (matrilinial) dgn hukum islam (patrilinial) perebutan
pengaruh antara kaum adat dengan kaum ulama adanya campur tangan Belanda sehingga situasi
memanas Cara perlawanan : melalui perang Tokoh : Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Gapuk, Tuanku
Nan Cerdik, dll c. Perang Diponegoro (1825-1830) Sebab umum : kekuasaan raja Mataram yang
semakin kecil dan terbatas, dibaginya wilayah kerajaan menjadi 4 daerah lewat perjanjian Giyanti
dikuranginya hak-hak kaum bangsawan keraton beban rakyat semakin berat akibat pemerasan oleh
penjajah Sebab khusus : pembuatan jalan kereta api melewati makam leluhur P. Diponegora tanpa
izin Cara perlawanan : melalui pemberontakan di seluruh tanah Jawa Tokoh : P. Diponegoro, Sentot
Alibasyah, P. Mangkubumi, Kyai Mojo, dll 4

d. Perang Aceh (1873-1904) Sebab perang : perbedaan penafsiran atas kedudukan daerah Sumatera
Timur, baik Belanda maupun kerajaan Aceh menganggap itu wilayahnya - dibukanya terusan Suez
menjadikan Aceh menjadi penting dalam pelayaran internasional adanya pelaksanaan politik Pax
Neerlandica oleh Belanda - penolakan rakyat Aceh terhadap tuntutan Belanda agar Aceh tidak
berhubungan dengan negara asing dan mengakui Belanda sebagai yang dipertuan Cara perlawanan
: melalui pemberontakan bersenjata Tokoh : Teuku Umar, Teungku Cik Di Tiro, Cut Nyak Din, dll e.
Perang Bali (1846-1909) Sebab perang : - tuntutan Belanda untuk menghapuskan hukum “Tawan
Karang” yang ditolak raja-raja Bali raja-raja Bali dipaksa mengakui kedaulatan Belanda Cara
perlawanan : melalui perang puputan Tokoh : I Gustu Ketut Jelantik, I Gusti Ngurah Made
Kerangasem, dll f. Perang Banjarmasin (1859-1863) Sebab perang : - terjadinya perselisihan
mengenai tahta kerajaan antara P. Tamjidillah dan P. Hidayat, di mana Belanda kemudian campur
tangan keinginan Belanda untuk menerapkan politik pax neerlandica disana Cara perlawanan :
melalui perlawanan rakyat Tokoh : P. Hidayat, P. Antasari, dll g. Perang Tapanuli (1878-1907) Sebab
perang : penentangan raja Tapanuli yang masih menganut animisme atas penyebaran agama Kristen
oleh Belanda adanya keinginan Belanda untuk menerapkan politik pax neerlandica Cara perlawanan
: melalui perlawanan rakyat Tokoh : Sisingamangaraja XII Berbagai pemberontakan di atas
semuanya dapat dipadamkan oleh Belanda karena kurangnya persatuan dan hanya mempertahankan
daerahnya sendiri. Awal abad 20 Belanda telah dapat menguasai seluruh wilayah Indonesia sehingga
penerapan politik Pax Neerlandica dapat dikatakan berhasil. Dalam perkembangannya awal abad 20
ini pula perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia mengalami perubahan yaitu melalui berbagai
organisasi modern. Ini terjadi akibat positif dari politik ethis. 2. 3.

Turki Utsmani, Safawiyah di Persia, Mughol di India (bahan resume cukup) Proses masuknya islam
ke Indonesia a. 5 teori masuknya islam ke Indonesia 1. Teori Makkah Teori ini dicetuskan oleh
Hamka dalam pidatonya pada Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antitesis untuk
tidak mengatakan sebagai koreksi–teori sebelumnya, yakni teori Gujarat. Disini Hamka menolak
pandangan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasal dari
Gujarat. Selanjutnya Hamka dalam seminar Sejarah Masuknya Agama Islam Di Indonesia (1963)
lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai
pembawa agama Islam di Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat
dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat
pengambilan ajaran Islam. Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk
pada abad 13, karena kenyataannya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik
Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi atau pada abad
pertama Hijriyah. Guna dapat mengikuti lebih lanjut mengenai pendapat tentang masuknya Islam ke
Nusantara abad ke-7, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu tentang peranan bangsa Arab
dalam perdagangan di Asia yang dimulai sejak abad ke-2 SM. Peranan ini tidak pernah dibicarakan
oleh penganut teori Gujarat. Tinjauan teori Gujarat menghapuskan peranan bangsa Arab dalam
perdagangan dan kekuasaannya di lautan, yang telah lama mengenal samudera Indonesia daripada
bangsa-bangsa lainnya. T.W. Arnold dalam The Preaching Of Islam: A History Of The Propagation of
The Muslim Faith menulis bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 SM telah menguasai perdagangan di
Ceylon. Pendapat ini sama dengan pandangan Cooke seperti yang dikutip oleh Abdullah bin Nuh dan
D. Shahab ketika menjadi pembanding dalam “Seminar Masuknya Agama Islam Ke Indonesia”.
Memang dalam informasi sejarah tersebut tidak disebutkan lebih lanjut tentang sampainya di
Indonesia, tetapi menurut Suryanegara bila dihubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab kuno
di dalamnya disebutkan al-Hind sebagai India atau pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina,
dan Indonesia pun di sebut sebagai pulau-pulau Cina-maka besar kemungkinan pada abad ke-2 SM
bangsa Arab telah sampai ke Indonesia. Bahkan sebagai bangsa asing yang pertama yang datang ke
Nusantara. Karena bangsa India dan Cina baru mengadakan hubungan dengan Indonesia pada abad
1 M. Sedangkan hubungan Arab dengan Cina terjadi 5

jauh lebih lama, melalui jalan darat menggunakan “kapal sahara”, jalan darat ini sering disebut
sebagai “jalur sutra”, berlangsung sejak 500 SM. Kalau demikian halnya hubungan antar Arab
dengan negara-negara Asia lainnya, maka tidaklah mengherankan bila pada 674 M telah terdapat
perkampungan perdagangan Arab Islam di pantai Barat Sumatera, bersumber dari berita Cina.
Kemudian berita Cina itu ditulis kembali oleh T.W.Arnold (1896), J.C. Van Leur (1955) dan Hamka
(1958). Timbulnya perkampungan perdagangan Arab Islam ini karena ditunjang oleh kekuatan laut
Arab. Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia perniagaan seperti di atas,
kemudian dikuatkan dengan kenyataan sejarah adanya perkampungan Arab di pantai barat
Sumatera di abad ke-7, maka terbukalah kemungkinan peranan bangsa Arab dalam memasukkan
Islam ke Nusantara. Selain itu, Hamka juga mempunyai argumentasi lain yang menjadikan dirinya
begitu yakin bahwa Islam yang masuk ke nusantara berasal dari daerah asalnya, Timur tengah, yaitu
pengamatannya pada masalah madzab Syafi’i, sebagai madzab yang istimewa di Makkah dan
mempunyai pengaruh terbesar di Indonesia. Analisis pada madzab Syafi’i inilah yang menjadikan
Hamka berbeda dengan sejarawan Baratatau orientalis. Pengamatan ini di lupakan oleh para
sejarawan Barat sebelumnya, sekalipun mereka menggunakan sumber yang sama, yakni laporan
kunjungan Ibbu Battutah ke Sumatera dan Cambay. Tetapi karena titik analisisnya adalah
permasalahan perdagangan, sehingga yang terbaca adalah barang yang di perdagangkan dan jalur
perdagangannya. Sebaliknya, Hamka lebih tajam lagi merasuk pada permasalahan madzab yang
menjadi bagian isi laporan kunjungan tersebut. Sedangkan Sayed Alwi bin Tahir al-Haddad, mufti
kerajaan Johor Malaysia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dalam abad ke 7
masehi atau dengan kata lain agama Islam masuk ke pulau Sumatera pada tahun 650 masehi.
Alasannya adalah karena Sulaiman as-Sirafi, pedagang dari pelabuhan Siraf di teluk Persia yang
pernah mengunjungi Timur jauh berkata bahwa di Sala (Sulawesi) terdapat orang-orang Islam pada
waktu itu yaitu kira-kira pada akhir abad ke 2 hijriyah. Hal ini dapat dipastikan dan tidak perlu
dijelaskan lagi karena pedagang rempah dan wangi-wangian yang terdapat di Maluku sangat
menarik pedagang-pedagang muslimin untuk berkunjung ke Maluku dan tempat-tempat yang
berdekatan dengan kepulauan itu. 2. Teori Gujarat Teori ini merupakan teori tertua yang
menjelaskan tentang masuknya Islam di Nusantara. Dinamakan teori Gujarat, karena bertolak dari
pandangannya yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad
ke-13 M, dan pelakunya adalah pedagang India Muslim. Ada dugaan bahwa peletak dasar teori ini
adalah Snouck Hurgronje, dalam bukunya L’Arabie et les Indes Neerlandaises atau Revue de
I’Histoire des Religius. Snouck Hurgronje lebih menitikberatkan pandangannya ke Gujarat
berdasarkan pada: Pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran Islam di Nusantara. Kedua, adanya kenyataan hubungan dagang India-Indonesia yang
telah lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera memberikan
gambaran hubungan antara Sumatera dan Gujarat. Sarjana lain yang mendukung teori ini adalah
W.F. Stutterheim. Dalam bukunya De Islam en Zijn Komst In de Archipel, ia meyakini bahwa Islam
masuk ke nusantara pada abad ke-13 dengan daerah asal Gujarat di dasarkan pada; 1). Bukti batu
nisan Sultan pertama kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik al-Shaleh yang wafat pada 1297.
Sutterheim menjelaskan bahwa relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan
dengan dengan nisan yang terdapat di Gujarat. 2) Adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan
melalui jalan dagang antara Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa. Ada beberapa sarjana
lain (sejarawan, antropolog, ahli politik, dan lain-lain, yang memperkuat untuk tidak mengatakan
terpengaruh oleh argumen teori Gujarat ini. Di antaranya adalah Bernard H.M. Vlekke, Clifford
Geertz dan Harry J. Benda. Bernard H.M. Vlekke dalam bukunya Nusantara: a History of Indonesia,
mendasarkan argumennya pada keterangan Marco Polo yang pernah singgah di Sumatera untuk
menunggu angin pada tahun 1292. Disana disebutkan tentang situasi ujung utara Sumatera bahwa,
di Perlak penduduknya telah memeluk Islam. Selanjutnya Bernard H.M. Vlekke menandaskan bahwa
perlak merupakan satu-satunya daerah Islam di Nusantara saat itu. Dengan demikian sarjana Barat
ini merasa mengetahui dengan pasti kapan dan dimana Islam masuk ke nusantara. Apalagi
kemudian menurutnya, keterangan ini diperkuat dengan inskripsi tertua di sumatera yang berupa
nisan (Sultan Malik al-Shaleh) berangka tahun 1297, dimana lokasinya terletak di desa Samudera,
100 Mil dari Perlak. Seperti sejarawan sebelumnya, Bernard H.M. Vlekke juga berpandangan bahwa
nisan tersebut selain mempunyai kesamaan dengan yang ada di Cambai, juga di import dari sana
pula, Karena Cambai merupakan pusat perdagangan Islam sejak abad 13. Dengan adanya
persamaan nisan dan ajaran mistik Islam Indonesia dengan India, maka ia berkesimpulan bahwa
Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat. Tentang peranan Gujarat sebagai pusat
perdagangan internasional, dan terutama sejak 1294 sebagai pusat penyebaran Islam, jauh sebelum
Bernard, telah mendapat perhatian dari Schrieke dalam Indonesian Sociological Studies.Cuma
bedanya sarjana yang terakhir ini tidak mendasarkan argumennya pada laporan Marco Polo-karena
menurutnya Marco Polo tidak singgah di Gujarat-tetapi pada laporan Sanudo, Pangeran Hayton dan
Ibnu Battutah (1350). Dari Ibnu Battutah di dapat keterangan bahwa selain keindahan masjid dan
gedung-gedungnya, juga tentang perdagangan di Aden dan adanya berbagai pedagang asing yang
datang ke Cambay. Selanjutnya schrieke memberikan gambaran tentang adanya ketergantungan
antara Malaka dengan Cambay dan sebaliknya. Juga menjelaskan tentang peranan Cambay sebagai
pusat perdagangan rempah-rempah, terutama pada saat hubungan dagang Cina-India dihentikan.
Sedangkan Clifford Geertz, untuk memperkuat teori ini, dalam bukunyaThe Religion Of Java lebih
menitik beratkan pada perkembangan ajaran Islam di Indonesia, yang lebih diwarnai oleh ajaran
Hindu, Budha, bahkan animisme sebagai ajaran yang telah lama berkembang sebelum Islam. Hal ini
akibat dari putusnya hubungan Indonesia 6

3.

