Makalah III.15 - PT Paiton Energy As A Pioneer...
Makalah III.15 - PT Paiton Energy As A Pioneer...
Abstract
The main local problem of ammnonia released into air is the unpleasant odour, which is detectable
even at low concentrations. At particularly high concentration it can also harm vegetation. The harm
caused by ammonia in water bodies is more serius, because it is very toxic to aquatic organism. Low
concentration of ammonia in soil are natural and actually essential for plant nutrition. Over-
fertilisation can however lead to excessive concentration which result in leahing to water bodies. On a
vaster scale, ammonia play a role in the transportation and enhances deposition of acidic pollutant –
resulting in addification of ground and water bodies, which can harm plants and animals life.
Amonia is injected to maintain pH in the water steam cycle Power Plant. Applying the 4R (reduce,
reused, recycle and recovery) principle, namely recovery in the field of liquid waste management with
the Ammonia Recovery Plant (ARP) system to recover the ammonia (NH4OH) content inmwastewater
fro the Condensate Polisher regeneneration process which is reused in the production prosses.
The program implemented in reducing the pollution load has an impact on saving water and
maintaining the quality of sea water from the effect of ammonia which cause the phenomenon of
blooming algae that effect the life of marine biota.
ARP system operates as a binary vacuum-assisted flash-distilation that can reduce ammonia content
from 5000 ppm to below 200 ppm then followed by operate membrane contactor to reduce ammonia
content to below 10 ppm prior to processed at Waste Water Treatment Plant (WWTP) System.
Keywords : Ammonia, recovery, condensate polisher, distillation, membrane contactor, wasate water
treatment plant
1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu elemen yang penting di Bumi karena air digunakan dan dibutuhkan untuk
menjaga kelangsungan hidup makhluk hidup demikian juga pada proses PLTU, air sangat dijaga kualitasnya.
Sebagian besar air di bumi (97.41%) berupa air laut dan hanya 2.59 % berupa air tawar. Dari jumlah tersebut
hanya 0.14% dari total air tawar yang ada di Bumi yang dengan segera dapat dimanfaatkan oleh manusia dan
mahluk hidup lainnya. Mengingat ketersediaan air yang tetap dan kebutuhan air yang cenderung semakin
meningkat maka perlu dilakukan langkah-langkah pengembangan teknologi, penyediaan air dan pelestarian
sumber daya air.
Usaha pemerintah melalui penetapan peraturan pengelolaan sumber daya air sesuai PP No. 42 Tahun
2008 tentang Sumber Daya Air menjelaskan secara detail usaha yang bisa dilakukan dalam penyediaan air dan
pelestarian sumber daya air.Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Sumber Daya Air juga mengatur
berbagai aspek dan penerapannya sangat bergantung pada harmonisasi kebijakan yang berada di beberapa
kementerian dan institusi terkait yang tugas dan kewenangannya terakit dengan sumber daya air. Untuk itu Tata
Kelola Sumber Daya Air yang baik merupakan persyaratan utama dalam mencapai tingkat ketahanan air, selain
ketahanan pangan dan energi yang baik dan berkesinambungan.
Salah satu tantangan terbesar bagi bidang industri adalah pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air dengan melakukan berbagai usaha dalam menurunkan beban pencemaran. Pengelolaan kualitas
air dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Dewasa ini
pencemaran air merupakan masalah global yang melanda berbagai negara di dunia. Dampak yang terjadi dengan
255
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
adanya pencemaran air ini diantaranya adalah sekitar 1400 jiwa meninggal setiap harinya di dunia karena
berbagai penyakit yang disebabkan oleh air yang tercemar. Penyebab dari pencemaran air ini lebih banyak
disebabkan oleh manusia karena berbagai kegiatan yang dilakukannya seperti pengolahan pabrik dan lainnya,
memang ada beberapa pencemaran air yang terjadi karena fenomena alam seperti gempa bumi, angin ribut dan
lainnya namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang dilakukan oleh manusia.
