Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM


“KEANEKARAGAMAN ORGANISME DAN PRINSIP DASAR
KLASIFIKASI”

PENDIDIKAN KIMIA A
KELOMPOK 1 (A2)

M. Yasyfi Haikal Gh NIM. 16303244004


Qonitah NIM. 16303244005
Nikki Faj Rahmawati NIM. 16303244007
Amanina Zafira NIM. 16303244009
Anisa T. A NIM. 16303244022

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
I. PENDAHULUAN
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri- ciri struktural organ dari beberapa contoh
yang telah disiapkan.
2. Mahasiswa dapat menemukan kesamaan dan perbedaan ciri antar daun sejenis dan
antar daun lain jenis.
3. Mahasiswa menemukan keanekaragaman ciri struktural daun intraspesies maupun
interspesies.
4. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pengamatan dan mengkomunikasikan.
B. LATAR BELAKANG
Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat penting.
Disamping itu, tumbuhan juga memiliki peranan yang sangat penting untuk
perkembangan makhluk hidup. Maka, ilmu di bidang morfologi mencoba untuk melihat
keadaan tumbuhan yang sebenarnya dengan menggunakan teknik- teknik yang teliti dan
pengamatan yang cermat dengan menelaah dan membandingkan bagian- bagian
tumbuhan dari segi bentuk, struktur dan reproduksinya. Studi perbandingan yang luas
mengenai persamaan- persamaan (homologi) antara organ tumbuhan menjadi amat
penting untuk dapat memahaminya (Estiti, 1994).
Homologi dari organ didasarkan kepada persamaan struktural tanpa melihat
fungsinya di saat pengamatan (Estiti, 1994). Intisari pengertian tentang homologi
diungkapkan oleh Goethe di tahun 1790. Dia mengemukakan bahwa suatu transisi dapat
diamati dalam bentuk daun pada tumbuhan misalnya antara daun hijau, sisik, daun
kelopak dan daun mahkota. Daun hijau dan daun kelopak yang memiliki urutan
perkembangan yang sama dan juga asal yang sama merupakan struktur homolog.
Urutan perkembangan individu sejak awal, atau dengan singkat, sejarah perkembangan
individu, disebut ontogeni. Penelitian mengenai ontongeni telah menunjukkan
persamaan yang amat erat dalam asal dan histogenesis awal diantara tipe- tipe daun
yang amat bervariasi itu. Disini tampak kepentingan penelitian anatomi untuk
memahami variasi morfologis.
Dengan kemampuan membedakan setiap komponen penyusun struktur daun, dapat
dijadikan sebagai dasar ilmu taksonomi, dengan cara mengelompokkan tumbuhan
berdasarkan karakteristiknya tersebut. Dengan mengenal stuktur daun, dapat ditelaah
komponen-komponen setiap struktur secara lebih terperinci, mulai dari bangunnya,
ujung, pangkal, tepi, daging, sistem pertulangan, warna, dan permukaannya, dan dapat
membedakan struktur daun antara satu jenis tumbuhan dengan tumbuhan lainnya yang
ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari (Rosanti, 2013).

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. DAUN (folium; phylloma)
Daun dikenal dengan nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur
berupa helaian, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Rosanti, 2013).
Daun merupakan alat (organ) tumbuhan yang melekat pada batang. Daun yang
lengkap terdiri dari tiga bagian yakni pelepah atau upih (vagina), tangkai (petiolus)
dan helai daun (lamina). Namun tidak semua daun memiliki ketiga bagian itu, jika satu
atau dua bagian tidak ditemukan maka daun tersebut disebut tidak lengkap. Daun
dengan helai daun yang hijau, pipih dan lebar amat jelas mendukung fungsi utama
daun, yakni fotosintesis (Estiti, 1994).
Daun sebenarnya adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang kemudian
berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel dan jaringan seperti yang terdapat pada
batang. Perbedaannya, batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas,
sedangkan daun mempunyai pertumbuhan terbatas, yang segera berhenti tumbuh,
berfungsi untuk beberapa musim lalu gugur (Tjitrosomo, 1983).

