Anda di halaman 1dari 28

1

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN Tn. Y DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN PEMENUHAN OKSIGEN
DI RUANG RAWAT INAP CAMAR
RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO

Disusun Oleh:
NITA SILABAN (20400094)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
STIEKES GUNA BANGSA
2021
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spriritual memiliki banyak

kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan dari kebutuhan

yang paling dasar seperti makan, minum, bernapas, elimininasi, reproduksi

dan istirahat.

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang

pada dasarnyamemiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya,

maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan

manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Jika gagal

memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan

bergerak untuk berusaha mendapatkannya.

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,

yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Berdasarkan teori Virginia Henderson ada 14 kebutuhan dasar manusia

dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu 1)Bernapas secara normal;

2)Makan dan minum yang cukup; 3)Eliminasi (buang air besar dan kecil);

4)Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan; 5)Tidur dan

istirahat; 6)Memilih pakaian yang tepat; 7)Mempertahankan suhu tubuh

dalam kisaran normal dengan menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan

modifikasi lingkungan; 8)Menjaga kebersihan diri dan lingkungan;


3

9)Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari yang

membahayakan orang lain; 10)Berkomunikasi dengan orang lain dalam

mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan opini; 11)Beribadah

sesuai dengan agama dan kepercayaan; 12) Bekerja sedemikian rupa sebagai

modal untuk membiayai kebutuhan hidup; 13)Bermain dan berpartisipasi

dalam berbagai bentuk rekreasi; 14)Belajar, menemukan atau memuaskan

rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan,

dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia;

Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam

proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel

tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara

ruangan dalam setiap kali bernafas.

Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem

respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2

ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat

menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan.

Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar

pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari

atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses

respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi

pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2.

Tn. Y (34 tahun) merupakan salah satu klien yang berada di Ruang

Camar RSPAU dr. S Hardjolukito. Kronologis masuk rumah sakit


4

Keluarga mengatakan bahwa pasien Tn. Y sesak nafas tanggal 10 Januari

2021 dan keluarganya membawa ke puskesmas namun besok harinya rasa

sesak Tn. Y bertambah, akhirnya Tn. Y dibawa ke IGD RSPAU dr. S

Hardjolukito pada tanggal 11 Januari 2021 jam 08.00. Setelah mendapat

terapi pengobatan kemudian Tn. Y dibawa ke ruang rawat inap. Diagnosa

medis Tn. Y yaitu Bronkitis Kronis. Sudah dirawat di ruangan Cempaka

selama 1 hari saat dilakukan pengkajian. Penampilan secara umum klien

terpasang oksigen sungkup (9 Lpm), terpasang infus RL (20 Tpm).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus

kebutuhan dasar manusia sebagai sebuah laporan dengan judul Asuhan

Keperawatan pada Tn. Y dengan gangguan kebutuhan oksigenasi di

RSPAU dr. S Hardjolukito

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Sebagai salah satu tugas program ners dalam mata kuliah KDP.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan tugas ini adalah sebagai berikut:

1) Mampu melakukan pengkajian pada Tn. Y

2) Mampu membuat Diagnosa keperawatan menurut prioritas pada Tn. Y

3) Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien Tn. Y

4) Mampu menerapkan tindakan keperawatan pada pasien Tn. Y .

5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah di laksanakan

sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan


5

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Kelompok Penulis

a. Mengetahui labih jauh lagi tentang asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan kebutuhan dasar, khususnya kebutuhan oksigenasi.

b. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

kebutuhan dasar secara baik dan benar.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai koleksi tambahan buku-buku di perpustakaan dan sebagai

kerangka acuan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan tugas makalah ini

adalah metode Deskrisif dan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

2. Observasi

3. Studi Dokumentasi

4. Studi Kepustakaan

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Tujuan, Manfaat,

Metode Penulisan, Sistematika Penulisan


6

BAB II : Tinjauan Pustaka Meliputi Definisi, Etiologi, Patofisiologi,

Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan

Penunjang, Penatalaksanaan.

BAB III : Tinjauan Kasus meliputi Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa

Keperawatan, Intervensi Keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi

BAB IV : Penutup meliputi Kesimpulan


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi kebutuhan oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup

dan aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2009).

Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat

dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah

karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi

batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna

terhadap aktifitas sel (Mubarak, 2007).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses

metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.

Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap

kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006)

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang

lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen

dalam udara ruangan adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan

transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya

bernafas dan mengurangi stres pada miokardium ( Mutaqqin, 2005 )


8

B. Etiologi

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan

oksigenasi menurut NANDA (2011), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,

deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy atau

kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan

kognitif atau persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan

otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.

C. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.

Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar

dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen

tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan

nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses

difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan

menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses

ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume

sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat

mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002)

D. Manifestasi klinis

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan

oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan


9

untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea,

ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3

poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-

posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan

gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan

oksigenasi (NANDA, 2011).

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,

hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS

abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman),

hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama

dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).

E. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

1) Faktor fisiologis

a. Penurunan kapasitas membawa oksigen

b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi

2) Faktor perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang

sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil

dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa

kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi

terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan

berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak
10

dan pola napas. Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal

mempengaruhi oksigenasi jaringan: Bayi Prematur, Bayi dan Todler, Anak

usia sekolah dan remaja, Dewasa muda dan dewasa pertengahan dan Lansia.

3) Faktor lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin

tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat

dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki

laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan

yang meningkat.

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan

berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah

panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung

meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada

lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer,

akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-

kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

4) Gaya hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan

dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan

pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi

penyakitparu.
11

5) Status kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat

menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan

tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada

terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-

penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap

oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi

oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan

karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas

tersebut ke dan dari sel.

6) Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam

pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila

memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan

kedalaman pernapasan.

7) Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat

mempengarhi pernapasan yaitu:

a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru

c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.
12

8) Perubahan pola nafas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini

sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit

disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena

usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu

ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri

seperti pada penderita asma.

9) Obstruksi jalan nafas

Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang

saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian

atas meliputi: hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena

adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang

(otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran

napas. Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau

lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan

jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-

kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Obstruksi sebagian jalan napas

ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

F. Pemeriksaan fisik

1. Mata

a. Konjungtiva pucat (karena anemia)

b. Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)


13

c. konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau

endokarditis)

2. Kulit

a. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)

b. Penurunan turgor (dehidrasi)

c. Edema.

d. Edema periorbital.

3. Jari dan kuku

a. Sianosis

b. Clubbing finger.

4. Mulut dan bibir

a. membrane mukosa sianosis

b. bernapas dengan mengerutkan mulut.

5. Hidung

a. Pernapasan dengan cuping hidung.

6. Vena leher

a. Adanya distensi / bendungan.

7. Dada

a. retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas

pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)

b. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.

c. Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati

saluran/rongga pernapasan
14

d. Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial) atau

Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction

rub/pleural friction), Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)

8. Pola pernapasan

a. pernapasan normal (eupnea)

b. pernapasan cepat (tacypnea)

c. pernapasan lambat (bradypnea)

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui

adanya gangguan oksigenasi yaitu:

1) EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi

transmisi impuls dan posisi listrik jantung.

2) Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung

terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang

respond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan

menentukan keadekuatan aliran darah koroner.

3) Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;


pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD)

I. Penatalaksanaan

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

a. Pembersihan jalan nafas


15

b. Latihan batuk efektif

c. Suctioning

d. Jalan nafas buatan

2. Pola Nafas Tidak Efektif

a. Atur posisi pasien ( semi fowler )

b. Pemberian oksigen

c. Teknik bernafas dan relaksasi

3. Gangguan Pertukaran Gas

a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )

b. Pemberian oksigen

c. Suctioning
16

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. Y DENGAN ASTMA BRONCHIALE
DI RUANG CEMPAKA RSUD WATES YOGYAKARTA

I. Identitas Diri Klien


- Nama : Tn. Y
- Tempat/tgl lahir : Sleman, 18 Mareti 1989
- Umur : 32 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Somodaran RT 007/001 Purwo Martani Kalasan, Sleman,
Yogyakarta
- Status perkawinan : Menikah
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
- Pendidikan : SMA
- Diagnosa medis : Astma Bronchiale
- No.CM :-
- Tanggal Masuk RS : 11 Februari 2021
- Sumber Informasi : RM dan Keluaga
II. Keluhan Utama
Keluarga Pasien mengatakan Tn. Y tampak sesak.
III. Riwayat Keluhan Saat Ini
Keluarga mengatakan bahwa pasien Tn. Y sesak nafas tanggal 11 Februari 2021 dan
keluarga membawanya ke puskesmas namun besok harinya rasa sesak Tn. Y bertambah,
akhirnya Tn. Y dibawa keluarga ke IGD RSPAU dr. S Hardjolukito pada tanggal 12
Februari 2021 jam 08.00. Setelah mendapat terapi pengobatan kemudian pasien Tn.
Y dibawa ke ruangan rawat inap
IV. Riwayat kesehatan yang lalu
Sebelumnya pasien sudah pernah mengidap penyakit asma sudah sejak lama dan sering
kali kambuh. Tn. Y tidak pernah menderita penyakit lain yang menyebabkan dirawat di
RS seperti diabetes mellitus, hipertensi, gangguan jantung, gangguan ginjal dan lain-lain.
17