ØØØ

dengan negara sumber Islam, yakni Mekkah dan Kairo. Sehingga terlihat praktek mistik Budha yang
diberi nama Arab, Raja Hindu berubah namanya menjadi Sultan, sedangkan rakyat kebanyakan
masih mempraktekkan ajaran animisme. Senada dengan Geertz, Harry J. Benda juga mempunyai
pendapat yang sama tentang besarnya peranan India ketimbang Arab dalam proses Islamisasi di
Indonesia. Terutama ajaran mistik Islam yang dikembangkan di Indonesia bukan oleh bangsa Arab,
melainkan oleh bangsa India yang telah beragama Islam. Bahkan Benda menegaskan bila agama
Islam berasal langsung dari Timur Tengah dan menerapkan ajaran asli di Nusantara, mungkin tidak
akan menemukan tempat di kepulauan itu, lebih-lebih pulau Jawa. Hanya dengan melalui
pemantulan dua kalilah, rupanya agama Islam mendapatkan titik pertemuan dengan indonesia,
khususnya dengan pulau Jawa. Untuk memperkuat pendapatnya ini Benda mendasarkan pada
kenyataan adanya orang-orang Arab yang telah lama tinggal di pantaipantai, tetapi mengapa baru
pada abad ke-15 dan ke-16 Islam menjadi kekuatan kebudayaan dan agama utama di Nusantara.
Selain itu Benda dan kawannya John Bastin juga berusaha memperlihatkan pengaruh India atas
Indonesia di budang yang lain, seperti: pengenalan adanya sawah dengan irigasi, penjinakan sapi
dan kerbau, dan pelayaran. Dari berbagai argumen yang dikemukakan oleh para pendukung teori
Gujarat di atas, nampak sekali mereka sangat Hindu sentris, seakan-akan perubahan sosial, politik,
ekonomi, budaya, dan agama di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari pengaruh India. Di samping itu
juga kebanyakan mereka lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik
Islam di Nusantara. Seakan-akan Islam masuk di Nusantara dan langsung menguasai struktur politik
disana. Padahal tidak dapat dipungkiri bahwa Islam masuk di Indonesia melalui infiltrasi kultural
oleh para pedagang Muslim dan para Sufi. Teori Persia Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein
Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke nusantara berasal dari
Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya sekitar abad ke-13. Nampaknya fokus ajaran teori
ini berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah, sekalipun mempunyai kesamaan masalah Gujaratnya,
serta madzab Syafi’I-nya. Teori yang terakhir ini lebih menitik beratkan tinjauannya kepada
kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki
persamaan dengan Persia di antaranya adalah: Pertama, Peringatan 10 Muharram atau Asyura
sebagai hari peringatan Syi’ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur
syura. Di Minangkabau bulan Muharram disebut bulan Hasan-Husein. Di Sumatera tengah sebelah
barat disebut bulan Tabut, dan diperingati dengan mengarak keranda Husein untuk di lemparkan ke
sungai. Keranda tersebut disebut tabutdiambil dari bahasa Arab. Kedua, adanya kesamaan ajaran
antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310
H / 922 M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh
Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya. Ketiga, penggunaan istilah bahasa
Iran dalam sistem mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian al-Qur’an
tingkat awal: Bahasa Iran Bahasa Arab Jabar-zabar fathah Jer-ze-er kasrah P’es-py’es dhammah
Huruf Sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan Sinbergigi berasal dari Arab. Keempat,
nisan pada makam Malik Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik di pesan dari
Gujarat. Dalam hal ini teori Persia mempunyai kesamaan muthlak dengan teori Gujarat. Kelima,
pengakuan umat Islam Indonesia terhadap madzab Syafi’i sebagai madzab utama di daerah Malabar,
di sini ada sedikit kesamaan dengan teori Makkah, Cuma yang membedakannya adalah P.A. Hoesein
Djajadiningrat di satu pihak melihat salah sati budaya Islam Indonesia kemudian dikaitkan dengan
kebudayaan Persia, tetapi dalam memandang madzab Syafi’i terhenti di Malabar, tidak berlanjut
sampai ke pusat madzab itu, yakni di Makkah. Kritikan untuk teori Persia ini di lontarkan oleh
Saifuddin Zuhri. Seorang kyai ini menyatakan sukar untuk menerima pendapat tentang kedatangan
Islam ke Nusantara berasal dari Persia. Alasannya bila kita berpedoman pada masuknya Islam ke
Nusantara pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Umayyah. Saat itu
kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan berada di tangan bangsa Arab
sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah, Madinah, Damaskus, dan Bagdad, jadi
belum mungkin Persia menduduki kepemimpinan dunia Islam. TEORI PELETAK ABAD PEMBAWA
ASAL ARGUMEN Gujarat Snouck 13 M Pedagang Gujarat India 1. Kenyataan historis hubungan
Muslim India dagang India-Indonesia 2. Nisan Malik al-Shaleh tahun 1297 bersifat Hinduistis
Makkah Hamka 7M/1H Pedagang Makkah 1. Peranan dagang bangsa Arab di muslim Arab Asia
sejak 2M 2. Perkampungan Arab muslim di pantai Barat Sumatera tahun 674M 3. Persamaan
madzab Syafi’i dll. Persia Hoesein Dj 13 M Pedagang Persia Persamaan kebudayaan Muslim Persia
1. Peringatan 10 Muharram sebagai bulan Syi’ah (Minangkabau Bulan Hasan Husein / Sumatera
Tengah 7

Bulan Tabut) 2. Kesamaan ajaran Siti Jenar dan al-Hallaj dll. 4.

Teori Benggali Teori ketiga yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang dari
Benggali (Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pures yang mengungkapkan bahwa
kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Dan, Islam
muncul pertama kali di semenanjung Malaya dari arah pantai Timur, bukan dari Barat (Malaka),
pada abad ke-11, melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu. Ia beralasan bahwa
doktrin Islam di semenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang, elemen-elemen prasasti di
Trengganu juga lebih mirip dengan prasasti yang ditemukan di Leran. Drewes, yang
mempertahankan teori Snouck, menyatakan bahwa teori Fatimi ini tidak bisa diterima, terutama
karena penafsirannya atas prasasti yang ada dinilai merupakan perkiraan liar belaka. Lagi pula
madzhab yang dominan di Benggali adalah madzhab Hanafi, bukan madzhab Syafii seperti di
semenanjung dan nusantara secara keseluruhan. 5. Teori Cina Islam disebarkan dari Cina telah
dibahas oleh SQ Fatimi. Beliau mendasarkan torinya ini kepada perpindahan orang-orang Islam dari
Canton ke Asia tenggara sekitar tahun 876 . Perpindahan ini dikarenakan adanya pemberontakan
yang mengorbankan hingga 150.000 muslim. Menurut Syed Naguib Alatas, tumpuan mereka adalah
ke Kedah dan Palembang. Hijrahnya mereka ke Asia Tenggaran telah membantu perkembangan
Islam di kawasan ini. Selain Palembang dan Kedah, sebagian mereka juga menetap di Campa,
Brunei, pesisir timir tanah melayu (Patani, Kelantan, Terengganu dan Pahang) serta Jawa Timur.
Bukti-bukti yang menunjukan bahwa penyebaran Islam dimulai dari Cina adalah ditemukannya :
batu nisan syekh Abdul Kadir bin Husin syah Alam di Langgar, Kedah bertarikh 903 M, batu bertulis
Phan-rang di Kamboja bertahun 1025 M, batu isan di pecan Pahang bertahun 1028 M, batu nisan
puteri Islam Brunei bertahun 1048 M, batu bersurat Trengganu bertahun 1303 M dan batu nisan
Fathimah binti Maimun di Jawa Timur bertarik 1082 M b. 6 Saluran Islamisasi 1. PERDAGANGAN.
Jalinan hubungan perdagangan antara Indonesia dengan para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan
India telah terjalin sejak abad ke-7 Masehi. Di samping berdagang, pada pedagang Islam tersebut
juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada orang lain, termasuk kepada
orang-orang Indonesia. Kemudian banyak pedagang dari Indonesia yang memeluk Islam dan mereka
turut menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat. 2. PERKAWINAN. Para pedagang yang
melakukan kegiatan perdagangan dalam waktu yang lama memungkinkan mereka berinteraksi
dengan penduduk setempat. Perkawinan antara putri pribumi dengan ulama atau pedagang Islam,
antara lain pernikahan Sunan Ampel dengan NyaiManila, pernikahan Sunan Gunung Jati dengan
Putri Kawunganten, dan sebagainya. Selanjutnya, putra hasil pernikahan tersebut ikut mendukung
proses syiar agama Islam di Kepulauan Nusantara. 3. KESENIAN. Penyebaran agama Islam melalui
kesenian dilakukan, antara lain melalui seni wayang kulit, seni tari, seni ukir, dan seni musik. Para
penyebar Islam menciptakan seni kaligrafi, seni sastra, dan lagu-lagu dolanan untuk menarik minat
penduduk agar memeluk agama Islam. Seni gamelan dan wayang kulit digunakan oleh Sunan
Bonang untuk mengumpulkan massa kemudian mereka diberi nasehat-nasehat agama Islam. Cara
ini tidak membuat masyarakat dipaksa dan mereka secara sadar mempelajari agama Islam. 4.
POLITIK. Pengaruh kekuasaan seorang raja sangat besar peranannya dalam proses Islamisasi
Nusantara. Ketika seorang raja memeluk Islam, maka rakyatnya akan mengikuti tindakan raja
tersebut. Setelah tersosialisasinya agama Islam, maka kepentingan politik mulai dilaksanakan
dengan perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama Islam. Contohnya Sultan
Demak mengirimkan pasukannya untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk
menyebarkan agama Islam di sana. 5. PENDIDIKAN. Peran ulama, guru-guru, ataupun para kyai
juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam. Mereka
mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai sarana penyebaran agama Islam melalui pendidikan.
Contoh pondok pesantren yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam pada masa
perkembangan Islam adalah Pondok Pesantren Ampel Denta di Surabaya yang didirikan oleh Raden
Rahmat (Sunan Ampel) dan Pondok Pesantren di Giri Kedaton yang didirikan oleh Sunan Giri di
Gresik, Jawa Timur. 6. TASAWUF. Salah satu saluran Islamisasi yang tak kalah pentingnya adalah
tasawuf. Tasawuf adalah pengajaran agama Islam yang disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat
setempat. Para ahli taswuf hidup dalam kesederhanaan. Mereka selalu berusaha menghayati
kehidupan masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Para ahli tasawuf yang mengajarkan
agama Islam antara lain Hamzah Fansuri dari Aceh dan Sunan Panggung dari Jawa. Mudah-
mudahan artikel sejarah budaya ini bisa menambah wawasan Anda mengenai cara penyebaran
agama Islam. Mari kita kenali dan lestarikan kekayaan budaya Nusantara 8