B. BENTUK DAUN
1. MACAM- MACAM DAUN:
a. Daun hijau (folium) adalah daun dalam arti sempit dan digunakan untuk daun
hijau yang fungsi utamanya fotosintesis.
b. Katafil (cataphyllum) adalah sisik pada kuncup atau tunas ketiak dan pada
batang di bawah tanah. Fungsinya untuk pelindung dan penyimpan cadangan
makanan.
c. Profil (prophyll) adalah daun pertama pada ranting. Pada tumbuhan monokotil
berjumlah sehelai dan pada dikotil dua helai.
d. Hipsofil (hypsophyllum) biasanya lebih kecil dari daun hijau dan bentuk dapat
berbeda sama sekali dan melekat di dasar perbungaan. Daun pelindung yang
juga disebut brakte (bractea) termasuk kelompok ini.
e. Kotiledon (cotyledon) atau keping biji merupakan daun pertama pada
tumbuhan.
2. BAGIAN- BAGIAN DAUN:
a. Pelepah atau upih daun (vagina) yang mengelilingi batang, dan merupakan
bagian paling bawah dari daun.
b. Tangkai daun (petiolus) yang seringkali membentuk silinder ramping.
c. Helai daun (lamina) yang merupakan bagian pipih dan lebar.
3. KELENGKAPAN DAUN:
a. Daun lengkap yakni bila terdapat pelepah, tangkai maupun helai daun. Contoh:
daun kelapa (Cocos nucifera).
b. Daun tidak lengkap yakni bila satu atau dua bagian tidak terdapat. Contoh:
Graminaeae umumnya tidak memiliki tangkai daun, daun suji (Pleomele
angustifolia) tidak memiliki pelepah atau tangkai daun; daun jambu (Psidium
guayava) tidak memiliki pelepah daun.

C. PEMBAGIAN DAUN MENURUT JUMLAH HELAI


1. DAUN TUNGGAL (folium simplex) dengan satu helai daun saja, contoh: daun
mangga (Mangivera indica).
 Pelepah daun (vagina)
Nama pelepah daun diberikan kepada bagian daun yang melekat di dasar
daun dan dapat dibedakan dari bagian daun lainnya. Ukurannya berkisar antara
yang amat kecil hingga yang besar, yang mengelilingi dan memeluk batang.
Pelepah dapat berfungsi sebagai pelindung tunas di ketiak ybs. Pada pisang
(Musa paradisiaca) seluruh pelepah daun bersama- sama membentuk batang-
semu. Batang yang sebenarnya akan tumbuh ke luar melalui tengah- tengah
batang semu pada waktu perbungaan (“jantung” pisang) dibentuk (Estiti. 1994).
 Tangkai daun (petiolus)
a. Daun tidak bertangkai (petiolus):
(1) Daun duduk (sessilis). Yakni daun tunggal tak bertangkai, misalnya
pada gewor (Commelina nudiflora).
(2) Daun memeluk batang (f. amplexicaulis). Yakni dasar daun sedikit
mengelilingi batang, misalnya pada tempuyung (Sonchus arvensis).
(3) Daun saling memeluk (f. equitativum atau equitans). Yakni pada tunas
ujung daun berada dalam keadaan terlipat. Daun yang lebih rendah
menyelubungi dasar daun diatasnya. Contoh, suliga (Belamcanda
chinensis).
b. Daun bertangkai (petiolatus):
(1) Biasa, bundar (teres) misalnya Papaya (Carica papaya).
(2) Bersayap (p. alatus) jika tangkai daun tumbuh melebar datar seperti
pada daun jeruk (Citrus sp.).
(3) Lebar (phyllodium). Bentuknya seperti tangkai daun bersayap namun
seringkali tanpa adanya helai daun. Contoh: Acacia auriculiformis.
(4) Beralur, jika tangkai daun memiliki satu alur di sebelah atas (adaksial).
Misalnya pada daun pisang (Musa paradisiaca).
 Helai daun (lamina)
(1) Ujung (distal) helai daun (apex)
a. Runcing (acutus).
b. Tumpul (obtutus).
c. Meruncing (acuminatus). Ujung terletak lebih tinggi dari yang
diperkirakan, bila ditarik garis sisi daun yang akan berpotongan di daerah
ujung daun.
d. Berlekuk (emarginatus). Contoh: Liriodendron.
e. Berbelah (retusus). Contoh: Bayam (Amaranthus).
f. Seperti duri (mucronatus) dengan ujung runcing membulat yang jelas.
Contoh: Agave.
(Gambar 1.1 ujung helai daun)