V. Riwayat keluarga
Diantara anggota keluarga yang lain menurut pengakuan pasien adalah ibunya yang
mempunyai penyakit serupa dengan penyakit yang dialami pasien sekarang
VI. Genogram

Ket : : pasien

: Laki laki

: Perempuan
VII. Pola Kesehatan Klien Saat Ini
1. Keluarga klien mengatakan klien mempunyai jaminan kesehatan, jika sakit klien
lebih sering meminum obat warung daripada memeriksakan ke fasilitas kesehatan
2. Nutrisi dan Cairan
 Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3 X dalam sehari dengan nasi, lauk, sayur
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 66 kg / 170 Cm
c. BB dalam 1 bulan terakhir : (  ) Tetap
d. Jenis Makanan : mengikuti diit dari RS
e. Makanan yang disukai : Tempe, ayam
f. Makanan Pantang : Tidak makan makanan yang manis
g. Nafsu Makan : (  )Baik
h. Masalah Pencernaan : Tidak ada
i. Riwayat operasi : Tidak ada
j. Diit RS : Nasi () Habis
18

 Cairan, elektrolit dan asam basa


a. Frekuensi Minum : Pasien tidak dibatasi minum
b. Turgor Kulit : Elastis
c. Support IV Line : Ya, RL 20 tpm
3. Aktivitas dan Latihan
Aktivitas
a. Pekerjaan : Aktivitas sehari-hari pasien adalah bertani
b. Olahraga Rutin : Pasien mengatakan tidak pernah melakukan olahraga
c. Alat Bantu : Tidak
d. Terapi :-
e. Kemampuan melakukan ROM : Pasif / Aktif
Jenis kegiatan 0 1 2 3
Makan dan minum V
BAB/BAK V
Mandi V
Ambulasi V
Berubah posisi V
Keterangan :
0  mandiri
1  dengan alat
2  dengan bantuan
3  dengan alat dan bantuan
Oksigenasi
a.Sesak nafas saat aktivitas : (  ) Ya
b.Frekuensi : 33 x/m
c.Kapan terjadinya : Setiap saat
d.Faktor yang memperberat : Ketika berjalan
e.Faktor yang meringankan : Duduk sandaran
4. Tidur dan Istirahat
a. Lama tidur : 6 -8 jam per hari . Tidur siang : Tidak
b. Kesulitan tidur di RS : Ya
c. Alasan : Gelisah
d. Kesulitan Tidur : (  ) mudah sering terbangun
19

5. Eliminasi
 Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : 1 × perhari
b. Waktu : Pagi
c. Warna : Kuning kecoklatan
d. Ggn. Eliminasi bowel : Tidak ada
e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Mandiri
 Eliminasi Urin
a. Frekuensi : 4-6 kali/hari
b. Warna : Kuning jernih
c. Ggn. Eliminasi bladder : Tidak ada
d. Riwayat dahulu : Tidak ada
e. Penggunaan kateter : Tidak
f. Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : Dengan bantuan
6. Pola Hubungan dan Komunikasi
- Keluarga mengatakan sebelum sakit Tn Y selalu mengikuti pengajian setiap
minggu legi, mengikuti perkumpulan RT setiap tanggal 15, dan mengikuti
perkumpulan tani setiap tanggal 16.
- Keluarga mengatakan jika tetangga sering mempercayakan sawahnya untuk
dikelola oleh Tn Y.
- Pasien selalu mengikuti kegiatan gotong royong setiap hari minggu.
7. Koping Keluarga
Apabila ada masalah klien lebih senang menyelesaikan secara kekeluargaan agar
tercipta keputusan yang terbaik.
8. Kognitif dan persepsi
 Sensori, persepsi, dan kognitif
a. Ggn. Penglihatan : Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Tidak
c. Ggn. Penciuman : Tidak
d. Ggn. Sensasi taktil : Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Tidak
20

f. Riwayat penyakit : Tidak ada


 Kenyamanan dan nyeri
a. Nyeri : Tidak
b. Paliatif : Tidak
c. Qualitas : Tidak
d. Region : Tidak
e. Severity : Tidak
f. Time : Tidak
g. Ambulasi di tempat tidur : Dengan Bantuan
9. Konsep Diri
Klien mengatakan klien di keluarga berperan sebagai kepala rumah tangga,
keluarga klien sangat menghormati keberadaanya.
10. Seksual
Klien laki laki sudah mempunyai 2 anak
11. Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan beragama islam, tidak ada larangan pada pasien untuk tetap
beribadah selama dirawat di RS.
VIII. Pengkajian Fisik
1. Kondisi Umum
Keadaan umum : Klien tampak pucat
Kesadaran : Compos mentis sadar penuh
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 112 x/m
RR : 30 x/m
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 89 %
GCS : 15
E4 (Buka mata spontan
V5 ( kata - kata jelas)
M6 (mengikuti perintah)
21