C. Peran walisongo Peran Walisongo dalam Penyebaran dan Perkembangan Islam di Indonesia.
Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran Dakwah Islamiyah di Tanah Jawa. Sukses gemilang
perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas. Dengan didukung penuh oleh kesultanan
Demak Bintoro, agama Islam kemudian dianut oleh sebagian besar manyarakat Jawa, mulai dari
perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Islam benar-benar menjadi agama yang mengakar.[25] Para
wali ini mendirikan masjid, baik sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat mengajarkan
agama. Konon, mengajarkan agama di serambi masjid ini, merupakan lembaga pendidikan tertua di
Jawa yang sifatnya lebih demokratis. Pada masa awal perkembangan Islam, sistem seperti ini
disebut ”gurukula”, yaitu seorang guru menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid yang
duduk di depannya, sifatnya tidak masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh Syekh Siti
Jenar. Selain prinsip-prinsip keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral juga diajarkan ilmu-ilmu
kanuragan, kekebalan, dan bela diri.[26] Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan da’wah
atau dewan mubaligh. Apabila ada salah seorang wali tersebut pergi atau wafat maka akan segera
diganti oleh walilainnya. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran
Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan
mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap
kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini
lebih banyak disebut dibanding yang lain. [27] Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat
penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo
dalam penyebaran agama Islam antara lain: 1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada
masyarakat yang belum banyak mengenal ajaran Islam di daerahnya masing-masing. 2. Sebagai para
pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama Islam di masa hidupnya. 3. Sebagai
orang-orang yang ahli di bidang agama Islam. 4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT
karena terus-menerus beribadah kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih. 5. Sebagai
pemimpin agama Islam di daerah penyebarannya masing-masing, yang mempunyai jumlah pengikut
cukup banyak di kalangan masyarakat Islam. 6. Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan
agama Islam kepada para muridnya. 7. Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan
cukup luas. 8. Sebagai tokoh masyarakat Islam yang disegani pada masa hidupnya. Berkat
kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam menyebar ke seluruh pulau
Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.[28] 4.

-Gerakan pembaharuan Islam di Mesir (makalah beres)

-Gerakan pembaharuan Islam di India GERAKAN PEMBAHARUAN di INDIA (oleh Ismail dan
Muchsin) Pendahuluan Penguasaan Inggris di India pada mulanya seiring dengan kultur masyarakat
India. Namun, pada tahun 1830-an kalangan misionaris Inggris menjadi semakin aktif, dan para
pejabatan Inggris mulai menindas peraktik keagamaan baik agama islam maupun agama Hindu, dan
mereka sering menjatuhkan hukuman secara kejam. Gerakan pembaharuan Islam di India dilatar
belakang oleh: ajaran Islam sudah bercampur baur dengan paham dan praktek keagamaan dari
Persia, Hindu atau Animisme dan lain – lain, pintu ijtihad tertutup, kemajuan kebudayaan dan
peradaban Barat telah dapat dirasakan oleh orang-orang India, baik orang Hindu maupun kaum
Muslimin, namun orang Hindu-lah yang banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu
lebih maju dari orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di Kantor Inggris. Terjadi kesenjangan
antara islam dan hindu di India memunculkan gerakan pembaharuan dari umat islam diantaranya
gerakan mujahidin dan lahirlah tokoh-tokoh pembaharuan di India seperti: Abdul Azis (1746-1823),
Sayid Ahmad Syahid (1786-1831), Sayid Ahmad Khan (1817-1898), secara umum mereka
meyuarakan persamaan derajat antara umat muslim India dan umat hindu di dalam pemerintahan
colonial inggris. Dalam makalah ini penulis akan memuat sekilas tentang gerakan pembaharuan
umat muslim di India tokoh dan pemikiran mereka.Sebagai penyempurna makalah ini penulis
mengharapkan kontribusi pemikiran dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini
Salam Penulis Pembahasan 1. Sejarah Lahirnya Gerakan Mujahidin di India Seperti yang penulis
kemukakan dipendahuluan terjadinya gerakan pembaharuan di India dilatarbelakangi oleh factor
kesenjagan perlakuan inggris terhadap umat hindu dan umat Islam dalam sistem pemerintahan,
serta kesemenahmenahan inggris terhadap rakyat India. Sejak awal abad XVIII kekuasaan Islam
Mongol yang berpusat di Delhi semakin merosot. Lemahnya kemampuan serta kewibawaan sultan
tidak dapat mengahalangi kehendak para amir akan melepaskan diri dan berkuasa penuh di wilayah
mereka. Selain itu kaum Brahmana mulai bergerak ingin membangun kembali kerajaan Hindu.
Rakyat 9






Maratha yang sebelumnya telah berulangkali memberontak dan bergerilya, akhirnya berhasil
membebaskan diri dan mendirikan kerajaan Hindu yang merdeka di India Barat. Demikian pula
golongan Sikh memenangkan pemberontakannya. Bangsa Inggris semenjak permulaan abad XVII
telah tiba di India sebagai pedagang dengan angkatannya yang bernama “The East India Company.”
Mengetahui pertentangan-pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu
pihak, dan antara Kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain,
akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik mengail di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak
menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan. Dengan politik adu
domba yang lihai, mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660
jatuh pula ke tangan mereka. Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan bedil, politik adu-domba
dan senjata uang, dilumpuhkannya kekuasaan hakiki kesultanan Islam Mongol. Walupun sesekali
memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja
Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818[1]. Sayyid
Ahmad dengan golongan Mujahidinnya mencoba memulai peperangan terhadap golongan sikh di
India Utara. Peperangan ini berbuah kemenangan pada kelompok Mujahidin, mereka dapat
menguasai Akora yang merupakan pusat kekuatan golongan Sikh. Ide yang dimunculkan oleh Sayyid
Ahmad ialah merubah sistem pemerintahan dari monarki kepada sistem imamah, yaitu negara
dipimpin oleh seorang imam. Sistem pemerintahan imamah dibentuk pada tahun 1827, dalam
menjalankan tugasnya, imam mengangkat seorang khalifah sebagai wakilnya di kota-kota penting.
Diantara tugas mereka yaitu mengumpulkan zakat utnuk pemerintahan imam dan mencari
mujahidin untuk meneruskan jihad[2]. Namun, sistem imamah yang didirikan oleh Sayyid Ahmad
tidak bertahan lama, golongan Sikh menganggap gerakan Mujahidin mengancam kekuasaan
mereka. Golongan Sikh di bantu oleh golongan-golongan non muslim seperti golongan Barakzai
melangsungkan pertempuran di Balekot dan pada pertempuran inilah Sayyid Ahmad mati terbunuh.
Menurut Harun Nasution setelah meninggal Sayyid Ahmad, para pengikutnya terpecah menjadi dua
golongan. Golongan pertama mereka bergerak di bidang pendidikan dengan mendirikan madrasah
deoband, golongan ini berpendapat tidak cukup kekuatan untuk melanjutkan perjuangan. Namun
demikian, madrasah deoband banyak memberikan pengaruh terhadap pembaharuan islam India
dengan lahirnya tokoh-tokoh terkenal. B. Madrasah Deoband Sepeninggalan Sayyid Ahmad Syahid,
gerakan intelektual melawan kolonial Inggris terus dilakukan oleh para pengikut Sayyid Ahmad
Syahid. Pada tahun 1857 madrasah Deoband melalui Mawlana Muhammad Qasim Nanantawi dan
Mawlana Ishaq, seorang cucu dari Syah Abdul Aziz ditingkatkan menjadi perguruan tinggi. Ide-ide
Syah Waliullah yang kemudian ditonjolkan oleh sayyid Ahmad Syahid dan gerakan Mujahidin, itulah
menjadi pegangan bagi Deoband[3]. Ide-ide itu meliputi: Bidang agama, pemurnian ajaran Islam
India dari paham-paham salah yag dibawa tarekat dan dari keyakinan animisme lama dan pemurnian
dari perkatek keagamaan seperti bid’ah. Bidang politik dan pendidikan, Deoband mengambil sikap
anti Inggris. Sikap anti inggris ini dilator belakangi oleh para pendiri deoband mayoritas pemuka
gerakan mujahidin. Mereka mendirikan deoband untuk menentang pendidikan sekuler inggris dan
juga sebagai reaksi terhadap usaha kristenisasi di India. C. Gerakan Aligarh 1. Sayid Ahmad Khan
(1817-1898) Sayid Ahmad Khan lahir pada tahun 1817 Masehi keturunan dari Rasulullah
Muhammad SAW, dari pihak Husein. Neneknya adalah seorang pembesar istana di zaman Alamghir
II (1754-1759). Pendidikan yang ia tempuh melalui pendidikan tradisional dalam pengetahuan
agama dan disamping bahasa Arab ia juga belajar bahasa Inggris. Menurut pemikiran Sayid Ahmad
Khan kemajuan ummat Islam bukan cara memusuhi Inggris dan bekerja sama dengan Hindu, tetapi
harus dekat dengan orang-orang Inggris, karena kamajuan Islam tidak terlepas dari penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
banyak dihasilkan oleh orang-orang Inggris. Penafsiran dan interpretasi yang diberikannya terhadap
ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima oleh golongan terpelajar (Islam) dibandi dari hasil
penafsiran yang lama atau sebelumnya. Pemikirannya dalam keagamaan itu antara lain : Perkawinan
menganut asas monogami, poligami bertentangan dengan semangat Islam dan hal ini tidak akan
diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa. Islam dengan tegas melarang perbudakan, termasuk
perbudakan dari tawanan perang, meskipun syariat memperkanankannya. Bank Modern, transaksi
perdagangan, pinjaman serta perdagangan internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun
semua itu mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu tidak bertentangan
dengan hukum Al-Qur’an. Hukum potong tangan yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah bagi
pencuri, lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan masyarakat
primitif yang kekurangan tempat penjara atau tidak mempunyai penjara. Jihad itu dilarang kecuali
dalam keadaan memaksa untuk mempertahankan diri. 10

Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat pada tanggal 24 Maret tahun 1898, ide ide pembaharuan yang
dicetuskan Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh pengikut dan pada akhirnya
lahirlah sebuah gerakan yang disebut Gerakan Aligarh Ada beberapa tokoh Aligarh yang
berpengaruh dan melanjutkan ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan, di
antaranya: 2. Nawab Muhsin Al-Mulk Setelah Sayyid Ahmad Khan menghadapi masa tua, pimpinan
Muhammedan Angol Oriental Conference (M.A.O.C.) pindah ketangan Sayyid Mahdi Ali yang lebih
dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al-Mulk (1837-1907). Pada mulanya ia adalah pegawai Serikat
India Timur, kemudian menjadi pembesar di Hyderabad. Ia pernah berkunjung ke Inggris untuk
keperluan Pemerintah Hyderabad. Di tahun 1863 ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan
antara keduanya terjalin tali persahabatan yang erat. la banyak rnenulis artikel Tahzib Al Akhlaq
dan kemudian juga di majalah yang diterbitkan M.A.O.C. la pindah ke Aligarh dan menetap di sana
mulai dari tahun 1893. Pada tahun 1897 ia menggantikankan kedudukan Sayyid Ahmad Khan di
M.A.O.C. Ia mempunyai jasa yang besar dalam menyebarkan ide ide Sayyid Ahmad Khan
yangdilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference[4]. Muhsin al-Mulk tidak hanya
membawa para ulama dekat dengan Aligarh, lebih jauh ia mampu menarik beberapa lawan politik
pendiri Perguruan Tinggi tersebut. Ia adalah orang yang paling cinta damai, namun ia dihadapkan
juga kepada kontraversi Hindu-Urdu yang telah ada sejak akhir-akhir kehidupan Sayyid Ahmad
Khan. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan ia mengundurkan dari Perguruan Tinggi tersebut. Ia
wafat 16 Oktober 1907, dan dikuburkan di samping kuburan Sayyid Ahmad Khan di Aligarh[5]. Yang
menjadi perbedaan faham keagamaan dan politik Aligarh dan Deoband. Dari segi politik Deoband
anti terhadap Inggris dan Aligarh justru sebaliknya pro terhadap Inggris. Dari segi keagamaan
Deoband tetap mempertahankan taklid kepada ulama’ klasik dan menutup pintu ijtihad, beda halnya
dengan gerakan Aligarh mereka tidak menutup pintu ijtihad. Tetapi pada akhirnya sikap Deoband
yang tadinya keras bisa melembut dan berubah terhadap sikap yang tadinya mempertahankan
tradisi dan menutup pintu ijtihad, perlahan mulai membuka pintu ijtihad. Karena “Dalam
menghadapi golongan ulama Nawab Muhsin al-Mulk bersikap lebih lembut dari Sayyid Ahmad
Khan.”[6] Dari bidang politik Nawab Muhsin Al-Mulk jelas terlihat. Nawab Muhsin Al-Mulk tidak
ragu-ragu memasuki bidang politik. Ini terlihat dari usahanya dalam membentuk Delegasi Umat
Islam India karena pada waktu itu pemimpin – pemimpin Islam India yang duduk di dalam Dewan-
Dewan Perwakilan Daerah melihat bahwa. sebagai minoritas umat Islam tidak dapat menandingi
golongan mayoritas Hindu, dalam pemilihan yang akan diadakan. Oleh karena itu, kepada umat
Islam harus diberikan daerah-daerah pemilihan terpisah. Delegasi umat Islam India diterima oleh
Lord Minto dan tuntutan diterima. Peristiwa itulah yang membawa kepada terbentuknya Liga
Muslimin India di tahun itu juga 1906[7]. Dalam bidang politik terlihat antara Sayyid Ahmad Khan
dan Nawab Muhsin Al-Mulk mempunyai perbedaan prinsip, Sayyid Mahdi Ali yang lebih dikenal
dengan Nawab Muhsin Al-Mulk ia tidak ragu-ragu dalam memasuki bidang politik. Dan sebaliknya,
Sayyid Ahmad Khan berprinsip turut campur dalam bidang politik akan merugikan umat Islam India.
Ia berpendapat bahwa kemajuan bukannya melalui jalan politik. Adapun prestasi yang tidak dicapai
pada masa Sayyid Ahmad Khan dan dicapai oleh Nawab Muhsin Al-Mulk di antaranya : - Dalam
bidang sosial keagamaan. Berubahnya sikap Deoband yang tadinya bersikap keras dalam
mempertahankan taklid kepada para ulama’ klasik menjadi lebih melembut akan adanya perbedaan
sikap yang berbeda dari k mereka, - Dalam bidang pendidikan berhasil mempopulerkan gerakan
Aligarh, ini terlihat dalam meningkatnya jumlah siswa di zamannya, yang dahulunya 343 sampai 800
siswa, - Dalam bidang politik berhasilnya membentuk Delegasi Umat Islam India untuk berjuang
dalam mendapatkan daerah –daerah pemilihan terpisah dari golongan mayoritas Hindu. 3. Viqar Al-
Mulk Pemimpin lain yang berpengaruh ialah Viqar al Mulk (1841 1917). Ia semenjak muda telah
menjadi pembantu dan pengikut Sayyid Ahmad Khan. Di tahun 1907 ia menggantikan Nawab
Muhsin AI Mulk dalam pimpinan M.A.O.C.(harun, 176) Masa inilah terjadinya perubahan-perubahan
besar dalam adminsitrasi Perguruan Tinggi Aligarh, bahkan dalam kebijaksanaan politik umat
muslim India. Viqar al-Mulk bernama Mushtaq Hussain yang lahir 1841, di Distrik Moradabad,
United Pravinces. Ia adalah rekan Sayyid Ahmad Khan dan juga Muhsin al-Mulk. Bersama dengan
Muhsin al-Mulk ia selalu bekerja sama dalam masalah administrasi Aligarh. Dan setelah Muhsin al-
Mulk meninggal pada tahun 1907, ia dipilih menjadi Sekretaris Badan Pendiri. Pada masa Viqar ini
terjadi pertentangan antara Viqar al -Mulk dengan Mr. Archbold yang menjadi Direktur M.A.O.C. di
waktu itu. Dalam pertentangan ini Gubernur Daerah menyebelah Archbold sedang Viqar al Mulk
disokong oleh Agha Khan serta Amir Ali dan selanjutnya oleh masyarakat Islam di luar. Archbold
akhirnya terpaksa mengundurkan diri. Kekuasaan Iriggris di M.A.O.C. dari semenjak itu mulai
berkurang. Pada masa Viqar inilah berakhirnya kontraversi tentang administrasi Perguruan Tinggi,
dan di mulainya era baru bagi perjalanan Aligarh.[8]. Ini berarti bahwa di masa Sayyid Ahmad Khan
dan Nawab Muhsin Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi direktur M.A.O.C. yang pada saat itu ialah
orang Inggris, tetapi pada masa Viqar Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi direktur M.A.O.C. yang
dipegang oleh orang Inggris berkurang. Karena tersingkirnya orang Inggris (Archbold) yang menjadi
direktur dalam M.A.O.C. yang mengundurkan diri akibat terjadinya pertentangan antara dia dengan
Viqar AlMulk yang banyak mendapat dukungan atau sokongan dari masyarakat Islam di luar. 11

Ada salah seorang sahabat dari sayyid Ahmad Khan yang sangat tidak setuju dengan kekuasaan
direktur yang begitu besar dari orang Inggris dalam M.A.O.C. Dari hal itu ia memutuskan hubungan
dengan M.A.O.C. yaitu Maulvi Sami Allah Viqar Al-Mulk populer di kalangan ulama’ India, ia
mendapat simpati dari kalangan ulama’ India dengan menerapkan dengan kuat hidup keagamaan di
M.A.O.C. pelaksanaan ibadat misalnya : shalat dan puasa dan memperketat pengawasannya. Lulus
dalam ujian agama menjadi syarat untuk dapat naik tingkat.(harun, 176) Hal ini wajar jika Viqar Al-
Mulk lebih populer dan disenangi ulama’ India dari pada Sayyid Ahmad Khan pada waktu itu.
Sedangkan Sayyid Ahmad Khan lebih populer di kalangan pelajar. Dalam pandangan politik ia tidak
sama dengan Sayyid Ahmad Khan meskipun dahulunya ia sependapat bahwa Inggris lah yang dapat
menciptakan kelanjutan wujud umat Islam India akan dapat terjamin hanya dengan berlanjutnya
kekuasaan Inggris. Tetapi ia pada akhirnya merubah pandangan bahwa Inggris bukan tempat orang
Islam menggantungkan nasib dalam kelanjutan wujud umat Islam India. Karena ia berpendapat
Inggris tidak akan pernah peduli terhadap penderitaan dari umat Islam di India, bisa kami
gambarkan melalui pepatah habis manis sepah dibuang. Tetapi terhadap partai Kongres Nasional
India, pendiriannya tetap tidak berubah. Orang Islam harus mempunyai partai sendiri dan harus
mempertahankan Liga Muslimin India. Yang dahulu pada masa Sayyid Ahmad Khan dan Nawab
Muhsin Al-Muk ketergantungan gerakan Aligarh kepada Inggris kuat, tetapi pada masa Viqar Al-
Mulk telah mulai berkurang dan tidak lagi sekeras dizaman Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin
Al-Mulk dahulu. Hal ini menggambarkan bahwa Viqar Al-Mulk tidak mau bergantung kepada Inggris
seperti yang dilakukan oleh Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk pada masa sebelumnya. 4.
Altaf Husain Ali Tokoh India lainnya yang terkenal sebagai penyebar ide ide pembaharuan Sayyid
Ahmad Khan adalah Altaf Husain Hali (1837- 1914). Ia pernah bekerja sebagai penerjemah di kantor
Pemerintah Inggeris di Lahore, tetapi kemudian pindah ke Delhi. Di sinilah ia berkenalan dengan
Sayyid Ahmad Khan dan keduanya menjadi teman baik. Hali terkenal sebagai seorang penyair,
tetapi ia juga menulis karangan karangan untuk Tahzib Al Akhlaq. Atas permintaan Sayyid Ahmad
Khan ia menulis syair tentang peradaban Islam di Zaman Klasik. Keluarlah di tahun 1879 apa yang
terkenal dengan nama Musaddas. Syair itu antara lain juga mengandung ide ide Aligarh. Musaddas
sangat berpengaruh terhadap ummat Islam India, sehingga dikatakan bahwa di samping MAOC dan
Muhammedan Educational Conference. Musadddas lah yang mempunyai jasa besar dalam
mempopulerkan gerakan Aligarh[9]. Ia menyebarkan ide – ide pembaharuan gerakan Aligarh dengan
cara yang berbeda dari tokoh yang lain. Ia menyebarkan ide –ide pembaharuan melalui syair yang
terkenal dengan nama musaddas. Dalam bidang politik ia berpandangan bahwa umat Islam India
merupakan suatu kesatuan tersendiri di samping umat Hindu. Tetapi bukan anti Hindu. Semangat
patriotisme Hali ini terlihat dalam Syairnya: Jika Anda ingin kebaikan dari negerimu. Maka
janganlah menganggap sebagai orang asing sesama patriot dari tanah airmu, Apakah ia Muslim atau
Hindu, Apakah Budhis atau Brahma, Pandanglah mereka dengan mata persahabatan yang syahdu,
Anggaplah mereka seperti bagian hitam dari matamu[10]. Dalam dunia pendidikan ia berbeda
pendapat menurutnya pendidikan wanita ia lebih bersifat progresif. Sedangkan, Sayyid Ahmad Khan
yang memandang kaum wanita belum perlu mendapatkan pendidikan sebagaimana kaum lakilaki. 5.
Chiragh Ali Chiragh Ali adalah murid Sayyid Ahmad Khan. Ia melakukan studi banding tentang
Bibble dengan Al-Qur’an, sebagai upaya untuk berargumentasi dengan penganut kitab Bible. Ia juga
melakukan penelitian kembali sumber-sember hukum Islam. Hasil dari penelitiannya menunjukkan
bahwa Islam tidak terikat pada sistem sosial tertentu. Akhirnya ia pun memunculkan suatu
penafsiran yang menyeluruh dan pembaruan dalam lapangan hukum dan politik yang didasarkan
atas Al-Qur’an. Menurutnya Al-Quran bukan merupakan penghalang kemajuan spiritual dan tidak
melarang kebebasan berfikir di antara kaum muslimin serta bukan penghalang inovasi dalam segala
aspek kehidupan baik dalam politik sosial, pemikiran maupun segi moral[11]. Ini berarti bahwa ia
berpendapat Islam harus beradaptasi dengan kondisi zaman yang berubah-ubah, agar senantiasa
mampu hadir ke tengah-tengah umat dalam menyelesaikan problematika kehidupan yang terjadi.
Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad di dalamnya terdapat elastisitas atau fleksibel yang
memungkinkan bagi Islam untuk beradaptasi terhadap perkara politik dan sosial yang terjadi di
sekitarnya. Tetapi Islam tidak menentukan sistem sosial atau politik tertentu. Inti pemikirannya
tidak berbeda nyata dengan gurunya Sayyid Ahmad Khan 6. Maulvi Nazir Ahmad Beliau termasuk
orang menyebarkan ide –ide pembaharuan dengan cara yang berbeda yaitu melalui gerakan
keilmiahan. Karangan – karangannya berkisar sekitar soal agama, budi pekerti, dan problem
–problem sosial. Maulvi berpendapat kemunduran umat Islam, terletak pada umat Islam itu sendiri
dan bukan dating dari luar. Umat Islam tidak hidup lagi sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Ia juga
menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Urdu yang pada saat itu banyak dibaca dan berpengaruh
pada masyarakat Islam India, dari hal itu gerakan Aligarh semakin dekat dengan golongan ulama’
India. 7. Muhammad Shibli Nu’mani Muhammad Syibli Nu’mani (1857 1914) diangkat pada tahun
1883 sebagai Asisten Profesor Bahasa Arab di Aligarh. Ia mempunyai pendidikan madrasah
tradisional dan pernah pergi ke Mekah dan Medinah memperdalam pengetahuannya tentang agama
Islam. Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat meninggal¬kan M.A.O.C. 12