(2) Pangkal helai daun (basis). Disini dilihat dari keadaan tepinya:
a. Yang kedua tepinya tidak tumbuh menyatu:
- Runcing (acutus). Misalnya pada daun bangun lanset, memanjang
dll.
- Rompang (truncatus) terdapat pada helai daun bangun segitiga dan
delta.
- Berlekuk (emarginatus) pada daun bangun anak panah, ginjal dsb.
- Terbelah (retutus). Jika ujung sedikit membelah, seperti pada daun
sidagori (Sidaretusa).
b. Yang kedua tepinya tumbuh menyatu (connatus).
Jika kaki dari dua helai daun atau lebih yang ada di ketinggian sama
pada batang, tumbuh berlekatan. Contoh: Dipsacus.
c. Ditembus batang (perfoliatus)
Jika telinga daun tumbuh menyatu sekeliling batang. Contoh:
Polygonum perfoliatus.

.
(Gambar 1.2 pangkal helai daun)
(3) Tulang daun (nervus)
- Ibu tulang daun (tulang daun utama) atau tulang daun tengah (costa).
Tulang daun ini biasanya ada di tengah daun dan membagi daun menjadi
dua bagian yang sama seperti pada daun Ficus. Jika tidak sama helai daun
dinamakan tak sama (inequalis), misalnya daun Begonia.
- Tulang daun lateral (nervus lateralis). Adalah cabang tulang daun yang
keluar dari ibu tulang daun. Percabangan seperti itu bisa disebut cabang
tingkat satu. Jika cabang itu seperti bercabang maka diperoleh cabang
tingkat dua, dst.
- Urat daun (vena). Adalah tulang daun yang amat kecil.

A. Bertulang menjari
B. Bertulang menyirip,
A B pada Ficus religiosa.
C. Bertulang sejajar,
pada Plantago
lanceolata.
D. Bertulang lengkung,
D pada Clidemia hirta.
C
E E. Tulang daun utama
tidak berada di helai
daun; daun asimetris,
pada Begonia rex.
(b,c,d dari Bell, 1991)

(Gambar 1.3 tulang daun)


(4) Tepi daun (margo)
- Rata, utuh (integer) pada kebanyakan monokotil.
- Bertoreh (divisus) dengan cara:
a. Merdeka, maksudnya bangun umum dari daun tidak dipengaruhi oleh
torehan itu. Seringkali torehan tidak berkaitan dengan tulang daun
tengah atau cabangnya.
b. Tidak merdeka (folium dissectum). Tipe ini mengubah bangun umum
dari helai daun. Torehan terjadi di antara tulang- tulang cabang atau
antara tulang cabang dengan tulang daun utama.

(Gambar 1.4 torehan tepi daun yang tidak merdeka)

c. Torehan yang tidak mengubah bangun daun. Torehan


mengakibatkan adanya lekukan yang disebut sinus serta tonjolan yang
dinamakan angulus. Adanya kedua bagian itu berperan dalam
penamaan tepi daun.
 Bergerigi (serratus), lekukan bergantian dengan tonjolan agak
runcing. Contoh: Kumis kucing (Orthosiphon spicatus).
 Bergerigi ganda (biserratus), jika bagian angulus pada tepi daun
bergerigi, menunjukkan gerigi lain.
 Berombak (repandus), disini baik sinus maupun angulus tumpul.
Contoh: Petrea volubilis.
 Bergigi (dentatus), sinus tumpul dan angulus runcing. Contoh:
Jletang (Spilantes acmella), beluntas (Pluchea indica).
 Beringgit (crenatus), jika sinus lancip dan angulus tumpul.
Misalnya daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata), Coleus
ambonicus.