BB / TB : 65 kg/ 170 cm
LLA 30 cm
LK 60 cm
2. Kulit
Turgor kulit elastis
3. Kepala
Bentuk kepala normal, tidak ada luka, tidak ada ketombe, tidak rontok. Selama
sakit pasien belum pernah keramas.
4. Mata
Konjungtiva merah muda, tidak memakai kacamata, tidak ada secret di mata.
Mata normal.
5. Telinga
Bentuk telinga simetris kanan dan kiri. Pasien tidak memakai alat pendengaran,
telinga bersih
6. Hidung
Ada sedikit sekret. Tidak ada sinus. Terpasang selang oksigen, pernafasan cuping
hidung
7. Mulut dan Tenggorokan
Bicara jelas, tidak ada sariawan dan radang tenggorokan. Mulut kering dan tidak
lembab
8. Leher
Tidak ada pembesaran tiroid, tidak punya riwayat penyakit amandel atau
tonsillitis.
9. Thoraks
Jantung dan Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, simetris antara perkembangan dada kanan
dan kiri, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada luka
Palpasi : ictus cordis teraba, tidak teraba tacti premitus
Perkusi : Jantung terdengar suara redup, perkusi paru resonasi terdengar di
seluruh permukaan paru
Auskultasi : Tidak ada bunyi jantung tambahan, suara paru vasikuler
22

Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, simetris, tidak ada luka
Palpasi : Tidak adanya pembesaran hepar
Perkusi : Adanya suara tympani
Auskultasi : Terdengar suara bising usus 10x/menit
10. Ekstermitas
Tidak ada edema, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm
Kekuatan otot
4 4
4 4
11. Genitalia
Bersih, tidak ada lesi
12. Anus dan rectum
Tidak ada hemoroid
13. Neurologi
Klien dalam keadaan sadar penuh
a. Test nervus I (Olfactory) : klien dapat membedakan bau alkhohol dan bau
minyak angina
b. Test nervus II (Optikus) : klien dapat membaca nama mahasiswa dengan
jelas tanpa menggunakan alat bantu kacamata
c. Test Nervus III, IV, VI ( Oculomotorius, Trochlear dan Abducens) : Pupil
klien mengecil saat disenter, mata klien dapat melirik ke kiri dank e kanan
tanpa menoleh
d. Test nervus V( Trigeminus) : klien dapat mengatupkan gigi dan mengunyah
dengan baik
e. Test nervus VII (Facialis) : klien dapat membedakan rasa asin, manis dan
pahit. Pada saat diminta untuk tersenyum, bentuk mulut klien terlihat
simetris
f. Tes nervus VIII (Acustikus) : klien dapat mendengar perkataan perawat
dengan jelas
23

g. Tes nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus): klien dapat


menelan dengan baik
h. Test nervus XI (Accessorius) : klien dapat mengangkat bahu dengan baik
i. Test nervus XII (Hypoglosus) : klien dapat menjulurkan lidah dengan baik
IX. Data Laboratorium
Hari/Tanggal : 11 Januari 2021
Jenis Pemeriksaan : Elektrolit dan urin
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Elektrolit
Natrium 145 Mmol/L 135 – 155 Mmol/L
CL Serum 4,2 Mmol/L 3,6 – 5,5 Mmol/L
CKMB Serum 96 Mmol 95 – 108 Mmol/L
Urine
Glu C 96,7 mg/dl 70 – 90
Ureum 15 mg/dl 10 – 50
Kreatinin 0,8 mg/dl 0,5 – 1,2
Asam Urat 4,45 mg/dl 2,6 – 7,2
AST 18,5 /L 5 – 34
ALT 30,1 /L 0 – 55
Chol 180,2 mg/dl 0 – 199
Trig 82,2 mg/dl 0 – 149
UHDL 44,1 mg/dl 40 – 60
DLDL 126,2 mg/dl 100 - 159

X. Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan tanggal 11 Januari 2021
Thorak AP
- Kedua apex pulmo tenang
- Kedua sinus c.f lancip
- Besar cor normal
Kesan bronchitis kronis
Pemeriksaan EKG
24

XI. Pengobatan :
a. Terapi yang diberikan
No Nama Terapi Dosis Kegunaan
1 IVFD RL 20 tpm Resusitasi cairan
2 Injeksi 3 x62,5 mg IV Anti radang
metilprednisolon
3 Injeksi ondansetron 3 x1gram IV Melindungi lambung,
mencegah muah, ,muntah
4 Injeksi pantoprazole 1 x1 vial IV Melindungi lambung,
mencegah muah, ,muntah
5 Nebulizer combivent 1 flash 4 kali/24 jam Mengencerkan dahak
6 Oksigenasi O2 9 lpm Menjaga kepatenan jalan
Sungkup nafas

b. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Sputum dalam Ketidakefektifan
Klien mengatakan masih terasa jumlah yang bersihan jalan nafas
agak sesak berlebihan
DO :
Ku sedang
TTV
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 112 x/m
- RR 30x/m
- SpO2 89 %
Suara nafas vesikuler menurun,
terdapat ronkhi dan whezzing
pada area paru kanan atas, tidak
ada sianosis, terpasang oksigen,
batuk berdahak

c. Diagnosa Keperawatan
25

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sputum dalam jumlah


berlebihan
d. Nursing Care Plan ( NCP )
No Diagnosa Nursing Outcome (NOC) Nursing Intervention
Keperawatan Classification (NIC)
1 Ketidakefekti Setelah dilakukan tindakan Airway Manajemen :
fan bersihan keperawatan dalam 1 x8jam 1. Buka jalan nafas,
jalan nafas perawatan diharapkan pasien gunakan teknik chin lift
dapat menarik nafas dengan atau jaw trust bila perlu
baik. Kriteria hasil : 2. Posisikan pasien untuk
- Mampu batuk efektif, memaksimalkan
suara nafas bersih, tidak ventilasi
ada sianosis dan 3. Identifikasi pasien
dyspneu perlunya pemasangan
- Jalan nafas paten alat nafas buatan
- Pengeluaran sputum 4. Lakukan fisiotherapi
jalan nafas dada bila perlu
- Bebas dari suara nafas 5. Keluarkan secret dengan
tambahan batuk atau suction
- Tanda-tanda vital dalam 6. Auskultasi suara nafas,
batas normal catat adanya suara nafas
tambahan
7. Berikan bronchodilator
bila perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
9. Monitor respirasi dan
status O2
Monitor pernafasan
1. Monitor kecepatan,
26

irama, kedalaman, dan


kesulitan bernafas
2. Monitor suara nafas
tambahan seperti ngorok
atau mengi
3. Monitor saturasi oksigen
4. Monitor pola nafas
5. Auskultasi suara nafas,
catat
6. Monitor sekresi
pernafasan pasien

e. Dokumentasi
Hari/tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
keperawata
n
Kamis Ketidakefe 11.05 1. Memposisikan pasien S: Klien
11 ktifan jalan untuk memaksimalkan mengatakan
Februari nafas ventilasi napasnya sangat
2021 11.08 2. Mengidentifikasi pasien sesak
perlunya pemasangan O : Keadaan
alat nafas buatan pasien lesu, napas
3. Menggunakan nebulizer dalam dan cepat
untuk pengenceran dengan tarikan
sputum dinding dada,
4. Mengeluarkan secret SpO2 92 %,
dengan batuk atau respirasi 29 x/m,
suction saat ini pasien
5. Mengauskultasi suara dalam posisi
nafas, catat adanya suara fowler, terpasang
nafas tambahan O2 2 lpm
6. Mengatur intake cairan A:
27

untuk mengoptimalkan Masalah belum


keseimbangan teratasi
7. Memonitor respirasi dan P : Lanjutkan
status O2 intervensi
8. Memonitor kecepatan
irama, kedalamanan, dan
kesulitan bernafas
9. Memonitor suara nafas
tambahan seperti ngorok
atau mengi
10. Memonitor saturasi
oksigen
11. Mengauskultasi suara
nafas, catat

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan

manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam metabolism sel tubuh.
28

Kekurangan oksigen dapat menyebabkan hal yang berarti bagi tubuh, salahsatunya

adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin

pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut agar terpenuhi dengan baik. Dalam

pelaksanaannya pemenuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh

karena itu setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan

oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait

dengan pemenuhan kebutuhan oksigen.

Anda mungkin juga menyukai