OLEH :
WIDHATAMI NIMAS NURULHAQ
P27820717040
Pembimbing Akademik
A. Definisi
Acute lung oedema (ALO) adalah akumulasi cairan pada paru-paru
yang terjadi secara mendadak (Aru W. Sudoyo, 2006). Suatu keadaan
kelainan yang menyebabkan terkumpulnya cairan patologis di ekstravaskuler
dalam paru-paru. Kelainan ini disebabkan oleh peningkatan tekanan
hidrostatis dan permeabilitas paru (Arif Muttaqin, 2008).
Acute lung oedema merupakan terjadinya penumpukan cairan secara
masif di rongga alveoli yang menyebabkan pasien berada dalam kedaruratan
respirasi dan ancaman gagal napas.
B. Etiologi
Ketidakseimbangan Starling Forces yaitu :
1) Peningkatan tekanan kapiler paru :
- Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya gangguan fungsi
ventrikel kiri (stenosis mitral),
- Peningkatan tekanan vena paru sekunder dengan adanya gangguan
fungsi ventrikel kiri,
- Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder dengan adanya
peningkatan tekanan arteri pulmonalis (over perfussion pulmonary
edema).
2) Penurunan tekanan onkotik plasma
Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal, hati, protein-
losing enteropaday, penyakit dermatologi atau penyakit nutrisi.
3) Peningkatan tekanan negatif interstesial
- Pengambilan terlalu cepat pneumothorax atau efusi pleura (unilateral),
- Tekanan pleura yang sangat negatif dengan adanya obstruksi saluran
napas akut bersamaan dengan peningkatan end-expiratory volume
(asma).
4) Peningkatan tekanan onkotik interstesial.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya Acute Lung Oedema (ALO) dibagi menjadi 2, yaitu
:
1) Kardiogenik
- Penyakit pada arteri koronaria
Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena
adanya deposit lemak atau plak (plaques). Serangan jantung terjadi
jika terbentuk gumpalan darah pada arteri dan menghambat aliran
darah serta merusak otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut.
Akibatnya, otot jantung yang mengalami gangguan tidak mampu
memompa darah lagi seperti biasa.
- Kardiomiopati
Penyebab kardiomiopati masih idiopatik, menurut beberapa ahli
diyakini penyebab terbanyak terjadinya kardiomiopati disebabkan oleh
infeksi pada miokard (miokarditis), penyalahgunaan alkohol dan efek
toxic dari obat-obatan seperti kokain dan obat kemoterapi.
Kardiomiopati menyebabkan ventrikel kiri menjadi lemah sehingga
tidak mampu melakukan kompensasi suatu keadaan dimana kebutuhan
jantung memompa darah lebih berat saat keadaan infeksi. Apabila
ventrikel kiri tidak mampu melakukan kompensasi beban tersebut,
maka darah akan kembali ke paru-paru. Hal inilah yang akan
mengakibatkan cairan menumpuk di paru-paru (flooding).
- Gangguan katup jantung
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi
untuk mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat
(stenosis) atau tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiency).
Hal ini menyebabkan darah mengalir kembali melalui katup menuju
paru-paru.
- Hipertensi
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
penebalan pada otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit
arteri koronaria.
2) non-kardiogenik.
Pada non-kardiogenik, ALO dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain :
- Infeksi pada paru-paru
- Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru
- Paparan toxic
- Reaksi alergi
- Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
- Neutrogenik
D. Patofisiologi
Edema Paru terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan
yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai
gantinya udara. Ini dapat menyebabkan masalah dengan pertukaran gas
(oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan
pengaturan oksigen darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai
“air dalam paru-paru” ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda.
Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary
edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-
cardiogenic pulmonary edema.
E. Pathways
Ketidakseimbangan
Staling Force
Cairan berpindah
ke interstisial
Defisit Gangguan
Risiko
perawatan komunikasi
infeksi
diri verbal
H. Pemeriksaan penunjang
1) Elektrokardiografi.
Bila sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium,
tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel
kiri atau aritmia bisa ditemukan.
2) Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian
hiperkapnia.
3) Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
4) Darah lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit, urinalisis, Foto thoraks, EKG,
enzim jantung (CK-MB, Troponin T), angiografi koroner.
5) Gambaran radiologi yang ditemukan :
- Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vaskular di hilus)
- Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral)
- Kranialisasi vaskuler
- Hilus suram (batas tidak Jelas)
- Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau
nodul milier)
I. Penatalaksanaan
1) Posisi 1/2 duduk.