sinus

angulus
A

B C D E F G

a. sinus dan angulus; b. rata; c. beringgit; d. bergigi; e. bergerigi;


f. bergerigi ganda; g. berombak.
(Gambar 1.5 torehan tepi daun yang tidak mengubah bangun)

d. Torehan yang mengubah bangun daun (folium dissectum). Bentuk


daun berubah secara keseluruhan. Namun bagian daun yang tertoreh
dapat mengalami torehan lebih lanjut sehingga bentuk asli daun kurang
jelas seperti pada daun pepaya. Berdasarkan dalamnya torehan di tepi
daun, maka dibedakan sebagai berikut:
 Berlekuk (lobatus) jika torehan tidak mencapai tengah cabang
tulang daun.
 Berbagai (partitus) jika dalamnya torehan mencapai lebih dari
setengah panjang cabang tulang daun.
e. Berdasarkan macam torehan serta kaitannya dengan tulang daun
 Berlekuk menjari (palmatilobus). Contoh: daun labu siem
(Sechium edule).
 Bercangap menjari (palmatividus). Contoh: jarak pager (Jatropha
curcas).
 Berbagi menjari (palmatipartitus). Contoh daun ketela pohon
(Manihot esculentus).
 Berbagi menjari dengan kaki (pedatus), seperti berbagi menjari
namun tulang sisi bercabang lagi dan cabang- cabang tersebut tidak
bersatu dengan yang lain di dasar daun. Contoh: Philodendron
pedatum.
 Berlekuk menyirip (pinnatilobus). Contoh: Daun terong
(Solanum melongena)
 Bercangap menyirip (pinnatifidus). Contoh: keluwih (Artocarpus
communis).
 Berbagi menyirip (pinnatipartitus). Contoh: randa minang
(Cosmos caudatus).
(5) Daging daun (intervenium)
Yang dimaksud dengan daging daun adalah seluruh mesofil, yakni
jaringan dasar daun yang terdapat di antara tulang- tulang daun. Tebal
mesofil dan sifat sel- selnya turut menentukan macam daging daun yang
ditemukan. Warna daun tidak senantiasa hijau sebab jika banyak terdapat
antosian dalam sel maka warna bisa menjadi merah tua karena warna klorofil
tertutup. Macam daun menurut daging daun dibagi sbb:
- Tipis seperti selaput (membranaceus), amat tipis seperti pada paku
selaput (Hymenophyllum australe).
- Tipis lunak (herbaceus), yakni tipis dan lunak. Tipe ini yang paling
sering ditemukan. Contoh: daun slada bokor (Lactuca sativa).
- Seperti kertas (papyraceus), tipis namun kuat. Daun Quercus, daun
pisang (Musa paradisiaca).
- Seperti perkamen (perngamentaceus), yakni tipis dan keras. Contoh:
daun kelapa (Cocos nucifera).
- Seperti kulit (coriaceus), yakni tebal dan keras seperti kulit. Contoh:
Daun nanas (Ananas comosus), gebang (Corypha utan).
- Berdaging (carnosus), yakni tebal dan berair. Contoh: daun lidah buaya
(Aloe sp.)
(6) Warna daun
Meskipun warna daun biasanya hijau sesuai dengan fungsi daun sebagai
alat fotosintesis, namun seringkali kite temukan daun berwarna merah atau
menunjukkan nuansa hijau yang sedikit berbeda. Warna merah terdapat
misalnya pada suatu varitas Acalypha wilkesiana dan diakibatkan warna
antosian menutupi warna hijau klorofil. Daun mahoni (Swietenia
macrophylla) memiliki warna hijau tua yang berbeda dengan warna daun
slada (Nasturtiumofficinale) yang berwarna hijau muda. Namun demikian,
daun yang diamati hendaknya daun dewasa oleh karena daun muda dapat
berwarna lain, demikian pula daun yang belum dewasa benar. Daun mahoni
yang amat muda misalnya, akan berwarna cokelat. Warna itu akan berkurang
dan berganti hijau muda. Baru setelah dewasa, daun mahoni memperoleh
warna hijau tua.
(7) Permukaan daun
Permukaan daun juga dapat memberikan sifat khas oleh karena ada yang
mengkilap atau buram dan ada yang berambut atau tak berambut. Warna sisi
atas daun (adaksial) seringkali berbeda dengan sisi bawah karena jumlah
butir hijau daun lebih terkonsentrasi di sisi atas daun (pada jaringan
palisade). Sifat yang dibedakan sbb:
- Licin (laevis)
a. Mengkilap (nitidus, nitens) pada kaca piring (Gardenia augusta),
Coadiaeum variegatum.
b. Buram (opacus) pada daun tua mahoni (Swietenia macrophylla).
c. Berlapis lilin (pruinosus) misalnya permukaan bawah daun pisang
(Musa paradisiaca)
- Gundul (glaber). Contoh: sisi atas daun kupu- kupu (Bauhinia purpurea).
- Kasar (seaber). Contoh: Petrea volubilis.
- Berkerut (rugosus). Contoh: pada jarong (Stachytarpheta jamaicensis).
- Berbenjol- benjol (bullatus) bagian- bagian mesofil menonjol ke atas.
Contoh: air mata pengantin (Antigonon leptopus).
- Dengan rambut (pilus). Ada bermacam- macam rambut:
a. Berambut (pilosus) jika rambut pendek dan tersebar.
b. Berambut panjang (villosus) jika rambut panjang lunak.
c. Berambut beludru (velutinus) jika rambut pendek dan rapat.
d. Berambut kasar (hirsutus) jika rambut kaku.
e. Berambut bintang (stellato-pillosus) jika rambut bercabang seperti
bintang. Contoh: daun waru (Hibiscus similis).
f. Berambut duri (setosus) jika rambut amat kaku dan tegar.
g. Berambut bulu (plumosus) jika rambut seperti bulu, yakni rambut
yang masing- masing berambut lagi.
h. Berambut empuk (pubescens) jika rambut pendek, lunak merapat
pada permukaan.
i. Berambut sutera (sericeus) jika rambut tegak, rapat, lurus, lunak dan
mengkilap.
j. Berambut wol (lanatus) jika rambut panjang, keriting tidak teratur.
k. Berambut seperti vilt (tomentosus) jika rambut yang kacau tersusun
tak teratur namun padat membentuk suatu lapisan rapat.
l. Berambut seperti sikat dan merapat (strigosus) jika rambut kaku
dan merapat ke permukaan.
2. Daun majemuk (folium compositum). Daun yang memiliki lebih dari satu helai
daun. Setiap helai-nya disebut anak daun. Meskipun demikian, analisis daun
beranak daun satu menunjukkan bahwa daun tersebut tergolong majemuk juga.
 Bagian- bagian daun majemuk:
a. Ibu tangkai daun (petiolus communis)
b. Rakis (rachis) yang merupakan kepanjangan dari ibu tulang daun. Semua
anak daun melekat pada rakis.
c. Tangkai anak daun (petiololus) yang masing- masing melekat pada satu
helai anak daun.
d. Helai anak daun (foliolum) yakni helaian dari anak daun. Deskripsi baginya
mengikuti aturan seperti untuk daun tunggal.
e. Tangkai daun tingkat satu, dua, tiga, dst yang akan ditemukan pada daun
majemuk rangkap tingkat yang sama.
f. Stipela yakni daun penumpu di kaki setiap anak daun pada daun majemuk.
Contohnya pada Phaseolus vulgaris. Namun stipela tidak sering ditemukan.
Daun disusun secara majemuk tidak hanya sekali melainkan dapat pula
ganda (rangkap) dua, ganda tiga, dst. Hal itu disebabkan anak daun sendiri
tersusun secara majemuk.
 Pengelompokan daun majemuk
a. Daun majemuk beranak daun dua (bifolialatus, binatus)
b. Daun majemuk beranak daun tiga (trifoliolatus, ternatus)
c. Daun majemuk menjari (palmatus)
d. Daun majemuk menyirip (pinnatus)
- Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus)
- Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus)
- Daun majemuk menyirip berselang- seling (interrupte pinnatus)
- Daun majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus)
- Daun majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus)
- Daun majemuk menyirip ganda empat, dst.
- Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus).
e. Daun majemuk menjari (palmatus)
- Daun majemuk menjari beranak daun lima (quinquefoliolatus).
- Daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus).
- Daun majemuk menjari beranak daun sembilan (novemfoliolatus).
- Daun majemuk menjari beranak daun banyak jika jumlah anak daun lebih
dari sembilan.
- Daun majemuk menjari bangun kaki (pedatus).
- Daun majemuk campuran (digitatopinnatus).