Rencana strategis Kementerian LHK 2015 – 2019 melalui PROPER yang menetapkan target penurunan
beban pencemaran air sebesar 30% dari basis data tahun 2014, maka PT. Paiton Energy sebagai Perusahaan
Pembangkit Listrik Swasta terbesar di Indonesia menggunakan air laut sebagai sumber dari semua kegiatan
perusahaan juga berkomitmen untuk melakukan efisiensi air dan mengurangi pencemaran air dengan usaha
penurunan beban pencemaran air pada proses operasionalnya.
1. 2 Perumusan Masalah
PT. PAITON ENERGY berlokasi di Jl. Raya Surabaya – Situbondo Km. 141, Kecamatan Paiton,
Kabupaten Probolinggo - Jawa Timur, merupakan Perusahaan Pembangkit Listrik Swasta terbesar di Indonesia
dengan total kapasitas daya yang dihasilkan adalah 2.235 MW.
Komitmen PT. Paiton Energy dalam pengembangan program pengelolaan lingkungan ditunjukkan dengan
tersedianya fasilitas Ammonia Recovery Plant(ARP) dimana peralatan ini adalah satu-satunya yang ada di
Indonesia dengan nilai investasi ± Rp. 20 Miliyar yang berfungsi untuk mengambil kembali (recover)
kandungan Ammonia (NH4OH) yang terdapat di limbah cair dari proses regenerasi Condensate Polisher untuk
dipergunakan kembali di proses produksi.
Salah satu unsur kimia yang berpotensi mencemari lingkungan dari proses boiler di dalam pembangkit
listrik adalah Amonia yang digunakan dalam proses siklus air dan uap di PLTU diperlukan untuk mencegah atau
meminimalkan terjadinya korosi pada peralatan penting di mesin pembangkit seperti boiler dan di sistim
perpipaan dengan bantuan Condensate Polisher. Di Condensate Polisher terdapat resin kation dan anion,
resin ini berfungsi sebagai pengikat ion negative penyebab korosi (resin kation) dan pengikat ion positif
penyebab kerak atau scale (resin anion). Resin yang telah jenuh harus diregenerasi, proses regenerasi ini yang
menyebabkan ammonia yang terikat akan lepas dan terikut dalam air limbah regenerasi.
Air limbah yang mengandung Ammonia tinggi dari proses regenerasi Condensate Polisherapabila
dibuang ke lingkungan akan berbahaya bagi kehidupan biota terutama bila amonia berada dalam wujud amonia
bebas karena bersifat sangat toksik. Amonia mulai berbahaya bagi organisme air tawar pada kisaran konsentrasi
0.53 hingga 22.8 mg/l. Kadar Amonia yang berlebih dalam air menyebabkan gangguan pada ikan, salah satu
efek adalah kerusakan insang. Paparan amonia yang lebih kronis menyebabkan terlambatnya pertumbuhan,
mematikan sistem kekebalan serta merusak sistem syaraf.
Limbah cair yang mengandung ammonia tersebutdipompa dan dicampur menjadi satu menuju tangki
penampung (TK-500) sebelum diolah di unit ARP dan selanjutnya diolah di WWTP (Waste Water Treatment
Plant) sebelum dibuang ke laut melalui Discharge Canal sesuai izin pembuangan air limbah ke laut milik PT.
Paiton Energy berdasarkan KepMenLH no. 363 tahun 2013. Adanya fasilitas Ammonia Recovery Plant (ARP)
adalah usaha dalam:
1. Menerapkan program 4R pada daur proses.
2. Menerapkan target penurunan beban pencemaran air untuk parameter Amonia sebesar 30% dari data
sebelumnya.
Dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka ada 2 sasaran yang akan dicapai dengan adanya unit ARP
yaitu :
1. Menerapkan program 4R pada daur proses khususnya amonia yang berpotensi pada pengurangan
penggunaan Amonia untuk proses dan pengurangan penggunaan air demin ari hasil pengenceran
Amonia (NH4OH) untuk dipergunakan kembali di proses produksi.