Ketika di M.A.O.C. ia berjumpa dengan ide ide baru yang dikemukakan oleh Gerakan Aligarh dan
tertarik padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya, membuat ia tidak mempunyai sikap se-
liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi ia tidak menentang pemakaian akal dalam soal-soal agama;
mempelajari falsafat barat yakin bukanlah haram. Ulamaulama zaman klasik juga mempelajari dan
mengetahui falsafat. Mereka, demikian argumennya lebih lanjut, menyetujui pelajaran falsafat
pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat diterimany[12]a. Pada tahun 1894 ia mendirikan
“Nadwah Ulama” yang diawali dengan semangat yang tinggi. Sehingga, Suleman Nadwi, pengganti
Syibli menyatakan bahwa “banyak orang percaya bahwa hal ini akan membawa kepada berdirinya
pemerintahan ulama”. Inilah nampaknya gerakan tandingan yang pada akhirnya membawa Aligarh
kepada kemunduran. Banyak kritik-kritik yang dilontarkan Syibli kepada Aligarh, dia tidak terkesan
dengan hasil-hasil intelektual pendidikan modern, karena perlakuan yang ia terima sebagai Asisten
Profesor bahasa. Pada akhirnya ia meninggalkan MAOC dan pergi ke Lucknow untuk memimpin
perguruan tinggi Nadwat al-Ulama. Pemikiran modern moderat yang dianutnya membawa
perobahan pada perguruan tinggi ini. Kritik Syibli yang membawa kepada sikap meninggalkan
Aligarh adalah bahwa sejak masa Sayyid Ahmad Khan telah terjadi pemisahan agama dari politik.
Walaupun pada kenyataannya Sayyid Ahmad Khan sangat memperhatikan agama, Shibli percaya
bahwa agama sebagai bantuan untuk tujuan-tujuan duniawi. Ini barangkali obsesi masa lalu ketika
para ulama memegang kekuasaan spiritual sekaligus duniawi. Pada masa inilah, gaung Aligarh
mulai memudar, namun ide-ide pembaharuan yang dicetuskan melalui lembaga ini terus
dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang lahir kemudian[13]. D. Gerakan Sayyid Amir Ali Sayyid Amir
Ali berasal dari keluarga Syi’ah yang di zaman Nadir Syah (1736 – 1747) pindah dari Khurasan di
Persia ke India. Keluarga itu kemudian bekerja di Istana raja Mughal. Sayyid Amir Ali lahir di tahun
1849, dan meninggal dalam usia tujuh puluh sembilan pada tahun 1928. pendidikannya ia peroleh
dari perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada didekat Kalkuta. Disinilah ia belajar bahasa Arab.
Selanjutnya ia belajar bahasa Inggris dan kemudian juga sastra Inggris dan hukum Inggris. Di tahun
1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai ditahun 1873 dengan memperoleh
kesarjanaan dalam bidang hukum. Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja sebagai
pegawai Pemerintah Inggris, pengacara, hakim, dan guru besar dalam hukum Islam. Di tahun 1883
ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Majlis Wakil Raja Inggris di India. Ia adalah satu-
satunya anggota Islam dalam Majlis itu[14]. Beliau tidak anti pati terhadap dunia politik bahkan ia
memasuki dunia politik. Ini tercermin pada tahun 1877 ia membentuk National Muhammedan
Association, sebagai wadah persatuan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik.
Amir Ali juga berpendapat dan berkeyakinan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa kepada
kemunduran sebaliknya Islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan dan untuk
membuktikannya ia mengajak meninjau kembali sejarah masa lampau bahwa agama bukanlah yang
menyebabkan kemunduran dan menghambat kemajuan. Ia tidak menutup pintu ijtihad melainkan
membuka pintu ijtihad. Pada pendapat lain juga memberikan pendapat bahwa menggunakan akal
bukan suatu dosa dan kejahatan. Bahkan ia memberikan ayat-atat dan hadits-hadits untuk
menunjang argumen –argumen untuk menyatakan bahwa ajaran – ajaran itu tidak bertentangan
dengan pemikiran akal. Sayyid Amir Ali untuk memajukan umat Islam ia berpendirian tidak ingin
bergantung atau berkiblat kepada ketinggian dan kekuatan Barat seperti halnya dengan Sayyid
Ahmad Khan. Sayyid Amir Ali dalam memajukan umat Islam ia berpatokan dan berkiblat pada ilmu
pengetahuan yang dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka kuat berpegang pada ajaran
Nabi Muhammad Saw. dan berusaha keras untuk melaksanakannya. Gerakan Muhammad Iqbal dan
Jinnah Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot
pada tahun 1876. untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai
ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Ditahun 1905 ia pergi ke Inggris dan masuk ke Universitas
Cambridge untuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich di Jerman, dan di
sanalah ia memperoleh gelar Ph.D, dalam tasawuf. Pada tahun 1908 ia berada kembali ke Lahore
dan di samping pekerjaannya sebagai pengacara ia menjadi dosen filsafat. Kemudian ia memasuki
dunia politik dan di tahun 1930 dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Ia wafat dalam usia enam
puluh dua tahun ia meninggal di tahun 1938(harun,h. 190-191) Muhammad Iqbal berpendapat
kemunduran umat Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam
pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada statis. Penyebab lain ialah terletak pengaruh
zuhd yang terdapat pada ajaran tasawuf. Zuhd, perhatian harus dipusatkan kepada tuhan. Hal itu
akhirnya membawa kepada keadaan umat kurang mementingkan soal kemasyarakatan dalam Islam.
Kemudian menjadi penyebab juga katanya ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemujaun
pemikiran umat Idlam dipertengahan amat ketiga belas. Pada saat itu pintu ijtihad mereka tertutup.
Menurut Muhammad Iqbal hukum dalam Islam sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Islam,
menurut Iqbal pada hakekatnya mengajarkan dinamisme. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat
Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Inti sari hidup menurutnya adalah gerak,
sedangkan hukum hidup ialah menciptakan, maka ia berseru kepada umat Islam supaya bangun dan
menciptakan dunia baru. Di India terdapat dua umat besar, demikian menurut Iqbal. India pada
hakekatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat Islam India harus
menuju pada pembentukan Negara tersendiri terpisah dari Negara Hindu di India. 13

Tetapi yang patut diingat bahwa bibit ide untuk membentuk Negara tersendiri sebelumnya sudah
dalam ide politik yang ditimbulkan oleh Sayyid Ahmad Khan, tetapi ide dan tujuan membentuk
Negara tersendiri diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat
Islam India ialah oleh Muhammad Iqbal Dan Jinnah-lah memperjuangkannya sehingga Pakistan
mempunyai wujud. Kesimpulan Kesemenahan inggris terhadap masyarakat India dan terjadinya
kesenjangan perlakuan antara islam dan hindu India dalam hak sebagai warga Negara, menuai
kritik dari para tokoh India, sehingga gerakan anti inggris bermunculan. Gerakan Mujahidin di
pelopori oleh Sayyid Ahmad mencoba memulai peperangan terhadap golongan sikh di India Utara.
Ide yang dimunculkan oleh Sayyid Ahmad ialah merubah sistem pemerintahan dari monarki kepada
sistem imamah, yaitu negara dipimpin oleh seorang imam., imam mengangkat seorang khalifah
sebagai wakilnya di kota-kota penting. Diantara tugas mereka yaitu mengumpulkan zakat utnuk
pemerintahan imam dan mencari mujahidin untuk meneruskan jihad Dari para Murid Syah Waliullah
berdirilah dua perguruan tinggi di India Deoband dan Aligarh. Yang menjadi perbedaan faham
keagamaan dan politik Aligarh dan Deoband. Dari segi politik Deoband anti terhadap Inggris dan
Aligarh justru sebaliknya pro terhadap Inggris. Dari segi keagamaan Deoband tetap
mempertahankan taklid kepada ulama’ klasik dan menutup pintu ijtihad, beda halnya dengan
gerakan Aligarh mereka tidak menutup pintu ijtihad. Tetapi pada akhirnya sikap Deoband yang
tadinya keras bisa melembut dan berubah terhadap sikap yang tadinya mempertahankan tradisi dan
menutup pintu ijtihad, perlahan mulai membuka pintu ijtihad. Hingga berdirinya Negara Pakistan
yang dipelopori oleh Iqbal dan Jinnah, Deoband dan Aligarh telah banyak melahirkan tokoh-tokoh
India seperti Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali, Nawab Muhsin Al-Mulk, Viqar Al-Mulk , Altaf
Husain Ali , Chiragh Ali, Maulvi Nazir Ahmad, Muhammad Shibli Nu’mani. Gerakan pembaharuan
islam di Indonesia (di makalah-beres) 5. Peranan umat islam Indonesia menjelang dan setelah
kemerdekaan PERANAN ISLAM DALAM PERJUANGAN INDONESIA OLEH : AHMAD ADABY
DARBAN “Wahai orang-orang yg berIman ingatlah pada nikmat Allah yg diberikan kepadamu, ketika
suatu kaum mencengkramkan tangannya berbuat jahat kepadamu, lalu Allah mencegah /
menyingkirkan tangan mereka (menyelamatkanmu ), dan bertaqwalah kepada Allah, dan hanya
kepada Allah lah hendaknya orang-orang ber Iman itu bertawakal” (Q.S. Al Ma’idah: 11)
MUQADIMAH Perjuangan untuk memperolah “Kemerdekaan Indonesia” tidaklah muncul begitu
saja, namun melalui proses perjuangan panjang yang telah mendahuluinya. Kedatangan bangsa
Eropa yang tidak bersahabat, mereka datang membawa bedil dan meriam, dengan pendekatan
perang ( baca : Pidato pengukuhan Guru besar Umar kayam, Transformasi Budaya Kita, 1989 ).
Dengan semboyan Gospel-Gold-Glory ( penyebaran Bible/ Kristenisasi, mencari kekayaan/
eksploitasi, dan mencari daerah jajahan/ kejayaan ), mereka dengan politik Devide et Impera
memecah belah masyarakat di Indonesia, sedikit demi sedikit menguasai tlatah Indonesia ini.
Perjuangan umat Islam melawan penjajahan kolonial Portugis, Belanda, dan Inggris dimulai dari
kerajaan-kerajaan, dan kemudian diteruskan oleh perjuangan rakyat semesta yang dipimpin
sebagian besar oleh para ulama. Jadi perjuangan ini dirintis sejak dari perlawanan kerajaan-kerajaan
Islam, kemudian diteruskan dengan munculnya pergerakan sosial di daerahdaerah, yaitu
perlawanan rakyat terhadap kolonial/penjajahan dan para agen-agennya, sampai dengan munculnya
kesadaran bernegara yang merdeka.

1.

2. 3. 4.

Dalam perjuangan di kawasan Nusantara, khususnya Indonesia yang mayoritas penduduknya


muslimin, maka peranan Ajaran Islam dan sekaligus Umat Islamnya punya arti yang sangat penting
dan tidak dapat dihapus dalam panggung sejarah Indonesia. PERANAN ISLAM SEBAGAI AJARAN
MELAWAN PENJAJAHAN Ajaran Islam yang dipeluk oleh sebagaian besar rakyat Indonesia telah
memberikan kontribusi besar, serta dorongan semangat, dan sikapmental dalam perjuangan
kemerdekaan. Tertanamnya “RUHUL ISLAM” yang di dalamnya memuat antara lain : Jihad fi
Sabilillah, telah memperkuat semangat rakyat untuk berjuang melawan penjajah ( Sartono
Kartodirdjo, 1982). Dengan semangat Jihad, umat akan melawan penjajah yang dlolim, termasuk
perang suci, bila wafat syahid, sorga imbalannya. Ijin Berperang Dari Allah SWT. (Q.S. Al Haj : 39) “
Telah diijinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, sesungguhnya mereka itu
dijajah/ditindas, maka Allah akan membela mereka ( yg diperangi dan ditindas )”. Symbolbegrijpen
(Simbol kalimat yang dapat menggerakkan rakyat), yaitu “TAKBIR” Allahu Akbar, selalu
berkumandang dalam era perjuangan umat Islam di Indonesia. “Khubul Wathon minal Iman”, cinta
tanah air sebagian dari Iman, menjadikan semangat Partiotik bagi umat Islam dalam melawan
penjajahan. Pada kesimpulannya Dr. Douwwes Dekker ( Setyabudi Danudirdja) menyatakan bahwa :
“Apabila Tidak ada semangat Islam di Indonesia, sudah lama kebangsaan yang sebenarnya lenyap
dari Indonesia” (dalam Aboebakar Atjeh: 1957, hlm.729). 14

Dengan demikian ajaran Islam yang sudah merakyat di Indonesia ini, punya peranan yang sangat
penting, berjasa, dan tidak dapat diabaikan dalam perjuangan di Indonesia. PERANAN UMAT ISLAM
Umat Islam Indonesia punya peranan yang menentukan dalam dinamika perjuangan untuk
memdapatkan kemerdekaan. Dalam perjuangan ini dapat dibagi menjadi : 1.

Perjuangan Kerajaan-Kerajaan Islam melawan Kolonial Dimulai sejak awal masuknya bangsa barat
dengan pendekatan kekuatan yang represif (bersenjata), maka dilawan oleh karajaan-kerajaan Islam
di kawasan Nusantra ini. Perjuangan ini antara lain : Malaka melawan serangan Portugis (1511)
diteruskan oleh Ternate di Maluku (Portugis berhasil dihalau sampai Timor Timur), kemudian
Makasar melawan serangan Belanda(VOC), Banten melawan serangan Belanda (VOC), danMataram
Islam juga melawan pusat kekuasaan Belanda(VOC) di Batavia (1628-1629) dan masih banyak lagi.
Mereka gigih, dan Belanda pun kalangkabut, namun setelah ada politik “Devide Et Impera” (pecah
belah), satu persatu kerajaan ini dapat dikuasai. Meskipun demikian semangat rakyat tidak pudar
melawan penjajahan kolonial, maka selanjutnya perjuangan melawan penjajahan diteruskan oleh
rakyat dipimpin Ulama.

2.

Perjuangan Rakyat Dipimpin oleh Para Ulama Setelah kaum kolonial berhasil menguasai kerajaan-
kerajaan di Indonesia, namun umat Islam bersama para ulamanya tidak berhenti melawan
penjajahan. Munculah era Gerakan Sosial merata di seluruh pelosok tanah air. Ulama sebagai Elite
Agama Islam memimpin umat melawan penindasan kedloliman penjajah. Sejak dari Aceh muncul
perlawanan rakyat dipimpin oleh Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nya’ Dhien; di Sumatera
Barat muncul Perang Paderi dipimpin oleh Imam Bonjol; Perlawanan KH.Hasan dari Luwu; Gerakan
R. Gunawan dari Muara Tembesi Jambi; Gerakan 3 Haji di Dena Lombok; Gerakan H. Aling Kuning
di Sambiliung Kal-Tim; Gerakan Muning di Banjarmasin; Gerakan Rifa’iyah di Pekalongan; Gerakan
KH. Wasit dari Cilegon; Perlawanan KH. Jenal Ngarib dari Kudus; Perlawanan KH. Ahmad Darwis
dari Kedu; Perlawanan Kyai Dermojoyo dari Nganjuk; dan juga perlawanan P. Dipanegara, masih
banyak lagi. Dari perlawanan itu, sesungguhnya pihak Belanda sudah goyah kekuasaaanya, sebagai
bukti tiga perlawanan : Rakyat Aceh, Sumatera Barat, dan Java Oorlog (Dipanegara) telah
mengorbankan : 8000 tentara Belanda mati dan 20.000.000 Gulden kas kolonial habis. Oleh karena
itu, mereka kemudian mencari jalan lain, yaitu mengubah politik kolonialnya dengan pendekatan “
Welfere Politiek” (Politik Kemakmuran) untuk menarik simpati rakyat jajahan. Namun, pada
kenyataannya politik itu dijalankan dengan perang kebudayaan dan idiologi, terutama untuk
memecah dan melemahkan potensi umat Islam Indonesia yang dianggapnya musuh utama
pemerintah kolonial.
3.

Pergerakan Nasional di Indonesia Sebelum memesuki era Pergerakan Nasional, pihak kolonial
mencoba politik kemakmuran dan balasbudi. Munculah Politik Etische oleh Van Deventer; Politik
Assosiasi oleh Ch.Snouck Hurgronje; dan Politik De Islamisasi (Dutch Islamic Polecy) oleh Christiaan
Snouck Hurgronje. Kelihatannya politik itu humanis untuk kesejahteraan rakyat, namun karena
landasannya tetap kolonialisme, maka jadinya tetap eksploitatif dan menindas rakyat. Khusus politik
De Islamisasai sangat merugikan umat Islam, karena : a. Memecah umat Islam jadi dua dikotomi
Abangan dan Putihan b. Membenturkan Ulama dengan Pemuka Adat c. Memperbanyak sekolah
untuk memdidik anak-anak umat Islam agar terpisah dari kepercayaan pada agama Islamnya. d.
Menindas segenap gerakan politik yang berdasar Islam e. Membikin masjid dan memberangkatkan
haji gratis untuk meredam gerakan Islam.( Snouck Hurgronje, Islam in de Nederlansch Indie )
Akibat dari politik kolonial di atas, maka perjuangan melawan kolonial menjadi terpecah. Menurut
Thesis Endang Syaifuddin Anshari,MA. perjuangan di Indonesia terpecah jadi dua kelompok besar
yaitu: Nasionalis Islami dan Nasionalis Sekuler. Kondisi inilah sampai sekarang masih tampak dalam
dinamika perpolitikan kita. Sebagai salah satu yang penting pelopor awal Pergerakan Nasional di
Indonesia ialah umat Islam, yaitu pada tanggal 16 Oktober 1905, lahir Sarekat Dagang Islam (SDI)
(baca wawancara Tamardjaja dengan H. Samanhudi, 1955, di majalah Syiyasyah 1974), yang
kemudian th. 1912 jadi Sarekat Islam (SI), sebagai gerakan Ekonomi dan politik. Pada Tanggl 18
November 1912 lahir Muhammadiyah sebagai gerakan Sosial Keagamaan, dari lembaga
pendidikannya menghasilkan pimpinan bangsa Indonesia yang menentang Belanda,kemudian
selanjutnya Jami’atul Khoir, Al Irsyad, Jong Islamieten Bond (1922), Persatuan Islam (Persis) th.
1920, Nahdlotul Ulama ( 1926 ), dan lainnya adalah dalam kategori nasionalis Islami, yang
kesemuanya punya andil dalam melawan Belanda. Di samping itu lahirlah Boedi Oetomo, 20 Mei
1908, dan Indische Partij (1912), Jong Java, PKI, Perhimpunan Indonesia (PI), PNI (1927) dan
sebagainya, adalah dalam kategori nasionalis sekuler. ( Endang Syaifuddin Anshari, Piagam Jakarta:
22 Juni 1945. Thesis di Mac Gill University, Canada ). Dalam menghadapi gerakan umat Islam,
Belanda menggunakan “Christening Politiek” (dalam Pidato Ratu Belanda yang dibacakan
oleh:Gub.Jend. Idenburg) namun tidak berhasil. Ketika gencarnya SI menuntut “Boemi Poetera
Zelfbestuur” (Bangsa Indonesia berpemerintahan sendiri), dengan gerakan Rapat Akbar dan
pemogokan yang 15

dilakukan hampir merata di pelosok kepulauan Indonesia, maka Belanda grogi dan segera bertindak.
Untuk menghadapi gelombang gerakan umat Islam itu, maka upaya Politik Belanda dengan
mendatangkan VIRUS KOMUNIS, yaitu menggunakan tokoh-tokoh komunis Belanda Snevliet,
Barandesteder, Ir. Baars, Brigsma dan Van Burink, didatangkan ke Indonesia untuk menghadapi
Islam di Indonesia. Tokoh-tokoh komunis itu kemudian mengkader Semaun, Alimin Dharsono & Tan
Malaka, disusupkan ke SI, terjadilah pembusukan dari dalam, pecahlah SI jadi dua: SI Putih yang
asli, dan SI Merah yang komunis bergabung dengan ISDV ( Indische Socialis Democratische
Vereeniging ) jadi PKI (23 Mei 1920). Mulai dari sinilah maka umat Islam berhadapan terus dengan
komunis. ( A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. dan A. Adaby Darban,
Peranserta Islam dalam Perjuangan Indonesia. ). Pada tahun 1937 organisasi-organisasi Islam
bersatu membentuk MIAI ( Majlisul Islam A’la Indonesia ), diprakarsai oleh Muhammadiyah, NU,
Persis, Alwasliyah dan lainnya. Pada zaman Jepang MIAI diubah namanya jadi MASJUMI ( Majlis
Syurau Muslimin Indonesia ), dan memiliki pasukan Hizbullah Sabilillah, sebagai modal perjuangan
bersenjata di kemuidian hari. Pada saat mempersiapkan kemerdekaan dalam BPUPKI disidangkan
konsep dasar negara, muncul konsep Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno yang telah diajukan,
namun sidang belum menerima, kemudian dibentuklah panitia Ad Hock (9 anggota), yang
memutuskan Rumusan Piagam Djakarta 22 Juni 1945 ( Djakarta Charter ). Rumusan itu melalui
debat yang panjang akhirnya disetujui pada tanggal 16 Juli 1945.(Komentar Soekarno, bahwa
Djakarta Charter merupakan konsesnsus nasional persatuan antara Kaum Kebangsaan dan Islam).
Namun, pada tanggal 18 Agustus 1845, keputusan itu dianulir atas usul Opsir Jepang
mengatasnamakan utusan dari Indonesia Timur, yang menyatakan bahwa bila kalimat “ Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluknya” tidak diubah, maka Indonesia Timur
akan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia . Dengan demikian Hatta lobi
dengan para ulama agar dapat mengubah Piagam Djakarta demi persatuan Nasional RI. Pada
awalnya para ulama tidak setuju, sebab itu sudah keputusan BPUPKI sebagai konsensus nasional,
namun demi toleransi dan menjaga negara RI dari perpecahan, akhirnya disepakati dengan kalimat :
“ Ketuhanan Yang Maha Esa “ (peranan Ki Bagus menempatkan Yang Maha Esa sebagai Taukhid
Rakyat Indonesia ). ( Endang Syaifuddin Anshari, Piagam Jakarta.) 4.

Peran Umat Islam dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Dalam perjuangan


mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, umat Islam punya peranan
penting, yaitu : Pertama, secara pisik Umat Islam dengan Lasykar Hisbullah-Sabilillah, kemudian
diteruskan Asykar Perang Sabil (APS) dan lasykar Islam lainnya di daerah, gigih berjuang membantu
TKR (TNI) untuk mempertahankan NKRI dengan perang gerilnyanya melawan Sekutu-NICA
(Netherland Indie Civil Administration, Belanda) yang akan kembali berkuasa di Indonesia. Secara
pisik pula Lasykar Hisbullah-Sabilillah yang kemudian diteruskan oleh Markas Ulama Asykar Perang
Sabil (APS) bersama pasukan TNI dari Siliwangi melawan Pemberontakan Partai Komunis Indonesia
(PKI) 18 September 1948 ( dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin ), yang akan menghancurkan
NKRI dan akan membentuk Pemerintahan Komunis Indonesia, menjadi bagian atau satelit dari
Commitern Komunis Internasional yang berpusat di Moskow,Rusia. Pemberontakan PKI 1948 ini
berjalan secara biadab, membantai para ulama dan santri, membantai kaum nasionalis, membantai
pamongpraja, dapat digambarkan ada suatu gedung untuk pembantaian yang darahnya menggenang
sampai satu kilan. Dengan adanya kerjasama antara kelasykaran umat Islam, kelasykaran kaum
nasionalis, dengan TNI berhasil menghancurkan kekejaman dan kebiadaban Pemberontakan PKI
1948. Setelah kemerdekaan dan adanya maklumat Wakil Presiden X/1946, bangsa Indonesia
dipersilahkan mendirikan partai politik. Dalam hal ini pada awalnya aspirasi politik umat Islam
ditampung dalam satu wadah, meneruskan namanya yaitu Majelis Syurau Muslimin Indonesia (
Masyumi ), dalam ikrar persatuan umat Islam ”Panca Cita”. Kedua, dalam proses perjuangan
diplomasi ada beberapa perundingan antara lain Linggajati, Renfille, Roem-Royen, dan KMB. Pada
perundingan Renfille wilayah NKRI menjadi sempit, dan berdirilah negara-negara bagian lain
sebagai negara boneka Belanda, dan lebih parah lagi Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI diduduki
Belanda. Secara spontan dan bertanggung jawab Mr.Syafruddin Prawiranegara (Masyumi)
mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 19 Desember 1948 di Sumatera Barat
( Mulai tahun 2006 dijadikan hari peringatan Bela Negara ). Adanya perlawanan gerilya bangsa
Indonesia yang tiada hentinya ( termasuk perebutan Jogjakarta dari tangan Belanda tanggal 1 Maret
1948), maka PBB meminta genjatan senjata dan diadakan perundingan lagi, yaitu Roem – Royen.
Dalam perundingan itu deplomasi Mr.Moh.Roem berhasil menggiring pihak Belanda untuk antara
lain : 1.Mengembalikan Ibukota RI Yogyakarta;2.Pembebasan Soekarno-Hatta dan para mentri yang
ditawan Belanda; 3. Menyelenggarakan Konfrensi Meja Bundar (KMB), dan 4. Belanda mengakui
keberadaan RI. Pada KMB Belanda mengakui eksistensi Republik Indonesia Serikat, yang masih
memiliki negara-negara bagian (boneka) dibawah pengaruh Belanda. Presiden Soekarno jadi
Presiden RIS, sedangkan Mr. Assa’at jadi Presiden Republik Indonesia( RI ) kedua, bagian dari RIS.
Dalam rangka menyatukan Indonesia kembali, tokoh umat Islam Muhammad Natsir (Masyumi)
mempelopori “MOSI INTEGRAL NATSIR yang isinya untuk KEMBALI KE BENTUK NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)”. Mosi integral Natsir ini mendapat dukungan sebagain
besar anggota kabinet dan Presiden Soekarno, meskipun Anak Agung Gde Agung dan Sultan Hamid
II tidak 16

mau ikut tanda tangan mendukung, akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1950, Presiden Soekarno
berdasarkan mosi itu memberanikan diri menyatakan kembali ke Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

5. Umat Islam di Era Mencari Bentuk Demokrasi Indonesia Undang-undang Dasar 1945
menggambarkan bahwa NKRI adalah negara demokrasi, namun formulasi demokrasi yang
bagaimana bentuknya masih dalam pencarian. Apakah Demokrasi Liberal, apakah Demokrasi
Sosialis, ataukah Demokrasi Theokrasi ?. Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap ( dari Masyumi )
Indonesia mengadakan pemilihan umum pertama di tahun 1955, diikuti hampir + 100 partai,
disaksikann oleh PBB. Dalam pemilu itu muncul 4 kekuatan partai besar yaitu rangking pertama PNI
dan Masyumi suaranya berimbang, disusul NU, kemudian PKI. Hasil dari Pemilu itu adanya Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), dan kemudian pemilu kedua menghasilkan Konstituante (pembuat
Konstitusi/ UUD). Dalam Konstituante memang ditawarkan dan untuk menjaring aspirasi rakyat
dalam menentukan UUD baru yang aspiratitf rakyat Indonesia. Berbagai golongan masyarakat yang
diwakili oleh partainya menyampaikan usulannya, sehingga mengerucut pada UUD pertama 1945
namun pada Preambulenya ada yang mengacu keputusan Sidang BPUPKI 16 Juli 1945 yaitu Piagam
Djakarta , dan mengacu dari keputusan PPKI 18 Agustus 1945, dengan suara berimbang, namun
tidak dapat memenuhi 75% suara untuk dapat memutuskannya, sehingga selalu tidak dapat
diputuskan. Aklhirnya pihak Militer (A.H. Nasution ) membuat konsep Dekrit Presiden, kemudian
diterima oleh Bung Karno, maka pada tanggal 5 Juli 1959 Dekrit Presiden itu dideklarasikan, isinya
antara lain : 1. Pembubaran Konstituante; 2. Kembali pada UUD 1945, dan Piagam Djakarta sebagai
yang menjiwai UUD 1945 ; 3. Bentuk Negara Demokrasi Terpimpin. 6. Umat Islam di Era Demokrasi
Terpimpin Munculnya Dekrit Presiden ini untuk sementara dapat meredam perbedaan pendapat
dalam konstituante, namun juga berdampak menjadi awalnya bentuk pelaksanaan pemerintahan
yang otoriter, kekuasaan tunggal di tangan presiden. Hal ini terbukti, ketika Presiden Soekarno
mengajukan RAPBN ke DPR hasil Pemili 1955, oleh karena kondisi negara belum mampu, maka
ditolak DPR dan diminta untuk diperbaiki, namun dengan pendekatan kekuasaan Bung Karno
membubarkan DPR hasil pemilu, dan kemudian dengan kekuasaanya pula presiden Soekarno
menyusun DPR baru atas tunjukannya dengan diberi nama DPRGR. Tokoh-tokoh umat Islam
menentang sikap otoriter ini, namun kemudian ditangkapi dan dipenjara. Dari beberapa kasus yang
menentang otoriter kekuasaan pada waktu itu, ditangkapilah tokoh-tokoh Islam antara lain
Mr.Prawoto Mangkusasmito ; Mr. Mohammad Roem; KH Muhammad Natsir; KH E.Z. Muttakin; Mr.
Kasman Singodimejo; dan Hamka dan lainnya , mereka disiksa , dan tidak diproses hukum melalui
pengadilan. Dari tahun 1960 sampai 1965 situasi negara dalam keadaan tegang , akibat adanya
iklim antagonis dalam masyarakat. Polarisasi NASionalis + Agama + KOMunis (NASAKOM) yang
dicetuskan pemerintah menjadi kekuatan yang saling benturan. Pendekatan kaum Komunis (PKI)
pada pemerintah banyak digunakan umtuk menghantam umat Islam dan gerakan Islam. Muncul
istilah Ganyang Kontra Revolusi, Ganyang 7 Setan desa ( salah satunya haji ). PKI mengadakan Aksi
Sepihak, yaitu menyerobot dan menduduki tanah milik umat Islam, milik pesantren dsb. untuk
dibagikan pada para pendukungnya, sedangkan bila terjadi perlawanan diadakan teror dan sampai
pembunuhan. Setelah PKI merasa kuat dan siap untuk mengambil alih kekuasaan, menyiapkan
angkatan ke 5 Buruh Tani dipersenjatai, import senjata jenis Tschung dari RRChina, banyak
mengadakan pelatihan militer di beberapa daerah, dan mengadakan aksi sepihak menduduki tanah-
tanah perusahaan dan tanah masyarakat, serta mengadakan teror dan pembantaian terhadap lawan
politiknya. Menyerang tempat-tempat Ibadah menginjak-ijai kitab suci Al Qur’an, seperti peristiwa
Kanigoro, Bandar Betsy, menteror dan menangkapi seniman Manikebu lawannya Lekra (PKI),
Puncaknya meletuslah Pemberontakan G.30.S. / PKI. Digerakkan oleh Dewan Revolusi yang berisi
tokoh-tokoh PKI ( DN Aidit, Sam Qomaruzaman, Nyoto, Nyono, Istiajid, dan sebagainya ) sebagai
pengendali gerakannya ( Surat Perintah Comite Central/ CC PKI No. 13/ P1 / 65, tanggal 28
Septembar 1965, isinya Perintah mendirikan Dewan Revolusi Daerah ). Pemberontakan G.30.S. /PKI
telah membantai kalangan ABRI, para Santri dan Kyai di pedesaan, pemuka agama lainnya termasuk
di Bali, mereka telah disediakan sumur-sumur untuk penguburannya. Ummat Islam membentuk
Kogalam ( Komando Kesiapsiagaan Umat Islam ) dan GEMUIS ( Genarasi Muda Islam ), Organisasi-
organisasi Islam mendirikan pasukan Banser, Kokam, Brigade PII, Korba HMI, dan sebagainya,
sebagai kekuatan untuk menghadapi pemberontakan PKI 1965 itu. Gerakan pemberontakan
G.30.S./PKI di pusat maupun daerah-daerah berhasil ditumpas, sehingga selamatlah negara
Republik Indonesia dari usaha dijadikan negara komunis. Situasi negara mulai ada perubahan,
masyarakat menyadari akan bahaya laten komunis, dan membuka lembaran baru dalam kehidupan
negara yang memiliki nuansa keagamaan atau religiositas yang memang sebagai jati diri Bangsa
Indonesia. Dengan adanya Ketetapan MPRS No. XXV/ 1966, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
orderbow-nya dibubarkan, ajaran Komunisme –Marxistme dilarang untuk seluruh Indonesia. 7. Umat
Islam di Era Orde Baru Pada awal kebangkitan Orde Baru adalah dalam rangka kembali kepada
UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekwen, memperbaiki stuktur birokrasi dan
demokrasi bersih dan sehat. Pada awalnya umat Islam memberikan dukungan , memang umat Islam
untuk sementara merupakan eksponen dan dijadikan tumpuan. 17