III. METODE
A. ALAT DAN BAHAN
 ALAT
1. Buku dan Alat Tulis
2. Mata
 BAHAN
1. Daun Bunga Kamboja (Plumeria Rubra L.))
2. Daun Mangga (Mangivera indica L.
3. Daun Delapan Dewa (Euphorbia sp)
4. Daun Kamboja Jepang (Adenium sp)
5. Daun Terong (Solanum melongena)
6. Daun Ciplukan (Physalis angulata L.)
7. Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
8. Daun Bunga Melati (Jasminum Officinale)
9. Daun Pohon X
10. Daun Sirih (Piper betle. L.)
B. CARA KERJA
Menyiapkan 10 macam jenis daun dan memberi tanda dengan diberi nomor

Mengamati gejala- gejala dan ciri- ciri yang ada pada daun, seperti: tepi daun, tulang daun,
ujung daun, warna daun, daging daun, permukaan daun, bentuk daun, warna anak tulang
daun dengan membandingkannya sesuai dengan teori pada textbook.

Memasukkan data hasil pengamatan ke tabel.

Mengidentifikasi berdasar klasifikasi dikotomis berdasarkan data hasil pengamatan.

Membuat diagram klasifikasi pengelompokan dari kesepuluh daun.

Membuat kunci dikotomis masing- masing daun berdasarkan diagram.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Daun Ke
No. GEJALA YANG DIAMATI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. BENTUK
a. Lonjong    
b. Bulat      
2. TULANG DAUN
a. Menyirip         
b. Melengkung 
3. UJUNG DAUN
a. Lancip/ runcing       
b. Tumpul   
4. BAGIAN DAUN
a. Tangkai     
b. Helaian          
5. WARNA DAUN
a. Hijau Tua        
b. Hijau Muda 
c. Hijau Kekuningan 
6. PERMUKAAN DAUN
a. Licin/ tanpa rambut       
b. Lembut/ berbulu pendek   
7. PINGGIR/ TEPI DAUN
a. Rata        
b. Berlekuk menyirip 
c. Beringgit 
8. JENIS DAUN
a. Tunggal          
Berdasarkan observasi yang kami lakukan pada tanggal 26 September 2016 terhadap
beberapa objek daun yang telah kami siapkan sebelum praktikum, dari kesepuluh jenis
daun yang kami amati, kami mendapatkan beberapa persamaan kemiripan pada daun yang
kemudian menyudut pada pemusatan ciri khusus masing- masing daun. Adapun poin- poin
yang kami perhatikan adalah kelengkapan daun, bentuk daun, bentuk pertulangan daun,
daging daun, ujung helai daun, pangkal helai daun, permukaan daun, dan sejenisnya. Data
pembahasan hasil praktikum kami paparkan sebagai berikut:

No. Nama Daun Pembahasan Gambar


1. Daun Bunga Daun Kamboja atau

Kamboja Plumeria Rubra L termasuk

(Plumeria Rubra daun tidak lengkap atau


L.) daun bertangkai, karena
hanya memiliki tangkai
daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina). Bangun daun
memanjang, basis-nya
tumpul, apeks-nya runcing.
Pertulangan daun menyirip,
daunnya berwarna hijau tua.
Permukaan daun licin suram
(laevis apacus). Berdaun
licin dan termasuk daun
tunggal.
2. Daun Mangga Daun Mangga termasuk

(Mangivera daun tidak lengkap atau

indica L) daun bertangkai, karena


hanya memiliki tangkai
daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina). Bangun daun
memanjang, basis-nya
tumpul, apeks-nya
runcing. Daging daun kulit
atau belulang dengan tepi
daun yang rata (integer).
Pertulangan daun menyirip,
daunnya berwarna hijau tua
pada bagian atas dan hijau
muda pada bagian bawah.
Berdaun licin dan termasuk
daun tunggal.
3. Daun Bunga Daun Euphorbia sp
Delapan Dewa termasuk daun tidak lengkap
(Euphorbia sp.) atau daun bertangkai, karena
hanya memiliki tangkai
daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina). Bangun daun
memanjang, basis-nya
tumpul, apeks-nya runcing.
Daging dari daun ini seperti
kulit dan tepi daunnya rata .
Pertulangan daun menyirip,
daun nya berwarna hijau
permukaan daun halus dan
termasuk daun tunggal.
4. Daun Kamboja Daun Adenium sp termasuk
Jepang daun tidak lengkap atau
(Adenium sp.) daun bertangkai, karena
hanya memiliki tangkai
daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina). Bangun daun
memanjang, basis-nya
connatus, apeks-nya tumpul.
Daging dari daun ini agak
tebal dan mengeras.
Pertulangan daun menyirip,
daunnya berwarna hijau
permukaan daun licin dan
termasuk daun tunggal.

5. Daun Terong Daun Terong atau Solanum


(Solanum melongena termasuk daun
melongena) tidak lengkap atau daun
bertangkai dan bangun daun
termasuk jorong, apeks-nya
meruncing dan basis-nya
membulat. Daging daun nya
seperti kertas dan memiliki
ibu tulang daun. Pada setiap
tepi daun bertoreh ganjil
(romboid). Pertulangan dari
daun ini yaitu menyirip,
permukaannya berbulu dan
permukaan atas berwarna
hijau. Jumlah daun nya
merupakan daun tunggal.
6. Daun Ciplukan Daun Ciplukan atau Physalis
(Physalis angulata L termasuk
angulata L.) kedalam jenis daun tidak
lengkap atau daun
bertangkai, karena hanya
memiliki tangkai daun
(petiolus) dan helaian daun
(lamina). Bangun daun
memanjang, basis-nya
runcing, apeks-nya tumpul.
Daging daun tipis dan
permukaan daun berbulu.
Pertulangan daun menyirip,
daun berwarna hijau dan
termasuk daun tunggal.
7. Daun Jeruk Daun Jeruk Nipis atau Citrus
Nipis (Citrus aurantifolia termasuk daun
aurantifolia) tidak lengkap atau daun
bertangkai, karena hanya
memiliki tangkai daun
(petiolus) dan helaian daun
(lamina). Bangun daun
membulat, basis-nya obtuse,
apeks-nya membulatl.
Daging daun tebal dan agak
kaku. Pertulangan daun tidak
terlalu tampak, tepi daun
bergerigi. Daun berwarna
hijau dan termasuk daun
tunggal.
8. Daun Bunga Daun Melati termasuk daun
Melati tidak lengkap karena hanya
(Jasminum memiliki tangkai dan
Officinale) helaian, daunnya menyirip
(pinnatus), Kedudukan daun
batang (filotaksis) berjenis
apposite. Apeks-nya
meruncing. Basis- nya
membulat. Pinggir daun
tidak rata dan sedikit
bergelombang. Permukaan
daun agak pertulangan daun
menyirip dan menonjol pada
permukaan bagian bawah
dan tergolong daun tunggal.
9. Daun Pohon X Daun Pohon X ini tergolong
daun tidak lengkap karena
hanya memiliki tangkai
(petiolus) dan helaian daun
(lamina), jenis daun
menyirip, yang kedua
tepinya tumbuh menyatu
(connatus),tulang daun
sejajar seperti sirip ikan.
Apeks-nya meruncing. Basis-
nya runcing. Tepi daun rata.
Permukaan dan bagian
bawah daun sedikit berbulu,
daun berwarna hijau dan
tergolong daun tunggal.
10. Daun Sirih Daun Sirih atau Piper betle
(Piper betle. L.) L. tergolong daun tidak
lengkap karena hanya
memiliki tangkai (petiolus)
dan helaian daun (lamina),
bentuk daun bulat oval atau
telur, pangkal daun hampir
menyerupai jantung,
pertulangan daun menyirip,
tepi daun rata dan berbulu
pada bagian bawah, daun
berwarna hijau dan
tergolong daun tunggal.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa setiap daun dari
berbagai macam tanaman memilki karakteristik masing-masing. Karakteristik itu meliputi
bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk pangkal daun, bentuk ujung (afeks) daun, bentuk
pertulangan daun, dan lain semacamnya. Bentuk daun ada yang majemuk dan atau tunggal,
tepi daun ada yang bergerigi kasar maupun rata, bentuk pangkal daun ada yang membulat,
tumpul, atau berlekuk, ujung daun (afeks) bentuknya ada yang runcing, meruncing dan atau
tumpul, dan juga bentuk pertulangan daunnya ada yang menyirip maupun bersatu dengan
tulang cabang yang lain. Beberapa kesamaan yang ada pada daun kemudian menyempit
pada pembahasan yang membedakan morfologi pada masing- masing daun dengan
karakteristiknya. Dimana contoh yang kami amati terdapat keanekaragaman pada struktur
Bunga Kamboja dan Bunga Kamboja Jepang (Adenium sp) yang memiliki perbedaan
mencolok pada bentuk dan ukuran daunnya, ujung helai daunnya, pangkal helai daun,
bentuk pertulangan dan juga daging daunnya meskipun keduanya tergolong satu dalam
spesies. Hasil pengamatan yang kami lakukan membuktikan bahwa masing- masing daun
memiliki kemiripan yang dapat dispesifikkan karakteristiknya sebagai kunci klasifikasi
perbedaan anatomi pada daun tumbuhan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Estiti B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Bandung: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Elisa. 2015. Pokok Bahasan 3: Struktur Morfologi Daun.


elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/24191/1d9f589bbd09e0a8856f3c08bc570fe6.
Diakses pada 4 Oktober 2016 Pukul 20:38.
LAMPIRAN

KETERANGAN:
VI I. UJUNG DAUN
V a. Runcing
b. Tidak Runcing
IV II. TEPI DAUN
a. Rata
III b. Tidak Rata
II III. BENTUK DAUN
a. Lonjong
I VIII b. Tidak Lonjong
IX IV. KELENGKAPAN DAUN
a. Bertangkai
b. Tidak Bertangkai
V. BAGIAN BAWAH DAUN
VII a. Licin
b. Tidak Licin
VI. TULANG DAUN
a. Bertulang lengkung
b. Tidak Bertulang Lengkung
VII. PERMUKAAN DAUN
KODE DIKOTOMI a. Licin
b. Tidak Licin
Daun Ke- 1 : I A, II A, III A, IV A, V A, VI A VIII. TEPI DAUN
Daun Ke- 2 : I A, II A, III A, IV A, V A, VI B
a. Beringgit
Daun Ke- 3 : I A, II A, III B, VIII A
b. Tidak Beringgit
Daun Ke- 4 : I B, VII A
Daun Ke- 5 : I A, II B IX. PANGKAL DAUN
Daun Ke- 6 : I A, II A, III B, VIII B, IX A a. Runcing
Daun Ke- 7 : I B, VII B b. Tidak Runcing
Daun Ke- 8 : I A, II A, III A, IV B
Daun Ke- 9 : I A, II A, III A, IV A, V B
Daun Ke- 10 : I A, II A, III B, VIII B, IX B

Anda mungkin juga menyukai