256
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
2. Penurunan Beban Pencemaran Air : Penurunan konsentrasi Total Amonia (NH 3-N) pada outlet WWTP
dengan mendaur ulang air limbah yang mengandung Amonia tinggi dari proses regenerasi
CondensatePolisher untuk dapat menghasilkan Amonia dan dapat digunakan kembali pada siklus air
(efisiensi bahan kimia Amonia) yang merupakan bagian dari proses PLTU Paiton serta meningkatkan
performance WWTP dalam pengelolaan air limbah sehingga menurunkan beban pencemaran untuk
parameter Amonia sebesar 35 ton dalam 3 tahun.
2. METODOLOGI
Untuk mengetahui keberhasilan operasional ARP maka dilakukan pemantauan dan uji kualitas air limbah
dari hasil proses keluaran di WWTP, keluaran ARP dan air umpan (influent) WWTP.
Analisis data dilakukan terhadap data hasil analisa uji Laboratorium dan observasi dilapangan
terhadap keberhasilan operasional ARP. Data yang tersedia adalah sebagai berukut :
1. Hasil analisa kadar NH3 pada keluaran WWTP (hasil uji kualitas air limbah rata-rata dalam 1 tahun).
2. Flow rata-rata di keluaran WWTP.
3. Operasional dalam 1 tahun WWTP.
4. Penggunaan bahan kimia pada proses WWTP.
5. Penggunaan air demin untuk proses penggunaan kembali dari produk ARP.
6. Konsentrasi produk ARP yang dihasilkan.
Dalam waktu kurang dari 25 menit, energi panas dapat menghilangkan 90% atau lebih nitrogen
(Ammonia) dalam air proses industri, centrate, filtrate atau digestate dan mendaur ulangnya menjadi amonium
hidroksida atau amonium sulfat / sitrat / nitrat yang terkonsentrasi. Amonium hidroksida yang diperoleh
mengimbangi biaya operasi sistem penyesuaian pH di pabrik.
257
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
258
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
Tangki ammonia dibangun untuk menampung ammonia yang sudah di proses (recycle) yang kemudian
dikirim ke tangki penampungan ammonia untuk digunakan kembali dalam proses siklus air dan uap di
boiler.
259
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
Gambar 2 Sistem RCAST untuk Distilasi Flash menunjukkan beberapa detail pengoperasian sistem
ARP untuk memadamkan distilasi amonia dan air dari digestate. Digestate diresirkulasi melalui penukar panas
dan disemprotkan ke dalam bejana RCAST untuk mencapai dua langkah pertama yang diperlukan dalam
pemulihan amonia.
Keadaan akhir, dengan penambahan unit ARP,air limbah dari hasil regenerasi CondensatePolisher yang
mengadung Amonia tinggi dialirkan ke ARP terlebih dahulu sebelum dioleh melalui WWTP dan dibuang ke
Discharge Canal menuju laut. Di ARP limbah regenerasi Polisher yang mengandung Amonia tinggi diproses
terlebih dahulu untuk mengambil kembali Amonia sehingga limbah keluaran ARP sudah menyisakan Amonia
dengan kadar kecil yang selanjutnya diolah melalui WWTP.
260
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
Sistem ini di desain untuk memisahkan Ammonia dari limbah cair dari proses regenerasi Polisher. Hasil
distilasi dari R-CAST system akan dikumpulkan sebagai larutan Ammonia (an aqueous) untuk dapat digunakan
kembali dalam proses siklus air dan uap di boiler dan hasil buangan akan dikirim untuk di olah di WWTP
sebelum dibuang ke laut. Peralatan dipasang dalam bentuk skid yang sudah dirangkai dan diujicobakan
sebelumnya oleh TEC Amerika Serikat.
Besarnya penurunan beban pencemaran Amonia dipantau pada konsentrasi Amonia di keluaran WWTP.
Data pemantauan dilakukan pada keluaran WWTP dengan pencatatan konsentrasi rata-rata Amonia dalam
periode 1 tahun, debit rata-rata dan jam operasional WWTP. Dengan perhitungan beban pencemaran sesuai
dengan Lampiran IV Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 dimana dihitung dengan cara sebagai
berikut:
Mulai diaplikasikan tahun 2014 sehingga data tahun 2013 sebagai baseline data
Rumus beban pencemaran :
BPA = (CA)j x Va x f
dimana :
1. Kadar sebenarnya unsur j (gr/m3)
2. Volume air limbah (m3/satuan produk)
3. Faktor koreksi = 1/1000
Data pendukung :
7. Hasil analisa kadar NH3 pada keluaran WWTP
8. Flow rata-rata di keluaran WWTP
9. Operasional dalam 1 tahun
Baku mutu air limbah keluaran WWTP
261
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
Perhitungan penghematan
Penghematan yang dapat dihitung dari pembangunan ARP adalah :
1. Dengan adanya produk recovery ARP yang berupa Amonia 10% yang dapat direcycle untuk kebutuhan
proses sehingga menghemat pembelian Amonia yang biasanya didapatkan dari vendor penyedia bahan
kimia dengan kadar Amonia 25%.
2. Dengan adanya produk recovery ARP yang berupa Amonia 10% dapat menghemat pemakaian air demin
yang digunakan untuk pengenceran Amonia 3% yang dibutuhkan proses yang sebelumnya air demin
digunakan untuk pengenceran Amonia 25%.
3. Air limbah keluaran ARP akan diproses lebih lanjut pada WWTP sehingga dengan adanya penurunan
Amonia pada air limbah yang diolah di ARP akan menurunkan pemakaian biocide sebagai pembunuh
bakteri pada proses WWTP sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan unjuk kerja WWTP.
3. 4 Pengurangan pemakaian air demin dari hasil pengenceran Amonia (NH4OH) untuk
dipergunakan kembali di proses
Selain dapat menurunkan beban pencemaran untuk parameter Amonia di keluaran WWTP, adanya unit
ARP yang menghasilkan larutan Amonia dengan kadar 10% ini mampu memberikan konstribusi dalam
penghematan pembelian bahan kimia Amonia yang digunakan dalam proses siklus air dan uap di boiler di Unit
7&8 selain itu juga berkonstribusi terhadap pengurangan penggunaan air demin pada proses pengenceran Amonia
yang direcycle untuk digunakan kembali dalam proses siklus air dan uap di boiler di Unit 7&8.
Pengurangan penggunaan air demin untuk pengenceran NH 3 10 % menjadi NH3 3% dari produk recycle
Ammonia Recovery Plant (ARP) bertujuan untuk optimalisasi dan efisiensi operasi ARP untuk mendapatkan
konsentrasi NH3 sebesar 10% yang direcycle pada Unit 7&8 dengan konsentrasi NH 3 sebesar 3% dengan sasaran
menurunkan pemakaian air demin untuk proses pengenceran dari 25% NH3 menjadi 3 % NH3, dengan
menggunakan 10% NH3 dari produk Ammonia Recovery Plant (ARP) rata-rata sebesar 39 m3/tahun.
Keadaan awal, NH3 3% yang digunakan untuk operasional PLTU Unit 7&8 didapatkan dari vendor
(peyedia bahan kimia) dengan kadar NH3 25%. Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan NH3 dengan kadar
3%.
262
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
Keadaan akhir, Ammonia Recovery Plant (ARP) menghasilkan produk NH3 10% yang direcycle untuk
kebutuhan unit 7&8 dengan kadar NH3 3%.
ARP mulai beroperasi pada tahun 2014 dan produk dari ARP direcycle untuk kebutuhan proses Unit 7&8.
Dengan menggunakan rumus pengenceran bahan kimia seperti dibawah ini
Amonia yang dipakai untuk kebutuhan proses Unit 7&8 sebesar 3% dengan kapasitas tangki 600 lt/hari.
Seperti rumus pengencerah bahan kimia, maka dapat dihitung kebutuhan air pengenceran Amonia yang semua
dari 25% (dari Vendor) diencerkan menjadi 3% menjadi 10% (dari produk ARP) diencerkan menjadi 3%.
Perhitungan:
1. Pengenceran NH3 25% (dari vendor penyedia bahan kimia) yang ditempatkan pada tangki unit 7&8
V1 = (V2 x M2)/M1 = (600 x 3)/25 = 72 lt/hari
Air demin yang dibutuhkan = 600 lt/hari – 72 lt/hari = 528 lt/hari
2. Pengenceran NH3 10% (dari produk ARP yang direcycle) yang ditempatkan pada tangki unit 7&8
V1 = (V2 x M2)/M1 = (600 x 3)/10 = 180 lt/hari
Air demin yang dibutuhkan = 600 lt/hari – 180 lt/hari = 420 lt/hari
Pengurangan penggunaan air demin dengan adanya produk ARP NH3 10%
= air yang dibutuhkan untuk pengenceran 25%NH3 – air yang dibutuhkan dalam pengenceran 10% NH3
= 528 lt/hari - 420 lt/hari = 108 lt/hari
Jadi dalam 1 hari dapat menghemat pemakaian air demin sebesar = 108 lt
Sehingga dalam 1 tahun dapat menghemat pemakaian air demin untuk pengenceran Amonia sebesar = 39.42 m 3
Persentase pengurangan penggunaan air demin
= Pemakaian air demin 10% NH3 : pemakaian air demin 25% NH3
263
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
Saran:
1. Tenaga ahli ARP yang sangat terbatas mengingat sistim ini baru pertama kali diterapkan di
PT.Paiton Energy dan di Indonesia, untuk mengatasi ketersedian tenaga ahli tersebut maka
perusahaan telah memastikan bahwa proses transfer knowledge dari teknisi pemasok ke teknisi
lokal (PT.POMI) bisa berjalan secara maksimal untuk menjamin operasi ARP tetap bisa berjalan
normal.
2. Peralatan dan semua komponen ARP diimpor dari luar negeri (Amerika) apabila ada suku cadang
yang rusak dan perlu penggantian akan membutuhkan waktu yang lama (± 3 bulan), sehingga
berpotensi mengganggu kinerja ARP secara keseluruhan, untuk mengatasi hal ini maka perusahaan
membuat daftar pengadaan kebutuhan suku cadang setiap tahun berdasarkan dari panduan
operasional ARP sehingga kesenjangan antara kebutuhan dan pengadaan tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Burns and Roe Enterprises, Inc. 800 Kinderkamack Road Oradell, New Jersey 07649. Paiton Energy Technical
Specification No. 02560-M101 Ammonia Recovery System.
https://www.energymanagertoday.com/thermoenergy-to-recover-ammonia-facilitate-steam-generation-at-coal-
plant-086243/
https://www.prnewswire.com/news-releases/thermoenergy-corporation-signs-11-million-contract-to-provide-
ammonia-recovery-system-at-indonesias-largest-power-plant-174171741.html
https://www.researchgate.net/publication/289389538_Ammonia_Recovery_Plant
Daur Alur PT. Paiton Energy Untuk Indonesia Buku ISBN No. 978-602-50428-1-2
KepMen LH no. 363 tahun 2013 tentang ijin pembuangan air limbah ke laut PT. Paiton Energy Unit 7&8
Mariana Rodríguez Arredondo, dkk. Load Ratio Determines The Ammonia Recovery and Energy Input of An
Electrochemical System (2016).
M. Orentlicher. Overview of Nitrogen Removal Technologies and Application/Use of Associated End Products.
New York: Resources from Waste Management & Engineering (2014).
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 73 tahun 2013 tentang baku mutu air limbah industri dan atau kegiatan
usaha lainnya.
ThermoEnergy. ARP and AgroARP: Nutrient Recovery for Industrial, Agricultural and Municipal Centrate,
Filtrate and Digestate Streams (www.thermoenergy.com).
264