Namun pada proses perjalanan sejarah selanjutnya eksponen umat Islam mulai ditinggal, dan
bahkan gerakan umat Islam mulai dimandulkan, bahkan berusaha untuk dibersihkan. Gerakan
politik Islam dilikwidasi sedikit demi sedikit posisinya bahkan dimandulkan, mulai Pemilu 1971 yang
penuh rekayasa dan ”Bolduser”, menekan umat Islam dan politisi lain untuk memenangkan Golkar.
Maka berhasilah menguatkan posisi kekuasaan Suaharto, yang selanjutnya akan kembali mmenjadi
penguasa tunggal yang otoriter sampai tahun 1998. Pemerintahan Orde Baru kemudian banyak
meninggalkan potensi umatIslam, justeru merangkul kekuatan minoritas di Indonesia yang ”diridloi
oleh Amerika” serta sekutunya. Sebagai puncaknya kebijakan terhadap umat Islam adalah
dilarangnya partai dan organisasi massa memakai asas Islam.Kebijakan ini sama dengan yang
dilakukan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda atas nasehat Snouck Hurgronje untuk
membatasi gerakan umat Islam di Indonesia. Kebijakan pemerintah Orde baru terhadap politik Islam
itu berdampak antara lain : Pertama, peranan politik umat Islam yang mengusung cita-cita Islam
tidak mendapat tempat yang layak, bahkan dikerdilkan dengan cara rekayasa politik. Dengan
menggunakan berbagai macam skenario politik untuk menyudutkan dan memberi gambaran citra
negatif bagi perjuangan umat Islam Indonesia. Sebagai contoh, dimunculkanlah skenario Komando
Jihad, Teror Warman, dan sebagainya, yang kesemuanya itu memancing umat Islam untuk bertindak
kekerasan, kemudian didlolimi. Dimunculkannya peristiwa-peristiwa penuhy rekayasa seperti,
Tanjung Priuk ( 600 umat Islam dibantai ); Talangsari (pembantaian kyai dan sastri serta penduduk
desa di Lampung ); pembajakan Pesawat Wayola, dan masih banyak lagi poeristiwa di daerah-daerah
yang menjadi korbannya umat Islam. Dalam bidang politik formal kekuatan realitas umat Islam terus
ditekan, dan dengan penuh rekayasa dikerdilkan, sehingga partai politik di DPR dan MPR tidak
dapat berkutik ( dibikin kecil ). Kedua, di kalangan umat Islam mencari jalan lain ( tidak melalui
politik praktis ), yaitu lebih menggiatkan gerakan Dakwah – Sosial – Pendidikan dan Kebudayaan.
Munculah gerakan Dakwah di berbagai lapisan masyarakat dan pelatihan-pelatihan secara intens
dalam memahami Islam Penanaman Nilai dasar Islam (PNDI), lahirnya Lembaga Dakwah Kampus (
LDK ) seperti Jama’ah Salman (ITB), Jamaah Shalahuddin (UGM), dan sebagainya. Gerakan Sosial
meningkatkan kepedulian pada kaum fakir-miskin-yatim piatu dan kaum mutadzafin, munculnya
lembagalembaga sosial dan pendidikan baru di kalangan umat Islam. Dalam bidang pendidikan
berkembang dengan lahirnya lembaga-lembaga pendidikan baru termasuk maraknya pertumbuhan
perguruan tinggi Islam di Indonesia, dan adanya peningkatan penerbitan buku-buku dan media
Islam lainnya. Lahirnya lembaga-lembaga Seni-Budaya Islam dengan karya-karyanya, lebih
maraknya pemakian busana muslim dan muslimah ( pemakian Jilbab diterima olah masyarakat dan
banyak diikuti ). Pemerintah Orde Baru yang selalu phobi pada gerakan Islam, kemudian membuat
kebijakan antara lain pembatasan gerakan dakwah, dengan mewajibkan izin dan mubaligh/da’i nya
diseleksi oleh pemerintah dengan wajib menggunakan SIM ( kartu Surat Ijin sebagi Mubaligh ), dan
pengawasan ketat, serta kemudian juga melarang kegiatan dakwah di kampus-kampus. Pemerintah
Orde baru juga melarang pemekaian Jilbab di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, di lembaga
pemerintahan, dan mencitrakan bahwa pemakaian Jilbab itu adalah kaum Islam Radikal. Meskipun
peraturan ini dilakukan dengan pengawasan ketat dan represif, namun arus deras dari masyarakat
Islam yang mendukung lebih kuat, sehingga pemerintah Orde Baru tidak mampu mengatasinya.
Dalam rangka membendung arus kesadaran ber-Islam yang lebih intens ini, pemerintah Orde Baru
menggunakan berbagai macam skenario politik untuk menjebak aktivis-aktivis umat Islam agar
berbuat radikal, sehingga citra Islam terus negatif di Indonesia. Meski demikian hanya sebagian
kecil yang dapat terjebak, bagi yang sadar akan adanya skenario ini lebih baik diam dan menekuni
gerakan dakwah, sosial,pendidikan dan kebudayaan.. Adanya pembukaan hubungan dengan luar-
negeri ( khususnya Amerika-Eropa-dan Jepang ), Orde Baru banyak menerima ”Bantuan” alias
Hutang. Selain itu pula pemerintah juga mengontrakkan sumber minyak dan tambang lainnya
termasuk Freeport, sehingga pemerintah Orde Baru banyak mengantongi hasilnya. Kelihatannya
dapat meningkatkan kemakmuran dan penghasilan negara, namun ternyata hanya semu. Pemerintah
Orde Baru yang merasa tertolong dengan modal asing itu, kemudian banyak meninggalkan umat
Islam ( sebagai Ekonomi golongan menengah kebawah yang realistis penyangga perekonomian
Indonesia ). Umat Islam dalam bidang ekonomi menduduki golongan pengusaha menengah ke
bawah. Sentra-sentra perekonomian umat Islam memiliki jaringan sampai pada ekonomi kerakyatan
di lapisan bawah ( seperti Ekonomi Pertanian; Tekstil; Batik; Garmen; sampai ke Industri Kerajinan
Rakyat/rumah tangga ). Pada zaman pemerintahan Orde Baru yang banyak bergantung pada Modal
Asing, lebih berpihak pada golongan ekonomi Konglomerat, sehingga sebagian pinjaman modal
asing itu dialirkan pada Konglomerat. Akibatnya ialah, pertama Golongan Konglomerat ini tangan-
tangan guritanya sampai pada lapisan ekonomi menengah kebawah, sehingga sistem kapitalistik-
monopoli berakibat mematikan golongan ekonomi menengah ke bawah yang sebagian besar adalah
umat Islam. ( Menurut Richard Rabison, The Rise Capitalism in Indonesia. ( disertasi ), bahwa
Golongan Ekonomi Menengah ke Bawah bagi Indonesia adalah pilar ekonomi yang nyata dan perlu
diperkuat, sedangkan Golongan Ekonomi Konglomerat yang mengandalkan Modal Asing pinjaman
itu merupakan tiang penyangga yang semu, suatu saat gampang melarikan modalnya ke luar negri,
sehingga akan menggoyahkan perekonomian Indonesia . Pada akhir hayat pemerintahan Orde Baru,
ditengarai setelah pihak asing kepercayaannya mulai pudar,kemudian pembatasan kucuran dana
pinjaman asing, dan masyarakat mulai tidak respek dan mengecam terhadap permainan politik
pemerintah Orde Baru, maka kekdudukannya menjadi lemah. Pada kondisi lemah ini, pemerintah
Orde Baru kelihatannya mulai mendekati umat Islam melalui tokoh-tokohnya. Namun, cara-cara
pendekatan itu sudah tidak 18

populer lagi, akhirnya terjadi arus deras untuk diadakan Reformasi. Arus deras Reformasi sebagai
lokomotif (salah satunya Amien Rais) dan pendukung terbesaenya adalah umat Islam, berhasil
memberhentikan Pemerintahan Orde baru, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto berhenti jadi
presiden, dan masa transisi untuk sementara digantikan oleh BJ Habibie sampai dengan pemilihan
umum Era Reformasi. PERAN UMAT ISLAM DI AWAL REFORMASI Masyarakat Indonesia
mengalami titik kulminasi jenuh pada pemerintahan Orde Baru (yang sudah menjadi sama sengan
Orde Lama). Cara-cara untuk mempertahankan kekuasaan dengan menggunakan kendaraan
GOLKAR yang dengan rekayasa skenariotip selalu memenangka pemilu, sehingga kekuasaan
Suharto dan Kroninya diusahakan terus untuk dipertahankan. Harmoko selaku ketua Golkar yang
terakhir mendorong Suharto untuk maju lagi jadi presiden di tahun 1997, mengklaim dengan
mengatakan rakyat Indonesia masih menginginkan kekuasaan Suharto. Pada kenyataanya lain,
masyarakat luas sudah mengiginkan perubahan kepemimpinan nasional, bahkan sebagian di
kalangan ABRI pun dan dunia internasional yang dulu sebagai pendukung dana dan politik Orde
Baru, mulai kendor dan meninggalkan dukungannya. Dalam kondisi seperti ini, Suharto mendekati
umat Islam melalui tokoh-tokohnya, namun tidak berhasil, sehingga Suharto terpaksa ”Berhenti”
dari jabatannya sebagai presiden, dan digantikan oleh wakilnya yaitu BJ Habibie. Pada era
pemerintahan BJ Habibie yang hanya lebih kurang 1 tahun, berhasil menekan inflasi yang
sebelumnya nilai rupiah terpuruk hingga Rp.15.000,- setiap satu dolarnya, dapat ditekan menjadi
Rp. 6.000,- setiap dolar AS. Namun, adanya epouria politik yang terus bergelora, akhirnya pada
sidang MPR peratanggunganjawabnya tidak diterima, maka BJ. Habibie tidak mencalonkan jadi
presiden. Pada awal Reformasi umat Islam pun terimbas adanya epouria politik, sehingga pada
rame-rame mendirikan partai, antara lain lahirlah Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ); Partai Amanat
Nasional ( PAN ) ( meskipun tidak berdasarkan Islam, namun basis pendukungnya Islam ), Partai
Bulan Bintang (PBB); Partai Keadilan (PK); Partai MASYUMI BARU; Partai ABULYATAMA; Partai
Syarekat Islam Indonesia (PSII) ( (semuanya berdasarkan Islam dan basis pendukungnyapun Islam),
dan sebagainya ditambah Partai Persatuan Pembagunan (PPP) yang juga masih eksis dan punya
masa. Pada Pemilu 1999 PDI P berhasil unggul disusul Golkar, dan baru partai-partai Islam dan
partai yang basis pendukungnya Islam ( bila partai-partai Islam dan yang berbasis pendukungnya
Islam bersatu, insya Allah akan menang dalam pemilu. Namun, kanyataannya partai-partai Islam itu
belum dapat bersatu sampai kini ). Meskipun PDI P unggul dalam pemilu, namun dalam pemilihan
presiden tidak berhasil, MPR memilih suara terbanyak Abdurrahman Wahid, sedangkan wakilnya
baru Megawati. Abdurrahman wahid tidak mulus jadi presiden RI, dengan adanya berbagai
persoalan akhirnya diberhentikan oleh MPR, kemudian digantikan oleh Megawati dengan
mengambil wakil Hamzah Haz dari PPP. Pada Pemilu 2004, partai-partai Islam dan yang berbasiskan
Islam pun belum dapat meraih kemenangan. Pada pemilu ini Golkar pewaris Orde Baru berhasil
menang, sedangkan dalam pemilihan presiden pun dimenangkan oleh SBY dan Jusuf Kalla ( dari
Partai Demokrat dan Golkar ), sedangkan calon-calon lain yang jelas dari tokoh-tokoh umat Islam
belum berhasil menang ( Amien Rais; Hasyim Muzadi; dan Sholahuddin Wahid ). Dengan keadaan
seperti inilah sudah semestinya umat Islam perlu mukhasabah dan menyusun langkah-langlah yang
lebih baik untuk masa depannya. Selain politik, juga terjadi euporia liberalisme yang semakin
menjadi, pornografi dan pornoaksi, serta banci merajalela dengan bebas melalui mass media,
sehingga menjadi petaka rusaknya moral bangsa. Mereka menggunakan senjata HAM untuk
kebebasannya. RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi tak kunjung diputuskan, karena terkendala para
pendukung gerakan perusak moral itu. Perjuangan melawan KKN ( Korupsi- Kolusi – Nepotisme )
berjalan lamban, stagnan, karena tidak ada ketegasan dari pemerintah, sehingga kasus BLBI yang
memakan uang rakyat + 90 Trilyun pun belum dituntaskan. Komunisme berusaha hidup kembali,
melalui berbagai nama seperti PRD, PAPERNAS, dan mungkin alan lahir Partai Kemerdekaan
Indonesia (PKI), mereka juga menggunakan senjata HAM untuk berlindung. Menghadapi komunisme
pun tidak ada tindakan tegas dari pemerintah. Tingkatan keadaan ekonomi masyarakat masih
”njomplang”, yang kaya semakin kaya, yang miskin bertambah miskin. Masyarakat lapisan
menengah ke bawah hidupnya semakin sulit, dan perlu diupayakan kesejahteraannya secara serius.
Namun,ada hal yang dapat jadi hiburan, yaitu berkembangnya Perekonomian Syari’ah yang
diharapkan dapat menjadi alternatif untuk dapat mengobati ketimpangan kehidupan ekonomi
masyarakat Indonesia. Sudah waktunya Ekonomi Syari’ah berpihak pada masyarakat dhuafa’, untuk
ikut berusaha mengentaskan kemiskinan di Indonesia. KHOTIMAH Tulisan di makalah pendek ini
barulah pengamatan selintas dengan berusaha menggunakan fakta sejarah. Oleh karena itu, untuk
mendalaminya perlu diadakan diskusi, sehingga akan lebih memperjelas tentang Umat Islam dalam
perjuangan Indonesia. Adanya kekuarang mohon ma’af, ada pun kritik dan saran sangat diharapkan.

19

Anda mungkin juga menyukai