2) Pemberian oksigenasi (40 – 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan
masker.
3) Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2
tidak bisa dipertahankan ≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran
tinggi, retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan
edema secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan
ventilator.
4) Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.
5) Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin peroral 0,4 - 0,6 mg
tiap 5 - 10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa diberikan
Nitrogliserin intravena mulai dosis 3 - 5 ug/kgBB.
6) Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid IV
dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan nitrat,
dosis dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan
darah sistolik 85 - 90 mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai
tekanan darah normal atau selama dapat dipertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital.
7) Morfin sulfat 3 - 5 mg IV, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg
(sebaiknya dihindari).
8) Diuretik Furosemid 40 - 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai
produksi urine 1 ml/kgBB/jam.
9) Bila perlu (tekanan darah turun/tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 -
5ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 - 10 ug/kgBB/menit untuk
menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon klinis
atau keduanya.
10) Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard.
11) Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil
dengan oksigen.
12) Operasi pada komplikasi akut infark miokard, seperti regurgitasi, VSD
dan ruptur dinding ventrikel/corda tendinae.
3) Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas, sekresi yang tertahan
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 2
jam diharapkan bersihan jalan napas meningkat
Kriteria hasil :
- Produksi sputum menurun
- Mengi menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi napas membaik
- Pola napas membaik
Intervensi
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (misal: gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Intervensi
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
https://www.academia.edu/11454275/LAPORAN_PENDAHULUAN_PASIEN_DE
NGAN_EDEMA_PARU_ACUTE_LUNG_EDEMA
https://id.scribd.com/doc/313534188/Laporan-Pendahuluan-Akut-Lung-Oedema
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
I. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Surabaya
Tanggal MRS : 01-02-2021
Diagnosa Medis : ALO + CKD + HHD + CAP
Tidak terkaji
Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi selama 5 tahun dan rutin kontrol
ke puskesmas.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
b) B2 (Blood)
Akral dingin pucat, TD : 140/90 mmHg, S : 36,3°C, N : 96x/menit teraba
lemah, terpasang IV kateter ditangan kanan ukuran 18G, terpasang CVC
di subclavicula dextra, CRT 4 detik, S1 S2 tunggal, tidak terdengar suara
jantung murmur, N : 96x/menit.
c) B3 (Brain)
GCS E=3;V=X;M=5, suhu 36,3ºC, reflek pupil +/+ isokor, konjungtiva
pucat.
d) B4 (Bladder)
Terpasang kateter urine ukuran 16F, bag berisi urine 260 ml, warna urine
kuning pekat, bau khas urine.
e) B5 (Bowel)
Terdengar suara bising usus 6x/menit, terpasang NGT ukuran 16F,
abdomen soepel.
f) B6 (Bone)
Klien penurunan kesadaran, tidak dapat menggerakkan ektremitas secara
spontan, terpasang elektroda EKG, terpasang CVC pada dada kanan,
monitor tensi di tangan kiri, akral dingin basah pucat, perawatan diri
dibantu total.
V. TERAPI
Obat enteral
1. Atorvastatin 2 mg (0-0-1)
2. Amlodipin 1 x 10 mg
Obat parenteral
1. Metamizole 1 gr tiap 8 jam
2. Ranitidin 50 mg tiap 12 jam
3. Moxifloxacin 1 x 100 mg
4. D40% + insulin 25 mg
5. Ca glukonas 10 mg tiap 8 jam
6. Nicardipin 1 mg/ml pump 5,4 tiap jam (stop)
7. Furosemid 10 mg/ml pump 1 mikrogram tiap jam
8. NaCl 0,9% 100 ml tiap 24 jam
Nutrisi enteral
E1 – E2 = D5 100 ml
E3 – E6 = nefrisol 100 ml (stop)
ANALISA DATA
Nama Pasien / Usia : Tn. A / 61 tahun
No. Register : 12.34.XX.XX
Diagnosa Medis : Acute Lung Oedema (ALO)
Pemasangan ETT,
ventilator
Risiko aspirasi
Cardiac output
menurun
Perubahan
afterload
(tek. Darah
meningkat, nadi
perifer lemah,
CRT>3detik,
oliguria, kulit
pucat)
Penurunan curah
jantung
4. Perfusi perifer
tidak efektif
(SDKI, D.0009)
5. Defisit perawatan
diri
(SDKI, D.0109)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN